Anda di halaman 1dari 3

Nama : Alif Ilham Ilahi

NIM : 1909511034
Kelas : 19B
Ringkasan Genetika Veteriner
Single Gene In Population
Frekuensi Gen dan Genotipe
Hemoglobin di dalam domba terdapat dalam dua bentuk berbeda (HbA dan HbB), yang
merupakan dua produk dari dua alel berbeda, yaitu A dan B pada lokus autosom. Dengan dua alel
hemoglobin berbeda, terdapat tiga genotipe berbeda (AA, AB, dan BB), yang masing-masing
menghasilkan pola elektroforesis protein berbeda sehingga setiap genotipe dapat dibedakan setiap
fenotipenya. Misalnya, Sampel darah diambil dari 175 ekor domba, kemudian ditemukan bahwa
jumlah genotipe untuk AA, AB, dan BB masing-masing adalah 91, 28, dan 56. Dari data tersebut
maka dapat ditentukan proporsi tiap genotipe dalam sampel. Proporsi ini dinamakan frekuensi
genotipe (genotype frequency). Jadi, frekuensi genotipe merupakan proporsi/perbandingan tiap
genotipe dalam sampel dengan jumlah seluruh genotipe sampel.
Kawin Acak
Kawin acak untuk sifat atau lokus tertentu terjadi jika pemilihan pasangan kawin bersifat
independen terhadap genotipe atau fenotipe untuk sifat atau lokus itu. Sistem perkawinan hewan
domestik umumnya dikontrol oleh manusia, hal ini dapat dilihat dari adanya penyeleksian terhadap
hewan yang akan dijadikan tetua untuk generasi berikutnya.
Dalam menentukan ternak yang mana kawin dengan yang mana, manusia mendasarkan
pilihannya berdasarkan beberapa sifat yang dapat diukur atau setidak-tidaknya dapat diamati,
seperti warna bulu atau berbagai aspek bentuk tubuh.
Untuk sifat-sifat yang dipertimbangkan oleh manusia ketika merencanakan suatu
perkawinan, perkawinan itu seringkali bukan bersifat acak. Akan tetapi, hampir untuk sebagian
besar sifat lainnya, biasanya bersifat acak. Perkawinan bersifat acak ditinjau dari golongan darah,
karena golongan darah ini biasanya tidak diketahui. Selain itu juga terdapat cacat gen tunggal pada
ternak yang bertahan hidup sampai dewasa kelamin yang juga bersifat acak. Hal ini dikarenakan
pada ternak dapat terjadi perbedaan genotipe walaupun memiliki fenotipe yang sama.
Hukum Hardy-Weinberg
Hukum Hardy-Weinberg merupakan teori untuk memahami frekuensi gen dan frekuensi
genotipe di dalam populasi sebenarnya. Hukum tersebut dapat digunakan dengan mengamati apa
yang terjadi pada frekuensi gen dan frekuensi genotipe dalam setiap populasi ternak yang melewati
satu generasi kawin acak.
Hukum Hardy-Weinberg berbunyi:
Dalam suatu populasi kawin acak di mana tidak ada seleksi, mutasi, migrasi, atau genetic drift,
1) frekuensi genotipe pada keturunan hanya ditentukan sepenuhnya oleh frekuensi gen pada
tetuanya, sehingga
a) frekuensi homozigot sama dengan kuadrat dari frekuensi gennya;
b) frekuensi heterozigot sama dengan dua kali hasil perkalian frekuensi gennya.
2) frekuensi gen dan frekuensi genotipe tetap konstan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Jika pernyataan diatas dijabarkan dalam sebuah aljabar sederhana maka akan didapatkan p dan q
sebagai frekuensi yang jika dijumlahkan akan menghasilkan 1 (p + q = 1) sehingga (p + q)2 = 12
= p2 + 2pq + q2 = 1. Hal ini disebut sebagai frekuensi Hardy-Weinberg.
Kasus Spesial Untuk Resesif
Hukum Hardy-Weinberg berlaku tanpa memperhatikan tipe aksi gen pada lokus.
Kenyataannya, sepanjang tidak ada seleksi, tipe aksi gen pada lokus tidak mempunyai efek apapun
terhadap frekuensi gen atau genotipe. Misalnya, pada bagian ke dua hukum Hardy-Weinberg
bahwa frekuensi sifat resesif tidak akan menurun atau naik dari satu generasi ke generasi
berikutnya, kecuali jika seleksi, migrasi, atau genetic drift beraksi sedemikian rupa sehingga
merubah frekuensi gen resesif. Padahal, sifat resesif dapat mempunyai frekuensi antara nol sampai
satu, tergantung hanya pada frekuensi gen resesif.
Pengembangan Hukum Hardy-Weinberg
1) Alel ganda
Ada tiga bentuk berbeda dari glucose 6-phosphate dehydrogenase (G6PD) pada kuda, yang
mempresentasikan 3 alel, D, F, dan S pada lokus G6PD. Setiap individu kuda dapat mempunyai
paling banyak hanya dua alel yang berbeda, tetapi apabila jumlah kudanya banyak, ketiga alel
tersebut cenderung lebih mudah ditemukan, dan frekuensi tiap alel dapat diduga. Jika p,q, dan r
mewakili ketiga alel tersebut, frekuensi masing-masing homozigot yang diharapkan adalah p2, q2,
dan r2 dan masing-masing heterozigot mempunyai frekuensi yang diharapkan sebesar 2pq, 2qr dan
2pr. Menggunakan prinsip yang persis sama, prediksi ini dapat dikembangkan ke sembarang
sejumlah alel pada setiap lokus.
2) Gen terpaut-X
Implikasi terpenting dari gen terpaut X adalah bahwa sifat-sifat terpaut-X diharapkan
terjadi dengan frekuensi berbeda antara jantan dan betina. Ini paling relevan terhadap sifat-sifat
resesif terpaut-X, yang frekuensi sifatnya pada jantan (q) diharapkan jauh lebih besar daripada
frekuensi sifat terpaut pada betina (q2).
Seleksi dan Mutasi
Seleksi paling sering terjadi melalui viabilitas diferensial dan/atau kemampuan reproduksi
diferensial dengan kemampuan reproduksi yang mencakup faktor-faktor seperti kemampuan
kawin, fekunditas dan fertilitas. Jika seleksi terjadi sebagai akibat keputusan yang dibuat manusia,
itu disebut seleksi buatan (artificial selection), dan selain dari itu dinamakan seleksi alam (natural
selection). Dalam kedua kasus itu, prinsip yang mendasari proses seleksi persis sama walaupun
seleksi terjadi pada fenotipe.
1) Seleksi Menyingkirkan Dominan
Untuk mendapatkan kontribusi genotipe setelah seleksi, frekuensi genotipe sebelum seleksi (yang
merupakan frekuensi Hardy-Weinberg) dikalikan dengan fitness relatif:
Genotipe

EE Ee ee Total
Frekuensi sebelum seleksi p2 2pq q2 1
Fitness relatif 1-s 1-s 1
Proporsi setelah seleksi p2(1 - s) 2pq(1 - s) q2 1 - sp(2 - p)
Dari tabel tersebut maka akan didapatkan ekspresi gen 1- sp(2 - p), dari ekspresi gen
tersebut dapat ditentukan perubahan frekuensi gen yang jika ditulis dan disederhanakan maka akan
didapatkan Δp = - sp(1 - p)2/{1 - sp(2 - p)}. Ekspresi ini menunjukkan bahwa perubahan pada
frekuensi gen akibat seleksi menyingkirkan fenotipe dominan tergantung pada dua faktor yakni
kekuatan seleksi (diukur sebagai s) dan frekuensi gen sebelum seleksi.
2) Keseimbangan seleksi/mutasi untuk dominan
Jika terdapat dua kekuatan yang saling berlawanan dalam suatu populasi (salah satunya
gen dominan) maka hasil dari dua kekuatan yang saling berlawanan ini adalah tercapainya suatu
ekuilibrium, pada tahap dimana jumlah gen mutan yang masuk populasi tersebut sama dengan
jumlah yang disingkirkan oleh seleksi, dan frekuensi gen dominan tetap stabil dari generasi ke
generasi. Hal tersebut dinamakan suatu keseimbangan seleksi/mutasi.
3) Seleksi Menyukai Heterozigot
Seleksi menyukai heterozigot dapat menyebabkan ekuilibrium sama seperti pada kasus
seleksi menyingkirkan dominan atau menyingkirkan gen resesif, tetapi dengan tipe agak berbeda.
misalnya, dimana tidak ada homozigot menurunkan gennya, hanya tetua saja adalah heterozigot,
yang mana kedua gen dipertahankan di dalam populasi pada frekuensi 0,5. Sedangkan pada kondisi
lain, dimana kedua homozigot hanya mempunyai fitness yang sebagian terkurangi, hasilnya persis
sama sepanjang kedua homozigot tersebut memiliki fitness yang sama.
Hanyutan Genetika (Genetic Drift) dan Efek Pembentuk (Founder Effect)
Genetic drift merupakan kondisi bahaya dan bahkan letal yang dapat mencapai frekuensi
cukup tinggi dalam suatu populasi tertentu. Pada kasus ini perubahan gen seluruhnya dipengaruhi
oleh peluang yang artinya perubahan gen bersifat random dan seluruhnya diluar control manusia.
Founder effect merupakan kasus spesial dari genetic drift, yang merupakan situasi di mana
sejumlah kecil individu pindah ke tempat baru, dan membentuk (found) suatu populasi baru.
Jarak Genetika
Jarak genetika merupakan seberapa besar dua populasi berbeda dalam frekuensi gennya.
Semakin lama waktu sejak dua populasi mulai berbeda, semakin besar perbedaan dalam frekuensi
gennya. Pohon evolusi (phylogenetic tree) dapat digunakan untuk melihat jarak genetika antar
bangsa hewan yang ada didunia.

Anda mungkin juga menyukai