Anda di halaman 1dari 101

Skripsi

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK SEDIAAN HAIR TONIC


DARI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS
(Alpinia galanga L.) DENGAN FILTRAT DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera
L.)

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


mencapai derajat sarjana (S-1)

OLEH :

RAHISWARI PRAMUDITA LAKASA

F1F1 12 118

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Kendari, 24 Oktober 2016

Rahiswari Pramudita L.
NIP. 19810319 200810 2 006
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat penyertaan-Nya dan kasih-Nya, sehingga penulisan tugas akhir

dengan judul “Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Hair Tonic Dari

Kombinasi Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.) Dengan

Filtrat Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.)” dapat terselesaikan dengan baik.

Selama penyusunan hasil penelitian ini, penulis banyak mendapatkan

kesulitan dan hambatan, namun atas tekad, kemauan serta karunia-Nya terutama

adanya bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima

kasih yang sangat tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Nur

Illiyyin Akib, S.Si.,M.Si.,Apt., selaku Pembimbing I dan Ibu Andi Nafisah

Tendri A.M, S.Farm.,M.Sc., selaku Pembimbing II, yang telah banyak

mengorbankan waktu dan pikiran dalam memberikan pengetahuan, bantuan,

kritik, saran dan juga semangat selama penelitian dan penyusunan tugas akhir ini.

Dalam kesempatan ini, secara khusus penulis menyampaikan terima kasih

yang tidak terhingga kepada Ayahanda Drs. Rizal Lakasa dan Ibunda Ramayana

Rere atas segala doa, restu, semangat, bimbingan, arahan, nasehat yang

memberikan kedamaian hati serta ketabahan dalam mendidik, membesarkan dan

menitipkan harapan besar kepada penulis. Teruntuk kakakku Eridian Patria

Lakasa yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan, semangat, doa, kasih

sayang, motivasi, dan senyum penyemangat untuk penulis selama menjalani masa

perkuliahan sampai dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih pula

iii
kepada seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan doa, semangat dan

dukungan kepada penulis demi terselesaikannya tugas akhir ini. Semoga Tuhan

selalu melindungi dan memberkati mereka.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis

haturkan kepada :

1. Rektor Universitas Halu Oleo.

2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.

3. Ketua Senat Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.

4. Wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.

5. Wakil Dekan II Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.

6. Wakil Dekan III Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.

7. Ketua Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.

8. Sekretaris Jurusan Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.

9. Kepala Laboratorium Penelitian dan Lapangan Farmasi Universitas Halu

Oleo.

10. Kepala Laboratorium Pendidikan Farmasi Universitas Halu Oleo dan seluruh

laboran.

11. Ibu Suryani, S.Farm.,M.Sc.,Apt., selaku Penasehat Akademik yang telah

banyak membantu, membimbing dan menasehati penulis.

12. Ibu Dra. Sri Ambardini, M.Si., bapak Muh. Hajrul Malaka, S.Si.,M.Si., ibu

Sri Agshary Amir, S.Farm.,M.Si.,Apt., dan ibu Wahyuni, S.Si.,M.Si.,Apt

selaku dewan penguji yang telah banyak memberikan ide dan saran bagi

penulis untuk sempurnanya tulisan ini.

iv
13. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan staf Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi

Universitas Halu Oleo. Terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang

berharga yang telah diberikan kepada penulis.

14. Dosen farmasi yang tengah melanjutkan pendidikan Adrian Fristiohady,

S.Farm.,M.Sc.,Apt, Fitrawan, S.Farm.,Apt., Rina Andriani, S.Farm.,Apt.,

Suci Fitriani, S. Farm., Apt. terima kasih atas segala ilmu dan motivasi yang

diberikan dan semoga diberi kemudahan oleh Tuhan untuk semua urusan kita

sekalian.

15. Agung Wibawa Mahatva Yodha, S.Si., Sarlan, S.Si., Saripuddin, S.Si., Wa

Ode Sitti Musnina, S.Si.,M.Sc. dan Wa Ode Sitti Zubaydah, S.Si.,M.Sc.

terima kasih banyak atas segala ilmu, masukkan, cerita dan pengalaman yang

diberikan kepada penulis.

16. Teman yang terkasih, Serlyana, Mariani, Ayu Fitria, Selvi Ratmi, Tessa,

Fadhil, Muh. Saiful A., Satria B., Nugrahyono M., S.Farm., Asman Sadino,

S.Farm., Marina, Charisma, Vivi, Cony Tarore, Adel Ermita, Nanda, Risma,

Meidya, Siska, Marlya, Ismaya, Ibonk, Gerland, Ani dan Dany terima kasih

atas motivasi serta dukungan yang diberikan kepada penulis.

17. Seluruh keluarga besar farmasi 2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu,

yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

18. Kakak senior Rizka Wilda Yanti, S.Farm, Morita Sirait, S.Farm, Hendra

Sendana, S.Farm,Apt., Sri Rahayani Ramang, S.Farm, serta Kakak senior

angkatan 2010, 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya, yang

v
sudah banyak membantu, mendukung, dan menyemangati penulis selama

penelitian.

19. Seluruh pihak yang telah membantu melancarkan penelitian dan penulisan ini

yang tidak tersebutkan namanya ucapan terima kasih tidak terhingga dari

penulis.

Akhirnya penulis memohon maaf atas hal-hal yang kurang berkenan dari

diri penulis, semoga tugas akhir ini dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi

kita semua. Tuhan Memberkati. Amin.

Kendari, 24 Oktober 2016

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
PERNYATAAN.....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiii
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN.............................................xiv
ABSTRAK.............................................................................................................xv
ABSTRACT............................................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................3
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5


A. Jamur Pityrosporum ovale..............................................................................5
B. Tanaman Lengkuas (Alpinia galanga L.)........................................................6
1. Nama umum dan daerah..............................................................................6
2. Klasifikasi....................................................................................................6
3. Morfologi.....................................................................................................6
4. Kandungan Kimia........................................................................................7
5. Manfaat........................................................................................................7
C. Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera L.).............................................................8
1. Nama umum dan daerah..............................................................................8
2. Klasifikasi....................................................................................................8
3. Morfologi.....................................................................................................9
4. Kandungan Kimia........................................................................................9

vii
5. Manfaat......................................................................................................10
D. Rambut..........................................................................................................11
1. Definisi.......................................................................................................11
2. Struktur.......................................................................................................11
3. Komposisi..................................................................................................12
4. Fase Pertumbuhan Rambut........................................................................12
5. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut...................................14
E. Hair Tonic......................................................................................................16
F. Uraian Bahan Tambahan...............................................................................18
G. Ekstraksi........................................................................................................22
H. Uji Stabilitas Fisik.........................................................................................25
I. Kerangka Konsep............................................................................................27

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................28


A. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................28
B. Jenis Penelitian..............................................................................................28
C. Bahan Penelitian............................................................................................28
D. Alat Penelitian...............................................................................................28
E. Variabel..........................................................................................................29
F. Definisi Operasional......................................................................................29
G. Prosedur Penelitian........................................................................................30
1. Pengumpulan Sampel dan Determinasi.....................................................30
2. Preparasi sampel........................................................................................30
3. Karakterisasi Ekstrak.................................................................................31
4. Formulasi Sediaan......................................................................................33
5. Uji Stabilitas Fisik......................................................................................34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................36


A. Determinasi Tanaman...................................................................................36
B. Penyiapan Sampel.........................................................................................36
C. Ekstraksi........................................................................................................37
D. Karakterisasi Ekstrak....................................................................................40

viii
E. Formulasi Hair Tonic....................................................................................42
F. Uji Stabilitas Fisik Sediaan Hair Tonic.........................................................44
1. Pengamatan Organoleptis..........................................................................45
2. Homogenitas..............................................................................................46
3. Pengujian pH..............................................................................................47
4. Viskositas...................................................................................................48

BAB V PENUTUP.................................................................................................50
A. Kesimpulan...................................................................................................50
B. Saran..............................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................52

ix
DAFTAR TABEL

Nomo Teks Halaman


r
1. Acuan rancangan formulasi sediaan hair tonic 33
2. Rancangan formulasi sediaan hair tonic 33
3. Hasil Skrining Fitokimia 39
4. Hasil Karakterisasi Ekstrak rimpang lengkuas 41
5. Hasil Karakterisasi Filtrat daun lidah buaya 41

6. Hasil pengamatan organoleptik dilakukan sebelum dan 45


setelah cycling test
7. Hasil Pengujian homogenitas sebelum dan setelah cycling 47
test
8. Hasil Uji pH Formula hair tonic dilakukan sebelum dan 48
setelah cycling test
9. Hasil Uji viskositas dilakukan sebelum dan setelah cycling 49
test
10. Hasil pengukur massa jenis sebelum cycling test 72
11. Hasil pengukur massa jenis setelah cycling test 72

x
DAFTAR GAMBAR

Nomo Teks Halaman


r
1. Jamur Pityrosporum ovale 5
2. Tumbuhan lengkuas (Alpinia galanga L.) 6
3. Tumbuhan lidah buaya (Aloe vera L.) 8
4. Struktur rambut 11
5. Fase pertumbuhan rambut 13
6. Rumus struktur etanol 18
7. Rumus struktur propilen glikol 19
8. Rumus struktur natrium metabisulfit 20
9. Rumus struktur metil paraben 20
10. Rumus struktur propil paraben 21
11. Rumus struktur mentol 21
12. Rumus struktur air 22
13. Ekstrak etanol rimpang lengkuas 39
14. Formula hair tonic 44

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Nomo
Teks Halaman
r
1. Hasil determinasi tanaman 56
2. Skema kerja 61
3. Perhitungan 67
4. Dokumentasi penelitian 77

xii
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

% Persen
C Derajat Celcius
cm Centimeter
cm2 Centimeter persegi
cPs centipoises
FeCl3 Besi (III) klorida
g Gram
H2O Air suling
HCl Asam klorida
H2SO4 Asam sulfat
KLT Kromatografi lapis tipis
mL Mililiter
nm Nanometer
KI Kalium Iodida
HgCl2 Raksa (II) klorida

xiii
Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Hair Tonic Dari Kombinasi
Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.) Dengan Filtrat Daun
Lidah Buaya (Aloe vera L.)

Rahiswari Pramudita Lakasa


F1F112118

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian formulasi dan pengujian stabilitas sediaan hair


tonik dari kombinasi ekstrak etanol rimpang lengkuas dengan filtrat daun lidah
buaya sebagai alternatif penghilang ketombe dan membantu pertumbuhan rambut.
Penelitian ini bertujuan menghasilkan sediaan hair tonic yang stabil. Ekstrak
rimpang lengkuas diperoleh dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol
dan diperoleh rendamen ekstrak sebesar 6,87% sedangkan daun lidah buaya
diperoleh dengan cara penyaringan sehingga diperoleh filtratnya. Ekstrak dan
filtrat dikarakterisasi meliputi kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar air,
dan kadar abu. Hair tonic diformulasikan dari kombinasi ekstrak etanol rimpang
lengkuas dan filtrat daun lidah buaya berdasarkan metode pencampuran dengan
variasi konsentrasi yakni 4%+12,5%, 5%+25%, 6%+37,5%. Sediaan hair tonic
diuji stabilitasnya dengan metode cycling test dinyatakan stabil sesuai persyaratan
SNI berdasarkan pengamatan organoleptik berupa warna dan aroma, homogenitas
larutan yang homogen dan bebas partikel asing, pH dengan rentang 3,0-7,0, dan
viskositas dibawah 5cPs.
Kata kunci : Rimpang Lengkuas, Lidah Buaya, Hair tonic, Karakterisasi,
Stabilitas Fisik.

xiv
Hair Tonic Formulation And Physical Stability Test of Combination of
Ethanol Extract Rhizome galangal (Alpinia galanga L.) With Aloe Vera
Leaves (Aloe vera L.) Filtrate

Rahiswari Pramudita Lakasa


F1F112118

ABSTRACT

Formulation and physical stability test of combination of ethanol extract


rhizome galangal with aloe vera leaves filrate as anti dandruff and hair growth has
been conducted. This studies were aimed to formulate stable hair tonic
preparations. Galangal rhizome rendemen extract that obtained by maceration
methode with ethanol was 6.87%, and aloe leaves filtrate was obtained by
filtering. Characterizations of the extract and filtrate were based on water extract
soluble, ethanol extract soluble, moisture content and ash content. Combination of
ethanol extract rhizome galangal and aloe vera leaves filtrate that formulated in
hair tonic by mixing methode were 4% + 12.5%; 5% + 25%; and 6% + 37.5%.
Results of hair tonic stability test by cycling test: organoleptic by color and smell,
homogeneity are homogeneous solution and free of particles containing, pH (3,0-
7,0), and 5cPs for visco sities that were compaud to national standard were stable.

Keywords: Galangal Rhizome, Aloe Vera, Hair tonic, Characterization,


Physical Stability.

xv
xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rambut bagi manusia sesungguhnya mempunyai peranan yang sangat

penting. Rambut dapat berperan sebagai proteksi terhadap lingkungan yang

merugikan, antara lain suhu dingin atau panas, dan sinar ultraviolet. Selain itu,

rambut juga dapat berfungsi sebagai pengatur suhu, membantu penguapan

keringat, juga sebagai indera peraba yang sensitif (Azis dan Muktiningsih, 1999).

Rambut merupakan mahkota bagi semua orang karena keindahanya serta dapat

menunjang penampilan. Namun demikian tidak semua orang dapat memiliki

rambut dan kulit kepala yang sehat.

Masalah yang sering timbul pada kulit kepala dan rambut adalah ketombe

dan kerontokan. Ketombe adalah kelainan pada kulit kepala dimana terjadi

pelepasan (deskuamasi) sel-sel epidermis kulit kepala secara berlebihan (Arini,

2011). Ketombe dikenal sebagai dandruff atau pityriasis simplex yang berarti

pengelupasan sel stratum korneum yang berlebihan di kulit kepala, berwarna

keputih-putihan, dan disertai rasa gatal. Ketombe umumnya terjadi karena infeksi

fungi pada kulit, ketombe sering diderita oleh masyarakat yang tinggal di negara

beriklim tropis seperti Indonesia (Sutrisno dkk., 2012). Penyebab ketombe adalah

Pityrosporum ovale yang merupakan flora normal pada kulit kepala manusia yang

jika pertumbuhannya melebihi 47% maka dapat menimbulkan ketombe

(Puspitasari, 2008).

1
Masyarakat Indonesia secara empiris telah banyak menggunakan tanaman

tradisional dalam berbagai hal. Lengkuas (Alpinia galanga L.) memiliki efek

fungisida dengan kandungan minyak atsiri dan flavonoid. Tanaman tradisional ini

dikenal mampu membunuh P. ovale penyebab ketombe (Sutrisno dkk., 2012).

Pada penelitian Harahap tahun 2014 menyatakan ekstrak etanol rimpang lengkuas

dapat menghambat pertumbuhan jamur P. ovale dengan kosentrasi 1%, 2% dan

3%.

Lidah buaya (Aloe vera L.) digunakan untuk membantu merangsang

pertumbuhan rambut dalam mencegah efek samping akibat ketombe yang

berlebihan (Kurnianto, 2008), diketahui bahwa ketombe pada tingkat yang parah

dapat menyebabkan kerontokan pada rambut (Bariqina dan Ideawati, 2001). Daun

lidah buaya banyak mengandung saponin, senyawa kuinon dan lignin yang

mampu menembus dan meresap ke dalam kulit yang dapat merangsang

pertumbuhan rambut dan sel baru pada kulit kepala (Kurnianto, 2008). Menurut

penelitian Dwiagusti tahun 2012 menyatakan konsentrasi 12,5% gel daun lidah

buaya aktif merangsang pertumbuhan rambut.

Mengingat perlunya pencegahan dan pengobatan dalam berbagai masalah

pada rambut kulit kepala oleh karena itu dapat digunakan produk perawatan

rambut salah satunya yaitu hair tonic (Anjum dkk., 2013).

Hair tonic (tonik rambut) adalah sediaan kosmetik berbentuk cair yang

merupakan campuran bahan aktif dan atau bahan lainnya yang digunakan untuk

membantu menguatkan, memperbaiki pertumbuhan dan menjaga kondisi rambut

dan kulit kepala. Hair tonic dapat berfungsi meningkatkan sirkulasi darah di kulit

2
kepala, memelihara kesehatan kulit kepala, mencegah rambut rontok, mencegah

ketombe dan gatal, meningkatkan pertumbuhan rambut, dan memberikan rasa

yang menyegarkan pada kulit kepala (Diana dkk., 2014). Sediaan hair tonic

dipilih karena penggunaannya yang lebih mudah, tidak lengket, serta proses

penyerapan oleh kulit kepala yang baik dan tidak menimbulkan bekas.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin memanfaatkan ekstrak etanol

rimpang lengkuas dan filtrat daun lidah buaya sebagai  bahan aktif dalam formula

hair tonic untuk rambut berketombe serta merangsang pertumbuhan rambutnya,

dimana formula ini dapat menjadi penting sebagai salah satu terobosan untuk

penggunaan yang lebih aman dan nyaman bagi konsumen.

B. Perumusan Masalah

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah karakteristik ekstrak etanol rimpang lengkuas dan filtrat daun

lidah buaya ?

2. Bagaimanakah formulasi sediaan hair tonic dari ekstrak etanol rimpang

lengkuas dan filtrat daun lidah buaya ?

3. Bagaimanakah stabilitas fisik dari sediaan hair tonic dari ekstrak etanol

rimpang lengkuas dan filtrat daun lidah buaya ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Mengetahui karekteristik ekstrak etanol rimpang lengkuas dan filtrat daun

lidah buaya.

3
2. Menghasilkan formula sediaan hair tonic dari ekstrak etanol rimpang

lengkuas dan filtrat daun lidah buaya.

3. Menghasilkan sediaan hair tonic ekstrak etanol rimpang lengkuas dan filtrat

daun lidah buaya yang stabil.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan keterampilan peneliti dalam

membuat produk dari bahan alam khususnya yang berasal dari tanaman

lengkuas dan lidah buaya.

2. Bagi institusi, sebagai sarana aplikasi dan penerapan ilmu di bidang formulasi

obat terutama dalam pembuatan produk bahan alam.

3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, memberikan kontribusi bagi

pengembangan penelititan bidang formulasi obat di Universitas Halu Oleo

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jamur Pityrosporum ovale

Klasifikasi Pityrosporum ovale (Arini, 2011) :

Kingdom : Fungi

Divisi : Basidiomycota

Kelas : Exobasidiomycetes

Ordo : Malasseziales

Famili : Cryptococcaceae

Genus : Pityrosporum

Spesies : Pityrosporum ovale Gambar 1. Jamur Pityrosporum ovale


(Arini, 2011)

Jamur ini merupakan flora normal kulit kepala dan tidak akan

menyebabkan ketombe bila pertumbuhannya tidak melebihi 47%. Pada ketombe,

P. ovale dapat meningkat jumlahnya dan menstimulasi pembentukan lipase yang

kemudian dirombak menjadi asam-asam lemak. Asam-asam lemak ini

merangsang kulit dan mengakibatkan hiperproliferasi sel-sel dermis. Akibatnya

keratosit dilepaskan lebih banyak melebihi normalnya. Kondisi yang

menyebabkan P. ovale menjadi patogen sehingga dapat menimbulkan ketombe

antara lain keadaan sistem imun yang lemah, peningkatan derajat asam dan kadar

lemak dari kulit, susunan lemak, serta adanya stress (Puspitasari, 2008).

5
B. Tanaman Lengkuas (Alpinia galanga L.)

1. Klasifikasi Tanaman

Tanaman lengkuas memiliki klasifikasi sebagai berikut (Departemen

Kesehatan, 2001):

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Class : Monocotyledoneae

Order : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Alpinia Gambar 2. Rimpang Lengkuas (Alpinia


galanga L.) (Sutrisno dk, 2012).
Species : Alpinia galanga L.

2. Nama Umum dan Daerah

Nama daerah : oliku (Kendari), lengkueueh (Aceh); lengkueus (Gayo);

kelawas, halawas (Batak); lakuwe (Nias); lengkuas (Melayu); laos (Jawa); laja

(Sunda); laos (Madura); isen (Bali); ringkuwas (Minahasa) (Kusumawardani,

2009). Banyak ditemukan di wilayah Asia Tenggara, di Indonesia, China dan

Thailand (Hartono, 2009).

3. Deskripsi

Lengkuas tergolong tanaman tahunan, tinggi mencapai 2-3,5 meter.

Rimpang agak tegak, berdiameter 2–4 cm, keras, berserat, berkilau, merah cerah

dan kuning pucat, harum. Batang semu tegak, daun berseling, pelepah daun

berbulu halus dan rapat dibagian ujung, panjang tangkai daun 1–1,5 cm, berbulu,

helaian daun pundar lonjong, panjang 20–60 cm dan lebar 4–15 cm. Pangkal

6
berbentuk pasak dan ujung sedikit meruncing hijau mengkilat dan berbintik-bintik

putih. Pembungaan diujung, tegak, terdiri atas beberapa bunga yang tersusun

dalam tandan, panjang 10–30 cm dan lebar 5–7 cm, berbulu. Bunga harum,

panjang 3–4 cm berwarna putih. Tabung bunga berdaun mahkota berbentuk galah,

panjang 1 cm, bercuping 3. Labium atau bibir menyerupai mahkota, berbentuk

sudip putih dan ungu. Buah berupa kapsul bulat sampai lonjong berdiameter 1–1,5

cm. Berdasarkan warna rimpang dikenal 2 kultivar lengkuas, lengkuas berimpang

putih memiliki tinggi batang semu 3 meter, diameter batang 2,5 cm dan diameter

rimpang 3–4 cm, sedangkan yang berimpang merah muda dan merah tinggi

batang semu 1–1,5 meter, diameter batang 1 cm dan diameter rimpang 2 cm

(Departemen Kesehatan, 2001).

3. Kandungan Kimia

Rimpang lengkuas selain mengandung golongan senyawa flavonoid, fenol,

terpenoid dan tanin (Parwata, 2008), rimpang lengkuas juga mengandung resin

yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang di sebut kaemferida dan

galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum, dan beberapa

senyawa flavonoid yang dapat bertindak sebagai anti jamur (Sutrisno, 2012).

4. Manfaat

Secara tradisional dari sejak zaman dahulu, parutan rimpang

lengkuas kerap digunakan sebagai obat penyakit kulit, terutama yang

disebabkan oleh jamur. Penelitian Yuharmen dkk., tahun 2002 menunjukkan

adanya aktifitas penghambatan pertumbuhan mikroba oleh rimpang lengkuas pada

7
beberapa spesies bakteri dan jamur. Pada penelitian sebelumnya telah menyatakan

bahwa rimpang lengkuas aktif menghambat pertumbuhan jamur penyebab

ketombe (Sutrisno, 2012).

C. Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera)

1. Klasifikasi Tanaman

Tanaman lidah buaya memiliki klasifikasi sebagai berikut (Departemen

Kesehatan, 2000):

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Asparagales

Famili : Asphodelaceae

Genus : Aloe

Spesies : Aloe vera L. Gambar 3. Lidah Buaya (Aloe vera L.)


(Prathita, 2008)

2. Nama Umum dan Daerah

Lidah buaya merupakan tanaman asli Afrika, tepatnya Ethiopia yang

termasuk golongan Liliaceae. Tanaman ini mempunyai nama yang bervariasi,

tergantung dari negara atau wilayah tempat tumbuh. Nama daerah: ilat baya

(Jawa), letah buaya (Sunda), lidah buaya (Kendari). Nama asing: Lu hui (Cina)

(Rohmawati, 2009).

8
3. Deskripsi

Habitus semak tahunan, tinggi 30-50 cm. Batang bulat, tidak berkayu,

putih. Daun tunggal, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, panjang 30-50

cm, lebar 3-5 cm, berdaging tebal, bergetah kuning, hijau. Bunga majemuk,

bentuk malai, di ujung batang, daun pelindung panjang 8-15 mm, benang sari

enam, putik menyembul keluar atau melekat pada pangkal kepala sari, tangkai

putik bentuk benang, kepala putik kecil, hiasan bunga panjang 2,5-3,5 cm, tabung

pendek, ujung tajuk melebar, jingga atau merah. Buah kotak, panjang 14-22 cm,

berkatup, hijau keputih-putihan. Biji kecil, hitam. Akar serabut, kuning

(Departemen Kesehatan, 2000).

3. Kandungan Kimia

Kandungan dari lidah buaya antara lain lignin mempunyai kemampuan

meningkatkan penetrasi pada kulit, saponin, tanin, antraquinon termasuk aloin,

barbalon, isobarbaloin, antranol, antracene, asam aloetik, ester dari asam cinamik,

aloe emodin, asam krisofani, minyak eterel, resistanol mampu mampu

merangsang pertumbuhan rambut, kalsium anorganik, potasium, sodium,

cholione, mangan, magnesium, zink, vitamin termasuk B1, B2, B6, niasin,

choline, asam folik, C, nutrisi esensial dan dibutuhkan dalam jumlah secukupnya,

mono dan polyaccharida termasuk sellulosa, gukosa, mannosa, aldonentosa, L-

Ramnosa berguna sebagai suplement pada tubuh, enzim oksidase, amilase,

katalase, lipase, anase, lisin, treonin, valin, leusin, isoleusin, fenilalanin, berfungsi

sebagai suplement didalam tubuh (Idris, 2013).

9
4. Manfaat

Gel lidah buaya mengandung antrakinon yang mampu menembus dan

meresap kedalam kulit, sehingga dapat merangsang pertumbuhan sel baru pada

kulit serta merangsang pertumbuhan rambut (Diana dan Meda, 2014). Gel lidah

buaya memiliki pH yang seimbang dengan kulit dan mampu melembabkan kulit

sehingga mencegah iritasi dan kekeringan (Mardisiswojo dan

Rajakmangunsudarso, 1985).

D. Rambut

1. Definisi

Rambut terbentuk dari keratin oleh matriks sel folikel rambut. Ada dua

tipe rambut yaitu: rambut vellus dan rambut terminal, dimana rambut vellus

terdapat pada seluruh tubuh selain telapak tangan dan telapak kaki. Rambut

terminal merupakan rambut yang lebih tebal, berpigmen dan terdapat pada

kulit kepala, alis, jenggot, bulu mata dan daerah tubuh lainnya (Ditjen POM,

Depkes RI, 1985).

2. Struktur Rambut

a. Struktur permukaan

Rambut ditutupi oleh lapisan tipis yang disebut epikutikel dengan tebal

2,5 nm. Epikutikel merupakan lapisan terluar dari rambut dan berasal dari

lapisan luar sel kutikel rambut.

10
b. Kutikel

Rambut manusia diselimuti oleh lapisan sel kutikel dengan tebal

masing-masing lapisan 0,2-0,5 µm, dimana sel kutikel ini saling menumpuk

seperti susunan atap.

c. Korteks

Korteks merupakan komponen utama dari rambut dan paling banyak

berkontribusi pada bagian serat rambut. Korteks terdiri dari serat-serat

longitudinal yang pararel dengan aksis dari rambut dan saling terikat secara

berdekatan, bagian inilah yang bertanggung jawab terhadap karakteristik

rambut secara keseluruhan lurus atau keriting.

d. Medula

Medula adalah bagian terdalam pada rambut yang tersusun oleh sel-sel

dengan tipe diferensiasi yang unik, medulla banyak ditemukan pada rambut

terminal secara kontinu, diskontinu atau bahkan tidak sama sekali. Struktur

rambut dapat dilihat pada Gambar 4.

Kutikula Epidermis

Korteks
Dermis
Medula Kelenjar sebaseous
Bagian luar akar rambut
Arektor pili
Bagian dalam akar rambut

Papila dermal

Gambar 4. Struktur rambut


(Sumber : Meidan dkk., 2005)

11
3. Komposisi Rambut

Rambut manusia terdiri dari serat yang sangat kompleks dan terdiri dari

dari berbagai komponen morfologis dan senyawa kimia yang sangat beragam.

Komponen penyusun rambut yaitu: protein yang merupakan komponen utama

yaitu sekitar 65 - 95% dari berat total rambut, polimer yang terkandung berupa

protein terkeratinisasi dan polimer asam amino, protein ini biasanya ditemukan

pada sel korteks. Selain itu rambut juga mengandung air, lemak serta elemen-

elemen lainnya.

4. Fase Pertumbuhan Rambut

Pertumbuhan rambut tidak berlangsung secara terus menerus tetapi

mengikuti suatu siklus yang terdiri dari fase pertumbuhan (anagen) dan fase

istirahat atau telogen. Fase katagen merupakan fase peralihan antara fase anagen

dan telogen. Jangka waktu tiap fase berbeda-beda pada masing-masing daerah

tubuh. Fase anagenik merupakan awal pertumbuhan aktif, rambut yang terdapat

dalam fase ini pada kulit kepala normal dengan rambut sehat dapat mencapai usia

antara 2-6 tahun. Lebih kurang 85% keseluruhan rambut pada kulit kepala pada

suatu saat akan terdapat dalam fase ini. Kecepatan tumbuh dan lamanya fase ini

menentukan panjang maksimum rambut.

Pada fase anagen ini ditandai oleh enam fase atau tahapan yaitu: tahap I

merupakan fase dimana sel-sel papilla dermal membesar dan menunjukkan

peningkatan sintesis RNA. Tahap II yaitu bagian bawah kantung rambut tumbuh

ke bawah menutupi papilla dermal. Tahap III ditandai oleh proliferasi sel matriks,

12
tahap IV melanosit pada papilla mulai menjadi melanosit dan rambut telah

terbentuk tetapi masih berada pada bagian dalam akar rambut. Pada tahap V ujung

rambut telah keluar dari permukaan kulit dan terus memanjang hingga saat

dimulainya fase katagen. Rambut pada fase anagen dapat dilihat pada gambar 5.

Pada fase katagen ditandai dengan penurunan aktivitas mitosis matriks rambut

yang kemudian berhenti sempurna. Setelah beberapa hari berhentinya mitosis

menyebabkan bagian bawah dari kantong rambut menjadi lebih pendek dan

selubung dari jaringan pengikat menjadi menebal dan mengerut sehingga bagian

dalam dari akar rambut terdisintegrasi dan menghilang (Dawber dan Rook, 1991).

Rambut pada fase katagen dapat dilihat pada Gambar 5.

Fase telogen merupakan fase istirahat pada siklus pertumbuhan rambut

pada fase ini bakal rambut baru akan tetap berada dalam folikel hingga saat

memasuki siklus atau fase berikutnya. Pada akhir fase telogen kantung secara

spontan memasuki fase anagen. Rambut pada fase telogen dapat dilihat pada

Gambar 5.

Anagen I Anagen II Anagen III

Anagen V-VI

Anagen IV

(1)

13
Batang rambut

Selubung akar Bulb


Basal lamina
Papila dermal
(2)

Batang rambut

Folikel rambut

(3)

Gambar 5. Fase pertumbuhan rambut: (1) Fase Anagen;


(2) Fase Katagen; (3) Fase Telogen
(Sumber: Krause dan Foitzik, 2006)

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi rambut

a. Hormon

Pertumbuhan rambut dapat dipengaruhi oleh hormon androgen,

estrogen, progesteron dan tiroksin. Hormon androgen dapat meningkatkan

kecepatan pertumbuhan rambut dan diameter rambut. Akan tetapi, pada

penderita alopesia androgenetik, androgen justru menurunkan kecepatan

pertumbuhan rambut dan durasi fase anagen. Hormon estrogen memperlambat

pertumbuhan rambut, tetapi memperpanjang durasi pada fase anagen,

sedangkan hormon tiroksin mempercepat waktu fase anagen (Sinclair dkk.,

1997).

Apabila hormon progesteron menurun dalam tubuh maka akan

menyebabkan kerontokan rambut dan rambut yang dihasilkan pun menjadi

lebih tipis (Dalimartha dan Soedibyo, 1998).

14
b. Nutrisi

Pertumbuhan rambut dapat dipengaruhi oleh faktor nutrisi. Berikut ini,

merupakan nutrisi yang berperan dalam perturnbuhan rambut yaitu :

1. Protein

Rambut terdiri dari protein yang jumlahnya sekitar 98%. Walaupun

protein merupakan zat dasar utama pembangun rambut, namun

mengkonsumsi protein secara berlebihan juga tidak dianjurkan karena dapat

mengakibatkan rambut menjadi tidak sehat (Dalimartha dan Soedibyo,

1998).

2. Vitamin

Pertumbuhan rambut juga dipengaruhi oleh vitamin antara lain

vitamin A, B kompleks, C dan E. Vitamin A membantu rambut tetap lembut

dan menjaga agar kulit kepala tetap sehat. Kekurangan atau kelebihan

vitamin A mengakibatkan kerontokan rambut. Vitamin B penting untuk

mempertahankan sirkulasi dan warna rambut. Vitamin C penting untuk

kekuatan dan kelenturan rambut, serta menjaga agar rambut tidak rusak dan

bercabang serta membantu produksi kolagen yang penting untuk kekuatan

rambut. Vitamin E diperlukan untuk menjaga kesehatan rambut dan sebagai

antioksidan rambut (Dalimartha dan Soedibyo, 1998).

3. Mineral

Yodium, Zat besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), selenium dan silica

merupakan mineral penting untuk menjaga kesehatan rambut. Yodium

15
menjaga agar rambut tidak rusak dan kusam. Kemampuan darah untuk

mengangkut oksigen dan zat makanan ke seluruh jaringan termasuk rambut

dan kulit kepala tergantung dari adanya zat besi dan tembaga. Seng penting

untuk pembentukan protein di dalam rambut. Silika peting dalam

mempertahankan struktur rambut dan apabila terjadi defisiensi akan

meyebabkan kerontokan rambut (Dalimartha dan Soedibyo, 1998).

D. Hair Tonic

Hair tonic merupakan sediaan kosmetik yang berbentuk larutan terdiri dari

campuran bahan aktif dan atau bahan lainnya yang digunakan untuk membantu

menguatkan, memperbaiki pertumbuhan dan menjaga kondisi rambut dan kulit

kepala. Bahan utama yang terdapat dalam sediaan hair tonic ada dua, yaitu zat

pelarut dan zat khasiat. Zat pelarut yang umum digunakan untuk sediaan bentuk

larutan adalah air, alkohol dan gliserin (Departemen Kesehatan, 2000).

Berdasarkan efeknya, zat aktif diklasifikasikan menjadi :

1. Kounteriritan

Pemakaian kounteriritan akan menyebabkan sirkulasi darah pada daerah

tersebut lancar sehingga metabolisme menjadi lebih aktif dan pembelahan sel

dipercepat. Keaktifan kounteriritan yang diharapkan pada sediaan perangsang

pertumbuhan rambut adalah keaktifan ringan (Departemen Kesehatan, 1985).

2. Vasodilator

Zat aktif lainnya adalah vasodilator yang dapat melebarkan pembuluh

darah sehingga aliran darah meningkat dan faal tubuh menjadi lebih aktif,

16
metabolisme meningkat dan pembelahan sel dipercepat. Hal ini diharapkan

akan terjadi jika vasodilator digunakan topikal pada kulit kepala, sehingga

merangsang pertumbuhan rambut (Departemen Kesehatan, 1985).

3. Kontrol Kelenjar Sebum

Bahan alam maupun sintetik dengan aneka jenis dan efek farmakologi

di dalam kosmetika dinyatakan sebagai zat yang dapat mempengaruhi sekresi

kelenjar sebum. Kelompok zat ini meliputi asam salisilat, belerang, etanol,

garam kinina, garam pilokarpin, kolesterol, lesitin, metal linoleat, resorsin,

resorsin asetat, tingtur jaborandus, dan tingtur kina (Departemen Kesehatan,

1985).

4. Zat Kondisioner Rambut

Zat ini bermanfaat untuk memperbaiki kondisi rambut, merangsang

pertumbuhan rambut, dan mencegah kerontokan rambut.Kelompok zat ini

meliputi alantoin, asam pantotenat, azulen, biotin, kamomil, konfrei,

pantotenol, polipeptida, dan vitamin E (Departemen Kesehatan, 1985).

5. Antiseptikum

Antiseptikum yang paling lazim digunakan adalah derivate fenol atau

senyawa ammonium kuarterner. Derivat fenol meliputi: p-amil fenol, asam

salisilat, o-fenil fenol, o-kloro-m-kresol, p-kloro-m-silenol, klorotimol.

Umumnya antiseptikum digunakan dengan batas kadar maksimum kurang

dari 1%, kecuali resorsin dengan batas kadar maksimum 5% (Departemen

Kesehatan, 1985).

17
E. Uraian Bahan Tambahan

1. Etanol

Etanol dengan rumus molekul C2H6O dan berat molekul 46,07

memiliki pemerian berupa cairan tidak berwarna tidak berwarna, mudah

menguap, jernih, dan berbau khas. Etanol mudah bercampur dengan air dan

praktis bercampur dengan semua pelarut organik.

Gambar 6. Rumus struktur Etanol

Dalam formulasi sediaan ini, etanol digunakan sebagai pelarut dan

pengontrol viskositas. Tidak kompatibel dengan alumunium, material oksidasi,

alkali, garam organik (Rowe dan Sheisky., 2009).

2. Propilen glikol

Propilen glikol (C3H8O2) dengan berat molekul 76.09 memiliki

pemerian berupa cairan jernih, tidak berwarna, manis, kental, praktis tidak

berbau, dan bersifat higroskopis. Senyawa ini dapat bercampur dengan air.

Kegunaan propilen glikol dalam formula adalah sebagai kosolven pada ekstrak

dan humektan.

18
OH

OH
CH3

Gambar 7. Rumus struktur Propilen glikol

Konsentrasi penggunaannya berkisar antara 5-15% pada formulasi

larutan topikal dengan sebagai kosolven sekaligus humektan. Tidak kompatibel

terhadap agen pengoksidasi seperti kalium permanganat (Rowe dan Sheskey,

2009).

3. Natrium metabisulfit

Natrium metabisulfit memiliki rumus molekul Na2S2O5 dengan berat

molekul 190.1 merupakan kristal tidak berwarna, serbuk kristal berwarna putih

hingga putih krem yang berbau. Digunakan sebagai antioksidan.

S O- Na+
Na+ -O S
O
O

Gambar 8. Rumus struktur Natrium metabisulfit

Natrium metabisulfait sedikit larut dalam etanol (95%), mudah larut

dalam gliserin dan air. Konsentrasi yang digunakan sebagai antioksidan adalah

0,01-0,1% (Wade and Weller, 1994). Dapat bereaksi dengan simpatomimetik

dan obat lainnya seperti orto- atau para-hidroksi derivatif benzil alkohol (Rowe

dan Sheskey, 2009).

4. Metil Paraben

19
Nipagin atau metil paraben dengan rumus molekul C8H8O3 dan berat

molekul 152.15 merupakan serbuk kristal putih atau tidak berwarna dan tidak

berbau. Larut dalam etanol dan propilen glikol, sedikit larut dalam air.

Memiliki aktivitas sebagai pengawet antimikroba untuk sediaan kosmetik,

makanan dan sediaan farmasi.

Efektif pada rentang pH yang besar dan mempunyai spektrum

antimikroba yang luas meskipun lebih efektif terhadap jamur dan kapang.

Campuran paraben digunakan untuk mendapatkan pengawet yang efektif.

Konsentrasi yang digunakan untuk sediaan topikal adalah 0,02-0,3% (Wade

and Weller, 1994).


O OCH3

OH
Gambar 9. Rumus struktur Metil paraben

Aktivitas antimikroba dari metil paraben dan paraben lainnya jauh

berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, tidak kompatibel dengan bahan

lain seperti bentonit, magnesium trisilikat, bedak, tragakan, natrium alginat,

minyak esensial, sorbitol, dan atropin (Rowe dan Sheskey, 2009).

5. Propil Paraben

Propil paraben dengan rumus molekul C10H12O3 dan berat molekul

180.20 merupakan serbuk kristal, putih, tidak berbau, dan tidak berasa. Propil

paraben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba di kosmetik, produk

makanan, dan formulasi farmasi, dapat digunakan sendiri, dalam kombinasi

20
dengan ester paraben lainnya, atau dengan agen antimikroba lainnya. Propil

paraben merupakan salah satu pengawet yang paling sering yang digunakan

dalam kosmetik.
O

CH3
O

HO

Gambar 10. Rumus struktur Propil paraben

Aktivitas antimikroba dari propil paraben akan berkurang jauh dengan

surfaktan nonionik sebagai akibat dari micellization. Magnesium aluminium

silikat, magnesium trisilikat, oksida besi kuning, dan ultramarine biru juga

telah dilaporkan menyerap propil paraben, sehingga mengurangi efektivitas

pengawet (Rowe dan Sheskey, 2009).

6. Mentol

Mentol atau C10H20O memiliki berat molekul 156.27 dengan

pemeriannya berbentuk serbuk kristal tidak berwarna dengan bau dan rasa

khas. Mentol tidak tercampurkan dengan tomil, resorsin, kloral hidrat, dan

pirogalol. Kegunaan mentol ialah sebagai pemberi sensasi dingin pada sediaan

topikal dan juga untuk memberi bau.

CH3

OH

CH
CH3
CH3

21
Gambar 11. Rumus struktur Mentol

Pada sediaan kosmetik, penggunaannya berkisar 0,1 – 2,0%.

Kompatibel dengan butil kloral hidrat, kamper, kloral hidrat, kromium

trioksida, b-naftol, fenol, kalium permanganat, pirogalol, resorsinol, dan timol

(Rowe dan Sheskey, 2009).

7. Air Suling

Air suling dengan rumus molekul H2O dan berat molekul 18.02, Air

banyak digunakan sebagai bahan baku, dan pelarut dalam pengolahan,

formulasi dan pembuatan produk farmasi, bahan farmasi aktif (API) dan

intermediet, dan reagen analitis.


O
H H
H2O

Gambar 12. Rumus struktur Air

Air dapat bereaksi dengan logam alkali dan cepat dengan logam

alkali dan oksida mereka, seperti kalsium oksida dan magnesium oksida. Air

juga bereaksi dengan garam anhidrat yang membentuk hidrat dari berbagai

komposisi, dengan bahan organik tertentu dan kalsium karbida (Rowe dan

Sheskey, 2009).

F. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses melarutkan komponen-komponen kimia yang

terdapat dalam suatu sampel dengan menggunakan pelarut yang sesuai dengan

komponen yang diinginkan. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen

kimia yang terdapat dalam bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan

22
massa komponen zat padat ke dalam cairan penyari dan perpindahan mulai terjadi

pada lapisan antarmuka, kemudian terdifusi masuk ke dalam pelarut. Ekstraksi

dapat dilakukan dengan bermacam-macam metode, tergantung dari tujuan

ekstraksi, jenis pelarut yang digunakan dan senyawa yang diinginkan. Jenis-jenis

ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara dingin seperti

maserasi, perkolasi dan ekstraksi secara panas seperti refluks, sokletasi dan

destilasi uap air.

1. Metode Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi

dilakukan dengan merendam simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari

akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif yang akan larut, dan adanya perbedaan konsentrasi

antara larutan zat aktif yang di dalam dengan yang di luar sel, maka larutan

yang terpekat akan terdesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga

tercapai keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat

aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang

mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, dan

lain-lain. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan

dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah dilakukan.

2. Metode Infundasi

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia

dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit. Infudasi adalah proses penyarian

23
yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut

dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan

sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh

karena itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari

24 jam.

3. Metode Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan

cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Cairan penyari

dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan

melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.

4. Metode Penyarian Berkesinambungan

Proses penyarian ini dimaksudkan untuk menghasilkan ekstrak cair

yang akan dilanjutkan dengan proses penguapan. Cairan penyari dipanaskan

hingga mendidih. Uap penyari akan naik ke atas melalui serbuk simplisia.

Uap penyari mengembun karena didinginkan oleh pendingin balik. Embun

turun melalui serbuk simplisia sambil melarutkan zat aktifnya dan kembali ke

labu. Cairan akan menguap kembali berulang-ulang selama proses di atas

berjalan (Departemen Kesehatan, 2000).

G. Uji Stabilitas Fisik

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau

kosmetik dalam batas waktu yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan

untuk menjamin identitas, kekuatan, dan kualitas suatu produk (Nurhakim dan

Adrian, 2010).

24
Ketidakstabilan fisik dari sediaan ditandai dengan adanya pemucatan

warna atau munculnya warna, timbul bau, perubahan, atau pemisahan fase,

pecahnya emulsi, pengendapan suspensi atau caking, perubahan konsistensi,

pertumbuhan kristal, terbentuknya gas, dan perubahan fisik lainnya (Djajadisastra,

2004). Uji stabilitas fisik yang umum digunakan yaitu dengan metode cycling test.

Metode cycling test merupakan metode yang dimaksudkan untuk

mendapatkan informasi yang diinginkan pada waktu yang sesingkat mungkin

dengan cara menyimpan sampel pada kondisi yang dirancang untuk mempercepat

terjadinya perubahan yang biasa terjadi pada kondisi normal (Djajadisastra, 2004),

cycling test menggunakan simulasi perubahan suhu. Dengan demikian, uji

dilakukan pada suhu dan atau kelembaban pada interval waktu tertentu sehingga

produk dalam kemasan akan mengalami tekanan yang bervariasi daripada tekanan

statis. Sebelum dan setelah dilakukan cycling test dilanjutkan dengan pengujian

sediaan meliputi:

1. Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis ini bertujuan untuk mengamati sifat fisik

pada sediaan, seperti bau dan warna, karena salah satu indikator perubahan

yang mengarah pada ketidakstabilan suatu sediaan adalah terjadinya

perubahan fisik sediaan dengan mengamati secara visual (Hasyim dan

Baharuddin, 2011).

2. Homogenitas

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamati partikel-partikel yang

belum larut, juga untuk mengetahui ada tidaknya endapan yang dapat

25
mempengaruhi kestabilan sediaan karena homogenitas mempengaruhi

konsistensi sediaan yang dapat menggambarkan stabilitas sediaan tersebut.

3. Sifat aliran (Viskositas)

Secara umum kenaikan viskositas dapat meningkatkan kestabilan

sediaan (berdasarkan Hukum Stokes). Sifat ini penting dalam formulasi

sediaan cair karena sifat ini dapat menentukan sifat dari sediaan dalam hal

campuran dan sifat alirnya, baik pada saat diproduksi hingga sampai pada

proses pengemasan. Viskositas dari suatu sediaan juga akan mempengaruhi

stabilitas fisik dan ketersediaan hayatinya (Dewi dan Aryani, 2011).

4. Pemeriksaan pH

Sediaan sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit, yaitu 3,0-

7,0 karena jika pH yang terlalu basa maka dapat menyebabkan kulit menjadi

bersisik, sedangkan jika pH terlalu asam maka yang terjadi adalah

menimbulkan iritasi kulit (Martin dkk., 1993).

26
H. Kerangka Konsep

Menurut penelitian Rimpang lengkuas Mengandung


Sutrisno tahun 2012 Filtrat daun lidah buaya saponin,
rimpang lengkuas senyawa kuinon
aktif sebagai anti dan lignin yang
ketombe dapat menutrisi
Skrining fitokimia dan dan merangsang
Karakterisasi ekstrak rimpang pertumbuhan
lengkuas rambut
(Dwiagusti,
Etanol, air suling, 2002).
propilen glikol, Formula hair tonic yang mengandung
metil paraben, kombinasi ekstrak etanol rimpang
propil paraben, lengkuas dengan filtrat daun lidah
natrium buaya 4%+ 12,5%, 5%+ 25% dan 6%
metabisulfit dan +37,5%
mentol.

Uji stabilitas fisik sediaan hair tonic


dengan metode Cycling test

Organoleptik Viskositas Nilai pH Homogenitas

Keterangan :

: Variabel Bebas/Independen

: Variabel Terikat/Dependen

27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan April 2016 sampai bulan

Agustus 2016 di Laboratorium Farmasi, Fakultas Farmasi UHO.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental, seluruh tahapan penelitian

dilakukan di laboratorium.

C. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan yaitu rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.), filtrat

daun lidah buaya (Aloe vera L.), propilen glikol, metil paraben, natrium

metabisulfit, mentol, air suling, etanol, tisu dan kertas saring.

D. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah rotary vacuum

evaporator (Buchi-R-210®), pencacah elektrik (Philips®), timbangan analitik

(Precisa®), gelas ukur (Pyrex®), oven (Gallenkamp Civilab-Australia®), penangas

(Stuart®), autoklaf (Wisecrave®), laminar air flow (Chuaire®), labu Erlenmeyer

(Pyrex®), corong (Pyrex®), tabung reaksi (Pyrex®), gelas kimia (Pyrex®), labu

takar (Pyrex®), cawan petri (Anumbra®), piknometer (Pyrex®), botol vial, pipet

28
tetes, pipet ukur, batang pengaduk, pH meter (Jenway®), viskometer Ostwald (Ace

Glass®), kaca arloji, stopwatch, dan pisau.

E. Variabel

Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu variabel bebas dan

variabel terikat.

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah formula hair tonic dengan variasi

konsentrasi ekstrak etanol rimpang lengkuas dan filtrat daun lidah buaya.

2. Variabel terikat yaitu stabilitas fisik sediaan hair tonic yang dinilai melalui uji

organoleptik, viskositas, pH dan homogenitas.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Ekstrak etanol rimpang lengkuas adalah maserat etanol rimpang lengkuas

yang kemudian dipekatkan dengan rotary vacum evaporator. Konsentrasi

ekstrak yang digunakan yaitu 4%, 5% dan 6%

2. Filtrat daun lidah buaya merupakan hasil dari penyaringan ekstrak kasar gel

daun lidah buaya yang telah dihaluskan terlebih dahulu menggunakan

blender. Konsentrasi filtrat daun lidah buaya yang digunakan yaitu 12,5%,

25%, dan 37,5%.

3. Formula hair tonic yaitu formula sediaan kosmetik yang digunakan untuk

menjaga serta memelihara kesehatan rambut dan kulit kepala.

4. Uji stabilitas fisik didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau

kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang

29
periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan,

dan kualitas produk menggunakan metode cycling test.

5. Cycling test adalah uji penyimpanan dipercepat. Uji dilakukan pada suhu 4oC

selama 24 jam kemudian dipindahkan pada pemanas (oven) dengan suhu

40oC selama 24 jam (satu siklus), dilakukan selama 6 siklus sehingga produk

dalam kemasan akan mengalami tekanan yang bervariasi.

6. Uji organoleptik dilakukan dengan mengamati perubahan warna, aroma, dan

homogenitas sediaan hair tonic.

7. Uji viskositas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui besarnya tahanan

suatu larutan untuk mengalir. Secara umum kenaikan viskositas dapat

meningkatkan kestabilan sediaan (berdasarkan Hukum Stokes). Sediaan hair

tonic sebaiknya nilai viskositasnya di bawah 5 cPs.

8. Uji pH adalah uji yang dilakukan untuk mengukur derajat keasaman sediaan

hair tonic. Sediaan sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit, yaitu

3,0 -7,0.

G. Prosedur Kerja

1. Pengambilan Sampel dan Determinasi

Sampel rimpang lengkuas diperoleh di Desa Mowila, Kabupaten

Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Daun lidah buaya diperoleh di

Keluharan Kadia, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Determinasi

sampel dilakukan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Biologi FKIP UHO

Kendari.

30
2. Preparasi Sampel

Sampel rimpang lengkuas dicuci dengan air mengalir hingga bersih

kemudian dikupas lalu dipotong-potong kecil dan dikeringkan dalam oven

pada suhu 500C selama 1-2 hari, simplisia kering diserbukkan menggunakan

pencacah elektrik hingga menjadi serbuk simplisia. Serbuk simplisia

ditimbang dimasukkan kedalam bejana/wadah dan dimaserasi dengan etanol

selama 3x24 jam, dimana tiap 1x24 jam dilakukan pergantian pelarut. Ekstrak

etanol dipekatkan dengan menggunakan rotary vacum evaporator pada suhu

500C hingga diperoleh ekstrak kental etanol kemudian ekstrak kental

diuapkan dalam water bath hingga diperoleh ekstrak kental yang konsisten.

Daun lidah buaya setelah dicuci dengan air dan dikupas, gel dari daun

lidah buaya tersebut lalu dipotong-potong kecil, dihaluskan menggunakan

blender dan disaring hingga diperoleh filtrat daun lidah buaya.

3. Karakterisasi Ekstrak

a. Penetapan kadar sari larut air

Sebanyak 5 gram ekstrak dimasukkan ke dalam labu bersumbat,

kemudian ditambahkan dengan 100 mL air-kloroform sambil dikocok

berkali-kali selama 6 jam pertama kemudian dibiarkan selama 18 jam.

Filtrat disaring, sebanyak 20 mL filtrat dimasukkan ke dalam cawan

dangkal beralas datar yang telah ditara lalu diuapkan hingga kering, dan

sisa penguapan dipanaskan pada suhu 105 °C hingga bobot tetap. Kadar

sari larut air dihitung terhadap bahan yang dikeringkan di udara

(Departemen Kesehatan, 2000).

31
Sari larut air =

berat sari larut setelah diuapkan−berat cawan kosong


x 100 %
berat sampel

berat sari larut setelah diuapkan−berat cawan kosong


berat sampel

berat sari larut setelah diuapkan−berat cawan kosong


x 100 %
berat sampel

berat sari larut setelah diuapkan−berat cawan kosong


x 100 %
berat sampel

b. Penetapan kadar sari larut etanol

Sebanyak 5 gram ekstrak dimasukkan ke dalam labu bersumbat,

kemudian ditambahkan dengan 100 mL etanol (95%) sambil dikocok

berkali-kali selama 6 jam pertama dan didiamkan selama 18 jam. Filtrat

disaring dengan cepat untuk menghindarkan penguapan etanol. Sebanyak

20 mL filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata

yang telah ditara, sisa penguapan dipanaskan pada suhu 105°C hingga

bobot tetap. Kadar sari larut etanol (95%) dihitung terhadap bahan yang

telah dikeringkan di udara (Departemen Kesehatan, 2000).

berat sari larut setelah diuapkan−berat cawan kosong


Sari larut etanol =
berat sampel

x100%

c. Penetapan kadar air

32
Ditimbang dengan seksama 0,5 gram ekstrak dalam cawan krus

yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105º C selama 30 menit

dan telah ditara, biarkan krus mendingin dalam desikator, kemudian

dicatat bobot tetap yang diperoleh (Depkes, 2000).

Kadar air

¿ berat cawan setelah dipanaskan−berat cawan kosong ¿ ¿ x 100 %


berat ekstrak

d. Pemeriksaan kadar abu

Cawan krus tertutup bersih dan kering ditimbang sebagai berat

kosong, sebanyak 0,5 gram ekstrak dimasukkan dalam cawan, kemudian

dipijarkan di dalam tanur pada suhu 600°C sampai menjadi abu,

didinginkan dan ditimbang hingga diperoleh bobot yang tetap dan stabil

(Departemen Kesehatan, 2000).

beratakhir−beratcawan
kadar abu = x 100 %
beratekstrak

4. Formulasi Sediaan Hair tonic

Formulasi hair tonic ekstrak etanol rimpang lengkuas dan filtrat daun

lidah buaya mengacu pada penelitian Purnamasari tahun 2013.

Tabel 1. Acuan Rancangan formulasi sediaan hair tonic


Etanol 96% 30%
Propilen glikol 0,01%
Natrium metabisulfit 0,01%
Propil paraben 0,1%
Metil Paraben 0,3%
Mentol 0,5%
Minyak kenanga Sesuai kebutuhan
Aquades a.d 100 mL

33
Berdasarkan hal tersebut dilakukan beberapa modifikasi yang diharapkan

memperbaiki formula sebelumnya. Adapun rancangan formulasi sediaan hair

tonic ekstrak etanol rimpang lengkuas dan filtrat daun lidah buaya dapat dilihat

pada Tabel 2, sebagai berikut:

Tabel 2. Rancangan formulasi sediaan hair tonic


Konsentrasi (%)
No Nama bahan Fungsi
A B C D
Ekstrak rimpang
1 Zat aktif - 4 5 6
lengkuas
2 Filtrat daun lidah buaya Zat aktif - 12,5 25 37,5
3 Propilen glikol Humektan 5 5 5 5
4 Propil paraben Pengawet 0,01 0,01 0,01 0,01
5 Metil paraben Pengawet 0,02 0,02 0,02 0,02
6 Mentol Pengaroma 0,1 0,1 0,1 0,1
7 Natrium metabisulfit Antioksidan 0,01 0,01 0,01 0,01
8 Etanol Pelarut 60 60 60 60
Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100
9 Air suling Pembawa
mL mL mL mL
Cara pembuatan formulasi hair tonic ini meliputi langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Bahan-bahan yang diperlukan ditimbang dan ditandai sesuai nama bahan.

b. Propil paraben, metil paraben, mentol dilarutkan dalam etanol.

c. Ekstrak etanol rimpang lengkuas dilarutkan dalam propilen glikol

d. Filtrat daun lidah buaya dilarutkan dalam air suling ditambahkan natrium

bisulfit diaduk sampai homogen.

e. Dicampur larutan b, c dan d diaduk sampai larut

f. Ditambahkan air suling sampai batas volume 100 ml sambil

dihomogenkan.

34
5. Uji Stabilitas Fisik

Uji stabilitas fisik dilakukan dengan metode cycling test dengan

mengamati perubahan karakter fisik sediaan sebelum dan setelah cycling test.

Sampel hair tonic disimpan pada lemari pendingin dengan suhu 4oC selama 24

jam kemudian dipindahkan pada pemanas (oven) dengan suhu 40 oC selama 24

jam (satu siklus). Perlakuan dilakukan sebanyak 6 siklus pengamatan dilakukan

sebelum dan sesudah cycling test yang meliputi:

a. Uji Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan dengan mengamati perubahan warna dan

aroma sediaan hair tonic.

b. Homogenitas

Homogenitas dilakukan dengan mengamati partikel-partikel yang belum

larut.

c. Uji pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter Jenway.

hair tonic diambil sebanyak 10 ml kemudian diukur pH-nya menggunakan

pH-meter, kemudian dilihat sampai angka konstan. Angka yang tertera pada

pH-meter merupakan nilai pH sediaan (Pramita, 2013).

d. Uji Viskositas

Pengukuran viskositas sediaan menggunakan viskometer Ostwald.

Sediaan sebanyak 10 ml dimasukkan melalui tabung A kemudian dihisap

hingga cairan melewati bagian b dan melewati batas “a”. Cairan kemudian

dibiarkan mengalir dari batas “a” sampai batas “b”. Waktu yang diperlukan

35
sediaan untuk mengalir dihitung menggunakan stopwatch. Waktu yang

diperlukan sediaan untuk mengalir kemudian dihitung viskositasnya

menggunakan rumus:

η1 ρ 1 t 1
=
η2 ρ 2 t 2

η 1 = Viskositas cairan yang tidak diketahui

η 2 = Viskositas cairan standar

ρ dan ρ = bobot jenis masing-masing cairan


1 2

t1 dan t 2 = lamanya mengalir dalam detik

36
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Determinasi dilakukan untuk memastikan kebenaran bahan tumbuhan yang

digunakan dalam penelitian. Hasil identifikasi yang dilakukan di Laboratorium

Jurusan Pendidikan Biologi FKIP UHO Kendari, menunjukan bahwa sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang lengkuas dengan spesies Alpinia

galanga L dan daun lidah buaya dengan spesies Aloe vera L. (hasil dapat dilihat

pada Lampiran 1).

B. Penyiapan Sampel

Pengambilan sampel rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) di Desa

Mowila, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pengambilan

tanaman dilakukan pada waktu pagi hari sebelum matahari terbit. Sampel rimpang

lengkuas yang diperoleh dipreparasi sehingga diperoleh sampel basah rimpang

lengkuas yang sebanyak 12.000 gram. Sampel basah rimpang lengkuas

dikeringkan dalam oven dengan pada suhu 50oC selama 1-2 hari hingga diperoleh

sampel kering dan diserbukkan. Diperoleh serbuk rimpang lengkuas sebanyak

1.567 gram.

Sampel daun lidah buaya (Aloe vera L.) diperoleh di Kelurahan Kadia, Kota

Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pengambilan tanaman dilakukan pada pagi

hari, sampel daun yang digunakan adalah susunan daun ke-3 sampai ke-8 tanaman

dan yang telah cukup umur yakni 9 bulan. Sampel daun lidah buaya yang

37
diperoleh disortasi basah terlebih dahulu dan dicuci. Daun lidah buaya yang telah

dicuci dikupas dan dihaluskan menggunakan blender. Sampel daun lidah buaya

yang telah halus kemudian disaring untuk diperoleh filtratnya.

C. Ekstraksi

Ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini untuk sampel rimpang

lengkuas yaitu maserasi. Metode ini dipilih karena lebih mudah dan peralatan

yang lebih sederhana. Metode maserasi merupakan metode ekstraksi dingin

sehingga dapat mencegah rusaknya metabolit sekunder seperti flavonoid yang

terkandung di dalam sampel yang tidak tahan panas (Depkes RI, 2000). Dalam

proses maserasi, cairan penyari akan menembus dinding sel yang kemudian

masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif dan akan larut. Perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif yang di dalam dengan yang di luar sel maka

larutan akan terdesak keluar, hal tersebut terjadi berulang sehingga tercapai

keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam sel dan di luar sel (BPOM,

1986).

Cairan penyari yang digunakan adalah etanol. Etanol merupakan pelarut

yang bersifat universal yang mampu menarik semua jenis zat aktif selain itu

absorbsinya baik dan kadar toksisitasnya rendah terhadap makhluk hidup.

Penggunaan etanol dengan konsentrasi 96% mempermudah penetrasi ke dalam sel

dan kemampuan ekstrasinya lebih baik dibanding etanol dengan konsentrasi

rendah (Rowe dan Sheskey, 2009).

Serbuk rimpang lengkuas ditimbang, dimaserasi menggunakan etanol

dengan cara dimasukkan serbuk kering rimpang lengkuas kedalam wadah kaca,

38
ditambahkan pelarut etanol 96%. Maserasi dilakukan selama 3x24 jam yang

diiringi pergantian pelarut setiap 1x24 jam.

Proses maserasi 3x24 jam serta pergantian pelarut setiap 1x24 jam

dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan waktu kontak antara serbuk

simplisia dengan pelarut, sehingga dapat memaksimalkan proses ekstraksi.

Berdasarkan prinsip maserasi yaitu adanya difusi cairan penyari ke dalam sel

tumbuhan yang mengandung senyawa aktif. Difusi tersebut mengakibatkan

perbedaan tekanan osmosis di dalam dan di luar sel sehingga senyawa aktif

kemudian terdesak keluar akibat adanya tekanan osmosis tersebut. Larutan dalam

sel yang memiliki konsentrasi lebih tinggi kemudian akan bergerak keluar karena

adanya difusi dari pelarut yang memiliki konsentrasi lebih rendah. Proses ini

terjadi terus menerus sampai terjadi kesetimbangan antara larutan di dalam dan

diluar sel (Departemen Kesehatan, 1986).

Hasil maserasi disaring dan diambil filtratnya. Filtrat yang diperoleh

dipekatkan dengan rotary vacuum evaporator sampai pelarut menguap sempurna

sehingga didapatkan ekstrak kental rimpang lengkuas yang diperoleh dari 1.561

gram simplisia dengan 6 liter pelarut adalah sebesar 107,3 gram, sehingga

rendemen yang diperoleh sebesar 6,87%. Ekstrak kental rimpang lengkuas yang

diperoleh berwarna kecoklatan dan beraroma khas. Ekstrak yang diperoleh

disimpan dalam botol. Hasil ekstrak kental rimpang lengkuas dapat dilihat pada

Gambar 13.

39
Gambar 13. Ekstrak Etanol Rimpang Lengkuas
(Sumber : Dokumen pribadi)

D. Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dilakukan agar diketahui senyawa metabolit sekunder

yang terkandung dalam ekstrak. Golongan senyawa yang diuji dalam penelitian

adalah alkaloid, flavonoid, terpenoid, tanin, dan saponin. Hasil penapisan

fitokimia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Hasil Penapisan Fitokimia


Golongan Hasi
Pereaksi Sampel Keterangan
Senyawa l
Ekstrak rimpang
Dragendroft -
Alkaloid lengkuas Tidak ada
& Mayer
Filtrat Lidah Buaya -
HCl Ekstrak rimpang
+
Flavonoid pekat+serbuk lengkuas Merah jingga
mg Filtrat Lidah Buaya +
Ekstrak rimpang
Lieberman- +
Terpenoid lengkuas Merah bata
Buchard
Filtrat Lidah Buaya +
Ekstrak rimpang
+ Hijau
Tanin FeCl3 lengkuas
kehitaman
Filtrat Lidah Buaya +
Ekstrak rimpang
+
Saponin HCl encer lengkuas Busa
Filtrat Lidah Buaya +

Hasil penapisan fitokimia menunjukkan ekstrak etanol rimpang lengkuas

dan filtrat daun lidah buaya mengandung senyawa golongan flavonoid, terpenoid,

40
tanin, dan saponin (gambar dapat dilihat pada Lampiran 4). Identifikasi flavonoid

dilakukan menggunakan HCl pekat dan serbuk magnesium sebanyak 1 gram pada

tabung reaksi yang telah terdapat ekstrak. Hasil skrining yaitu terbentuknya

perubahan warna menjadi merah jingga (Susanty, 2014).

Pengujian terpenoid menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard, hasil

ditandai dengan terbentuknya warna merah bata. Pada penambahan pereaksi

Liebermann-Buchard, molekul-molekul asam anhidridat asetat dan asam sulfat

akan berikatan dengan molekul senyawa terpenoid sehingga menghasilkan reaksi

yang tampak pada perubahan warna (Robinson, 1995). Identifikasi senyawa tanin

menggunakan pereaksi penampakan FeCl3 1%. Hasil uji tabung senyawa tanin

dikatakan positif terlihat dari adanya perubahan warna hijau kehitaman setelah

diteteskan dengan FeCl3 1% (Jones dan Kinghorn, 2006). Identifikasi senyawa

saponin menggunakan HCl encer. Hasil positif mengandung saponin bila dapat

menimbulkan busa atau buih (Susanty, 2014).

E. Karakterisasi Ekstrak

Karakterisasi ekstrak dilakukan untuk menjamin mutu dari suatu ekstrak

dengan memenuhi suatu standar mutu ekstrak. Selain itu, karakterisasi ekstrak

perlu dilakukan agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam sehingga dapat

menjamin efek farmakologi tanaman tersebut. Karakteristik ekstrak etanol

rimpang lengkuas dan filtrat daun lidah buaya meliputi kadar sari larut etanol,

kadar sari larut air, kadar abu, dan kadar air.

Tabel 4. Karakterisasi Ekstrak Rimpang Lengkuas


No Parameter Ekstrak Etanol Standar
Karakteristik Rimpang Farmakope
Ekstrak Lengkuas Herbal

41
Indonesia
1 Kadar sari larut etanol 12% >2,0%
2 Kadar sari larut air 12% >4,5%
3 Kadar air 3% <10%
4 Kadar abu 2% <4,9%
Tabel 5. Karakterisasi Filtrat Daun Lidah Buaya
Parameter Filtrat Daun Standar
No Karakteristik Lidah Farmakope
Ekstrak Buaya Herbal Indonesia
1 Kadar sari larut etanol 10% >2,3%
2 Kadar sari larut air 1,6% >1,4%
3 Kadar abu 1% <1,5%

Penetapan kadar sari larut etanol bertujuan untuk mengetahui banyaknya

kandungan senyawa dalam ekstrak yang dapat tersari dalam pelarut etanol, dalam

hal ini menunjukan ekstrak etanol rimpang lengkuas mengandung 12% senyawa

yang dapat tersari dalam pelarut etanol dan untuk filtrat daun lidah buaya

sebanyak 10%, hal ini telah memenuhi standar dimana kadar sari larut etanol

ekstrak etanol rimpang lengkuas tidak kurang dari 2,0%, dan lidah buaya tidak

kurang dari 2,3%. Penetapan kadar sari larut air menunjukkan banyaknya

kandungan senyawa dalam ekstrak yang dapat tersari dalam pelarut air. Ekstrak

etanol rimpang lengkuas mengandung 12% senyawa yang dapat tersari dalam

pelarut air dan untuk filtrat daun lidah buaya 1,6%.

Penentuan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan

mineral. Ekstrak yang dipanaskan menyebabkan senyawa organik dan turunannya

terdestruksi dan menguap hingga tersisa unsur mineral dan anorganik saja. Kadar

abu ekstrak etanol rimpang lengkuas dihasilkan sebesar 2% dan untuk filtrat daun

lidah buaya 1%, Hal ini menunjukkan bahwa sisa unsur mineral dan anorganik

dalam ekstrak etanol rimpang lengkuas sebesar 2% dan daun lidah buaya sebesar

1%. Hasil yang didapatkan telah memenuhi standar ekstrak dengan nilai dibawah

42
dari 3,9% dan lidah buaya tidak lebih dari 1,5%. Kadar air memperlihatkan

banyaknya hidrat yang terkandung dalam ekstrak. Kadar air ditetapkan untuk

menjaga kualitas ekstrak, kadar air dalam ekstrak etanol rimpang lengkuas tidak

lebih dari 10%.

F. Formulasi Hair Tonic

Hair tonic atau hair tonic merupakan sediaan kosmetik yang berbentuk

larutan terdiri dari campuran bahan aktif dan bahan lainnya yang digunakan untuk

membantu menguatkan, memperbaiki pertumbuhan dan menjaga kondisi rambut

dan kulit kepala. Sediaan hair tonic dipilih karena penggunaannya yang lebih

mudah, tidak lengket, serta proses penyerapan oleh kulit kepala yang baik dan

tidak menimbulkan bekas.

Konsentrasi ekstrak etanol rimpang lengkuas dan filtrat daun lidah buaya

pada setiap formulasi dibuat bervariasi yaitu terdiri dari 4%+12,5%, 5%+25% dan

6%+37,5%. Konsentrasi ini dipilih berdasarkan uji pendahuluan aktivitas ekstrak

etanol rimpang lengkuas dan hasil penelitian sebelumnya oleh Dwiagusti tahun

2012 tentang aktivitas lidah buaya terhadap pertumbuhan rambut. Hasil yang

diperoleh dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pada konsentrasi minimum

12,5% gel daun lidah buaya mempunyai kemampuan menstimulasi pertumbuhan

rambut. Peningkatan jumlah konsentrasi dilakukan agar dapat dilihat ada tidaknya

pengaruh konsentrasi ekstrak etanol rimpang lengkuas dan filtrat daun lidah buaya

terhadap sediaan hair tonic yang dihasilkan, stabilitas sediaan serta karakter fisik

ditinjau dari estetika sediaan.

43
Pembuatan sediaan hair tonic dilakukan dengan pencampuran ekstrak

etanol rimpang lengkuas dan filtrat daun lidah buaya menggunakan bahan-bahan

tambahan meliputi propilen glikol, natrium metabisulfit, propil paraben, metil

paraben, mentol, etanol 96% dan air suling. Bahan tambahan propilen glikol

digunakan untuk meningkatkan kelarutan ekstrak kental agar terlarut sempurna.

Mentol digunakan sebagai pengaroma dan memberikan sensasi dingin pada kulit

kepala guna menutupi sifat pemerian dari ekstrak yang panas sehingga pemakaian

hair tonic menjadi lebih nyaman, juga dapat meningkatkan penetrasi ke kulit

kepala sehingga zat aktif dapat terserap dengan baik pada kulit kepala (Rowe dan

Sheskey, 2009).

Natrium metabisulfit digunakan sebagai antioksidan pada sediaan berbasis

air untuk mencegah proses oksidasi dari lidah buaya yang mungkin terjadi dalam

sediaan, karena sifat dari lidah buaya yang mudah teroksidasi oleh udara sehingga

dapat menyebabkan berukurangnya nilai nutrisi dari lidah buaya. Metil paraben

dan propil paraben dan digunakan sebagai pengawet, kombinasi pengawet

dilakukan karena kandungan air dalam hair tonic yang cukup besar sehingga

dapat menjadi media pertumbuhan mikroba dengan mengkombinasi kedua

pengawet tersebut dapat memperluas aktivitas spektrum dari kedua pengawet ini

(Rowe dan Sheskey, 2009). Etanol 96% dan air suling digunakan sebagai pelarut.

Dari ketiga formula hair tonic yang dihasilkan, terdapat perbedaan warna

dari setiap formula. Perbedaan warna sediaan disebabkan karena variasi ekstrak,

semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang ditambahkan warna yang dihasilkan

44
semakin pekat. Kriteria hair tonic yang baik berdasarkan syarat mutu SNI adalah

homogen dan bebas partikel asing.

Basis A B C

Gambar 14. Formula hair tonic A: ekstrak etanol rimpang lengkuas 4% ; lidah buaya
12,5%, B: ekstrak etanol rimpang lengkuas 5% ; lidah buaya 25%, C: ekstrak
etanol rimpang lengkuas 6% ; lidah buaya 37,5%

F. Uji Stabilitas Fisik Sediaan Hair Tonic

Uji stabilitas fisik sediaan hair tonic diperlukan untuk melihat adanya

kemungkinan perubahan bentuk fisik dari sediaan atau untuk melihat kestabilan

sediaan selama masa penyimpanan dengan menggunakan beberapa parameter

fisik meliputi organoleptik, pH, homogenitas dan viskositas.

Pengujian stabilitas fisik sediaan hair tonic dilakukan dengan metode

cycling test. Pengujian ini dilakukan dengan mempercepat evaluasi kestabilan

selama penyimpanan beberapa periode (waktu) pada suhu yang lebih tinggi dari

normal. Sediaan hair tonic disimpan pada suhu 4oC selama 24 jam lalu

dipindahkan pada suhu 40o C selama 24 jam, perlakuan ini disebut satu siklus dan

dilakukan sebanyak 6 siklus atau selama 12 hari hal ini mengkondisikan

penyimpanan sediaan hair tonic pada kondisi suhu ruang selama 2 tahun (Hasyim

dkk., 2011; Elya dkk., 2013).

1. Pengamatan organoleptik

45
Pengujian organoleptik meliputi pemeriksaan warna dan aroma, dengan

melihat kemungkinan adanya ketidakstabilan fisik berupa perubahan

konsistensi warna dan aroma yang mungkin terjadi pada sediaan hair tonic

sebelum dan setelah cycling test.

Tabel 6. Hasil pengamatan organoleptik


Formula Cycling test Warna Aroma
Sebelum Bening Segar
Basis
Setelah Bening Segar
Sebelum Coklat Kemerahan Khas
A
Setelah Coklat Kemerahan Khas
Coklat Pekat
Sebelum Khas
Kemerahan
B
Coklat Pekat
Setelah Khas
Kemerahan
Sebelum Coklat Pekat Khas
C
Setelah Coklat Pekat Khas
Keterangan: Formula hair tonic A: ekstrak etanol rimpang lengkuas 4% ; lidah buaya
12,5%, B: ekstrak etanol rimpang lengkuas 5% ; lidah buaya 25%, C: ekstrak
etanol rimpang lengkuas 6% ; lidah buaya 37,5%.

Indikator perubahan yang mengarah pada ketidakstabilan suatu sediaan

ditandai dengan terjadinya perubahan fisik sediaan pada saat pengamatan secara

visual (Hasyim dan Baharuddin, 2011). Pada Tabel 6 terlihat tidak ada perbedaan

warna dan bau terhadap lama penyimpanan selama dua minggu, hal ini

menandakan bahwa formulasi hair tonic ekstrak ekstrak etanol rimpang lengkuas

dan filtrat daun lidah buaya stabil secara fisik selama dua minggu dalam waktu

penyimpanan dipercepat (cycling test).

Formulasi hair tonic dengan variasi ekstrak etanol rimpang lengkuas dan

filtrat daun lidah buaya menghasilkan perbedaan warna pada formula hair tonic

dikarenakan semakin besar kosentrasi ekstrak rimpang lengkuas yang digunakan,

maka akan terbentuk formula hair tonic dengan warna coklat yang semakin gelap.

46
Hal ini dapat dilihat pada Table 6, formula hair tonic ekstrak etanol rimpang

lengkuas dengan kombinasi filtrat daun lidah buaya 4%+12,5% , memiliki warna

yang lebih terang dibanding dengan kombinasi 5%+25% dan kombinasi 6%

+37,5% memiliki warna yang lebih gelap.

2. Homogenitas

Uji homogenitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

apakah sediaan yang dibuat telah homogen secara keseluruhan. Masing-masing

sediaan diperiksa homogenitasnya melalui pengamatan secara visual dengan

melihat partikel-partikel yang belum larut. Hasil pengujian menunjukkan bahwa

hair tonic dengan variasi konsentrasi tidak mengalami perubahan stabilitas fisik

dari segi homogenitas.

Tabel 7. Pengujian homogenitas


Formul Homogenitas
a Sebelum cycling test Setelah cycling test
Homogen, tidak ada Homogen, tidak ada
Basis
endapan endapan
Homogen, tidak ada Homogen, tidak ada
A
endapan endapan
Homogen, tidak ada Homogen, tidak ada
B
endapan endapan
Homogen, tidak ada Homogen, tidak ada
C
endapan endapan
Keterangan: Formula hair tonic A: ekstrak etanol rimpang lengkuas 4% ; lidah buaya
12,5%, B: ekstrak etanol rimpang lengkuas 5% ; lidah buaya 25%, C: ekstrak
etanol rimpang lengkuas 6% ; lidah buaya 37,5%.

3. Pengujian pH

Uji derajat keasaman atau kebasaan (pH) merupakan parameter

fisikokimia yang harus dilakukan pada pengujian sediaan topikal karena pH

sediaan dapat mempengaruhi stabilitas dan kenyamanan penggunaaan sediaan

47
pada kulit. Apabila sediaan bersifat basa akan mengakibatkan kulit terasa licin,

cepat kering, serta dapat mempengaruhi elastistas kulit, namun apabila sediaan

bersifat asam dengan rentang pH di bawah rentang pH kulit akan mengakibatkan

iritasi (Iswari, 2007). Hal ini disebabkan adanya kerusakan mantel asam pada

lapisan stratum corneum kulit (Marinda, 2012).

Pengukuran pH sediaan hair tonic menggunakan alat pH-meter.

Pengukuran pH sediaan dilakukan sebelum memulai siklus dan setelah siklus

berakhir. Hasil pengukuran pH sebelum dan setelah siklus pada seluruh formula,

menunjukkan pH sediaan hair tonic yang masuk pada rentang pH kulit.

Tabel 8. Hasil Uji pH


pH
Formula Sebelum Setelah
cycling test cycling test
Basis 5,79 5,96
A 5,27 5,34
B 5,00 5,15
C 4,87 5,05
Keterangan: Formula hair tonic A: ekstrak etanol rimpang lengkuas 4% ; lidah buaya
12,5%, B: ekstrak etanol rimpang lengkuas 5% ; lidah buaya 25%, C: ekstrak
etanol rimpang lengkuas 6% ; lidah buaya 37,5%.

Hasil pengamatan menunjukkan pH mengalami peningkatan pada semua

sediaan setelah cycling test. Hal ini dapat disebabkan pada saat proses

penyimpanan terjadi interaksi antara zat aktif pada ekstrak dengan bahan bahan

tambahan dalam sediaan hair tonic. Adanya gugus OH- pada pelarut dan bahan-

bahan tambahan dimungkinkan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan pH

dari sediaan hair tonic¸ menurut Martin tahun 1993 OH- dalam sediaan dapat

membuat pH sediaan cenderung naik. Meski demikian, rentang nilai pH sebelum

dan sesudah cycling test masih dalam batas aman untuk sediaan hair tonic

menurut SNI 16-4955-1998 yaitu antara 3,0 -7,0.

48
4. Viskositas

Pemeriksaan viskositas merupakan gambaran dari tahanan suatu benda cair

untuk mengalir. Hal ini menjadi penting dalam formulasi sediaan cair karena

menentukan sifat dari sediaan dalam hal campuran dan sifat alirnya, baik pada

saat diproduksi dan dalam pengemasan (Dewi dan Aryani, 2011).

Hair tonic pada masing-masing formula yang dihasilkan memiliki tipe

aliran Newton. Hal ini terlihat dari bentuk yang cair, oleh karena itu nilai

viskositas dari masing-masing formula diperoleh menggunakan viskometer yang

digunakan untuk mengukur viskositas tipe aliran Newton. Viskometer yang

digunakan pada penelitian ini adalah viskometer ostwald. Dari hasil data

pengujian diperoleh perbedaan nilai viskositas dari tiap-tiap formula, makin tinggi

jumlah ekstrak nilai viskositas sediaan semakin tinggi. Perubahan viskositas

selama penyimpanan merupakan kriteria pokok kestabilan sediaan.

Tabel 9. Hasil Uji Viskositas


Viskositas
Formula Sebelum Setelah
cycling test cycling test
Basis 0,866 cPs 1,229 cPs
A 1,178 cPs 1,676 cPs
B 1,306 cPs 1,883 cPs
C 2,148 cPs 2,296 cPs

Keterangan: Formula hair tonic A: ekstrak etanol rimpang lengkuas 4% ; lidah buaya
12,5%, B: ekstrak etanol rimpang lengkuas 5% ; lidah buaya 25%, C: ekstrak
etanol rimpang lengkuas 6% ; lidah buaya 37,5%.

Pada penelitian ini, hasil nilai viskositas bervariasi sesuai dengan

konsentrasi sediaan. Viskositas suatu sediaan hair tonic dipengaruhi oleh

konsentrasi ekstrak, kenaikan viskositas akan berbanding lurus dengan kenaikan

49
konsentrasi sediaan. Tabel 9 menunjukkan, peningkatan nilai viskositas namun

tidak mempengaruhi kestabilan sediaaan hair tonic. Viskositas hair tonic

meningkat setelah cycling test, hal ini dapat disebabkan bahan tambahan dari hair

tonic yang meningkatkan kelembaban dalam sediaan akibat pemanasan yang

terjadi selama masa pengujian dan penyimpanan pada suhu rendah sehingga

ningkatkan nilai viskositas (Fennema, 1998). Namun nilai viskositas sediaan hair

tonic ini masih dalam nilai viskositas yang baik untuk digunakan pada kulit kepala

karena masih masuk dalam rentang nilai viskositas yaitu dibawah 5 cPs yang

sesuai dengan ketentuan Badan Standarisasi Nasional (1998) no. SNI 16-4955-

1998.

50
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Karakteristik ekstrak etanol rimpang lengkuas yaitu kadar sari larut etanol

12%, kadar sari larut air 12%, kadar abu 2% dan kadar air 3%. Karakteristik

filtrat daun lidah buaya yaitu kadar sari larut etanol 10%, kadar sari larut air

1,6%, dan kadar abu 1%.

2. Ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) dan filtrat daun lidah

buaya (Aloe vera L) dapat diformulasi menjadi sediaan hair tonic dengan

variasi konsentrasi ekstrak etanol rimpang lengkuas dan filtrat daun lidah

buaya 4%+12,5%, 5%+25% dan 6%+37,5%.

3. Keseluruhan formula sediaan hair tonic dengan masing-masing konsentrasi

ekstrak ekstrak etanol rimpang lengkuas dan filtrat daun lidah buaya 4%

+12,5%, 5%+25% dan 6%+37,5%, stabil secara fisik ditinjau dari parameter

organoleptik, homogenitas, pH dan nilai viskositas berdasarkan ketentuan SNI.

B. Saran

Saran dari penelitian ini adalah:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk isolasi ekstrak rimpang lengkuas

dan uji aktivitas sebagai antiketombe serta isolasi filtrat daun lidah buaya dan

aktivitasnya terhadap pertumbuhan rambut.

51
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pembuatan sediaan yang lain dari

ekstrak etanol rimpang lengkuas dan filtrat daun lidah buaya.

52
DAFTAR PUSTAKA

Anjum, F., Bukhari, S.A., Shahid, M., Bokhari, T.H., Talpur, M.M.A., 2013,
Exploration Of Nutraceutical Potential Of Herbal Oil Formulated From
Parasitic Plant, Afr. J. Tradit Complement Altern Med, 11(1).

Arini, Melinda., 2011, Pengaruh Aktivitas Antiketombe Ekstrak Etanol 70 %


Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Terhadap Flora Normal
Di Kulit Kepala, Fakultas Farmasi. Universitas Pancasila. Jakarta.

Azis, S., Muktiningsih, S.R., 1999, Artikel Studi Kegunaan Sediaan Rambut.
Jakarta: Puslitbang Farmasi Badan Litbangkes.

Bariqina, E., Ideawati, Z., 2001, Perawatan & Penataan Rambut, Adi Cita Karya
Nusa, Yogyakarta

Badan Standarisasi Nasional, 1998, (online), http://sisni.bsn.go.id/i


ndex.php?/sni_main/sni/d etail_sni/5412 diakses 30 Agustus 2016.

Dalimartha, S., dan Soedibyo, M., 1998, Perawatan Rambut Dengan Tumbuhan
Obat dan Diet Suplemen, PT. Penebar Swadaya, Bogor.

Departemen Kesehatan, 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989, Materia Medika Indonesia.


Jilid V, Jakarta.

Departemen Kesehatan & Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2000,


Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid I, Jakarta.

Departemen Kesehatan & Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2001,


Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid II, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Farmakope Herbal Indonesia.


Edisi I, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia & Direktorat Jenderal Pengawasan


Obat Dan Makanan, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Bakti Husada, Jakarta.

Departemen Kesehatan, R.I., 1985, Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta.

53
Dewi dan Aryani, 2011, Stabilitas Fisika dan Kimia Sediaan Gel dan Tonik
Penyubur Rambut Dari Ekstrak Etanol Biji Anggur (Vitis vinifera L.) var.
Merah, Vol.1.

Diana, Wahyu., Dr. Meda Wahini, 2014, Penggunaan Ekstrak Buah Alpukat dan
Madu Sebagai Bahan Hair Tonic untuk Rambut Rontok, e- Journal. 3(1).

Djajadisastra, J, 2004, Cosmetic Srability. Seminar Setengah Hari Hiki,


Departemen Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia. Depok.

Dwaber, R., dan Rook. A., 1991, Diseas of The Hair and Scalp, Edisi 2.,
Blackwell Scientific Pub, London.

Dwiagusti., 2002, Uji Pendahuluan efek Lendir Lidah Buaya (Aloe sp.) Terhadap
Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan Serta Deteksi Secara KLT, Skripsi,
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogjakarta.

Elya, B., Dewi, R., dan Budiman, M. H., 2013, Antioxidant Cream of Solanum
lycopersicum L., International Journal of PharmTech Research, Coden
(USA),Vol. 5(1).

Fennema, O. R., 1998, Principle of Food Science, Marcel Dekker Inc, New York.

Furnawanthi, I,, 1990, S.P., N.D. Khasiat & Manfaat Lidah Buaya, Agromedia.

Harahap, Ernida Fermadani, 2014, Uji Aktifitas Ekstrak Rimpang Lengkuas


Merah (Alpinia galanga L. Willd) Terhadap Jamur Pityrosporum ovale
dalam Sediaan Sampo Anti Ketombe, Skripsi, Universitas Sumatera Utara,
Meda.

Hartono, N.W.B., 2009, Pengaruh Alpinia galanga (Lengkuas) Terhadap


Aktivitas Poliferasi Sel dan Indeks Apoptosis pada Adenokarsinoma
Mamma Mencit C 3H, Tesis, Proram Pasca Sarjana Magister Ilmu
Biomedik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis I Patologi Anatomi.
Universitas Diponegoro, Semarang.

Hasyim, N., Baharuddin, G.A., 2011, Formulasi Gel Sari Buah Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L.), Majalah Farmasi dan Farmakologi, 15(1).

Idris, M., 2013, Efektifitas Ekstrak Aloe Vera Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Streptococcus sanguis, Skripsi, Bagian Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin. Makassar.

Iswari, T. R., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

54
Jones, W.P. dan Kinghorn, A.D., 2006., Extraction of plant secondary
metabolites, In: Sarker, S.D., Latif, Z. dan Gray, A.I., eds. Natural
Products Isolation. 2nd Ed. New Jersey: Humana Press.
Krause. K. dan Foitzik.K. 2006. Biology Of The Hair Follicle. The Basics,
Seminar in Cutaneous Medicine and Surgery, J.Derm.Sci, 25, 2-10.
Kurnianto, A., 2008, Perbbandingan Efektivitas Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera)
100%. Zinc Pyrithione 1% dan Ketokonazol 1% Secara In Vitro Terhadap
Pertumbuhan Pityrosporum ovale, Karya Tulis Ilmiah, Fakultas
Kedokteran, Universitas Diponegoro. Semarang.

Kusumawardani, N.F., 2009, Formulasi Salep Minyak Atsiri Rimpang Lengkuas


[Alpinia galanga (L.) Swartz] Basis Lemak Dan Peg 4000 Dengan Uji
Sifat Fisik Dan Uji Aktivitas Antijamur Candida albicans, Skripsi,
Universitas Muhammadiyah. Surakarta.

Mardisiswojo, S., Rajakmangunsudarso, H., 1985, Cabe Puyang, Warisan Nenek


Moyang. Balai Pustaka. Jakarta.

Marinda, Wenny S., 2012, Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Gel Liposom yang
Mengandung Fraksinasi Ekstrak Metanol Kulit Manggis (Garcinia
mangostana L.) Sebagai Antioksidan, Skripsi, Universitas Indonesia,
Jakarta.

Martin, A., Swarbrick, J., Cammarata, A., 1993, Farmasi Fisik II. Edisi 3.
Terjemahan: Yoshita, UI Press. Jakarta.

Meidan.M.V, Bonner.C.M, Michniak.B.B. 2005. Transfollicular Drug Delivery-Is


it a reality, Int. J.Pharm, 306:1-14.
Nurhakim, dan Adrian S., 2010, Evaluasi Pengaruh Gelling Agent Terhadap
Stabilitas Fisik dan Profil Difusi Sediaan Gel Minyak Biji Jinten Hitam
(Nigella sativa Linn), Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.

Parwata, O.A, I.M., Sastra Dewi, P.F., 2008, Isolasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri
Minyak Atsiri Dari Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.). J. Chem. 2.

Pramita, F.Y., 2013, , Formulasi Sediaan Gel Antiseptik Ekstrak Metanol Daun
Kesum (Polygonum minus Huds), Skripsi, Universitas Tanjungpura,
Pontianak.

Prathita, Tara., 2008, Efek Antibakteri Infusum Daging Aloe vera Terhadap
Porphyromonas Gingivalis In Vitro (Perbandingan Metode Ekstraksi
Maserasi dan Infundasi), Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Indonesia, Jakarta.

55
Purnamasari, D., dan Suhartiningsih, 2013, Pengaruh Jumlah Air Bonggol Pisang
Klutuk Terhadap Sifat Fisik dan Masa Simpan Hair Tonic Rambut Rontok,
E-Journal, Vol.2(3).

Puspitasari, Y., 2008, Uji Banding Efektivitas Merang (Rice straw) 50% dengan
Ketokonazole 1% Secara In Vitro Terhdap Pertumbuhan Pityrosporum
ovale Pada Ketombe, Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran.
Universitas Diponegoro. Semarang

Robinson, T., 1995, Kandungan Senyawa Organik Tumbuhan Tinggi, ITB.


Bandung.

Rohmawati, N., 2009. Efek Penyembuhan Luka Bakar Dalam Sediaan Gel
Ekstrak Etanol 70% Daun Lidah Buaya (Aloe Vera L.) Pada Kulit
Punggung Kelinci New Zealand, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas
Muhamadiyah Surakarta. Surakarta.

Rowe, R.C, Sheskey, P.J, 2009, Handbook Of Pharmaceutical Excipienth (6th),


Pharmaceutical Press. London 

Sinclair, R. D., Banfield, C. C., dan Dawber, R. P., 1997, Handbook of Disease of
The Hair and Scalp, 3rd Edition., UK: Blackwell Science, Ltd.

Susanty, E. S., 2014, Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Gatal (Laportea
decumana (Roxb.) Wedd), Pharmacy, Vol.11, No. 01, ISSN 1693-3591.

Sutrisno, F., Subakir, S., Wahyudi, F., 2012. Uji Banding Ekstrak Rimpang
Lengkuas (Alpinia galangal) 100% dengan Zinc Pyrithione 1% Terhadap
Peertumbuhan Pityrosporum ovale Pada Penderita Berketombe. Jurnal
Media Medika Muda, 1(3).

Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Alih Bahaasa Drs.
Soendani Noerono Soewandhi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Wade, A., Weller, P., 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients, American


Pharmaceutical Association. London.

Yuharmen, Y., Y. Eryanti, dan Nurbalatif,. 2002, Uji Aktivitas Antimikrobia


Minyak Atsiri dan Ekstrak Metanol Lengkuas (Alpinia galanga), Jurnal
Nature Indonesi. 4(2).

56
LAMPIRAN PROSEDUR PENELITIAN

57
Lampiran 1. Determinasi Tanaman

58
59
60
61
62
Lampiran 2. Diagram Alir Metode Penelitian

A. Pengolahan Sampel

Rimpang Lengkuas
(Alpinia galanga L.)
- dicuci dengan air bersih
- dikupas
- dirajang kecil-kecil
- dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC 1-2 hari
- dicacah dengan pencacah elektrik

Serbuk Rimpang Lengkuas

Daun Lidah Buaya


(Aloe vera L.)
- dicuci dengan air bersih
- dikupas
- dirajang kecil-kecil gel daun
- dicacah dengan pencacah elektrik
- disaring

Filtrat Daun Lidah Buaya

63
B. Pembuatan Ekstrak

Serbuk Halus Rimpang Lengkuas

- Diperoleh sebanyak 1.567 g


- Dimaserasi dengan etanol 96%
- Dimaserasi selama 3x24 jam yang diiringi
pergantian pelarut setiap 1x24 jam
- Dilakukan proses pengadukan
- Disaring

Residu Filtrat

- Ditampung
- Diuapkan dengan
alat rotary vacuum
evaporator pada

temperature 50

Ekstrak Kental Rimpang Lengkuas

C. Pembuatan Reaksi

1. Pereaksi Dragendorf

Bismuth subdinitrat Kalium Iodida


2
-Ditimbang 0,6g -Ditimbang 6 g
-Ditambahkan 2 mL HCl P -Ditambahkan 10 mL
-Ditambahkan 10 mL H2O H2O

Larutan A Larutan B

Larutan A
- Dicampur dengan larutan B
- Ditambahkan 7 mL HCl P
- Ditambahkan 15 mL H2O

Pereaksi Dragendorf
64
2. Pereaksi Liebermann-Bunchard

5 mL Asam Asetat

- Ditambahkan 5 mL H2SO4
- Ditambahkan 50 mL etanol
absolut dalam keadaan dingin

Pereaksi Liebermann-Bunchard

3. Pereaksi Mayer

HgCl2 KI

- Ditimbang 1,4 g - Ditimbang 5 g


- Dilarutkan dalam 60 mL - Dilarutkan dalam 10 mL air
air suling suling

Larutan A Larutan B

Larutan A

- Dicampur dengan larutan B


- Dilarutkan dalam 100 mL air
suling

Larutan A

4.Pereaksi FeCl3

FeCl3

-Ditimbang 1 g
-Dimasukkan dalam labu takar 100 mL
-Ditambahkan akuades sampai tanda tera

Pereaksi FeCl3 1 %
65
5. Pereaksi H2SO4

H2SO4

- Dipipet 0,5 mL
- Dilarutkan dalam labu takar 100 mL

Pereaksi H2SO4 0,1 M

D. Formulasi Hair tonic

Ekstrak Rimpang Lengkuas


- Ditimbang
- Dilarutkan dalam propilen glikol

Larutan A

Mentol Metil Paraben Propil Paraben

- Ditimbang masing-masing
- Dilarutkan dalam etanol 96%

Larutan B

Filtrat Daun Lidah Buaya

- Ditambahkan natrium metabisultif


- Dilarutkan dalam air suling

Larutan C

66
Larutan A Larutan B Larutan C

- Dicampur
- Ditambahkan air suling sampai 100 ml
- Disimpan dalam wadah tertutup dan
dilabeli
Formula Hair tonic

E. Prosedur Evaluasi Sediaan

1. Uji Organoleptik sediaan

Formula A Formula B Formula C Formula D

- Disimpan pada suhu 4oC dan 40oC


masing-masing selama 24 jam
- Diulangi sebanyak 6 siklus
- Diamati perubahan yang terjadi

Warna dan aroma

2. Uji Viskositas sediaan

Formula A Formula B Formula C Formula D

- Diukur menggunakan viskometer


Ostwald
- Diamati nilai viskositasnya

67
Nilai viskositas sediaan

3. Uji pH sediaan

Formula A Formula B Formula C Formula D

- Dimasikan 50 ml didalam gelas


kimia
- Diukur pH menggunakan pH-
meter
- Diamati nilai pH

Nilai pH sediaan

68
Lampiran 3. Perhitungan

A. Perhitungan Rendamen dan Karakteristik Ekstrak

1. Rendamen ekstrak rimpang lengkuas

Berat total ekstrak =107,3 gram

Berat simplisia kering =1.561 gram

berat ekstrak
Rendamen ekstrak = x 100 %
berat simplisia

107,3 g
= x 100 %
1561 g

= 6,87 %

2. Kadar abu

a. Ekstrak Rimpang Lengkuas

Berat cawan kosong = 31,23 gram

Berat ekstrak = 0,5 gram

Berat ekstrak + cawan = 31,73 gram

Berat ekstrak setelah dipanaskan = 31,24 gram

berat ekstrak setela dipanaskan−berat cawan


Kadar abu = x 100%
berat ekstrak

31,24−31,23 0,0 1
= x 100 % = x 100 %
0,5 0,5

= 2%

b. Daun lidah buaya

Berat cawan kosong = 27,020 gram

Berat ekstrak = 0,5 gram

Berat ekstrak + cawan = 27,52 gram

Berat ekstrak setelah dipanaskan = 27,025 gram

69
berat ekstrak setela dipanaskan−berat cawan
Kadar abu = x 100%
berat ekstrak

27,025−27,020 0,00 5
= x 100 % = x 100 %
0,5 0,5

= 1%

3. Kadar sari larut air

a. Ekstrak rimpang lengkuas

Berat cawan kosong = 55,3 gram

Berat ekstrak = 5 gram

Berat sari larut setelah diuapkan = 55,9 gram

Kadar sari larut air =


berat sari larut setelah diuapkan−berat cawan kosong
x 100 %
berat sampel

55,9−55,3 0,6
= x 100 % = x 100 %
5 5

= 12%

b. Daun lidah buaya

Berat cawan kosong = 31,20 gram

Berat ekstrak = 5 gram

Berat sari larut setelah diuapkan = 31,28 gram

Kadar sari larut air =


berat sari larut setelah diuapkan−berat cawan kosong
x 100 %
berat sampel

31,28−31,20 0,08
= x 100 % = x 100 %
5 5

= 1,6%

4. Kadar sari larut etanol

70
a. Ekstrak rimpang lengkuas

Berat cawan kosong = 31,2 gram


Berat ekstrak = 5 gram

Berat sari larut setelah diuapkan = 31,8 gram

berat sari larut setelah diuapkan−berat cawan kosong


Kadar sari larut etanol = x
berat sampel
100%

31,2−31,8 o , 6
= = x 100 %
5 5
= 12%
b. Daun lidah buaya

Berat cawan kosong = 86,2 gram

Berat ekstrak = 5 gram

Berat sari larut setelah diuapkan = 86,7 gram

berat sari larut setelah diuapkan−berat cawan kosong


Kadar sari larut etanol =
berat sampel
x100%

86,7−86,2 o , 5
= = x 100 %
5 5
= 10%

5. Kadar air

Ekstrak rimpang lengkuas

Berat cawan kosong = 30,0 gram

Berat ekstrak = 1 gram

Berat cawan + ekstrak setelah dipanaskan = 30,03 gram

Kadar air
berat cawan setelah dipanaskan−berat cawankosong
¿ x 100 %
berat ekstrak

71
30,03−30,0 0,03
= x 100 % = x 100%
1 1

= 3%

B. Perhitungan Bahan

Perhitungan bahan berdasarkan penelitian Diana tahun 2014 dengan

perbandingan air dan etanol sebesar 2:3.

1. Formula A

Tiap 100 ml mengandung

Ekstrak etanol rimpang lengkuas 4%

Filtrat daun lidah buaya 12,5%

Propilen glikol 5%

0,01
Natrium Metabisulfat 0,01% = ×100=0,01g
100

0,02
Metil Paraben 0,02% = ×100=¿ 0,02 g
100

0,01
Propil Paraben 0,01% = ×100=0,01g
100

0,1
Mentol 0,1% = ×100 = 0,1 g
100

72
3
Etanol 96% x 78,3 = 47 ml
2+ 3

Air suling add 100 ml

2. Formula B

Tiap 100 ml mengandung

Ekstrak etanol rimpang lengkuas 5%

Filtrat daun lidah buaya 25%

Propilen glikol 5%

0,01
Natrium Metabisulfat 0,01% = ×100=0,01g
100

0,02
Metil Paraben 0,02% = ×100=¿ 0,02 g
100

0,01
Propil Paraben 0,01% = ×100=0,01g
100

0,1
Mentol 0,1% = ×100 = 0,1 g
100

3
Etanol 96% x 64,8 = 38,8 ml
2+ 3

Air suling add 100 ml

3. Formula C

Tiap 100 ml mengandung

Ekstrak etanol rimpang lengkuas 6%

Filtrat daun lidah buaya 37,5%

Propilen glikol 5%

0,01
Natrium Metabisulfat 0,01% = ×100=0,01g
100

73
0,02
Metil Paraben 0,02% = ×100=¿ 0,02 g
100

0,01
Propil Paraben 0,01% = ×100=0,01g
100

0,1
Mentol 0,1% = ×100 = 0,1 g
100

3
Etanol 96% x 51,3 = 30,7 ml
2+ 3

Air suling add 100 ml

C. Perhitungan Viskositas

Rumus Massa jenis

massa
massa jenis=
volume
( 46,3−19,6 ) gram
massa jenis=
25 ml
26,7 gram
massa jenis=
25 ml
massa jenis=1,068 gr /ml
Tabel. 10 Mengukur massa jenis sebelum cycling test

Piknometer Piknometer + Volume Massa jenis


Sampel
kosong (gram) Sampel (gram) sampel (gram/ml)
Akuades 19,6 gram 46,3 gram 25 ml 1,068
Basis 19,6 gram 44,1 gram 25 ml 0,98
Formula A 19,6 gram 44,8 gram 25 ml 1,008
Formula B 19,6 gram 45,1 gram 25 ml 1,02
Formula C 19,6 gram 45,9 gram 25 ml 1,052

Tabel. 11 Mengukur massa jenis setelah cycling test


Piknometer Piknometer + Volume Massa jenis
Sampel
kosong (gram) Sampel (gram) sampel (gram/ml)
Akuades 19,6 gram 46,3 gram 25 ml 1,068
Basis 19,6 gram 44,8 gram 25 ml 1,008
Formula A 19,6 gram 44,9 gram 25 ml 1,012
Formula B 19,6 gram 45,2 gram 25 ml 1,024
Formula C 19,6 gram 46,0 gram 25 ml 1,056

74
1. Perhitungan massa jenis Sebelum Cycling test
Basis
massa
massa jenis=
volume
( 44,1−19,6 ) gram
massa jenis=
25 ml
24,5 gram
massa jenis=
25 ml
massa jenis=0,98 gr /ml
Perhitungan Viskositas
η1 ρ 1 t 1
=
η2 ρ 2 t 2
η 1 = Viskositas cairan yang tidak diketahui
η 2 = Viskositas cairan standar (0,89 cPs)

ρ dan ρ = bobot jenis masing-masing cairan


1 2

t1 dan t 2 = lamanya mengalir dalam detik

a. Perhitungan Viskositas Basis


η1 ρ 1 t 1
=
η2 ρ 2 t 2
η2 ρ 1 t 1
η Basis=
ρ2 t 2
gr
0,89 cps X 0,98 X 87 s
ml
η Basis=
gr
1,068 X 82 s
ml
75,881cPs
η Basis=
87,576
η Basis= 0,866 cPs

b. Perhitungan Viskositas Formula A

75
η1 ρ 1 t 1
=
η2 ρ 2 t 2
η2 ρ 1 t 1
η Formula A =
ρ2 t 2
gr
0,89 cps X 1,008 X 115 s
ml
η Formula A =
gr
1,068 X 82 s
ml
103,168 cPs
η Formula A =
87,576
η Formula A = 1,178 cPs

c. Perhitungan Viskositas Formula B


η1 ρ 1 t 1
=
η2 ρ 2 t 2
η2 ρ 1 t 1
η Formula B=
ρ2 t 2
gr
0,89 cps X 1,02 X 126 s
ml
η Formula B=
gr
1,068 X 82 s
ml
114,382 cPs
η Formula B=
87,576
η Formula B= 1,306 cPs

d. Perhitungan Viskositas Formula C


η1 ρ 1 t 1
=
η2 ρ 2 t 2
η2 ρ 1 t 1
η FormulaC =
ρ2 t 2

76
gr
0,89 cps X 1,052 X 201 s
ml
η FormulaC =
gr
1,068 X 82 s
ml
188,192cPs
η FormulaC =
87,576
η FormulaC = 2,148 cPs

2. Perhitungan massa jenis Setelah Cycling test


Basis
massa
massa jenis=
volume
( 44,8−19,6 ) gram
massa jenis=
25 ml
25,2 gram
massa jenis=
25 ml
massa jenis=1,008 gr /ml

Perhitungan Viskositas
η1 ρ 1 t 1
=
η2 ρ 2 t 2
η 1 = Viskositas cairan yang tidak diketahui
η 2 = Viskositas cairan standar (0,89 cPs)

ρ dan ρ = bobot jenis masing-masing cairan


1 2

t1 dan t 2 = lamanya mengalir dalam detik

a. Perhitungan Viskositas Basis

77
η1 ρ 1 t 1
=
η2 ρ 2 t 2
η2 ρ 1 t 1
η Basis=
ρ2 t 2
gr
0,89 cps X 1,008 X 120 s
ml
η Basis=
gr
1,068 X 82 s
ml
107,654 cPs
η Basis=
87,576
η Basis= 1,229 cPs

b. Perhitungan Viskositas Formula A


η1 ρ 1 t 1
=
η2 ρ 2 t 2
η2 ρ 1 t 1
η Formula A =
ρ2 t 2
gr
0,89 cps X 1,012 X 163 s
ml
η Formula A =
gr
1,068 X 82 s
ml
146,810 cPs
η Formula A =
87,576
η Formula A = 1,676 cPs

c. Perhitungan Viskositas Formula B


η1 ρ 1 t 1
=
η2 ρ 2 t 2
η2 ρ 1 t 1
η Formula B=
ρ2 t 2
gr
0,89 cps X 1,024 X 181 s
ml
η Formula B=
gr
1,068 X 82 s
ml
164,956 cPs
η Formula B=
87,576

78
η Formula B= 1,883 cPs

d. Perhitungan Viskositas Formula C


η1 ρ 1 t 1
=
η2 ρ 2 t 2
η2 ρ 1 t 1
η FormulaC =
ρ2 t 2
gr
0,89 cps X 1,056 X 214 s
ml
η FormulaC =
gr
1,068 X 82 s
ml
201,125 cPs
η FormulaC =
87,576
η FormulaC = 2,296 cPs

79
80
Lampiran 4. Dokumentasi penelitian

1. Preparasi sampel

2. Ekstraksi

Pengambilan sampel
Pengeringan sampel Penyerbukan Maserasi

Proses evaporasi Ekstrak kental

81
3. Skrining fitokimia

Pereaksi

Lengkuas

Alkaloid Terpenoid Flavonoid Tanin Saponin

4. Karakterisasi ekstrak
Lidah buaya

82
5. Formulasi Hair Tonic

Kadar abu

6. Uji stabilitas Fisik

Pembuatan Hair tonic Sediaan Hair tonic

Pengujian pH Cycling test Viskositas

83

Anda mungkin juga menyukai