Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS

Geographic Tongue

Intan Ardita*
*Program Studi Profesi Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya,
Palembang, Indonesia
Jl. Masjid Al Gazali, Bukit Lama, Kec. Ilir Bar. I, Kota Palembang, Sumatera Selatan

ABSTRAK
Geographic tongue atau benign migratory Geographic tongue atau benign migratory
glossitis atau erythema migrains adalah suatu lesi infilamasi pada lidah yang bersifat jinak
dan tidak memiliki kecenderungan berbuah menjadi ganas. Kelainan ini sesuai dengan
namanya, terjadi pada lidah khususnya pada bagian dorsum atau pada bagian lateral lidah.
Lesi pada geographic tongue bersifat asimptomatik karena terdapat atrofi papila atau
depapilasi dari papila filiformis yang mampu mengubah sensasi. Laporan kasus ini
menyajikan kasus geographic tongue pada pasien perempuan 26 tahun datang ke RSMH
dengan keluhan lidah terdapat bercak-bercak merah yang telah disadari sejak usia 19 tahun.
Pasien tidak pernah merasa sakit meskipun terdapat bercak-bercak merah tersebut. Keadaan
umum pasien saat datang baik dan pasien tidak menderita penyakit sistemik. Berdasarkan
riwayat keluarga tidak didapati penyakit sistemik yang berasal dari keluarga maupun
penyakit menurun. Lesi depapilasi berjumlah 5 di dorsum lidah berbentuk bulat ireguler
dengan ukuran diameter ± 4 mm, 5 mm, 8 mm, 9 mm berwarna merah muda dengan batas
putih. Tidak sakit saat dipalpasi. Penatalaksanaan pada kasus ini adalah tidak memerlukan
perawatan hanya edukasi terhadap pasien bahwa geographic tongue merupakan variasi
normal yang tidak berbahaya dan tidak membutuhkan perawatan dan pasien harus menjaga
kebersihan rongga mulut. Prognosis pada kasus ini baik karna pasien tidak tidak memliki
keluhan, tidak memliki penyakit sistemik, dan sikap pasien cukup kooperaif.

Kata kunci: bercak merah, dorsum lidah, geographic tongue, lidah, variasi normal
PENDAHULUAN
Geographic tongue adalah kondisi inflamasi jinak yang biasanya terdapat pada ujung,
lateral, dorsum, dan terkadang pada bagian ventral lidah disebabkan oleh deskuamasi keratin
superfisial dan papila filiformis.1-3 Seringkali terdeteksi pada pemeriksaan rutin mukosa
mulut. Pasien terkadang berkonsultasi terhadap klinisi jika kondisi ini terjadi untuk
mengetahui tampilan yang tidak biasa pada lidah mereka atau jika mukosa lidah menjadi
sensitif terhadap makanan pedas atau panas.1 Etiopatogenesis dari geographic tongue masih
tidak diketahui secara pasti tetapi sering dikaitkan dengan stres, defisiensi nutrisi, dan
keadaan herediter.1-3 Diagnosis ditegakkan melalui riwayat dan tampilan klinis, ditandai
dengan pola migrasi dari lesi.3 Geographic tongue juga dikenal dengan beberapa istilah lain,
yaitu: benign migratory glossitis, erythema migrans, wandering rash, erythema areata
migrans; stomatitis areata migrans1,2,4
Prevalensi geographic tongue adalah sekitar 11-16% sedangkan pada populasi
pediatrik berkisar antara 0,37-14,3%.4,5 Geographic tongue dapat terjadi pada semua usia
tanpa kecenderungan ras yang jelas.6 Geographic tongue lebih sering dilaporkan pada orang
dewasa daripada anak-anak namun beberapa penelitian lain menyatakan geographic tongue
lebih umum pada individu yang lebih muda.5,7 Geographic tongue sering terlihat pada pasien
usia pertengahan.8 Hal ini didukung oleh beberapa penelitian lain yang menyatakan mayoritas
kasus terjadi di atas usia 40 tahun.9
Nandini menyatakan bahwa insiden tertinggi berkisar sekitar 39,4% yang terjadi pada
kelompok usia 20-29 tahun.3 Perempuan lebih sering terkena dibandingkan laki-laki dengan
rasio 1,5:1 sedangkan beberapa penelitian lain melaporkan kondisi tersebut lebih sering
mempengaruhi laki-laki.5,7 Geographic tongue sering dihubungkan dengan prosiasis dan
sering ditemukan dengan fissured tongue.4,10

LAPORAN KASUS
Seorang perempuan (26 tahun) datang ke RSMH dengan keluhan terdapat bercak-
bercak merah pada lidah yang telah disadari sejak usia 19 tahun. Pasien mengaku lidahnya
tidak pernah merasa sakit meskipun terdapat bercak-bercak merah. Pasien tidak pernah
memeriksa dan mengobati lidahnya tersebut karena tidak pernah sakit. Keadaan umum
pasien saat datang baik. Pasien tidak pernah menderita penyakit sistemik. Pasien tidak
mengkonsumsi obat dalam jangka waktu yang lama. Berdasarkan riwayat keluarga tidak
didapati penyakit sistemik yang berasal dari keluarga maupun penyakit menurun. Pasien
ingin mengetahui bercak tersebut membahayakan dirinya atau tidak.
Pada pemeriksaan ekstra oral tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan intra oral
ditemukan debris pada regio d,f, plak pada regio a,c,d,f, kalkulus pada regio a,d,e,f,
pendarahan papila interdental pada regio a,d,e,f, gingiva eritema dan edema regio a,d,e,f,
dan pada lidah terdapat lesi depapilasi berjumlah 5 di dorsum lidah berbentuk bulat ireguler
dengan ukuran diameter ±4 mm, 5 mm, 8 mm, 9 mm berwarna merah muda dengan batas
putih. Tidak sakit saat dipalpasi. Dan terdapat lesi fisur multipel pada 2/3 anterior lidah
berbentuk garis bercelah, bergelombang, dan tidak teratur dengan kedalaman ± 2 mm dan
lebar ± 1 mm yang semakin menyempit mendekati tepi tidak sakit saat dipalpasi. OHI-S 1,3
(sedang), pada pemeriksaan gigi geligi terdapat lesi D3 pada oklusal gigi 26,27,36,37,46,47.
Pasien ini didiagnosis dengan geographic tongue pada lidah, fissured tongue pada lidah,
gingivitis marginalis kronis generalisata pada gingiva, pulpitis reversibel pada gigi
26,27,36,37,46,47. Rencana perawatan yang diberikan adalah dengan memberi komunikasi,
edukasi, dan instruksi kepada pasien. Komunikasi berupa memberi dukungan kepada pasien
agar tidak khawatir dengan kondisi di dalam mulutnya. Edukasi yang diberikan adalah
memberi penjelasan menyeluruh pada pasien bahwa geographic tongue merupakan varian
normal yang sering terjadi, tidak berbahaya dan tidak mengarah pada keganasan dan
menginstruksikan pasien untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya, menyikat gigi 2x
sehari, membersihkan lidah, serta rutin memeriksakan gigi ke dokter gigi setiap 6 bulan
sekali.

PEMBAHASAN
Pada pemeriksaan subjektif, pasien datang dengan keluhan adanya bercak-bercak
merah pada lidahnya yang disadari sejak usia 19 tahun. Bercak-bercak tersebut seringkali
hilang timbul pada tempat berbeda. Pasien tidak merasa sakit. Pasien ingin mengetahui
apakah bercak-bercak tersebut membahayakan dirinya.
Pemeriksaan objektif pada kunjungan awal, lesi depapilasi multipel di dorsum lidah
berbentuk bulat ireguler dengan ukuran diameter diameter ± 4 mm, 5 mm, 8 mm, 9 mm
berwarna merah muda dengan batas putih. Tidak sakit saat dipalpasi. Pada kontrol pertama
yang dilakukan 3 bulan setelah kunjungan awal, ditemukan lesi depapilasi pada dorsum lidah
berbentuk bulat ireguler dengan ukuran diameter diameter ± 1 mm,2 mm, berwarna merah
muda dengan batas putih. Tidak sakit saat dipalpasi. Pada kontrol kedua yang dilakukan 1
bulan tidak ditemukan lesi depapilasi pada dorsum lidah. Tidak sakit saat dipalpasi.
Dari pemeriksaan subjektif dan objektif, dapat ditegakkan diagnosa kasus tersebut
adalah geographic tongue. Etiologi pada pasien tersebut tidak diketahui tetapi seringkali
pasien menyadari kehadiran lesi di lidahnya setelah mengonsumsi makanan yang panas.
Diagnosa banding pada kasus tersebut adalah kandidiasis eritematosa dengan gambaran klinis
yang menyerupai geographic tongue.

1. Etiopatogenesis
Etiopatogenesis geographic tongue masih belum diketahui dengan jelas. Beberapa
penelitian mengklasifikasikannya sebagai anomali kongenital sementara penelitian lainnya
menyatakan hal tersebut sebagai gangguan herediter. Beberapa penelitian menyarankan
geographic tongue sebagai kondisi inflamasi kronis. Beberapa faktor etiologi yang telah
diusulkan oleh peneliti diantaranya:
a. Faktor Herediter
Anak dari orang tua yang memiliki geographic tongue menunjukkan prevalensi yang
lebih tinggi dibandingkan anak dari orang tua yang tidak memiliki geographic tongue. Hal
tersebut menunjukkan adanya peran keluarga dan faktor herediter. 2-5,7,8 Penilaian antigen
histokompabilitas di antara pasien geographic tongue menunjukkan peningkatan antigen DR5
dan DRW6 yang signifikan dalam serum pasien geographic tongue bila dibandingkan dengan
kontrol, sedangkan serum DR2 berkurang secara komparatif. 5 Pada kasus ini pasien tidak
memiliki keluarga dengan keluhan yang sama sehingga faktor herediter bukan merupakan
faktor etiologi dari munculnya lesi pada pasien ini.
b. Berhubungan dengan Penyakit Sistemik
Geographic tongue umumnya dikaitkan dengan penyakit sistemik seperti atopi, alergi,
stres, anemia, psoriasis, gangguan gastrointestinal, dan variasi hormonal. Geographic tongue
mungkin dihubungkan dengan beberapa sindrom seperti Sindrom Reiter, Sindrom Down,
Sindrom Aarskog, Sindrom Hidantoin pada janin dan Sindrom Robinow. 2,5,7,10 Tidak ada yang
menunjukkan hubungan kausal yang pasti.5 Pada kasus ini pasien tidak menderita penyakit
sistemik, sehingga munculnya lesi pada pasien ini tidak berhubungan dengan penyakit
sistemik.
c. Asma/Atopi
Marks dan Tait menunjukkan peningkatan insidensi jaringan tipe HLA-B15 pada
pasien atopik dengan geographic tongue yang memberikan dukungan tambahan untuk dasar
genetik. Mereka mengamati hubungan positif antara geographic tongue dan atopi atau asma
yang mendasari peneliti untuk menyarankan patogenesis serupa untuk kedua entitas penyakit.
Jainkittivong et al. menyatakan bahwa geographic tongue lebih sering ditemukan pada pasien
dengan alergi terhadap obat, makanan atau hal lain.1-3,5,7 Pada kasus ini pasien tidak menderita
asma atau atopi, sehingga asma/atopi bukan merupakan faktor etiologi dari munculnya lesi
pada pasien ini..
d. Berhubungan dengan Fissured Tongue
Penelitian yang dilakukan oleh Jainkittivong et al. dan Ghose et al. menyatakan
bahwa geographic tongue dan fissured tongue terlihat pada 60,1% pasien yang menunjukkan
hubungan genetik antara dua kondisi tersebut.4,5,7 Geographic tongue dan fissured tongue
memiliki etiologi genetik yang sama. Fisur yang dalam pada dorsum lidah menggambarkan
stagnasi dan kelanjutan perkembangan menuju glossitis. Geographic tongue dan fissured
tongue telah dilaporkan berhubungan dengan penyakit granulomatosa kronis.5 Fissured
tongue juga disarankan sebagai tahap akhir dari geographic tongue.4,11 Pada kasus ini pasien
juga memiliki fissured tongue, sehingga munculnya kedua lesi ini saling berhubungan.
e. Faktor Psikosomatik dan Stres
Faktor psikosomatis tampaknya memiliki peran signifikan dalam etiologi geographic
tongue. Redman et al. menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi dari geographic tongue pada
pasien dengan penyakit mental.5,7 Ebrahimi et al. menunjukkan hubungan antara stres dan
geographic tongue, bahwa penurunan stres pada pasien geographic tongue dapat membantu
dalam menyembuhkan lesi.12 Alikhani et al menyatakan bahwa stres dapat menjadi faktor
risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya dan kekambuhan geographic tongue pada pasien
dewasa.13 Pada kasus ini kondisi pasien baik dan tidak memiliki penyakit mental, sehingga
faktor psikosomatik dan stress bukan merupakan faktor etiologi dari munculnya lesi pada
pasien ini..
f. Faktor Hormonal
Ysocky dan Daley menemukan hubungan antara geographic tongue dan diabetes
bahwa terjadi peningkatan empat kali lipat dalam prevalensi geographic tongue pada pasien
diabetes. Penelitian tersebut juga menemukan prevalensi 8% pada pasien diabetes tipe 1.
Sebaliknya, Guggenheimer et al. melaporkan tidak ada korelasi yang signifikan antara
geographic tongue dan diabetes melitus dependen insulin. Geographic tongue dapat
berkembang sebagai akibat dari fluktuasi hormon seks. Wanita yang menggunakan pil
kontrasepsi oral telah terbukti menyebabkan lesi geographic tongue menjadi parah pada hari
ketujuh belas siklus.3,5,7 Pada kasus ini pasien tidak menderita diabetes melitus dan tidak
menggunakan pil kontrasepsi oral, sehingga faktor hormonal bukan merupakan faktor
etiologi dari munculnya lesi pada pasien ini.

2. Gambaran Klinis
Secara klinis, geographic tongue tampak pada dua pertiga dorsum lidah.1 Tampak
sebagai lesi tunggal atau multipel dengan tampilan migrasi melingkar dan daerah eritema
yang menunjukkan atropi papila filiformis yang dikelilingi oleh peninggian margin keratorik
berbatas jelas berwarna putih kekuningan.1,4,8,10 Seringkali lesi diawali oleh bercak putih kecil,
yang kemudian berkembang menjadi zona atropik eritema sentral dan membesar secara
sentrifugal.1
Geographic tongue berpindah secara melingkar dan meninggalkan daerah eritematosa
yang menunjukkan atrofi papila filiformis. Lesi bermula pada titik awal yang berbeda, zona
periferal menyatu, dan fitur klinis khas dari geographic tongue muncul. Zona perifer
menghilang setelah beberapa waktu, dan dimulailah penyembuhan daerah yang mengalami
depapilasi dan eritema.4 Geographic tongue ditandai masa remisi dan eksaserbasi dengan
durasi waktu berbeda. Lesi ini bertahan hingga beberapa jam, hari, atau minggu kemudian
dan nampak kembali pada daerah lain.4,8,10
Sebagian besar pasien tidak memiliki gejala tetapi beberapa pasien dewasa
mengeluhkan rasa sakit, perih, atau terbakar ketika lesi dalam keadaan aktif terutama jika
mengonsumsi makanan panas dan pedas, serta minuman beralkohol. 1,4,8,10 Daerah penipisan
epitel dan inflamasi mungkin menyebabkan gejala pada beberapa kasus. 8 Keparahan gejala
bervariasi seiring waktu dan seringkali merupakan indikator dari intensitas lesi. 10 Lesi jarang
ditemukan memberikan sensasi terbakar hebat dan konstan.1

3. Gambaran Histopatologis
Gambaran histopatologis, terdapat penipisan epitel pada pertengahan lesi, papila
filiformis atropik, dengan limfosit dan neutrofil intraepitel.8,10 Pada zona perifer terdapat
hiperkeratosis, akantosis, inflamasi subepitel limfosit T, granulosit neutrofilik yang
berpindah-pindah pada subepitel. Sel ini mungkin bagian dari mikroabses yang terbentuk
dekat permukaan.4 Pada jaringan ikat terdapat sel inflamasi kronik.8 Infiltrasi sel inflamasi
dalam lamina propria terdiri dari neutrofil, limfosit, dan sel plasma.10

4. Diagnosa Banding
Geographic tongue biasanya didiagnosis melalui riwayat dan gambaran klinis yang
unik. Temuan histologis jarang diperlukan.5,7 Berdasarkan pola lesi yang sering bermigrasi
dengan khas untuk penyakit tersebut, menurut Grska, dianjurkan untuk memeriksa kembali
pasien setelah beberapa hari untuk memastikan diagnosis. Tes laboratorium rutin termasuk
tes darah, laju sedimentasi eritrosit, serta kadar protein C-reaktif dan glukosa, biasanya dalam
rentang normal.7
Diagnosis banding geographic tongue meliputi kandidiasis eritematus akut,
eritroplakia.3,5,7 Semua lesi tersebut memiliki kesamaan dengan geographic tongue berupa
eritema di dorsum lidah. Terdapat beberapa persamaan lain yang terlihat. Pada kandidiasis
eritematus akut, terdapat persamaan gambaran klinis berupa depapilasi dorsum lidah. Pada
psoriasis terdapat persamaan histopatologis berupa mikroabses.
Terdapat perbedaan antara kandidiasis eritematus akut dan geographic tongue. Pada
geographic tongue memiliki sifat khas bermanifestasi secara klinis sebagai area terlokalisasi,
melingkar dengan batas yang tidak teratur, berupa bercak merah yang dikelilingi oleh batas
putih yang sedikit menonjol. Bercak merah menunjukkan atrofi papila filiformis dan batas
putih terdiri dari papila filiformis yang beregenerasi dan campuran antara keratin dan netrofil,
sedangkan pada kandidiasis terjadi akibat infeksi Candida albicans dengan tampilan klinis
yang terlihat yaitu daerah eritema atau kemerahan dengan adanya sedikit pendarahan di
daerah sekitar dasar lesi dan tidak ditemui adanya plak-plak putih. Kandidiasis eritematus
berkaitan erat dengan penggunaan antibiotik spektrum luas, kortikosteroid, dan infeksi HIV.1
Eritroplakia berupa bercak merah seperti beludru, menetap dan biasanya berbatas
jelas dapat terjadi di setiap tempat didalam mulut, tetapi paling sering dalam lipatan
mukobukal mandibula, orfaring, palatum lunak, permukaan lateral dan ventral lidah dan dasar
mulut. Eritroplakia paling umum dijumpai pada pasien-pasien perokok berat dan akloholik.
Lesi yang timbul terlihat mirip dengan geographic tongue tetapi pada geographic tongue lesi
melingkar dengan batas yang tidak teratur berupa bercak merah yang dikelilingi batas putih.
Pada eritroplakia dalam proses pembentukan lesi biasanya jauh lebih sakit dan mempunyai
sifat khas berupa terjadinya perdarahan, sedangkan geographic tongue dalam proses
pembentukan lesi biasanya tidak menyebabkan rasa sakit, dan tidak menimbulkan
pendarahan.

5. Perawatan
Geographic tongue biasanya tidak memerlukan perawatan jika tidak menunjukkan
gejala.1,2,4,8,10 Follow-up secara berkala untuk mengkonfirmasi diagnosis diperlukan dalam
kasus kunjungan pertama dan ketika riwayat tidak jelas. Edukasi kepada pasien tentang sifat
lesi yang jinak dan akan sembuh dengan sendirinya.5 Jika ada rasa sakit dan ketidaknyamanan
yang berlebihan, analgesik seperti asetaminofen, anti-inflamasi, antihistamin seperti
diphenhydramine hydrochloride, larutan kumur dengan anestesi topikal seperti gel lidokain,
kortikosteroid topikal seperti betametason, siklosporin, terapi vitamin A seperti tretionin,
vitamin B, dan zink dapat diberikan. Kesembuhan lesi telah dicatat setelah beberapa minggu
suplemen.5,7 Ketidaknyamanan dari geographic tongue dapat dibatasi atau dicegah dengan
menghindari alcohol, produk tembakau, makanan panas, pedas, dan asam; buah-buahan dan
minuman asam. Tetapi tidak ada perawatan tersebut yang benar-benar efektif. 5 Pada kasus ini
rencana perawatan pasien tersebut meliputi observasi lesi serta memberi penjelasan kepada
pasien bahwa bercak tersebut bukan suatu yang membahayakan sehingga pasien tidak perlu
melakukan perawatan khusus karena pasien tidak memiliki keluhan atau ketidaknyamanan
dengan kemenunculan lesi ini. Pasien diedukasikan menghindari faktor-faktor iritannya
seperti mengonsumi makanan pedas atau panas. Prognosis pada kasus ini baik karna pasien
tidak tidak memliki keluhan, tidak memliki penyakit sistemik, dan sikap pasien cukup
kooperatif.

Gambar 1. Kondisi Lidah pasien saat kunjungan 1


Gambar 2. Kondisi lidah pasien saat Kontrol 1 (3 bulan setalah kunjungan awal)

Gambar 3. Kondisi lidah pasien saat Kontrol 2 (1 bulan setalah kunjungan kontrol 1)

KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis, maka diagnosa kasus tersebut adalah
geographic tongue. Rencana perawatan pasien tersebut meliputi observasi lesi serta
memberi penjelasan kepada pasien bahwa bercak tersebut bukan suatu yang membahayakan
sehingga pasien tidak perlu melakukan perawatan khusus karena pasien tidak memiliki
keluhan atau ketidaknyamanan dengan kemenunculan lesi ini. Pasien diedukasikan
menghindari faktor-faktor iritannya seperti mengonsumi makanan pedas atau panas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Chi A. Oral and maxillofacial pathology. 4nd ed.
Philadelphia: WB Saunders Company; 2015. p. 677-9
2. Scully C, Flint SR, Bagan JV, Porter SR, Moos KF. Oral and maxillofacial diseases. 4 th
ed. Colchester: Informa Healthcare; 2010. p. 239-41.
3. Shahzad M, Sattar A, Ali SMF. Geogrhapic tongue: case report and literature review.
PODJ. 2014; 34(3): 409-10.
4. Glick M. Burket's oral medicine. 12th ed. Ontario; BC Decker Inc; 2015. p. 103-4.
5. Nandini DB, Bhavana SB, Deepak BS, Ashwtersebut R. Pediatric geographic tongue: a
case report, review, and recent updates. J Clin Diagn Res. 2016: 10(2); 5-9.
6. Jainkittivong A, Langlais RP. Geographic tongue: clinical characteristics of 188 cases. J
Contemp Dent Pract. 2005: 6(1); 123-35
7. Nastaj M, Jagnicka A, Kniaz ES, Miszczuk JW. Geographic tongue – a review of
contemporary literature and a case study. Dental forum. 2014: 2; 39-42.
8. Cawson RA, Odell EW. Cawson's essentials of oral pathology and oral medicine. 9 th ed.
Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier; 2017. p. 277-9.
9. Purnachandrarao NN, Ravi KA, Samatha Y, Naveenkumar B, Venkata NVK. Geographic
tongue: an epidemiological study. EC Dent Sci. 2018: 17(1); 2-6
10. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral pathology clinical pathologic correlations. 7 th
ed. Missouri:Saunders. 2017. p. 90-2
11. Hamissi JH, Esfehani M, Hamissi Z. Treatment of geographic tongue superimposing
fissured tongue: a literature review with case report.Sch J Dent Sci. 2015: 2(7); 409-13
12. Ebrahimi H, Pourshahidi S, Tadbir AA, Shyan SB. The relationship between geographic
tongue and stress. IRCMJ 2010: 12(3); 313-5
13. Abdulraheem SM. Impact of stress on geographic tongue in Iraqi population. MDJ. 2015:
12(1);1 07-15
14. Vahedi M, Abdolsamadi HR, Mortazavi M, Abdollahzadeh SH. Evaluation of the
therapeutic effects of zinc sulfate in patients with geographic tongue. DJH. 2009: 1(1);
114
15. Kuyama K, Sun Y, Taguchi C, Endo H, Wakami M, Fukumoto M, et al. A
clinicopathological and cytological study of oral candidiasis. OJST. 2011: 1; 212-7
16. Cimmino MA. Epidemiology of psoriasis adn psoriatic arthritis. Reumatismo. 2007;
59(1): 19-24

Anda mungkin juga menyukai