Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
SURABAYA
AGUSTUS, 2020
I. Konsep Medis
1. Definisi Typhoid
Typhoid adalah suatu penyakit yang disebabkan Salmonella tipe A, B, dan C yang
dapat menular melalui oral, makanan dan minuman yang terkontaminasi melalui lalat
yang hinggap di makanan. Lalat-lalat tersebut dapat menularkan Salmonella thyphi dari
lalat yang sebelumnya hinggap di feses atau muntah penderita demam tifoid kemudian
hinggap dimakanan yang dikonsumsi. (Febriana et al., 2018)
Demam typhoid merupakan penyakit yang terjadi pada saluran pencernaan yang
disebabkan karena infeksi akut. Infeksi ini terjadi karena disebabkan oleh bakteri
Salmonella Typhi, Salmonella Parathypi A, Salmonella Typhi B, Salmonella typhi C.
yang biasanya ditandai dengan gejala demam selama seminggu atau lebih dan disertai
gangguan pada pencernaan (Alba, S., et al, 2016)
Salmonella typhi (S. typhi) merupakan kuman pathogen penyebab demam tifoid,
yaitu suatu infeksi sistemik dengan gambaran demam yang berlangsung lama, adanya
bacteremia disertai inflamasi yang dapat merusak usus dan organ-organ hati.
Salmonella typhi adalah salah satu bakteri gram negatif yang menyebabkan demam
tifoid, demam tifoid ini sangat endemic di Indonesia. (Cita, n.d.)
2. Klasifikasi
Menurut WHO (2003), ada 3 macam klasifikasi demam typhoid dengan
perbedaan gejala klinik :
a. Demam typhoid akut non komplikasi
Demam typhoid akut dikarakterisasi dengan adanya demam berkepanjangan
abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa, dan diare pada anak-
anak), sakit kepala, malaise, dan anoksia. Bentuk bronchitis biasa terjadi pada
fase awal penyakit selama periode demam, sampai 25% penyakit menunjukkan
adanya resepot pada dada, abdomen dan punggung.
b. Demam typhoid dengan komplikasi
Pada demam typhoid akut keadaan mungkin dapat berkembang menjadi
komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan kliniknya,
hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari melena, perforasi,
susu dan peningkatan ketidaknyamanan abdomen.
c. Keadaan karier
Keadaan karier typhoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien.
Karier typhoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmonella typhi di feses.
(WHO,2003)
3. Etiologi
Salmonella typhi sama dengan Salmonella lain adalah bakteri Gram negatif yang
mempunyai flagel tidak berkapsul dan tidak membentuk spora fakultatif anaerob.
Mempunyai anti gensomatik (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H)
yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida.
Mempunyai makromolekuler lipopolisakarida kompleks yang membuat lapis luar dari
dinding sel dan dinamakan entotoksin. Salmonella thyphi juga dapat memperoleh
plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotik.
(Sumarno S, et al., 2015).
Hasil penelitian bahwa anak dengan kebiasaan mencuci tangan sesudah buang air
besar yang kurang baik (tidak mencuci tangan dengan ari mengalir dan sabun) sebagian
besar terdiagnosis menderita demam tifoid sedangkan anak dengan kebiasaan mencuci
tangan sesudah buang air besar yang baik (mencuci tangan dengan air mengalir dan
sabun) sebagian besar tidak terdiagnosis menderita demam tifoid. (Nuruzzaman &
Syahrul, 2016)
4. Patofisiologi
Penularan demam typhoid dapat terjadi melalui berbagai cara yang dikenal
dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly
(lalat), dan Faeces (Feses). Feses dan muntah dari penderita demam typhoid dapat
menimbulkan bakteri Salmonella typhi kepada orang lain. Bakteri tersebut dapat
ditularkan melalui perantara lalat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya, maka Salmonella typhi akan masuk ke tubuh orang yang sehat.
(Prehamukti, 2018)
Bakteri salmonella typhi akan masuk melalui lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lamsung namun semabiannya lagi akan masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam limpoid kuman akan
berkembang biak lalu akan masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloentotelial. Sel-sel retikuloentotial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam
sirkulasi darah dan menimbulkan bakterima, kuman selanjutnya masuk limpa, usus
halus, dan kantung empedu. Gejala toksimia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endoteksemia
bukan merupakan penyebab utama demam typhoid.
Endotoksemua berperan pada pathogenesis typhoid, karena membantu proses
inflamasi lokasi pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella typhi dan
endotoksinya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang (Padila, 2013)
5. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang muncul pada penyakit ini (Widodo, 2006) sebagai berikut :
- Demam
- Sakit kepala
- Mual, muntah
- Diare
- Tidak nafsu makan
- Lemas
- Lidah kotor
Demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam menetap
(kontinyu) atau remiten pada minggu kedua. Demam terutama sore/malam hari,
Demam dapat muncul secara tiba tiba dalam 1-2 hari hingga menjadi parah, sakit
kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare. (Cita, n.d.)
5) Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan
darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini
karena hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor teknik pemeriksaan
laboratorium, saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit, vaksinasi di masa
lampau, dan pengobatan dengan obat anti mikroba.
7. Penatalaksanaan
a. Perawatan
a) Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
b) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila
ada komplikasi perdarahan.
c) Diet. Dilakukan diet yang sesuai, cukup kalori, dan tinggi protein. Pada
penderita yang akut dapat diberi bubur saring. Setelah bebas demam diberi
bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah
penderita bebas dari demam selama 7 hari.
b. Penatalaksanaan medis
Obat-obatan antimikroba yang sering digunakan antara lain adalah kloramfenikol
4x500 ml sehari/iv, tiamfenikol 4x500 ml sehari oral, kontrimoksasol 2x2 tablet
sehari oral, ampisilin, cefriaxon, siprofloksasin usia>10 Tahun. (Rampengan, 2013)
8. Komplikasi
Menurut (Dewi dan Ekawati, 2016) Komplikasi demam typhoid dapat di bagi dalam 2
hal yaitu komplikasi intestinal dan komplilasi ekstra intertinal.
a. Komplikasi intestinal
1) Pendarahan usus: dengan melakukan pemeriksaan pada tinja dengan
menggunakan benzidin. Hal ini dapat terjadi melena, diserati dengan nyeri perut
dengan tanda renjatan
2) Perforasi usus: biasa nya terjadi pada minggu ke 3 pada bagian distal ileum.
Perforasi yang tidak disertai peritonitis terjadi bila ada udara di hati dan
diagfragma pada foto rontgen abdomen posisi tegak.
3) Peritonitis: gejala akut pada abdomen yang ditemui nyeri perut hebat, dinding
abdomen tegang, dan nyeri tekan.
b. Komplikasi ekstra intestinal
1) Komplikasi kardioskuler: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan, sepsis),
miokarditis, thrombosis, dan tromboflebitis.
2) Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia, atau koagulasi
intravaskuler diseminata dan sindrom uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru: dapat berupa pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplilasi hepar dan kandung kemih: berupa hepar dan kolelitiasis.
5) Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefrtitis, dan perinefritis.
6) Komplikasi tulang: osteomielitis, periotitis, spondilitis dan arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis, polyneuritis
perifer, dan syndrome katstonia
9. WOC TYPHOID
Food Finger Fomitus Fly Feces
Sebagian bakteri
Masuk ke saluran pencernaan Bakteri masuk ke usus
dimusnahkan
(lambung) halus pada jaringan limfoid
Bakteri mati
Pembuluh limfe
Intoleransi
Aktivitas
Peningkatan produksi Aliran darah
asam lambung
Mudah lelah,
Organ Hati dan
letih Inflamasi
Mual, muntah Limfa
Energi yang
Penurunan nafsu Endotoksin
dihasilkan sedikit Bakteri yang tidak fagosit
makan akan berkembang
Metabolisme Proses
Berat badan turun Peradangan Inflamasi
menurun
Intake (nutrisi)
Demam Hepatomegali /
Nutrisi kurang menurun
spenomegali
dari kebutuhan
Rawat Inap Hipertermi
Nyeri Tekan
Gangguan
Dampak
Pada Anak Termogulasi
Hospitalisasi Nyeri Akut
Cita, Y. P. (n.d.). Bakteri salmonella typhi dan demam tifoid. Vi, 42–46.
Febriana, U., Furqon, M. T., & Rahayudi, B. (2018). Klasifikasi Penyakit Typhoid Fever ( TF
) dan Dengue Haemorhagic Fever ( DHF ) dengan Menerapkan Algoritma Decision Tree
C4 . 5 ( Studi Kasus : Rumah Sakit Wilujeng Kediri ). Jurnal Pengembangan Teknologi
Informasi Dan Ilmu Komputer, 2(3), 1275–1282.
Mangarengi, Y. (2019). Identifikasi dan Isolasi Bakteri Penyebab Penderita Dengan Gejala
Suspek Demam Typhoid Di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2016. UMI
Medical Journal, 1(1), 51–65. https://doi.org/10.33096/umj.v1i1.7
Nuruzzaman, H., & Syahrul, F. (2016). Analisis Risiko Kejadian Demam Tifoid Berdasarkan
Kebersihan Diri dan Kebiasaan Jajan di Rumah. Jurnal Berkala Epidemiologi, 4(1), 74–
86. https://doi.org/10.20473/jbe.v4i1.74-86
PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Jilid I. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Jilid I. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Jilid I. Jakarta: DPP PPNI