Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ikatan antara ibu dan bayinya telah terjadi sejak masa kehamilan dan pada saat
persalinan ikatan itu akan semakin kuat. Bidan sebagai tenaga kesehatan dapat
memfasilitasi perilaku ikatan awal ini dengan cara menyediakan sebuah lingkungan
yang mendukung sehingga kontak dan interaksi yang baik dari orangtua kepada anak
dapat terjadi. Jam pertama setelah melahirkan mereka sangat waspada dan siap untuk
mempelajari dunia baru mereka. Jika tidak ada komplikasi yang serius setelah bayi
lahir dapat langsung diletakkan di atas perut ibu. Kontak segera ini akan sangat
bermanfaat baik bagi ibu maupun bayinya karena kontak kulit dengan kulit
membantu bayi tetap hangat.
Mengingat pentingnya kasih sayang (Bounding Attechment) antara ibu dan
anak, dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat dengan hal tersebut, maka di
dalam makalah ini akan dibahas pengertian dan bagaimana cara mewujudkan kasih
sayang tersebut. Keterikatan kasih sayang bisa terwujud dari janin masih berada di
dalam kandungan dan untuk mempereratnya bayi yang baru lahir bisa dilakukan IMD
(inisiasi menyusu dini), dari hal tersebut selain manfaat ASI yang didapatkan begitu
besar juga sangat bermanfaat untuk psikologis ibu dan anak karena sebuah kasih
sayang bisa berawal dari sebuah sentuhan, dan dekapan ibu kepada anaknya di saat
dilakukan IMD.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa itu Bounding Attachment ?
2) Bagaimana Pemberian ASI Awal ?
3) Bagaimana Pemberian Inisiasi Menyusui Dini ?
4) Bagaimana Konsep Dasar Tumbuh Kembang Bayi ?
5) Apa Kebutuhan Dasar Persalinan ?
6) Bagaimana cara pendokumentasian Hasil Asuhan Persalinan ?
C. TUJUAN
1) Agar mengetahui apa itu Bounding Attachment
2) Mengetahui Bagaimana Pemberian ASI Awal
3) Mengetahui Bagaimana Pemberian Inisiasi Menyusui Dini
4) Mengetahui Bagaimana Konsep Dasar Tumbuh Kembang Bayi
5) Mengetahui apa saja kebutuhan dasar persalinan
6) Mengetahui Bagaimana cara Pendokumentasian Hasil Asuhan Persalinan
BAB II

PEMBAHASAN

A. BOUNDING ATTACHMENT
1. Pengertian
Bounding attachment adalah sentuhan awal atau kontak kulit antara ibu dan
bayi pada menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi. Dalam
hal ini, kontak ibu dan ayah akan menentukan tumbuh kembang anak menjadi
optimal. Pada proses ini terjadi penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan
yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam
keperawatannya.
Klause dan Kennel menyatakan bahwa bounding attachment interaksi orang tua
dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan
jam pertama segera bayi setelah lahir(4).
Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun
ikatan) jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang
dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana
sebagai hasil darisuatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat
saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling
membutuhkan(5).
2. Tahap-tahap Bounding Attachment
Menurut Klaus Kenell dalam Lusa (2010), bagian penting dalam bounding
attachment adalah :
1) Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh,
berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2) Bounding (keterikatan)
3) Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.
3. Elemen-Elemen Bounding Attachment
Bobak dalam Lusa (2010)(6), menyatakan beberapa elemen dalam bounding
attachment antara lain adalah sebagai berikut :
1) Sentuhan – Sentuhan atau indera peraba
Dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu
sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh
bayi dengan ujung jarinya.
2) Kontak mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak
mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk
saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak
mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya
3) Suara
Saling mendengar dan merespon suara anata orang tua dan bayinya juga
penting.Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.
4) Aroma
Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik. Sedangkan
bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya.
5) Entrainment
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang
dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-
nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang
tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi
memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola
komunikasi efektif yang positif.
6) Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme
alamiah ibunya.Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk
ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan
memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat
bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan
interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.
7) Kontak dini
Saat ini, tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini
setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan orang tua–anak.
Ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini
yaitu kadar oksitosin dan prolaktin meningkat, reflek menghisap dilakukan
dini, pembentuk kekebalan aktif dimulai dan mempercepat proses ikatan
antara orang tua dan anak.
4. Bentuk interaksi dalam bounding attachment
Beberapa interaksi yang menyenangkan dalam rangka bounding
attachment menurut(4), antara lain adalah :
a) Sentuhan pada tungkai dan muka bayi secara halus dengan tangan ibu
b) Sentuhan pada pipi
Sentuhan ini dapat menstimulasi respon yang menyebabkan terjadinya gerakan
muka bayi ke arah muka ibu atau ke arah payudara sehingga bayi akan
mengusap-usap menggunakan hidung serta menjilat putingnya dan terjadilah
rangsangan untuk sekresi prolaktin.
c) Tatap mata bayi dan ibu
Ketika mata bayi dan ibu saling tatap pandang, menimbulkan perasaan saling
memiliki antara ibu dan bayi.
d) Tangis bayi
Saat bayi menangis, ibu dapat memberikan respon berupa sentuhan dan suatu
yang lembut serta menyenangkan.
5. Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment
Beberapa prinsip dan upaya dalam rangka meningkatkan bounding attachment,
antara lain sebagai berikut :
1) Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
2) Sentuhan orang tua pertama kali.
3) Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
4) Kesehatan emosional orang tua.
5) Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
6) Persiapan PNC (Perinatal Care) sebelumnya.
7) Adaptasi.
8) Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
9) Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan
pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
10) Fasilitas untuk kontak lebih lama.
11) Penekanan pada hal-hal positif.
12) Perawat maternitas khusus (bidan).
13) Libatkan  anggota keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan
pasangan.
14) Informasi bertahap mengenai bounding attachment.
6. Keuntungan Bounding Attachment
1) Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
2) Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.
7. Hambatan Bounding Attachment
Wulandari dan Handayani (2010), menyatakan bahwa ikatan antara ibu dan bayi
bisa tertunda karena :
1) Prematuritas
Bayi yang baru dilahirkan dalam keadaan prematur, kurang mendapatkan kasih
sayang dari ibunya karena kondisi belum cukup viable  (kelangsungan hidup
terus) dan belum cukup untuk menyesuaikan dengan extrauterine, bahkan bayi
diletakkan dalam incubator sampai bayi dapat hidup sebagai individu yang
mandiri.
2) Bayi atau ibu sakit
Pada keadaan ibu atau bayi salah satu menderita sakit, dan harus mendapat
khusus, maka ikatan ibu dan bayi akan tertunda.
3) Cacat fisik
Bayi lahir cacat fisik atau cacat bawaan, atau kelainan lainnya dapat
menimbulkan stress pada keluarga utamanya ibu.Ibu merasa malu dan kurang
menyukainya.
8. Faktor yang mempengaruhi Bounding Attachment
a) Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir,
secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan
ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
b) Rawat gabung
Rawat gabungmerupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara
ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan
badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan
psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi
mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.Bayi yang merasa aman dan terlindung,
merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan
memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan
nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga
memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan
merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah
bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.
c) Kontak mata
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa
lebih dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak
waktu untuk saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan.Bayi baru lahir
dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya.
d) Suara
Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat
penting.orang tua menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang.Suara
tersebut membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat.Tangis tersebut
membuat mereka melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara
dengan nada suara tinggi, bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka.
e) Aroma
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk
mengenali aroma susu ibunya.
f) Entrainment
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan.Bayi baru lahir bergerak-
geraksesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa.Mereka menggoyangkan
tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki.Entrainment terjadi pada
saat anak mulai bicara.
g) Bioritme
Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme).
Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten
dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif.
h) Inisiasi Dini
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu.Ia akan
merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat
melakukan reflek suckling dengan segera.

B. PEMBERIAN ASI
1. Produksi ASI dan Ibu
Ibu manusia mengelola laktasi dengan metode yang sangat berbeda dari
hewan bukan primata lainnya. Sebagian besar informasi keliru yang sering di
hubungkan dengan ibu disebabkan oleh penyamarataan yang di buat ilmu kehewanan
dan produksi susu yang menganggap bahwa “manusia hanyalah jenis lain dari
mamalia” (Woolridge 1995). Pada kenyataanya, wanita yang menyusui dapat
mempertahankan produksi ASI yang cukup terpisah dari status gizi dan index masa
tubuhnya.
Karena produksi ASI tampak mendorong selera makan, dari pada
kebalikannya, rasa lapar akan secara efektif mengatur asupan kalori pada wanita yang
menyusui, dan tindakan yang mendorong ibu menyusui untuk makan secara
berlebihan harus di tinggalkan. Hal yang sama, jika wanita menyusui yang sehat ingin
melakukan latihan berat (dari 6-18 minggu setelah melahirkan), atau untuk
menurunkan berat badan (500-1000gr perminggu), mereka dapat yakin  bahwa hal
tersebut tidak akan berdampak baik pada kualitas ataupun jumlah ASI mereka.
Pemberian ASI eksklusif yang di padukan dengan diet rendah lemak dan olahraga
menghasilkan penurunan berat badan yang lebih efektif dari pada sekedar diet dan
olahraga.
Produksi ASI tidak terpengaruh oleh fluktuasi asupan cairan ibu. hal ini telah
di demonstrasikan secara berulang bahwa penurunan yang signifikan ataupun
peningkatan yang signifikan pada asupan cairan ibu berdampak pada produksi ASI
ataupun berat badan bayi.
2. Pemberian ASI Pertama Kali
Ibu seharusnya langsung dapat bersama bayinya setelah melahirkan, kecuali
kondisi tertentu mengharuskan sebaliknya. Terjadinya kontak yang lebih awal dan
lama akan memastikan tidak terlewatinya signal yang mengindikasikan bahwa bayi
siap untuk di susui. Pemberian ASI lebih awal turun menentukan keberhasilan
menyusui, tetapi lama pemberian ASI pertama kali harus, kurang lebih
bergantung  pada kebutuhan bayi tersebut. Beberapa bayi mungkin menunjukan
keinginan untuk menyusui langsung begitu mereka lahir. Bayi lainya sama sekali
tidak menunjukan ketertarikan hingga setelah satu jam atau lebih.
Pemberian ASI pertama kali harus di awasi bidan, jika hal itu berlangsung
tanpa rasa sakit dan jika bayi di perbolehkan untuk menghentikan menyusu tanpa
paksaan, baik ibu atau bayi telah dibantu memulai proses pembelajaran yang
dibutuhkan untuk proses menyusui yang baik dengan cara positif dan menyenangkan.
 Kandungan ASI
Komposisi ASI sangat beragam :
a) Berdasarkan waktunya (misalnya, kandungan lemak terendah di pagi hari,
sedangkan tertinggi di petang hari)
b) Berdarkan tahapan laktasi (misalnya, kandungan lemak dan protein pada
koloestrum lebih tinggi dari pada ASI mature)
c) Berdasrkan respon pada gizi ibu (meskipun dalam jumlah total lemak tidak di
pengaruhi oleh diet, tipe lemak pada ASI di pengaruhi oleh apa yang di makan
ibu)
d) Karena adanya keragaman individu
Perubahan paling dramatis dalam komposisi ASI terjadi selama masa
menyusui. Pada awal menyusui bayi menerima ASI yang relatif rendah lemak dalam
volume tinggi. Begitu proses menyusui berlanjut, volume ASI menurun, tetapi
proporsi lemak dalam ASI meningkat, kadang hingga lima kali lebih besar dari nilai
awalnya. Kemampuan bayi mendapatkan ASI kaya lemak ini tidak di tentukan oleh
lamanya waktu menghisap payudara, tetapi oleh kualitas penempelan bayi pada
payudara. Bayi perlu benar-benar menempel pada payudara sehingga ia dapat
menggunakan lidahnya secara maksimal, mengambil ASI dari payudara, tidak
sekedar mengandalkan refleks pengeluaran ASI ibunya. Bayi yang tidak dapat
menempel dengan baik dapat mengalami kesulitan dalam mendapatkan lemak yang
baik untuk memenuhi kebutuhannya dan dapat lebih sering menyusu untuk
mendapatkan cukup kalori dari menyusu dengan kadar lemak rendah. Bayi yang
menempel dengan baik, disisi lain, dapat memperoleh semuah yang dibutuhkannya
dalam waktu singkat.
Lama menyusui dengan catatan bayi menempel dengan baik, ditentukan oleh
laju perpindahan ASI dari ibu ke bayi. Jika perpindahan ASI terjadi pada laju tinggi,
lama menyusui akan relatif singkat, jika perpindahannya lambat menyusui menjadi
lebih lama. Perpindahan ASI tampak lebih efisien pada laktasi kedua dibanding
pertama.
 Komponen ASI
a. Lemak dan Asam Lemak
Bagi bayi, dengan pertumbuhan otak yang baik dan cepat, lemak yang
memiliki makna penting dan bukannya protein dalam ASI.
98% lemak dalam ASI terdapat dalam bentuk tiga asam lemak yang terjalin
menjadi satu molekul gliserol. Sejauh ini lebih dari asam lemak telah di
indentifikasi, kira-kira 46% adalah lemak jenuh dan 54% adalah lemak tidak
jenuh.
b. Karbohidrat
Komponen karbohidrat dalam ASI kaya laktosa, yang menyediakan
sekitar 40% kebutuhan kalori untuk bayi. Laktosa diubah menjadi galaktosa dan
glukosa oleh enzim laktase, dan gula ini memberikan energi untuk pertumbuhan
otak yang sangat cepat. Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium dan juga
mendorong pertumbuhan laktobacilus, yang meningkatkan keasaman usus
sehingga dapat mengurangi pertumbuhan organisme patogen.
c. Protein
ASI mengandung lebih sedikit protein daripada air susu jenis mamalia lain
(Akre 1990a), dan hal ini menyebabkan tampilan ASI lebih bening. ASI
didominasi oleh whey (whey terutama tersusun atas laktabumin alfa) dan
membentuk kepala susu yang lembut dan menggumpal ketika terjadi pengasaman
dalam lambung.
Bayi yang diberi ASI lebih sedikit menghadapi masalah alergi dari pada
bayi yang diberi susu buatan . hal ini mungkin disebabkan mukosa usus bayi
bersifat permeable terhadap protein sebelum usia 6 sampai 9 bulan, sedangkan
protein dalam susu sapi bersifat alergen. Secara khusus, laktoglobulin beta sapi,
yang tidak memiliki unsur protei ASI, mampu menimbulkan respon antigenik
pada bayi atopik (Adler & Warner 1991,Bahna 1997).
Protein  whey sapi lain, albumin serum sapi telah dikenali sebagai pemicu
terjadinya diabetes melitus tergantung insulin (Paronen et al 2000, Vaarala et al
1999).
d. Mineral dan Unsur Klumit
Zat Besi. Bayi aterm normal biasanya lahir dengan kadar haemoglobin
tinggi (16-22gr/dl ), yang berkurang dengan cepat setelah lahir. Zat besi yang
diperoleh dari pemecahan hemoglobin digunakan kembali. Bayi juga memiliki
persediaan zat besi dalam jumlah banyak, cukup untuk setidaknya 4-6
bulan.meskipun jumlah zat besi yang terkandung lebih sedikit dari yang terdapat
dalam susu formula, bioavailabilitas zat besi dalam ASI jauh lebih tinggi : 70%
zat besi dalam ASI dapat diserap, sedangkan hanya 10% jumlah zat besi yang
dapat diserap dalam susu formula (Saarinen & Siimes 1979). Bayi yang diberikan
susu sapi segar atau susu formula dapat mengalami anemia karena terjadinya
perdarahan kecil di usus.
Seng. Defisiensi mineral klumit ini dapat menyebabkan kegagalan
pertumbuhan dan lesi kulit tipikal. Seng lebih banyak terdapat pada susu formula
dibanding ASI. Bayi yang diberikan ASI mampu mempertahankan kadar seng
dalam plasma tetap tinggi dibanding bayi yang diberi susu formula.
Kalsium. Kalsium lebih efisien diserap dari ASI dibanding susu pengganti
ASI, karena perbandingan kalsium, fosfor ASI yang lebih tinggi. Susu formula
bayi, yang berasal dari sapi, tidak terelakan memiliki kandungan fosfor lebih
tinggi dari pada ASI, dan di laporkan meningkatkan resiko tetanus pada neonatus.
Mineral Lain. ASI memiliki kadar kalsium, fosfor, natrium, dan kalium
yang lebih rendah dari pada susu formula. Tembaga, kobalt, dan selenium
terdapat pada kadar yang lebih tinggi.
e. Vitamin
Semua vitamin yang dibutuhkan untuk gizi dan kesehatan yang baik di
suplai oleh ASI, dan meskipun jumlah yang ada beragam dari ibu yang satu
dengan yang lainya, tidak ada variasi normal yang menimbulkan resiko pada bayi.
Terdapat dua jenis vitamin yaitu vitamin larut dalam lemak dan vitamin larut
dalam air.
 Vitamin larut lemak (A, D, E, K)
a. Vitamin A. Terdapat pada ASI dalam bentuk retinol, retinil ester, beta
karoten. Koloestrum mengandung dua kali jumlah yang terdapat dalam ASI
mature, dan inilah yang menjadikan ASI berwarna kuning.
b. Vitamin D. Vitamin D3 berperan penting dalam metabolisme kalsium dan
fosfor di tubuh dan mencegah riketsia pada anak-anak. Bayi dengan ibu
berkulit gelap yang tinggal di daerah yang beriklim sedang dan bayi
premature dapat beresiko mengalami kekurangan vitamin D.
c. Vitamin E. Terdapat dalam ASI perannya masih belum jelas. Vitamin ini
nampaknya mencegah oksidisasi asam lemak, polynsaturatet dan mencegah
beberapa jenis anemia yang rentan dialami oleh bayi premature.
d. Vitamin K. Vitamin ini penting untuk sintesis faktor pembekuan darah.
Vitamin ini terdapat dalam ASI dan di serap secara efisien.
 Vitamin larut air
Kecuali diet ibu benar-benar kurang, ASI akan mengandung segala jenis
vitamin dalam kadar yang cukup. Oleh karena itu, makanan yang telah
disempurnakan akan lebih menguntungkan dari pada suplemen buatan. Dengan
beberapa vitamin, khususnya vitamin C, stagna akan terjadi jika peningkatan asupan
ibu tidak memberikan dampak lebih jauh dari komposisi ASI
3. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
Telah diketahui selama beberapa waktu bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif
dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan energinya, akan lebih mudah pula
memenuhi kebutuhan cairannya bahkan dalam iklim panas. Air tambahan tidak dapat
mempercepat resolusi ikterus fisiologis bila terjadi. Satu-satunya dampak konsisten
pemberian cairan pada bayi yang mendapatkan ASI adalah mengurangi waktu mereka
disusui.
Semua ibu sebaiknya juga mendapatkan bantuan pada pemberian ASI
selanjutnya. Ketika bayi disusui dan merasa puas, maka ibu di informasikan tentang
perubahan yang akan terjadi pada payudaranya selama beberapa hari setelahnya.
Penjelasan pada perubahan pola menyusui dan berbagai alasan tentang lama
menyusui akan membuat ibu mampu menerima perubahan tersebut dengan penuh
keyakinan.
ASI merupakan makanan pilihan utama untuk bayi. Menyusui memberikan
banyak keuntungan : nutrisi, imunologi, dan psikologis.
Menurut worthingtonro-robert (1993), menyusui memiliki keuntungan-keuntungan
berikut :
1) Bayi mendapat imonoglobulin untuk melindunginya dari berbagai penyakit
dan infeksi.
2) Bayi lebih jarang menderita infeksi telinga dan saluran pernapasan atas/
3) Bayi lebih jarang mengalami diare dan penyakit saluran cerna lain.
4) Resiko bayi mendapat diabetes juvenile menurun.
5) Bayi memiliki lebih sedikit kemungkinan untuk menderita limfoma tipe
tertentu.
6) Jenis protein yang ditelan mengurangi kemungkinan timbulnya reaksi alergi.
7) Bayi yang disusui memiliki lebih sedikit masalah dengan pemberian makanan
yang berlebihan akibat harus menghabiskan susu di botol.
8) Insiden bayi untuk mengalami obesitas dan hypertensi dalam masa remaja
menurun.
9) Organ-organ ibu akan lebih cepat kembali pada keadaan sebelum hami.
10) Menyusui menikatkan kontak batin antara ibu dan anak.

C. Pemberian IMD
1. Pengertian Inisiasi Menyusui Dini
Yang dimaksud dengan definisi dan makna arti IMD ini adalah bayi mulai
menyusu sendiri segera setelah lahir pada satu jam pertama, bayi dibiarkan
merangkak mencari payudara ibu dan membiarkan kulit bayi kontak langsung dengan
kulit ibunya. Inilah pengertian yang dkemukakan oleh Roesli 2008. Dan juga makna
lainnya adalah permulaan menyusui dini adalah menyusu pertama kali pada jam-jam
pertama setelah bayi lahir yaitu antara 5 sampai 10 menit.
Bayi yang baru lahir sangat rentan terhadap kematian akibat hipotermia.
Namun 16 persen penyebab kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI
pada sejak hari pertama dilahirkan. Angka ini naik menjadi 22 persen jika pemberian
ASI dimulai satu jam setelah kelahiran atau dikenal dengan istilah inisiasi menyusui
dini (IMD). Sehingga memang manfaat menyusui dini bagi ibu dan bayi adalah
sebuah hal yang tidak boleh diindahkan begitu saja oleh para ibu.
2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
Ada beberapa manfaat dan juga tujuan pemberian IMD kepada bayi. Berikut
adalalh beberapa faedah ketika IMD diberikan kepada bayi baru lahir dan juga
pengaruh psikologis baik bagi ibu dan juga bayinya antara lain sebagai berikut :
a) Dampak efek psikologis bagi sang ibu dan sang bayi adalah membuat keduanya
merasa lebih tenang dan rileks setelah melalui proses persalinan yang baru
dijalani berdua. Pengaruh lainnya adalah Pernafasan dan detak jantung keduanya
akan lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga hal ini akan
bermanfaat untuk mengurangi pemakaian energi.
b) Ikatan batin antara ibu dan bayi anak akan lebih erat terjamin. “Bonding” (ikatan
kasih sayang) antara ibu – bayi akan lebih baik karena 1 – 2 jam pertama, bayi
dalam keadaan siaga. Setelah itu biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama dan
beristirahat pertamanya setelah dilahirkan di dunia ini.
c) Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya
dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri “baik” dari kulit ibu. Bakteri
“baik” ini akan berkembang biak membentuk koloni kulit di kulit usus bayi,
menyaingi bakteri “jahat” dari lingkungan sekitarnya.
d) Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil dalam proses menyusui
ASI eksklusif dan akan lebih lama disusui. Karena memang banyak juga Manfaat
pemberian ASI Eksklusif baik bagi sang ibu maupun bayinya itu sendiri.
e) Bayi mendapatkan kolostrum ASI yang pertama kali keluar. Cairan emas ini
kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi kesempatan Inisiasi
Menyusu Dini lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi
kesempatan. Karena memang banyak Kandungan Dan Manfaat Kolostrum pada
ASI ini. ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh penting untuk ketahanan
terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup
bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang akan melindungi dinding usus bayi
yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini.
f) Bermanfaat menambah kebahagiaan ayah dan ibunya. Ibu dan ayah akan merasa
sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama kali dalam kondisi seperti
ini. Bahkan ayah akan mendapatkan kesempatan dalam menjalankan syariat dan
sunnah dalam agama yaitu mengazankan anaknya ketika berada di dada ibunya.
Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang amat indah dan memberikan kesan
yang mendalam bagi ketiganya. Dan ini adalah merupakan bagian dari Adab
Islami Menyambut Kelahiran Anak yang juga harus diketahui oleh para orang tua.
3. Tata laksana IMD
            Tata laksana IMD yang dimaksud dalam penelitian ini mengacu pada IMD
pada Roesli (2008) yaitu setelah bayi dipotong tali pusatnya, kemudian
bayidikeringkan kecuali lengannya, tengkurapkan bayi di dada ibu, tanpa dibungkus
terlebih dahulu skin to skin contact diamkan bayi selama 1 jam, lalu angkat bayi dari
dada ibu bila sudah dapat menyusu sendiri. Pengetahuan informan mengenai tata
laksana IMD masih rendah. Hanya seorang informan yang mengatakan bahwa bayi
harus dipotong tali pusatnya dulu, sebagian kecil berpendapat lengan bayi tidak usah
dikeringkan, seluruh informan mengatakan bayi ditengkurapkan di dada ibu, tetapi
sebagian besar yang mengatakan ada skin to skin contact. Sebagian kecil mengatakan
bahwa waktu yang dibutuhkan untuk IMD adalah satu jam, sebagian besar lainnya
mengatakan bahwa IMD hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja.
4. Manfaat dan keuntungan IMD
Manfaat dan keuntungan IMD bagi sang ibu antara lain adalah sebagai berikut :
a) Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin.
b) Meningkatkan keberhasilan produksi dan memperlancar ASI sang Ibu.
c) Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi.
Inisiasi Menyusui Dini akan sangat membantu dalam rangka
kelangsungan pemberian ASI eksklusif dan juga lamanya pemberian ASI dari sang
ibu kepada bayinya nantinya. Dengan demikian bayi akan terpenuhi akan hal terkait
dengan kebutuhan akan zat gizi dan nutrisinya minimal sampai dengan anak nantinya
berumur 2 tahun. Dan merupakan bagian dari cara tips serta kiat mencegah anak
kekurangan gizi pula.
Ibu seharusnya langsung dapat bersama bayinya setelah melahirkan, kecuali
kondisi tertentu mengharuskan sebaliknya. Terjadinya kontak yang lebih awal dan
lama akan memastikan tidak terlewatinya signal yang mengindikasikan bahwa bayi
siap untuk di susui. Pemberian ASI lebih awal turun menentukan keberhasilan
menyusui, tetapi lama pemberian ASI pertama kali harus, kurang lebih
bergantung  pada kebutuhan bayi tersebut. Beberapa bayi mungkin menunjukan
keinginan untuk menyusui langsung begitu mereka lahir. Bayi lainya sama sekali
tidak menunjukan ketertarikan hingga setelah satu jam atau lebih.
Pemberian ASI pertama kali harus di awasi bidan, jika hal itu berlangsung tanpa
rasa sakit dan jika bayi di perbolehkan untuk menghentikan menyusu tanpa paksaan,
baik ibu atau bayi telah dibantu memulai proses pembelajaran yang dibutuhkan untuk
proses menyusui yang baik dengan cara positif dan menyenangkan.

D. Konsep Tumbuh Kembang Bayi


Pertumbuhan adalah merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh
bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur.
Perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi fungsi alat tubuh
yang dapat dicapa melalui tumbuh kematangan dan belajar.
1. Kemampuan yang Harus dicapai Bayi Usia 0-3 Bulan
a) Kemampuan Gerak Kasar
pada waktu bayi telentang lengan dan tungakai bergerak dengan mudah. Pada
waktu bayi telungkup dialas yang datar bayi dapat mengangkat kepalanya. Pada
waktu bayi telungkup di alas yang datar dapat mengangkat kepalanya dan membentuk
sudut. Danjuga dapat mengangkat kepalanya dengan tegak.
b) Kemampuan Gerak Halus
pada waktu bayi telentang bayi dapat mengikuti gerakan kita dengan
menggerakan kepalanya dari kanan ke kiri. Pada waktu telentang bayi dapat
menggerakan kepalanya dari satu sisi kesisi yang lain.dan juga meberikan reaksi pada
cahaya yang diberikan dan menggerakan kepalanya kerah cahaya.
c) Kemampuan Berbicara atau Berbahasa
Bayi dapat mengeluarkan suara – suara lain (ngoceh) selain menangis. Bayi
juga bisa tertawa keras walaupun tidak digelik ataupun diraba. Dan juga memberikan
reaksi terhadap suara atau saat bayi tersebut diajak berbicara.
d) Kemapuan Sosialisasi atau Kemandirian
Pada waktu telentang bayi dapat melihat dan menatap wajah ibunya. Pada
waktu diajak berbicara dan tersenyum bayi juga memiliki respon yang sama seolah-
olah mengerti dengan apa yang kita bicarakan.
2. Stimulasi Perkembangan Yang Perlu Diberikan
a) Pengungkapan rasa cinta, kasih sayang dan rasa aman, dengan berbicara
lembut, bersenandung, dan lain-lain.
b) Menirukan ocehan, gerakan, dan mimik anak. Anak sering diajak bicara dan
mendengarkan berbagai suara, misalnya suara burung, radio, kerincingan,
ayam, dan lain-lain.
c) Melatih anak membalikkan badan dari telentang ke telungkup.Ketika telentang,
anak dibuat agar memperhatikan benda yang menarik (berwarna
menyolok/berbunyi). Benda itu kemudian digerakkan ke sisi badannya. anak
akan mengikuti benda itu sambil memiringkan badan. benda digerakkan terus
agar anak berlatih membalikkan badanya.
d) Melatih anak mengangkat kepala dan memperhatikan benda
bergerak.Gerakkanlah benda yang menarik di hadapan anak, ketika ia
telungkup. Angkatlah benda itu keatas, sehinga anak dilatih mengangkat
kepalanya ketika memperhatikan benda itu.
e) Melatih anak menggenggam benda. Sentuhlah pensil atau benda yang serupa
pada punggung atau ujung jari tangan anak. Anak akan berlatih menggenggam
benda itu.
3. Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan
a) Pertumbuhan berlaku dalam dua arah : dari atas ke bawah dan dari tengah ke
tepi
b) Pertumbuhan struktur badan mendahului kemahiran fungsinya.
c) Perkembangan motor kasar  berlaku terlebih dahulu  daripada motor halus.
d) Corak pertumbuhan dan perkembangan adalah sama tetapi kadarnya adalah
berbeza pada setiap individu.
e) Pertumbuhan berlaku hingga  satu tahap, tetapi perkembangan berlaku secara
berterusan hingga akhir hayat.
f) Pertumbuhan dan perkembangan saling berinteraksi.  Pertumbuhan jasmani
yang kurang sihat boleh menjejaskan perkembangan rohani, emosi dan sosial.
g) Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan boleh ditentukan mengikut
peringkat-peringkat tertentu.
h) Perkembangan mental bermula daripada konkrit kepada  abstrak
i) Perkembangan daripada egosentrik kepada menerima pandangan orang
lain                                                             
4. Pola Perkembangan
1. Pola perkembangan fisik yang terarah
a) Cephalcaudal
Merupakan pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari kepala
yang ditandai dengan perubahan ukuran kepaa yang lebih besar, kemudian
berkembang kemampuan untuk menggerakan lebih cepat dengan
menggelengkan kepala dan dilanjutkan ke bagian ekstremitas bawah lengan
tangan dan kaki.
b) Proximal distal
Merupakan pola pertumbuhan dan perkembanan ynag dimulai dengan
mengerakan anggota gerak yang paling dekat dengan pusat/sumbu tengah,
seperti menggerakan bahu dahulu baru kemudian jari-jari.

2. Pola perkembangan dari umum ke khusus


Yaitu pola pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dengan
menggerakan daerah yang lebih umum (sederhana) dahulu baru kemudian daera ang
lebih kompleks. Misalnya malembaikan tangan kemudianmemainkan jari.
3. Pola perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan latian belajar
Polaini mencerminkan cirri khusus dalam setiap tahapan perkembangan yang
dapat digunakan untuk mendeteksi dini perkembangan selanjutnya. Pada masa ini
dibagi menjadi lima tahap yaitu
a) Masa Pra lahir, terjadi pertumbuhan yang sangat cepat pada alat dan jarinan
tubuh:
b) Masa Neonatus, terjadi proses penyesuaian dengan kehidupan di luar rahim
dan hampir sedikit aspek pertumbuhan fisik dalam perubahan.
c) Masa bayi, terjadi perkembangan sesuai dengan lingkungan yang
memepengaruhinya dan mempunyai banyak kemampuan untuk melindungi
dan meghindari dari hal yang mngancam dirirnya
d) Masa anak, terjadi perkembangan yang cepat dalam aspek sifat, sikap, minat
dan cara penyesuaian dengan lingkungan.
e) Masa remaja, terjadi perubahan kearah dewasa sehingga kematangan pada
tanda-tanda pubertas.
4. Pola perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan latihan/belajar
Terdapat saat ang siap untuk menerima sesuatu dari luar untuk mencpaai
proses kematangan dan kematangan yang dicapainyadapat disempurnakan melalui
rangsangan yang tepat. Masa ini merupakan amasa kritis yang ahrus dirangsang agar
mencapai perkembangan selanjutnya melalui prose belajar.

E. Kebutuhan Dasar Persalinan


1. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin  Kala I
Kala I atau kala pembukaan berlangsung dari pembukaan nol (0 cm) sampai
pembukaan lengkap (10 cm).kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam, sedangkan
multigravida sekitar 8 jam.berdasarkan kurva friedman,diperhitungkan pembukaan
primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.
Kala I (pembukaan)dibagi menjadi dua fase,yakni:
1. Fase laten
a) Pembukaan serviks berlangsung lambat
b) Pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm
c) Berlangsung dalam 7-8 jam
2. Fase aktif

Berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi tiga subfase


a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam ,pembukaan menjadi 4 jam
b) Periode dilatasi maksimal (steady):selama 2 jam,pembukaan berlangsung
cepat menjadi 9 jam.
c) Periode deselerasi:berlangsung lambat,dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm atau lengkap
a) Dukungan Fisik dan Fisiologis kebutuhan wanita dalam persalinan antara
lain :
 Memberikan Asuhan Sayang Ibu

Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat menggugah emosi ibu
dan keluarganya atau bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan
menakutkan bagi ibu. Upaya untuk mengatasi gangguan emosional dan
pengalaman yang menegangkan tersebut sebaiknya dilakukan melalui asuhan
sayang ibu selama persalinan dan proses kelahiran bayinya . Prinsip-prinsip
umum asuhan sayang ibu adalah Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap
dan bertindak dengan tenang dan berikan dukungan penuh selama persalinan dan
kelahiran bayi, jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau anggota
keluarganya, anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan
memberikan dukungannya. Waspadai gejala atau tanda penyulit selama proses
persalinan dan lakukan tindakan yang sesuai jika diperlukan, siap dengan rencana
rujukan.

 Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk :

Memberikan dukungan emosional, membantu pengaturan posisi ibu,


memberikan cairan dan nutrisi, keleluasan untuk menggunakan kamar mandi
secara teratur, pencegahan infeksi.
 Perawatan Fisik

Kebersihan dan kenyamanan, wanita yang sedang bersalin akan merasa sangat
panas dan berkeringat banyak. Bila memungkinkan ibu bisa mandi dan berganti
pakaian, atau bila idak cukup dengan menyeka tubuhnya dan mengganti
pakaianya. Baju yang bersih dan terbuat dari bahan katun akan membuat ibu
merasa nyaman. Mulunya bisa disegarkan dengan jalan menggosok gigi atau
mouthwash.

 Mengatur Posisi

Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan


dan melahirkan bayi serta anjurkan suamin dan pendamping lainnya untuk
membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok,
berbaring, miring atau merangkak.

b) Kebutuhan Cairan dan Nutrisi

Makanan padat tidak boleh diberikan selama persalinan aktif, karna makanan
padat lebh lama tinggal dalam lambung dari pada makanan cair, sehingga proses
pencernaan berjalan lebih lambat selama persalinan. Bila ada pemberian obat, dapat
juga merangsang terjadinya mual muntah, yang biasa mengakibatkan terjadinya
aspirasi kedalam paru-paru.

Untuk mencegah dehidrasi, pasien boleh di beri minuman segar (jus buah, sup,
dll). Selama proses persalinan, namun bila mual atau muntah dapat diberikan cairan
RL.
c) Kebutuhan Eliminasi

Kandung kencing harus dikosongkan setiap 2 jam selama proses persalinan.


Demikian pula dengan jumlah dan waktu berkemih juga harus dicatat. Bila pasien
tidak mampu berkemih sendiri, dapat dilakukan katerisasi karena kandung kencing
yang penuh akan menghambat penurunan bagian terbawah janin. Selain itu, juga akan
meningkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali pasien, karena bersamaan
dengan munculnya kontraksi uterus. Rectum yang penuh akan mengganggu
penurunan bagian terbawah janin, namun bila pasien mengatakan ingin BAB, bidan
harus memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala masuk pada kala II.

d) Pengurangan Rasa Nyeri


 Nyeri dalam Persalinan

Nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan ujung-ujung saraf khusus.
Selama persalinan dan kelahiran pervaginam nyeri disebabkan oleh kontraksi rahim,
dilatasi serviks dan distensi perineum. Nyeri dari perineum berjalan melewati serat
saraf aferan somatic, terutama pada saraf pupendus dan mencapai medulla spenalis.
Selama bagian akhir dari kala I dan sepanjang kala II, impuls nyeri bukan saja
muncul dari rahim tetapi juga dari perineum saat bagian janin melewati pelvis.
 Factor-faktor yang mempengaruhi rasa nyeri dalam persalinan
 Rasa takut atau kecemasan akan meninggikan respon individual pada rasa
sakit. Rasa takut terhadap hal yang tidak diketahui, rasa takut ditinggal sendiri
pada saat proses persalinan dan rasa takut atas kegagalan dalam persalinan
dapat meningkatkan kecemasan.
 Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa sakit, ibu yang secara alamiah
tegas dan cemas akan lebih lemah dalam menghadapi stress disbanding wanita
yang rileks dan percaya diri.
 Kelelahan, ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin
sebelumnya sudah terganggu tidurnya oleh ketidak nyamanan dari akhir masa
kehamilannya. Akan kurang mampu mentolerir rasa sakit.

2. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala II

Persalinan kala II
Kala II atau disebut juga kala pengusiran dimulai dengan pembukaan lengkap dari
serviks (10 cm)dan berakhir dengan kelahiran bayi.
Kala II ditandai dengan :
1) His terkoordinasi,kuat,cepat dan lebih lama,kira-kira 2-3 menit sekali
2) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan
pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengejan
3) Tekanan pada rektum dan anus terbuka,serta vulva membuka dan perineum
merenggang.
 Memberikan Dukungan

Adalah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya


mencapai pertolongan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang
ibu dan sayang bayi. Berikan dukungan dan semangat pada ibu dan anggota
keluarganya. Jelaskan proses kelahiran dan kemajuan persalinan kepada ibu dan
keluarganya. Tenteramkan hati ibu selama kala II persalinan. Berikan bimbingan dan
bantuan jika memang diperlukan.

Saat bidan memberikan dukungan fisik dan psikologis dalam persalinan atau
membantu keluarga untuk memberikan dukungan persalinan, bidan harus melakukan
semua dengan cara yang bersifat sayang ibu meliputi hal sebagai berikut :

1) Aman
2) Sesuai dengan evidenced based dan memberikan sumbangan pada
keselamatan jiwa pasien.
3) Memungkinkan pasien merasa nyaman, aman secara psikologis merasa
didukung dan didengar.
4) Menghormati praktik-praktik budaya, keyakinan agama, serta hak pasien atau
keluarganya sebagai pengambil keputusan
5) Menggunakan cara pengobatan yang sederhana sebelum memakai teknologi
canggih
6) Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat dipahami
oleh pasien
 Pengosongan kandung kemih
Sarankan ibu untuk sesering mungkin berkemih.kandung kemih yang kosong
dapat menyebabkan nyeri pada bagian abdominal dan menyebabkan bagian
terendah dari janin sulit turun
 Mengejan
Dorongan untuk mengejan dapat terjadi sebelum verteks terlihat.dulu untuk
menghemat upaya ibu dan memberi kesempatan [ada jaringan vagina untuk
meregang secara pasif,ibu dianjurkan untuk menghindari mengejan aktif pada
kala ini.
 Menjaga kebersihan diri
Ibu dapat dianjurkan untuk membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air
kecil atau buang air besar,selain menjaga kemaluan tetap bersih dan kering. Hal
ini dapat menimbulkan kenyamanan dan relaksasi serta menurunkan resiko
infeksi.akumulasi antara darah haid (bloody show),keringat ,cairan amnion
(larutan untuk pemeriksaan vagina),dan feses dapat menyebabkan rasa tidak
nyaman pada ibu bersalin.mandi dibak atau shower dapat menjadi sangat
menyegarkan dan santai.ibu dapat menjadi merasa sehat,tetapi bila fasilitasnya
tidak memungkinkan ,mandi ditempat tidur dapat menyegarkan ibu.
 Kebersihan
Praktik terbaik pencegahan infeksi pada kala II persalinan diantaranya adalah
melakukan pembersihan vulva dan perineum menggunakan air matang
(DTT).gunakan gulungan kapas atau kasa yang bersih,bersihkan mulai dari bagian
atas kearah bawa (dari bagian anterior vulva kearah rektum)untuk mencegah
kontaminasi tinja.letakkan kain bersih dibawah bokong saat ibu mulai
meneran.sediakan kain bersih cadangan didekatnya.jika keluar tinja saat ibu
meneran,jelaskan bahwa hal itu biasa terjadi.
 Berendam
Air telah dihubungkan dengan persaan ‘sejahtera’ selama berabad-abad yang
lalu.ketertarikan terhadap air sebagai medium persalinan dan kelahiran bayi kini
telah berkembang.beberapa wanita memilih untuk menggunakan kolam hanyan
untuk berendam pada kala I persalinan dan beberapa ibu memilih untuk
melahirkan didalam air.beberapa ibu telah mersakan betapa rileksnya mereka
selama berada dalam air.
Berendam dapat menjadi tindakan pendukung dan kenyamanan yang paling
menenangkan,bak yang disiapkan harus cukup dalam-dalam menampung air
sehingga ketinggian air dapat menutupi abdomen ibu bersalin.hal ini merupakan
bentuk hidrotrapi dan berdampak pada rasa gembira pada ibu.selain itu rasa tidak
nyaman dapat meredan dan kontraksi dapat dihasilkan selama ibu berendam.
 Perawatan mulut
Selama aproses persalinan ,mulut ibu biasanya mengeluarkan nafas yang tidak
sedap ,bibir kering dan pecah-pecah,disertai tenggorokan kering. Hal ini dapat
dialami ibu terutama beberapa jam selama menjalani persalinan tanpa cairan oral
dan perawatan mulut. Kondisi tersebut juga dapat menimbulkan rasa tidak
nyaman dan dan tidak menyenangkan bagi orang disekitarnya.
Apabila ibu dapat mencerna cairan selama persalinan ,hal-hal berikut dapat
dilakukan untuk menghindari ketidak nyamanan tersebut.
a) Menggosok gigi,ingatkan ibu bersalin untuk membawa sikat dan pasta
gigi kerumah sakit atau rumah bersalin untuk digunakan selam persalinan
b) Mencuci mulut,berikan produk pencuci mulut untuk menyegarkan nafas
c) Memberikan gliserin ,usapkan gliserin pada bibir untuk menghindari
kekeringan
d) Memberi permen atau gula-gula.permen dapat melembabkan mulut dan
tenggorokan, sebaiknya anjurkan untuk mengonsumsi permen lolipop
untuk mencegah aspirasi
Sebagian ibu akan berteriak pada saat mengejan.hal ini dapat membantunya
melakukan koping terhadap kontraksi dan ia harus merasa bebas mengekspresikan
dirinya dengan cara ini.keyakinan dan pujian bidan membantu ibu meningkatkan
kepercayaan dirinya ,meyakinkan ibu bahwa ia dapat mengendalikan berbagai
peristiwa tersebut.suasana harus tenang dan tidak tergesa-gesa
 Pengipasan
Ibu yang sedang dalam proses persalinan biasanya banyak mengeluarkan
keringat,bahkan pada ruang persalinan dengan kontrol suhu terbaik pun,mereka
mengeluh berkeringat pada saat tertentu.apabila tempat persalinan tidak
menyediakan pendingin ruang ,hal ini dapat menimbulakan rasa tidak nyaman dan
sangat menyengsarakan ibu bersalin.oleh karena itu,gunakan kipas atau dapat juga
bila tidak ada kipas,kertas atau lap dapat digunakan sebagai pengganti kipas.
 Mengatur posisi dan kenyamanan ibu
Faktor penting saat wanita berada dalam persalinan adalah bukan saat ia akhirnya
melahirkan,tetapi tetap mampu bergerak dengan gelisah selama persalinan.
Mobilisasi membantu ibu untuk tetap merasa terkendali. Membiarkan ibu bersalin
untuk memilih posisi persalinan memiliki banyak keuntungan,seperit
pengurangan rasa tidak nyaman,trauma perineum,lebih mudah meneran,dan posisi
juga merupakan salah satu dasar yang memengaruhi keutuhan perineum. Oleh
karena itu,ibu bersalin harus diperbolehkan mengambil posisi pilihan  sendiri saat
persalinan.
Posisi yang diterapkan saat persalinan harus menghindari hipoksia pada
janin,menciptakan pola kontraksi uterus yang efisien,meningkatkan diameter
pelvis, memudahkan pengamtan janin,memberikan paparan perineum yang
baik,menyediakan daerah yang bersih untuk melahirkan ,dan merasa nyaman.
Pengaturan posisi melibatkan juga penempatan bantal di bawah kepalanya untuk
meningkatkan relaksasi,mengurangi tekanan oto,dan mengeliminasi titik-titik
tekanan
a) Posisi terlentang (supine) 
Posisi ini juga menyebabkan waktu persalinan menjadi lebih lama, besar 
kemungkinan terjadinya laserasi perineum dan dapat mengakibatkan
kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.
Dan juga menyebabkan beberapa hal seperti :
 Dapat menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya menekan
aorta, vena cava inferior serta pembuluh-pembuluh darah lain sehingga
menyebabkan suplai darah ke janin menjadi berkurang, dimana akhirnya
ibu dapat pingsan dan bayi mengalami fetal distress ataupun anoksia
janin.
 Ibu mengalami gangguan untuk bernafas.
 Buang air kecil terganggu.
 Mobilisasi ibu kurang bebas.
 Ibu kurang semangat.
 Resiko laserasi jalan lahir bertambah.
 Dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.
 Rasa nyeri yang bertambah
b) Posisi duduk/setengah duduk 
Posisi ini akan membantu dalam penurunan janin dengan bantuan gravitasi
bumi untuk menurunkan janin kedalam panggul dan terus turun kedasar
panggul. Posisi berjongkok akan memaksimumkan sudut dalam lengkungan
Carrus, yang akan memungkinkan bahu besar dapat turun ke rongga panggul
dan tidak terhalang (macet) diatas simpisis pubis. Dalam posisi berjongkok
ataupun berdiri, seorang ibu bisa lebih mudah mengosongkan kandung
kemihnya, dimana kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat
penurunan bagian bawah janin
c) Posisi jongkok/ berdiri
Jongkok atau berdiri memudahkan penuran kepala janin, memperluas panggul
sebesar dua puluh delapan persen lebih besar pada pintu bawah panggul,
memperkuat dorongan meneran. Namun posisi ini beresiko terjadinya laserasi
( perlukaan jalan lahir). Dalam posisi berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu
bisa lebih mudah mengosongkan kandung kemihnya, dimana kandung kemih
yang penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin.
d) Berbaring miring kekiri
Posisi berbaring miring kekiri dapat mengurangi penekanan pada vena cava
inferior sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia, karena
suplay oksigen tidak terganggu, dapat member suasana rileks bagi ibu yang
mengalami kecapekan dan dapat pencegahan terjadinya laserasi/robekan jalan
lahir.
 Posisi merangkak 
Posisi ini akan meningkatkan oksigenisasi bagi bayi dan bisa mengurangi rasa
sakit punggung bagi ibu. Posisi merangkak sangat cocok untuk persalinandengan
rasa sakit punggung, mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta
peregangan pada perineum berkurang. Posisi merangkak juga dapat membantu
penurunan kepala janin lebih dalam ke panggul
Hal-hal berikut dapat juga mengurangi rasa nyeri pada ibu,seperti:
1. anjurkan ibu untuk mencoba posisi yang nyaman bagi dirinya
2. ibu boleh berjalan ,berdiri,duduk atau jongkok,berbaring miring atau
merangkak
3. hindari menempatkan ibu pada posisi telentang atau supine karena dapat
terjadi supine hypotension syndrom
3. Kebutuhan Ibu pada Kala III
Kala III
Kala III atau kala pelepasan uri adalah periode yang dimulai ketika bayi lahir dan
berakhir pada saat plasenta seluruhnya sudah dilahirkan.lama kala III pada
primigravida dan multigravida hampir sama berlangsung ± 10 menit.
a) Ketertarikan ibu pada bayi.
Ibu mengamati bayinya, menanyakan apa jenis kelaminnya, jumlah jari-
jarinya dan mulai menyentuh bayi.

b) Perahtian pada dirinya


Bidan perlu menjelaskan kondisi ibu, perlu penjaitan atau tidak, bimbinglah
tentang kelanjutan tindakan dan perawatan ibu.
c) Tertarik plasenta.
Bidan menjelaskan kondisi plasenta lahir lengkap atau tidak.
d) Dukungan mental dari bidan dan keluarga atau pendamping.
e) Penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang telah dilalui
f) Informasi yang jelas mengenai keadaan pasien yang sekarang dan tindakan
apa yang dilakukan
g) Bebas dari rasa risih akibat bagian bawah yang basah dari darah dan air
ketuban
4. Kebutuhan Ibu Bersalin Pada Kala IV
Kala IV
Dimulai dari lahir plasenta sampai 2 jam pertama postpartum untuk mengamati
keadaan ibu terutama terhadap perdarahan postpartum.kala IV pada primigravida dan
multigravida sama-sama berlangsung selama 2 jam.
Obsevasi yang dilakukan pada kala IV meliputi:
a) Evaluasi uterus
b) Pemeriksaan dan evaluasi serviks,vagina,dan perineum
c) Pemeriksaan dan evaluasi plasenta,selaput,dan tali pusat
d) Penjahitan kembali episiotomi dan laserasi (jika ada)
e) Pemantauan dan evaluasi lanjut tanda vital, kontraksi uterus, lokea,
perdarahan, kandung kemih.
f) Kala III
g) Kala III atau kala pelepasan uri adalah periode yang dimulai ketika bayi lahir
dan berakhir pada saat plasenta seluruhnya sudah dilahirkan.lama kala III
pada primigravida dan multigravida hampir sama berlangsung ± 10 menit.

1) Hidrasi dan Nutrisi


 Berikan segera minim sebanyak yang pasien  inginkan, karna saat ini ia
merasa haus akibat kelelahan dan penluaran keringat yang banyak saat
persalinan.
 Berikan pasien makan sesuai dengan menu yang ada saat ini
2) Hygiene dan kenyamanan pasien
 Rambut dirapikan
 Wajah disekah dengan air hangat menggunakan handuk
 Tidak perlu memakai breast holder (BH) karena sedang dilakukan proses IMD
(inisiasi Menyusu Dini)
 Alas diatas perlak diganti dengan yang bersih dan kering
 Dibawah bokong dialasi under pad ( untuk menyerap darah sekaligus
menampung darah untuk memperkirakan jumlah darah yang keluar)
 Jika pasien merasa gerah keluarga dapat membantu mengipasi pasien
3) Bimbingan dan dukungan untuk BAK
 Yakinkalah pasien bahwa BAK sedini mungkin tidak akan mengganggu
proses penyembuhan jaitan perineum
 Jelaskan bahwa menunda BAK dan pengaruhnya terhadap proses involusi
uterus
 Damping pasien saat mengawali BAK paska persalinan
4) Informasi dan bimbinglah sejelas-jelasnya mengenai apa yang terjadi dengan
tubuhnya
5) Kehadiran bidan sebagai pendamping selama 2 jam paska persalinan serta
keluarga atau orang-orang terdekatnya
6) Dukungan untuk menjalin hubungan awal dengan bayinya terutama saat
pemberian asi awal
7) Posisi tubuh dan lingkungan yang aman setelah saat-saat berat menjalani
persalinan
8) Tempat dan alas tidur yang bersih agar tidak terjadi infeksi.

F. Pendokumentasian Hasil Asuhan Persalinan


1. Pengertian Dokumentasi Asuhan Persalinan
Dokumentasi Asuhan persalinan merupakan bentuk catatan dari asuhan
kebidanan yang dilaksanakan pada ibu dalam masa intranatal, yakni pada kala I
sampai dengan kala IV. Pendokumentasian meliputi pengkajian, pembuatan diagnosis
kebidanan, pengidentifikasian masalah terhadap tindakan segera  dan melakukan
kolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lain serta menyusun asuhan
kebidanan dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah
sebelumnya.
Pendokumentasian adalah bagian penting dari proses membuat keputusan
klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus
memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran
bayi. Partograf adalah bagian terpenting dari proses pendokumentasian selama
persalinan. Pendokumentasian dilakukan karena:
a) Sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik dan mengevaluasi
kesesuaian dan keefektifan asuhan atau perawatan, mengidentifikasi kesenjangan
pada asuhan yang diberikan dan untuk membuat perubahan dan peningkatan
pada rencana asuhan atau perawatan
b) Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam proses membuat keputusan klinik
c) Sebagai catatan permanen tentang asuhan, perawatan dan obat yang diberikan
d) Dapat dibagikan di antara para penolong persalinan sehingga lebih dari satu
penolong persalinan akan memberikan perhatian dan asuhan pada ibu atau bayi
baru lahir
e) Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke kunjungan
berikutnya, dari satu penolong persalinan ke penolong persalinan lainnya, atau
dari seorang penolong persalinan ke fasilitas kesehatan lainnya.
f) Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus
g) Diperlukan untuk memberi masukan data statistiknasional dan daerah, termasuk
catatan kematian dan kesakitan ibu atau bayi baru lahir
Aspek-aspek penting dalam pendokumentasian antara lain :
1) Tanggal dan waktu asuhan diberikan
2) Identifikasi penolong persalinan
3) Paraf atau tanda tangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan
4) Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat, dicatat
dengan jelas dan dapat dibaca
5) Suatu sistem untuk memelihara catatan pasien sehingga selalu siap tersedia
6) Kerahasiaan dokumen-dokumen medis
2. Prinsip-prinsip Teknik Pendokumentasian
a) Mencantumkan nama jelas pasien pada setiap lembaran observasi atau
pemeriksaan.
b) Menulis dengan tinta hitam (tidak boleh pakai pensil), supaya tidak terhapus dan
bila perlu foto copy akan lebih jelas.
c) Menuliskan tanggal, jam, pemeriksaan, tindakan atau observasi yang dilakukan
sesuai dengan temuan yang obyektif (kenyataan) dan bukan interpretasi (hindari
kata penilaian seperti tampaknya, rupanya).
d) Tuliskan nama jelas pada setiap pesanan, hasil observasi dan pemeriksaan oleh
orang yang melakukan.
e) Hasil temuan digambarkan secara jelas termasuk posisi, kondisi, tanda, gejala,
warna, jumlah dan besar dengan ukuran yang lazim dipakai. Memakai singkatan
atau simbol yang sudah di sepakati, misalnya KU, Ket +, KPD, Let kep, Let Su,
S/N, T dan lain-lain
f) Interpretasi data objektif harus di dukung oleh observasi.
g) Kolom tidak dibiarkan kosong tetapi dibuat tanda penutup. Misalnya dengan
garis atau tanda silang.
h) Bila ada kesalahan menulis, tidak diperkenankan menghapus, (ditutup, atau
ditipex), tetapi dicoret dengan garis dan membubuhkan paraf disampingnya.
Teknik penulisan dalam dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan Tujuh langkah varney antara lain sebagai berikut :
1) Mengumpulkan data
Data yang dikumpulkan pada ibu bersalin adalah sebagai berikut: biodata, data
demografi, riwayat kesehatan termasuk faktor herediter, riwayat menstruasi,
riwayat obstetri dan ginekologi, termasuk nifas dan laktasi, riwayat
biopsikososiospiritual, pengetahuan, data pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus
dan penunjang seperti laboratorium, radiologi dan USG.
2) Melakukan intrepetasi data dasar
Tahap ini dilakukan dengan melakukan interpretasi data dasar terhadap
kemungkinan diagnosis yang akan ditegakkan dalam batas diagnosis kebidanan
intranatal
Contoh:
Diagnosis :   G2P1A0 hamil 39 minggu inpartu kala I fase aktif
Masalah    :   Wanita dengan kehamilan tidak diinginkan (KTD) atau
takut menghadapi persalinan
3) Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya.
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah kemudian merumuskan
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis masalah yang sudah teridentifikasi pada
masa intranatal.
Contoh:    Ibu A di ruang bersalin dengan pembesaran uterus yang berlebihan, bidan
harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pembesaran uterus yang
berlebihan seperti adanya hidramnion, makrosomi, kehamilan ganda, ibu diabetes,
atau lainnya, sehingga beberapa diagnosis dan masalah potensial dapat teridentifikasi
sekaligus mempersiapkan penanganannya.
4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau masalah potensial
Langkah ini dilakukan untuk mengantisispasi dan melakukan konsultasi
secara kolaborasi dengan tim kesehatan lain berdasarkan kondisi pasien. Sebagai
contoh: ditemukan adanya perdarahan antepartum, adanya distosia bahu atau bayi
dengan APGAR Score rendah. Maka tindakan segera yang dilakukan adalah tindakan
sesuai dengan standar profesi bidan dan apabila perlu tindakan  kolaboratif seperti 
preeklampsia berat maka harus segera dikolaborasi ke dokter spesialis obgyn.
5) Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh
Rencana asuhan yang dilakukan secara menyeluruh adalah berdasarkan hasil
identifikasi masalah dan diagnosis serta dari kebutuhan pasien.
a. Kala I yaitu dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan
serviks menjadi lengkap:
 Bantulah ibu dalam masa persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan
kesakitan. Dengan cara:
 Memberikan dukungan dan motivasi
 Memberikan informasi mengenai proses dan kamjuan persalinan
 Mendengarkan keluhan-keluhannya dan mencoba lebih sensitif
terhadap perasaannya
 Jika ibu tampak merasa kesakitan, dukungan atau asuhan yang dapat
diberikan antara lain:
 Melakukan perubahan posisi, yaitu posisi sesuai dengan keinginan ibu.
Namun jika ibu ingin beristirahat di tempat tidur, anjurkan agar posisi
tidur miring ke kiri.
 Sarankan suami atau keluarganya untuk memijat dan menggosok
punggungnya diantara dua kontraksi
 Ajarkan kepada ibu teknik bernafas dengan cara meminta ibu menarik
nafas panjang, menahan nafasnya sebentar lalu kemudian dilepaskan
dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi
 Penolong tetap menjaga privasi ibu dalam persalinan dengan menggunakan
penutup atau tirai dan tidak menghadirkan orang lain tanpa pengetahuan
dan seizin ibu.
 Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi secara
prosedural yang akan dilaksanakan dan hasil pemeriksaan.
 Memperbolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya
setelah buang air besar atau buang air kecil.
 Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak mengeluarkan keringat,
maka gunakan kipas angin atau AC dalam kamar atau menggunakan kipas
biasa dan menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya.
 Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan mencegah dehidrasi, berikan
ibu cukup minum.
 Lakukan pemantauan tekanan darah, suhu, denyut jantung janin, kointraksi
dan pembukaan seviks. Sedangkan pemeriksaan dalam sebaiknya
dilakukan selama empat jam selama kala I persalinan atau jika da indikasi
lain. Kemudian dokumentasikan hasil temuan dengan partograf.
b. Kala II yaitu dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.
 Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan mendampingi
ibu agar merasa nyaman dengan menawarkan minum atau memijat ibu
 Menjaga kebersihan ibu agar terhindar dari infeksi. Bila terdapat darah
lendir atau air ketuban segera dibersihkan
 Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan dan
ketakutan ibu dengan cara menjaga privasi ibu, menjelaskan proses dan
kemajuan persalinan, menjelaskan tentang prosedur yang akan dilakukan
dan keterlibatan ibu.
 Mengatur posisi ibu dan membimbing ibuuntuk meneran dengan posisi
yang nyaman seperti jongkok, setengah duduk, tidur miring atau
menungging.
 Mengatur posisi agar nyeri berkurang, mudah meneran, menjaga kandung
kemih tetap kosong, menganjurkan berkemih sesering mungkin,
memberikan cukup minum untuk memberi tenaga dan mencegah
dehidrasi.
c. Kala III yaitu dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta
 Melaksanakan Manajemen Aktif Kala III meliputi pemberian oksitosin
dengan segera, pengendalian tarikan pada tali pusat dan pemijatan uterus
segera setelah plasenta lahir.
 Jika menggunakan Manajemen Aktif Kala III dan plasenta belum lahir
dalam waktu 15 menit, berikan oksitosin 10 unit (intramuskular)
 Jika menggunakan manajemen aktif kala III dan plasenta belum lahir juga
dalam waktu 30 menit, periksa kandung kemih dan lakuka kateterisasi,
periksa adanya pelepasan plasenta, berikan oksitosin 10 unit
(intramuskular) dosis ketiga, dan periksa ibu dengan seksama dan jahit
semua robekan pada servik dan vagina kemudian perbaiki episiotomi.
d. Kala IV yaitu dimulai dari plasenta lahir sampai 2 jam postpartum.
 Periksa fundus uteri setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30
menit pada jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat lakukan masase uterus
sampai uterus berkontraksi
 Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, perdarahan, setiap 15 menit
pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
 Anjurkan ibu untuk minum agar mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukainya.
 Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian yang bersih dan kering
 Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi,
sebagai permulaan dengan menyusui bayi karena manyusui dapat
membantu uterus berkontraksi.
6) Melaksanakan perencanaan
Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan rencana asuhan kebidanan
menyeluruh yang dibatasi oleh standar asuhan kebidanan pada masa intranatal.
7) Evaluasi
Evaluasi pada masa intranatal dapat dilakukan setelah melakukan perencanaan
dan pelaksanaan.
3. Pendokumentasian Hasil Asuhan
Metode pendokumentasian yang dilakukan dalam asuhan kebidanan adalah
SOAP, yang merupakan salah satu pendokumentasian yang ada. SOAP adalah catatan
yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis. Seorang bidan hendaknya
menggunakan SOAP setiap kali bertemu dengan klienya dalam masa antenatal.
Seorang bidan dapat menuliskan satu catatan SOAP untuk setiap kali kunjungan.
SOAP sebagai suatu metode pendokumentasian asuhan kebidanan, metode ini
disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan  kebidanan. Dipakai untuk
mendokumentasikan hasil asuhan klien dalam rekam medis klien sebagai catatan
perkembangan/kemajuan (progress note) yaitu:
a) Subyektif (S)
Subyektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamnesa sebagai langkah 1 Varney. Data subyektif yang
dikumpulkan adalah sebagai berikut:
 Biodata (Kalau tidak ANC)
 Keluhan utama
b) Obyektif (O)
Obyektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, laboratorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan dalam data fokus
yang mendukung asuhan, sebagai langkah 1 Varney.
c) Assessment (A)
Assesment yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpetasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi atau masalah
potensial, sebagai langkah 2, 3 dan 4 Varney.
d) Planing (P)
Merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan
mandiri, kolaborasi tes diagnosis atau laboratorium, serta konseling untuk
tindak lanjut. sebagai langkah 5, 6, dan 7 Varney.

Langkah proses manajemen dan pendokumentasian kebidanan:


Penggunaan Partograf

7 Langkah Varney SOAP


Subjektif
1 Mengumpulkan data
objektif
2 Melakukan Interpetasi data dasar
3 Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah
potensial
4 Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan Assessment

segera atau masalah potensial


5 Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh
6 Melaksanakan perencanaan Planning
7 Evaluasi
Partograf adalah catatan grafik mengenai kemajuan persalinan untuk
memantau keadaan ibu dan janin, untuk menentukan adanya persalinan abnormal
yang menjadi petunjuk untuk tindakan bedah kebidanan.
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
Tujuan utama dan penggunaan partograf adalah untuk :
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan
serviks melalui pemeriksaan dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan
terjadinya partus lama.
3) Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu
penolong persalinan untuk :
 Mencatat kemajuan persalinan.
 Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
 Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
 Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini
mengidentifikasi adanya penyulit.
Partograf harus digunakan untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu
persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik
tanpa ataupun adan penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam
memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal
maupun yang disertai dengan penyulit.
Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
Pencatatan partograf dilakukan pada fase laten pada kala I persalinan. Selama
fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus di catat.
Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten
persalinan. Semua asuhan dan intervensi harus dicatat. Kondisi ibu dan bayi juga
harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :
a) denyut jantung janin: setiap 1/2 jam
b) frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap 1/2 jam
c) nadi: setiap 1/2 jam
d) pembukaan serviks: setiap 4 jam
e) penurunan: setiap 4 jam
f) tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam
g) produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 sampai 4 jam
Jika ditemui tanda-tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi, harus lebih
sering di lakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila dalam diagnosis keja
ditetapkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang
dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan
bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit. Ibu dipulangkan di
rumah, penolong persalinan boleh meninggalkan ibu hanya setelah dipastikan bahwa
ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk
memberitahu penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi.
Pencatatan pada lembar belakang Partograf merupakan bagian untuk mencatat
hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan
yang dilakukan sejak persalinan kala I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir).
Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada
pemantauan kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu,
catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan
untuk menilai/memantau sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan
yang dan bersih aman.

Langkah pendokumentasian asuhan persalinan:


Kala I
Subyektif, Ibu mengatakan mules-mules sering dan teratur, pengeluaran pervaginam
berupa lendir darah, usia kehamilan dengan cukup bulan atau sebaliknya tidak cukup
bulan, haid terakhir, waktu buang air kecil, waktu buang air besar, riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu, riwayat penyakit dan riwayat yang diderita keluarga.
Objektif ,antara lain:
 Keadaan umum, kesadaran, tanda vital
 Pemeriksaan kebidanan : leopold, palpasi, tinggi fundus uteri, punggung
janin,  presentasi, penurunan, kontraksi, denyut jantung janin, pergerakan
janin.
 Pemeriksaan dalam : dinding vagina, portio, pembukaan serviks, posisi  
portio, konsistensi, ketuban negatif dan positif, penurunan bagian terendah
 Pemeriksaan laboratorium : HB, urine protein dan reduksi.
Assessment, Ibu G1P0A0 hamil aterm, premature, postmature, inpartu kala 1 fase aktif
atau laten.
Janin tunggal hidup atau ganda, hidup atau mati, intra uterine atau ekstra uterine,
presentase, denyut jantung janin ada atau tidak, frekuensi ada berapa dalam satu
menit penuh, teratur atau tidak, keadaan ibu dan janin saat ini baik
Planning,
 Menginformasikan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada ibu dan janin
dan anjurkan ibu dan keluarga mengisi informed consent
 Memantau keadaan ibu dan mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital.
Keadaan janin dengan mengobservasi denyut jantung janin, observasi his,
dengan menggunakan partograf.
 Mengajarkan ibu mengurangi rasa sakit yang timbul saat his dan cara
mengedan yang baik
 Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
 Menyiapkan ruangan, alat dan obat-obatan.
 Mendokumentasikan seluruh hasil pemeriksaan

Kala II
Subjektif, Ibu mengatakan mules-mules yang sering dan selalu ingin meneran,
tekanan pada anus. perineum menonjol, vulva membuka, his semakin sering dan kuat.
Objektif, Dilakukan pemeriksaan:
 Kesadaran umum dan tanda-tanda vital
 Pemeriksaan kebidanan:
a) Kontraksi
b) Denyut jantung janin
 Pemeriksaan dalam. Yang dinilai antara lain dinding vagina, portio,
pembukaan, ketuban, presentasi, penurunan, posisi.
Assessment, Ibu GIP0A0 (aterm, preterm, posterm) inpartu kala II
Janin presentasi kepala, tunggal, intra uterine, denyut jantung janin positif atau
negatif, frekuensi berapa kali dalam satu menit, teratur atau tidak, keadaan ibu saat ini
baik.
Planning, antara lain:
 Menginformasikan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada ibu dan janin
 Mengatur posisi yang nyaman
 berikan support mental, pimpin ibu mengedan jika ada kontraksi
 anjurkan ibu untuk minum dan mengumpulkan tenaga diantara kontraksi
 lahirkan bayi pervaginam spontan
 Mendokumentasikan seluruh hasil pemeriksaan

Kala III
Subyektif, Ibu mengatakan perutnya masih mules. Bayi sudah lahir, plasenta belum
lahir, tinggi fundus uteri, kontraksi baik, atau tidak, volume perdarahan pervaginam,
keadaan kandung kemih kosong.
Objektif, antara lain:
 keadaan umum dan tanda-tanda vital
 inspeksi tali pusat
 pemeriksaan kebidanan: TFU, kontraksi, kandung kemih dan perdarahan
Assessment, Ibu P1A0 partus kala III
Planning:
 menginformasikan hasil pemeriksaan
 melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Melaksanakan Manajemen Aktif Kala III meliputi pemberian oksitosin
dengan segera, pengendalian tarikan pada tali pusat dan masase uterus segera
setelah plasenta lahir

Kala IV
Subjektif, Ibu mengatakan sedikit lemas, lelah dan tidak nyaman.
Objektif, antara lain:
 keadaan umum dan tanda-tanda vital
 pemeriksaan kebidanan: TFU, kontraksi, kandung kemih dan perdarahan
 cek laserasi
Assessment, Ibu P1A0 partus kala IV

Planning:
 menginformasikan hasil pemeriksaan
 melakukan observasi Kala IV setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30
menit pada jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat lakukan masase uterus sampai
uterus berkontraksi
 merapikan alat dan membersihkan ibu.
 Mendokumentasikan seluruh hasil pemeriksaan

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bounding attachment adalah sentuhan awal atau kontak kulit antara ibu dan
bayi pada menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi. Dalam
hal ini, kontak ibu dan ayah akan menentukan tumbuh kembang anak menjadi
optimal. Pada proses ini terjadi penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan
yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam
keperawatannya.
Pemberian ASI lebih awal turut menentukan keberhasilan menyusui, tetapi
lama pemberian ASI pertama kali harus, kurang lebih bergantung  pada kebutuhan
bayi tersebut. Beberapa bayi mungkin menunjukan keinginan untuk menyusui
langsung begitu mereka lahir. Bayi lainya sama sekali tidak menunjukan ketertarikan
hingga setelah satu jam atau lebih.Pemberian ASI pertama kali harus di awasi bidan,
jika hal itu berlangsung tanpa rasa sakit dan jika bayi di perbolehkan untuk
menghentikan menyusu tanpa paksaan, baik ibu atau bayi telah dibantu memulai
proses pembelajaran yang dibutuhkan untuk proses menyusui yang baik dengan cara
positif dan menyenangkan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur
tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan
perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini pada
waktu yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Irene (1996). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Halaman 467 sama 468
Cooper, Fraser (2003). Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Halaman 730 sampai 736
http://journal.unpad.ac.id/jkp/article/view/61/45

http://lidiananovianti.blogspot.com/2015/06/konsep-tumbuh-kembang-bayi-dan-
balita.html

http://warungbidan.blogspot.com/2016/11/konsep-dasar-bounding-attachment.html

Alimul, hidayat aziz. 2008. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika

http://nzamy15.blogspot.com/2010/12/prinsip-pertumbuhan-dan-perkembangan.html

Rohani, dkk. 2011. Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Jakarta : salemba medika

Yeyeh rukyah, ai,dkk. 2009.asuhan kebidanan persalinan. Jakarta : trans info


media.suhan-sayang-ibu-sebagai-kebutuhan-dasar-persalinan/

Yulianti lia.2009.asuhan kebidanan II (Persalinan ).jakarta:TRANS INFO MEDIA

Sumarah, Widyastuti Yani, Wiyati Nining, (2008).Perawatan Ibu Bersalin(Asuhan


Kebidanan Pada Ibu Bersalin), Fitramaya.Yogyakarta.

Prawirohardjo, Sarwono, (2009).

MAKALAH
ETIKA LEGAL
TENTANG
“ KODE ETIK KEBIDANAN ”

Oleh :

BELLA MELBA

Dosen Pembimbing

MUTIA ANINDITA MUHAER, S.ST

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT (YPSB) PADANG

AKADEMI KEBIDANAN PASAMAN BARAT (AKBID PASBAR)

TAHUN 2020

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas berkat dan penyertaannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini, saya
juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam
menyusun makalah ini.

Penyusunan makalah ini telah saya selesaikan dengan lancar, tetapi saya
menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi saya
mohon untuk memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun demi
perbaikan dalam penyusunan makalah ini.

Akhir kata saya berharap laporan ini sangat berguna dan membantu
menyumbangkan pengetahuan dan informasi.

Simpang Empat, Januari 2020

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………..i

Daftar Isi…………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….1
BAB II PENDAHULUAN

A. Pengertian dan Dalil Tayammum………………………………………….2


B. Syarat sah melakukan tayammum………………………………………….3
C. Sebab diperbolehkan melakukan tayammum……………………………….3
D. Rukun, Sunah dan yang membatalkan tayammum………………………….4
E. Cara menggunakan tayammum…………………………………………..…5
F. Hukum melihat air bagi orang yang tayammum..……………………….….5
G. Tata cara bertayammum ……………………………………………….…..5
H. Bertayammum menggunakan dinding……………………………………...6
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………...7
B. Saran…………………………………………………………………….…7
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai