Sulfonamid
Sulfonamid
KELOMPOK I
KELAS: B
JURUSAN FARMASI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Kimia analitik pada dasarnya menyangkut penentuan komposisi kimiawi suatu
materi. Dahulu hal tersebut adalah tujuan utama seorang ahli kimia analitik. Tetapi
dalam kimia analitik modern aspek-aspek juga meliputi identifikasi suatu zat
elusidasi struktur dan analisis kuantitatif komposisinya. Ada dua hal mengapa kimia
analitik merupakan satu-satunya cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai
penerapan begitu luas. Pertama, kimia analitik menawarkan banyak sekali pemakaian
dalam bermacam ilmu disiplin kimia anorganik, kimia organik, kimia fisik dan
biokimia dan kedua kimia analitik terpakai sangat luas di cabang-cabang ilmu
pengetahuan lainnya seperti ilmu-ilmu lingkungan, ilmu pertanian, ilmu kedokteran,
lmu kimia klinik, zat padat dan elektronik, oseanografi, ilmu forensik dan penelitian
luar angkasa.
Mutu suatu produk dapat menyimpang dari standar yang dipersyaratkan, tetapi
dalam melakukan suatu analisis, kita juga harus yakin bahwa mutu adalah bagian
integral pada semua proses industry modern dan tidak terkecuali industri farmasi.
Kimia Farmasi Analisis melibatkan penggunaan sejumlah teknik dan metode
untuk memperoleh aspek kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu
senyawa obat pada khususnya, dan bahan kimia pada umumnya. Analisis kualitatif
merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies,dan atau senyawa
obat yang ada di dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan
cara untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel.
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara analisis kualitatif
terhadap obat-obat golongan sulfonamida.
Adapun tujuan dari percobaan ini untuk menentukan cara analisis kualitatif
terhadap obat-obat golongan sulfonamida.
Adapun prinsip dari percobaan ini adalah melakukan uji sesuai dengan golongan
obat untuk mengidentifikasi golongan sulfonamida dengan menggunakan pereaksi
yang spesifik (parry, vanillin, dan CuSO4).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Bahan
a. Alkohol 70 %
b. Aquadest
c. HCl Pekat
d. Co-Nitrat
e. CuSO4 1 %
f. Pereaksi Parry
g. Sampel D1
h. Sampel D2
i. Vanilin 1 %
j. Tissue
B. Pembahasan
Dalam kimia, rumus fungsi sulfonamide –s C=72-NH2, sebuah gugus sulfonat yang
berkaitan dengan amina. Senyawa sulfanimoda adalah senyawa mengandung gugus
tersebut. Beberapa sulfanomida dimungkinkan diturunkan juga dari asam sulfonat
dengan menggantikan gugus hidroksil dengan gugus amina.
Dalam kedokteran, istilah “ Sulfanomida” kadang – kadang dijadiakan siinonim
untuk obat sulfa,yang merupakan turunan sulfanilamid.
Pada percobaan golongan sulfonamida digunakan sampel yaitu Sampel D1 dan
sampel D2 dimana masing – masing sampel terlebih dahulu dilakukan :
1. Uji organoleptis yaitu diamati bau, bentuk, warna, dan rasa.
2. Uji Golongan / Uji penegasan
Pada uji organoleptis sampel D1 berwarna putih, bentuk sebuk halus dan tidak
berbau, sedangkan pada sampel D2 berwarna putih, bentuk serbuk halus dan tidak
berbau.
Pada uji golongan / uji penegasan, untuk Sampel D 1, pada tabung pertama
ditambahkan CuSO4 1 % menghasilkan warna putih lama kelamaan endapan putih
kebiruan. Pada tabung kedua ditambahkan pereaksi Vanillin 1 % menghasilkan
endapan putih. Pada tabung ketiga ditambahkan NH4OH menghasilkan warna putih.
Kemudian ditambahkan pereaksi Parry menghasilkan endapan merah.
Untuk sampel D2, pada tabung pertama ditambahkan CuSO 4 1 % menghasilkan
endapan hijau kebiruan. Pada tabung kedua ditambahkan pereaksi Vanillin 1 %
menghasilkan endapan putih kekuningan. Pada tabung ketiga ditambahkan NH 4OH
menghasilkan warna putih. Kemudian ditambahkan pereaksi Parry menghasilkan
endapan hitam kemerahan.
Dari percobaan ini diperoleh hasil yang tidak sesuai dengan literature, dimana
Sulfadiazin jika ditambahkan CuSO4 menghasilkan warna ungu, jika direaksikan
dengan Vanilin menghasilkan warna coklat, dan jika direaksikan dengan NH 4OH +
Parry menghasilkan Hijau kotor – ungu. Sedangkan pada Sulfanilamid jika
direaksikan dengan CuSO4 menghasilkan warna putih, jika direaksikan dengan
Vanilin menghasilkan warna bening, dan jika direaksikan dengan NH 4OH + Parry
menghasilkan warna Hijau kotor – ungu.
Adapun ketidaksesuaian hasil yang diperoleh dengan literatur, disebabkan oleh :
Alat yang digunakan kurang steril
Sampel yang digunakan kurang baik
Kurangnya ketelitian dalam melakukan percobaan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada uji golongan / uji penegasan, untuk sampel D1
a. Sampel D1 + CuSO4 1 % endapan putih kehijauan (tidak sesuai
dengan literatur).
b. Sampel D1 + Vanillin 1 % endapan putih (tidak sesuai dengan
literatur).
c. Sampel D1 + NH4OH + Parry Putih + endapan merah (tidak sesuai
dengan literatur)
2. Pada uji golongan / uji penegasan, untuk sampel D2
a. Sampel D1 + CuSO4 1 % endapan hijau kebiruan (sesuai dengan
literatur).
b. Sampel D1 + Vanillin 1 % endapan putih kekuningan (tidak
sesuai dengan literatur).
c. Sampel D1 + NH4OH + Parry endapan kuning + hitam kemerahan
(sesuai dengan literatur)
B. Saran
Kami sebagai praktikan mengharapkan arahan dan bimbingan baik dalam
praktikum maupun dalam pembuatan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta.
Dirjen POM. 1985. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI: Jakarta.
Tjay T. H. & Rahardja S, 2008. Obat-obat Penting. Penerbit PT. Elex Media
Computindo kelompok kompas-Gramedia : Jakarta