KESEHATAN
SKRIPSI
Oleh :
OKI QUDRATULLAH
FAKULTAS HUKUM
YOGYAKARTA
2011
2
3
4
5
6
HALAMAN MOTTO
Q.S. Al-Maidah (5 : 8 )
“ Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah,
menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
( HR.MUSLIM )
“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu
maka Allah akan memudahkan padanya jalan menuju ke
surga”
( Alber Einsten )
“Tidak ada yang lebih merusak martabat pemerintah dan
hukum negeri dibanding meloloskan undang-undang yang
tidak bisa ditegakkan.”
( Oki Qudratullah/Penulis )
”Kadangkala orang yang paling mencintaimu adalah orang
yang tak pernah menyatakan cintanya padamu karena orang
itu takut kau berpaling dan menjauhinya. Dan bila dia suatu
masa hilang dari pandanganmu, kau akan menyadari dia
adalah cinta yang tidak pernah kau sadari.”
iv
7
HALAMAN PERSEMBAHAN
Allah S.W.T
Susanti ) .
Yusticio )
Sahabat-sahabat terbaikku
Almamaterku
v
8
KATA PENGANTAR
vi
9
8. Ungkapan dari hati untuk Bapak M. Idris Wahidin dan Ibukku Sri
Susanti terima kasih atas semua kepercayaan, perhatian, cinta, doa
serta kasih sayang tulus tanpa pamrih yang diberikan kepada
Ananda. Belum ada suatu hal yang berharga yang dapat ananda
berikan, tapi ananda akan selalu berusaha untuk tidak membuat
bapak dan ibuk kecewa. Aminn, Mohon do’anya selalu kedua
orang tua ku.
10. Untuk bapak dan ibuk yang selalu melayani saya di perpustakaan
FH UII. Untuk mbak nina di kantor IDI terimakasih juga
vii
10
11. For All my best friends di Jogja : Eka budianta ( Tmn dari SD kls 1 sd
sekarang, cepet men bud lulus kawa lame-lame kate e nek jadi
honorer..akakaka ), Hardika aja ( jgn kwe ngebut2 lagi can ntr jtuh
lagi koe, gk tega liatny, hahaha),Diego Arizona ( dikerjain go SKH
Ny jgn bolak balek jogja-karang anyar wae), Fauzi N Maulana,
Whindy Sanjaya ( Senang kalo ingat masa-masa kerja kelompok
semester2 awal ), Dipo Setya Hadi ( Perbanyak koleksi baju bola
sama kucing mu po ), Indra Bayu ( Jangan pernah putus asa kopral
bayu, wkwkw), Z.alMufty ( Gosok gigi wak, malas kali bah ku
tengok), Ripon Abdika ( Petualangan kemana lagi kita ???), Andi
Maulana ( Kmana kita wq, ap wq, bukan wq, itu wq, wehehe..),
Febri Surya Puspasari ( Jangan kebanyakan sedih bie, hadapai
dengan senyuman ☺, Ernisa Swidares ( Makasih er atas semua
copyan catatan e, sangat berguna hingga mengantarku jadi seorang
sarjana, ahhaha, R.Nur Cahyo ( Senang berkenalan dengan anak
raja, wkwk), Rivalmi Muhammad ( Ayo mi badminton lagiiii ) ,
Ogiandhafiz Juanda ( Makasih bro dah ngajarin B.inggris yang baik
dan benar ( Anak IP gtu lho!!), Breket Genk ( Tita wuri,
Ve”Mbul”,Anita”Mb Nink”, Rossa”watik” ( Mkasih ya atas
petualangan Kulinernya kmaren2,hmm), Tety zhagie, Sintiany dipo
Dan tentunya semua anak2 kls H ankatan 2007 yang tidak mungkin
disebutkan satu persatu, Anak-anak kosan gambir sawit ( Nikmatin
aja permainan gamelannya ) Rekan-rekan badminton
community….. maaf wak gak bisa aq sebutin semua habis
kertasnya lumayan jug nanti ngeprintnya aq, ahahahahaha
13. Teman teman KKN Unit 96 Klaten, Fietyatha yudha, Lui alias Dwi
Loura, Taufik Khoirul Mustofa, Widya ehem, Astiti (wanita tegar)
Dan Mami na Oci “Mutiara arum puspa” Senang menghabiskan
waktu 1 bulan bersama kalian, makasih banyk sama ketua kalian
ni, krn aku kalian dpt A semua, hahahahaa…
viii
11
Oki Qudratullah
ix
12
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
PASIEN
x
13
xi
14
PEMBAHASAN ......................................................................... 69
Kesehatan ......................................................................... 88
xii
15
B. Saran....................................................................................... 124
xiii
16
ABSTRAKSI
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap individu yang ada di dunia ini adalah makhluk sosial yang kehidupannya
artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk pada dasrnya selalu ingin bergaul dan
menjadi pembawaan manusia. Rasa saling tolong menolong antar sesama individu
atau manusia menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam diri individu manusia
itu masing-masing. Salah satunya adalah seperti aspek hubungan antara dokter
dan pasien. Aspek sosial hubungan hukum ke dua nya ini menyangkut pola-pola
1
DRS.C.S.T. Kansil,S.H.,Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia,PN BALAI
PUSTAKA,Jakarta 1989,Hal 29
2
Kedudukan tersebut merupakan wadah hak dan kewajiban. Oleh karena itu
dan Pasien ini sebagai hubungan antara produsen dan konsumen. Oleh karena itu
hubungan antara dokter dan pasien berarti telah terjadi pergeseran yang mengarah
Pada saat sekarang ini kita masih berada dalam masa peralihan. Nilai dan
norma lama masih belum dilepaskan seluruhnya. Sedangkan nilai dan norma baru
sudah merasuk mendesak masuk dan mempengaruhi kedalam tata cara hidup serta
terdapat perubahan, ada segi positifnya dan segi negatif. Segi positif nya tentu
perubahan orientasi dan motifasi pengabdian sebagai seorang dokter. Dan hal
Perubahan sikap pada sebagian diri dokter itu sendiri muncul setelah
banyak masyarakat yang merasa atau setidaknya jika tidak mersakan langsung
mereka mendengar dan melihat dari media banyaknya kasus-kasus yang kurang
atau sangat tidak memuaskan pasien atau masyarakat dikarenakan perlakuan atau
Perbuatan atau tindakan medis yang dilakukan oleh para dokter tersebut
yang tidak sesuai dengan profesonalisme atau standar profesi kedokteran lebih
profesi kedokteran, padahal secara umum praktek malpraktek adlah suatu praktek
tindakan yang dilakukan dengan sengaja ( intentional dolus ) yang mana didalam
acuh tak acuh, tak perduli terhadap kepentingan oranglain. Namun akibat yang
anaknya sembuh dari sakit demam dan batuk, Sumaji (35) dan Sutiah (30), warga
jalan Kolonel Sugiono 38 Waru, berusaha membawa sang anak, Husnul Khotimah
(9) ke RSAB Prima Husada Waru. Namun tindakan yang dilakukan justru
berbuah petaka bagi sang anak yang harus menderita melepuh sekujur tubuh.Apa
yang menimpa Husnul ini banyak menimpa para pasien rumah sakit. Sayang
ketika akhirnya sang pasien berusaha membawa ke ranah hukum akibat ulah sang
dokter dan pihak rumah sakit justru dikalahkan. Hakim pengadilan justru menolak
gugatan pasien dengan alasan dari bukti-bukti yang diajukan selama persidangan
Pertimbangannya adalah pada kasus pasien dan keluarga yang tidak puas
terhadap hasil pengobatan yang dilakukan dokter atau rumah sakit tertentu dan
dari kontrak terapitik yang disepakati (atau tidak disepakati) yang ternyata
ini, ada yang berpendapat bahwa tidak semua kegagalan medis yang terjadi
7
Ibid.hal.13
8
Aroma Elmina Martha “Penyelesaian Sengketa Medik Melalui Mediasi Penal” makalah
disampaikan pada pada diskusi: Mediasi Penal Dalam Sengketa Medik, diselenggarakan Kajian
Hukum Pidana Mahkamah Agung RI,9-10 Agustus 2010
6
sebagai akibat dari malpraktek medik, karena kasus ini dapat dikategorikan
menimbulkan adanya perdebatan antara para dokter dan para penegak hukum. Hal
definisi yang pasti tentu mempengaruhi kepastian hukum dalam penegakan kasus-
pidana masih sanagt sulit dilakukan. Ini dikarenakan tidak adanya kesepahaman
antara unsur-unsur dari aspek sikap batin pembuat, aspek perlakuan medis, dan
aspek akibat perlakuan dengan hukum yang khusus mengatur malpraktik medik
ini.
memeberi dasar hukum bagi korban yang dirugikan untuk melaporkan tindakan
langsung pada pasien. Banyak kasus dugaan malpraktik yang tidak sedikt
menjadi sembuh seperti keinginannya, tapi malah menjadi cacat atau meninggal
dunia. Kasus malpraktik medik yang baru-baru ini muncul yang cukup
pasien Sofiana Zahra di RSU Datu beruh takengon. Diketahui Seorang oknum
9
Ibid
7
dokter spesialis Poli Bedah RS. Datu Beru Takengon diduga melakukan mal
melakukan operasi patah tulang dengan alasan minimnya fasilitas peralatan rumah
sakit, sehingga melakukan operasi dengan ala kadarnya. Dan yang lebih
tahun” hal ini mengakibatkan kaki sebelah kanan pasien nyaris tak berfungsi” 10
yang patah kaki, lebih baik memberi rujukan seperti yang tertuang dalam Undang-
Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran pasal 51 point a dan b,
yang berbunyi : 11
pengobatan terhadap pasien itu harusnya dilakukan oleh orang yang berkompeten
atau secara langsung tidak membenarkan seseorang yang tidak mengkaji ilmu
kedokteran turun untuk mengobati pasien. Sehingga dengan demikian jika terjadi
10
Http://www.kabargayo.com/-cetak/0404/16/Jendela/9712 65.htm 30 agustus 2010,diakses pada
hari jumat 1 oktober 2010, pukul 21.00
11
UU No 29 Tahun 2004
8
bahaya atas diri pasien tersebut dokter tersebut berkewajiban untuk bertanggung
jawab.
malpractice “ tidak hanya terjadi di Indonesia. Namun juga terjadi diluar negeri,
karena obat kanker salah disuntikkan pada tulang belakangnya. Kejadian Queen’s
kerugian pada diri orang lain. Harus diakui bahwa kasus malpraktik baik yang
disengaja dan karena kelalaian dari para dokter yang dapat samapai terungkap di
Terkadang akan sangat sulit bagi para pasien yang menjadi korban dugaan
selaku pasien
12
Tahun 2008 Hukum kesehatan kematian di Inggris meningkat 50 % karena malpraktek
kedokteran naik, www.google.com (10/10/2010) diakses pada pukul 16.00 wib
13
Bahar azwar,Sang dokter,hal 45,bekasi:megapion,2002
9
adanya
4. Karena relatif kuatnya kedudukan dan keuangan para dokter dan rumah
selaku pasien.
Dalam pola hubungan modern seperti saat ini yang mana pasien dan
dokter memiliki kedudukan yang sedrajat. Yang mana hubungan yang sederajat
ini memeiliki hubungan hukum kontraktual horizontal. Dalam hal ini konsumen di
semacam ini dapat dikatakan sama dengan pola hubungan antara konsumen dan
produsen.
dan pasien tersebut berarti dengan kata lain Undang-Undang Konsumen dapat
digunakan sebagai dasar hukum jika ada suatu sengketa medik yang timbul akibat
perbuatan malpraktik. Namun yang menjadi kendala tidak banyak rumah sakit dan
sengketa.
9. Hak-hak lainnya.
praktek kedokteran ini juga mengatur tentang kewajiban dokter dalam pasal 51 16 .
Sebenarnya apabila dokter menghyati semua kewajibannya selaku dokter dan hak-
hak pasien, ditambah dengan sikap kehati-hatian dan kepedulian yang tinggi,
mestinya malpraktik dokter dapat dihindari, masih banyak dokter yang tidak
begitu sulit hal-hal yang berkaitan dengan malpraktik medic ini diungkap,
16
UU No.29 Tahun 2004
11
perlindungan pasien jika terjadi suatu pengaduan terhadap salah satu dokter yang
B. RUMUSAN MASALAH
kesehatan ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
hukum kesehatan.
D. TINJAUAN PUSTAKA
saat ini. Belum adanya definisi yang baku tentang malpraktik ini sendiri telah
disadari oleh banyak kalangan. Kendati telah banyak kasus-kasus malpraktik yang
tengah marak. UU Nomor 29 tahun 2004 sendiri belum memeberikan definisi apa
yang memberikan pengertian sendiri tentang apa arti malpraktek ini. Untuk
menurut ukuran dilingkungan yang sama. Yang dimaksud dengan kelalaian disini
adalah sikap kekurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang
apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi
kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau cedera kepada orang lain dan
orang itu dapat menerimanya. Ini berdasarkan prinsip hukum “De minimis
noncurat lex,” yang berarti hukum tidak mencampuri hal-hal yang dianggap
bahkan merenggut nyawa orang lain, maka ini diklasifikasikan sebagai kelalaian
berat (culpa lata), serius dan kriminil. Tolak ukur culpa lata adalah: 18
kedokteran dibawah standart atau dengan kata lain adalah suatu praktek buruk
medik atau yang dalam kamus black dictionary didefiniskan sebagai professional
misconduct 19 yang memiliki arti kesengajaan yang dapat dilakukan dalam segala
bentuk, baik pelanggaran kode etik ,ketentuan disiplin profesi dan hukum
administratif.
salahnya suatu keputusan atau tindakan medis dilihat dari segi moral.
biomedis. 20 Etika biomedis memberi pedoman bagi para tenaga medis dalam
membuat keputusan klinis yang etis (clinical ethics) dan pedoman dalam
19
J.Guwandi,Op.Cit.,125, Malpraktek medic Black's Law Dictionary mendefinisikan malpraktik
sebagai "professional misconduct or unreasonable lack of skill" atau "failure of one rendering
professional services to exercise that degree of skill and learning commonly applied under all the
circumstances in the community by the average prudent reputable member of the profession with
the result of injury, loss or damage to the recipient of those services or to those entitled to rely
upon them".
Dalam bhs Indonesia ; Adalah setiap sikap tindakan yang salah, kekeuranga keterampiln dalam
tingkat yang tidak wajar. Istilah ini umumnya dipergunakanterhadap sikap tindak para dokter,
pengacara dan akuntan. Kegagalan untuk memberikan pelayanan professional dan melakukan
pada tingkat keterampilan dan kepandaian yang wajar di dalam masyarakatnya oleh teman
sejawatnya rata-rata dari profesi itu,sehingga mengakibatkan luka-luka,kehilangan atau keruian
pada penerima pelayanan tersebut yang cenderung menaruh kepercayaan terhadap mereka.
20
http://www.freewebs.com/etikakedokteranindonesia/
14
yang menyimpangi apa yang diharapkan akan dilakukan oleh orang (profesional)
wewenang atau kompetensi . kesalahan dokter karena tidak memiliki surat izin
praktek (Pasal 36 UU Nomor 29 Tahun 2004) atau tidak memiliki surat tanda
registrasi (Pasal 29 Ayat 1) lebih bersifat pelanggaran administrasi. dan hal ini
artis).
hati-hati.
sumber perbuatan yang dikategorikan dalam malraktek ini harus dapat dibuktikan
21
medische professional standart, www.idi.com
15
adanya, selain itu kelalaian yang dimaksud harus sesuai dengan kategori kelalaian
yang berat (culpa lata). untuk membuktikannya tentu saja bukan tugas yang
sebelumnya adalah salah satu dari kesulitan yang ada untuk membuktikan adanya
Dalam hal ini kelalaian medis yang dipebuat oleh seorang dokter atau ahli
harus memanggil orang luar yang dianggap cukup ahli untuk memberikan
profesi medis.
apabila seorang dokter memenuhi ke 3 unsur ini dapat dikelompokan kedalam hal
tersebut.
kesan yang kurang baik, hal ini disebabkan karena masalah kelalaian yang
kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi. Pada bagian awal,
23
Ibid.hal.73
17
kompetensi kedokteran yang diperoleh dari Kolegium selain ijasah dokter yang
Kedokteran Indonesia dan kemudian memperoleh Surat ijin Praktik dari Dinas
sumpah dokter, sehat fisik dan mental serta menyatakan akan mematuhi dan
kedokteran ini ada didalam pasal 75 samapai pasal 80. jika pasien atau masyarakat
merasa dirinya dirugikan karena akibat dari praktek kedokteran tersebut dapat
menuntut para profesi dokter tersebut dengan ketentuan pasal yang telaha ada.
pengaturan, pengesahan, penetapan, serta pembinaan dokter dan dokter gigi yang
24
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedoteran Universitas
Indonesiabudisampurna@indo.net.id,diakses pada hari senin 11-10-2010
18
medis. Oleh sebab itu, KDI diberi tugas untuk: melakukan registrasi dokter dan
dokter gigi; mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi
dokter gigi, dilakukan oleh Konsil Kedokteran Indonesia, dalam hal ini
Dengan begini pada saat ini ketidak jelasan terjadi, mlihat adanya dua (2)
organ intera didalam profesi kedokteran yang dipersiapkan untuk menangani jika
ada dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh profesi dokter sulit menentukan
masalah. kemana sebenarnya dokter harus bertanggung jawab. hal ini menjadikan
tindakan yang melanggar atau bertentangn dengan etik maka yang akan
25
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Terdapat dalam www.depkes.com, diakses pada
hari senin 11-10-2010.
19
maka yang akan menyelesaikan nya adalah MKDKI. sedangkan pidana tetap
bahwa pengaduan yang diajukan di MKEK atau MKDKI akan saam hasilnya jika
E. DEFINISI OPERASIONAL
bidang kesehatan. Serta konsep malpraktik dan penyelesaian medis dalam hukum
kesehatan.
1. Perlindungan Hukum
26
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998
20
perlindungan hukum disini adalah suatu hal atau perbuatan yang dilakukan
hukum positif).
2. Pasien
Mengenai pengertian Pasien ini terdapat pengertian yang sama dalam Undang-
3. Tindak Pidana
21
setiap orang atau subjek hukum yang berupa kesalahan dan bersifat melanggar
Jusuf Hanifah yang dimaksud dengan malpraktik medik dalam bukunya Etka
disini adalah sikap kekurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang
adalah upaya perlindungan yang dilakukan dalam bidang hukum agar bertujuan
menciptakan keadlilan bagi para pihak khususnya pasie dalam hal terjadinya suatu
sengketa antara pihak dokter dan pasien dalam hal terjadi suatu ketidak puasan
praktik pengobatan yang dilakukan oleh dokter dalm hal mengobati pasien yang
dianggap tidak sesuai dengan standar pelayanan medik yang seharusnya dilakukan
F. METODE PENELITIAN
22
hukum normatif merujuk pada sumber hukum kedua yaitu putusan hakim
2. Objek Penelitian
3. Subjek Penelitian
antara lain :
Konsumen.
Kedokteran.
ini adalah :
1. Kamus Hukum
langsung atau lisan kepada pihak yang terkait dengan penelitian guna
6. ANALISIS DATA
25
gambaran sistematis yang didasrka pada teori dan pengertian hukum yang
BAB II
Kata Malpraktik berasal dari kata “mala” dan “praktik”, dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia WJS Poerwadarminta kata “mala” itu mempunyai arti
suatu tindakan atau perbuatan yang buruk. Jika diterapkan dalam dunia medik
dapat dikatakan bahwa Malapraktek medik ialah perbuatan medik yang dilakukan
Istilah malapraktik ini sudah digunakan oleh Sir William Blackstone tahun
break the trust which the party had place in his phisicyan and tend to the patient’s
destruction. 30 dipakai oleh media massa dan yang pertama, diintrodusir oleh
majalah Tempo no.35 tanggal 25 oktober 1986 dikaitkan dengan operasi medik
29
DRS.Fred Ameln, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Hal 82, Penerbit Grafikatama Jaya, 1991
30
Ida Keumala Jeumpa, SH.MH, Penegakan Hukum Terhadap Dugaan Tindak Pidana Malpraktek
Medik , Senin 25 Oktober 2010, terdpat di www.tenaga-kesehatan.or.id
27
commonly applied under all the circumstances in the community by the average
prudent reputable member of the profession with the result of injury, loss or
damage to the recipient of those services or to those entitled to rely upon them”.
juga berlaku bagi profesi hukum (misalnya mafia peradilan), akuntan, perbankan,
dan lain-lain, 32 namun secara kesuluruhan diluar dari apa yang disebutkan
diatas(dari kamus black dictionary of law) masih banyak lagi profesi yang
dianggap dapat melakukan kesalahan atau kelalaian, tidak rebatas kepada profesi
kedokteran saja.
belum adanya peraturan atau Hukum di Indonesia yang mengatur secara rinci
Dalam hal inidari kalangan profesi dokter, para penegak hukum, dan pasien
31
Fred Ameln, Op.Cit., 83
32
http://purwanto78.wordpress.com/2008/09/14/malpraktik-dalam-bidang-medis/
28
sendiri. Tentunya hal ini akan berpengaruh pada keputusan yang dihasilkan oleh
para hakim dalam hal ini berperan sebagai pengambil keputusan dalam
berpengaruh secara langsung pada proses penegakan hukum, yang berimbas pada
Pemikiran tersebut lahir dari berbagai kalangan baik dari kalangan dilingkungan
profesi kesehatan, akademisi dan para penegak hukum sendiri. Meski berbeda-
pengertian yang ama jika ditafsirkan menurut setiap variabel kata dalam masing-
atau luka secara salah,disebabkan sikap dan tindakan yang acuh tak acuh,
33
Stedman's Medical Dictionary, Terdapat dalam http://www.rsud-serang.com
29
orang yang ada di bawah perintahnya dengan sengaja atau kelalaian melakukan
perbuatan (aktif atau pasif) dalam praktik kedokteran pada pasiennya dalam
segala tingkatan yang melanggar standar profesi, standar prosedur, atau prinsip-
tanpa SIP (Surat Izin Praktek) atau STR (Surat Tanda Registrasi) tidak sesuai
bagi tubuh, dan oleh sebab itu membentuk pertanggungjawaban hukum bagi
dokter.
Seperti yang telah penulis pernah uraikan pada bab sebelumnya di bagian
sebagai perbuatan yang buruk dan stigmatis. Menurut Guwandi tidaklah tepat
kepada ketidaksengajaan (culpa) kurang kehati-hatian, acuh tak acuh tidak perduli
terhadap kepentingan orang lain. namun akibat dari perbuatannya ini negligence
34
DRS.H.Adami Chazawi, Malpraktik kedokteran tinjauan norma dan doktrin hukum,Bayu
Media,2007
30
35
Menurut Ninik Mariyanti , perbuatan malpractice itu sebenarnya
mempunyai suatu pengertian yang luas, yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Dalam arti Umum : suatu praktek (khususnya) praktek kedokteran yang buruk,
2. Dalam arti Khusus : (Dilihat dari pasien) Malpractice dapat terjadi didalam :
liver.
Dengan demikian Malpraktik dapat terjadi tidak saja selama waktu menjalankan
Dalam buku tersebut disebutkan malpraktek yang dalam Bahasa Inggris disebut
sebagai malpractice yang berarti wrong doing atau neglect of duty. Jika pengertian
melakukan malpraktek jika ia melakukan suatu tindakan medic yang salah (wrong
35
Ninik Mariyanti, Malapraktek Kedokteran Dari Segi Hukum Pidana Dan Perdata, Hal 38, Bina
Aksara Jakarta 1998
36
DRS.Fred amelnOp.Cit, hal 83
31
tersebut dilakukan diluar standar yang telah ditetapkan dalam proses pelayanan
kedokteran.
(willens)apa yang ia buat dan harus mengetahui (wettens) pula apa yang ia buat itu
37
Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956, Terdapat di
www.wordpress.com , diakses pada rabu 27-10-2010
38
Sofyan Sastrawidjaya, Asas Hukum Pidana Sampai dengan alas an peniadaan pidana,Armiko,
bandung,1995 , hal 189
32
merupakan delik
yang telah disangka. Apabila terjadi apa boleh buat,dapat atau berani
menanggung resiko 39
ada kalanya perbedaan pandangan orang mengenai hal ini memang masih sering
terjadi. Seperti yang pernah disinggung sebelumnya pada BAB Latar belakang
masalah. Berkaitan dengan masalah malpraktik yang terjadi pada kasus tersebut
pada halaman (5) paragraph 2, Pertimbangannya adalah pada kasus pasien dan
keluarga yang tidak puas terhadap hasil pengobatan yang dilakukan dokter atau
rumah sakit tertentu dan mengajukan laporan atau pengaduan ke media massa
misalnya, merupakan bagian dari kontrak terapitik yang disepakati (atau tidak
pasien/keluarganya. Pada kasus seperti ini, ada yang berpendapat bahwa tidak
semua kegagalan medis yang terjadi sebagai akibat dari malpraktek medik, karena
39
Moeljatno, asas-asas hukum pidana, Rineka cipta Jakarta, hal 74
40
Aroma Elmina Martha. “Penyelesaian Sengketa Medik Melalui Mediasi Penal” makalah
disampaikan pada pada diskusi: MEDIASI PENAL DALAM SENGKETA MEDIK,
DISELENGGARAKAN KAJIAN HUKUM PIDANA MAHKAMAH AGUNG RI, 9-10
AGUSTUS 2010
33
literature ataupun jurnal yang ada, telah disepakati bahwa suatu perbuatan
(culpa lata). Tidak berhenti sampai disisni menururt Ikatan Dokter Indonesia
unsur, yaitu :
meninggal
kesehatan 41
41
Ikatan Dokter Indonesia, www.idi.com
34
Dengan demikian maka penyebutan langsung bahwa dr. A atau Rumah Sakit B
2004 tersebut mengatur mengenai ganti rugi yang diakibatakn karena kesalahan
kepentingan pasien dirugikan oleh tindakan dokter atau dokter gigi yang
anatara pengguna pelayanan medik atau konsumen dengan pelaku usaha dalam
hal ini dokter. Yang mana jika mengacu pada arti medik meurut Prof.Harmien
42
Hermien Hediaty, Hukum Kedokteran, Bandung : Citra aditya Bakti, cetakan pertama, 1998 hal
12
43
Pasal 66 Ayat 1 UU no 29 Tahun 2004, Tentang Praktik Kedokteran , berbunyi : Setiap orang
yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi dalam
menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada ketua MKEDK (Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia)
35
Adanya suatu istilah Mediko Legal atau suatu isu hukum pasti ada yang
melatar belakangi timbulnya suatu istilah tersebut. Sama halnya dalam isu
malpraktik, pasti ada yang melatar belakangi perbuatan tersebut, hubungan antara
dokter dan pasien yang menimbulkan suatu hak dan kewajiban para pihak
dokter tersebut, dan kemudian mengadukan dokter tersebut dengan praduga telah
dalam buku : The Law of Hospital and Health Care Administration yang ditulis
perbuatan Malpraktik,yaitu : 44
Teori ini berprinsip bahwa secara hukum seorang dokter tidak berhak
untuk merawat seseorang bilamana diantara ke 2 nya tidak terdpat suatu hubungan
kontrak antara dokter dan pasien. Dengan kalimat lain dapat diungkapkan bahwa
apapun.
Hubungan kontrak antara dokter dan pasien baru terjadi apabila telah
terjadi kontrak antara kedua belah pihak tersebut (Express contract) contohnya
44
Ninik Mariyanti.Op.Cit. Hal 44
36
seorang pasien mendatangi dokter untuk berobat. Dengan kata lain dokter yang
menyarankan agar si pasien yang berobat kepadanya untuk dirujuk ke dokter baik
yang ad dirumah sakit yang sama dengan dokter tersebut ataupun berada dirumah
sakit lain yang dianggap mampu menangani penyakit si pasien otomatis tidak
ini, tidak berarti bahwa hubungan dokter dan pasien itu selalu terjadi dengan
Apabila terjadi situasi yang seperti ini maka persetujuan atau kontrak dasar
dokter dan pasien dapat diminta dari pihak ke tiga(3) yaitu keluarga penderita atau
pasien (Informed consent) 46 . Masalah penting dalam teori kontrak ini berarti
adalah masalah “Persetujuan” yang terjadi anatara dokter dan pasien. Yang mana
sebelumnya tentang reaiki, cara perawatan dan lain sebagainya yang berkaitan
45
UU No.29 Tahun 2004 pasal 51 ayat A da B
46
J.Guwandi, Informed Consent, Fakultas Kedokteran Indonesia 2005, hlm 13. Informed consent
berarti suatu izin (consent), atau pernyataan setuju dari pasien yang diberikan dengan bebas dan
rasional, sesudah mendapatkan informasi dari dokter yang sudah dimengertinya.
37
Teori ini dalam bahasa asing dikenal dengan (intentional tort), yang
malpraktek menurut teori ini dalam arti sesungguhnya jarang terajadi dan dapat
untuk dipoerasi membuang polip dari telinga sebelah kiri, yang oleh ahli tersebut
oleh dokter bedah menganggap polip sebelah kanan lebih perlu untuk dioperasi
Kasus lain yang adalah kasus seorang pasien yang menjalani operasi
kasus bantu kemudian merasakan sakit dan segera konsultasi dengan dokter
bedahnya. dokter bedah yang menyatakan bahwa semula keadaan pasien normal,
kemudian dokter tersebut menarik diri dari kasus tersebut. penderita kemudian
telah terjadi pelanggaran kontrak dan kelalaian. Kasus ini dianggap sebagai suatu
47
Ny.Umi R Lengkong ; Beberapa Teori Tentang Malpraktek, Kompas, 5 mei 1987
38
perbuatan malpraktek. Banyak kasus yang terjadi karena akibat adanya perbuatan
operasi amputasi. seharusnya kaki yang diamputasi kaki kanan, namun oleh
dokter yang diamputasi adalah kaki sebelah kiri. Contoh lainnya seorang ahli
dalam malpraktek ini sulit dibuktikan adanya. Dalam hal ini kelalaian yang
dimakud termasuk Culpa lata. Untuk membuktikan hal demikian ini tentu saja
bukan merupakan tugas yang gampang bagi aparat penegak hukum. seperti yang
telah disinggung sebelumnya pada Bab I, ada beberapa kesulitan yang dialami
para penegak hukum dalam mencari bukti dan menilai apakah perbuatan itu
itu oleh aparat penegak hukum. Dalam hal ini kelalaian medis yang
dipebuat oleh seorang dokter atau ahli bedah. meskipun medical record
48
ibid
39
harus memanggil orang luar yang dianggap cukup ahli untuk memberikan
para pihak yang bersengketa untuk mendapatkan keadilan dan kepastian hukum.
Ada beberapa upaya penyelesaiaan sengketa antara dokter dan pasien tersebut.
Hal ini telah dilembagakan baik dari organisasi Profesi yang bersangkutan
terjadi antara dokter dengan pasien melalui lembaga tersebut, dapat diketahui
pelaksanaan etik profesi, yaitu melalui lembaga kepengurusan pusat, wilayah dan
49
Safitri Hariyani,Sengketa Medik Alternatif Penyelesaian Perselisihan Antara Dokter dan Pasien,
Hal 83, Diadit Media Jakarta 2005
40
pusat, wilayah dan cabang. Selain itu, di tingkat sarana kesehatan (rumah sakit)
didirikan Komite Medis dengan Panitia Etik di dalamnya, yang akan mengawasi
perhimpunan rumah sakit didirikan pula Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit
(Makersi). 50
berikut: 51
1. Menarik Imbalan yang tidak wajar atau menarik imbalan jasa dari
50
Himpunan Etika Profesi, Berbagai Etik Asosiasi di Indonesia. 2006. Pustaka
Yustisia,Yogyakarta
51
Endang Kusuma Astuti,Tanggung jawab Hukum dalam Upaya Pelayanan Medis Terhadap
Aneka Wacana Tentang Hukum (Yogyakarta;Kanisius,2003 )hlm.83
41
4. Abortus Provokatus 52
5. Pelecehan seksual
Perlunya lembaga ini diadakan didasrkan pemikiran bahwa perilaku dokter yang
terhadap penegakan nilai-nilai etis yang telah dirumuskan, oleh karena itu tugas
tugas MKEK secara efektif, maka MKEK ini berjalan dengan suatu susunan
a. Materi :
1. Materi yang disidangkan dapat diperoleh dari laporan yang dating dari
52
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara
menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya bayi
dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28
minggu, atau Berat badan bayi kurang dari 1000 gram
53
Safitri hariyani,Op.Cit, Hlm 84
42
harus disidangkan.
b. Persidangan :
undangan tertulis
bersangkutan.
c. Keputusan :
putusan MKEK. Sekali lagi, hakim pengadilan tidak terikat untuk sepaham
54
D.Veronica Komalawati,Hukum dan Etika dalam Praktik Dokter,Cetakan Pertama,Jakarta :
Pustaka Sinar Harpan, hal 55
BPA juga merupakan badan khusus yang ototnom sebagai lembaga perlengkapan organisasi
profesi IDI yang bertugas mengadakan pembelaan bagi anggotanya.
43
tahun. 56
d. Banding :
(tanpa melanggar norma hukum), maka ia akan dipanggil dan disidang oleh
55
Quo Vadis Organisasi Profesi, terdapat dalam APIO.COM, diakses pada hari sabtu 30-10-2010
56
ibid
44
diantaranya pasal 66 ayat (1)(2)(3), 67, 68, dan 69 ayat (1)(2)(3). Dari pasal-pasal
yang disebut diatas terdapat sanksi yang bisa dikenakan kepada yang melakukan
pelanggaran disiplin.
bertanggung jab kepada KKI. Jika tugas dari konsil kedokteran adalah pengaturan,
pengesahan, penetapan, serta pembinaan dokter dan dokter gigi yang menjalankan
57
UU Nomor 29 Tahun 2004 , Pasal 66 Ayat 1
58
www.hukumonline.com, peran dan tugas MKDK dalam penyelesaian sengketa medik, diakses
pada hari senin 1-10-2010
59
Pasal 6 (tugas,fungsi dan wewenang KKI) UU 29/2004, UUPK
45
dengan pengetahuan dan ketrampilan yang rata-rata. Dalam hal MKDKI dalam
yang ada didalam pasal 66 . Unsur didalam pasal tersebut harus terpenuhi agar
diterima maka pengaduan yang diadukan tersebut selanjutnya akan diproses oleh
Majelis pemeriksa ini terdiri dari 3 orang yang berasal dari MKDKI dan
MKDKI provinsi yang juga dibentuk oleh KKI. Disinilah akan ditentukan apakah
pelanggaran disiplin : 61
dengan baik
60
Pasal 64, UU 29/2004 , UUPK
61
Drg.Iwan Dewanto. Makalah Medical Dicipline and Enforcement in Medical Practice
46
pelanggaran, bila ada indikasi pelanggaran etik maka akan diserahkan ke MKEK.
Apabila dokter yang diadukan tidak terbukti maka ia akan bebas. Bila tebukti pun
Proses persidangan etik dan disiplin profesi dilakukan terpisah dari proses
persidangan gugatan perdata atau tuntutan pidana oleh karena domain dan
jurisdiksinya berbeda. Persidangan etik dan disiplin profesi dilakukan oleh MKEK
standar profesi (kasus kelalaian medik) dapat diperiksa oleh MKEK, dapat pula
keduanya. Seseorang yang telah diputus melanggar etik oleh MKEK belum tentu
62
Amri Amir, Op.cit,hlm 53
63
www.freewebs.com/etikadokterindonesia/Etika Kedokteran Indonesia dan Penanganan
Pelanggaran Etika di Indonesia Budi Sampurna
47
keperdataan merupakan suatu perikatan antara dokter dan pasien. Dari sudut
perdata malpraktik kedokteran terjadi bila dokter melakukan suatu yang tidak
sesuai dengan prestasi yang seharusnya atau dengan kata lain perbuatan dokter
tersebut menyalahi kontrak yang disepakati oleh pasien dan dokter tersebut.
mempunyai suatu unsur esensial yang sama yaitu adanya suatu kerugian fisik
dapat berupa bertmbah buruknya suatu kesehatan seseorang dan berujung pada
tanggung jawab perdata dengan dalil wanprestasi seperti disebutkan pada pasal
1371 ayat (1) KUHPerdata, ini berarti bahwa tanggung jawab dokter itu baru
64
Safitri Hariyani, Op.Cit, Hlm 85
48
terjadi apabila seseorang pasien menggugat dokter untuk membayar ganti rugi
yang dalam hal ini dokter,kurang atau tidak memenuhi berart bahwa seseorang
atau subyek hukum yang dalam hal ini dokter,kurang atau tidak memenuhi syarat-
syarat yang tertera dalam suatu perjanjian yang telah ia adakan dengan pasiennya,
gugatan lebih banyak didasarkan atas pada perbuatan melanggar hukum. Jadi
seorang pasien dapat menggugat seorang dokter oleh karena dokter tersebut
65
Prof.Subekti,SH;Hukum Perjanjia,PT Inter Masa, Cetakan ke X,1985,hal 45
66
Menurut Ilmu Hukum Perdata seorang dapat dianggap melakukan wanprestasi jika :
1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan
2. melakukan apa yang diperjanjikan,tetapi terlambat
3. melaksanakan apa yang diperjanjikan,tetapi tidak sebagaimana mestinya
4. melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya
67
KUH Perdata,Pasal 1371 Ayat (1)
49
melakukan perbuatan melanggar hukum seperti yang diatur dalam pasal 1365
Seorang dokter selain dapat dituntut atas dasar wanprestasi dan melanggar
hukum seperti disampaikan sebelumnya, dapat pula dituntut atas dasar lalai,
sehingga menimbulkan kerugian. gugatan atas dasar lalai ini diatur dalam pasal
ketentuan hukum acara perdata yang berlaku ialah HIR yang berlaku untuk daerah
68
KUH Perdata,Pasal 1365
69
Perbuatan melawan hukum adalah bukan hanya berarti perbuatan tersebut semata-mata
melanggar hukum (tertulis) yang sedang berlaku,tetapi juga merupakan suatu perbuatan yang
bertentangan dengan norma kepatutan,ketelitian dan kehati-hatian di dalam masyarakat.
70
KUH Perdata ,Pasal 1366
71
UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 23
50
persidangan.
dari para pihak mengenai kompetensi absolut jika hakim menerima keberatan
maka aka nada putusan sela yang isisnya mengabulkan keberatan dari pihak
tersebut. Tapi jika tidak maka hakim akan melanjutkan dengan pemeriksaan
pokok perkara dan bukti-bukti, dan diakhiri dengan putusan hakim. yang
Dari uraian teori diatas , dapat dikatakan bahwa pada mulanya apabila
kelalaian, yang sanksinya lazim berupa ganti rugi (uang) kepada pasien.
72
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta : Liberty,Cet. I,1993 Hlm
174
73
DRS.Adami Chazawi,Op.Cit,.Hlm 81
51
adalah suatu kelalaian yang diakibatkan karena tidak adanya suatu sikap hati-hati
Kelalaian medik dapat dikatakan sebagi suatu tindak pidana jika akibat
yang ditimbulkan oleh kelalaian tersebut membawa kerugian atau cedera parah
kepada orang lain, sehingga akibat dari perbuatan tersebut secara implisit
memenuhi unsur melawan hukum materil, artinya perbuatan pidana tersebut betul-
betul dirasakan masyarakat sebagai perbuatan yang tidak patut atau keliru.
sebagi penyidik umum ditempat kejadian perkara. Setelah polisi memanggil dan
telah terpenuhi bukti permulaan yang cukup, maka berkas dan barang bukti
dakwaan, jaksa atau penuntut umum menyerahkan hasil penyidikan dan surat
biasa dan delik dalam kasus kelalaian medik adalah pada delik biasa yang menjadi
ukuran adalah akibatnya, sedangkan pada delik kelalaian medik yang menjadi
52
dinyatakan: 75
lisan”
BPSK.
dengan jumlah anggota harus ganjil yang terdiri sedikitnya 3 orang yang mewakili
dan unsur Pelaku Usaha. Unsur-unsur ini dibentuk oleh Menteri Perdagangan dan
merangkap anggota, dan anggota dibantu oleh secretariat. Badan ini dibentuk
untuk menghadirkan saksi, saksi ahli, pengalih bahasa (Kalau diperlukan) bahkan
apabila saksi ahli tidak dapat hadir tanpa alasan yang jelas maka majelis dapat
persidangan.
yang bersengketa dan secara aktif memberikan saran atau anjuran penyelesaian
diserahkan kepada para pihak sesuia kesepakatan kedua belah pihak, maka dalam
77
Pasal 49 Ayat (1), UU No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
78
Yusuf Sofie, Penyelesaian Sengketa Menurut UUPK (Teori dan Penegak Hukum),Bandung ,PT
Citra Aditya Bakti, Hlm 29
79
Ibid
54
Umum. 80
Kembali pada pokok sengketa, dalam hal ini terkait dengan adanya
sengketa medik antara dokter dan pasien dalam hal ini sebagai konsumen, terjadi
tidak diperkirakan dan tidak diantisipasi sebelumnya, yang ada dalam hubungan
keduanya adalah suatu perjanjian tertulis yang rinci sehingga bila terjadi sengketa
dikabulkan dengan putusan yang bersifat final dan telah mempunyai kekuaatan
Etika MKEK
Peradilan Pidana
Sengketa Hukum
Peradilan Perdata
80
Ibid
55
dilakukan dengan dua cara, yaitu secara abstrak dan pemberdayaan. Pengertian
2. Pengakuan terhadap hak tersebut sebagai korban dalam hal ini status
korban.
Perlindungan hukum dari segi macamnya dapat dibedakan antara pasif dan
(selain proses peradilan) yang memberikan pengakuan dan jaminan dalam bentuk
Sedangkan perlindungan hukum yang bersifat aktif dibagi lagi menjadi aktif-
yang diberikan oleh pelaku yang harus diterima oleh korban berkaitan dengan
81
Mudzakkir, Bahan Kuliah Viktimologi, di kutip dari Yanny Yuharyati, Perlindungan Hukum
terhadap Korban Perdagangan Khususnya Perempuan dan Anak, Thesis, Program Magister
Hukum (S2), Ilmu Hukum, UII, Yogyakarta, 2005, hlm. 69
56
merugikan. 82
perlindungan hak asasi manusia juga pada sifat kekeluargaan dan kesejahteraan
manusia bersama. Perlindungan hukum secara pasif ini penting sekali berkaitan
memadai. 83
bentuk pengajuan pendapat dan hak untuk memberikan informasi kepada korban
82
Philip M Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat, Disertasi, Univ. Airlangga, Surabaya,
1987, dikutip dari, M. Winahnu Erwiningsih, Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Wanita, Jurnal
Hukum, Edisi. No. 3, Vol. I 1995, hlm. 23
83
Wahyu Priyanka,Perlindungan Hukum Pihak Ketiga Yang Berkepentingan dalam Penegakan
Hukum Pidana Dalam Bidang Korporasi,Program Sarjana (S1), Hlm 138
84
Ibid
57
Sedangkan yang dimaksud dengan pasien disini jika dilihat dari perspektif
No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit memiliki kemiripan dan kesamaan
hukum pasien disini adalah segala sesuatu yang dibuat guna tercapainya suatu
perbuatan untuk melindungi masyarakat atau pasien yang bermutu dalam hal
B.2 Tindak Pidana di Bidang Praktik Kedokteran (UU No.29 Tahun 2004)
Istilah tindak pidana (stafbaar feit) 86 dalam hal ini merupakan perumusan
perumusan yang ada sebelumnya pada bagian definisi operasional bagi siapa saja
yang melakukan tindak pidana akan dikenakan ancaman pidana bagi mereka yang
tindak pidana kesehatan. Yang memiliki arti semua perbuatan di bidang pelayanan
85
UU 44 Tahun 2009 Pasal 1 angka 4 dan UU No 29 Tahun 2004 Pasal 1angka 10
86
Adami Chazawi,Loc.cit, hlm 147
58
umum dan dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah. Mengenai
2004 tentang Praktik Kedokteran , serta sudah dapatnya Para dokter yang
menurut hukum didasarkan pada Pasal 75, Pasal 76, Pasal 77, Pasal 78, Pasal 79,
dalam pasal 351, 359 , 360, 344, 346, 347, 348. Begitu pula halnya dalam
jika dilihat dari segi undang-undang, maka sudah terdapat peraturan yang
Konsumen (UUPK).
kesehatan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dari dokter dan dokter
gigi dibentuk Konsil Kedokteran Indonesia yang terdiri atas Konsil Kedokteran
pengesahan, penetapan, serta pembinaan dokter dan dokter gigi yang menjalankan
disampaikan diatas terdiri dari pasal 75,76,77,78, dan 80. Pasal-pasal ketentuan
pidana tersebut ditujukan untuk terciptanya suatu pelayanan medis atau kesehatan.
Pasal 75
1) Setiap dokter atau dokter gigi yang sengaja melakukan praktek kedokteran
tanpa memiliki surat tanda registrasi seperti yang tercantum dalam pasal 29
ayat 1, diancam dengan pidana pejara paling lama 3 tahun atau denda
2) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang sengaja melakukan
3) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja
100.000.000,00
Pasal 76
Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik
dalam pasal 36, diancam dengan pidana pejara paling lama 3 tahun atau denda
Pasal 77
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau
bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda
registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi dan/atau surat izin
pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp150.000.000,00
Pasal 78
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan alat metode atau cara lain
seolah-olah yang bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah
memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi atau
Rp.150.000.000,-
Pasal 79
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling
pasal 41 (1)
62
pasal 46 (1)
pasal 51 yaitu :
2. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian
atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
Pasal 80
1) Setiap orang yang dengan sengaja mempekerjakan dokter atau dookter
300.000.000,00
pidana praktik kedokteran tersebut adalah memuat semua stelsel pidana / Sanksi
pidana kecuali pidana mati . Stelsel pidana tersebut menurut teori adalah :
Pidana Pokok :
• Pidana Mati
• Pidana Penjara
• Pidana denda
Pidana Tambahan :
pidana praktik kedokteran tersebut jika diteliti bersumber dari Norma hukum dan
daerah dan Norma profesi yaitu standar prosedur, Standar Operasioal Prosedur
88
Mudzakkir, Aspek Hukum Pidana Dalam Pelayanan Kesehatan, Dosen Fakultas Hukum UII,
Materi perkuliahan Hukum Pidana Kesehatan, Hlm 7
64
c) Kode Etik Profesi adalah suatu pedoman prilaku etik dalam menjalankan
profesi yang disusun oleh organisasi profesi dokter (IDI) dan organisasi
untuk mendapatkan kesembuhan. Di sisi lain, para dokter adalah manusia biasa
yang tidak terlepas dari kesalahan. Demikian juga paramedis yang bekerja di
pengabdian, mereka juga bisa jadi tergoda oleh keuntungan duniawi, sehingga
untuk mendapatkan kesembuhan. Di sisi lain, para dokter adalah manusia biasa
yang tidak terlepas dari kesalahan. Demikian juga paramedis yang bekerja di
pengabdian, mereka juga bisa jadi tergoda oleh keuntungan duniawi, sehingga
Akibat dari malpraktik ini yang dilakukan oleh dokter di Indonesia ini
65
Indonesia yang telah memakan korban. Masyarakat yang berobat bukan menjadi
Didalam asas kedokteran islam sendiri tidak membenarkan seseorang yang tidak
(pemberi obat) tidak mengetahui ilmu kedokteran sebelumnya maka dialah yang
tanpa memiliki keahlian, baik tidak memiliki keahlian sama sekali dalam
ﻦ
ٌ ِ َﻓ ُﻬ َﻮ ﺿَﺎﻣ،َﻞ ذَﻟِﻚ
َ ﺐ َﻗ ْﺒ
ﻃ ﱞ
ِ ﺐ َوَﻟ ْﻢ ُﻳ ْﻌَﻠ ْﻢ ِﻣ ْﻨ ُﻪ
َ ﻄ ﱠﺒ
َ ﻦ َﺗ
ْ َﻣ
89
Ja’far Khadem Yamani, Kedokteran Islam dan Perkembangannya, Dzikra Penerbit Buku Sains,
Bandung,2002,Hlm.45
90
Ibid 45
91
Malpraktik menurut Syariat Islam, Ustadz Annas Burhanuddin, http://www.almanhaj.or.id
66
yang telah baku dan biasa dipakai oleh para dokter, baik secara teori
maupun praktek, dan harus dikuasai oleh dokter saat menjalani profesi
jika orang tersebut telah melakukan apa yang seharusnya dan biasa
3. Ketidaksengajaan (Khatha’)
sehingga ada anggota tubuh pasien yang terluka. Bentuk malpraktek ini
67
akibat yang ditimbulkan sesuai dengan yang telah digariskan Islam dalam
bentuk malpraktek yang paling buruk. Tentu saja sulit diterima bila ada
dokter atau paramedis yang melakukan hal ini, sementara mereka telah
seperti ini terhitung jarang dan sulit dibuktikan karena berhubungan dengan
Jarimah Qishash adalah jarimah yang diancam dengan pidana qishash, pidana
sama baik berupa kelalaian yang dilakukan dengan kesengajaan yang disertai
motif dan perbuatan yang dilakukan tidak sengaja akan tetapi ada unsur lalai yang
berakibat fatal.
68
Kasus malpraktik yang ada terjadi baik yang dilakukan karena kelalaian
2. Ta’zîr berupa hukuman penjara, cambuk, Ganti rugi atau yang lain. 93
mendapat ijin dari pasien, wali pasien atau pemerintah, kecuali dalam
keadaan darurat.
92
Ibid
93
Ta’zîr: hukuman di luar hudud yang tidak ditentukan syari’ah. Hudud adalah adalah perkara-
perkara yang Allah larang melakukan dan melanggarnya. Al-Mulakhash al-Fiqh, Prof.DR. Sholeh
bin Abdillah alfauzaan, cetakan pertama tahun 1423 H, Idârat al-Buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta`
69
BAB III
dibenarkan oleh salah seorang aparat penegak hukum yang berprofesi sebgai
adanya praktik kedokteran yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien dalam
Hasil dari upaya yang tidak sesuai harapan (tak sembuh, cacat, ataupun
Menurut pasal 55 ayat (1) UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan : “ Setiap
orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan
tenaga kesehatan ”
Pasal 66 ayat (1) UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran : “ Setiap
orang yang mengetahui atau kepentinganny dirugikan atas tindakan dokter dan
94
Komari,SH,M.Hum,Wawancara Pribadi, Ruang Kerja Ketua PN Yogyakarta, 23 November
2010
70
seperti yang pernah dibahas pada BAB sebelumnya “mal” mempunyai arti “salah”
malpraktek berarti “pelaksanaan atau tindakan yang salah”. Hal ini tentunya
Profesi disini tidak hanya diasosiasikan sebagai perbuatan yang dilakukan oleh
seorang dokter, melainkan juga ada profesi advokat, akuntan dan hakim dan lain-
lain. Beliau mengatakan yang disebut dengan profesi itu pasti memiliki peraturan
internal profesi tersendiri. Dalam hal ini jika membahas mengenai profesi
kedokteran, jika terjadi pelanggaran maka dokter tersebut telah melanggar standar
profesi kedokteran.
suatu mekanisme kerja yang berakibat timbulnya kerugian pada pasien. Kehati-
hatian disini beliau mengartikannya sebagi suatu perbuatan yang tidak cermat
tepat. Bila putusan pengadilan menyatakan bahwa telah terbukti terjadi malpraktik
malpraktik sebelum ada pembuktian sama saja dengan pelanggaran asas praduga
tak bersalah yang menjadi hak setiap orang, termasuk seorang dokter atau
lembaga rumah sakit. Dengan menyebutkan hal ini bukan berarti tidak ada dokter
atau rumah sakit yang melakukan malpraktik. 95 Menurutnya lebih tepat jika
Hal yang sama diungkapkan oleh Ketua IDI (Ikatan Dokter Indonesia)
masih menimbulkan multi persepsi, setiap orang memiliki cara pandang masing-
masing mengenai hal tersebut. Terutama cara pandang antara dokter dan pasien,
(especially the right to self determination), pola hubungan dokter pasien berubah
Banu hermawan dalam hubungan medik antara dokter dan pasien adalah
95
Banu Hermawan, S.H , Komite Hukum RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Wawancara Pribadi,
Tanggal 9 Desember 2010
96
dr.Bambang Suryono, S.Sp,KIC,KNA,M.Kes, Ketua IDI wilayah DIY, wawancara Pribadi,
Tanggal 9 Desember 2010.
72
2. Resultat Verbintenis
yang dilakukan tenaga medis dalam melakukan usaha atau upaya medis.
pasien.
yang didasarkan pada hasil akhir. Hal ini baru terpenuhi apabila hasil yang
dijanjikan kepada pasien telah terpenuhi. Misalnya dalam pencabutan gigi dokter
dianggap telah memenuhi perikatan secara sempurna bila gigi yang dimaksudkan
perutnya, Apakah hal ini dapat dimintakan pertanggung jawaban terhadap tenaga
tenaga kesehatan dalam hal ini dokter telah berupaya dan berusaha sebisa
mungkin sesuai prosedur propesiona yang telah ada atau tidak. Hal-hal ini lah
yang menjadi pegangan untuk menentukan adanya malpraktek atau tidak menurut
Prinsip Malpraktik
73
Malpraktik adalah suati istilah Mediko Legal. Belajar dari apa yang
kelalaian yang menyimpang dari ilmu pengetahuan dalam suatu mekanisme kerja
Pengertian diatas benar jika memang suatu perbuatan yang disangkakan pada
seseorang memang telah benar terbukti adanya suatu pelanggaran. Namun jika
malpraktik.
malpraktik, yang ada adalah sengketa medik. Sengketa medik yang timbul karena
adanya miskomunikasi antara dokter dan pasien atau timbul karena ketidakpuasan
dari dalam diri pasien. Oleh karena itu timbul yang dinamakan dengan malpraktik,
sengketa medik yang pada akhirnya menjurus pada tuduhan kepada dokter yang
Suatu perbuatan dapat dikatakan malpraktik jika dapat terbukti apa yang
dokter itu dianggap melakukan praktik yang buruk. Karena dokter tersebut
bekerja tidak sesuai dengan standar praktik yang telah ditentukan. Adapaun
3. Kode Etik Profesi adalah Kode Etik Profesi adalah suatu pedoman prilaku
97
Banu Hermawan, SH, Komite Hukum RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Wawancara Pribadi,
Tanggal 9 Desember 2010
75
perpaduan antara keterampilan dan seni yang dibentuk melalui pengalaman dan
kepekaan. Selain itu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh para tenaga medis
juga tidak bertumpu pada kemampuan mereka saja, melainkan juga membutuhkan
Tidak terlepas dari permasalahan diatas terkait suatu kategori yang dapat
dikaitkan dengan malpraktik, dari segi penegakan hukum, menurut Lutfi Hasan
agar tidak timbul angapan bahwa seorang dokter telah melakukan malpraktek
sedangkan pasien adalah orang sakit yang membutuhkan bantuan dokter untuk
orang yang dianggap pakar dalam bidang kedokteran dan pasien adalah orang
dokter lebih tinggi dari pasien yang dirawatnya. Dokter boleh dikatakan
98
Banu Hermawan, SH, Komite Hukum RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Wawancara Pribadi,
Tanggal 9 Desember 2010
99
Safitri Hariyani, Alternatif Penyelesaian Perselisihan Antara Dokter dan Pasien, hlm. 9
76
keputusan ada di tangan dokter. Hal ini disebabkan, oleh karena 100 :
Dokter dan pasien adalah dua subjek hukum yang terkait dalam hukum
hukum. Hubungan medik dan hubungan hukum antara dokter dan pasien adalah
pada khususnya. 101 Yang mana hubungan tersebut menimbulkan hak dan
dokter dan pasien ada dua macam, yaitu hubungan karena kontrak (Transaksi
Teraupeutik)
Dalam kontrak terapeutik, hubungan itu dimulai dengan tanya jawab (anamnesis)
antara dokter dan pasien. Kemudian diikuti dengan pemeriksaan fisik. Kadang-
dan lain-lain. Diagnosis ini dapat merupakan suatu working diagnosis atau
diagnosis kerja/sementara, bisa juga diagosis definitif. Setelah itu dokter biasanya
merencanakan suatu terapi dengan memberikan suatu resep atau suatu suntikan
atau operasi atau tindakan lain dan nasehat-nasehat yang perlu diikuti agar
100
Soerjono Soekanto, Aspek Hukum Kesehatan, IND-HILL- Co Jakarta, hlm. 149
101
Ibid, Hlm 149
77
Medis). Pembuatan rekam medis ini merupakan kewajiban doker sesuai dengan
dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan
merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi mengenai
kesehatan. 103
Apabila dalam Hubungan hukum antara dokter dan pasien dalam transaksi
terapeutik atas dasar persetujuan kedua belah pihak terjadi suatu tindakan dokter
yang kurang hati-hati atau kurang cermat sehingga menimbulkan cacat atau
meninggalnya pasien, maka akibat itu diatur dalam hukum pidana. 104 pertanggung
jawaban dokter dalam ketentuan pidana ditinjau dari landasan pelaksanaan standar
profesi medis. Ini lah yang menjadi rujukan MKDK (majelis kehormatan disiplin
perbuatan tindak pidana malpraktek atau tidak akibat dari pelanggaran disiplin
102
Danny Wiradharma, Penuntut Hukum Kuliah Kedokteran, hlm 45
103
PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 (Rekam Medis )
104
dr.Hj.Anny Isyfandarie.Sp.An.SH. Malpraktek Dan Resiko Medik Dalam Kajian Hukum
Pidana,Hlm 72, Prestasi Pustaka Publisher.
78
pelayanan kedokteran
dan efisien.
tindakan medis, yang mana setiap tindakannya tersebut tidak bertentangan dengan
aturan hukum pidana. Jika dunia kedokteran tidak ada kehususan maka setiap
dokter tentunya akan dikenai pidana. Menurutnya dalam proses anhestes atau
pembedahan otomatis tindakan dokter pasti harus membedah tubuh pasien jika hal
ini tidak ada kekhususan dalam praktik kedokteran maka semua dokter yang ada
pasiennya meninggal. Hal ini tentu telah ada mekanisme profesi nya sendiri-
sendiri, tidak ada yang mengetahu penyebab meninggalnya pasien tersebut jika
tidak landasan dalam pelaksanaan standar profesi yang telah dilakukan oleh
dokter anesthei tersebut. Oleh karena itu dengan adanya standar profesi tersebut
akan melindungi dokter. Dan hal inilah yang menjadikan pijakan bagi lembaga
standar medis
dilakukannya oleh dokter tersebut dengan dokter lain dari bidang yang
sama, yang dihadapkan pada situasi dan kondisi yang sama. 105
dalam hal ini dokter telah melakukan suatu praktek buruk yang menimbulkan
perkara malpraktik. Banyak kriteria yang harus ditempuh, karena jika seseorang
segala sesuatu yang berhubungan dengan tindakan medis yang dilakukan oleh
dokter merupakan hak pasien. Upaya penyelesaian sengketa yang ditempuh oleh
105
Veronica Komalawati (II), Peranan informed consent Dalam Transaksi Terapeutik (Persetujuan
Dalam Hubungan Dokter Dan Pasien) Suatu Tinjauaan Yuridis, Penerbit Citra Aditya Bakti,
Bandung 2002, hlm.177
80
pasien melalui litigasi atau lembaga peradilan selama ini membuktikan kurang
penegak hukum salah satunya adalah hakim sebagai salah satu pihak yang
menyebabkan ketidakpuasan yang timbul dari pihak pasien, hakim dianggap tidak
dapat memenuhi rasa keadilan pasien jika mengajukan perkara yang berkaitan
tidak. Menurut Rianto Aloysius hakim memang tidak memahami kesehatan, tapi
yang beranggapan bahwa yang menjadi kendala terciptanya suatu putusan yang
106
Ninik Mariyanti, Malapraktek Kedokteran dari segi hukum pidana dan perdata, hlm 52,
penerbit bina aksara Jakarta.
107
Rianto Aloysius, ruang kerja Hakim anngota PN Sleman, Wawancara Pribadi, 2 Desember
2010
81
sesuai keinginan pasien yang dirugikan yaitu putusan yang menghukum oknum
dokter yang bersalah dalam hal ini diduga melakukan malpraktik bukan berarti
dapat membuktikan unsur dakwaan yang didakwakan atas dokter, sehingga tidak
menimbulkan keyakinan dalam diri hakim bahwa suatu tindak pidana malpraktek
tersebut dalam hal ini benar-benar terjadi dan terbukti memang terdakwalah yang
bersalah melakukannya.
malpraktik yang dilakukan oleh dokter terlebih dahulu sebaiknya sebelum masuk
menonjol, yaitu :
berikan oknum dokter tersebut agar segera diproses oleh yang berwajib untuk
segera di usut kasusnya. Tidak akan ada seorang dokter melakukan perbuatan
malpraktik atau praktik yang buruk jika yang dilakukannya memenuhi 3 syarat
: 108
108
dr.Hj.Anny Isyfandarie.Sp.An.SH, Op.cit, hal 23
82
menururt Ikatan Dokter Indonesia (IDI) suatu tindakan medik dapat dikategorikan
meninggal
kesehatan 109
109
Ikatan Dokter Indonesia, www.idi.com
83
Dengan demikian maka penyebutan langsung bahwa dr. A atau Rumah Sakit B
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa
Dalam keadaan tertentu dimana suatu kasus itu memang dianggap perlu
menghadirkan atau meminta pendapat saksi ahli seperti kasus malpraktek tentu
Dalam hal pembuktian dalam perkara sengketa medik ini para hakim
dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) atau penasehat hukumnya. JPU
mengajukan saksi ahli sesuai dengan apa yang terdapat dalam BAP atau bisa juga
perkara di persidangan. Begitu juga penasehat hukum dapat juga mengajukan ahli
ahli yang diajukan oleh JPU dan penasehat hukumnya dalam materi yang sama
84
tetapi keterangan berbeda, dalam konteks ini tinggal hakim yang menentukan
seseorang itu ahli dan bobot keterangan dari ahli itu, sehingga ada persesuaian
Keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus tentang
hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan
Mengenai saksi ahli ini telah diatur dalam KUHAP, sebagai berikut :
tersebut.
atau dokter atau lainnya wajib meberikan keterangan ahli demi keadilan.
2. Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi mereka
keahliannya.
hakim dalam memutus apakah benar tidaknya seorang terdakwa yang berprofesi
saksi tersebut tentunya telah sempurna saat telah diambil sumpahnya. Jadi tidak
ada yang dapat mengomentari keterangan yang diberikan saksi ahli dalam hal ini
dokter selain Hakim. karena dianggap saksi ahli tersebut telah memberikan
Masalah yang timbul jika akhirnya keterangan dokter sebagai saksi ahli
tadi ternyata ada yang dapat membuktikan bahwa keterangan tersebut adalah
palsu dan tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya profesionalisme di bidangnya
berlaku dan dilakukan dalam keterangannya baik secara etik dan disiplin yang
telah ditentukan oleh profesinya adalah masalah lain, yang ada juga regulasi
dalam hukum pidana mengatur tentang hal-hal demikian. Hal ini terkait dengan
apa yang disebut dengan sumpah palsu. 110 Hal ini tercantum dalam :
diatas sumpah, baik dengan lisan atau tulisan, olehnya sendiri maupun
110
Riyanto Aloysius, hakim anggota PN Sleman, wawancara pribadi, 2-12-2010
86
oleh kuasanya yang khusus ditunjuk untuk itu, dipidana dengan pidana
2. Jika keterangan palsu atau sumpah diberikan dalam perkara pidana dan
dengan sulitnya praktek malpraktek dibuktikan karena pihak saksi ahli yang ada
sulit dating itu tidak benar, menurutnya kendati belum pernah menangani kasus
malpraktik semacam ini tapi menurutnya pihak saksi yang dimintai kehadiranny
kesaksian. Dalam hal ini dokter lain yang dimintai pendapatnya untuk
memberikan kesaksiannya.
dalam :
Barang siapa yang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut
1. Dalam perkara Pidana, dengan pidana penjara dan paling lama 9 bulan
87
Namun terlepas dari itu semua, seorang dokter menurut Banu Hermawan,
SH berhak untuk meberikan keterangan sebagai saksi ahli. Hal ini bila terjadi
pertentangan keras antara pedapat dokter dan Hakim yaitu bila terjadi
pertentangan dan tidak bisa menerima alasan hak undur diri, dalam hal ini dokter
harus dapat.
Terkait dengan permasalahan ini saya kira jika merujuk pada teori yang
ada di buku J.Guwandi yang judulnya Dokter, Pasien dan hukum, meski suatu
rahasia itu mesti dijaga kerahasiannya, rahasia tersebut dapat diabaikan jika:111
lateral yang mana iziznnya dimiliki oleh pasien. dalam hal ini hak keizinan
berat (Misalnya penyakit menular ) oleh pasien atau boleh orag lain. Lebih
111
J.Guwandi, Dokter,pasien dan Hukum, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakrta,Hlm
77
88
specialis itu sudah sedemikian saling terkait mengatur hal-hal terkait proses
penegakan hukum, jadi tidak ada lagi alasan yang mengatakan ketidak mampuan
aparat penegak hukum yang menyebabkan putusan yang dihasilkan dalam perkara
tindak pidana medik itu tidak mewakili rasa keadilan korban / pasien. Semua telah
kedokteran itu berjalan sesuai dengan yang telah ditentukan atau tidak.
macamnya. dalam proses penyelesaiannya dapat digunakan dengan dua cara yaitu
dokter dan pasien dilakukan secara litigasi maka kita ketahui dapat ditebak
prosesnya akan berjalam lama dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Dan
menyatakan bahwa dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam
untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau
para pihak dengan bantuan pihak netral (mediator) yang memiliki kewenangan
sengketa.
ADR pun relatif lebih murah dan tidak memakan waktu yang lama sehingga lebih
peradilan banyak pihak yang beranggap bahwa terdapat faktor negatifnya, antara
lain : 112
c. Inflexibility and formality, tata caranya relatif kaku dan bersifat formal;
f. Lack of control, prosesnya tidak dapat dikendalikan oleh para pihak yang
i. Western legal culture, tidak semua pihak yang mempunyai latar belakang
masyarakat.
b. Prosedurnya cepat;
112
Yudha Pandu, Klien dan Advokat Dalam Praktek, Cet. Ketiga, Pen. Indonesia Legal Center
Publishing, Jakarta, 2004, hlm.140-141
113
Christoper W. Moore, The Mediation Process, Practical Strategis for Revolving Conflict,
dikutip dari Sodikin, Penegakan Hukum Lingkungan, Ctk. Pertama, Djambatan, Jakarta, 2003,
hlm. 102
91
c. Keputusan non-judicial;
masalah;
g. Hemat waktu;
h. Hemat biaya;
k. Tingkat yang lebih tinggi untuk melaksanakan kontrol dan lebih mudah
memperkirakan hasil;
tahun 2009 ini merupakan upaya menyelesaikan sengketa antara tenaga kesehatan
mediator yang disepakati oleh para pihak. Proses mediasi jika mengacu pada pasal
terjadi sengketa medik. Proses mediasi dapat dipilih melalui MKDKI atau ke
92
Kepolisian. Banyak orang yang mengira ADR / mediasi ini hanya dimungkinkan
Prof. Mardjono Reksodiputro 115 mediasi sebagai bagian ADR dalam hukum
pidana dimungkinkan, namun ciri-cirinya tidak akan sama dengan ADR di bidang
hukum perdata atau hukum dagang. Karena salah satu pihak yaitu korban telah
diwakili oleh kepolisian dan kejaksaan. Pihak korban tidak lagi mandiri
kepolisian dan kejaksaan yang sebenarnya dalam pengertian yang relatif karena
kalau korban tidak melapor maka proses peradilan pidana juga sukar bergerak.
Jadi, sebenarnya ada juga alternatif bagi korban untuk memutuskan secara
atau pengaduan kasus tersebut tidak langsung diproses melalui prosedur sistem
peradilan pidana namun jika tidak terdapat kesepakatan juga, barulah proses
sistem peradilan pidana dijalankan. Sedangkan pada rancangan draft mediasi yang
114
Pasal 6 UU No.30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan Penyelesaian Sengketa.
115
Restorative Justice Online, Oktober 2001. Dikutip dari Makalah yang disampaikan pada
diskusi: MEDIASI PENAL DALAM SENGKETA MEDIK, DISELENGGARAKAN KAJIAN
HUKUM PIDANA MAHKAMAH AGUNG RI, 9-10 AGUSTUS 2010, Dr.Aroma Elmina
Martha,SH,MH
116
Pasal 66: Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter
atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengajukan secara tertulis kepada
Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
93
telah disetujui oleh kedua belah pihak, maka polisi/MKDKI dapat memintakan
Dengan demikian jalan mediasi ini cenderung dipilih bukan untuk mencari
yang benar atau yang salah melainkan untuk mencapai titik temu antara para
pihak yang bersengketa guna mencapai win-win solution. Jika menilik kembali
kepada pasal 29 UU no.36 Tahun 2009 tentang kesehatan yang isi pasalnya
intinya bahwa penyelesaian sengketa itu diselesaikan dengan mediasi maka kita
menganut model mediasi legal system. Yang mana pada model mediasi ini dapat
Pengadilan atau tempat yang ditunjuk oleh Pengadilan. Korban dan pelaku yang
terlibat dalam mediasi dibantu oleh pihak ketiga (yang tidak semuanya mediator
terakreditasi). Bahkan waktu yang tersedia pada pertemuan mediasi relatif cepat
dan singkat.
pihak yang berperkara. Pengadilan yang selama ini terkesan sebagai lembaga
117
Aroma Elmina Martha,Op.cit,Hlm.12
94
penegakan hukum dan keadilan, tapi juga sekarang pengadilan menampakan diri
sebagai lembaga yang mencarikan solusi damai antara para pihak yang bertikai. 118
perkara pidana murni seperti aborsi, kelalian yang mengakibatkan matinya pasien.
Hal-hal semacam ini akan sangat sulit terungkap dan akan sangat sia-sia jika saja
pasien yang bersengketa pada umumnya enggan atau jarang yang ingin
kekuatan mengikat, dan tidak memiliki sifat wajib, sehingga PERMA ini hanya
118
Siddiki, Mediasi di Pengadilan dan asas peradilan sederhana ,sepat,dan biaya ringan.
www.badilag.net
95
Dengan demikian jika antara dokter dan pasien memiliki satu cara
pandang mengenai apa yang dimaksud dengan sengketa medik termasuk cara
penyelesaian sengketanya maka hubungan yang baik ini tetap dapat memunculkan
efek positif kendati tidak dapat dipungkiri pada masa sebelunya terdapat persoalan
hukum antara pihak tersebut. Yang terpenting dengan adanya proses mediasi
adalah hubungan dokter dan pasien akan tetap senantiasa tejaga dengan baik.
pasien dalam perkara tindak pidana kelalaian medik atau malpraktik, dalam segi
yakni Undang-undang No. 29 Tahun 2004 ,Pasal 66 ayat (1) tentang Praktik
menurut hukum didasarkan pada Pasal 75, Pasal 76, Pasal 77, Pasal 78, Pasal 79,
hal ini pasien, jika dilihat dari segi undang-undang, maka sudah terdapat peraturan
Konsumen (UUPK).
sebagai sanksi. Walaupun pada umumnya sanksi pidana pastilah merupakan jalan
terakhir sebagai pemberi efek jera kepada para pelaku. Namun tanpa hukum atau
macan ompong, tanpa taji yang dapat menerkam siapa saja yang melanggar
dengan hukum yang lain, yaitu adanya sanksi yang berupa sanksi pidana. Pidana
itu sendiri dari berbagai pandangan para pakar, merupakan suatu nestapa, derita,
dijatuhkan oleh hakim kepada seseorang yang telah terbukti secara sah dan
Fungsi hukum pidana itu sendiri adalah melindungi kepentingan hukum, baik
lain, seperti sanksi administrasi dan atau sanksi perdata tidak efektif dan atau
tingkat kesalahan pelaku dalam hal ini oknum kedokteran relatif besar dan atau
119
http://gagasanhukum.wordpress.com/2008/12/01/pengaturan-sanksi-pidana-dalam-ketentuan-
uu-bagian-i/
97
pernyataan penulis yang menyatakan dengan tegas bahwa domain sanksi yang
bidang kesehatan ini adalah memiliki cakupan dalam bidang administrasi. Oleh
karena itu sanksi hukum yang dihadirkan dalam ketentuan pidana ini terkait
pidana, yakni :
b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea ) yang berupa
negligence
consent
sempurna
dilakukan
principle varius liability . Dengan prinsip ini maka rumah sakit /sarana
Implikasinya
Dalam hal ini tindak pidana yang terumuskan dalam pasal 75 sampai
dengan pasal 80 . Diantara ke 6 jenis tindak pidana dalam praktik kedokteran ada
empat tindak pidana yang pada dasarnya bermula dari pelanggaran administrasi
diberi ancaman pidana. Jadi, sifat melawan hukumnya perbuatan dalam empat
diantara pasal dalam ketentuan pidana tersebut yang tidak memiliki kekuatan
kalangan dokter dan dokter gigi, karena perumusan ancaman sanksi pidana dalam
kepentingan dokter. Perbedaan pendapat terjadi di bidang ini. Sebagian ahli tidak
administratif (pasal-pasal 75 dan 76, apalagi pasal 79), sebagian ahli lain
yang bersumber dari hukum administrasi. Adapun pasal tersebut yang diajukan
Atau”
mencapai tujuannya.
120
Dr. Anny Isfandyarie Sarwono, Sp. An, dkk, Mahkamah Konstitusi melalui Putusannya Nomor
4/PUU-V/2007
101
tersisa yang dinyatakan tetap dapat digunakan atau tetap memiliki kekuatan
hukum atau konstitusioal adalah pasal pasal 77, pasal 78, pasal 80. Ketiga pasal
tersebut adalah pasal-pasal yang didalamnya tidak terkait dengan suatu sifat
administrasi. 121
Pasal 75
4) Setiap dokter atau dokter gigi yang sengaja melakukan praktek kedokteran
tanpa memiliki surat tanda registrasi seperti yang tercantum dalam pasal
29 ayat 1, diancam dengan pidana pejara paling lama 3 tahun atau denda
paling banyak Rp 100.000.000,00
5) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang sengaja melakukan
praktek kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi sementara seperti
yang tercantum dalam pasal 31 ayat 1, diancam dengan pidana pejara
paling lama 3 tahun atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00
6) Setiap dokter atau dokter gigi warga negara asing yang dengan sengaja
melakukan praktik kedokteran tanpa memiliki surat tanda registrasi
bersyarat sebagaimana yang dimuat dalam pasal 32 ayat 2, diancam
dengan pidana pejara paling lama 3 tahun atau denda paling banyak Rp
100.000.000,00
Pasal 76
Setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja melakukan praktik
kedokteran tanpa memiliki surat izin praktik sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 36, diancam dengan pidana pejara paling lama 3 tahun atau
denda paling banyak Rp 100.000.000,00
121
Adami Chazawi,Op.cit,hlm 151
122
Kesehatan dan Ilmu Kedokteran, http://www.ilunifk83.com/peraturan-dan-perijinan-
f16/hukum-
kesehatan-t315-30.htm , Diakses pada hari sabtu 4 desember 2010
102
Pasal 79
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling
banyak Rp 50.000.000,00 setipa dokter yang :
4. dengan sengaja tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud dalam
pasal 41 (1)
5. dengan sengaja tidak membuat rekam medis sebagaimana dimaksud dalam
pasal 46 (1)
6. dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
pasal 51 yaitu :
6. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;
7. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian
atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan;
8. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan
juga setelah pasien itu meninggal dunia;
9. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila
ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya;
10. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran atau kedokteran gigi.
Dalam konteks dokter praktek tanpa STR pada Pasal 75 atau SIP
pada Pasal 76 atau tanpa STR dan SIP pada Pasal 79 dengant idak memasang
hukum pidana penjara (kurungan) tak berlaku lagi. Sesuatu yang menurut MK
oknum penyidik atau jaksa untuk ditahan, dengan ”pemberatan” berita pers yang
seringkali jelas-jelas praduga bersalah. Namun pidana denda tetap berlaku. Dalam
hal ini sanksi pidana untuk ke semua pasal di atas, mirip perdata. Namun uang
dendanya, bila itu ada, akan diberikan ke kas negara. Hal ini, dalam kenyataan
seperti ini harus diantisipasi untuk dapat kiranya ”ditangkal” melalui sosialisasi
103
diinginkan” tetap merupakan risiko yang tak terelakkan dalam praktek profesi. 123
Putusan MK
Tindak pidana ini adalah tindak pidana materiil yang dirumuskan secara
formil. Seperti penipuan (pasal 378 KUHP) atau pemeresan )pasal 368 KUHP).
Perbuatan yang dilarang ialah menggunakan gelar atau bentuk lain dengan
adalah dokter….” menunjukan tindak pidana materiil. Oleh karena itu bisa
tersebut dilakukan oleh orang yang tidak memiliki gelar kedokteran ataupun
memang dokter nbamun tidak memiliki gelar STR (surat Tanda Registrasi)atau
SIP (Surat Izin Praktek). Tindak pidana ini dirumuskan dengan mencantumkan
unsur kesengajaan atau dengan sengaja. Yang mana mencantumkan unsur schuld
123
Ibid
104
Modderman ialah semua unsur yang letaknya sesudah kata sengaja , unsur
dokter atau dokter gigi yang memiliki STR dan SIP. Artinya
berwenang.
124
Moeljatno (II),1984. Kejahatan-Kejahatan Terhadap Ketertiban Umum, dikutip dari buku
Adami Chazawi, Malpraktek Kedokteran, Hlm 161, Bayu Media Publishing,Jatim
105
Jika dibandingkan dengan tindak pidan pasal 77, tindak pidana pasal 78
meiliki unsur yang hampir sama. Perbedaannya hanya pada unsur materiilnya
saja. Perbuatan materiil pasal 78 menggunakan alat, metode, atau cara lain dalam
pada dasarnya merupakan larangan yang sama dengan pasal 78. Perbedaanya ialah
penyebutan sanksi apapun. Sementara itu norma pasal 78 adalah larangan hukum
menghindari penggunaan alat atau cara metode praktik kedokteran oleh orang
tersebut. Dalam hal ini orang-orang tersebut adalah dokter dan tenaga pelayanan
Tujuan yang kedua yang lebih khusus dibentuknya tindak pidana pasal 78
khususnya pasien agar tidak menjadi korban perbuatan yang bersifat memperdaya
106
atau menipu oleh orang yang bukan ahli kedokteran. Alat kedokteran jika
digunakan oleh orang yang tidak sesuai dengan yang berwenang dapat
pasal-pasal ketentuan pidana yang sama sebelumnya pada pasal 77 dan pasal 78,
pada pasal 80 ini juga menempatkan unsur subyektif dengan sengaja pada unsur
Unsur kesalahan dalam tindak pidana menurut pasal ini ialah dengan
sengaja. Kesengajaan ini harus ditujukan pada perbuatan dan unsur yang diletakan
terkait dengan pasal 42 yang isinya berkaitan dengan tugas seorang pemimpin
diartikan dlaam melakukan atau memilih sarana pelayanan kesehatan dalam hal
ini dokter atau dokter gigi mengetahui bahwa dokter tersebut adalah dokter atau
dokter gigi, bukan dukun atau lain-lain. Pembuat harus mengetahui bahwa dokter
suatu perbuatan yang dilakukan oleh pimpinan yang berkilah jika telah keliru
memilih dokter yang tidak memiliki SIP harus dibuktikan dan dipastikan terlebih
dahulu apakah wajar atau tidak perbuatannya yang dapat meunculkan sikap batin
dalam persangkaan tersebut. Jika penyebab timbulnya sikap batin wajar misalnya
Rechtsdwalind disisni bukanlah tersesat dalam hal motif, jadi yang dimaksud
rechtsdwaling disini adlah dalam hal unsur delik. Dan sebaliknya ukuran tidak
wajar adalah dapat dilihat dengan cara membandingkan pimpinan tersebut dengan
situasi dan kondisi yang sama dalam pembanding atau orang lain tersebut In casu
dalam keadaan dan situasi yang sama. Melalui cara ini dapat ditarik kesimpulan
tentang adanya sikap batin yang sama sehingga disini ada kewajaran. 125
Ketentuan ayat 2 tidak memuat saksi pidana yang mana subyek tindak
pidana adalah korporasi bukan orang secara individual atau pribadi. Dalam teori
stelsel pemidanaan korporasi atau badan hukum tidak mungkin dipidana seperti
subyek hukum orang pribadi. Oleh karena itu dalam hal ini korporasi dapat
dikenai pidana denda atau dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan izin
operasional korporasi.
pelanggaran hukum administrasi kedokteran yang sama seperti pasal 75, pasal 76,
125
Ibid.hal..168
108
administratif.
dokter/dokter gigi tanpa STR dan SIP. Hal ini akan memberi dampak positif bagi
penertiban rumah sakit atau klinik yang dapat menjadi ”sarang” bagi dokter yang
tak memenuhi standar administratif praktik dokter. Di samping itu, secara so-
siologis, pasal tersebut lebih berkonotasi pidana administratif juga, melalui denda
126
untuk kas negara. Hal ini disebabkan dalam tindak pidana pasal 80 ini tidak
menyertakan hukuman kurungan yang notabennya pasal ini ada kaitannya dengan
pasal 42 yang mana pimpinan kesehatan berkerja kepada rumah sakit / korporasi.
C. Tinjauan Putusan
tentang apa yang terjadi sedpat mungkin disususn dalam kata atau kalimat
sederhana dan mudah dimengerti. Kalimat sederhana dan mudah dimengerti ini
penting sekali karena dalam rangka memudahkan semua pihak yang terlibat dalam
Seperti yang dikatakan Moelyatno dalam bukunya Hukum Acara Pidana bahwa
126
Kesehatan dan Ilmu Kedokteran, http://www.ilunifk83.com/peraturan-dan-perijinan-
f16/hukum-
kesehatan-t315-30.htm , Diakses pada hari sabtu 4 desember 2010
109
surat dakwaan itu harus memuat gambaran dari apa yang terjadi dengan kata-kata
yang mudah dimengerti serta harus memuat aturan yang dilarang. 127
Surat dakwaan tersebut secara yuridis formal juga telah memenuhi syarat
sebagaimana diatur dalam pasal 143 ayat 2 KUHAP, yaitu memuat tentang :
a) Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
dilakukan.
Untuk syarat yang ke 2 tersebut jika ada salah satu didalamnya tidak
huruf (b) maka dapat berakibat surat dakwaan tersebut batal demi hukum. Dalam
buku Moeljatno yang berjudul hukum acara pidana dibahas mengenai istilah,
Offence ”, yang maksudnya kurang lebih sama dengan aturan yang dilarang, dan
lukisan dari apa yang terjadi, dua hal yang harus ada dalam dakwaan.
“ Statement of Offence “ dalam surat dakwaan perkara ini terlihat pada kalimat :
Melanggar Pasal 82 ayat (1) huruf d juncto pasal 63 ayat (1) UU No.23 Tahun
1992 Tentang Kesehatan.
Bahwa ia terdakwa Agus Yulianto alias kencrung pada hari senin tanggal 26
oktober 2009 …. dan seterusnya, bertempat dirumah terdakwa Dusun Jombor
Kidul Sinduadi mlati Sleman …. dan seterusnya, yang sengaja/tanpa keahlian dan
kewenangan dan izin dari Departemen Kesehatan RI melakukan pekerjaan
127
Moeljatno,Hukum Acara Pidana,Offset Gajah Mada University,Press,1981,Hlm.42
110
kefarmasian dengan mendistribusikan obat kepada Sdr Andi dan Sdr Agus
prananto di kediaman terdakwa, padahal terdakwa bukanlah seorang yang
memiliki keahlian dan kewenangan dalam melakukan pekerjaan farmasi…. dan
seterusnya.
Secara keseluruhan surat dakwaan tersebut dapat dikatakan sudah lengkap dan
jelas.
b. Mengenai Requisitoir
saksi dan keterangan terdakwa, serta memeriksa alat bukti lainnya yaitu yang
dilakukan terdakwa adalah suatu kesengajaan. Maka telah dipenuhi unsur dari
pasal yang dituduhkan yaitu pasal 82 ayat 1 huruf d jo pasal 63 ayat 1 UU No.23
1) Barang siapa
Oleh karena semua unsur dari pasal tersebut diatas telah terpenuhi, dengan
c. Mengenai Putusan
terdakwa.
dibebaskan.
l. Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang
yaitu :
telah terbukti secara sah dan meyakinkan. Hal ini terlihat dalam
… dari saksi mata yaitu yang mengetahui dan melihat dengan mata kepala
kesaksian dari saksi lainnya yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum.
Menimbang bahwa dalam ilmu hukum pidana dikenal 3 corak sikap batin
adanya kesalahan. Dalam kasus ini kesalahan terdakwa telah terbuki maka
Dalam kasus ini telah terbukti unsur perbuatan pidana, dan hakim
dari pasal yang didakwakan, yaitu pasal 82 ayat 1 huruf d jo pasal 63 ayat
1. Barang siapa
Oleh karena ke 3 unsur tersebut dalam putusan ini telah terbukti, maka
Hakim telah menyebutkan pasal dasar putusan yang dijatuhkan, sehingga tidak
menimbulkan pertanyaan dan keraguan kepada pihak terdakwa. Hal ini disebutkan
Nomor: 03/Pid.B/2010/PN.SLMN.
setidaknya culpa
Dalam hal ini terkait dengan kasus yang telah diputus tersebut, untuk menilai
kesalahan dari Agus Yulianto, selaku terdakwa, terlebih dahulu harus ditentukan
harus dicari hubungan kausal antara kelakuan dan akibat. Artinya harus dicari
128
Ricko Mardiansyah, Malpraktek dan Pertanggung jawaban pidana , Program sarjana Hukum S1
FH UII Yogyakarta, Hlm 227
117
hukum).
kausal maka harus ditinjau dari faktaatau data yang terungkap dimuka
persidangan yang diterangkan dalam putusan pengadilan. Secara garis besar fakta
atau data dan kronologis peristiwa dalam kasus ini dapt disebutkan sebagi berikut:
hari senin tanggal 26 oktober 2009 yaitu sekitar pukul 13.00 Wib dan
tersebut sekitar pukul 10.30 Wib pada hari minggu 25 oktober 2009
• Pada hari senin pukul 13.00 Wib di kediaman terdakwa terjadi transaksi
antara terdakwa dan seorang pembeli obat tersebut. Pembeli yang akhirnya
Rp 15.000,- (Lima belas ribu rupiah). Dan pada sore harinya sekitar pukul
17.00 Wib di tempat yang sama kediaman terdakwa, menjual kembali obat
legal tanpa izin edar dan distribusi tersebut kepada seorang pembeli
saksi Agung pranoot yang benar mengaku membeli pil dari terdakwa
118
sebanyak 100 butir. Dan keteranan saksi doni erwan hermawan Arif
yang dilakukannya dilarang oleh aturan hukum, dan mengetahui akibatnya yaitu
dapat merusak kesehatan orang lain jika dijual secara eceran tanpa izin dari
tersebut. Maka sangat tepat dan beralasan jika majelis menilai sikap batin
(DOLUS DIRECTUS ).
perbuatan yang melanggar aturan hukum dalam dunia kesehatan dlaam hal
pasal 63 ayat 1 tentang kesehatan. Unsur kesengajaan terbukti dalam kasus ini,
oleh karena itu perbuatan pidana dalam bidang kesehatan memang terjadi.
1992 ketimbang 36 tahun 2009. Didalam aturan peralihan yang terdapat didalam
36 tahun 2009 sendiri pada BAB XXI Pasal 203 sendiri menyatakan peraturan
dalam UU No 23 Tahun 1992 sejak peraturan ini ditetapkan tetap berlaku dan
dapat digunakan jika tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih baru.
119
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
pemahaman atau paradigma antara dokter dan pasien. Pada dasarnya jika
suatu perbuatan baru dapat dikatakan malpraktek bila telah ada putusan
adalah dengan melihat hubungan dari pasien dan dokter. Karena diantara
antara dokter dan pasien ini yang menjadi objeknya adalah pemeliharaan
hubungan ini dokter yang didatangi pasien untuk mengobatinya, jika dokter
dokter tersebut harus mengobati sesuai dengan standar profesi yang dia
kuasai. Jika terjadi suatu hal yang berakibat kepada ruginya pasien yang
landasan profesi medis yang memang telah menjadi rujukan MKDKI. Jika
pola hubungan dokter dan pasien ini telah terlihat tidak lagi secara bias
mengenai kedudukan yang sebenarnya terjadi atara dokter dan pasien maka
dokter karena perbuatannya yang tidak cermat dan teliti yang mengakibatkan
untuk menambha keyakinan hakim dapat menggunakan saksi ahli (Pasal 184
KUHAP) jika diperlukan. Terlepas dari semua kesaksian yang diberikan oleh
saksi ahli tersebut oyektif atau tidak saksi ahli tersebut terikat pada suatu
seorang dokter tidak boleh membocorkan rahasia, saat ini hal-hal semacam itu
UUPK. Sengketa medik yang terajdi akibat adanya kelalaian yang tentunya
penyelesaian sengketa medik ini bisa diselesaikan dengan 2 jalur baik secara
litigasi atau pun non litigasi. Non litigasi disini dapat melaui mediasi,
yang disepakati oleh para pihak. Penyelesaian secara mediasi ini tidak hanya
digunakan untuk menyelesaikan sengketa para pihal dalam kasus perdata, tapi
juga dapat menyelesaikan kasus pidana. Mediasi sebagai bagian ADR dalam
ADR di bidang hukum perdata atau hukum dagang. Karena salah satu pihak
yaitu korban telah diwakili oleh kepolisian dan kejaksaan. Pihak korban tidak
yang relatif karena kalau korban tidak melapor maka proses peradilan pidana
juga sukar bergerak. Jadi, sebenarnya ada juga alternatif bagi korban untuk
yang tercantum dalam ketentuan pidana UUPK, yaitu pasal 75, 76,77,78,79,
dan 80. Dari ke 6 jenis pasal tersebut 4 diantaranya berisikan tentang tindak
dasar pada hukum administratif. 4 pasal tersebut adalah pasal 75,76,79, dan
80. Sisanya adalah tindak pidana yang tidak terkait dengan dasar peraturan
dan tidak dapat dilaksanakan aturan tersebut serta tidak mengikat kendati tetap
pada aturan dasar hukum administratif dalam dunia kesehatan. Hal ini
kurungan yang notabennya pasal ini ada kaitannya dengan pasal 42 yang mana
remidium yang dapat menimbulkana efek jera bagi pihak yang melakukan
suatu pelanggaran. Hal ini bertentangan dengan pasal 3 UU No29 tahun 2004 .
khusus, dan secara umum keseluruhan aturan pasal dalam ketentuan pidana
berwenang.
B. Saran
dokter dan pasien. Dan dengan demikian secara otomatis tidak akan ada
penegak hukum dengan lembaga MKDKI baik MKDKI yang ada ditingkat
penyidik dari aparat penegak hukum dan penyidik dari kalangan medik.
pidana yaitu rumusan yang terdapat dalam pasal 75,76 dan 79.. Perubahan
dapat dilakukan dengan cara menghapus peraturan yang tidak berlaku lagi
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
CST. Kansil.1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
Pustaka cetakan kedelapan. Jakarta
Hendra Tanu Atmadja.2003. Hak Cipta Musik Atau Lagu, Program Pascasarjana,
Fakultas Hukum Universitas Indonesia.Jakarta
Ninik Mariyanti. 1998. Malaperaktek Kedokteran Dari Segi Hukum Pidana Dan
Perdata, Bina Aksara. Jakarta
Yudha Pandu,2004. Klien dan Advokat Dalam Praktek, cetakan ketiga, Penerbit
Indonesia Legal Centre Publishing, Jakarta.
Yusuf Sofie, Penyelesaian Sengketa Menurut UUPK (Teori dan Hukum), PT Citra
Aditya Bakti,Bandung.
127
C. Internet
http://www.diglib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=107142&lokasi
=local
http://www.freewebs.com/etikakedokteranindonesia/
http://www.gagasanhukum.wordpress.com/2008/12/01/pengaturan-sanksi-pidana-
dalam-ketentuan-uu-bag-i/
http://www.ilunifk
http://www.kabargayo.com/-cetak/0404/16/Jendela/9712 65.htm
128
http://Purwanto78.wordpress.com/2008/09/14/malpraktek-dalam-bidang-medis/
D. UNDANG-UNDANG
F. KAMUS
LAMPIRAN