Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN
Oleh kelompok:8
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang
tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Sumenep,13-april-2020
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I...................................................................................................................................
PENDAHULUAN...............................................................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................
1.2 Rumusan masalah .......................................................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................................................
1.4 Sistematika...................................................................................................................
BAB II.................................................................................................................................
PEMBAHASAN..................................................................................................................
2.1 Definisi kolera.............................................................................................................
2.2 Etiologi .....................................................................................................................
2.3 Manisfestasi klinis.......................................................................................................
2.4 Patofiosologi...............................................................................................................
2.5 Pemeriksaan penunjang .............................................................................................
2.6 Penatalaksanaan..........................................................................................................
2.7 komplikasi...................................................................................................................
2. 8 Woc ............................................................................................................................
BAB III................................................................................................................................
ASKEP TEORITIS..............................................................................................................
3.1 Pengkajian...................................................................................................................
3. 2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................................
3.3 Intervensi Keperawatan..............................................................................................
3.4 Implementasi..............................................................................................................
3.4 Evaluasi .....................................................................................................................
BAB IV................................................................................................................................
PENUTUP...........................................................................................................................
4. 1 Kesimpulan.................................................................................................................
4. 2 Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Cholera adalah penyakit infeksi saluran usus yang bersifat akut dan disebabkan oleh
bakteri Vibrio cholerae. Bakteri ini masuk kedalam tubuh host secara per oral umumnya melalui
makanan atau minuman yang tercemar. Cholera dapat menular sebagai penyakit yang bersifat
epidemik. Meskipun sudah banyak penelitian berskala besar dilakukan, namun penyakit ini tetap
menjadi suatu tantangan bagi dunia kesehatan. Dalam situasi adanya wabah / epidemi, feces
penderita merupakan sumber infeksi.
Cholera dapat menyebar dengan cepat di tempat - tempat yang tidak mempunyai
penanganan pembuangan kotoran/sewage dan sumber air yang tidak memadai. Pada kasus berat
yang tidak diobati (kolera gravis), kematian bisa terjadi dalam beberapa jam, dan CFR-nya bisa
mencapai 50%. Dengan pengobatan tepat, angka ini kurang dari 1%. Diagnosa ditegakkan
dengan mengisolasi vibrio cholera dari serogrup O1 atau O139 dari tinja. Jika fasilitas
laboratorium tidak tersedia, Cary Blair media transport dapat digunakan untuk membawa atau
menyimpan spesimen apus dubur (Rectal Swab).
Untuk diagnosa klinis presumtif cepat dapat dilakukan dengan mikroskop medan gelap
atau dengan visualisasi mikroskopik dari gerakan vibrio yang tampak seperti shooting stars atau
bintang jatuh, dihambat dengan antisera serotipe spesifik yang bebas bahan pengawet. Untuk
tujuan epidemiologis, diagnosa presumtif dibuat berdasarkan adanya kenaikan titer antitoksin
dan antibodi spesifik yang bermakna.
Di daerah non-endemis, organisme yang di isolasi dari kasus indeks yang dicurigai
sebaiknya dikonfirmasikan dengan pemeriksaan biokimiawi dan pemeriksaan serologis yang
tepat serta dilakukan uji kemampuan organisme untuk memproduksi toksin kolera atau untuk
mengetahui adanya gen toksin. Pada saat terjadi wabah, sekali telah dilakukan konfirmasi
laboratorium dan uji sensitivitas antibiotik, maka terhadap semua kasus yang lain tidak perlu lagi
dilakukan uji laboratorium
1.3 Tujuan
1.4 Sistematika
1. Bagian awal terdiri dari halaman judul, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kolera adalah penyakit infeksi yang disebabkan vibrio cholera dengan manifestasi diare,
disertai muntah yang akut dan hebat akibat enterotoksin yang dihasilkan bakteri tersebut. Kolera
dapat menyebar sebagai penyakit yang endemik, epidemik, atau pandemik. (Nurarif dan
Kusuma, 2015 : 169)
2.2 Etiologi
Vibrio cholerae adalah kuman aerob gram negatif berukuran 0,2-0,4 mm x 1,5-4,0 mm
mudah dikenal dalam sediaan tinja. Pada daerah endemik, air terutama berperan dalam penularan
kolera namun pada endemik besar penularan juga terjadi melalui makanan yang terkontaminasi
oleh tinja atau air yang mengandung vibrio cholerae. (Sudoyo Aru, 2010 : 2843)
a. Diare tanpa rasa mulas, berwarna putih keruh (air cucian beras) tidak berbau busuk
maupun amis tanpa manis menusuk
b. Dehidrasi
c. Ketidakseimbangan elektrolit
d. Hipovolemia
g. Hilangnya air, NaCl, kalium dan bikarbonat. Tinja cair putih, keruh seperti air
cucian beras bila diendapkan akan keluar gumpalan-gumpalan putih.
k. Nyeri
n. Denyut jantung cepat, nadi cepat, nafas cepat, suara serak seperti suara bebek (vox
cholerica)
o. Hipoglikemia
p. Hipotermi
q. Turgor kulit menurun (kelopak mata cekung memberi kesan hidung mancung dan
tipis, tulang pipi yang menonjol)
2.4 Patofisiologi
Adanya bahan makanan yang tidak dapat diabsorbsi oleh lumen usus akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi penyerapan air dan elektrolit ke
dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga terjadi diare. Bakteri non-patogen (bakteroides, laktobasilus,
klostridium) di dalam lumen usus halus (sering disebut flora usus) dapat menyebabkan diare.
Normalnya melalui proses fermentasi bakteri non-patogen usus memetabolisir berbagai macam
substrat terutama zat – zat makanan dengan hasil akhir asam lemak dan gas. Metabolisme
anaerob ini akan memberikan tambahan energi bagi tubuh. Akibat stasis usus, obstruksi dan
malnutrisi menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah bakteri non-patogen sehingga pada
proses fermentasi zat makanan menghasilkan metabolit yang tidak diinginkan oleh tubuh.
Sebagai contoh : laktosa (dari susu) merupakan makanan yang baik bagi bakteri non-patogen.
Laktosa akan difermentasikan menghasilkan gas lambung dan menyebabkan distensi. Akibat dari
tingginya konsentrasi laktosa menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat.
Keadaan hiperosmolar ini akan menyerap air dari intra selluler yang diikuti dengan
peningkatan peristaltik usus sehingga terjadi diare. (Sudoyo Aru, 2010 : 2845).
a. Pemeriksaan darah tepi lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, keratin dan berat
jenis.
b. Pemeriksaan urine lengkap, feses lengkap dan biakan feses dari colok dubur.
c. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik
d. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter jeyuni sangat dianjurkan
2.6 Penatalaksanaan
a. Rehidrasi
Maks.750ml/jam
Sedang ORS 100ml/kgBB 3 jam
Maks.750ml/jam
Berat Intervena Ringer 110ml/kgBB 3 jam pertama
Laktat guyur sampai nadi
teraba kuat, sisanya
dibagi dalam 2 jam
berikutnya.
Pengobatan awal dehidrasi dari kolera mengikuti rencana terapi dehidrasi seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya. Untuk pasien dengan dehidrasi seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Untuk pasien dengan dehidrasi berat dan syok, infus intravena harus diberikan
segera untuk memulihkan volume darah, dan perbaikan dinilai dari tekanan darah yang normal
dan denyut nadi radial yang kuat. Dengan kolera, dibutuhkan oralit dalam jumlah besar yang
diperlukan untuk mengganti kehilangan akibat diare setelah dehidrasi dikoreksi.
Jumlah kehilangan cairan melalui diare sangat banyak dalam 24 jam pertama, pada
pasien dengan dehidrasi berat. Selama periode ini, rata-rata kebutuhan cairan pasien adalah 200
ml/kgBB, tapi beberapa memerlukan 350 ml/kgBB atau lebih. Pada pasien yang berkelanjutan
diarenya biasanya membutuhkan terapi pemeliharaan intravena menggunakan larutan Ringer
laktat dengan menambahkan kalium klorida. Tambahan kalium juga dapat diberikan bersamaan
dengan oralit segera setelah pasien dapat minum. Setelah rehidrasi, pasien harus dinilai ulang
untuk mengetahui tanda-tanda dehidrasi sekurang-kurangnya setiap 1-2 jam dan dilakukan lebih
sering jika diare terus menerus dan banyak. Jika tanda-tanda dehidrasi muncul kembali, larutan
oralit harus diberikan lebih cepat. Jika pasien menjadi lelah, sering muntah atau distensi
abdomen larutan oralit harus dihentikan dan rehidrasi harus diberikan secara IV menggunakan
larutan ringer laktat (50 ml/kgBB dalam 3 jam), dengan menambahkan kalium klorida. (Nurarif
dan Kusuma, 2015 : 170)
b. Antibiotik
Semua kasus dugaan kolera dengan dehidrasi berat harus diberi antibiotik oral yang
efektif untuk vibrio cholerae. Hal ini dapat mengurangi volume total kehilangan cairan,
menyebabkan diare berhenti dalam waktu 48 jam. Dosis pertama harus diberikan segera setelah
muntah berhenti, yang biasanya 4-6 jam setelah memulai terapi rehidrasi. Antiobiotik yang dapat
digunakan adalah Doksisiklin 300 mg dosis tunggal untuk dewasa atau tetrasiklin dengan dosis
12,5 mg/kgBB untuk anak-anak dan 500 mg untuk dewasa yang diberikan 4 kali sehari selama 3
hari. Antibiotik alternatif yang dapat digunakan adalah eritromisin dengan dosis 12,5 mg/kgBB
untuk anak-anak dan 250 mg untuk dewasa yang diberikan 4 kali sehari selama 3 hari. (Nurarif
dan Kusuma, 2015 : 170)
2.7 Komplikasi
Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar bisa membahayakan dan berakibat
fatal. Syok dan dehidrasi parah merupakan komplikasi kolera yang paling berbahaya, namun
selain itu ada beberapa masalah kesehatan lain yang bisa muncul akibat kolera, yaitu:
a. Hipokalemia atau kekurangan kalium yang bisa menyebabkan gangguan fungsi jantung
dan saraf.
b. Gagal ginjal yang diakibatkan oleh hilangnya kemampuan ginjal untuk menyaring,
sehingga mengeluarkan sejumlah besar cairan dan elektrolit dari dalam tubuh. Syok
sering muncul pada penderita kolera yang mengalami gagal ginjal.
c. Hipoglikemia atau rendahnya kadar gula darah bisa terjadi jika pasien terlalu sakit untuk
makan. Keadaan ini bisa berbahaya karena glukosa merupakan sumber energi tubuh yang
utama. Hilang kesadaran, kejang, dan bahkan kematian bisa terjadi akibat komplikasi ini,
dan anak-anak lebih rentan mengalaminya. (Sudoyo Aru, 2010 : 2846)
BAB III
3.1 Pengkajian
A. Identitas klien
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang
kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada
anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan
kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak
menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan
dan perawatannya .
B. Keluhan utama
Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala
dehidrasi,berat badan menurun. Turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering,
frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi
encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran: 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari
(diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
E. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang
diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia
toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan,
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat
tinggal.
H. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar
kepala, lingkar abdomen membesar.
c. Kepala: ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun
lebih.
g. Sistem kardiovaskuler: nadi cepat >120x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare
sedang.
h. Sistem integumen: warna kulit pucat, turgor menurun >2dt, suhu meningkat >37,5℃,
akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang >2dt,
kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan: urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi: semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon
yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
c. Pola eliminasi: akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang.
d. Aktivitas: akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat
distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
e. Tidur/istirahat: akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
g. Persepsi diri/konsep diri: pasien mengalami gangguan konsep diri karena kebutuhan
fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada fase sakit.
i. Peran hubungan: pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran
pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
Batasan karakteristik :
Faktor resiko :
Batasan Karakteristik:
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air, NaCl, kalium dan
bikarbonat
Batasan karakteristik:
Definisi: Suhu tubuh dibawah rentang normal. (Wilkinson & Ahern, 2015 :394-
395)
Batasan karakteristik:
3.3 Intervensi
Kriteria Hasil:
Intervensi :
a. Anjurkan pasien atau keluarga untuk memantau posisi bagian tubuh saat
pasien mandi, duduk, berbaring atau mengubah posisi.
b. Ajarkan pasien atau keluarga untuk memeriksa kulit setiap hari untuk
mengetahui perubahan integritas kulit.
Aktivitas kolaboratif:
a. Beri obat nyeri, beritahu dokter jika neri tidak kunjung reda.
b. Perawatan sirkulasi (NIC): beri obat antitrombosit atau antikoagulan,
jika perlu.
a. Monitor TTV, tekanan darah ortostatik, status mental dan urine output.
m. Monitor tanda dan gejala gagal nafas (rendahnya PaO2, peningkatan PCO2,
kelumpuhan otot pernafasan).
Memperlihatkan status gizi: asupan makanan dan cairan, yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut:
a. tidak adekuat
b. sedikit adekuat
c. cukup adekuat
d. adekuat
e. sangat adekuat
Intervensi :
1. Pengkajian
2. Manajemen nutrisi:
a. Ketahui makanan kesukaan pasien
b. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan yang berizi dan tidak
mahal
4. Manajemen nutrisi:
5. Aktivitas kolaboratif
d. Rujuk ke program gizi dikomunitas yang tepat jika pasien tidak dapat
memenuhi asupan nutrisiyang adekuat.
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air, NaCl, kalium dan
bikarbonat
NOC:
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status: Food and Fluid Intake
c. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
NIC :
c. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
osmolalitas urin, albumin, total protein )
Kriteria Hasil:
NIC :
Temperature regulation
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kolera adalah suatu penyakit akut yang menyerang saluran pencernaan yang disebabkan
oleh kelompok enterotoksin yang dihasilkan oleh vibrio Kolera yang ditandai dengan diare cair
ringan, diare cair berat dengan muntah yang dengan cepat dapat menimbulkan syok hipovolemik,
asidosis metabolik dan tidak jarang menimbulkan kematian. Penyebab kolera adalah bakteri
bernama Vibrio cholerae. Bakteri kolera memproduksi CTX atau racun berpotensi kuat di usus
kecil. Dinding usus yang ditempeli CTX akan mengganggu aliran mineral sodium dan klorida
hingga akhirnya menyebabkan tubuh mengeluarkan air dalam jumlah besar (diare) dan berakibat
kepada kekurangan elektrolit dan cairan. Penularan biasanya melalui feses si penderita, bias juga
makanan yang terkontaminasi oleh bakteri kolera. Gejalanya seperti diare yang sangat encer,
tinja seperti air cucian beras yang berbau busuk, terjadi muntah setelah diare, kejang otot perut
dan dehidrasi. Untuk pencegahan biasanya dilakukan pemberian vaksin. Sedangkan untuk
pemberantasan dilakukan tindakan pencegahan terlebih dahulu seperti pemberian vaksin, dan
melakukan pengawasan terhadap penderita, kontak atau lingkungan sekitarnya.
4.2 Saran
Amin huda Nurarif, H. K. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis dan
NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.
Judith M. Wilkinson, N. R. (2014). Buku Saku Diagnosa Keperawatan NANDA NIC NOC.
Jakarta: EGC.
Tarwoto, W. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keoerawatan. Jakarta: Salemba
Medika.