Anda di halaman 1dari 11

Malaria (4A)

1 Anamnesis 1. demam hilang timbul, pada saat demam hilang


disertai dengan menggigil,
2. berkeringat,
3. sakit kepala,
4. nyeri otot dan persendian,
5. nafsu makan menurun, sakit perut, mual muntah,
dan diare.

2 Pemeriksaan 1. Tanda Patognomonis


Fisik a. Pada periode demam:
i. Kulit terlihat memerah,
teraba panas, suhu
tubuh meningkat dapat
sampai di atas 400C
dan kulit kering.
ii. Pasien dapat juga terlihat pucat.
iii. Nadi teraba cepat
iv. Pernapasan cepat (takipneu)
b. Pada periode dingin dan berkeringat:
i. Kulit teraba dingin dan berkeringat.
ii. Nadi teraba cepat dan lemah.
iii. Pada kondisi tertentu bisa
ditemukan penurunan kesadaran.
2. Kepala: Konjungtiva anemis, sklera ikterik, bibir
sianosis, dan pada malaria serebral dapat
ditemukan kaku kuduk.
3. Toraks: Terlihat pernapasan cepat.
4. Abdomen: Teraba pembesaran hepar
dan limpa, dapat juga ditemukan
asites.
5. Ginjal: bisa ditemukan urin berwarna coklat
kehitaman, oligouri atau anuria.
6. Ekstermitas: akral teraba dingin merupakan tanda-
tanda menuju syok.

3 Pemeriksaan 1. Pemeriksaan hapusan darah tebal dan


Penunjang tipis ditemukan parasit Plasmodium.
2. Rapid Diagnostic Test untuk malaria (RDT).

4 Penegakan
Diagnosis Klinis Malaria
Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis (Trias
Malaria: panas – menggigil – berkeringat),
pemeriksaan fisik, dan ditemukannya parasit
plasmodium pada pemeriksaan mikroskopis hapusan
darah tebal/tipis.

5 Diagnosis 1. Demam Dengue


Banding 2. Demam Tifoid
3. Leptospirosis
4. Infeksi virus akut lainnya

6 Komplikasi 1. Malaria serebral.


2. Anemia berat.
3. Gagal ginjal akut.
4. Edema paru atau ARDS (Acute Respiratory
Distress Syndrome).
5. Hipoglikemia.
6. Gagal sirkulasi atau syok.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi,
alat pencernaan dan atau disertai
kelainan laboratorik adanya gangguan
koagulasi intravaskular.
8. Kejang berulang > 2 kali per 24 jam pendidngan
pada hipertermia.
9. Asidemia (pH darah <7.25)atau asidosis (biknat
plasma < 15 mmol/L).
10. Makroskopik hemoglobinuria karena infeksi
malaria akut.

Leptospirosis (4A)
1 Anamnesis 1. Demam disertai menggigil
2. sakit kepala
3. anoreksia
4. mialgia yang hebat pada betis
5. paha dan pinggang disertai nyeri tekan
6. Mual, muntah, diare dan nyeri abdomen
7. Fotofobia
8. penurunan kesadaran

2 Pemeriksaan 1. Febris
Fisik 2. Ikterus
3. Nyeri tekan pada otot
4. Ruam kulit
5. Limfadenopati
6. Hepatomegali dan splenomegali
7. Edema
8. Bradikardi relatif
9. Konjungtiva suffusion
10. Gangguan perdarahan berupa petekie,
purpura, epistaksis dan perdarahan gusi
11. Kaku kuduk sebagai tanda meningitis

3 Pemeriksaan
Pemeriksaan Laboratorium
Penunjang 1. Darah rutin: jumlah leukosit antara
3000-26000/μL, dengan pergeseran ke
kiri, trombositopenia yang ringan
terjadi pada 50% pasien dan
dihubungkan dengan gagal ginjal.
2. Urin rutin:sedimen urin (leukosit, eritrosit,
dan hyalin atau granular) dan proteinuria
ringan, jumlah sedimen eritrosit biasanya
meningkat.

4 Penegakan
Diagnosis Klinis Leptospirosis
Diagnosis Diagnosis dapat ditegakkan pada pasien dengan
demam tiba-tiba, menggigil terdapat tanda konjungtiva
suffusion, sakit kepala, mialgia, ikterus dan nyeri
tekan pada otot. Kemungkinan tersebut meningkat jika
ada riwayat bekerja atau terpapar dengan lingkungan
yang terkontaminasi dengan kencing tikus.

5 Diagnosis 1. Demam dengue,


Banding 2. Malaria,
3. Hepatitis virus,
4. Penyakit rickettsia.

6 Komplikasi 1. Meningitis
2. Distress respirasi
3. Gagal ginjal karena renal interstitial tubular
necrosis
4. Gagal hati
5. Gagal jantung
Demam Dengue (4A)
1 Anamnesis 1. Demam tinggi, mendadak, terus menerus selama 2
– 7 hari.
2. Manifestasi perdarahan, seperti: bintik-
bintik merah di kulit, mimisan, gusi
berdarah, muntah berdarah, atau buang
air besar berdarah.
3. Gejala nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri
retroorbital.
4. Gejala gastrointestinal, seperti: mual,
muntah, nyeri perut (biasanya di ulu
hati atau di bawah tulang iga)
5. Kadang disertai juga dengan gejala lokal, seperti:
nyeri menelan, batuk, pilek.
6. Pada kondisi syok, anak merasa lemah,
gelisah, atau mengalami penurunan
kesadaran.
7. Pada bayi, demam yang tinggi dapat
menimbulkan kejang.

2 Pemeriksaan Tanda patognomonik untuk demam dengue


Fisik 1. Suhu > 37,5 derajat celcius
2. Ptekie, ekimosis, purpura
3. Perdarahan mukosa
4. Rumple Leed (+)

3 Pemeriksaan
1. Darah perifer lengkap, yang menunjukkan:
Penunjang a. Trombositopenia (≤ 100.000/µL).
b. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
i. peningkatan
hematokrit (Ht) ≥
20% dari nilai standar
data populasi menurut
umur.
ii. Ditemukan adanya efusi pleura,
asites
iii. Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
c. Leukopenia < 4000/µL.
2. Serologi Dengue, yaitu IgM dan IgG
anti-Dengue, yang titernya dapat
terdeteksi setelah hari ke-5 demam.

4 Penegakan
Diagnosis Klinis Demam Dengue
Diagnosis 1. Demam 2–7 hari yang timbul mendadak, tinggi,
terus-menerus, bifasik.
2. Adanya manifestasi perdarahan baik
yang spontan seperti petekie, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis dan atau melena; maupun
berupa uji tourniquet positif.
3. Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital.
4. Adanya kasus DBD baik di lingkungan
sekolah, rumah atau di sekitar rumah.
5. Leukopenia <4.000/mm3
6. Trombositopenia <100.000/mm3
Apabila ditemukan gejala demam ditambah dengan
adanya dua atau lebih tanda dan gejala lain, diagnosis
klinis demam dengue dapat ditegakkan.

5 Diagnosis 1. Demam karena infeksi virus ( influenza ,


Banding chikungunya, dan lain-lain)
2. Idiopathic thrombocytopenic purpura
3. Demam tifoid

6 Komplikasi 1. Dengue Shock Syndrome (DSS),


2. Ensefalopati,
3. gagal ginjal, gagal hati

Demam Berdarah Dengue (4A)


1 Anamnesis 1. Demam tinggi, mendadak, terus menerus selama 2
– 7 hari.
2. Manifestasi perdarahan, seperti: bintik-
bintik merah di kulit, mimisan, gusi
berdarah, muntah berdarah, atau buang
air besar berdarah.
3. Gejala nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri
retroorbital.
4. Gejala gastrointestinal, seperti: mual,
muntah, nyeri perut (biasanya di ulu
hati atau di bawah tulang iga)
5. Kadang disertai juga dengan gejala lokal, seperti:
nyeri menelan, batuk, pilek.
6. Pada kondisi syok, anak merasa lemah,
gelisah, atau mengalami penurunan
kesadaran.
7. Pada bayi, demam yang tinggi dapat
menimbulkan kejang.

2 Pemeriksaan Tanda patognomonik untuk demam berdarah dengue


Fisik 1. Suhu > 37,5 derajat celcius
2. Ptekie, ekimosis, purpura
3. Perdarahan mukosa
4. Rumple Leed (+)
5. Hepatomegali
6. Splenomegali
7. Untuk mengetahui terjadi kebocoran
plasma, diperiksa tanda-tanda efusi
pleura dan asites.
8. Hematemesis atau melena

3 Pemeriksaan
1. Darah perifer lengkap, yang menunjukkan:
Penunjang a. Trombositopenia (≤ 100.000/µL).
b. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
i. peningkatan
hematokrit (Ht) ≥
20% dari nilai standar
data populasi menurut
umur.
ii. Ditemukan adanya efusi pleura,
asites
iii. Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
c. Leukopenia < 4000/µL.
2. Serologi Dengue, yaitu IgM dan IgG
anti-Dengue, yang titernya dapat
terdeteksi setelah hari ke-5 demam.

4 Penegakan
Diagnosis Klinis Demam Berdarah Dengue
Diagnosis
1. Demam 2–7 hari yang timbul mendadak, tinggi,
terus-menerus (kontinua)
2. Adanya manifestasi perdarahan baik
yang spontan seperti petekie, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis dan atau melena; maupun
berupa uji Tourniquette yang positif
3. Sakit kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital

5 Diagnosis 1. Demam karena infeksi virus ( influenza ,


Banding chikungunya, dan lain-lain)
2. Idiopathic thrombocytopenic purpura
3. Demam tifoid

6 Komplikasi 1. Dengue Shock Syndrome (DSS),


2. Ensefalopati,
3. gagal ginjal, gagal hati

Demam Tifoid (4A)


1 Anamnesis 1. Demam turun naik terutama sore dan malam
hari dengan pola intermiten dan kenaikan suhu
step-ladder. Demam tinggi dapatterjadi terus
menerus (demam kontinu) hingga minggu
kedua.
2. Sakit kepala (pusing-pusing) yang sering dirasakan di area
frontal
3. Gangguan gastrointestinal berupa konstipasi
dan meteorismus atau diare, mual, muntah,
nyeri abdomen dan BAB berdarah
4. Gejala penyerta lain, seperti nyeri otot dan
pegal-pegal, batuk, anoreksia, insomnia
5. Pada demam tifoid berat, dapat dijumpai
penurunan kesadaran atau kejang.

2 Pemeriksaan 1. Keadaan umum biasanya tampak sakit sedang atau


Fisik sakit berat.
2. Kesadaran: dapat compos mentis atau
penurunan kesadaran (mulai dari yang
ringan, seperti apatis, somnolen,
hingga yang berat misalnya delirium
atau koma)
3. Demam, suhu > 37,5oC.
4. Dapat ditemukan bradikardia relatif,
yaitu penurunan frekuensi nadi
sebanyak 8 denyut per menit setiap
kenaikan suhu 1oC.
5. Ikterus
6. Pemeriksaan mulut: typhoid tongue, tremor lidah,
halitosis
7. Pemeriksaan abdomen: nyeri (terutama
regio epigastrik), hepatosplenomegali
8. Delirium pada kasus yang berat

Pemeriksaan fisik pada keadaan lanjut


1. Penurunan kesadaran ringan sering
terjadi berupa apatis dengan kesadaran
seperti berkabut. Bila klinis berat,
pasien dapat menjadi somnolen dan
koma atau dengan gejala-gejala
psikosis (organic brain syndrome).
2. Pada penderita dengan toksik, gejala delirium
lebih menonjol.
3. Nyeri perut dengan tanda-tanda akut abdomen

3 Pemeriksaan 1. Darah perifer lengkap beserta hitung jenis


Penunjang leukosis
Dapat menunjukkan: leukopenia /
leukositosis / jumlah leukosit normal,
limfositosis relatif, monositosis,
trombositopenia (biasanya ringan),
anemia.
2. Serologi
a. IgM antigen O9 Salmonella thypi (Tubex-TF)®
 Hanya dapat mendeteksi antibody IgM Salmonella
typhi
 Dapat dilakukan pada 4-5 hari pertama demam
b. Enzyme Immunoassay test (Typhidot®)
1. Dapat mendeteksi IgM dan IgG Salmonella typhi
2. Dapat dilakukan pada 4-5 hari pertama demam
c. Tes Widal tidak direkomendasi
 Dilakukan setelah demam berlangsung 7 hari.
 Interpretasi hasil positif bila titer
aglutinin O minimal 1/320 atau
terdapat kenaikan titer hingga 4 kali
lipat pada pemeriksaan ulang dengan
interval 5 – 7 hari.
 Hasil pemeriksaan Widal positif palsu
sering terjadi oleh karena reaksi silang
dengan non-typhoidal Salmonella,
enterobacteriaceae, daerah endemis
infeksi dengue dan malaria, riwayat
imunisasi tifoid dan preparat antigen
komersial yang bervariasi dan
standaridisasi kurang baik. Oleh karena
itu, pemeriksaan Widal tidak
direkomendasi jika hanya dari 1 kali
pemeriksaan serum akut karena
terjadinya positif palsu tinggi yang
dapat mengakibatkan over-diagnosis
dan over-treatment.
3. Kultur Salmonella typhi (gold standard)
Dapat dilakukan pada spesimen:
a. Darah : Pada minggu pertama sampai
akhir minggu ke-2
sakit, saat demam tinggi
b. Feses : Pada minggu kedua sakit
c. Urin : Pada minggu kedua atau ketiga
sakit
d. Cairan empedu : Pada stadium lanjut
penyakit, untuk mendeteksi
carriertyphoid
4. Pemeriksaan penunjang lain sesuai
indikasi klinis, misalnya:
SGOT/SGPT, kadar lipase dan
amilase

4 Penegakan
Suspek demam tifoid (Suspect case)
Diagnosis
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan gejala demam, gangguan saluran
cerna dan petanda gangguan kesadaran.
Diagnosis suspek tifoid hanya dibuat pada
pelayanan kesehatan primer.

Demam tifoid klinis (Probable case)


Suspek demam tifoid didukung dengan
gambaran laboratorium yang menunjukkan
tifoid.

5 Diagnosis 1. Demam berdarah dengue,


Banding 2. Malaria,
3. Leptospirosis,
4. infeksi saluran kemih,
5. Hepatitis A,
6. sepsis,
7. Tuberkulosis milier,
8. endokarditis infektif,
9. demam rematik akut,
10. abses dalam,
11. demamyang berhubungan dengan
infeksi HIV.

6 Komplikasi Biasanya terjadi pada minggu kedua dan ketiga


demam. Komplikasi antara lain perdarahan,
perforasi usus, sepsis, ensefalopati, dan infeksi
organ lain.
1. Tifoid toksik (Tifoid ensefalopati)
Penderita dengan sindrom demam
tifoid dengan panas tinggi yang
disertai dengan kekacauan mental
hebat, kesadaran menurun, mulai dari
delirium sampai koma.
2. Syok septik
Penderita dengan demam tifoid,
panas tinggi serta gejala-gejala
toksemia yang berat. Selain itu,
terdapat gejala gangguan
hemodinamik seperti tekanan darah
turun, nadi halus dan cepat, keringat
dingin dan akral dingin.
3. Perdarahan dan perforasi intestinal
(peritonitis)
Komplikasi perdarahan ditandai
denganhematoschezia. Dapat juga
diketahui dengan pemeriksaan feses
(occult blood test). Komplikasi ini
ditandai dengan gejala akut abdomen
dan peritonitis. Pada foto polos
abdomen 3 posisi dan pemeriksaan
klinis bedah didapatkan gas bebas
dalam rongga perut.
4. Hepatitis tifosa
Kelainan berupa ikterus,
hepatomegali, dan kelainan tes fungsi
hati.
5. Pankreatitis tifosa
Terdapat tanda pankreatitis
akut dengan peningkatan enzim
lipase dan amilase. Tanda ini dapat
dibantu dengan USG atau CT Scan.
6. Pneumonia
Didapatkan tanda pneumonia
yang diagnosisnya dibantu dengan
foto polos toraks.

Anda mungkin juga menyukai