Anda di halaman 1dari 5

Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Materi Dakwah

Dosen Pengampu : Mustaqim Azmi

Disusun Oleh : Kelompok 3/PAI. C

1. Ayu Yuliani ( 201316078 )


2. Sari Hidayati ( 210316087 )
3. Maharani Sasqia Fitri ( 210316088 )
4. Vatkhul Khairah ( 210316100 )

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

(IAIN ) PONOROGO
‫‪Khutbah Jum’at Singkat Tentang Bersyukur‬‬

‫‪,‬‬ ‫َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه هّلِل ِ َنـحْ َم ُدهُ َ‬


‫الـح ْم َد إنَّ‬ ‫هلل َو َنع ُ‬
‫ُوذ ‪َ ,‬و َنسْ َت ْغفِ ُرهُ‬ ‫ُور ِمنْ ِبا ِ‬
‫شر ِ‬‫ت َو ِمنْ أَ ْنفُسِ َنا ُ‬
‫أَعْ َمالِ َنا َس ِّي َئا ِ‬

‫ك اَل َوحْ دَ هُ هللا إِالَّ إِ َل َه الَّ أَن َوأَ ْش َه ُد ‪َ ,‬ل ُه َهاد َ‬


‫ِي َفاَل يُضْ لِ ْل َو َمنْ ‪َ ,‬ل ُه مُضِ َّل َفاَل هللاُ َي ْه ِد ِه َمنْ‬ ‫َش ِر ْي َ‬
‫ُـحمَّداً أَنَّ َوأَ ْش َه ُد َل ُه‬
‫‪َ  ‬و َرسُولُه َع ْب ُدهُ م َ‬

‫َيا‪ ,‬الكريم كتابه فى تعالى هللا قال‬ ‫ِين أَ ُّي َها‬


‫ُت َقا ِت ِه َح َّق هَّللا َ ا َّتقُوا آ َم ُنوا الَّذ َ‬ ‫َتمُو ُتنَّ َواَل‬

‫ُون َوأَ ْن ُت ْم إِاَّل‬


‫مُسْ ِلم َ‬

‫َوقُولُوا هَّللا َ ا َّتقُوا آ َم ُنوا الَّذ َِين أَ ُّي َها َيا ‪,‬تعالى وقال‬ ‫َو َي ْغفِرْ أَعْ َمالَ ُك ْم لَ ُك ْم يُصْ لِحْ َسد ً‬
‫ِيدا َق ْواًل‬

‫ُذ ُنو َب ُك ْم لَ ُك ْم‬ ‫‪َ ,‬بعْ ُد أَمَّا َعظِ يمًا َف ْو ًزا َف َاز َف َق ْد َو َرسُو َل ُه هَّللا َ يُطِ ِع َو َمنْ‬ ‫ص َ‬
‫دَق فإِنَّ‬ ‫أَ َ‬ ‫ْال َحدِي ِ‬
‫ث‬ ‫ِك َتابُ‬

‫ي ْال َه ْديِ َوأَحْ َس َن‪ ,‬هَّللا ِ‬ ‫ُور َو َشرَّ ‪َ ,‬و َسلَّ َم َع َل ْي ِه هَّللا ُ َ‬ ‫ُ‬
‫صلَّى م َُح َّم ٍد َه ْد ُ‬ ‫مُحْ دَ َث ٍة َو ُك َّل ‪َ ,‬ثا ُت َها مُحْ دَ األم ِ‬
‫‪,‬ب ْد َع ٌة‬
‫‪,‬ضال َل ٌة ِب ْد َع ٍة َو ُك َّل ِ‬
‫َ‬ ‫ضال َل ٍة َو ُك َّل‬
‫ار فِي َ‬ ‫ال َّن ِ‬

‫‪Ummatal Islam,‬‬

‫‪Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji hamba-hambaNya yang bersyukur. Namun‬‬


‫‪itu sangat sedikit dari hamba-hambaNya. Allah Ta’ala berfirman:‬‬

‫ال َّش ُكو ُر عِ َباد َ‬


‫ِي مِّنْ … َو َقلِي ٌل)‪(١٣‬‬
‫)‪“…Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba[34]: 13‬‬

‫‪Allah juga memuji Nabi Nuh, karena ia termasuk hamba Allah yang bersyukur. Allah‬‬
‫‪Subhanahu wa Ta’ala berjanji untuk memberikan tambahan kepada orang-orang yang bersyukur.‬‬
‫‪Allah berfirman:‬‬

‫‪َ ...‬ل َشدِي ٌد َع َذ ِابي إِنَّ َك َفرْ ُت ْم َو َلئِن ۖ أَل َ ِزيدَ َّن ُك ْم َش َكرْ ُت ْم لَئِن )‪(٧‬‬

‫‪“…Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan‬‬
‫‪jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS.‬‬
‫)‪Ibrahim[14]: 7‬‬
Mensyukuri nikmat Allah membutuhkan kekuatan Iman. Karena sesungguhnya nikmat-
nikmat tersebut seringkali melalaikan. Banyak orang yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala nikmat, bukan semakin dekat kepada Allah. Akan tetapi semakin ia jauh kepada Allah.
Semakin banyak nikmat, semakin banyak harta yang Allah berikan kepada seorang hamba,
bukan menjadikan dia semakin dekat dan bertaqarrub kepada Allah. Akan tetapi semakin
menjadikan dia kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bersombong, karena ia merasa
memiliki harta yang banyak. Ujub dengan kekayaannya dan hartanya, dengan pakaiannya yang
mewah. Seperti si Qorun yang ia keluar kepada kaumnya dengan perhiasannya dan ia merasa
sombong dengannya. Ia menganggap bahwasannya kekayaan itu semua hasil jerih payahnya.
Tanpa sama sekali menisbatkan kepada Allah pemberi  kenikmatan tersebut. Oleh karena itulah,
berapa banyak kenikmatan-kenikmatan tersebut seringkali membuat kita lupa kepada Allah.
Cobalah kita renungkan dalam kehidupan kita. Allah memberikan kepada kita nikmat-nikmat
yang banyak. Berupa nikmat pakaian, demikian pula nikmat makanan, nikmat tempat tinggal,
demikian pula nikmat kendaraan, terutama nikmat ketika kita bisa berhubungan dengan manusia
berupa handphone. Demikian pula alat-alat komunikasi yang lainnya. Semua itu adalah nikmat
yang Allah berikan kepada kita. Tapi entah kenapa kamudian diantara kita lebih disibukkan
dengan WhatsApp, lebih disibukkan dengan Facebook, lebih disibukkan dengan alat-alat tersebut
daripada berdzikir kepada Allah, lebih disibukkan dari membaca Al-Qur’anul Karim, lebih
disibukkan daripada berdzikir kepada Allah. Bahkan ia lebih banyak membaca WhatsApp
daripada ia membaca Al-Qur’an, daripada ia membaca kitab-kitab para ulama. Bukankah itu
semua adalah nikmat Allah? Bukankah itu sesuatu yang harus disyukuri? Sedangkan syukur itu
kita gunakan untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan Untuk kufur kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

Al-Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah menyebutkan bahwasannya syukur itu mempunyai


rukun, di antaranya yaitu:

Rukun yang pertama, mengakui dengan hati kita bahwasannya nikmat ini adalah dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Tidak seperti sebagaimana seseorang yang sombong yang menganggap
bahwasannya kenikmatan tersebut hasil dari pada jerih payahnya, karena kecerdasannya, karena
keterampilannya, karena kemampuannya dalam berbisnis sehingga dia tidak menisbatkan itu
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka seorang yang mengakui bahwasanya nikmat ini
semua dari Allah dan semua itu diberi oleh Allah, maka ia telah mensukuri nikmat Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

Rukun yang kedua, ia mengucapkan dengan lisannya puji dan syukur kepada Allah. Karena
sesungguhnya ia tahu dan yakin bahwasannya satu-satunya yang memberikan kenikmatan
hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan atasannya, bukan pula siapa-siapa, dia yakin
dengan seyakin-yakinnya bahwa pemberi rezeki hanyalah Allah. Maka ia memuji Allah, ia puji
Allah atas seluruh kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan kepadanya.

Rukun yang ketiga, kata Ibnul Qayyim yaitu menggunakan nikmat-nikmat tersebut untuk
mentaati Allah. Kita gunakan HP kita untuk mentaati Allah, kita gunakan kendaraan kita untuk
menaati Allah, bahkan panca indra kita yang merupakan nikmat yang besar, kita gunakan mata
kita untuk melihat apa yang Allah ridhai, kita gunakan telinga kita untuk mendengarkan apa
yang Allah cintai, kita gunakan hati kita untuk memahami ayat-ayatNya, kita gunakan akal yang
berikan untuk memahami ayat-ayat Allah yang Allah turunkan kepada kita. Bukan untuk
menentang ayat-ayatNya.

Siapa yang menggunakan seluruh kenikmatan tersebut saudaraku, sungguh ketika ia


gunakan dalam kebaikan dan ketaatan, ketika ia gunakan dalam perkara yang diridhai oleh Ar-
Rahman, maka sungguh ia telah mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ummatal Islam,

Dahulu Salafush Shalih dengan diberikan banyak kenikmatan, mereka menjadi ketakutan.
Mereka takut sekali dengan hisab pada hari kiamat. Mereka sangat takut sekali, semua
kenikmatan yang diberikan kepada mereka akan dipertanyakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Mereka takut dengan jawaban apa yang harus mereka lakukan. Maka dari itu Salafush Shalih,
ketika mereka diberikan oleh kenikmatan-kenikmatan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, segera
mereka infaqkan, segera mereka gunakan untuk ketaatan, bahkan semakin mereka mencintai
suatu harta semakin mereka malah menginfakkannya. Hal ini karena mereka ingin mendapatkan
keutamaan yang besar yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:
... ۚ ‫ُتنفِقُوا َح َّت ٰى ْال ِبرَّ َت َنالُوا لَن‬ َ ‫ُت ِحب‬
‫ُّون ِممَّا‬

“Kalian tidak akan sampai kepada kebajikan, sampai kalian menginfakkan apa yang kalian
cintai…” (QS. Ali-Imran[3]: 92)

Subhanallah.. Demikianlah Salafush Shalih.

Sementara kita, gembira dan senang ketika kita mendapatkan kenikmatan dunia belaka. Lalu
setelah itu kita lupa untuk mensyukurinya. Sementara Salafush Shalih ketika diberikan
kenikmatan dunia, mereka sungguh malah ketakutan. Takut itu menjadi adzab pada hari kiamat
untuknya.

Maka dari itulah saudaraku sekalian, setiap kita wajib merenungi tentang harta, tentang karunia,
tentang kenikmatan yang Allah berikan kepada kita. Sudah untuk apa kita lakukan? Sebelum
dihari kiamat Allah tanya kita, tanyakanlah di dunia ini kepada diri kita sendiri.

‫ولكم لي هللا واستغفر هذا قولي أقول‬

Anda mungkin juga menyukai