net/publication/317171409
CITATIONS READS
0 586
1 author:
Titin Fatimah
Tarumanagara University
11 PUBLICATIONS 21 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Titin Fatimah on 27 May 2017.
Titin Fatimah
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jakarta
titin.fatimah@gmail.com
ABSTRAK. Gion Matsuri adalah satu dari tiga festival terbesar di Jepang yang diselenggarakan tiap
bulan Juli. Prosesi dalam festival yang berlangsung selama sebulan tersebut melibatkan masyarakat
lokal sebagai penyelenggara utama. Artikel ini bertujuan untuk melihat apa dan bagaimana Gion
Matsuri, sejauh mana keterlibatan masyarakat/ komunitas lokal dalam penyelenggaraannya serta
kaitannya dengan upaya pelestarian wajah kota/ townscape sebagai bagian dari pelestarian lansekap
kota secara keseluruhan. Kota menjadi panggung utama tempat festival ini digelar, oleh karena itu
karakter khas Kyoto berupa bangunan tradisional/ machiya townhouse sangatlah penting. Berbagai
upaya pelestarian telah ditempuh. Sayang sekali, pesatnya pembangunan yang tak terkontrol
menyebabkan wajah kota Kyoto berubah banyak. Populasi machiya semakin menurun, tergantikan
dengan menjamurnya bangunan-bangunan baru yang berpotensi merusak karakter kota Kyoto. Upaya
pelestarian sudah ditempuh oleh pemerintah, namun beberapa peraturan yang sudah dibuat untuk
melindungi karakter lansekap kota belum menyentuh pada esensi karakter kota secara keseluruhan.
Padahal tantangan perubahan sosial ekonomi budaya terus berlangsung seiring tuntutan zaman.
Untuk itu perlu upaya sinergis antara pemerintah, swasta dan masyarakat/ komunitas untuk
mengkondisikan laju pembangunan tetap bisa selaras dan harmonis dengan karakter kota Kyoto.
Kata kunci: Gion Matsuri, Kyoto, Festival, Komunitas, Lansekap Kota, Wajah Kota, Karakter Kota
ABSTRACT. Gion Matsuri is an annually festival in Kyoto, organized in every July and renowned as
one of the three biggest festivals in Japan. The processions take place through the whole month
where local community take part as main organizer. This article aims to describe what is Gion Matsuri,
how local community involved in organizing the festival, and the relation with the effort of townscape
conservation as part of the whole urban landscape. The festival takes place in the historic city centre
as its main stage, therefore traditional wooden architecture is important as the Kyoto’s character. A
number of efforts on townscape conservation have been carried out, but unfortunately uncontrollable
development have caused the big changes on Kyoto townscape. The population of machiya
townhouses, the Kyoto’s unique traditional wooden architecture, has decreased. The new built
buildings that replaced those traditional ones potentially destroy the character of Kyoto towscape.
Government had took some efforts to protect the townscape, but the issued regulations does not yet
touch the whole character of Kyoto townscape. Whereas, social economy and culture that are
continuesly changing is a big challenge for conservation. Therefore, sinergic effort among the
government, private sector and local community is needed to condition the development pace to be
harmonious with the character of Kyoto City.
Keywords: Gion Matsuri, Kyoto, Festival, Community, Urban Landscape, Townscape, City Character
(1997) dalam bukunya The Power of Place Pada awalnya sebutan kota ini memiliki
menjelaskan bagaimana elemen sejarah sosial beberapa sebutan, antara lain
dari ruang kota berhubungan erat dengan peri Kyō (京), Miyako (都) atau Kyō no
kehidupan manusia di dalamnya serta Miyako (京の都). Pada abad ke-11 berubah
perubahan lansekap sebuah kota. nama menjadi Kyoto (capital city), dari kata
bahasa China yang berarti ibu kota, jingdu
Tulisan ini bertujuan untuk mengupas lebih (京都) (Lowe, 2000). Sejarah yang panjang
dalam lagi tentang keberadaan Gion Matsuri telah membentuk Kyoto sebagai pusat budaya
sebagai sebuah even kebudayaan dan wujud di Jepang, sehingga dujuluki sebagai “Japan’s
pesta rakyat, bagaimana komunitas heartland”. Banyak yang mengatakan bahwa
pendukung yakni masyarakat bergerak di tidak mungkin mengetahui Jepang yang
baliknya, serta kaitannya dengan konsepsi sesungguhnya tanpa mengetahui tentang
kota sebagai ruang yang mewadahi kegiatan Kyoto.
tersebut. Analisis lebih lanjut dilakukan untuk
mengetahui keterkaitan Gion Matsuri dan Kota Kyoto Kini
sistem komunitas yang mendukungnya
dengan upaya pelestarian wajah kota Saat ini, kota Kyoto memiliki populasi
(townscape). Tulisan disusun berdasarkan penduduk 1.464.990 jiwa yang menempati
studi literatur dan observasi lapangan selama area seluas 827,90 km2 (berdasarkan data
penulis tinggal dan menjadi warga kota Kyoto demografi tahun 2008). Sebagai kota
selama enam tahun. bersejarah dan sangat kental nuansa
tradisionalnya, Kyoto menjadi destinasi wisata
SEKILAS TENTANG KOTA KYOTO utama di Jepang. Turis datang baik dari luar
negeri maupun dari daerah lain di dalam
Sejarah dan Perkembangan Kota Kyoto negara Jepang. Kunjungan wisatawan ini
mencapai angka lebih dari 30 juta orang per
Kyoto adalah kota tua penuh sejarah sejak tahun (Scott, 1996).
ditetapkannya sebagai ibu kota negara Jepang
menggantikan kota Nara pada tahun 794. Di kota ini terdapat banyak peninggalan
Pada saat itu nama sebutannya adalah Heian- sejarah berharga yang masih terawat dengan
Kyo (平安京) yang artinya ibu kota yang tenang baik, antara lain kuil Shinto, Buddhist Temple
dan damai (tranquility and peace capital). maupun rumah-rumah penduduk dan machiya
Posisinya sebagai ibu kota negara townhouse. Bangunan-bangunan bersejarah
berlangsung selama lebih dari seribu tahun tersebut tersebar di seluruh penjuru kota
hingga 1868, ketika restorasi Meiji terjadi dan dengan latar belakang alam pegunungan
ibu kota negara Jepang dipindah ke Edo, yang menjadikan keindahan yang khas bagi kota ini.
sekarang dikenal sebagai Tokyo. Selama Tak hanya itu, ritual budaya juga masih
kurun waktu tersebut, Kyoto telah berkontribusi dijunjung tinggi. Berbagai festival rutin digelar
sangat besar dalam hal perkembangan hingga saat ini, antara lain Gion Matsuri, Jidai
ekonomi, industri, budaya dan kekuatan Matsuri, Aoi Matsuri dan lain-lain. Upacara
negara Jepang. minum teh, pertunjukan seni tradisional, tekstil
tradisional Nishijin dan seni merangkai bunga
Pada awalnya Heian-Kyo dikenal sebagai area (ikebana) juga masih banyak dijumpai dalam
terencana dengan cityscape yang sangat luas, kehidupan sehari-hari. Kyoto bisa dikatakan
berlokasi di sebelah selatan istana raja (the old sebagai kota bersejarah yang hidup.
Imperial Palace). Area ini berukuran sekitar 5,2
km utara-selatan dan 4,7 km timur-barat. Grid- Pada bulan Desember 1994, sebanyak 17
Plan Area di pusat kotanya mengadaptasi bangunan bersejarah diterima dan ditetapkan
model perencanaan kota di China pada abad sebagai “Historic Monuments of Ancient Kyoto”
ke-8 (Salastie, 1999; Lowe, 2000). dalam Sesi ke-18 Komite Pusaka Dunia di
Perdagangan yang sangat maju ditandai Thailand. Selain itu, menyusul pada tahun
dengan adanya pasar terbesar di Jepang pada 2009 yamahoko yang digunakan dalam
zamannya. Komoditas perdagangan dalam prosesi Gion Matsuri telah masuk dalam
jumlah yang besar berdatangan dari berbagai “Representative List of the Intangible Cultural
wilayah seluruh Jepang. Pemerintah mengatur Heritage of Humanity” oleh UNESCO. Dua hal
langsung pembuatan banyak handycraft dan ini mengukuhkan bahwa upaya berbagai pihak
banyak seniman ahli craft yang berkumpul dan dalam melestarikan peninggalan bersejarah di
tinggal di kota ini sehingga tak heran kaya seni kota Kyoto mendapatkan apresiasi tinggi di
berkembang cukup pesat. mata dunia.
12
Gion Matsuri: Prosesi Budaya, Partisipasi Komunitas dan Pelestarian Wajah Kota Kyoto
(Titin Fatimah)
PETA JEPANG
jalan dan menjual berbagai cemilan khas misalnya byobu (partisi lipat khas Jepang).
tradisional. Kegiatan ini dikenal senagai Byobu Matsuri
(Folding Screen Festival). Ini adalah
Pada malam yoiyama menjalang parade, kesempatan yang sangat berharga bagi orang
beberapa rumah pribadi milik saudagar kimono awam/ publik untuk bisa melihat lebih dekat
dibuka untuk umum, di mana mereka dan merasakan langsung suasana rumah
memamerkan benda-benda berharga mereka, tinggal tradisional Jepang.
Gambar 3. Peta yamahoko (kereta hias) dan parade pada festival Gion Matsuri
(Sumber: http://www.kyokanko.or.jp)
14
Gion Matsuri: Prosesi Budaya, Partisipasi Komunitas dan Pelestarian Wajah Kota Kyoto
(Titin Fatimah)
Gion Matsuri berlangsung selama satu bulan mengalami banyak kerusakan karena terbakar
penuh di bulan Juli. Berikut adalah urutan dan berulang kali diperbaiki hingga bertahan
prosesi lengkap dari festival tersebut: sampai saat ini. Benda-benda ini dilindungi
2 Juli: Kujitori-shiki, pengundian urutan oleh hukum. Pada tahun 1962 Gion Matsuri
yamahoko dalam parade. Hanya kereta hias masuk nominasi sebagai Properti Budaya
Naginatahoko saja yang sudah fix sebagai Penting (Important Cultural Property of
pimpinan parade. Yang lainnya sesuai nomor Japan), dimana nominasi ini mencakup dua
urut hasil undian. hal:
10 Juli sore: Omukae-cho chin, menyambut 1) Gion matsuri dilestarikan sebagai tradisi
lampion. Para sesepuh pergi ke Kuil Yasaka cerita rakyat yang penting (important
untuk memberi salam pada tandu keramat folklore tradition)
(palanquin) dan menyambutnya sebagai 2) 29 buah yamahoko dilestarikan sebagai
bagian dalam festival. aset cerita rakyat yang penting (important
10 Juli: Mikoshi arai, upacara penyucian folklore assets)
mikoshi, kereta/ tandu keramat. Ritual ini
bertempat di Sungai Kamogawa, tepatnya di GION MATSURI, PERAN KOMUNITAS DAN
dekat Jembatan Shijo. PERUBAHAN WAJAH KOTA KYOTO
10-11 Juli: Hokotate; July 13-14: Yamatate,
bagian-bagian dari yamahoko dikeluarkan dari Sistem Yamahoko-cho dan Peran
tempat penyimpanan untuk dirakit dengan Komunitas dalam Penyelenggaraan Gion
menggunakan teknik pertukangan tradisional. Matsuri
Perakitan ini dilakukan di masing-masing
yamahoko-cho. Sistem kemasyarakatan yang ada di Kyoto tak
13-16 Juli: Yoiyama, Yoiyoiyama, dua malam lepas dari sistem machizukuri, di mana
terakhir menjelang puncak festival. Perakitan masyarakat/ komunitas lokal turut
konstruksi yamahoko dimulai, jalan-jalan di berpartisipasi untuk menjaga dan melestarikan
sekitar yamahoko-cho tertutup untuk kotanya (participatory planning). Machizukuri
kendaraan, hanya boleh untuk pejalan kaki. secara harfiah terdiri dari kata “Machi” (kota)
Jalanan dihias secara khusus untuk dan “zukuri” (berkreasi atau membangun) yang
menyambut festival. Pada petang dan malam berarti membangun atau merencanakan kota.
hari suasana akan meriah karena lampion- Sistem inilah yang menjadi inti semangat
lampion yang menghias yamaboko dinyalakan. masyarakat untuk bergotong-royong dan
Ditambah lagi dengan adanya Byobu Matsuri berkontribusi dalam membangun kotanya.
di beberapa rumah keluarga saudagar kimono Machizukuri menggambarkan pembangunan
yang terbuka untuk umum. berdasarkan kolaborasi pemerintah setempat
17 Juli: Yamahoko junko, prosesi festival, dan masyarakat lokal, di mana masyarakat
merupakan acara puncak berupa parade 32 berperan sebagai intinya atau pihak yang
yamaboko di pusat kota sepanjang jalan Shijo- berinisiatif (community-based planning).
dori, Kawaramachi-dori dan Oike-dori.
17 Juli: Shinkosai, prosesi tandu keramat. Pelaksanaan Gion Matsuri tak bisa dilepaskan
24 Juli: Hanagasa junko, prosesi bunga dari peran masyarakat/komunitas penguninya.
payung (flower sunshades). Sebagaimana di jelaskan pada bab
24 Juli: Kankosai, prosesi tandu keramat, sebelumnya, ada 35 yamahoko-cho yang
palanquin dikembalikan ke Kuil Yasaka. tersebar di pusat kota Kyoto. Pada awalnya
28 Juli: Mikoshi arai, upacara penyucian tandu setiap yamahoko-cho mengelola kegiatan
keramat. Ini adalah upacara penutup dari festival ini. Sebuah dokumen sejarah di
rangkaian seluruh kegiatan festival Gion Rokkakucho berisi catatan iuran sepanjang
Matsuri. tahun dari setiap keluarga dalam komunitas
tersebut yang diperuntukkan untuk membantu
Tiga dari sejumlah yamahoko yang hancur pelaksanaan festival. Sebagian dari dana
karena kebakaran kota pada zaman Meiji tersebut digunakan untuk membeli ornamen
belum direkonstruksi. Dari total 35 yamahoko baru untuk kereta hias mereka. Ornamen-
yang ada pada awal zaman Meiji, kini tinggal ornamen tersebut masih dijaga dan digunakan
32 buah. Sejumlah yamahoko ini telah hingga saat ini.
15
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 13 No 1 Januari 2014: 11-22
Setelah Perang Dunia I, kekuatan sosial tersebut berperan sebagai penanggung jawab
masyarakat yang tergabung dalam yamahoko- utama dalam penyelenggaraan festival serta
cho melemah. Hal ini tentu saja berpengaruh pemeliharaan yamahoko dan segala pernak-
terhadap manajemen pelaksanaan festival. pernik festival yang dipakai (kecuali Hoteiyama
Untuk itu perlu ditempuh langkah strategis di Ubayanagi-cho). Semakin ke sini,
untuk menjaga kelestarian peninggalan pentingnya keberadaan organisasi pelestari ini
budaya yang sangat berharga berupa semakin tumbuh seiring dengan makin
yamahoko dengan segala ornamen dan berkurangnya jumlah populasi dan juga
hiasannya. menurunnya kondisi ekonomi Jepang. Saat ini
hanya ada delapan yamahoko yang dimiliki
secara langsung oleh komunitas di yamahoko-
cho (Salastie, 1999).
Gambar 5. Pemanfaatan bangunan tradisional sebagai Pada pelaksanan Gion Matsuri, yamahoko
posko yamahoko
Kiri atas: bangunan sebelum direnovasi, kanan atas:
mulai dirakit di wilayahnya masing-masing.
bangunan setelah direnovasi, bawah: suasana saat Biasanya di pinggir jalan utama untuk hoko
festival digelar yang besar, sedangkan yang lebih kecil
(Sumber: Kyoto Center for Community Collaboration, (yama) di jalan-jalan yang lebih kecil di
2009)
masing-masing yamahoko-cho. Yamahoko-
cho berlokasi di dalam historical-grid-plan
Untuk menjamin keberlangsungan festival, area, di mana masih terdapat banyak machiya
kelompok/organisasi pelestari didirikan di (rumah-rumah tradisional yang bergaya
setiap yamahoko-cho, yang pertama kali tahun townhouse, bagian depan untuk toko/ tempat
1923. Sampai saat ini organisasi-organisasi usaha, bagian belakang untuk tempat tinggal).
16
Gion Matsuri: Prosesi Budaya, Partisipasi Komunitas dan Pelestarian Wajah Kota Kyoto
(Titin Fatimah)
Upaya Pelestarian Lansekap Kota Kyoto adalah tentang tinggi bangunan, rasio
bagunan, sudut pencahayaan. Hal ini mungkin
Pemerintah kota Kyoto sudah memiliki cukup efektif kalau dilihat dari sudut pandang
kesadaran untuk menjaga dan melestarikan rasional. Akan tetapi belum bisa mencakup
karakter kota termasuk lansekapnya. Sampai identifikasi peran dari morfologi kota, tipologi
saat ini, ada beberapa peraturan terkait bangunan, pola pemukiman dan bagaimana
dengan pelestarian area bersejarah dan posisi mereka dalam konteks ruang kota, atau
lansekap kota, antara lain The Scenic Zones dengan kata lain karakter secara keseluruhan
Designation (1930) dan The Ancient City kota pusaka Kyoto (Salastie, 1999).
Preservation Act (1966). Namun kedua aturan
tersebut kurang menyentuh langsung jantung Permasalahan pelestarian di pusat kota Kyoto
kota Kyoto (historic-grid-plan area) yang sangatlah kompleks dan sulit. Perubahan
semakin pesat perkambangannya. Pada tahun sosial ekonomi dan budaya terus melaju
1972 ditetapkan peraturan lagi yakni The seiring berjalannya waktu. Tuntutan kebutuhan
Kyoto urban landscape ordinance, untuk penghuni kota akan modernisasi dan tuntutan
melindungi historic-grid-plan-area sebagai pelestarian untuk menjaga indentitas kota
kawasan bersejarah, antara lain dengan Kyoto saling tarik menarik. Proses
pembatasan tinggi bangunan. Peraturan ini pembangunan tidak mungkin distop. Perlu
juga menetapkan zonasi meliputi: Aesthetic merangkul semua pihak untuk turut serta
Areas, Height Restriction Areas, dan Historic berbagi peran, baik itu dari pihak pemerintah,
Preservation Areas. Untuk lebih jelasnya bisa swasta maupun masyarakat/ komunitas lokal
dilihat pembagian zonanya pada peta berikut sehingga mampu membuat sinergi baru atas
ini (gambar 13). upaya pelestarian yang sudha
ditempuh.Tantangannya sekarang adalah
Dari sekian banyak peraturan yang ditetapkan bagaimana membuat pembangunan yang
oleh pemerintah, sebagian besar yang disoroti harmonis dengan karakter kota Kyoto sendiri.
Area yamahoko-cho
LEGEND:
20
Gion Matsuri: Prosesi Budaya, Partisipasi Komunitas dan Pelestarian Wajah Kota Kyoto
(Titin Fatimah)
21
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 13 No 1 Januari 2014: 11-22
22