Anda di halaman 1dari 4

KISAH NABI NUH

Nabi Nuh (Arab: ‫نُوح‬ Nūḥ) adalah seorang nabi dan rasul yang


diutus oleh Allah kepada umat manusia sebelum terjadinya sebuah
malapetaka dahsyat yang hampir memusnahkan kehidupan di muka
bumi, nabi Nuh dikenal sebagai pendiri serta penghuni bahtera
sewaktu kejadian banjir bah melanda seisi bumi nabi Nuh termasuk
dalam golongan Rasul Ulul Azmi.
Nabi Nuh a.s. adalah nabi ketiga sesudah Adam, Syith dan Idris
dan keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik
bin Metusyalih bin Idris. Berlalulah beberapa tahun dari kematian
Nabi Adam. Banyak hal berubah di muka bumi. Dan bertepatan
dengan fitrah manusia itu sendiri, terjadilah kealpaan terhadap wasiat
Nabi Adam. Kesalahan yang dahulu kembali berulang. Seperti mana
tika Nabi Adam dan Hawa melupakan ketetapan tuhan untuk
menjauhi pohon didalam syurga, seperti itulah manusia melupakan
ajaran ilahi yang dilangsungkan dimuka bumi selepas turun dari
syurga. Sebelum lahirnya kaum Nabi Nuh, telah hidup lima orang
saleh dari datuk-datuk kaum Nabi Nuh. Mereka hidup selama
beberapa zaman kemudian mereka mati. Nama-nama mereka adalah
Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr. “Dan mereka berkata:
“Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan
kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan)
wadd, dan jangan pula suwaa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”. ~ Surah Nuh
ayat 23″ Setelah kematian mereka, orang-orang membuat patung-
patung dari mereka, dalam rangka menghormati mereka dan sebagai
peringatan terhadap mereka. Kemudian berlalulah waktu, lalu orang-
orang yang memahat patung itu mati. Lalu datanglah anak-anak
mereka, kemudian anak-anak itu mati, dan datanglah cucu- cucu
mereka. Kemudian timbullah berbagai dongeng dan khurafat yang
membelenggu akal manusia di mana disebutkan bahawa patung-
patung itu memiliki kekuatan khusus. Dalam situasi seperti ini, Allah
SWT mengutus Nuh a.s untuk membawa ajaran ilahi kepada
kaumnya. Nabi Nuh adalah seorang hamba yang akalnya tidak
terpengaruh oleh keadaan sekeliling, yang menyembah selain Allah
SWT. Allah SWT memilih hamba-Nya Nuh dan mengutusnya di
tengah-tengah kaumnya.
Hingga suatu ketika Nabi Nuh pun bersedih karena kaumnya
tidak mau memenuhi ajakannya, bahkan sampai meminta agar
disegerakan azab untuk mereka. Meskipun begitu, Nabi
Nuh ‘alaihissalam tidak berputus asa, dia tetap berharap kiranya ada
di antara mereka yang mau beriman. Hari demi hari berganti, bulan
demi bulan berganti dan tahun pun berganti dengan tahun berikutnya,
tetapi ajakan Beliau tidak membawa hasil, Beliau berdakwah kepada
kaumnya dalam waktu yang cukup lama, yaitu 950 tahun
sebagaimana yang difirmankan Allah.
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada Nabi Nuh
untuk membuat kapal, dan mengajarkan kepadanya bagaimana
membuatnya dengan baik. Mulailah Nabi
Nuh ‘alaihissalam membuat kapal dengan dibantu orang-orang yang
beriman kepadanya. Setiap kali, orang-orang kafir melewati Nuh dan
pengikutnya, mereka menghina dan mengejeknya karena melihat
Beliau membuat kapal besar di gurun sahara yang tidak ada sungai
dan laut. Penghinaan mereka bertambah, ketika mereka tahu bahwa
maksud Nabi Nuh ‘alaihissalam membuatnya adalah untuk
menyelamatkan dirinya dan pengikutnya dari azab yang akan Allah
timpakan kepada mereka.
Akhirnya, pembuatan kapal pun selesai, Nabi Nuh mengetahui bahwa
banjir besar akan tiba, maka ia meminta kepada setiap mukmin dan
mukminah untuk menaiki kapal tersebut, ia juga mengangkut setiap
hewan, burung, dan hewan lainnya sepasang.

Hingga ketika Nabi Nuh ‘alaihissalam bersama pengikutnya


telah berada di atas kapal, datanglah banjir besar. Langit
mengucurkan hujannya dengan deras, mata air di bumi pun mulai
memancarkan airnya dengan kuat, Nuh pun berkata, “Dengan
menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya.
Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Huud: 41)
Kapal pun mulai berlabuh dan mengapung di atas air. Ketika itu, Nabi
Nuh melihat anaknya yang kafir, ia memanggilnya dan
berkata, “Wahai anakku! Naiklah  bersama kami dan janganlah
kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” (QS. Huud : 42)
Tetapi anaknya menolak ajakannya dan berkata, “Aku akan mencari
perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari banjir
besar!”
Nuh berkata, “Tidak ada yang melindungi pada hari ini dari azab
Allah selain Allah  Yang Maha Penyayang.”
Gelombang pun menjadi penghalang antara keduanya; maka anak itu
termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (QS. Huud : 43)
Kaum Nabi Nuh yang kafir saat melihat air membanjiri rumah mereka
dan mengalir dengan derasnya, maka mereka merasa akan binasa,
mereka pun segera mencari tempat-tempat tinggi untuk
menyelamatkan diri, tetapi sayang sekali, ternyata banjir itu telah
mencapai puncak gunung. Allah Subhanahu wa Ta’alamembinasakan
orang-orang kafir dan menyelamatkan Nabi Nuh dan para
pengikutnya. Nuh dan pengikutnya pun bersyukur kepada Allah atas
keselamatan yang diberikan-Nya.
Setelah  kaum yang kafir itu tenggelam, maka diwahyukan kepada
langit dan bumi, Ketika diketahui oleh Nuh ‘alaihissalam anaknya
termasuk orang-orang yang ditenggelamkan,
Nuh ‘alaihissalam berkata:

“Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan


sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah
Hakim yang seadil-adilnya.” (QS. Huud : 45)

Setelah Nabi Nuh dan para pengikutnya turun dan melepaskan


hewan-hewan yang diangkutnya, maka mulailah Beliau dan para
pengikutnya menjalani hidup yang baru, Beliau berdakwah kepada
kaum mukmin dan mengajarkan kepada mereka hukum-hukum
agama, Beliau banyak melakukan dzikrullah, shalat dan berpuasa
hingga Beliau wafat dan menghadap Allah ‘Azza wa Jalla.

Anda mungkin juga menyukai