Laut merupakan bagian terpenting dari bumi. Keberadaanya memberikan banyak
manfaat bagi umat manusia. Terutama bagi negara maritim seperti Indonesia. Namun, siapa yang sadar bahwa laut bumi mulai tidak sehat? Contohnya, laut biru yang kita kenal kini sedang mengalammi yang namanya polusi plastik. Greenpeace memperkirakan ada 12,7 juta ton plastik berakhir di lautan. Sampah-sampah plastik yang berakhir di lautan itu tak jarang ikut termakan oleh hewan-hewan yang hidup di laut. Bahkan beberapa hewan ada yang mati karena sampah dan terjebak dengan plastik di bagian tubuhnya. Belum lagi ekspedisi laut menggunakan kapal yang rentan akan kebocoran serta pembuangan limbah kapal. Kebocoran minyak kapal atau limbah kapal menimbulkan polusi air sehingga air laut tidak sehat. Masih ada sangkut pautnya dengan minyak, pengeboran lepas pantai pun tidak baik bagi kesehatan laut karena rentan akan kebocoran minyak maupun gas bumi. Lantas, siapakah yang bertanggung jawab atas laut yang sakit itu? Kita manusia turut ambil andil dalam tanggung jawab menjaga laut. Terlebih lagi banyak permasalahan lingkungan, khususnya laut, yang disebabkan oleh manusia. Cara paling sederhana yang bisa kita lakukan untuk mengurangi “penderitaan” laut adalah mengurangi pemakaian plastik yang mempunyai potensi polusi plastik di lautan. Baru kemudian kita melakukan hal yang lebih kompleks seperti mencari cara agar limbah kapal yang memang terpaksa dibuang ke laut lepas tidak mencemari laut. Pada intinya, sakitnya laut merupakan tanggung jawab kita sebagai manusia. Kini, tergantung kita, apakah kita mau menyadari bahwa laut dan kita saling berdampingan atau tidak.
Ditulis oleh : Arina Rihadatulaisy Sabila. Jurusan D4 Keperawatan.