Transmisi
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengerti prinsip dari PAM.
2. Memberukan gambaran tentang fungsi dari PAM.
3. Mengerti tentang fungsi rangkaian hold dan pengaruh frekuensi sampling
terhadap sinyal yang di terima
Dalam praktiknya pada komunikasi digital, sinyal PAM kurang disukai karena
bentuk karakteristik sinyalnya menyebabkan sinyal ini tidak tahan terhadap
error karena faktor kekontinuitasanya. Pada dasarnya, bentuk umum dari sebuah
sinyal PAM adalah merupakan perkalian dari sebuah sinyal sinus kontinue S(t)
dengan sebuah sinyal pulsa disekret Sp(t) dengan:
S(t) = A cos (2?fs t)
SPAM (t) = k s(t) sp (t) di mana:
K = konstanta pengali
S(t) = sinyal informasi kontinue
Sp(t) = sinyal pulse diskret
Pada sebuah blok diagram PAM Modulator, akan terdiri dari bagian Low Pass
Filter yang akan melewatkan frekuensi di bawah 3,4 Khz dan bagian Sampler
yang akan menjumlahkan sinyal informasi hasil pemfilteran dengan sinyal pulsa
yang dibangkitkan dari generator pembangkit pulsa (G) yang ada di bagian
bawah. Bagian lain yang ada pada sebuah PAM Modulator adalah bagian Hold
yang akan memproses sinyal hasil sampling menjadi sinyal tercuplik yang
dimemory serta bagian sinkronisasi clock yang terhubung ke masing-masing
bagian trainer. Antara bagian modulator PAM dengan bagian Demodulator
PAM haruslah sinkron frekuensi clock satu sama lain.
Pada sebuah blok diagram PAM Demodulator, akan terdiri dari bagian yang
lebih sederahana karena hanya terdiri dari saklar komutator ( pemutar) dan
bagian low pass filter. Keluaran dari bagian Modulator PAM berupa sinyal
PAM akan dipilih oleh saklar komutator jika input masukanya banyak. Hasil
sinyal keluaran dari saklar komutator masih sama dengan hasil Modulator PAM.
Sedangkan pada bagian output LPF, sinyal termodulasi PAM akan difilter
sehingga keluaranya akan sama dengan sinyal masukan dari AFG.
mengubah sinyal analog kontinue dari AFG menjadi sebuah sinyal digital
diskret melalui proses Sampling and Hold. Hasil ini kemudian dilanjutkan
dengan proses Quantizing dan encoding pada sisiPCM Modulator. Quantizing
yang digunakan di sini menggunakan 8 level quantizing yang dihasilkan oleh
Analog to Digital Converter pada PCM Modulator.
Semakin tinggi level Quantizing pada sebuah PCM maka semakin bagus proses
penghargaan sebuah sinyal analog yang akan didigitalisasi. Namun bila level
penghargaan terlalu tinggi akan menyebabkan bit-bit yang dihasilkan akan
terlalu lebar sehingga boros Bandwitdth.
Pada sisi PCM Modulator, input sinyal PAM berupa sinyal pulsa diskret akan
diubah menjadi sinyal impulse diskret dengan menggunakan ADC ( Analog to
Digital Converter). Hal ini bisa dilakukan karena pada sisi PCM Modulator ada
proses synkronisasi dari pulsa digital menjadi impulse pada bagian bawah
trainer. Output PCM Modulator akan menjadi input bagi PCM Demodulator
yang akan mengubah bentuk impulse diskret menjadi bentuk pulse tersampling.
Output Pulse tersampling ini selanjutnya akan menjadi input bagi PAM
Demodulator dan melalui proses LPF maka sinyal pulse tersampling tersebut
akan diubah dalam bentuk sinyal aslinya seperti pada bagian output AFG.
V. LANGKAH PERCOBAAN
1. Rangkai alat dan bahan seperti pada gambar
2. Atur input pada function dengan sinyal sinus dan frekuensi sebesar
1KHz
3. Ukur menggunakan osiloskop pada titik setelah sample (titik no.3)
4. Amati hasil bentuk gelombang pada osiloskop
5. Ulangi langkah 1-4 dengan pengukuran pada titik no.6 dan titik no.8
Laporan Teknik
Transmisi
Hasil
Laporan Teknik
Transmisi
Hasil
Hasil
Laporan Teknik
Transmisi
VII. Analisa
Pada percobaan yang dilakukan kali ini adalah PAM (Pulse Amplitudo
Modulation) dimana function generator diberi input gelombang sinusoidal
sebagai gelombang informasi. Gelombang yang digunakan memiliki frekuensi
sebesar 200 Hz dan 1 KHz dengan amplitudo sebesar 2 Vp-p. Sementara
gelombang carier yang digunakan berasal dari generator clock yang diberikan
input berupa gelombang kotak dan diberi frekuensi sebesar 3,4 KHz.
Gelombang carrier akan berubah menjadi clock yang melakukan sampling pada
gelombang informasi. Saat bit 1, level tegangan akan mengikuti amplitudo
gelombang informasi. Hal ini dapat dilihat dari bentuk gelombang output pada
Osciloscope. Sinyal output berbentuk kotak dengan level tegangan yang
membentuk sinyal sinus. Setelah itu gelombang output dimasukkan ke
rangkaian demodulator, dengan menggunakan sinyal SYM sebagai clock. Pada
output demodulator, terlihat bahwa gelombang mulai membentuk gelombang
sinus yang sempurna. Akan tetapi masih terdapat sinyal sampling pada
gelombang tersebut. Hal ini terjadi karena output belum sinkron dengan clock
demodulator. Kemudian output modulator dimasukan ke rangkaian “hold”
sebelum dimasukan kedalam rangkaian demodulator dimana fungsi rangkaian
“hold” ini berguna untuk menahan gelombang, sehingga output dapat sinkron
dengan clock demudulator. Pada hasil keluaran di osiloscop output
demodulator berbentuk sinyal sinus sempurna seperti sinyal input. kemudian
frekuensi sinyal sampling diubah-ubah untuk melihat pengaruh terhadap sinyal
output demodulator. Jika dilihat dari hasilnya maka dapat diketahui bahwa
semakin kecil frekuensi sampling, maka gelombang sinus yang dihasilkan akan
Laporan Teknik
Transmisi
VIII. Kesimpulan
Dari praktikum yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Saat bit 1, level tegangan akan mengikuti amplitudo gelombang informasi.
2. Gelombang mulai membentuk gelombang sinus yang sempurna. tetapi
masih terdapat sinyal sampling pada gelombang tersebut, karena output
belum sinkron dengan clock demodulator.
3. Pada hasil keluaran di osiloscop output demodulator berbentuk sinyal sinus
sempurna seperti sinyal input. kemudian frekuensi sinyal sampling diubah-
ubah untuk melihat pengaruh terhadap sinyal output demodulator.
4. Semakin kecil frekuensi sampling, gelombang sinus yang dihasilkan akan
semakin cacat. Sedangkan jika frekuensi sampling dinaikan, maka
gelombang sinus yang didapat dari proses demodulasi akan semakin
sempurna.