Panduan Diskusi Kasus MPI PJJ - FINALdocx

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 35

PANDUAN DISKUSI KASUS KOMPREHENSIF SIMULASI BERBASIS PENDIDIKAN JARAK

JAUH MODUL PRE-INTERNSHIP TAHUN AJARAN 2020/2021 TERM 1

Fasilitator
1. Diskusi akan dilaksanakan secara daring dengan menggunakan akun Zoom dari pengelola
modul dengan waktu antara pukul 08.00-16.00 WIB. Lama setiap diskusi adalah 3 jam.
Fasilitator dan mahasiswa bebas untuk menentukan waktu diskusi di hari yang telah
ditentukan oleh pengelola modul sesuai jadwal rotasi. Bila diskusi dilaksanakan di luar waktu
yang telah ditentukan, diskusi daring tidak dapat menggunakan akun Zoom pengelola dan
mohon untuk dapat menggunakan media lain bukan milik modul pre-internship.
2. Fasilitator dan mahasiswa disarankan membuka komunikasi dalam grup untuk kemudahan
komunikasi di luar waktu diskusi yang ditentukan; dapat menggunakan media lain seperti
WhatsApp Group, Chat EMAS dan lainnya, sesuai kesepakatan fasilitator dan kelompok.
3. Mengunduh kasus pemicu dari EMAS
4. Kasus terdiri dari 8 buah kasus yaitu:
a. Kasus anak setting emergensi (kejang demam)
b. Kasus anak setting rawat jalan (infeksi saluran napas dan pencernaan)
c. Kasus remaja setting emergensi (asma akut)
d. Kasus remaja setting rawat jalan (hepatitis)
e. Kasus dewasa setting emergensi (kecelakaan kerja)
f. Kasus dewasa setting rawat jalan (obesitas)
g. Kasus lansia setting emergensi (kolik abdomen)
h. Kasus lansia setting rawat jalan (hipertensi dan diabetes melitus)
5. Setiap kasus diselesaikan diskusinya dalam 1 kali diskusi. Ruang lingkup bahasan diskusi
antara lain pengelolaan holistic, komprehensif, terintegrasi, bersinambung antar tingkat
pelayanan, konsultasi dan rujukan, berorientasi individu, keluarga, dan komunitas pada kasus
akut maupun kronik. Daftar pertanyaan terlampir.
6. Mengisi borang penilaian mahasiswa selama diskusi dalam bentuk Goggle Form yang akan
dibagikan oleh pengelola modul
7. Memastikan seluruh mahasiswa dalam kelompok hadir dan aktif berdiskusi
8. Selama diskusi, tutor dapat menggunakan berbagai aplikasi interaktif untuk menunjang
terciptanya suasana diskusi aktif dan menarik (misal menggunakan wheelofnames.com untuk
mengundi mahasiswa yang mempresentasikan tugasnya (maksimal 3 orang mahasiswa
presentasi tugas mandiri per diskusi).
9. Membuat dokumentasi diskusi kelompok berupa gambar tangkapan layar (screen shoot) dan
mengirimkannya kepada pengelola modul.
10. Tutor dan mahasiswa mengisi daftar hadir di tautan google form yang diberikan di chatbox
zoom atau melalui media komunikasi lain
11. Tutor akan melakukan penilaian diskusi secara online di link berikut :
...................................... segera setelah diskusi selesai (tidak dapat dirapel). Link penilaian
diskusi akan disampaikan tim sekretariat modul kepada masing-masing home tutor saat diskusi
melalui chat box zoom
12. Memberikan penilaian terhadap tugas individu mahasiswa yang telah diunggah di EMAS (8
kasus per mahasiswa)
13. Apabila ada pertanyan yang tidak bisa dijawab di forum diskusi zoom, mahasiswa dapat
mencatat seluruh pertanyaan, dan dimasukkan ke dalam forum diskusi yang sudah disiapkan
di EMAS. Narasumber secara berkala (asynchronous) akan menjawab seluruh pertanyaan yang
belum terjawab di sesi diskusi sebelumnya.

Mahasiswa
1. Diskusi akan dilaksanakan secara daring dengan menggunakan akun Zoom dari pengelola
modul dengan waktu antara pukul 08.00-16.00 WIB. Waktu untuk melakukan diskusi adalah
3 jam. Fasilitator dan mahasiswa bebas untuk menentukan waktu diskusi di hari yang telah
ditentukan oleh pengelola modul sesuai jadwal rotasi. Bila diskusi dilaksanakan di luar waktu
yang telah ditentukan, diskusi daring tidak dapat menggunakan akun Zoom pengelola dan
mohon untuk dapat menggunakan media lain bukan milik modul pre-internship.
2. Fasilitator dan mahasiswa disarankan membuka komunikasi dalam grup untuk kemudahan
komunikasi di luar waktu diskusi yang ditentukan; dapat menggunakan media lain seperti
WhatsApp Group, Chat EMAS dan lainnya, sesuai kesepakatan fasilitator dan kelompok.
3. Mengunduh kasus pemicu dan format laporan kasus simulasi dari EMAS.
4. Mempelajari kasus, membuat tugas mandiri dan slide PPT individu terlebih dahulu
dengan menjawab seluruh pertanyaan yang ada sebelum diskusi.
5. Melakukan diskusi PJJ kasus simulasi bersama Home Tutor 1.
6. Apabila ada pertanyan yang tidak bisa dijawab di forum diskusi zoom, mahasiswa dapat
mencatat seluruh pertanyaan, dan dimasukkan ke dalam forum diskusi yang sudah disiapkan
di EMAS. Narasumber secara berkala (asynchronous) akan menjawab seluruh pertanyaan yang
belum terjawab di sesi diskusi sebelumnya.
7. Tutor dan mahasiswa mengisi daftar hadir di tautan google form yang diberikan di chatbox
zoom atau melalui media komunikasi lain
8. Format laporan untuk kasus simulasi komprehensif (IKK Urban) terdiri dari:
a. Laporan Tugas Mandiri yang terdiri dari 13 poin pertanyaan (terlampir)
b. Satu kasus = satu laporan tugas mandiri, sehingga setiap individu mahasiswa
membuat 8 buah laporan tugas mandiri dari berbagai kasus yang berbeda
c. PPT individu untuk presentasi tugas mandiri dalam kelompok (dirandom maksimal 3
orang per diskusi).
d. Setelah berdiskusi dan mendapat masukkan dari tutor, laporan tugas mandiri setiap
kasus diunggah ke EMAS. Laporan Tugas Mandiri diunggah dalam format PDF, untuk
kemudian akan dicek similarity-nya. (batas maksimal similarity maksimal 20%).
Apabila diketahui hasil similarity > 20%, mahasiswa dianggap melakukan
plagiat dan dilaporkan ke fakultas.
e. Perhatikan batas waktu pengumpulan tugas. Tugas yang tidak dikumpulkan sampai
dengan batas waktu, nilai tugas dianggap nol
f. Batas waktu untuk mengunggah tugas akan diinformasikan oleh pengelola modul. Bila
melewati waktu yang ditentukan, maka mahasiswa tidak dapat mengunggah lagi dan
dianggap tidak mengumpulkan tugas.
Rotasi PJJ Diskusi Anak-Remaja Home Tutor 1

Diskusi Diskusi
Diskusi Diskusi
kasus kasus
kasus anak kasus anak
remaja remaja
UGD rawat jalan
UGD rawat jalan

Rotasi PJJ Diskusi Dewasa-Lansia Home Tutor 1

Diskusi Diskusi Diskusi


Diskusi
kasus kasus kasus
kasus
dewasa dewasa lansia
lansia UGD
UGD rawat jalan rawat jalan

Batas unggah tugas: Batas unggah tugas:


3 Oktober 2020 7 November 2020
Upaya Upaya
Kesehatan Kesehatan
Perorangan Masyarakat
KASUS ANAK SETTING UGD

Identitas pasien Identitas orang tua


Nama : An. P Nama ayah : Tn. SE
Jenis kelamin : Laki-laki Usia ayah : 25 tahun
Usia : 2 tahun Pendidikan : SMP
Tanggal lahir : 1 Agustus 2018 Pekerjaan : Dagang
Alamat : Sunter
Rekam Medis : 4XX-XX-XX Nama ibu : Ny. NT
Masuk RS : 23 Juni 2020 Usia : 22 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

ANAMNESIS (Alloanamnesis dengan orang tua pasien)

Keluhan Utama
Kejang demam 3 jam sebelum masuk UGD.

Riwayat Penyakit Sekarang


Dua hari sebelumnya pasien menderita batuk, pilek disertai demam. 3 jam sebelumnya pasien
UGD demam tinggi dan kejang seluruh tubuh selama 3 menit. Saat kejang pasien tidak sadarkan
diri, keluar busa dari mulut.Kejang hanya sekali, saat kejang Ibu pasien memasukan sendok
kedalam mulut pasien dan memijit-mijit kepalanya. Hal ini dilakukan berdasarkan pengalaman
orang tua. Keluhan kejang ini pernah dirasakan sat pasien usia 8 bulan dengan tipe kejang yang
sama.

Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu pasien menderita asma, Sepupu dari ayah juga pernah menderita kejang demam.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Pasien merupakan anak pertama. Ibu selama hamil tidak ada sakit berat dan kejang. Ibu kontrol
kehamilan secara teratur di bidan dan tidak mengkonsumsi obat selain vitamin dari dokter. Pasien
lahir cukup bulan, melalui persalinan spontan. Berat lahir 3000 gram, panjang lahir 48 cm dan
lingkar kepala 33 cm.

Riwayat Imunisasi
Pasien tidak imunisasi dasar lengkap dengan alasan lupa. Imunisasi di puskesmas tetapi ibu tidak
ingat nama imunisasinya.
Riwayat Nutrisi
Pasien mendapat ASI tidak ekslusif. Ibu mengatakan tidak memberi ASI selama 6 bulan karena
tidak keluar/banyak. Saat ini pasien makan dengan menu yang sama dengan keluarga yaitu nasi,
lauk pauk, sayur dan buah.

Riwayat Perkembangan
Perkembangan tidak ada masalah sesuai dengan kriteria Denver.

Riwayat Sosial Ekonomi dan Kondisi Lingkungan


Pasien tinggal bersama ayah, ibu dan kedua orang kakek dan nenek. Rumah milik kakek dan
neneknya luas bangunan 6x7 meter dengan 2 kamar tidur dan 1 tempat tidur. Sehari hari Ibu
memasak sendiri makan sesekali membeli makanan jadi. Lingkungan sekitar padat. Pembiayaan
pengobatan pasien menggunakan Pribadi. Ibu pasien aktif dikegiatan lingkungan sekitar seperti
pengajian atau arisan.

Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Keluarga pasien biasa berobat ke Rumah Sakit Tipe C yang dekat dengan rumahnya. Pasien
membawa ke RS dikarenakan jarak yang dekat. Fasilitas dan Pelayanan di RS sesuai jenis tipe
RS.

Pekerjaan Ayah
Ayah pasien bekerja sebagai Pedagang Sembako di pasar dekat rumah. Jarak ke pasar 1.5 km
ditempuh dengan motor selama 10-15 menit. Ayah pasien menggunakan helm selama
mengendarai motor. Ayah pasien kerja hampir setiap hari kecuali libur hari raya. Jam kerja dari
jam 06.00-14.00 tiap harinya. Warung milik sendiri dibantu oleh karyawan 1 orang, letak warung
didalam pasar. Pasar sudah modern tetapi masih terkadang didapatkan becek dimana. Ukuran
warung 3x4 meter berdekatan dengan warung lain yang berjualan aneka pangan seperti daging,
sayur dll. Selama berjualan lebih banyak berdiri karena sekalian Menyusun dan merapihkan
barang dagangan. Dalam sehari ada keadaaan angkat angkut 15 kg sebanyak 8 kali. Sehari ayah
pasien melayani 20-40 pelanggan. Sebelum pulang biasanya ayah pasien akan ke pasar grosir
untuk memesan barang dagangan yg habis atau stok menipis. Dirumah ayah pasien lebih banyak
istirahat. Ayah pasien merokok jenis kretek satu hari 1 bungkus.

PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan umum : lemas, tidak sesak, tidak sianosis.
Kesadaran : GCS E4M6V5
Tanda Vital
Laju nadi : 120 x/menit, teratur, isi cukup
Laju nafas : 28 x/menit, teratur, kedalaman cukup.
Suhu : 38,8 °C (aksila)
Saturasi oksigen : 95%
Status gizi : Pasien memiliki berat badan 10 kg dan tinggi 60 cm. Ayah Pasien memiliki
berat 55 kg dengan TB 170 cm dan Ibu memiliki berat badan 65 kg dengan TB 150 cm.

Status Generalis
Sistem Deskripsi
Kulit Tidak pucat,
Kepala Lingkar kepala normosefali, tidak ada deformitas
Rambut Hitam dan tidak mudah dicabut
Wajah Tidak tampak dismorfik. Tidak terdapat paresis saraf kranialis
Mata Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, tidak terdapat injeksi
konjungtiva dan injeksi sklera. Pupil bulat isokor dengan diameter 3 mm,
refleks cahaya langsung dan tidak langsung normal, gerak bola mata baik
ke segala arah, kelopak mata cekung, air mata cukup
Hidung Tidak terdapat deviasi septum. Tidak ditemukan sekret
Mulut Mukosa bukal dan lidah normal, faring tidak hiperemis, T1/T1 tidak
hiperemis, tidak ada debritus. Tidak ada stomatitis.
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
Thorax Bentuk dan pergerakan simetris statis dan dinamis
Pergerakan simetris, perkusi sonor, suara napas vesikular di kedua lapang
paru, terdengar ronki dan mengi
Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar murmur maupun irama
derap.
Abdomen Datar, lemas, tidak ada asites, hepar, dan limpa tidak teraba, tidak terdapat
venektasi. Tidak ada nyeri tekan abdomen. Bising usus normal
Punggung Tidak tampak deformitas.
Ekstremitas Akral teraba hangat, waktu pengisian kapiler < 2 detik. Tidak terdapat
edema tungkai.

Pemeriksaan penunjang: belum dilakukan


KASUS ANAK SETTING RAWAT JALAN

Identitas pasien Identitas orang tua


Nama : An. SS Nama ayah : Tn. AA
Jenis kelamin : Perempuan Usia ayah : 33 tahun
Usia : 3 tahun Pendidikan : SMP
Tanggal lahir : 1 Agustus 2016 Pekerjaan : Security Kantor
Alamat : Cempaka Putih
Rekam Medis : 4XX-XX-XX Nama ibu : Ny. PA
Masuk RS : 23 Oktober 2019 Usia : 26 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

ANAMNESIS (Alloanamnesis dengan orang tua pasien)

Keluhan Utama
Buang air besar (BAB) cair sejak 2 hari sebelum datang ke PUSKESMAS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien buang air besar cair dengan frekuensi 5-6 kali per hari sejak 2 hari sebelum datang ke
rumah sakit. BAB menyemprot, feses berbau asam, berwarna kecoklatan tanpa disertai darah
dan lendir. Tidak ada muntah ataupun keluhan nyeri perut, namun terdapat demam sejak 1 hari
yang lalu dengan suhu tertinggi 38ºC. Demam dirasakan sepanjang hari dan turun setelah
pemberian parasetamol sirup. Pasien masi mau minum, tidak tampak kehausan. BAK terakhir 6
jam sebelum ke rs, warna kuning pekat.

Riwayat Penyakit Dahulu


1-2 bulan sekali pasien mengalami diare

Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu pasien pernah dirawat karena TB saat usia 13 tahun dan dinyatakan sembuh, Ayah pasien
memiliki darah tinggi dan Asma. Kakak pasien menderita asma
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ibu selama hamil tidak ada sakit berat dan
tidak ada riwayat sakit kuning. Ibu kontrol kehamilan secara teratur di bidan dan tidak
mengkonsumsi obat selain vitamin dari dokter. Riwayat merokok, minum alkohol dan menderita
penyakit berat disangkal. Asupan nutrisi selama kehamilan terkesan cukup. Pasien lahir cukup
bulan, melalui persalinan spontan. Berat lahir 2600 gram, panjang lahir 47 cm dan lingkar kepala
33 cm.
Riwayat Imunisasi
Pasien telah mendapat imunisasi dasar di puskesmas tetapi ibu tidak ingat nama imunisasinya.
Pasien belum pernah mendapat vaksin rotavirus.

Riwayat Nutrisi
Pasien tidak pernah mendapat ASI. Susu formula sejak lahir sampai sekarang. Ibu mengatakan
tidak memberi ASI karena tidak keluar/banyak. Anak yang pertama juga hanya mendapat ASI 1
Bulan karena alasan yang sama. Bubur susu dimulai usia 6 bulan dan makan nasi sejak usia 1
tahun. Saat ini pasien makan dengan menu yang sama dengan keluarga yaitu nasi, lauk pauk,
sayur dan buah.

Riwayat Perkembangan
Perkembangan tidak ada masalah sesuai dengan kriteria Denver.

Riwayat Sosial Ekonomi dan Kondisi Lingkungan


Pasien tinggal bersama ayah, ibu dan 1 kakak dikontrakan petakan dengan ukuran 5x 6 meter
yang terdiri dari ruang depan, kamar dan dapur/wc. Letak dapur dan wc berdekat, dapur masih
menggunakan air sumur. Sehari hari Ibu memasak sendiri makan atau membeli makanan jadi.
Lingkungan sekitar rumah dengan dengan kali (150 meter) dan jika hujan deras rumah biasa
kebanjiran sekitar 30-60 cm. Pemukiman tempat tinggal kumuh dan padat. Pembiayaan
pengobatan pasien menggunakan Badan Pengaman Jaringan Sosial (BPJS). Ibu pasien tidak aktif
dikegiatan lingkungan sekitar seperti pengajian atau arisan dikarenakan merasa sibuk dengan
kegiatan hariannya.

Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Keluarga pasien biasa berobat ke puskesmas kelurahan yang terdekat dari lokasi rumahnya. Jika
tidak sakit keluarga pasien jarang memeriksakan kondisi kesehatan keluarganya sesuai dengan
program yang ada dipuskesmas seperti penimbangan berat badan, pemberian vitamin A atau
imunisasi tambahan. Kegiatan imunisasi anak-anak dikeluarga juga dilakukan di puskesmas ini.
Kegiatan puskesmas ini sesuai dengan tipe puskesmas kelurahan. Walaupun para pegawai
puskesmas merasa belum tidak dapat menjalankan program karena kekurangan orang.

Pekerjaan Ayah
Ayah pasien bekerja sebagai security kantor selama 8 tahun. Ayah bekerja dengan sistem shift 2
hari pagi, 2 hari siang, 2 hari malam dan 1 hari libur dengan jam kerja 8 jam perhari. Ayah pasien
berangkat menggunakan motor dengan jarak tempuh 30 menit dari rumah. Ayah pasien tidak
menggunakan helm dikarenakan menurutnya dekat. Selama bekerja Ayah pasien stand by di POS
depan kantor utk memeriksa kendaraan yang masuk. POS ukuran 3 kali 3 meter dengan toilet
luar dan kipas angin. Pintu POS selalu terbuka, didalam POS ada Radio dan Bangku. Ayah Pasien
bekerja dengan 2 temannya. Selain mengecek kendaraan yang masuk Ayah Pasien juga
berkeliling dengan jalan kaki ke sekitar kantor. Tetapi lebih banyak di dalam POS (70%). Saat
hari libur atau Raya Terkadang tetap masuk sesuai dengan jadwalmya. Ayah Pasien merokok 1
bungkus jenis rokok filter. Jika dirumah ayah pasien lebih banyak digunakan untuk Istirahat.

PEMERIKSAAN FISIS (23 Oktober 2019)


Keadaan umum : lemas, tidak sesak, tidak sianosis.
Kesadaran : GCS E4M6V5
Tanda Vital
Laju nadi : 110 x/menit, teratur, isi cukup
Laju nafas : 30 x/menit, teratur, kedalaman cukup.
Suhu : 36,8 °C (aksila)
Saturasi oksigen : 99%

Status gizi : Pasien memiliki berat badan 14 kg dan tinggi 75 cm. Ayah Pasien memiliki
berat 80 kg dengan TB 165 cm dan Ibu memiliki berat badan 55 kg dengan TB 145 cm. Kakak
pasien berusia 6 Tahun belum bersekolah, pertumbuhan dan perkembangan baik

Status Generalis
Sistem Deskripsi
Kulit Tidak pucat, turgor kulit baik
Kepala Lingkar kepala normosefali, tidak ada deformitas
Rambut Hitam dan tidak mudah dicabut
Wajah Tidak tampak dismorfik. Tidak terdapat paresis saraf kranialis
Mata Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, tidak terdapat injeksi konjungtiva
dan injeksi sklera. Pupil bulat isokor dengan diameter 3 mm, refleks cahaya
langsung dan tidak langsung normal, gerak bola mata baik ke segala arah,
kelopak mata cekung, air mata minimal
Hidung Tidak terdapat deviasi septum. Tidak ditemukan sekret
Mulut Mukosa bukal dan lidah kering, faring tidak hiperemis, T1/T1 tidak
hiperemis, tidak ada debritus. Tidak ada stomatitis.
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
Thorax Bentuk dan pergerakan simetris statis dan dinamis
Pergerakan simetris, perkusi sonor, suara napas vesikular di kedua lapang
paru, tidak terdengar ronki dan mengi
Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar murmur maupun irama derap.
Abdomen Datar, lemas, tidak ada asites, hepar, dan limpa tidak teraba, tidak terdapat
venektasi. Tidak ada nyeri tekan abdomen. Bising usus normal
Punggung Tidak tampak deformitas.
Ekstremitas Akral teraba hangat, waktu pengisian kapiler < 2 detik. Tidak terdapat edema
tungkai.

Pemeriksaan penunjang: darah rutin dan feses lengkap dalam batas normal.
KASUS REMAJA SETTING UGD

Identitas pasien Identitas orang tua


Nama : An. LL Nama ayah : Tn. IL
Jenis kelamin : Perempuan Usia ayah : 39 tahun
Usia : 18 tahun Pendidikan : S1
Tanggal lahir : 1 Agustus 2002 Pekerjaan : PNS
Alamat : Kuningan
Rekam Medis : 4XX-XX-XX Nama ibu : Ny. PA
Masuk RS : 23 Agustus 2020 Usia : 38 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

ANAMNESIS (Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan orang tua pasien)

Keluhan Utama
Sesak yang memberat sejak 3 jam sebelum masuk IGD RS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RS karena sesak nafas yang semakin memberat sejak 3 jam yang lalu.
sesak dirasakan sangat memberat sehingga menyulitkan pasien untuk berbicara, berbicara
terputus-putus per kalimat. Pasien lebih nyaman dengan posisi duduk dan terdapat suara mengi
saat ekspirasi.
Sudah 3 bulan terakhir pasien memiliki keluhan batuk berdahak yang memberat terutama jika
malam hari, kedinginan atau kelelahan. Pasien sudah berobat ke klinik dekat rumah 2 minggu
yang lalu dan diberi amoksisilin 500mg diminum 3 kali sehari selama 5 hari dan guaifenesin
200mg, 3 kali sehari. Namun, keluhan tetap dirasakan dan sejak 3 hari yang lalu pasien mulai
merasakan sesak terutama pada malam hari.
Dalam satu minggu terakhir, pasien sedang mengikuti kegiatan pelatihan PASKIBRAKA untuk
adik-adik kelasnya di sekolahnya. Bersamaan dengan pelatihan tersebut, pasien juga sedang
belajar secara intens untuk try out ujian akhir sekolah.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat alergi (+) alergi debu dan dingin. Riwayat asma (-).

Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu pasien memiliki darah tinggi, namun tidak ada Riwayat alergi, Ayah pasien memiliki darah
tinggi, Riwayat alergi makanan dan Asma. Kakak pasien menderita asma.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ibu selama hamil tidak ada sakit berat dan
tidak ada riwayat sakit kuning. Ibu kontrol kehamilan secara teratur di bidan dan tidak
mengkonsumsi obat selain vitamin dari dokter. Riwayat merokok, minum alkohol dan menderita
penyakit berat disangkal. Asupan nutrisi selama kehamilan terkesan cukup. Pasien lahir cukup
bulan, melalui persalinan spontan ditolong bidan. Berat lahir 3200 gram, panjang lahir 50 cm dan
lingkar kepala 33 cm.

Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi sewaktu kecil lengkap sampai 9 bulan, namun imunisasi setelahnya sampai
saat ini belum ada

Riwayat Nutrisi
Pasien mendapat ASI selama 2 tahun. Bubur susu dimulai usia 6 bulan dan makan nasi sejak usia
1 tahun. Saat ini pasien makan dengan menu yang sama dengan keluarga yaitu nasi, lauk pauk,
sayur dan buah.

Riwayat Perkembangan
Perkembangan tidak ada masalah. Pasien saat ini duduk di kelas 3 SMA di Jakarta. Pasien dikenal
sebagai anak yang aktif dan mudah bergaul. Nilai di sekolahnya juga diatas rata-rata kelas. Setiap
harinya pasien berangkat ke sekolah dengan menggunakan ojek daring. Saat mengendarai ojek,
pasien jarang menggunakan masker, hanya menggunakan helm saja.

Riwayat Sosial Ekonomi dan Kondisi Lingkungan


Pasien tinggal bersama ayah, ibu dan 1 kakak di rumah milik sendiri dengan luas rumah 80 m2
yang terdiri dari ruang depan, 3 kamar, dapur dan wc. Sehari-hari Ibu memasak sendiri makan
atau membeli makanan jadi. Pemukiman tempat tinggal tergolong padat. Pembiayaan
pengobatan pasien menggunakan Badan Pengaman Jaringan Sosial (BPJS). Ibu pasien aktif
dikegiatan lingkungan sekitar seperti pengajian atau arisan.

Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Keluarga pasien biasa berobat ke klinik 24 jam yang dekat dari lokasi rumahnya. Jika tidak sakit
keluarga pasien jarang memeriksakan kondisi kesehatan keluarganya sesuai dengan program
yang ada dipuskesmas.

Pekerjaan Ayah
Ayah pasien adalah staf di bagian umum Kementrian UKM dan koperasi sejak 15 tahun yang lalu.
Pasien bekerja selama 5 hari dari senin-jumat 07.30-16.00 atau 16.30. Di kantor pasien mulai
bekerja sejak pukul 07.30 atau 08.00. Biasanya diawali dengan briefing untuk berkoordinasi
pekerjaan yang harus dilakukan atau membuat laporan yang belum selesai. Hampir 90% kegiatan
dilakukan didepan komputer atau dimeja. Pasien bekerja menggunakan bangku yang bisa diatur
dan komputer desktop. Pasien mengatakan tempat kerja nyaman dan tidak perlu mendongak.
Pasien istirahat 1 jam ditengah hari dan setelah istirahat pasien bekerja kembali hingga pukul
16.00, kemudian pasien pulang.

PEMERIKSAAN FISIS (23 Oktober 2020)


Keadaan umum : lemas, sesak, tidak sianosis.
Kesadaran : GCS E4M6V5
Tanda Vital
Laju nadi : 110 x/menit, teratur, isi cukup
Laju nafas : 30 x/menit, teratur, kedalaman kurang.
Suhu : 37 °C (aksila)
Saturasi oksigen : 96%
Status gizi : Berat badan 43 kg dan Tinggi badan 158 cm.

Status Generalis
Sistem Deskripsi
Kulit Tidak pucat, turgor kulit baik
Kepala Tidak ada deformitas
Rambut Hitam dan tidak mudah dicabut
Wajah Tidak tampak dismorfik. Tidak terdapat paresis saraf kranialis
Mata Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, tidak terdapat injeksi
konjungtiva dan injeksi sklera. Pupil bulat isokor dengan diameter 3 mm,
refleks cahaya langsung dan tidak langsung normal, gerak bola mata baik
ke segala arah.
Hidung Tidak terdapat deviasi septum. Tidak ditemukan sekret
Mulut Faring tidak hiperemis, T1/T1 tidak hiperemis, tidak ada debritus. Tidak ada
sianosis.
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
Thorax Bentuk dan pergerakan simetris statis dan dinamis
Pergerakan simetris, perkusi sonor, suara napas vesikular di kedua lapang
paru, tidak terdengar ronki, terdapat mengi pada saat ekspirasai
diseluruh lapang paru
Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar murmur maupun irama
derap.
Abdomen Datar, lemas, tidak ada asites, hepar, dan limpa tidak teraba, tidak terdapat
venektasi. Tidak ada nyeri tekan abdomen. Bising usus normal
Punggung Tidak tampak deformitas.
Ekstremitas Akral teraba hangat, waktu pengisian kapiler < 2 detik. Tidak terdapat
edema tungkai.

Pemeriksaan penunjang: darah rutin batas normal.


KASUS REMAJA RAWAT JALAN

Riwayat Penyakit Sekarang:


Seorang remaja perempuan C, usia 14 tahun datang ke Klinik Pratama bersama ibunya karena
mengeluh demam hilang timbul, mual dan muntah sejak 7 hari yang lalu. Ibunya sudah
memberikan obat penurun panas yang dibeli di warung. Panas menurun jika minum obat namun
tidak sampai suhu normal dan kembali panas beberapa saat setelahnya. Pasien juga mengeluh
kadang merasakan nyeri di ulu hati. Pasien baru saja melakukan kegiatan karyawisata sekolah 2
minggu yang lalu dan mengaku sempat membeli makanan di warung pinggir jalan tanpa
sepengetahuan guru pengawas. Pasien juga mengatakan bahwa beberapa teman sekolahnya
mengalami keluhan dan gejala yang sama. Pasien belum pernah melakukan transfusi darah
namun pernah mendapatkan obat melalui jarum suntik ketika dahulu dirawat di Rumah Sakit.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien pernah dirawat karena Demam Berdarah Dengue 2 tahun yang lalu selama 1 minggu.
Selain DBD tersebut, pasien belum pernah ada dirawat sebelumnya. Pasien kadang merasa pusing
di kepala dan membaik setelah tidur yang cukup. Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat,
makanan maupun yang lainnya.

Riwayat Reproduksi:
Pasien sudah mengalami menstruasi sejak usia 11 tahun. Sebelum menstruasi, kadang pasien
merasa tidak nyaman di perut dan hilang saat menstruasi timbul.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada yang memiliki gejala yang sama dengan pasien. Ayah pasien memiliki penyakit Diabetes
Melitus yang terkontrol sejak 8 tahun yang lalu, selain itu ayah pasien juga memiliki Hipertensi
terkontrol sejak 6 tahun yang lalu. Ibu pasien merupakan penyintas kanker payudara kanan
stadium 2 yang telah dilakukan mastektomi 3 tahun yang lalu. Pasien C merupakan anak ke-3
dari 4 bersaudara. Kakak pertama dan kedua pasien memiliki alergi terhadap makanan laut, dan
adik bungsu pasien merupakan penyintas TBC saat berusia 1 tahun.

Pemeriksaan Fisik:
1. Keadaan Umum: tampak sakit sedang
Tekanan darah: 110/70 mmHg
Nadi: 110x/menit
Suhu: 38° C
BB: 40 kg
TB: 150 cm
2. Kepala
Mata: Cekung (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+)
Gigi dan mulut: Mukosa bibir terlihat kuning, tidak ada sianosis dan tidak
ada deviasi, lidah terlihat kuning, tidak ditemukan lidah
kotor dan deviasi pada lidah, gigi geligi normal dan tidak
ada karies, tidak ada gusi berdarah, faring tidak
hiperemi, uvula di tengah, dan tonsil T1-T1
Hidung, telinga, dan leher dalam batas normal
3. Thorax dalam batas normal
4. Abdomen
Inspeksi : Supel, turgor baik, dinding abdomen simetris, tidak terlihat
penonjolan massa ataupun adanya luka.
Auskultasi : Bising Usus 4x/menit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (+), nyeri
perut menjalar ke punggung (-), distensi abdomen (-), defense
muscular (-), nyeri tekan mc burney (-), rovsing sign (-), psoas
sign (-), obturator sign (-), dan Murphy sign (-)
Perkusi : Timpani di 9 regio abdomen, tidak ada undulasi

Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Rutin:
Hemoglobin : 12,9g/dL
Jml. Leukosit : 7,4 x 103/uL
Hematokrit : 40,3 %
Jml. Trombosit : 418 x 103/uL

Hitung Jenis Leukosit:


Lymposit : 29,8 %
Monosit : 7,7 %
Neutrofil segmen : 62,5 %
Laju endap darah : 23 mm/jam

2. Kimia Klinik:
SGOT : 46 u/L
SGPT : 12 u/L
Bilirubin total : 13,62 mg/dl

3. Imuno Serologi:
HBSAg : Negatif
Anti HAV Total : Positif

4. Urine Rutin dan Sedimen:


Makroskopik
Warna : Kuning tua
Kekeruhan : Agak keruh
5. Kimiawi
Protein : negatif
Glukosa : negatif
Urobilinogen : positif
Bilirubin : +3
Nitrit : negatif
Keton : negatif
Leukosit : +1
Darah : negatif
pH : 8,0
Berat jenis : 1015

6. Mikroskopik
Leukosit : 2-4/LPB
Eritrosit : 0-3/LPB
Sel epitel : 1-4/LPB
Silinder : Tidak ada
Bakteri : micrococcus
Kristal urine : Amorf (+)

Riwayat Kebiasaan :
Pasien C tinggal dengan kedua orang tua (47 thn dan 45 thn) dan dua kakak perempuan dan
laki-laki (22 thn dan 18 thn) serta satu adik laki-laki (10 thn). Pasien kini duduk di bangku SMA
kelas 1 dengan kegiatan ekstrakurikuler yang cukup padat. Setiap hari pasien berangkat sekolah
pukul 06.30 diantarkan oleh kakaknya menggunakan motor atau kadang menggunakan ojek
daring baik untuk berangkat atau pulang. Pasien pulang sekolah setiap harinya sekitar pukul
14.00 dan setiap Senin dan rabu dilanjutkan dengan bimbingan belajar sampai pukul 17.00.
Pasien selalu sarapan di rumah yang disiapkan oleh ibu atau ART-nya. Pasien tidak pernah
membawa bekal namun diberikan uang jajan 25.000 – 50.000/hari. Pasien biasanya jajan di
kantin sekolah saat jam istirahat. Apabila hari itu pasien lanjut bimbingan belajar, biasanya pasien
jajan di warung makan sekitar tempat bimbingan belajarnya. Karena kedua anaknya alergi
makanan laut, ibu pasien jarang menyediakanan makanan laut di rumah. Lebih sering makanan
berbahan daging ayam atau sapi. Pasien memiliki hubungan yang akrab dengan seluruh anggota
keluarga, terutama dengan ibunya, semenjak ibu pasien diketahui menderita kanker payudara.
Ayah pasien bekerja sebagai seorang manajer umum di suatu perusahaan swasta yang bergerak
di bidang pertambangan, sehingga sering kali harus bepergian keluar kota. Ayah pasien bekerja
dengan mengendarai mobil sendiri ke kantor. Ibu pasien sebelumnya bekerja di bank swasta
namun semenjak didiagnosis kanker payudara, memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Kakak
pertama pasien merupakan mahasiswi tingkat akhir dan berencana segera menikah setelah lulus
kuliah. Kakak kedua pasien memilih tidak melanjutkan kuliah dan menyalurkan hobi otomotifnya
dengan membuka usaha bengkel motor tidak jauh dari rumah. Adik pasien masih duduk di bangku
SD kelas 4 dan yang paling sering berada di rumah dan bermain bersama pasien. Adik pasien
suka sekali makan makanan yg manis terutama ice cream dan cokelat. Ayah dan kakak kedua
pasien memiliki kebiasaan merokok yang sulit berhenti, sekitar 2-3 bungkus per hari. Kebiasaan
merokok pada kakak pasien dimulai sejak SMP sedangkan ayahnya sejak bekerja. Ayah pasien
jarang berolahraga dikarenakan pekerjaannya. Pasien beserta adiknya sering mengunjungi
fasilitas kebugaran seperti lari atau bermain di sore hari saat di akhir pekan. Ibu pasien kadang
suka berenang atau berjalan di area taman ketika menemani anaknya di akhir pekan.

Riwayat tempat tinggal :


Pasien C tinggal di sebuah komplek perumahan dengan luas rumah yang cukup. Rumah
berukuran sekitar 170m2 berlantai 2 dengan satu ruang keluarga yang cukup luas di lantai bawah,
berdekatan dengan ruang tamu, kamar tidur utama dengan kamar mandi di dalam, dapur, kamar
ART dan kamar mandi ART. Lantai atas terdapat 4 kamar tidur dengan 1 kamar mandi luar disertai
ruang untuk mencuci dan menjemur pakaian. Terdapat halaman yang cukup luas di depan rumah
dan belakang dekat ruang keluarga. Hubungan dengan warga sekitar rumah cukup akrab karena
ibu pasien aktif dalam PKK. Terdapat fasilitas kebugaran yang dikelola oleh pihak pengembang.
Fasilitas ini mencakup kolam renang, jogging track, serta fitness centre. Terdapat pula taman
yang berada di sekitar fasilitas kebugaran.

Fasilitas Kesehatan :
Klinik pratama ini terletak di Jakarta Barat sekitar 500 meter dari rumah pasien. Klinik ini
mempunyai beberapa program kesehatan, baik UKP maupun UKM. Selain pengobatan, klinik ini
juga memiliki poliklinik khusus vaksinasi anak maupun dewasa. Klinik ini juga bekerja sama
dengan Puskesmas dalam menjalankan program-programnya, seperti program untuk penyakit
kronis Hipertensi dan DM, serta kesehatan reproduksi remaja. Keluarga pasien C cukup sering
mendatangi klinik pratama ini jika mengalami keluhan kesehatan. Namun pasien dan keluarganya
tidak tahu program-program yang ada di klinik tersebut.
KASUS DEWASA SETTING UGD

Identitas pasien
Nama : NN. AG
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 23 tahun
Alamat : Sunter Jakarta Utara
Status : Belum Menikah
Masuk RS : 01 Januari 2020
Pekerjaan : Ners/Perawat

ANAMNESIS (Autoanamesis)

Keluhan Utama
Tertusuk Jarum saat akan melalukan pengambilan darah arteri.

Riwayat Penyakit Sekarang


Klien Mengatakan saat mengambil darah pasien dengan keluhan sesak nafas hebat tidak sengaja
tertusuk jarum di jari manis tangan kiri. Klien mengatakan kejadian saat dini hari sekitar jam
02.30 Pagi. Saat tertusuk jarum pasien mengatakan menggunakan handscoon steril. Hari itu
kondisi IGD rame karena malam tahun tahun baru. Kasus saat hari itu sekitar 20 orang dan klien
bekerja dengan 5 orang perawat lainnya. Klien merasa khawatir karena secara klinis pasien yang
ditangani klien kurus dan memiliki banyak tato. Klien belum meminum obat apapun dan
pemeriksaan apapun dikarenakan poli pegawai tutup/libur tahun baru. Klien mengatakan bahwa
kejadian ini juga pernah menimpa rekannya dalam sebulan bisa terjadi 3-5 kasus

Riwayat Penyakit Dahulu


Belum pernah tertusuk jarum sebelumnya, Tidak ada keluhan sakit kuning, tidak ada berat
badan turun drastis, Tidak ada batuk lama.

Riwayat Penyakit Keluarga


Ayah Klien menderita Darah Tinggi, Ibu Klien menderita kencing manis. Kakek klien meninggal
karena komplikasi gula,

Riwayat Sosial Ekonomi dan Kondisi Lingkungan


Klien tinggal di kostan dekat dengan tempat kerja yang berjarak 300 meter. Klien baru pertama
bekerja sebagai perawat honorer di RS swasta. Klien baru bekerja selama 6 bulan setelah lulus
dari AKPER. Lingkungan kostan cukup padat dengan ruang kost 3x4 meter dengan kamar mandi
luar. Sehari-hari klien membeli makanan siap saji tetapi terkadang memasak di dapur kostan.
Saat dinas klien juga membeli makanan siap saji.
Fasilitas Kesehatan
Klien Bekerja di Rumah Sakit tipe D dengan segala fasilitas dan pelayanan sesuai dengan RS tipe
D.

Pekerjaan Klien
Klien kerja dengan sistem shift. Shift 1 jam 07.00-14.00, shift 2 jam 14.00-21.00 dan shift 3 jam
21.00-jam 07.00. Sistem kerja 2 hari: 2hari: 2hari dan 1 off. Dalam satu shift terdiri dari 6 perawat
yang bergantian di IGD dan Ruang Rawat. Klien berangkat menuju RS dengan berjalan kaki
dengan jarak tempuh 15 menit. Setiba di RS Klien ganti baju diruang perawat dan operan jaga
dengan perawat sebelumnya (operan 30 menit). Saat menjaga Ruang Rawat Klien biasanya
menyiapkan obat, mengecek Tanda Vital, mengganti Infus, mengambil darah, membersihkan
feses atau kantong urin, menulis laporan didepan computer desktop dan menemani dokter saat
kunjungan pasien. Jam istirahat tidak menentu disesuaikan dengan kondisi. Saat di IGD Klien
hampir memiliki kegiatan yang sama dengan di Ruang Rawat. Setelah bekerja klien biasanya
pulang langsung dan beristirahat. Saat libur biasa digunakan untuk jalan-jalan atau istirahat saja
di kostan.

PEMERIKSAAN FISIS (23 Oktober 2019)


Keadaan umum : Compos Mentis, Perawakan sesuai umurnya.
Kesadaran : GCS E4M6V5
Tanda Vital
Laju nadi : 110 x/menit, teratur, isi cukup
Laju nafas : 16 x/menit, teratur, kedalaman cukup.
Suhu : 36,58 °C (aksila)

Status gizi : Pasien memiliki berat badan 55 kg dan tinggi 165 cm

Status Generalis
Sistem Deskripsi
Kulit Tidak pucat, turgor kulit baik
Kepala Normal
Rambut Hitam dan tidak mudah dicabut
Wajah Normal
Mata Normal
Hidung Normal
Mulut Normal
Leher Normal
Thorax Normal
Normal
Normal
Abdomen Normal
Punggung Normal
Ekstremitas Terdapat bekas luka tusuk, Jumlah satu, tidak ada perdarahan aktif, tidak
ada memar

Pemeriksaan penunjang: belum dilakukan


KASUS DEWASA SETTING RAWAT JALAN

Riwayat penyakit sekarang:


Tn. J adalah seorang pilot berusia 47 tahun. Ia datang ke Klinik Gatotkaca yang merupakan klinik
maskapai penerbangannya, untuk mengobati kadar SGOT dan SGPT yang tinggi dan kegemukan.
Kadar SGOT dan SGPT Tn. J selalu tinggi pada setiap pemeriksaan kesehatan berkala untuk pilot
(setiap 6 bulan sekali), sejak 3 tahun belakangan ini. Selain itu berat badannya juga semakin
bertambah meskipun menurutnya, dia sudah berolahraga dan mengurangi makan nasi. Sudah
pernah mencoba katering diet, tapi tidak dilanjutkan karena bosan dengan rasa makanan yang
tawar. Untuk keluhan lain tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu:


5 tahun yang lalu tahu saat mengikuti pemeriksaan kesehatan rutin berkala, dari USG abdomen
ditemukan bahwa terdapat batu di saluran empedu. Pada saat itu Tn. J tidak mengalami keluhan
apapun. Dengan pertimbangan agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada saat sedang tugas
(terbang), maka oleh dokter di maskapainya ia direkomendasikan untuk melakukan operasi
pengangkatan batu dan kandung empedu. Tn. J menjalani operasi pengangkatan batu dan
kandung empedu di salah satu RS di Jakarta. Menurut Tn. J operasi yang dijalaninya adalah jenis
operasi yang menggunakan alat dan kamera (laparaskopik), sehingga ia bisa segera pulih dan
hanya dirawat 1 hari saja di RS. Setelah dioperasi ia tidak mengalami keluhan lain yang berarti,
namun ia merasa sejak dioperasi, berat badannya cepat naik dan kadar SGOT dan SGPT selalu
tinggi. Untuk menurunkan nilai SGOT dan SGPT sebelum pemeriksaan kesehatan berkala, ia
kadang berobat ke dr.P seorang dokter spesialis penyakit dalam untuk mendapat suntikan yang
dapat memperbaiki fungsi hatinya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada riwayat keluhan yang sama pada keluarga

No. Nama Kedudukan Gender Usia Pendidikan Pekerjaan Berpartispasi Keterangan


dalam dalam Tambahan
Keluarga Pembinaan
1. Ny. R Istri P 45 SMA Makeup Ya Sehat, kadang
Thn Artist sakit pinggang
2. An. B Anak ke-1 L 16 SMA - Ya Sehat
Thn
3. An. A Anak ke-2 P 10 SD - Ya Sehat
Thn
4. Ny. A Ibu Ny. P 73 SLTA Ibu Rumah Ya Sehat, ada
R/Nenek Thn Tangga hipertensi
5. Ny. T ART P 33 SMP ART Ya Sehat
Thn
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan : Compos mentis
umum
Lingkar perut : 106 cm
Tanda vital : TD=1402/80 mmHg
Frekuensi nadi=84 x/mnt, regular, isi cukup
Frekuensi nafas=20x/menit, regular
Suhu=36.7 oC
Tinggi badan : 183 cm/104 kg
/Berat Badan

Kepala : Tidak ada deformitas


Rambut : Warna hitam, tersebar merata, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Telinga : Liang telinga lapang, tidak terdapat serumen, sekret, maupun nyeri
Hidung : Uvula di tengah, arkus faring simetris dan tidak hiperemis, tonsil T1-
T1
Gigi dan mulut : Oral hygiene baik
Leher : JVP 5-2 cmH2O, kelenjar getah bening tidak teraba membesar.
Dada Simetris statis dan dinamis, tidak terdapat kerja otot bantu napas

Paru
Inspeksi : Simetris statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus kanan sama dengan fremitus kiri
Perkusi : Sonor pada lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : Bunyi vesikuler/vesikuler, tidak ada ronchi maupun wheezing

Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba pada sela iga 5, 1 jari medial linea midklavikula
sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan di linea sternalis dekstra
Batas jantung kiri di 1 jari medial linea
midklavikula sinistra
Pinggang jantung di sela iga 3 linea
Kesan: Tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi : S1S2 normal, tidak ada murmur maupun gallop
Abdomen
Inspeksi : Datar, lemas
Palpasi : Hepar dan limpa tidak teraba, tidak ada nyeri tekan epigastrium

Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen


Auskultasi : Bising usus normal

Punggung : Bunyi vesikuler/vesikuler, tidak terdapat rhonki maupun wheezing ,


tidak terdapat nyeri tekan maupun nyeri ketok CVA
Ekstremitas : Tidak terdapat edema, CRT <2”

Status : Pupil bulat, isokor, 3mm/3mm, terdapat refleks cahaya langsung


neurologis maupun refleks cahaya tak langsung
Tanda rangsang meningeal tidak diperiksa
Nervus kranialis kesan normal

Refleks fisiologis +2 | +2
+2 | +2

Refleks patologis - / -

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Fungsi Hati
SGOT : 73 U/L
SGPT : 185 U/L
Gamma GT : 147 U/L
USG Abdomen
§ Moderate fatty liver
§ Tidak tampak kelainan radiologis organ intra-abdomen yang tervisualisasi

Riwayat Keluarga
Pasien adalah seorang pilot yang selain aktif melakukan tugas penerbangannya, ia juga memiliki
jabatan sebagai wakil direktur di maskapai penerbangan tempatnya bekerja. Istrinya R adalah
seorang makeup artist dan memiliki klien cukup banyak. Sebelum masa pandemi, dalam 1 minggu
istrinya dapat menangani 3-4 klien, namun saat ini berkurang menjadi 1-2 klien per minggu.
Mereka memilik 2 orang anak B (Laki-laki, 16 Thn) dan A (perempuan, 10 tahun). Ny. R juga aktif
ikut arisan pengajian bersama ibu-ibu di komplek perumahan, namun karena sedang pandemi
pengajian dilakukan secara daring.
B saat ini duduk di kelas 2 SMU, cukup berprestasi di sekolah dan ingin menjadi pilot seperti
ayahnya. A masih duduk di kelas 4 SD, suka menari Jawa dan beberapa kali mengikuti kompetisi
menari tradisional. Ibu Mertua pasien, yaitu Ny. A (73 Thn) juga tinggal bersama pasien sejak 5
tahun terakhir. Kedua anak kadang mengeluhkan bila ibunya sedang padat jadwalnya dengan
klien yang akan di-makeup, sehingga jarang bertemu. Demikian juga dengan ayah mereka juga
sering tidak di rumah karena pekerjaannya. Kedua anak lebih sering di rumah bersama nenek
mereka dan ART. Jika terdapat permasalahan dalam hubungan suami-istri, biasanya dapat
diselesaikan dengan baik. Anak-anak juga hormat dan menyayangi orangtua dan nenek.

Riwayat Kebiasaan
Karena kesibukan ayah dan ibu, kedua anak lebih dekat dengan nenek mereka. Kedua anak
sangat terbiasa menggunakan gawai untuk video call dengan ayah yang sering terbang atau
dengan ibu saat sedang menangani klien untuk di-makeup. Selain untuk berkomunikasi, mereka
juga menggunakan gawai untuk belajar, mengerjakan tugas sekolah, bermain game atau
menonton. Ayah dan ibu tidak membatasi, karena menurut mereka wajar saja main gawai, karena
ayah dan ibu jarang ada di rumah. Nenek mereka sering mengingatkan untuk jangan terlalu
sering menggunakan gawai. Nenek biasanya mengajak anak-anak untuk membantunya
membereskan sesuatu untuk mengalihkan dari gawai. Nenek juga mengingatkan A untuk mejaga
kesehatan mata supaya kondisi mata tetap baik untuk bisa masuk sekolah pilot nanti.
Kedua anak sering main game di HP atau menonton di ipad dan TV kabel. An. B kadang suka
berenang bersama ayahnya, namun jarang. An. A rutin berlatih menari Jawa 2 kali seminggu
dengan guru yang dipanggil ke rumah dan sesekali ikut berenang bersama ayah dan kakaknya.
Ny. R biasanya ke fitness centre untuk kelas senam aerobik atau Zumba, namun karena sedang
pandemi, maka ia senam aerobik di rumah dengan melihat kanal Youtube setidaknya 3 kali dalam
seminggu. Tn. J bila sedang tidak terbang juga ke fitness centre juga untuk berolahraga, namun
tidak teratur dan lebih sering tidur bila sedang tidak terbang atau ke kantor. Nenek kadang
berjalan kaki di sekitar rumah atau mengikuti senam taichi lansia di taman perumahan seminggu
sekali.

Untuk makanan yang dikonsumsi sehari-hari, meskipun sudah disiapkan oleh ART, namun Ny. R
dan kedua anaknya sering memesan makanan melalui aplikasi pesan antar makanan online. Tn.
J bila sedang tidak terbang akan makan makanan yang disiapkan di rumah atau makan di kantor.
Ia juga gemar makan jajan pasar/kue basah/kue-kue dan minum kopi, kadang dapat mencapai
4 cangkir sehari. Nenek makan makanan yang disiapkan di rumah, namun suka makan makanan
yang gurih dan asin.

Jika ada anggota keluarga yang sakit, maka biasanya Ny. R akan segera membawa ke dokter
spesialis di RS swasta yang dekat dengan rumah mereka. Menurut Ny. R dan Tn. J, berobat ke
RS swasta dan ke dokter spesialis lebih nyaman dan lebih terjamin kualitasnya. Nenek kontrol
hipertensinya ke dokter spesialis penyakit dalam langganan keluarga. Untuk Tn. J selain berobat
ke RS swasta, ia juga dapat berobat ke klinik pusat perusahaan yang memiliki dokter spesialis
juga.
Riwayat Tempat Tinggal
Pasien tinggal di suatu kompleks perumahan di daerah Tangerang Selatan. Rumah memiliki luas
bangunan 225 m2 dan terdiri dari 2 lantai, serta halaman yang cukup. Rumah memiliki 1 kamar
tidur utama dengan kamar mandi di dalam, 2 kamar tidur anak dan 1 kamar mandi di lantai 2. Di
lantai 1 terdapat kamar untuk nenek, 1 ruang bekerja ayah dan 1 ruang makeup ibu. Selain itu
terdapat ruang keluarga yang cukup luas, ruang makan dan dapur serta kamar untuk ART. Di
setiap kamar tidur utama dan ruang bekerja terdapat AC. Selama masa pandemi, ayah sering
meminta ART untuk lebih sering membuka jendela supaya ada pergantian udara.
Selama masa pandemi ini, kompleks perumahan tempat mereka tinggal membatasi orang yang
keluar dan masuk, sehingga bila ada pengantar paket atau makanan online dibatasi hanya boleh
sampai di pos sekuriti saja.

Riwayat Pekerjaan
Pasien sudah bekerja sebagai pilot di maskapai penerbangan tersebut selama 23 tahun. Saat ini
pasien bekerja dengan rute penerbangan internasional, dengan durasi penerbangan kurang lebih
14 jam. Sebelum masa pandemi biasanya ia terbang sebanyak 4-5 kali dalam sebulan. Selama
pandemi ini berkurang menjadi sebulan sekali dan bahkan pernah tidak terbang selama
diberlakukannya lockdown di beberapa negara rute penerbangannya. Selama penerbangan
pasien lebih banyak duduk dan hanya sesekali berjalan atau stretching di kursinya atau tidur. Bila
sedang tidak terbang, maka pasien akan melakukan pekerjaan kantornya, dimulai dari pukul
09.00 dan selesai pukul 18.00. Bila sedang ada pekerjaan mendadak maka bisa memanjang
hingga pukul 21.00. Di kantor pasien lebih banyak duduk untuk melakukan pekerjaan dan hanya
sesekali berjalan ke ruangan/gedung lain untuk rapat. Di masa pandemi ini dimana pasien
melakukan WFH dimulai dari pukul 08.30 dan banyak melakukan Zoom Meeting hingga menjelang
tengah malam, dan koordinasi pekerjaan melalui telepon yang terus menerus. Dua kali dalam
seminggu pasien ke kantor untuk melakukan koordinasi.
Selain sebagai pilot juga ia juga menjadi wakil direktur di maskapai penerbangannya. Saat ini
sangat mengalami beban dalam pekerjaannya karena di masa pandemi sektor penerbangan
sangat terdampak. Selain jadwal terbang yang sangat berkurang dan berpengaruh ke
penghasilannya, berbagai perubahan di maskapai penerbangannya juga sangat menuntut
perhatian dan tenaganya, sehingga meskipun tidak terbang, ia sering harus berada di kantor
hingga pukul 19.00 atau 20.00.

Fasilitas Kesehatan
Klinik yang dikunjungi oleh pasien adalah sebuah klinik pratama di sebelah gedung kantor
maskapai tempat ia bekerja. Klinik ini, meskipun milik sebuah perusahaan maskapai, juga
menerima pasien dari orang-orang yang tinggal di sekitar wilayah tersebut. Klinik ini mempunyai
beberapa program kesehatan, terutama terkait penyakit-penyakit yang sering diderita oleh awak
pesawat. Kondisi kesehatan Tn.J mengharuskan ia rutin kontrol dan periksa lab di klinik tersebut.
Rutin ke klinik tersebut membuat Tn.J tahu program-program kesehatan yang dimiliki oleh klinik,
salah satunya bahkan bisa membantu kondisi kesehatannya. Namun ia sulit memperoleh
penjelasan tentang kapan dan bagaimana pelaksanaan program tersebut.
KASUS USIA LANJUT SETTING UGD

Riwayat penyakit sekarang :


Seorang lansia laki-laki pensiunan staf pengajar PNS berusia 73 tahun datang ke unit gawat
darurat sebuah rumah sakit swasta karena nyeri pinggang kanan sejak dua hari yang lalu yang
makin lama makin terasa. Awalnya keluhan ini diabaikan karena sering merasakan keluhan yang
sama sejak satu bulan yang lalu namun hilang timbul. Ia merasa mungkin keluhan ini hanya
karena kurang minum air putih atau karena aktivitasnya selama masa pandemi banyak berkebun
dan mengajar secara daring dalam posisi duduk yang lama. Untuk mengatasi keluhannya hanya
minum air putih lebih banyak dari biasanya dan menambah porsi jalan paginya. Namun sejak dua
hari belakangan nyeri makin tidak tertahankan dan pasien mulai khawatir karena warna buang
air kecilnya lebih kuning dari biasanya, sehingga datang ke UGD bersama anaknya. Keluhan
demam atau batuk pilek tidak ada, Nyeri makin terasa di sebelah kanan terutama bila pasien
beraktivitas di kebun atau duduk lama. Saat ini ia rutin mengonsumsi obat antihipertensi dan
antidiabetes yang dialaminya sejak kurang lebih sepuluh tahun lalu. Ia juga pernah menjalani
operasi by pass jantung pada tahun 2012. Obat yang diminum saat ini adalah amlodipine 5 mg
(1x1), ramipril 5 mg (1x1), glucophage 500 mg (1x1), aptor 100 mg (1x1), simvastatin 10 mg
(1x1), nitrokaf retrat (1x1) dan bisoprolol fumarate 5mg (1x1). Ia juga menambah konsumsi
suplemen dengan minum neurobion 1x sehari namun tidak rutin. Sesekali juga minum obat
seperti alpara atau panadol bila ada keluhan demam atau pilek, serta obat gosok atau minyak
angin. Sebetulnya ia merasa terlalu banyak obat yang diminum, namun tetap dikonsumsi karena
saat ini khawatir akan terinfeksi virus corona.

Riwayat penyakit dahulu :


Pasien pernah menjalani operasi by pass pada tahun 2012.
Pasien juga pernah menjalani operasi laser karena batu ginjal kiri dan kanan pada tahun 2006.

Riwayat penyakit keluarga :


Ayah pasien memiliki penyakit jantung dan sudah meninggal dunia.
Ibu pasien juga memiliki penyakit jantung dan sudah meninggal dunia.
Empat orang kakak pasien memiliki riwayat hipertensi dan penyakit jantung, yang semuanya
sudah meninggal dunia.
Adik perempuan mempunyai penyakit leukemia dan sudah meninggal
Istri pasien memiliki penyakit diabetes melitus dan sudah suntik insulin sejak 5 tahun
Menantu pasien dari anak kedua meninggal akibat penyakit gagal ginjal kronis

Pemeriksaan fisik:
Tanda vital dalam batas normal (TD : 150/100 mmHg)

Berat badan 70 kg, tinggi badan 162 cm


Status generalis dalam batas normal

Status lokalis :
Regio Flank (D/S)
I: massa (-/-), tanda inflamasi (-/-)
P: nyeri tekan (-/-), massa (-/-), Ballottement (+/-)
P: nyeri ketok CVA (+/-)

Regio Suprapubis
I: massa (-), tanda inflamasi (-)
P: distensi kandung kemih (-), massa (-), nyeri tekan (-)
P: batas kandung kemih sulit dievaluasi

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah
Darah rutin dbN
Urea : 20,2 mg/dL
Ureum : 43 mg/dL
Kreatinin : 1,64 mg/dL
eLFG : 41 mL/menit/1,73m2

Pemeriksaan urinalisis
Warna : kuning
Kejernihan : agak keruh
Lekosit esterase : 25 (+1) /uL
Albumin : 25 (+1) mg/dL
Glukosa : 50 (+1) mg/dL
Keton : 5 (+1) mg/dL
Darah : ≥ 250 /uL
Eritrosit : 20–30 /LPB

Pemeriksaan USG
Hidronefrosis dan hidroureter kanan ec suspek obstruksi
Kista simpel ginjal bilateral

Riwayat Keluarga :
Pasien adalah seorang pensiunan staf pengajar di sebuah perguruan tinggi negeri. Saat ini
menjadi dosen luar biasa dan masih mengajar secara daring di masa pandemi covid-19. Ia juga
mengajar di dua universitas swasta yang membutuhkan keahliannya. Pasien merupakan anak
kelima dari enam bersaudara, semua saudaranya saat ini sudah meninggal dunia. Istrinyanya
berusia 71 tahun seorang ibu rumah tangga yang saat ini mengalami diabetes mellitus dan sudah
menggunakan suntikan insulin sejak 5 tahun yang lalu. Pasien memiliki tiga orang anak, yang
lahir berturut-berturut pada tahun 1973, 1974, dan 1980. Semua anaknya sudah berkeluarga
dengan lima orang cucu. Anak pertama dan ketiganya laki-laki sudah mapan dan tidak tinggal
serumah. Rutin mengirimkan bantuan setiap bulan, namun jarang berkunjung karena kesibukan
mereka. Sesekali cucu-cucu datang untuk menginap di akhir pekan. Namun sejak masa pandemi,
kegiatan menginap menjadi tidak ada lagi, hanya berhubungan via telepon atau video call saja.
Pasien merasa sedih namun tidak dapat berbuat apa-apa karena mengikuti protokol kesehatan
dan khawatir akan terkena wabah Covid. Anak kedua perempuan berusia 45 tahun yang
suaminya sudah meninggal dunia hampir lima tahun yang lalu di usia 46 karena gagal ginjal
kronis. Anak keduanya beserta satu orang cucu laki-laki berusia 13 tahun tinggal bersama pasien.
Anak keduanya bekerja sebagai karyawan di sebuah rumah sakit sebagai pegawai administrasi
dengan gaji pas-pasan. Hal ini sering menjadi pikiran pasien yang mengkhawatirkan kondisi anak
keduanya dan juga cucunya. Pasien merasa dirinya harus sehat karena masih ada tanggungan
anak perempuan dan cucunya, selain istrinya yang sakit diabetes. Ia juga berusaha menjadi
pengganti ayah bagi cucunya. Sering berdiskusi walaupun tidak jarang juga berbeda pendapat
karena persepsi yang berbeda dalam berbagai hal dengan anak dan cucunya. Di rumah pasien
saat ini selain pasien, istri, anak perempuan dan cucu, juga ada satu orang asisten rumah tangga
perempuan yang sudah bekerja selama lebih dari 10 tahun, serta satu orang ART laki-laki (pulang
hari) yang sudah dipercaya keluarga sejak tiga puluh tahun yang lalu untuk mengurus kebun,
ayam dan ikan peliharaan serta urusan rumah tangga lainnya. Sejak kecil pasien dirawat oleh
orang tua dengan didikan yang cukup keras dan ekonomi pas-pasan sebagai pensiunan sebuah
BUMN, sehingga pasien menjadi orang yang hemat dan disiplin, bila ada hal-hal yang melenceng
dari seharusnya, sering membuat pasien menjadi tidak tenang.

Riwayat Kebiasaan :
Sejak usia muda pasien sangat aktif bekerja dan berorganisasi. Ia sudah mulai bekerja sejak
duduk di bangku SMA, saat kuliah juga membiayai sendiri kesehariannya karena keadaan
ekonomi orang tuanya yang pas-pasan dengan enam orang anak. Beruntung pasien dapat kuliah
di perguruan tinggi negeri tempatnya bekerja kemudian, sehingga tidak mengeluarkan biaya
kuliah selain biaya makan dan lainnya. Dua orang saudara laki-lakinya juga bekerja sejak muda
untuk dapat bersekolah dan menjadi sarjana, Pasien sendiri bekerja sebagai guru les privat untuk
anak-anak, sehingga kebiasaan mengajar membawanya menjadi seorang staf pengajar. Sampai
sebelum pandemi ia masih mengajar di kampus sebagai dosen luar biasa sebuah perguruan tinggi
negeri dan dua perguruan tinggi swasta di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA). Pasien sangat gemar berolahraga, sejak muda ia aktif main bulutangkis, kemudian
beralih ke tenis dan mengikuti sebuah klub tenis sampai saat ini. Seminggu dua kali ia main tenis
bersama teman-teman klubnya. Sejak masa pandemi sehari-hari setiap pagi setelah sholat
shubuh ia biasa minum kopi dan menonton berita di TV, makan camilan mengikuti apa yang
disiapkan oleh ART (berupa rebusan pisang, ubi atau kacang dan juga goreng-gorengan seperti
pisang, singkong atau tempe mendoan), kemudian berjalan di halaman belakang rumah selama
satu jam. Setelah itu ia mengurus ayam peliharaan dan tanaman di halamannya. Ia juga memiliki
kolam ikan mas. Beberapa kali ditegur anak-anaknya untuk tidak terlalu lelah, namun pasien
seperti tidak peduli. Perselisihan dengan istrinya juga kerap terjadi karena masalah kecil dan
perbedaan pendapat saja. Makan siang dan makan malam pasien mengikuti apa yang disiapkan
oleh istri dan ARTnya. Porsi makan pasien tidak banyak, karena ia termasuk yang pemilih dalam
hal makanan, bila tidak cocok masakan rumah, ia akan membeli nasi bungkus di restoran padang,
atau sate ayam dan makanan lain yang meningkatkan seleranya, selain itu ia juga mempunyai
kegemaran minum minuman kemasan sejak usia muda, ia mempunyai kulkas kecil di kamarnya
yang berisi minuman teh atau jeruk kemasan, minuman soda botolan dan kopi kalengan. Ia
mengatakan jika sedang tidak nafsu makan harus mengonsumsi jenis minuman tersebut dahulu
baru bisa makan. Konsumsi minuman-minuman tersebut meningkat sejak masa pandemi, karena
pasien selalu berada di rumah. Aktivitas sore kembali berjalan di sekitar halaman rumah sambil
melihat ARTnya menyiram tanaman. Setelah itu kembali menonton TV, melakukan ibadah sholat
Maghrib dan Isya kemudian masuk kamar. Aktivitas mengajar saat pandemi ini dilakukan via
daring dengan media zoom, seminggu rata-rata 2-3x dengan frekuensi paling lama 6 jam.
Aktivitas olahraga tenis sempat terhenti selama 4 bulan. Baru dimulai kembali kira-kira satu bulan
yang lalu, dilakukan seminggu 2x dengan menjaga jarak. Pasien sering mengeluh sulit tidur di
malam hari, namun sulit juga mengganti tidurnya di siang hari.

Pasien membeli obat sebulan sekali di apotik yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Seharusnya
ia kontrol dulu ke puskesmas jika ingin menggunakan asuransi kesehatannya, namun karena
malas antri, ia lebih memilih membeli obat sendiri saja mengikuti resep sebelumnya, dan hanya
kontrol ke puskesmas bila ada keluhan.

Riwayat tempat tinggal :


Pasien tinggal di sebuah rumah yang cukup luas. Rumah berukuran sekitar 300m2 berlantai 1
dengan satu ruang tamu yang cukup luas, berdekatan dengan ruang keluarga dan ruang makan,
terdapat dua kamar tidur dengan kamar mandi dalam, dan dua kamar tidur lagi yang lebih kecil
dan kamar mandi di antaranya. Terdapat halaman yang cukup luas di depan rumah dan belakang
dekat ruang keluarga. Terdapat juga satu ruang tidur ART dekat dapur, satu kamar mandi
belakang dan tempat cuci serta menjemur. Pasien memelihara ayam kate yang sering bertelur
dan menetas, sehingga saat ini cukup banyak ayam berkeliaran di halaman belakang rumahnya.
Ia juga gemar menanam pohon buah-buahan seperti pisang, nangka dan jambu air. Di halaman
belakang rumahnya juga terdapat kolam ikan mas. Hubungan dengan tetangga cukup baik karena
posisi rumah yang berdekatan dan pasien merupakan penduduk lama di daerahnya. Banyak
tetangga seusianya yang sudah meninggal dan berganti orang. Terdapat sebuah warung kecil di
belakang rumah pasien, yang biasanya ramai saat siang hari tempat anak-anak sekolah membeli
makanan atau minuman.

Fasilitas Kesehatan :
Terdapat pusat kesehatan masyarakat di wilayah tempat tinggal pasien, sekitar 2 km dari rumah
pasien. Puskesmas ini cukup ramai didatangi pasien setiap harinya, bahkan di akhir pekan.
Memiliki beberapa program kesehatan, salah satunya program terkait penyakit kronis yang
dialami oleh pasien. Pasien sendiri mengetahui adanya program kesehatan terkait penyakit yang
dialaminya namun jarang mengikuti karena tidak tahu kapan jadwal pelaksanaan program
tersebut. Pasien juga tidak rutin mendatangi puskesmas untuk kontrol dan mengambil obat untuk
penyakitnya, lebih memilih untuk membeli obat di apotik dengan biaya sendiri.

DAFTAR PERTANYAAN PEMICU LANSIA UGD :

1. Skor apa yang dapat digunakan untuk menentukan prognosis lansia saat pasien masuk
UGD?
2. Sindrom geriatri apa saja yang ada pada pasien?
3. Sebutkan pemeriksaan fisik tambahan yang diperlukan pada pasien saat di UGD, rawat
inap, rawat jalan?
4. Sebutkan diagnosis banding dari keluhan utama pasien!
5. Sebutkan daftar masalah pasien !
6. Buat kerangka masalah pada pasien !
7. Sebutkan tatalaksana emergensi pada pasien !
8. Obat nyeri apa yang dapat menjadi pilihan pada kondisi pasien?
9. Apa target perawatan jangka panjang pada pasien (pendekatan multimorbditas) ?
10. Pada masa pandemi COVID -19 ini ,edukasi tatalaksana apa yang bisa dilakukan oleh
pasien dan pelaku rawat/ keluarga di rumah untuk mencapai target jangka panjang
(meliputi nutrisi, aktivitas fisik, psikososial)?
11. Apakah ada indikasi polifarmasi pada pasien (berdasarkan kriteria Beers atau STOPP) ?
Jika ada, apakah ada potensi penggunaan obat yang tidak tepat pada pasien, jelaskan
obat dan potensi yang ada!
KASUS USIA LANJUT SETTING RAWAT JALAN

Riwayat penyakit sekarang :


Seorang lansia wanita ibu rumah tangga berusia 74 tahun datang ke poli rawat jalan sebuah klinik
layanan primer yang merupakan klinik rujukan yayasan pensiunan tempat almarhum suaminya
bekerja karena keluhan telinga rasa tersumbat sejak satu minggu yang lalu. Awalnya keluhan ini
diabaikan karena sering merasakan keluhan yang sama sejak enam bulan yang lalu namun hilang
timbul. Ia merasa mungkin keluhan ini hanya karena kotoran yang menumpuk atau karena
usianya yang sudah tua. Untuk mengatasi keluhannya ia hanya mengunyah permen mint dan
sesekali menggunakan cotton bud dan baby oil untuk membersihkan telinganya secara hati-hati.
Keluhan demam atau batuk pilek tidak ada, dan pendengaran masih biasa saja, kadang-kadang
terasa berdenging yang kemudian hilang sendiri. Rasa kaku pada jari-jari tangan dan kaki juga
sering dirasakan pasien, biasanya hanya diberikan olesan hangat dengan balsem atau
counterpain. Saat ini ia rutin mengonsumsi obat antihipertensi dan antidiabetes yang dialaminya
sejak kurang lebih tujuh tahun lalu. Obat yang diminum adalah lodoz 1 x 2.5 mg (pagi), dan
Glucophage XR 1 x 1000 mg (pagi). Ia juga menambah konsumsi suplemen dengan minum
Omega 3 1x sehari dan neurobion 1x sehari namun tidak rutin. Suplemen diberikan oleh anaknya
setiap satu bulan sekali. Sebetulnya ia merasa terlalu banyak obat yang diminum, namun tetap
dikonsumsi karena saat ini khawatir akan terinfeksi virus corona.

Riwayat penyakit dahulu :


Pasien pernah menjalani operasi pengangkatan polip di usus pada tahun 2018.
Pasien juga baru menjalani operasi penggantian caput femur tujuh bulan lalu (Februari 2020).
Saat ini pasien dapat berjalan dengan bantuan tongkat tanpa rasa nyeri.

Riwayat Reproduksi :
Pasien memiliki lima orang anak, yang lahir normal berturut-berturut pada tahun 1968, 1970,
1972, 1978, dan menjalani operasi sesar saat melahirkan anak ke-5 pada tahun 1984.

Riwayat penyakit keluarga :


Ayah pasien memiliki penyakit darah tinggi dan sudah meninggal saat pasien berusia kurang lebih
8 tahun.
Ibu pasien juga memiliki penyakit darah tinggi, dan sudah meninggal saat pasien masih berusia
4 tahun.
Lima orang saudara pasien memiliki riwayat hipertensi dan penyakit jantung, yang semuanya
sudah meninggal dunia.
Suami pasien meninggal delapan tahun yang lalu akibat penyakit leukemia
Anak kedua pasien meninggal hampir lima tahun yang lalu karena gagal ginjal kronis
Anak bungsu pasien sampai saat ini menjalani cuci darah akibat penyakit gagal ginjal kronis
Riwayat Keluarga :
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, merupakan anak bungsu dari enam bersaudara, semua
saudaranya saat ini sudah meninggal dunia. Suaminya seorang pensiunan bank pemerintah dan
sudah meninggal dunia delapan tahun yang lalu akibat leukemia. Pasien memiliki lima orang anak
yang semuanya sudah berkeluarga dengan sembilan orang cucu. Kelima orang anaknya sudah
berkeluarga dan tinggal di luar kota. Anak keduanya laki-laki meninggal hampir lima tahun yang
lalu di usia 46 tahun karena gagal ginjal. Anak bungsunya laki-laki berusia 36 tahun sampai saat
ini masih menjalani cuci darah karena juga mengalami gagal ginjal. Hal ini sering menjadi pikiran
pasien yang mengkhawatirkan kondisi anaknya yang sakit dan juga cucunya. Anak kedua dan
keempat pasien sama-sama merupakan bayi prematur saat kelahirannya dulu. Saat ini pasien
hanya tinggal bersama dengan satu orang asisten rumah tangga yang sudah bekerja selama lebih
dari 25 tahun dengan pasien. Sejak kecil pasien dirawat oleh kakak tertuanya dengan didikan
yang cukup keras, sehingga pasien menjadi orang yang disiplin dan tepat waktu, bila ada hal-hal
yang melenceng dari seharusnya, sering membuat pasien menjadi tidak tenang.

Riwayat Kebiasaan :
Pasien tinggal berdua dengan seorang asisten rumah tangga yang sudah sangat dipercaya oleh
keluarga. Anak-anaknya semua tinggal di luar kota, anak pertama seorang perempuan menikah
dengan seorang pengusaha yang cukup berhasil (memiliki satu orang anak yang sudah bekerja
di luar negeri), mengajak pasien tinggal bersama namun pasien masih mempertimbangkannya.
Ia merasa lebih nyaman tinggal di rumah peninggalan almarhum suami sehingga tidak perlu
merepotkan anak-anaknya, namun seringkali merasa kesepian dan ingin kumpul bersama.
Sebelum operasi penggantian caput femur tujuh bulan yang lalu, pasien masih berani untuk
berkunjung ke rumah anaknya menggunakan travel, dan menginap selama beberapa waktu untuk
melepas kangen, namun sejak operasi dan kemudian datang masa pandemi, ia menjadi khawatir
bila pergi seorang diri, mengharap anak-anaknya yang sering datang berkunjung, namun sulit
karena kesibukan dan pembatasan sosial akibat wabah virus corona. Rasa kangen sering
membuatnya merasa khawatir dan berpikir hal-hal yang menyebabkan keluhan di telinganya
makin dirasakan. Anak kedua laki-laki meninggal hampir 5 tahun yang lalu akibat gagal ginjal,
sering merasa kangen dengan anak keduanya ini, rasa kangen diobati dengan menelpon menantu
dan cucunya yang sampai saat ini masih berhubungan dengan baik. Anak ketiga seorang
perempuan yang menikah dengan pegawai bank pemerintah. Anak ketiganya sampai saat ini
kadang masih menjadi tanggungan pasien dan mendapat support dari kakak pertamanya karena
kurang mapan dalam hal ekonomi, hal ini juga sering menjadi pemikiran pasien karena anak
ketiganya memiliki dua orang anak yang masih kuliah dan membutuhkan biaya besar. Anak
keempat juga laki-laki dan memiliki tiga orang anak usia sekolah, anak keempat ke luar dari
pekerjaannya di sebuah perusahaan dan memutuskan untuk berbisnis alat elektronik dengan
membangun sebuah toko bersama teman-temannya, namun ternyata dalam masa pandemi ini
jalan usahanya sangat jauh menurun. Kehidupan anak keempatnya dibantu oleh istrinya yang
memiliki usaha kargo bersama keluarga besarnya. Anak bungsu laki-laki memiliki penyakit gagal
ginjal dan menjalani cuci darah, yang sejak dua bulan lalu menjadi 3x/ minggu (sebelumnya 2x/
minggu). Kondisi anak bungsunya setahun belakangan menurun dan sering tiba-tiba masuk RS
karena sesak atau masalah lain, berat badannya juga turun drastis. Anak bungsunya bekerja di
perusahaan milik suami anak pertama pasien. Mempunyai dua orang anak usia balita, dan istrinya
bekerja di sebuah perusahaan minyak. Kondisi anak bungsunya juga sangat dikhawatirkan oleh
pasien.
Saat usia muda pasien sangat aktif berorganisasi, sampai sebelum pandemi ia juga masih sering
ikut pengajian dan kumpul bersama rekan-rekan lansianya. Hal ini yang juga menjadi alasan ia
belum mau ikut tinggal bersama dengan anaknya, karena akan jauh dengan teman-teman
seusianya. Namun saat ini karena kondisi ia menjadi sering merasa sedih karena sulit berkumpul
dan mengikuti acara bersama teman-temannya lagi.
Sehari-hari setiap pagi setelah sholat shubuh ia biasa mengaji dan kemudian menonton TV,
sarapan mengikuti apa yang disiapkan oleh ART, kemudian berjalan di halaman rumah dengan
menggunakan tongkat lipat selama sekitar 15 menit, setelah itu istirahat sambil menonton TV
atau melihat aktivitas yang dilakukan ARTnya atau kembali mengaji. Setelah itu ia mengontak
anak-anaknya via telepon, aktivitas menelpon anaknya menjadi kebiasaan yang sebetulnya
kurang disetujui anak-anaknya, karena dalam sehari dapat menelpon 4-5x setiap anak di waktu
yang dikehendaki pasien (kadang saat jam kerja). Beberapa kali ditegur anak-anaknya namun
pasien seperti tidak peduli, seringkali mengisi pulsa dan juga menelpon teman-temannya.
Perselisihan dengan ART juga kerap terjadi karena masalah kecil dan perbedaan pendapat saja.
Makan siang dan makan malam pasien mengikuti apa yang disiapkan oleh ARTnya. Satu hal yang
menjadi kegemarannya sejak usia muda adalah makan makanan manis, ia suka meminta ARTnya
membelikan kue-kue jajanan pasar sebagai camilan, di kamarnya juga harus selalu ada stok
biskuit manis bila ia lapar di malam hari dan sulit tidur. Aktivitas sore kembali berjalan di sekitar
halaman rumah selama sekitar 15 menit sambil melihat ARTnya menyiram tanaman. Setelah itu
kembali menonton TV, melakukan ibadah sholat Maghrib dan Isya kemudian masuk kamar.
Pasien sering mengeluh sulit tidur di malam hari namun tidak dapat berbuat apa-apa karena tidak
ada orang yang dapat diajak bicara.
Bila saat kontrol atau mengambil obat sebulan sekali di klinik yayasan tempat almarhum suaminya
dulu bekerja, pasien biasanya meminta ditemani oleh keponakan yang tinggal tidak terlalu jauh
darinya dan menyewa kendaraan langganan sekaligus untuk belanja bulanan atau keperluan
lainnya. Sesekali jika waktunya tepat, anak pertama atau keempatnya juga datang dan berusaha
menemani saat waktu kontrol tersebut.

Riwayat tempat tinggal :


Pasien tinggal di sebuah rumah yang cukup luas. Rumah berukuran sekitar tipe 72 berlantai 2
dengan satu ruang keluarga yang cukup luas di lantai bawah, berdekatan dengan ruang tamu,
kamar tidur utama dan dapur, di lantai atas terdapat satu kamar tidur dengan kamar mandi
dalam, dan dua kamar tidur yang lebih kecil serta satu kamar mandi di luar. Terdapat halaman
yang cukup luas di depan rumah dan belakang dekat ruang keluarga. Hubungan dengan tetangga
minim karena posisi rumah yang agak berjauhan. Terdapat sebuah warung kecil di depan rumah
pasien, yang biasanya ramai saat siang hari tempat ojek online beristirahat dan membeli makanan
atau minuman. Situasi lingkungan di rumah pasien dapatkan dari grup whatsapp yang dibentuk
oleh ketua lingkungan.
Fasilitas Kesehatan :
Klinik layanan primer yang didatangi oleh pasien, terletak di Jakarta Timur, sekitar 1 km dari
rumah pasien. Klinik ini cukup ramai didatangi pasien setiap harinya, bahkan di akhir pekan. Klinik
ini memiliki beberapa program kesehatan, salah satunya program terkait penyakit kronis yang
diderita oleh pasien. Pasien sendiri mengetahui adanya program kesehatan terkait penyakit yang
dideritanya namun jarang mengikuti karena tidak tahu kapan jadwal pelaksanaan program
tersebut. Pasien rutin mendatangi klinik tersebut tiap bulan untuk kontrol dan mengambil obat
untuk penyakitnya.

Pemeriksaan fisik:
Tanda vital dalam batas normal (TD : 130/ 90 mmHg)

Berat badan 55 kg, tinggi badan 160 cm

Status generalis dalam batas normal

Status lokalis : hiperemis -/-, sekret -/-, serumen +/+ berwarna cokelat, berbau -/-, membran
timpani tertutup serumen, sikatrik -/-, nyeri tekan tragus +/+

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan GDP dan GDPP :
GDP : 235 mg/dL
GDPP : 307 mg/dL

KASUS USIA LANJUT SETTING RAWAT JALAN


1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, sindrom geriatri apa saja yang ada pada
pasien?
2. Pertanyaan tambahan apa yang diperlukan untuk menggali sindrom geriatri lain pada
pasien (yang belum ada pada anamnesis dan pemeriksaan fisik) ?
3. Sebutkan instrumen – instrumen apa yang dapat digunakan untuk menilai sindrom geriatri
yang ada pada pada pasien!
4. Sebutkan pemeriksaan fisik tambahan yang diperlukan pada pasien !
5. Sebutkan daftar masalah pasien !
6. Buat kerangka masalah pada pasien !
7. Jelaskan tatalaksana pasien secara holistik (biopsikososial) !
8. Bagaimana menilai risiko jatuh pada pasien dan sebutkan faktor intrinsik dan ektrinsik
risiko jatuh pada pasien!
9. Sebutkan target kontrol metabolik pada pasien GDS,GDP, Tekanan darah dll)!
10. Untuk mencapai target tersebut, bagaimana tatalaksana pasien? (meliputi nutrisi, aktivitas
fisik dan psikososial)
11. Bagaimana peran pelaku rawat dan keluarga dalam tatalaksana jangka panjang pasien di
masa pandemi ini ?
12. Apa peran fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam tatalaksana penyakit kronis seperti
yang dimiliki oleh pasian, apa strategi yang diperlukan di masa pandemi COVID-19 ?

Anda mungkin juga menyukai