Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN RISIKO

MAKALAH

Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Manajemen Syariah yang diampu oleh Rafika Meilia Sari M.Pd.

Di susun Oleh:
Kelompok 11 MBS 1-D
1. YULITA TRI SEPTI MULYANA (12404183161)

2. MOCH. WAZIHAN GANDI WINATA (12405183195)

3. SHOFI RUHANI UMI GHURROH (12405183197)

4. DIYAH AYU NURLAILA (12405183198)

JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2018/2019
A. Manajemen Risiko

“Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam
identifikasi,kuantifikasi, menentukan sikap ,menetapkan solusi, serta melakukan
monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.”1

Manajemen risiko merupakan salah satu elemen penting dalam menjalankan


bisnis perusahaan karena semakin berkembangnya dunia perusahaan , adanya
persaingan yang semakin ketat, serta meningkatnya kompleksitas aktivitas perusahaan
mengakibatkan meningkatnya tingkat risiko yang dihadapi perusahaan. Risiko bisa
dating kapan saja dan sulit dihindari, risiko bisa berdampak signifikan terhadap
kerugian perusahaan, sehingga risiko sangat penting untuk dikelola. Manajemen
risiko bertujuan untuk mengelola risiko sehingga perusahaan atau organisasi bisa
mengoptimalkan risiko tersebut.

Keberhasilan mengkomunikasikan dan mengintegrasikan manajemen risiko


dalam sebuah oraganisasi tidak terletak pada tekniknya saja, tetapi juga tergantung
pada manusia pengambil dan pengelola risiko tersebut.

A. Manfaat Manajemen Risiko


a. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap
keputusan, sehingga para manajer lebih berhati-hati dan selalu menempatkan
ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.
b. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-pengaruh
yang mungkin timbul baik secara jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu menghindari
risiko dan menghindari pengaruh terjadinya kerugian khususnya kerugian
finansial.
d. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum
e. Dengan adanya konsep manajemen risiko yang dirancang secara detail maka
perusahaan telah membangun arah dan mekanisme secara sustainable.
B. Tipe Risiko

Mamduh Hanafi (2009) mengklasifikasikan risiko menjadi dua, yaitu:

1
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2012),hlm.,5.
1. Risiko murni (pure risks) adalah risiko dimana kemungkinan kerugian ada, tetapi
kemungkinan keuntungan tidak ada. Contoh: kecelakaan, kebakaran, kebanjiran,
dsb.
2. Risiko spekulatif adalah risiko dimana kita mengharapkan terjadinya kerugian dan
juga keuntungan. Contoh : usaha bisnis, membeli saham.
Disamping kategori murni dan spekulatif, risiko juga bisa dibedakan antara risiko
dinamis dan statis. Risiko statis muncul dari kondisi keseimbangan tertentu. Contoh:
risiko terkena petir merupakan risiko yang muncul dari kondisi alam tertentu.
Karakteristik risiko ini praktis tidak berubah dari waktu ke waktu. Risiko dinamis
muncul dari perubahan kondisi tertentu. Contoh : perubahan kondisi masyarakat
semakin kritis, sadar akan haknya, maka risiko hukum(legal risk) yang muncul karena
masyarakat lebih berani mengajukan gugatan hukum (sue) terhadap perusahaan akan
semakin besar.
Risiko bisa bersifat subyektif dan obyektif. Risiko subyektif berkaitan dengan
persepsi seseorang terhadap risiko. Dengan kata lain, kondisi mental seseorang akan
menentukan kesimpulan tinggi rendahnya risiko tertentu. Contoh: untuk standar
deviasi(risk) pasar yang sama sebesar 25% dua orang dengan kepribadian berbeda
akan mempunyai cara pandang yang berbeda. Orang yang risk averse akan
menganggap risiko investasi di pasar modal terlalu tinggi sementara bagi orang
agresif (risk seeker). Risiko investasi di pasar modal dianggap tidak terlalu tinggi.
Risiko obyektif adalah risiko yang didasarkan pada observasi parameter yang
obyektif.2
C. Risiko Dan Tuntunan Al-Qur’an
D. Risiko Perbankan
Bank, sebagai institusi yang memiliki izin untuk melakukan banyak aktivitas,
memiliki peluang yang sangat luas dalam memperoleh pendapatan(income/return).
Dalam menjalankan aktivitas, untuk memperoleh pendapatan perbankan selalu
dihadapkan pada risiko. Pada dasarnya risiko melekat (inherent) pada seluruh
aktivitas bank. Seluruh aktivitas bank, produk, dan layanan bank terkait dengan uang.
Sifat dasar uang adalah anonim,siapa pun bisa memilikinya, siapa pun ingin
memilikinya, dan sangat mudah berpindah tangan bahkan hilang. Oleh karena itu,
seluruh aktivitas bank mulai dari penyerapan dana hingga penyaluran dana sangat
rentan terhadap hilangnya uang. Risiko kehilangan uang.
2
Mamduh Hanafi, Manajemen Risiko Bisnis, Jurnal EKOBIS, Vol.1, No. 4,2012, Hlm. 256-257.
Risiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi bank jika tidak
dideteksi serta tidak dikelola sebagaimana mestinya. Untuk itu, bank harus mengerti
dan mengenal risiko-risiko yang mungkin timbul dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Eksekutif dalam menejemen bank serta seluruh pihak terkait harus
mengetahui risiko-risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan usaha bank, serta
mengetahui bagaimana dan kapan risiko tersebut muncul untuk dapat mengambil
tindakan yang tepat. Pemahaman umum mengenai masing-masing kategori risiko
sangat penting sehingga para menejer, pelaksana (risk taker), dan bagian pengawasan
dapat berdiskusi tentang masalah-masalah umumu yang secara alami terjadi dari
berbagai eksposur risiko. Risiko itu sendiri tidak harus mengurangi hasil yang ingin
dicapai. Risiko yang dikelola secara tepat dapat memberikan manfaat kepada bank
dalam menghasilkan laba yang atraktif. Agar manfaat tersebut dapat terwujud, para
pengambil keputusan harus mengerti tentang risiko dan pengelolahannya.3
E. Kerangka Manajemen Risiko
a. Tahap komunikasi dan konsultasi
Proses yang dilakukan untuk merencanakan, mengkomunikasikan dan
mengelola proses manajemen risiko yang sedang berjalan.
b. Tahap penetapan konteks
Proses untuk mendifinisikan parameter dasar dalam pengelolaan risiko dengan
memberikan pemahaman mengenai lingkungan internal dan eksternal dalam
penerapan manajemen risiko.
c. Tahap identifikasi risiko
Proses sistematis untuk menjaring setiap risiko yang berpotensi menghambat
pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan
d. Tahap analisis risiko
Proses penilaian risiko yang dilakukan untuk memastikan bahwa semua risiko
telahdinilai kemungkinan(likelihood) dan konsekuensinya(consequence)
e. Tahap evaluasi risiko
Proses yang dilakukan untuk membandingkan tingkat risiko sehingga
diketahui risiko-risiko yang memerlukan penanganan/mitigasi lebih lanjut
f. Tahap penangan risiko
Proses untuk menentukan opsi penanganan risiko yang paling tepat, efektif,
dan dapat diimplementasikan
3
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2012),hlm., 22
g. Tahap pemantauan dan review resiko
Proses yang digunakan untuk melakukan review atas risiko, efektifitas
penanganan risiko, proses manajemen risiko dan pemantauan terhadap rencana
penerapan manajemen risiko.
F. Penyebab terjadinya risiko
Dua faktor penyebab risiko adalah bencana (perils) dan bahaya (hazards). Banjir,
tanah longsor, gempa, gelombang laut tinggi merupakan contoh-contoh bencana yang
secara langsung dapat menimbulkan kerugian. Sementara bahaya terbagi atas
beberapa jenis :
1. Bahaya fisik (physical hazard) misalnya berhubungan dengan fasilitas bangunan
suatu perusahaan.
2. Bahaya moral (moral hazard) misalnya sikap ketidakjujuran atau ketidaksiplinan.
3. Bahaya morale (morale hazard) misalnya sikap yang tidak hati-hati ataupun
kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait dalam suatu perusahaan.
4. Bahaya karena hukum atau peraturan (legal hazard) misalnya akibat mengabaikan
undang-undang atau peraturan yang telah ditetapkan. (Kasidi:2010)4
G. Sistem Manajemen Risiko

H. Penerapan Kebijakan Manajemen Risiko


a. Untuk mengurangi dan mencegah terjadi kerugian yang mengganggu kelangsugan
usaha.
b. Mendeteksi/mengidentifikasi risiko sedini mungkin pada setiap aktivitas yang
berhubungan dengan bidang usaha.
c. Melakukan pengukuran tingkat/ besarnya setiap risiko, dengan memperhitungkan
besarnya dampak dan kemungkinan terjadinya peluang risiko.
d. Melakukan analisi dan evaluasi terhadap sumber risiko dan penyebab terjadinya
risiko, sebagai dasar untuk memetakan dan mengendalikan risiko yang signifikan.
e. Menyusun rencana strategi pengendalian terhadap risiko yang mempunyai
prioritas tinggi/risiko signifikan
f. Melakukan kegiatan strategi pengendalian risiko yang membahayakan
kelangsungan hidup perusahaan, Melakukan komunikasi, konsultasi, review dan
pemantauan, risiko secara terus-menerus, khususnya yang mempunyai dampak
cukup signifikan terhadap kondisi perusahaan,
4
Ibid, hlm. 256
I. Sumber-Sumber Risiko
Menurut Godfrey(1996), terdapat sumber-sumber risiko yang perlu diketahui dan
diidentifikasi sebagai langkah awal penanganan risiko, yaitu sebagai berikut:5
a. Politik (political)
Contohnya: kebijaksanaan pemerintah, pendapat public, perubahan ideology,
peraturan, kekacauan( perang, terorismen, kerusuhan)
b. Lingkungan (Environmental)
Contohnya: pencemaran, kebisingan, perizinan, opini publik, kebijakan
internal/perusahaan, perundangan yang berkaitan dengan lingkungan, dampak
lingkungan.
c. Perencanaan(planning)
Contohnya: persyaratan perizinan, kebijakan dan praktik, tata guna lahan, dampak
social dan ekonomi, opini public.
d. Pemasaran(market)
Contohnya: permintaan(perkiraan), persaingan, keusangan, kepuasan pelanggan,
mode
e. Ekonomi(economic)
Contohnya: kebijakan keuangan, perpajakan, inflasi, suku Bungan, nilai tukar.
f. Keuangan (financial)
Contohnya:kebangkrutan, keuntungan, asuransii, risk share
g. Alami(natural)
Contohnya: kondisi tanah diluar dugaan, cuaca, gempa, kebakaran dan ledakan,
temuan situs arkeologi
h. Proyek(project)
Contohnya: defines, strategi pengadaan, persyaratan unjuk kerja, standar,
kepemimpinan, organisasi(kedewasaan, komitmen,kompetensi, dan pengalaman),
perencanaan dan pengendalian kualitas, rencana kerja, tenaga kerja, dan sumber
daya, komunikasi dan budaya
i. Teknis(technic)
Contohnya: kelengkapan desain, efisiensi operasional, keandalan.
j. Manusia(human)

5
http://googleweblight.com/i?u=:https://www.kajianpustaka.com/2017/11/pengertian-jenis-dan-sumber-
risiko.html(diakses pada 27 september 2018, pukul, 20.20)
Contohnya: kesalahan, tidak kompeten, kelalaian. Kelelahan, kemampuan
berkomunikasi, budaya, bekerja dalam kondisi gelap atau malam hari.
k. Criminal(criminal)
Contohnya: kurang aman, perusakan, pencurian, penipuan, korupsi.
l. Keselamatan(safety)
Contohnya: peraturan(kesehatan dan keselamatan kerja), zat berbahaya,
bertabrakan, keruntuhan, kebanjiran. Kebakaran. Dan ledakan.
J. Jenis-jenis risiko perbankan
1. Risiko kredit
Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian sehubungan dengan pihak
peinjam (counterparty) tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajiban
untuk membayar kembali dana yang dipinjamnya secara penuh pada saat jatuh
tempo atau sesudahnya.
2. Risiko pasar
Risiko pasar didefinisikan sebagai risiko kerugian pada posisi neraca serta
pencatatan tagihan dan kewajiban di luar neraca (on-and off-balance sheet) yang
timbul dari pergerakan harga pasar (market prices).
3. Risiko operasional
Risiko operasional didefinisikan sebagai risiko kerugian atau ketidakcukupan
dari proses internal, sumber daya manusia, dan sistem yang gagal atau dari
peristiwa eksternal.
4. Risiko konsentrasi kredit
Risiko konsentrasi kredit adalah ketika penempatan aktiva produktif bank
terkonsentrasi pada satu sektor atau kelompok tertentu. Apabila terjadi masalah
pada sektor atau kelompok tersebut, maka aktiva produktif yang ditempatkan
berada dalam bahaya.
5. Risiko suku bunga pada buku bank
Risiko suku bunga pada buku bank merupakan risiko kerugian yang
disebabkan oleh perubahan dari suku bunga pada struktur yang mendasari yaitu
pinjaman dan simpanan.
6. Risiko bisnis
Risiko bisnis (business risk) adalah risiko yang terkait dengan posisi
persaingan bank dan prospek dari keberhasilan bank dalam perubahan pasar.
Risiko bisnis lebih berhubungan dengan keputusan bisnis yang diambil oleh
dewan direksi bank dan kaitannya dengan implikasi risiko yang mungkin timbul
atas keputusan bisnis tersebut. Dari sisi waktu, risiko bisnis bersifat jangka
pendek hingga menengah.
7. Risiko stratejik
Risiko stratejik (strategic risk) adalah risiko yang terkait dengan keputusan
bisnis jangka panjang yang dibuat oleh senior manajemen bank. Risiko ini dapat
juga dikaitkan dengan implementasi dari strategi-strategi mereka.
8. Risiko reputasional
Risiko reputasional (reputational risk) adalah risiko kerusakan potensial pada
suatu perusahaan yang dihasilkan dari opini publik yang negatif.6
K. Biaya-Biaya Yang Ditimbulkan Karena Menanggung Risiko

Sebagai dampak terjadinya risiko kerugian keuangan langsung, kerugian akibat risiko
(risk loss) pada suatu bank dapat berdampak pada pemangku kepentingan
(stakeholders) bank, yaitu pemegang saham, karyawan, dan nasabah, serta berdampak
juga kepada perekonomian secara umum.7

Pengaruh risk loss pada pemegang saham dan karyawan adalah langsung, sementara
pengaruh terhadap nasabah dan perekonomian tidak langsung. Berikut akan diuraikan
dampak potensial terhadap stakeholders dan ekonomi.

a. Dampak terhadap pemegang saham


Pengaruh risk loss terhadap pemegang saham antara lain:
1. Penurunan nilai investasi, yang akan memberikan pengaruh terhadap
penurunan harga dan/atau penurunan keuntungan; turunnya harga saham
menurunkan nilai perusahaan yang berarti turunnya kesejahteraan pemegang
saham.
2. Hilangya peluang memperoleh dividen yang seharusnya diterima sebagai
akibat dari turunnya keuntungan perusahaan.
3. Kegagalan investasi yang telah dilakukan, hingga yang paling parah adalah
kebangkrutan perusahaan yang melenyapkan nilai semua modal disetor.
b. Dampak pada karyawan

6
Ibid , hlm. 23-24.
7
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Perbankan, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2012),hlm., 25
Karyawan suatu bank dapat terpengaruh oleh peristiwa risiko (risk event) yang
menimbulkan risk loss terkait dengan keterlibatan mereka. Pengaruh tersebut
dapat berupa:
1. Dikenakan sanksi indispliner karena kelalaian yang menimbulkan kerugian.
2. Pengurangan pendapatan seperti pengurangan bonus atau pemotongan gaji.
3. Pemutusan hubungan kerja.
c. Dampak terhadap nasabah
Kegagalan dalam pengelolahan risiko dapat berpengaruh terhadap nasabah.
Dampak yang terjadi dapat secara langsung maupun tida langsung dan tidak
seketika dapat didefinisikan. Pengaruh risk event yang berlangsung secara
berkelanjutan, pada gilirannya akan menimbulkan risk loss terhadap kelangsungan
usaha bank itu sendiri.
Konsekuensi risk loss yang berdampak terhadap nasabah bank, adalah :
1. Merosotnya tingkat pelayanan
2. Berkurangnya jenis dan kualitas produk yang ditawarkan
3. Krisis likuiditas sehingga menyulitkan dalam pencairan dana
4. Perubahan peraturan
d. Dampak terhadap perekonomian
Sebagai instansi yang mengelola uang sebagai aktivitas utamanya, bank
memiliki risiko yang melekat (inherent) secara sistematis, risk loss yang terjadi
pada suatu bank akan menimbulkan dampak tidak hanya terhadap bank yang
bersangkutan, tetapi juga akan berdampak terhadap nasabah dan perekonomian
secara keseluruhan. Dampak yang ditimbulkan tersebut dinamakan risiko sistemik
(systemic risk).
Risiko sistemik secara spesifik adalah risiko kegagalan bank yang dapat
merusak perekonomian secara keseluruhan dan secara langsung berdampak pada
karyawan, nasabah, dan pemegang saham.
Secara umum, masyarakat awam tidak mengenal apa yang disebut sebagai
risiko sistemik. Namun mereka tidak asing dengan istilah run on a bank (baik riil
maupun hanya persepsi dari nasabah). Artinya sebuah bank di “rush” oleh
nasabah bank yang ingin menarik kembali dananya secara bersamaan dan besar-
besaran.
Hal ini terjadi pada saat bank tidak dapat memenuhi kewajibannya. Bank tidak
dapat menyediakan dana yang cukup pada saat nasabah melakukan penarikan
dananya.
Bank sangat rentan terhadap risiko sistemik yang melekat pada industri
perbankan. Risiko sistemik yang mempengaruhi bank-bank lain tidak dapat
dihindari jika sebuah bank mengalami risk loss. Berbagai regulasi diharapkan
akan menjadi payung pelindung bagi industri perbankan. Perlindungan tidak
hanya diberikan kepada bank terkait, yaitu pemegang saham, karyawan, dan
nasabah, tetapi juga kepada perekonomian secara keseluruhan.8

8
Ibid, hlm. 26.

Anda mungkin juga menyukai