Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Loga (2016) mengatakan bahwa bronkopneumonia adalah manifestasi klinis

pneumonia yang paling umum dan merupakan infeksi penyebab kematian pada

populasi anak di bawah usia 5 tahun. Anak dengan daya tahan atau imunitas yang

terganggu dapat menderita bronkopneumonia secara berulang karena anak

tersebut tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain faktor

imunitas, faktor lain yang juga memicu timbulnya penyakit ini, misalnya trauma

pada paru, anastesia, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna

(Rahajoe, 2010).

Menurut Samuel (2014) bronkopneumonia merupakan radang dari saluran

pernapasan yang terjadi pada bronkus sampai dengan alveolus paru yang lebih

sering dijumpai pada anak kecil dan bayi yang biasanya sering disebabkan oleh

bakteri streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenza. Bennete (2018)

mengatakan bahwa bronkopneumonia dapat disebabkan oleh bermacam–macam

etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda–benda asing.

World Health Organization (2010) menyatakan bahwa insiden penyakit ini

terjadi pada 30% anak–anak dibawah umur tiga tahun pada negara berkembang

serta merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada anak. Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia dalam Data dan Informasi Profil Kesehatan

Indonesia 2017 menyatakan bahwa jumlah kasus infeksi bronkopneumonia pada

balita mencapai 46,34% dengan prevalence yang tinggi terjadi pada kelompok

umur 1 – 4 tahun (Kemenkes RI, 2018).

1
2

Persentase penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita di

Provinsi Jawa Barat tahun 2017 sebesar 61,59% lebih besar dibanding tahun

2016 yaitu sebesar 33,7% dan Jawa Barat merupakan urutan ke – 3 dari seluruh

provinsi di Indonesia yang mengalami tingkat kejadian infeksi bronkopneumonia

pada anak (Kemenkes RI, 2018). Berdasarkan hasil pengamatan di Rumah Sakit

Advent Bandung ruang pediatrik pada tanggal 8 Januari 2019 terdapat 15 orang

anak yang mengalami infeksi bronkopneumonia.

Corwin (2009) mengatakan bahwa anak yang mengalami bronkopneumonia

akan lebih banyak memproduksi mukus akibat dari reaksi inflamasi tubuh karena

adanya infeksi mikroorganisme. Oleh karena itu dibutuhkan penanganan

menggunakan terapi inhalasi yang bertujuan untuk melebarkan lumen bronkus

sehingga mempermudah mengeluarkan dahak pada anak dengan

bronkopneumonia (Riyadi, 2013).

Pelaksanaan pengobatan yang dilakukan seringkali didapati respon yang

tidak kooperatif dari anak khususnya pada usia pre-school seperti menangis,

menyerang dengan marah dan menolak bekerja sama saat pengobatan

(Hockenberry dan Wilson, 2009). Menurut Nursalam (2008) hal ini disebabkan

oleh kecemasan dan stres dampak dari oleh hospitalisasi yang dijalani sehingga

dibutuhkan penjelasan tentang prosedur pengobatan dan manfaat hospitalisasi

pada anak.

Supartini (2014) menjelaskan bahwa dampak dari prosedur pengobatan

seperti stress dan kecemasan pada anak dapat dihindari dengan cara terapi

bermain yang terdiri dari sense pleasure play, social affective play, games,

dramatic play, dan cooperative play (story telling). Dramatic play atau bermain
3

peran adalah terapi non farmakologi yang bertujuan untuk memberi kesempatan

anak dalam memperagakan suatu kegiatan secara singkat untuk mengenal

karakteristik sesuatu ataupun sifat seseorang (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

dalam Rahmawati, 2014).

Dramatic play atau bermain peran dapat membantu anak dalam menggali

perasaan yang sedang dirasakan dan dapat memberikan pemahaman baru yang

berpengaruh dalam sikap anak (Uno, 2008 dalam Nurul, 2015). Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Tat (2014) mengenai pengaruh terapi bermain peran terhadap

perilaku kooperatif anak usia pra sekolah menunjukkan bahwa anak yang sedang

dihospitalisasi mengalami kecemasan dan tingkat kooperatif yang berbeda yaitu 4

orang (12,5%) sangat kooperatif, 6 orang (18,7%) dengan kooperatif dan 22 orang

(68,8%) dengan kurang kooperatif. Setelah terapi bermain peran dilakukan pada

anak yang sedang dihospitalisasi, hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

kooperatif pada anak yaitu 32 orang (100%) menjadi sangat kooperatif.

Berdasarkan analisa data diatas penulis terdorong untuk menulis karya

ilmiah dengan judul: “PENERAPAN TEKNIK DISTRAKSI DRAMATIC PLAY

UNTUK MENCEGAH TRAUMA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI

RUANG PEDIATRIK RUMAH SAKIT ADVENT BANDUNG”.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari karya ilmiah ini dibagi menjadi 2 tujuan, yaitu tujuan

umum dan tujuan khusus yang akan diuraikan sebagai berikut :


4

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk menganalisis dan memberikan gambaran nyata tentang perencanaan

teknik distraksi dramatic play untuk mencegah trauma pada anak usia pra

sekolah.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mampu memberikan hasil gambaran pengkajian An.Z dengan teknik

distraksi dramatic play untuk mencegah trauma pada anak usia pra sekolah.

2. Mampu memberikan hasil gambaran diagnosa An.Z dengan teknik distraksi

dramatic play untuk mencegah trauma pada anak usia pra sekolah.

3. Mampu memberikan hasil gambaran intervensi dan implementasi pada An.Z

dengan teknik distraksi dramatic play untuk mencegah trauma pada anak

usia pra sekolah.

4. Mampu memberikan hasil gambaran evaluasi pada An.Z dengan teknik

distraksi dramatic play untuk mencegah trauma pada anak usia pra sekolah.

5. Mampu memberikan hasil gambaran dokumentasi pada An.Z dengan teknik

distraksi dramatic play untuk mencegah trauma pada anak usia pra sekolah.

1.3 Manfaat

Manfaat dari karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Aplikatif :

1. Pasien dan Keluarga Pasien : Diharapkan karya ilmiah ini dapat

memberikan pengetahuan dan manfaat bagi keluarga pasien untuk

menurunkan tingkat kecemasan anak akibat dampak hospitalisasi dengan


5

teknik distraksi dramatic play untuk mencegah trauma pada anak usia pra

sekolah.

2. Perawat : Diharapkan karya ilmiah ini dapat membantu perawat dalam

mengatasi dan membantu pasien dengan teknik distraksi dramatic play untuk

mencegah trauma pada anak usia pra sekolah.

3. Mahasiswa : Diharapkan karya ilmiah ini dapat meningkatkan ilmu

pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa mengenai upaya mecegah trauma

pada anak usia pra sekolah dengan teknik distraksi dramatic play.

1.3.2 Keilmuan : Pendidikan

Diharapkan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu

pengetahuan keperawatan dalam memberikan gambaran asuhan keperawatan

dengan teknik distraksi dramatic play untuk mencegah trauma pada anak usia pra

sekolah.

1.4 Metode penulisan : Deskriptif

Menurut Hamdi dan Bahruddin (2014), mengatakan bahwa metode

penulisan deskriptif adalah alur prosedur pemecahan masalah yang harus

diselidiki dengan menggambarkan keadaan objek dan subjek dalam penelitian

yang dapat berupa orang, lembaga, masyarakat, dan yang lainnya, berdasarkan

fakta-fakta yang tampak nyata dan apa adanya.

Menurut Nursalam (2016), salah satu contohnya adalah penelitian

dibidang pendidikan dan kurikulum. Penelitian untuk melihat atau mengetahui

fenomena-fenomena atau perubahan suatu aktivitas atau suatu kejadian. Ada 2

jenis rancangan dari metode penelitian dalam penelitian deskriptif, yaitu:


6

1. Rancangan penelitian studi kasus : Merupakan rancangan penelitian yang

mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif misalnya satu klien,

keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi.

2. Rancangan penelitian survei : Merupakan suatu rancangan yang digunakan

untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevelensi,

distribusi, dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi.

Anda mungkin juga menyukai