Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
102017106
Email: dina.2017fk106@civitas.ukrida.ac.id
Pendahuluan
Suatu kejadian yang berkaitan dengan masalah kesehatan adalah salah satu tugas dari
pelayanan kesehatan untuk menggulangi dan memikirkan suatu pencegahan yang tepat.
Keadan penyakit menular salah satunya yaitu infeksi saluran pernapasan yang mirip dengan
peneumonia adalah suatu pandemi yang sekarang menjadi perhatian karena peningkatan
kasus yang yang mirip dengan berbagai belahan dunia. Pneumonia merupakan salah satu
penyakit infeksi yang ditandai dengan peradangan pada satu atau kedua paru-paru yang dapat
disebabkan oleh virus, jamur, bakteri sehingga menyebabkan berkurangnya kemampuan
kantung-kantung udara untuk menyerap oksigen. Bakteri yang berperan penting dalam
pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenzae, Staphylococcus
aureus, streptokokus grup B, serta kuman atipik klamidia dan mikoplasma.1
Cara penularan penyakit ini pada umunya, penularan pneumonia adalah melalui
percikan ludah (batuk oleh penderita lain dan tidak ditutup), kontak langsung melalui mulut
atau melalui kontak secara tidak langsung melalui kontaminasi pada alat makan
Hal yang perlu diperhatian pada suatu kejadin yaitu surveilens. Menurut WHO
(2004), surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data
secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang
membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Pada makalah ini akan dibahas mengenai
gejala klinis, faktor resiko, cara penularan dan penanggulangan terhadap pneumonia.2
Pembahasan
Ada bebrapa pengertian tujuan dan manfat dari survailens, salah satu yang sering
digunakan yaitu dari WHO (2004). Menurut WHO (2004), surveilans merupakan proses
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistemik dan terus menerus
serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan
pengamatan penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian
dan distribusi penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhi nya pada masyarakat sehingga
dapat dilakukan penanggulangan untuk dapat mengambil tindakan efektif. Tujuan Surveilans
menurut Depkes RI (2004a) adalah untuk pencegahan dan pengendalian penyakit dalam
masyarakat, sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa
(KLB), memperoleh informasi yang diperlukan bagi perencanaan dalam hal pencegahan,
penanggulangan maupun pemberantasannya pada berbagai tingkat administrasi. Maka sistem
pencatatan yang dilakukan oleh pelayanan kesehatan sangatlah penting.2
Surveilans Kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus
terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi
yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan.
Maka tenaga kesehatan dan masyarakat wajib memberikna laporan kepada kepala desa/lurah
atau puskesmas selambat lambatnya dalam 24 jam sejak mengetahui adanya penderita atau
tersangka penderita. Laporan tersebut harus dilaporakan kepada kepala dinas kesehatan
kabupaten dan selanjutnya dari kabupaten akan dilaporakn ke provinsi. Dalam hal kepala
dinas kesehatan provinsi atau kepala dinas kesehatan kabupaten/kota tidak menetapkan suatu
daerah di wilayahnya dalam keadaan KLB, Menteri menetapkan daerah tersebut dalam
keadaan KLB sedangkan untuk pandemic WHO yang berwenang untuk menetapkan.3
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
Disamping penyakit menular, penyakit yang juga dapat menimbulkan KLB adalah penyakit
tidak menular.4 Penetapan suatu daerah dalam keadaan wabah dilakukan apabila situasi KLB
berkembang atau meningkat dan berpotensi menimbulkan malapetaka, dengan pertimbangan
sebagai berikut: Secara epidemiologis data penyakit menunjukkan peningkatan angka
kesakitan dan/atau angka kematian. Terganggunya keadaan masyarakat berdasarkan aspek
sosial budaya, ekonomi, dan pertimbangan keamanan.3
Suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi salah satu kriteria
sebagai berikut:
a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 yang
sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.
b. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam,
hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya.
d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua
kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per
bulan pada tahun sebelumnya.
f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam
kurun waktu yang sama.4
Dalam kasus ini akan membahas perencananan dan penganggulangan pada kasus
pneumonia yaitu meningkatakn interfensi untuk melindungi, preventif, promotif dan kuratif
serta mencari pendekatan terbaik berserta solusi berdasarkan sumber daya. 5 Tujuan Umum
Dilaksanakannya pengendalian KLB penyakit menular sesuai pedoman. Tujuan Khusus
meliputi Menurunnya frekuensi KLB penyakit menular, menurunnya angka kesakitan pada
setiap KLB penyakit menular, menurunnya angka kematian pada setiap KLB penyakit
menular, menurunnya periode waktu KLB penyakit menular dan terbatasnya daerah/wilayah
yang terserang KLB penyakit menular. 4
Setelah kita tetapkan prioritas alternatif pemecahan masalah, maka langkah
selanjutnya adalah menuangkan hal-hal tersebut dalam dokumen perencanaan. Dokumen
perencanaan sebaiknya ditulis secara detail/rinci, agar setiap orang dapat memahami dengan
mudah dari isi perencanaan tersebut. Beberapa komponen penting yang sebaiknya ditampung
dalam dokumen perencanaan adalah sebagai berikut:
Rincian kebutuhan biaya setiap kegiatan dan dari mana sumber biaya akan diperoleh.
Pelayanan Pengobatan dan Pencegahan KLB Pada saat terjadi KLB, penyelenggaraan
pelayanan pengobatan merupakan kegiatan pertama yang segera dilakukan oleh petugas
terdekat, terutama di Puskesmas dan Rumah Sakit. Kegiatan pelayanan pengobatan adalah
sebagai berikut :
Melengkapi pos-pos kesehatan dengan tenaga, obat dan peralatan yang memadai, termasuk
peralatan pengambilan spesimen jika diperlukan
Menggalang peran serta pejabat dan tokoh setempat untuk menjelaskan pada masyarakat
tentang :
KLB yang sedang terjadi, gejala penyakit dan tingkat bahayanya
Upaya penanggulangan yang akan dilakukan oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan,
termasuk distribusi bahan-bahan pertolongan dan penanggulangan KLB yang dapat dilakukan
oleh masyarakat
Kesimpulan
Penyakit infeksi menular merupakan kasus yang perlu diperhatikan bagi para pelayan
kesehatan. Penyakit infeksi pernapsan yang menyerupai pneumonia ini merupakan penyakit
yang perlu ditangani dengan segera agar tidak mejadi wabah yang membahayakan indifidu
lain yang belum terpapar. Maka kegiatan surveilens atau pencatatatan dan pelaporan sangat
panting, juga gerakan pencegahan, penangulangan yang meliputi promotif, preventif dan
kuratif sangatlah ditekanan.
Daftar Pustaka