Anda di halaman 1dari 14

Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.

2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164


Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

SISTEM TATANIAGA TANDAN BUAH SEGAR DI KECAMATAN WAMPU, KABUPATEN


LANGKAT, SUMATERA UTARA

Fajar Rezeki Ananda Lubis*


Netti Tinaprilla**
*Alumnus Universitas Institut Pertanian Bogor
**Dosen Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi IPB
Email: fajarrezekiananda@gmail.com

ABSTRAK

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang dijadikan sebagai
komoditas unggulan di Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera
Utara. Terdapat perbedaan yang cukup besar pada harga yang ditawarkan di tingkat
petani dengan harga yang ditawarkan di tingkat konsumen. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi saluran tataniaga dan efisiensi saluran tataniaga tandan buah
segar (TBS) kelapa sawit yang terbentuk. Penentuan responden petani dilakukan secara
purposive sampling sebanyak 30 orang dan responden lembaga tataniaga
menggunakan metode snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat tiga saluran tataniaga TBS kelapa sawit yang terbentuk. Secara umum, sistem
tataniaga TBS yang terbentuk tersebut belum efisien. Saluran yang paling banyak
digunakan oleh petani adalah saluran I (petani-agen kecil-Agen besar-pabrik kelapa
sawit) yang memiliki nilai marjin yang tinggi serta farmer’s share yang rendah.

Kata kunci: TBS, Saluran Tataniaga, Efisiensi Tataniaga

ABSTRACT
Oil Palm is the main plantation commodity in Wampu Subdistrict, Langkat Regency, North
Sumatera. Products of oil palm plantations is the fruit of the palm-shaped bunches
(FFB). There is a large gap of FFB price between market at the farm gate and consumer.
The purpose of this study is to identify the marketing channel and the efficiency of FFB
marketing channels. The method was used to select the respondents was purposive
sampling with total result are 30 farmers and to select the marketing institutions was
snowball sampling. The results showed that there are three channels formed. In general,
all of the marketing channels of FFB had not been efficient. The major marketing
channel is farmers – small retailers – large retailer – oil palm industry which has high
margin and low farmer’s share.

Keyword : Oil Palm Fresh Fruit Bunch, Marketing Channel, Marketing Efficiency

PENDAHULUAN dari subsektor yang lainnya, subsektor


Komoditas perkebunan merupakan perkebunan juga mengalami
salah satu andalan bagi pendapatan perkembangan yang sangat signifikan
nasional dan devisa negara Indonesia yang dapat dilihat dari kontribusinya
bila dibandingkan dengan sumbangan terhadap perekonomian nasional. Pada

126
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

tahun 2013 kontribusi subsektor sepanjang value chain agribisnis kelapa


perkebunan mencapai US$ 45.54 milyar sawit didapat dari konversi bahan baku
atau setara dengan Rp.637.56 trilliun (sumberdaya alam) menjadi bahan baku
(asumsi 1 US$ = Rp. 14.000,-) yang proses (TBS), bahan setengah jadi (CPO
meliputi ekspor komoditas dan PK) dan bahan jadi (produk akhir,
perkebunan sebesar US$ 35.64 milyar, baik edible mau nonedible). (Pahan,
cukai hasil tembakau US$ 8.63 millyar 2011)
dan bea keluar (BK) CPO dan biji kakao Provinsi Sumatera Utara merupakan
sebesar US$ 1.26 milyar. Jika wilayah yang memiliki areal perkebunan
dibandingkan dengan tahun 2012 yang luas dan potensial sebagai devisa
kontibusi subsektor perkebunan bagi nasional dan pemerintah daerah
mengalami peningkatan sebesar setempat. Areal pengembangan
27.78% atau naik sebesar US49.90 perkebunan kelapa sawit dapat meliputi
milyar (Ditjenbun, 2015). : perkebunan rakyat (swadaya), PBSA
Peran subsektor perkebunan dalam (Perkebunan Besar Swasta Asing),
pembangunan ekonomi nasional PBSN (perkebunan Besar Swasta
diperkuat dengan peningkatan luas areal Negara), dan pengembangan melalui
dan produksi. Data pada Tabel 1 pola PIR. Secara umum pengusahaan
menunjukkan bahwa pertumbuhan areal areal kelapa sawit di Sumatera Utara
perkebunan di Indonesia meningkat masih didominasi oleh perkebunan
setiap tahun dalam rentang tahun 2009- rakyat, sehingga pembangunan
2015. Komoditi yang mengalami perkebunan ditempuh dengan
pertumbuhan yang signifikan dalam Pendekatan perkebunan rakyat sebagai
periode tersebut adalah karet, kelapa tulang punggung, sedangkan perusahaan
sawit, dan kopi. jika dibandingkan perkenunan Negara dan sawasta sebagai
dengan komoditas perkebunan lainnya pendukung.
dan komoditas kelapa sawit terus Kabupaten Langkat merupakan salah
mengalami peningkatan dari tahun 2009 satu sentra wilayah produksi TBS kelapa
– 2015 dengan rata-rata pertumbuhan sawit kedua terbesar di Provinsi
yaitu 7,14 persen. Sumatera Utara setelah Kabupaten
Selain luas areal yang mengalami Asahan. Luas areal yang ditanami kelapa
peningkatan, produksi perkebunan sawit pada tahun 2014 adalah 46 291.00
rakyat juga mengalami kenaikan dalam Ha, produksinya mencapai 146 521.00
periode 2009 - 2015. Komoditi ton.
perkebunan yang mengalami Perkebunan kelapa sawit di Kabupaten
peningkatan produksi paling signifikan Langkat meliputi seluruh wilayah
adalah karet dan kelapa sawit. kecamatan yang ada, yaitu 19 kecamatan.
Produksi kelapa sawit ditujukan untuk Luas area dan produksi kelapa sawit di
memenuhi permintaan pasar akan Kabupaten Langkat berdasarkan
produk olahan kelapa sawit. TBS diolah kecamatan. Pada Kabupaten Langkat
di unit ekstraksi yang berlokasi di terdapat empat kecamatan yang
perkebunan menjadi produk setengah memiliki hasil produksi yang melebihi 60
jadi yang berbentuk minyak kelapa 000 ton TBS yaitu Kecamatan Batang
sawit (MKS = Crude Palm Oil, CPO) dan Serangan, Selesai, Wampu dan Salapian.
inti kelapa sawit (IKS = Palm Kernel, PK). Produksi kelapa sawit dari kecamatan
MKS dan IKS yang merupakan bahan tersebut akan berkontribusi untuk
setengah jadi memiliki permintaan yang memenuhi permintaan dari pabrik
cukup besar. MKS dan IKS dapat diolah kelapa sawit. Sesuai dengan lokasi
menjadi bermacam-macam produk penelitian di Kecamatan Wampu, pada
lanjutan dengan bermacam-macam Tabel 6 menunjukan luas areal
kegunaan. Nilai tambah yang didapatkan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan

127
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

Wampu seluas 3 680 Ha dengan total penelitian ini adalah data primer dan
produksi 62 424.00 Ton TBS. data sekunder. Data primer diperoleh
Kecamatan Wampu merupakan salah melalui pengamatan secara langsung
satu daerah yang menjadikan kelapa (observasi), wawancara dengan
sawit sebagai komoditas unggulan menggunakan daftar pertanyaan
daerah dan menempati posisi ketiga (kuisioner) kepada pelaku saluran
dalam produksi TBS di Kabupaten tataniaga. Pengamatan secara langsung
Langkat. Potensi tersebut harus juga dilakukan terhadap kegiatan
diimbangi dengan kesejahteraan pelaku pemasaran kelapa sawit yang terjadi dan
utama usahatani tersebut, yaitu petani. penelusuran saluran pemasaran dan
Namun pada kenyataannya petani kelapa lembaga-lembaga yang terlibat dalam
sawit di Kecamatan Wampu menerima saluran pemasaran kelapa sawit.
harga yang rendah, Data sekunder diperoleh dari studi
Sistem tataniaga tandan buah kelapa literatur, tinjauan pustaka dan beberapa
sawit di Kecamatan Wampu memegang penelitian terdahulu. Selain itu data
peranan dalam upaya meningkatkan nilai sekunder yang berhubungan data
tambah komoditas tersebut dan produksi, luas areal, produktivitas dan
mempermudah pabrik kelapa sawit data tentang Kelapa Sawit didapat dari
(PKS) dalam memenuhi pasokan bahan Departemen Pertanian, Direktorat
baku. Peningkatan produksi tanpa Jenderal perkebunan, Dinas Perkebunan
diiringi dengan pengembangan sistem Sumatera Utara, KPB (Kantor Pemasaran
tataniaga yang baik dapat menyebabkan Bersama). Data sekunder dipergunakan
harga menjadi rendah. Hal ini dapat sebagai pelengkap data primer yang
berdampak pada perilaku petani dalam bersumber dari literatur. Pemilihan
menjalankan usahataninya. Oleh karena responden dilakukan dengan metode
itu, penting untuk mengkaji sistem pengambilan contoh secara sengaja
tataniaga tandan buah kelapa sawit di (purposive). Karakteristik petani dilihat
Kecamatan Wampu agar dapat dari jenis komoditi yang ditanam yaitu
meningkatkan kesejahteraan petani. kelapa sawit, kondisi lahan dan
Berdasarkan masalah-masalah yang pemukimannya jauh dari jalan utama
ada di Kecamatan Wampu, Kabupaten desa dan jauh dari PKS, dan petani yang
Langkat terkait tataniaga tandan buah pernah melakukan pemanenan kelapa
sawit, maka yang menarik untuk sawit. Responden pedagang yang
dikaji adalah sebagai berikut bagaimana diwawancarai dipilih berdasarkan alur
sistem tataniaga TBS kelapa sawit di pemasaran TBS. Pengambilan sampel
Kecamatan Wampu, Kabupaten dilakukan dengan snowball sampling
Langkat dan manakah saluran tataniaga yaitu dengan cara mengikuti alur
yang paling efisien di Kecamatan pemasaran mulai dari produsen
Wampu, Kabupaten Langkat dengan (petani) hingga konsumen akhir dan
pendekatan marjin tataniaga, farmer’s menelusuri saluran pemasaran di daerah
share, dan rasio biaya dan keuntungan penelitian berdasarkan informasi yang
didapat dari pelaku pasar yaitu mulai
METODE PENELITIAN dari tingkat petani sampai PKS. Hal ini
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan untuk menghindari lembaga pemasaran
Wampu, Kabupaten Langkat, Sumatera yang dianalisis efisiensi pemasarannya
Utara. Pemilihan lokasi ini dilakukan ternyata tidak menggunakan saluran
secara purposive sampling dengan pemasaran yang telah terbentuk
pertimbangan bahwa Kecamatan sebelumnya. Jumlah responden petani
Wampu merupakan salah satu sentra adalah sebanyak 30 orang. Sedangkan
penghasil Kelapa Sawit di Kabupaten jumlah pedagang responden sebanyak 6
Langkat. Data yang digunakan dalam orang yang terdiri dari empat agen

128
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

kecil, dan dua Agen besar. masing lembaga pemasaran dapat


Analisis margin tataniaga bertujuan dirumuskan sebagai berikut:
untuk mengetahi tingkat efisiensi dari Rasio Keuntungan Biaya; 𝜋 = 𝐿𝑖⁄𝐶𝑖
pemasran tandan buah segar di Keterangan:
Kecamatan Wampu. Selain itu, margin Li : Keuntungan Lembaga
tataniaga digunakan untuk perbedaan Pemasaran
pendapatan yang diterima oleh masing- Ci : Biaya Pemasaran
masing lembaga. Besarnya margin
merupakan penjumlahan dari biaya- Analisis Farmer’s Share
biaya pemasaran yang dikeluarkan dan
keuntungan yang diperoleh Pendapatan yang diterima petani
(farmer’s share) merupakan
perbandingan persentase harga yang
Mi = Psi – Pbi………………(1) diterima oleh petani dengan harga yang
Keterangan : dibayar di tingkat konsumen akhir.
Mi = margin tataniga tingkat ke-i Secara matematis farmer’s share dihitung
Psi = harga jual pasar di tingkat ke- sebagai berikut:
i Pbi = harga beli pasar di tingkat 𝑃𝑓
ke i 𝐹𝑠𝑖 = 𝑥 100%
𝑃𝑟
Keterangan:
Margin tataniaga juga dapa diperoleh
dari penjumlahan biaya dan Fsi : Persentase Yang Diterima
keuntungan pada masing-masing Petani Pf : Harga di Tingkat Petani
lembaga tataniaga. Secara sistematis Pr : Harga di Tingkat Konsumen
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Mi = Ci + πi ……..(2) Semakin mahal konsumen membayar
Keterangan : harga yang ditawarkan oleh lembaga
Ci = biaya lembaga tataniaga di pemasaran (pedagang), maka yang
tingkat ke-i diterima oleh petani akan semakin
πi = Keuntungan lembaga tataniag di sedikit, karena petani menjual komoditi
tingkat ke-i pertanian dengan harga yang relatif
rendah. Hal ini memperlihatkan adanya
hubungan negatif antara marjin
Dari persamaan (1) dan (2), maka pemasaran dengan bagian yang diterima
diperoleh persamaan sebagai oleh petani. Semakin besar marjin
berikut : pemasaran maka penerimaan petani
Psi – Pbi = Ci + πi……..(3) relatif kecil.
Dengan demikian keuntungan lembaga
tataniaga di tingkat ke-I sebesar : HASIL DAN PEMBAHASAN
πi = Psi – Pbi – Ci Lembaga Tataniaga
(Asmarantaka, 2012)
Saluran tataniaga tandan buah sawit
dari petani hingga ke konsumen
Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya melibatkan beberapa lembaga
Rasio keuntungan dan biaya (Analisis tataniaga. Berikut ini lembaga tataniaga
R/C Ratio) adalah persentase yang terlibat dalam tataniaga tandan
keuntungan pemasaran terhadap biaya buah sawit.
pemasaran yang secara teknis 1. Petani yang berjumlah 30
(Operasional) untuk mengetahui tingkat responden merupakan lembaga
efisiensinya. Penyebaran rasio yang berperan dalam memproduksi
keuntungan dan biaya pada masing- TBS dengan total produksi 17

129
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

850,48 ton/tahun dengan dan dari pihak BUMN PT. ABC


produktivitas 16,16 ton/ha/tahun. merupakan konsumen akhir dari TBS.
2. Agen kecil yang terdiri dari empat
Saluran Tataniaga
responden merupakan pembeli
TBS yang kemudian menyalurkan Saluran tataniaga tandan buah kelapa
TBS kepada agen besar. sawit yang terdapat di Kecamatan
3. Agen besar yang terdiri dari dua Wampu Kabupaten Langkat ada tiga
responden dan memiliki badan saluran, yaitu:
hokum yaitu UD. Lancar Sawit dan 1) Petani – Agen Kecil – Agen
PT. Risky Fajar Adiputra Besar – PKS
merupakan pembeli TBS dari 2) Petani – Agen Besar – PKS
petani dan perantara setelah agen 3) Petani – PKS.
kecil yang menyalurkan TBS dalam
skala besar kepada Pabrik Kelapa
Sawit (PKS). Saluran tataniaga TBS di Kecamatan
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang terdiri Wampu, Kabupaten Langkat dapat dilihat
dari dua responden dan memiliki badan pada
hukum yaitu dari pihak swasta PT. XYZ

Agen Kecil (22,12%)


20.515kg

Agen Besar
Petani (100%) Agen Besar
92.720 Kg 34.955 Kg (37,7%)

37.250 kg, 40,17% Pabrik Kelapa


Sawit

Gambar 1. Saluran tataniaga Tandan Buah Sawit


dibeli oleh agen kecil dengan harga rata-
Saluran tataniaga I rata Rp 943/kg. Kemudian, TBS dibeli
Saluran tataniaga I terdiri dari agen besar dengan harga Rp 1 067,5/kg.
petani, agen kecil, agen besar, dan Selanjutnya, agen besar ini akan
pabrik kelapa sawit. Jumlah petani mengirimkan TBS ke Pabrik Kelapa
responden yang melakukan saluran Sawit biasanya membeli buah dengan
tataniaga satu adalah lima belas orang kisaran harga Rp 1 275-1 325 per kg.
atau sebesar 50 persen. Volume Hasil pengolahan TBS ini biasanya akan
penjualan TBS pada saluran ini sebesar langsung dikirim oleh pabrik kelapa
20 515 Kg atau 22.12 persen dari total sawit ke pelabuhan Belawan dan
volume penjualan TBS dengan selanjutnya diekspor ke luar negeri.
produktivitas 14 624 Kg/Ha/tahun. Pada saluran satu, harga tandan
Petani melakukan saluran tataniaga buah kelapa sawit ditentukan oleh
ini karena petani tidak mempunyai Pabrik kelapa Sawit, dalam hal ini PKS
alternatif lain dalam menyalurkan Swasta PT, XYZ. Berdasarkan harga yang
TBSnya. Hal yang mendasari petani ditentukan oleh KPB (Kantor Pemasaran
menjual kepada agen kecil ialah luas Bersama) mengacu pada harga CPO
lahan perkebunan yang kecil dan jarak dunia. Sistem pembelian yang dilakukan
lahan perkebunan yang jauh dari PKS dan oleh lembaga tataniaga kepada petani
tempat pedagang besar. TBS petani adalah dengan sistem timbang dan

130
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

dibayar secara tunai. Agen kecil akan transportasi (pengangkutan), biaya


menjualnya pada agen buah yang besar bongkar muat TBS, retribusi dan tenaga
dan pada akhirnya Agen besar ini akan kerja pencari petani. Pabrik kelapa sawit
menjualnya kepada Pabrik Kelapa XYZ mengeluarkan biaya pengolahan
Sawit dengan sistem pembayaran pabrik untuk mengolah TBS menjadi
hutang 1 minggu. Dengan demikian, pada CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm
saluran ini petani mengeluarkan biaya kernel Oil).
tataniaga seperti biaya pemanenan.
Sedangkan, agen mengeluarkan biaya
bongkar muat dan biaya pengangkutan. Saluran Tataniaga III
Saluran ketiga terdiri dari petani
dan PKS, jumlah responden pada
Saluran Tataniaga II
saluran ini hanya dua petani. Petani pada
Saluran tataniaga II dilakukan oleh
saluran ketiga ini langsung menjual hasil
tiga belas petani responden, saluran ini
panen tandan buah sawit kepada Pabrik
terdiri dari petani, agen besar dan PKS.
Kelapa Sawit. Para petani pada saluran
Para petani yang melakukan saluran
ketiga ini mempunyai angkutan sendiri
tataniga ini dikarenakan mereka
untuk mengangkut hasil panen TBS
mempunyai kedekatan dengan pedagang
langsung ke pabrik kelapa sawit. Selain
besar dan akses lahan perkebunan yang
mempunyai alat angkut TBS, mereka
dekat dengan lokasi tempat
juga mempunyai lahan kelapa sawit yang
penyimpanan dan akses jalan yang
luas dan izin untuk menjadi pemasok
mudah dimasuki sehingga memudahkan
TBS di PKS, yaitu ABC Langkat dan PKS
para agen untuk masuk. Agen besar pada
XYZ. Petani ini juga bertindak sebagai
saluran ini ingin mendapatkan profit
pedagang besar atau agen TBS untuk
yang lebih tinggi sehingga memotong
memasok ke PKS. Volume penjualannya
fungsi agen kecil yaitu dengan mencari
yang mencapai 37 250 Kg atau 40,17
petani sendiri dengan kriteria lahan yang
persen dari total penjualan dengan
luas untuk mendapatkan produksi yang
produktivitas 14 571,43 Kg/Ha/Tahun .
stabil. Volume penjualan tandan buah
Petani pada saluran ini yang telah
kelapa sawit pada saluran ini sebesar 34
memanen TBS mengeluarkan biaya
955 Kg per panen atau sebesar 37,70
pemanenan kemudian, biaya
persen dari total volume penjualan
pengangkutan. Hasil panen tersebut
tandan buah kelapa sawit dengan
dikumpulkan dan langsung diangkut ke
produktivitas 17 419 Kg/Ha/Tahun.
pabrik kelapa sawit. Pabrik kelapa sawit
Agen besar akan mendatangi petani
akan menyortir TBS sebelum
yang sedang memanen kelapa sawit.
dimasukkan ke dalam loading ramp
Kemudian, tandan buah kelapa sawit
untuk diolah menjadi CPO (Crude Palm
yang telah dipanen akan ditimbang dan
Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). Hasil
dimasukkan ke dalam truk pengangkut.
pengolahan yang berupa CPO ini akan
Harga beli rata-rata TBS adalah Rp
langsung diekspor ke luar negeri melalui
955/kg. Setelah mengumpulkan TBS,
pelabuhan Belawan.
agen buah akan mengangkut buah
Harga tandan buah kelapa sawit ini biasa
sawit tersebut langsung ke Pabrik
dibeli oleh PKS dengan kisaran Rp 1 275
Kelapa Sawit (PKS) dalam hal ini PKS
- Rp.1 325 per kg. Harga ini ditentukan
BUMN PT. ABC dan PKS swasta XYZ
per harinya oleh pabrik berdasarkan
membeli buah dengan harga rata-rata
perhitungan dan memakai harga CPO
Rp. 1 312,5 per kg. Pada saluran ini para
dunia. Harga CPO dunia sangat
petani mengeluarkan biaya pemanenan
berfluktuaktif sehingga menyebabkan
karena petani pada saluran ini
harga tandan buah kelapa sawit
menggunakan BHL (Buruh Harian
berubah- ubah setiap harinya.
Lepas). Agen buah mengeluarkan biaya

131
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

Fungsi - fungsi tataniaga yang dilakukan diuraikan tersebut dapat dilihat pada
semua lembaga tataniaga yang telah Tabel 1.

Tabel 1. Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan lembaga tataniaga TBS di Kecamatan


Wampu, Kabupaten Langkat
Lembaga Tataniaga
Fungsi Tataniaga Pabrik
Petani Agen Kecil Agen Besar
Kelapa Sawit
Fungsi Beli -   
Pertukaran Jual    
Pengolahan - - - 
Fungsi Fisik Pengangkutan    
Sortasi - -  
Penyimpanan - -  
Biaya -   
Fungsi
Resiko - - - -
Fasilitas
Informasi
-   
Pasar

Analisis Margin Tataniaga PKO.


Margin tataniaga merupakan selisih Pada saluran tataniaga I, petani
harga jual dan harga beli di tingkat mengeluarkan biaya tataniaga yang
petani dan di tingkat pedagang pada terdiri dari biaya pemanenan Rp. 200/kg
lembaga tataniaga. Margin tataniaga TBS. Biaya ini dikategorikan mahal
meliputi biaya tataniaga yang dibanding dengan saluran lainnya yang
dikeluarkan dalam setiap lembaga disebabkan oleh kuantitas TBS yang
tataniaga dan keuntungan yang didapat dipanen sedikit dan siklus panen yang
oleh lembaga tataniaga dalam hanya dilakukan setiap minggu. Agen
menyalurkan produk pertanian dari kecil pada saluran ini mengeluarkan
produsen hingga ke tangan konsumen. biaya pengangkutan rata-rata Rp. 35/kg.
Dalam penelitian kali ini, margin Kemudian biaya yang dikeluarkan oleh
tataniaga yang akan dihitung agen kecil adalah biaya bongkar muat
menggunakan prinsip kesetaraan. yaitu Rp. 10/kg TBS. Total biaya yang
Semua satuan dalam perhitungan dikeluarkan agen kecil adalah Rp
margin tataniaga tandan buah kelapa 33.2/kg. Agen besar yang terlibat pada
sawit ini adalah Rupiah per kg TBS. saluran tataniaga I ini mengeluarkan
Perhitungan yang digunakan adalah biaya pengangkutan Rp. 77/Kg, biaya
rendemen TBS petani sebesar 21 persen. bongkar Rp. 25/Kg, Biaya muat Rp.
Rendemen 21 persen berarti bahwa satu 25/Kg dan retribusi sebesar Rp. 20/Kg
ton TBS menghasilkan 210 kilogram Total biaya yang dikeluarkan agen besar
CPO (Crude Palm Oil). Rendemen untuk adalah Rp. 147/Kg. Berikut adalah Tabel
PKO (Palm Kernel Oil) TBS petani adalah 10 biaya tataniaga yang dikeluarkan
lima persen, artinya untuk setiap 1 ton lembaga tataniaga pada saluran
TBS akan menghasilkan 50 kilogram tataniaga I.

132
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

Tabel 3. Biaya tataniaga yang dikeluarkan setiap lembaga tataniaga pada saluran
tataniaga I
Jenis Biaya Rata-Rata (Rupiah per Kilogram)
Petani
Biaya Pemanenan 200
Total 200
Agen kecil
Biaya Bongkar Muat 10
Biaya Pengangkutan 26
Total 36
Agen besar
Biaya Pengangkutan 77
Biaya Bongkar dan Muat 50
Biaya Retribusi 20
Total 147

Pada saluran tataniaga yang II para petani yang menjual kepada agen besar
petani langsung didatangi oleh tenaga adalah langganan sudah lama, berada di
kerja agen besar. Hal ini dilakukan oleh sekitar tempat pangkalan penyimpanan
agen besar untuk mendapatkan margin TBS agen besar dan terdapat satu
yang lebih banyak. Pada umumnya setiap responden memiliki ikatan keluarga
dengan agen besar.
Tabel 4. Biaya tataniaga yang dikeluarkan lembaga tataniaga pada saluran tataniaga II
Jenis Biaya Rata-rata (Rupiah/Kilogram)
Petani
Biaya Pemanenan 28
Total 28
Agen besar
Biaya Pengangkutan 76,5
Biaya Bongkar dan muat 50
Biaya Retribusi 20
Agen besar
Biaya Tenaga kerja 72,5
Total 219

Biaya yang dikeluarkan oleh tataniaga pada saluran tataniaga II.


petani adalah biaya pemanenan rata-rata Pada saluran tataniaga yang III
Rp. 28/kg TBS. Biaya yang dikeluarkan petani langsung mengirimkan TBS ke
oleh agen besar untuk pengangkutan pabrik kelapa sawit. Biaya yang
sebesar 76,5/kg, biaya biaya bongkar dikeluarkan oleh petani adalah biaya
muat adalah 50/kg, biaya retribusi Rp. pemanenan Rp. 28/kg TBS. Biaya
20/Kg, dan biaya tenaga kerja dalam hal pengangkutan yang dikeluarkan petani
ini pemasaran yang khusus mencari adalah rata-rata 74/kg TBS. Biaya
petani sebesar Rp. 72,5/Kg. Total biaya bongkar muat adalah 50/kg TBS. Total
yang dikeluarkan agen buah adalah Rp. biaya yang dikeluarkan para petani
219/Kg. Berikut adalah tabel total biaya adalah Rp. 124/kg TBS. Berikut adalah
yang dikeluarkan oleh lembaga tabel total biaya yang dikeluarkan oleh
petani pada saluran tataniaga III.

133
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

Tabel 5. Biaya tataniaga yang dikeluarkan lembaga tataniaga pada saluran tataniaga III
Jenis Biaya Rata-rata (Rupiah/Kilogram)
Petani
Biaya Pemanenan 27.25
Biaya Pengangkutan 72,5
Biaya Bongkar muat 50
Total 149,75

Margin di setiap saluran tataniaga Jika dihubungkan kepada fungsi


berbeda-beda karena perbedaan biaya tataniaga, biaya transportasi yang
pemasaran yang dikeluarkan dan menjadi biaya yang cukup besar pada
keuntungan yang diperoleh untuk saluran ini. Kemudian jika
setiap lembaga tataniaga. Nilai margin dihubungkan kepada perilaku pasar
tataniaga yang kecil menunjukkan pada saluran tataniaga I ini setiap
bahwa saluran tataniaga tersebut lembaga sudah menjalani kerjasama
efisien karena perbedaan harga jual di yang terjalin sejak lama, tidak mungkin
tingkat petani dan harga beli di untuk keluar dari pasar ini jika
lembaga tataniaga akhir kecil hal ini dihubungkan dengan struktur pasar.
akan menguntungkan petani. Nilai Pada saluran tataniaga III memiliki nilai
margin tataniaga yang besar marjin tataniaga paling kecil. Hal ini
menunjukkan bahwa saluran tataniaga disebabkan petani pada saluran
tersebut tidak efisien karena tataniaga III ini memliki alat
perbedaan harga jual di tingkat petani pengangkutan sendiri untuk menjual
dan harga beli di tingkat lembaga tandan buah sawit kepada Pabrik
tataniaga terakhir besar hal ini akan Kelapa Sawit. Rincian mengenai margin
merugikan petani. tataniaga dan keuntungan yang
Berdasarkan analisis margin diterima oleh setiap lembaga tataniaga
tataniaga TBS dapat pada Tabel 13 setelah biaya tataniaga yang
dapat dilihat bahwa saluran tataniaga dikeluarkan agen buah ditambahkan
pertama memiliki marjin tataniaga dengan keuntungan yang mereka ambil.
dengan nilai yang paling besar. Hal ini Margin tataniaga dan keuntungan yang
disebabkan pada saluran tataniaga I diterima setiap lembaga tataniaga
merupakan saluran terpanjang dengan berdasarkan pendapatan petani yang
melalui beberapa lembaga tataniaga berasal dari harga TBS dapat dilihat
sebelum mencapai pabrik kelapa sawit. pada Tabel 4.

134
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

Tabel 6. Marjin Tataniaga TBS setiap saluran tataniaga di Kecamatan Wampu,


Kabupaten Langkat
Saluran Tataniaga
Uraian 1 2 3
Nilai (Rp/Kg) Nilai (Rp/Kg) Nilai (Rp/Kg)
Petani
Harga Jual 943.00 955.00 1312.50
Biaya Tataniaga 200.00 28.00 149.75
Agen kecil
Harga Jual 1067.50
Harga Beli 943.00
Biaya Tataniaga 36.00
Keuntungan 88.50
Margin 124.50
Agen besar
Harga Jual 1325.00 1312.5
Harga Beli 1067.00 955.00
Biaya Tataniaga 147.00 219.00
Keuntungan 110.00 138.00
Margin 257.50 357.50
PKS
Harga Beli 1325.00 1312.50 1312.50
Total Biaya 383.00 247.00 149.75
Tataniaga
Total Keuntungan 199.00 138.50 -
Total Margin 382.00 357.50 -

porsi atau bagian yang dinikmati petani


Farmer’s Share besar dan saluran tataniaga tersebut
Farmer’s share adalah selisih antara efisien. Nilai farmer’s share yang kecil
harga retail dan margin tataniaga. Hal berarti porsi atau bagian yang
ini digunakan untuk mengatahui porsi dinikmati oleh petani kecil dan saluran
harga di tingkat konsumen yang tataniaga tersebut tidak efisien.
dinikmati oleh petani. Melalui farmer’s Analisis farmer’s share dari tataniaga
share dapat diketahui efisien atau TBS di Kecamatan Wampu, Kabupaten
tidaknya sebuah saluran tataniaga. Langkat dapat dilihat pada Tabel 14 di
Nilai farmer’s share yang besar berarti bawah ini.
Tabel 7. Analisis Farmer’s share saluran tataniaga TBS di Kecamatan Wampu,
Kabupaten Langkat tahun 2015
Saluran Harga di Tingkat Harga di Tingkat Farmer’s
Tataniag Petani Konsumen Share(%)
aI 943
(Rp/kilogram) 1325
(Rp/kilogram) 71,16
II 955 1312 72,78
III 1312 1312 100

Farmer’s share tertinggi terdapat analisis margin tataniaga saluran


pada saluran tataniaga III sebesar 100 tataniaga III tidak memiliki nilai margin
persen, hal ini karena petani pada tataniaga karena pada saluran tataniaga
saluran ini menjual langsung ke PKS III ini petani mempunyai transportasi
tanpa melalui pedagang perantara. Pada sendiri untuk langsung mengirim TBS

135
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

langsung kepada pabrik kelapa sawit ini memakan biaya yang cukup besar.
dan kerjasama kedua lembaga Jika dilihat dari analisis margin tataniaga
tataniaga ini sudah terjalin sejak lama. dan farmer’s share maka saluran
Nilai margin yang ada pada saluran lain tataniaga III dapat dikatakan paling
terjadi karena adanya agen buah sawit. efisien karena nilai margin saluran
Hal ini memungkinkan terjadi apabila tataniaga III terkecil dan farmer’s share
petani tersebut mempunyai mobil yang didapatkan petani juga paling besar.
pengangkutan pribadi, dan sudah Selain itu fungsi fisik yaitu
berbentuk badan hukum sehingga bisa pengangkutan pada saluran tataniaga III
memasukan hasil panen ke PKS karena ini ditanggung oleh petani, tidak
pada umumnya PKS hanya bertransaksi melibatkan agen buah sawit. Kemudian
dengan perusahaan bukan perorangan. kerjasama antara pabrik kelapa sawit
Sedangkan farmer’s share terkecil dan petani sudah terjalin sejak lama.
didapatkan oleh saluran tataniaga I
sebesar 71,16 persen dan mendapatkan
margin tataniaga terbesar sebesar 28,83 Rasio Keuntungan Terhadap Biaya
persen. Saluran tataniaga I ini Rasio keuntungan terhadap biaya dapat
merupakan saluran tataniaga yang digunakan untuk melihat efisiensi suatu
terpanjang, karena pada saluran ini sistem tataniaga. Rasio keuntungan dan
melibatkan agen kecil dan agen besar. biaya tataniaga mendefinisikan besarnya
Karena memiliki saluran tataniaga yang keuntungan yang diterima atas biaya
panjang, semakin kecil nilai yang tataniaga yang dikeluarkan. Nilai rasio
keuntungan yang didapatkan petani dan keuntungan terhadap biaya lebih dari
semakin besar nilai marjin tataniaga. satu hal ini berarti saluran tersebut
Jika dihubungkan dengan perilaku dan layak untuk dijalankan dan telah
struktur pasar, kerjasama pada saluran memberikan keuntungan kepada
tataniaga I sudah terjalin sejak lama dan lembaga tataniaga yang terlibat
sulit bagi para lembaga tataniaga untuk didalamnya. Analisis rasio keuntungan
melepaskan diri dari pasar ini. dan biaya tataniaga TBS dapat dilihat
Pengangkutan pada saluran tataniaga I pada Tabel 8 dibawah ini.

Tabel 8. Analisis rasio keuntungan terhadap biaya saluran tataniaga TBS di


Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat
Saluran Keuntungan Biaya Rasio
Tataniag Tataniaga Tataniaga Keuntungan
Saluran
a I (Rp/Kg) (Rp/Kg) Terhadap Biaya
Petani 743.00 200.00 3.71
Agen kecil 124.50 36.00 3.46
Agen besar 257.50 147.00 1.74
Total 1082.00 383.00 2.82
Saluran II
Petani 927.00 28.00 33.10
Agen besar 357.50 219.00 1.63
Total 1297.00 247.00 5.25
Saluran III
Petani 1325 1163.00 149.75 7.76
Total 124 1163.00 149.75 7.76

Berdasarkan tabel di atas pada setiap dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga
saluran tataniaga memiliki nilai rasio masing-masing memberikan
keuntungan dan biaya lebih dari satu, keuntungan. Rasio keuntungan
hal ini berarti kegiatan tataniaga yang terhadap biaya pada saluran pertama
adalah 2,82. Hal ini berarti setiap Rp.

136
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

1/kg TBS akan menghasilkan


keuntungan sebesar Rp. 2,82/kg TBS.
Nilai rasio keuntungan terhadap biaya
pada saluran tataniaga dua yaitu
sebesar 5,25. Hal ini berarti setiap Rp.
1/kg TBS akan menghasilkan
keuntungan sebesar Rp. 5,25/kg TBS.
Rasio keuntungan terhadap biaya pada
saluran ketiga sebesar 7,76. Setiap Rp.
1/kg TBS akan menghasilkan
keuntungan sebesar Rp. 7,76/kg TBS.
Berdasarkan perhitungan rasio
keuntungan terhadap biaya maka
saluran tataniaga III yang relatif lebih
efisien karena memiliki nilai rasio
keuntungan terhadap biaya paling besar.
Sedangkan saluran tataniaga I relatif
tidak efisien karena memiliki nilai rasio
keuntungan terhadap biaya yang paling
kecil.
Efisiensi Tataniaga
Efisiensi tataniaga dapat tercapai apabila
sistem tataniaga yang ada telah
memberikan kepuasan kepada pelaku-
pelaku yang terlibat, mulai dari petani
hingga PKS. Berdasarkan hasil analisis
tataniaga TBS di Kecamatan Wampu
diperoleh nilai efisiensi tataniaga untuk
masing-masing saluran tataniaga pada
Tabel 16.
Ada beberapa faktor indikator untuk
menentukan efisiensi saluran tataniaga
TBS di Kecamatan Wampu, diantaranya
dengan melihat nilai marjin tataniaga,
farmer’s share, sebaran nilai rasio
keuntungan atas biaya pemasaran dan
volume penjualan TBS. Jika dilihat dari
keseluruhan fungsi yang dilakukan,
saluran tataniaga III merupakan saluran
yang lebih efisien. Saluran III memiliki
farmer’s share yang tertinggi dan harga
yang ditawarkan di tingkat petani
merupakan harga tertinggi di antara
saluran yang lain.

137
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

Tabel 9. Nilai efisiensi tataniaga pada masing-masing saluran tataniaga pada masing-
masing saluran tataniaga TBS di Kecamatan Wampu
Saluran Tataniaga
Indikator I II III
(n=15) (n=13) (n=2)
Total
382.00 357.50 -
Margin
Farmer’s
(Rp/Kg) Share 71.16 72.78 100
(%)
Rasio πi/Ci 2.82 5.25 7.76
Volume (Kg) 20 515 34 955 37 250
Harga di
943.00 955.00 1312.50
tingkat Petani
Keterangan
(Rp) : n : Jumlah Petani

SIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari DAFTAR PUSTAKA
sistem tataniaga TBS di Kecamatan Asmarantaka, Ratna W. 2009. Pemasaran
Wampu Kabupaten Langkat adalah Produk-Produk Pertanian dalam
sebagai berikut:Saluran tataniaga sawit Bunga Rampai Agribisnis Seri
yang terbentuk di Kecamatan Wampu, Pemasaran. Editor Nunung
Kabupaten Langkat ada tiga saluran, yaitu: Kusnadi,dkk. Bogor: IPB press.
(1) Saluran tataniaga pertama, yaitu Asmarantaka RW. 2012. Pemasaran
Petani – Agen kecil – Agen besar – Pabrik Agribisnis (Agrimarketing).
Kelapa Sawit, (2) Saluran tataniaga kedua, Bogor(ID): Departemen Agribisnis
yaitu Petani – Agen besar – Pabrik Kelapa FEM-IPB
Sawit, (3) Saluran tataniaga ketiga, yaitu Asmarantaka Ratiza A. 2013. Analisa
Petani – Pabrik Kelapa Sawit. Berdasarkan tataniaga kelapa sawit di Desa
margin tataniaga, farmer’s share, dan rasio Tanjung Jaya Kecamatan Bangun
keuntungan terhadap biaya menunjukkan Rejo Kabupaten Lampung Tengah
saluran tataniaga III merupakan saluran Provinsi Lampung [skripsi]. Bogor
yang paling efisien. Saluran tataniaga III (ID): Institut Pertanian Bogor
adalah yang paling efisien karena memiliki Badan Pusat Statistik. 2015 , Kabupaten
farmer’s share sebesar 100 persen dan Langkat Dalam Angka 2015.
tidak memiliki marjin tataniaga karena Medan : BPS
petani pada saluran tersebut menjual Badan Pusat Statistik. 2015 , Sumatera
langsung kepada pabrik kelapa sawit Utara Dalam Angka 2015. Medan :
tanpa melalui agen buah. Pada saluran BPS Dewi A. 2014. Analisis
tataniaga III melakukan volume penjualan tataniaga salak pondoh di Desa
terbesar. Volume penjualan pada saluran Wonokerto, Kecamatan
ketiga sebesar 37250 Kg atau sebesar Turi, Kabupaten Sleman [Skripsi]. Bogor
40,17 persen. (ID): Institut Pertanian Bogor
Direktorat Jenderal Perkebunan.
2016 . Luas Areal Tanaman

138
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X

Perkebunan di Indonesia. Jakarta : Na IX-X, Kabupaten Labuhan Batu


Ditjenbun Utara, Sumatera Utara) [skripsi].
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016 . Bogor (ID): Institut Pertanian
Produksi Kelapa Sawit Berdasarkan Bogor.
Provinsi di Indonesia. Jakarta : Vinifera N. 2006. Analisis tataniaga
Ditjenbun komoditi kelapa kopyor (studi
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016 . kasus di Desa Ngagel, Kecamatan
Produksi Tanaman Perkebunan di Dukuhseti, Kabupaten Pati,
Indonesia. Jakarta : Ditjenbun Provinsi Jawa Tengah) [skripsi].
Direktorat Jendral Perkebunan. 2015. Bogor (ID): Institut Pertanian
Peranan Perkebunan dalam Bogor.
Perekonomian Nasional. Jakarta:
Kementrian Pertanian
Fikri M. 2013. Sistem tataniaga tomat
(kasus di Desa Tugumukti,
Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bandung Barat) [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Firmansyah M. 2013. Analisa tataniaga biji
kakao di Kecamatan Dagangan,
Kare, dan Gemarang, Kabupaten
Madiun [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Kementrian Pertanian. 2014 , Statistik
Makro Sektor Pertanian 2014.
Jakarta : Kementrian Pertanian
Kohl and Uhl. 2002. Marketing of
Agricultural Products. Ninth
Edition. Prentice Hall, New
Jersey.
Limbong, W.H dan P. Sitorus. 1985.
Pengantar Tataniaga Pertanian.
Program Studi Manajer Koperasi
Unit Desa (KUD). Bogor: Fakultas
Politeknik Pertanian. IPB
Mubyarto. 1980. Pengantar Ekonomi
Pertanian. LP3ES, Jakarta
Pahan, Iyun. 2011. Panduan Lengkap
Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis
dari Hulu hingga Hilir. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Siregar M.A. 2012. Analisis sistem
tataniaga tandan buah kelapa
sawit (studi kasus Desa
Perkebunan Berangir, Kecamatan
139

Anda mungkin juga menyukai