ABSTRAK
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang dijadikan sebagai
komoditas unggulan di Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera
Utara. Terdapat perbedaan yang cukup besar pada harga yang ditawarkan di tingkat
petani dengan harga yang ditawarkan di tingkat konsumen. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi saluran tataniaga dan efisiensi saluran tataniaga tandan buah
segar (TBS) kelapa sawit yang terbentuk. Penentuan responden petani dilakukan secara
purposive sampling sebanyak 30 orang dan responden lembaga tataniaga
menggunakan metode snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat tiga saluran tataniaga TBS kelapa sawit yang terbentuk. Secara umum, sistem
tataniaga TBS yang terbentuk tersebut belum efisien. Saluran yang paling banyak
digunakan oleh petani adalah saluran I (petani-agen kecil-Agen besar-pabrik kelapa
sawit) yang memiliki nilai marjin yang tinggi serta farmer’s share yang rendah.
ABSTRACT
Oil Palm is the main plantation commodity in Wampu Subdistrict, Langkat Regency, North
Sumatera. Products of oil palm plantations is the fruit of the palm-shaped bunches
(FFB). There is a large gap of FFB price between market at the farm gate and consumer.
The purpose of this study is to identify the marketing channel and the efficiency of FFB
marketing channels. The method was used to select the respondents was purposive
sampling with total result are 30 farmers and to select the marketing institutions was
snowball sampling. The results showed that there are three channels formed. In general,
all of the marketing channels of FFB had not been efficient. The major marketing
channel is farmers – small retailers – large retailer – oil palm industry which has high
margin and low farmer’s share.
Keyword : Oil Palm Fresh Fruit Bunch, Marketing Channel, Marketing Efficiency
126
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X
127
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X
Wampu seluas 3 680 Ha dengan total penelitian ini adalah data primer dan
produksi 62 424.00 Ton TBS. data sekunder. Data primer diperoleh
Kecamatan Wampu merupakan salah melalui pengamatan secara langsung
satu daerah yang menjadikan kelapa (observasi), wawancara dengan
sawit sebagai komoditas unggulan menggunakan daftar pertanyaan
daerah dan menempati posisi ketiga (kuisioner) kepada pelaku saluran
dalam produksi TBS di Kabupaten tataniaga. Pengamatan secara langsung
Langkat. Potensi tersebut harus juga dilakukan terhadap kegiatan
diimbangi dengan kesejahteraan pelaku pemasaran kelapa sawit yang terjadi dan
utama usahatani tersebut, yaitu petani. penelusuran saluran pemasaran dan
Namun pada kenyataannya petani kelapa lembaga-lembaga yang terlibat dalam
sawit di Kecamatan Wampu menerima saluran pemasaran kelapa sawit.
harga yang rendah, Data sekunder diperoleh dari studi
Sistem tataniaga tandan buah kelapa literatur, tinjauan pustaka dan beberapa
sawit di Kecamatan Wampu memegang penelitian terdahulu. Selain itu data
peranan dalam upaya meningkatkan nilai sekunder yang berhubungan data
tambah komoditas tersebut dan produksi, luas areal, produktivitas dan
mempermudah pabrik kelapa sawit data tentang Kelapa Sawit didapat dari
(PKS) dalam memenuhi pasokan bahan Departemen Pertanian, Direktorat
baku. Peningkatan produksi tanpa Jenderal perkebunan, Dinas Perkebunan
diiringi dengan pengembangan sistem Sumatera Utara, KPB (Kantor Pemasaran
tataniaga yang baik dapat menyebabkan Bersama). Data sekunder dipergunakan
harga menjadi rendah. Hal ini dapat sebagai pelengkap data primer yang
berdampak pada perilaku petani dalam bersumber dari literatur. Pemilihan
menjalankan usahataninya. Oleh karena responden dilakukan dengan metode
itu, penting untuk mengkaji sistem pengambilan contoh secara sengaja
tataniaga tandan buah kelapa sawit di (purposive). Karakteristik petani dilihat
Kecamatan Wampu agar dapat dari jenis komoditi yang ditanam yaitu
meningkatkan kesejahteraan petani. kelapa sawit, kondisi lahan dan
Berdasarkan masalah-masalah yang pemukimannya jauh dari jalan utama
ada di Kecamatan Wampu, Kabupaten desa dan jauh dari PKS, dan petani yang
Langkat terkait tataniaga tandan buah pernah melakukan pemanenan kelapa
sawit, maka yang menarik untuk sawit. Responden pedagang yang
dikaji adalah sebagai berikut bagaimana diwawancarai dipilih berdasarkan alur
sistem tataniaga TBS kelapa sawit di pemasaran TBS. Pengambilan sampel
Kecamatan Wampu, Kabupaten dilakukan dengan snowball sampling
Langkat dan manakah saluran tataniaga yaitu dengan cara mengikuti alur
yang paling efisien di Kecamatan pemasaran mulai dari produsen
Wampu, Kabupaten Langkat dengan (petani) hingga konsumen akhir dan
pendekatan marjin tataniaga, farmer’s menelusuri saluran pemasaran di daerah
share, dan rasio biaya dan keuntungan penelitian berdasarkan informasi yang
didapat dari pelaku pasar yaitu mulai
METODE PENELITIAN dari tingkat petani sampai PKS. Hal ini
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan untuk menghindari lembaga pemasaran
Wampu, Kabupaten Langkat, Sumatera yang dianalisis efisiensi pemasarannya
Utara. Pemilihan lokasi ini dilakukan ternyata tidak menggunakan saluran
secara purposive sampling dengan pemasaran yang telah terbentuk
pertimbangan bahwa Kecamatan sebelumnya. Jumlah responden petani
Wampu merupakan salah satu sentra adalah sebanyak 30 orang. Sedangkan
penghasil Kelapa Sawit di Kabupaten jumlah pedagang responden sebanyak 6
Langkat. Data yang digunakan dalam orang yang terdiri dari empat agen
128
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X
129
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X
Agen Besar
Petani (100%) Agen Besar
92.720 Kg 34.955 Kg (37,7%)
130
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X
131
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X
Fungsi - fungsi tataniaga yang dilakukan diuraikan tersebut dapat dilihat pada
semua lembaga tataniaga yang telah Tabel 1.
132
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X
Tabel 3. Biaya tataniaga yang dikeluarkan setiap lembaga tataniaga pada saluran
tataniaga I
Jenis Biaya Rata-Rata (Rupiah per Kilogram)
Petani
Biaya Pemanenan 200
Total 200
Agen kecil
Biaya Bongkar Muat 10
Biaya Pengangkutan 26
Total 36
Agen besar
Biaya Pengangkutan 77
Biaya Bongkar dan Muat 50
Biaya Retribusi 20
Total 147
Pada saluran tataniaga yang II para petani yang menjual kepada agen besar
petani langsung didatangi oleh tenaga adalah langganan sudah lama, berada di
kerja agen besar. Hal ini dilakukan oleh sekitar tempat pangkalan penyimpanan
agen besar untuk mendapatkan margin TBS agen besar dan terdapat satu
yang lebih banyak. Pada umumnya setiap responden memiliki ikatan keluarga
dengan agen besar.
Tabel 4. Biaya tataniaga yang dikeluarkan lembaga tataniaga pada saluran tataniaga II
Jenis Biaya Rata-rata (Rupiah/Kilogram)
Petani
Biaya Pemanenan 28
Total 28
Agen besar
Biaya Pengangkutan 76,5
Biaya Bongkar dan muat 50
Biaya Retribusi 20
Agen besar
Biaya Tenaga kerja 72,5
Total 219
133
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X
Tabel 5. Biaya tataniaga yang dikeluarkan lembaga tataniaga pada saluran tataniaga III
Jenis Biaya Rata-rata (Rupiah/Kilogram)
Petani
Biaya Pemanenan 27.25
Biaya Pengangkutan 72,5
Biaya Bongkar muat 50
Total 149,75
134
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X
135
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X
langsung kepada pabrik kelapa sawit ini memakan biaya yang cukup besar.
dan kerjasama kedua lembaga Jika dilihat dari analisis margin tataniaga
tataniaga ini sudah terjalin sejak lama. dan farmer’s share maka saluran
Nilai margin yang ada pada saluran lain tataniaga III dapat dikatakan paling
terjadi karena adanya agen buah sawit. efisien karena nilai margin saluran
Hal ini memungkinkan terjadi apabila tataniaga III terkecil dan farmer’s share
petani tersebut mempunyai mobil yang didapatkan petani juga paling besar.
pengangkutan pribadi, dan sudah Selain itu fungsi fisik yaitu
berbentuk badan hukum sehingga bisa pengangkutan pada saluran tataniaga III
memasukan hasil panen ke PKS karena ini ditanggung oleh petani, tidak
pada umumnya PKS hanya bertransaksi melibatkan agen buah sawit. Kemudian
dengan perusahaan bukan perorangan. kerjasama antara pabrik kelapa sawit
Sedangkan farmer’s share terkecil dan petani sudah terjalin sejak lama.
didapatkan oleh saluran tataniaga I
sebesar 71,16 persen dan mendapatkan
margin tataniaga terbesar sebesar 28,83 Rasio Keuntungan Terhadap Biaya
persen. Saluran tataniaga I ini Rasio keuntungan terhadap biaya dapat
merupakan saluran tataniaga yang digunakan untuk melihat efisiensi suatu
terpanjang, karena pada saluran ini sistem tataniaga. Rasio keuntungan dan
melibatkan agen kecil dan agen besar. biaya tataniaga mendefinisikan besarnya
Karena memiliki saluran tataniaga yang keuntungan yang diterima atas biaya
panjang, semakin kecil nilai yang tataniaga yang dikeluarkan. Nilai rasio
keuntungan yang didapatkan petani dan keuntungan terhadap biaya lebih dari
semakin besar nilai marjin tataniaga. satu hal ini berarti saluran tersebut
Jika dihubungkan dengan perilaku dan layak untuk dijalankan dan telah
struktur pasar, kerjasama pada saluran memberikan keuntungan kepada
tataniaga I sudah terjalin sejak lama dan lembaga tataniaga yang terlibat
sulit bagi para lembaga tataniaga untuk didalamnya. Analisis rasio keuntungan
melepaskan diri dari pasar ini. dan biaya tataniaga TBS dapat dilihat
Pengangkutan pada saluran tataniaga I pada Tabel 8 dibawah ini.
Berdasarkan tabel di atas pada setiap dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga
saluran tataniaga memiliki nilai rasio masing-masing memberikan
keuntungan dan biaya lebih dari satu, keuntungan. Rasio keuntungan
hal ini berarti kegiatan tataniaga yang terhadap biaya pada saluran pertama
adalah 2,82. Hal ini berarti setiap Rp.
136
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X
137
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X
Tabel 9. Nilai efisiensi tataniaga pada masing-masing saluran tataniaga pada masing-
masing saluran tataniaga TBS di Kecamatan Wampu
Saluran Tataniaga
Indikator I II III
(n=15) (n=13) (n=2)
Total
382.00 357.50 -
Margin
Farmer’s
(Rp/Kg) Share 71.16 72.78 100
(%)
Rasio πi/Ci 2.82 5.25 7.76
Volume (Kg) 20 515 34 955 37 250
Harga di
943.00 955.00 1312.50
tingkat Petani
Keterangan
(Rp) : n : Jumlah Petani
SIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari DAFTAR PUSTAKA
sistem tataniaga TBS di Kecamatan Asmarantaka, Ratna W. 2009. Pemasaran
Wampu Kabupaten Langkat adalah Produk-Produk Pertanian dalam
sebagai berikut:Saluran tataniaga sawit Bunga Rampai Agribisnis Seri
yang terbentuk di Kecamatan Wampu, Pemasaran. Editor Nunung
Kabupaten Langkat ada tiga saluran, yaitu: Kusnadi,dkk. Bogor: IPB press.
(1) Saluran tataniaga pertama, yaitu Asmarantaka RW. 2012. Pemasaran
Petani – Agen kecil – Agen besar – Pabrik Agribisnis (Agrimarketing).
Kelapa Sawit, (2) Saluran tataniaga kedua, Bogor(ID): Departemen Agribisnis
yaitu Petani – Agen besar – Pabrik Kelapa FEM-IPB
Sawit, (3) Saluran tataniaga ketiga, yaitu Asmarantaka Ratiza A. 2013. Analisa
Petani – Pabrik Kelapa Sawit. Berdasarkan tataniaga kelapa sawit di Desa
margin tataniaga, farmer’s share, dan rasio Tanjung Jaya Kecamatan Bangun
keuntungan terhadap biaya menunjukkan Rejo Kabupaten Lampung Tengah
saluran tataniaga III merupakan saluran Provinsi Lampung [skripsi]. Bogor
yang paling efisien. Saluran tataniaga III (ID): Institut Pertanian Bogor
adalah yang paling efisien karena memiliki Badan Pusat Statistik. 2015 , Kabupaten
farmer’s share sebesar 100 persen dan Langkat Dalam Angka 2015.
tidak memiliki marjin tataniaga karena Medan : BPS
petani pada saluran tersebut menjual Badan Pusat Statistik. 2015 , Sumatera
langsung kepada pabrik kelapa sawit Utara Dalam Angka 2015. Medan :
tanpa melalui agen buah. Pada saluran BPS Dewi A. 2014. Analisis
tataniaga III melakukan volume penjualan tataniaga salak pondoh di Desa
terbesar. Volume penjualan pada saluran Wonokerto, Kecamatan
ketiga sebesar 37250 Kg atau sebesar Turi, Kabupaten Sleman [Skripsi]. Bogor
40,17 persen. (ID): Institut Pertanian Bogor
Direktorat Jenderal Perkebunan.
2016 . Luas Areal Tanaman
138
Agrica (Jurnal Agribisnis Sumatera Utara) Vol.4 No.2/Desember 2016 p-ISSN : 1979-8164
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrica e-ISSN : 2541-593X