Anda di halaman 1dari 7

NAMA : SYLVIA JULITA

NIM: PO71330180031

Jawaban uas sanitasi rumah sakit

1. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang didalamnya terdapat


bangunan, peralatan, manusia(petugas, pasien dan pengunjung) dan kegiatan
pelayanan kesehatan, disamping dapat menghasilkan dampak positif berupa produk
pelayanan kesehatan juga dapat menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran
lingkungan, sumber penularan penyakit yang dapat menghambat proses
penyembuhan dan pemulihan pasien.untuk itu sanitasirumah sakit diarahkan untuk
mengawasi faktor-faktor tersebut agar tidak membahayakan. Dengan demikian,
sesuai dengan pengertian sanitasi, lingkup sanitasi rumah sakit menjadi luas
mencakup upaya-upaya yang besifat fisik seperti pembangunan sarana pengolahan
limbah cair, penyediaan air bersih, fasilitas cuci tangan, fasilitas pembuangan
sampah, serta upaya non fisik seperti pemeriksaan, pengendalian, pengawasan,
penyuluhan dan pelatihan.

2. Zonasi ruang adalah pembagian atau pengelompokan ruangan-ruangan


berdasarkan kesamaan karakteristik fungsi kegiatan untuk tujuan tertentu.
Pengkategorian pembagian area atau zonasi rumah sakit terdiri atas zonasi
berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi
dan zonasi berdasarkan pelayanan.

 Zona risiko rendah meliputi: ruang administrasi, ruang komputer, ruang


pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang pendidikan
dan latihan.
 Zona risiko sedang meliputi: ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat
jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan
pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada zona risiko
rendah.
 Zona risiko tinggi meliputi: ruang isolasi, ruang perawatan intensif,
laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah
mayat (autopsy), dan ruang jenazah.
 Zona dengan risiko sangat tinggi meliputi: ruang operasi, ruang bedah mulut,
ruang perawatan gigi, ruang rawat gawat darurat, ruang bersalin dan ruang
patologi.

3. Pengertian kondisi bangunan dan halaman rumah sakit yang bebas dari resiko
terjadinya infeksi silang masalah kesehatan dan keselamatan kerja yaitu :

a. Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang/unit dan
halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan
kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah
sakit.

b. Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas penyinaran


pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan rumah sakit yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.

c. Penghawaan ruang bangunan adalah aliran udara segar di dalam ruang


bangunan yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni ruangan.

d. Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu


dan atau membahayakan kesehatan.

e. Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau kondisi
ruang bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan risiko minimal untuk terjadinya
infeksi silang, dan masalah kesehatan dan keselamatan kerja.

Persyaratan :

 Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas,


dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau
binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.
 Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan
keseluruhan, sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi
dengan rambu parkir.
 Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika berlokasi di
daerah banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.
 Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok.
 Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan
intensitas cahaya yang cukup.
 Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek atau tidak terdapat
genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau tertutup,
tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas halaman.
 Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah,
masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi pengolahan air
limbah.
 Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat tertentu yang
menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.
 Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan
bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang
memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai
tempat bersarang dan berkembangbiaknya serangga, binatang pengerat, dan
binatang pengganggu lainnya.

4. a. Limbah umum; sejenis limbah domestik, bahan pengemas, makanan binatang


non-infectious, limbah dari cuci serta materi lain yang tidak membahayakan pada
kesehatan manusia dan lingkungan. Pengolahan limbah ini tidak diperlukan
pengolahan khusus, dan dapat disatukan dengan limbah domestik. Seluruh
makanan yang telah meninggalkan dapur pada prinsipnya adalah limbah bila tidak
dikonsumsi dan sisa makanan dari bagian penyakit menular perlu di autoclave
terlebih dahulu sebelum dibuang ke landfill.

b. Limbah patologis; terdiri dari jaringan-jaringan, organ, bagian tubuh, plasenta,


bangkai binatang, darah dan cairan tubuh. Pengolahan limbah ini dilakukan dengan
sterilisasi, insinerasi, lalu dilanjutkan dengan landfilling. Insinerasi merupakan
metode yang sangat dianjurkan, kantong-kantong yang digunakan untuk
membungkus limbah juga harus diinsinerasi.

c. Limbah radioaktif; dapat berfase padat, cair maupun gas yang terkontaminasi
dengan radionuklisida, dan dihasilkan dari analisis in-vitro terhadap jaringan tubuh
dan cairan, atau analisis in-vivo terhadap organ tubuh dalam pelacakan atau
lokalisasi tumor, maupun dihasilkan dari prosedur therapetis. Bahan radioaktif yang
digunakan dalam kegiatan kesehatan/medis ini biasanya tergolong mempunyai daya
radioaktivitas level rendah, yaitu di bawah 1 megabecquerel (MBq). Limbah
radioaktif dari rumah sakit dapat dikatakan tidak mengandung bahaya yang
signifikan bila ditangani secara baik. Penanganan limbah dapat dilakukan di dalam
area rumah sakit itu sendiri, dan umumnya disimpan untuk menunggu waktu
paruhnya telah habis, untuk kemudian disingkirkan sebagai limbah non-radioaktif
biasa.

d. Limbah kimia; dapat berupa padatan, cairan maupun gas misalnya berasal dari
pekerjaan diagnostik atau penelitian, pembersihan / pemeliharaan atau prosedur
desinfeksi. Bagi limbah kimia yang tidak berbahaya, penanganannya adalah identik
dengan limbah lainnya yang tidak termasuk kategori berbahaya. Konsep
penanganan limbah kimia yang berbahaya adalah identik dengan penjelasan
sebelumnya yang terdapat dalam diktat ini tentang limbah berbahaya. Beberapa
kemungkinan daur-ulang limbah kimiawi berbahaya misalnya :

– Solven semacam toluene, xylene, acetone dan alkohol lainnya yang dapat
diredistilasi

– Solven organik lainnya yang tidak toksik atau tidak mengeluarkan produk toksik
bila dibakar dapat digunakan sebagai bahan bakar

– Asam-asam khromik dapat digunakan untuk membersihkan peralatan gelas di


laboratorium, atau didaur ulang untuk mendapatkan khromnya

– Limbah logam – merkuri dari termometer, manometer dan sebagainya


dikumpulkan untuk didaur-ulang ; limbah jenis ini dilarang untuk diinsinerasi karena
akan menghasilkan gas toksik

– Larutan-larutan pemerosesan dari radioaktif yang banyak mengandung silver


dapat direklamasi secara elektrostatis

– Baterai-baterai bekas dikumpulkan sesuai jenisnya untuk didaur-ulang seperti :


merkuri, kadmium, nikel dan timbal.

Insinerator merupakan sarana yang paling sering digunakan dalam menangani


limbah jenis ini, baik secara on-site maupun off-site; insinerator tersebut harus
dilengkapi dengan sarana pencegah pencemaran udara, sedang residunya yang
mungkin mengandung logam-logam berbahaya dibuang ke landfill yang sesuai.
Solven yang tidak diredistilasi harus dipisahkan antara solven yang berhalogen dan
nonhalogen; solven berhalogen membutuhkan penanganan khusus dan solven non-
halogen dapat dibakar pada on-site insinerator. Limbah cytotoxic dan obat-obatan
genotoxic atau limbah yang terkontaminasi harus dipisahkan, dikemas dan diberi
tanda serta dibakar pada insinerator; limbah jenis ini tidak di autoclave karena
disamping tidak mengurangi toksiknya juga dapat berbahaya bagi operator.
Beberapa jenis limbah kimia berbahaya juga dihasilkan dari bagian pelayanan alat-
alat kesehatan, misalnya: disinfektan, oli dari trafo dan kapasitor atau dari mikroskop
yang mengandung PCB dan sebagainya, sehingga perlu ditangani sesuai jenisnya

e. Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious); mengandung


mikroorganisme patogen yang dilihat dari konsentrasi dan kuantitasnya bila terpapar
dengan manusia akan dapat menimbulkan penyakit. Katagori yang termasuk limbah
ini antara lain jaringan dan stok dari agen-agen infeksi dari kegiatan laboratorium,
dari ruang bedah atau dari autopsi pasien yang mempunyai penyakit menular , atau
dari pasien yang diisolasi, atau materi yang berkontak dengan pasien yang
menjalani haemodialisis (tabung, filter, serbet, gaun, sarung tangan dan sebagainya)
atau materi yang berkontak dengan binatang yang sedang diinokulasi dengan
penyakit menular atau sedang menderita penyakit menular. Pengolahan limbah ini
memerlukan sterilisasi terlebih dahulu atau langsung ditangani pada insinerator.
Autoclave tidak dibutuhkan bila limbah tersebut telah diwadahi dan ditangani secara
baik sebelum diinsinerasi.

f. Benda-benda tajam; berupa jarum suntik, syring, gunting, pisau, kaca pecah,
gunting kuku dan sebagainya yang dapat menyebabkan orang tertusuk (luka) dan
terjadi infeksi. Benda-benda ini mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh,
bahan mikrobiologi atau bahan sitotoksik. Limbah ini harus dikemas dalam kemasan
yang dapat melindungi petugas dari bahaya tertusuk, sebelum dibakar dalam
insinerator.

g. Limbah farmasi: berupa produk-produk kefarmasian, obat-obatan dan bahan


kimiawi yang dikembalikan dari ruangan pasien isolasi, atau telah tertumpah,
kadaluwarsa atau terkontaminasi atau harus dibuang karena sudah tidak digunakan
lagi. Obat-obatan yang tidak digunakan dan masa kadaluwarsanya masih lama
dikembalikan pada apotik, sedangkan yang tidak terpakai dan sudah mendekati atau
sudah lewat masa kadaluwarsanya ditangani secara khusus misalnya diinsinerasi
atau di landfilling atau dikembalikan ke pemasok.

h. Kontainer-kontainer di bawah tekanan; berupa tabung yang mengandung gas dan


aerosol yang dapat meledak bila diinsinerasi atau bila mengalami kerusakan karena
kecelakaan (tertusuk dan sebagainya). Pengolahannya dengan cara landfilling atau
didaur-ulang

5. Berdasarkan Permenkes Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004

persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan

 Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman

sebanyak-banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman E.

Coli.

Yg terjadi dilapangan masih banyak rumah sakit yg memiliki peralatan dengan


sanitasi yg kurang baik

6. -Di lingkungan rumah sakit harus bebas kucing dan anjing. Tetapi masih banyak
kucing- kucing yg berkeliaran di sekitar rumah sakit

- Tidak ditemukannya lalat di dalam bangunan tertutup (core) dirumah sakit. Saya
melihat di internet kasus di medan tepat nya di rsup adam malik. Akibat keteledoran
dan kecerobohan petugas medis sepasang bayi kembar meninggal akibat seekor
lalat masuk ke dalam tabung incubator bayi.

7. Peran pengelolaan manajemen linen di rumah sakit cukup penting. Diawali dari
perencanaan, salah satu subsistem pengelolaan linen adalah proses pencucian. Alur
aktivitas fungsional dimulai dari penerimaan linen kotor, penimbangan, pemilahan,
proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir noda, penyetrikaan, sortir linen
rusak, pelipatan, merapikan, mengepak atau mengemas, menyimpan, dan
mendistribusikan ke unit – unit yang membutuhkannya, sedangkan linen yang rusak
dikirim ke kamar jahit. Untuk melaksanakan aktivitas tersebut dengan lancar dan
baik, maka diperlukan alur yang terencana dengan baik. Peran sentral lainnya
adalah perencanaan, pengadaan, pengelolaan, pemusnahan, kontrol dan
pemeliharaan fasilitas kesehatan, dan lain – lain, sehingga linen dapat tersedia di
unit – unit yang membutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai