Anda di halaman 1dari 28

Laporan Praktikum

“Knee Disarticulation Prostesis”

Disusun Oleh :

1. Dara Ratih Gumilang ( P27227017065 )


2. Femy Widya Ningtyas ( P27227017070 )
3. Gufron Abu Mufadol ( P27227017073 )
4. Ossy Zona Ariesta ( P27227017086 )
5. Zainur Ramadan ( P27227017099 )

D-III ORTOTIK PROSTETIK

Dosen : Muhammad Syafii.,SST.OP, M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA


JL. ADI SUMARMO , TOHUDAN , COLOMADU ,
KARANGANYAR

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM KNEE DISARTICULATION PROSTESIS

Disusun oleh :

1. Dara Ratih Gumilang ( P27227017065 )


2. Femy Widya Ningtyas ( P27227017070 )
3. Gufron Abu Mufadol ( P27227017073 )
4. Ossy Zona Ariesta ( P27227017086 )
5. Zainur Ramadan ( P27227017099 )

Ketua Prodi D III Ortotik Prostetik Dosen Pengampu


Agus Setyo N, SST, OP.,M.Kes Muhammad Syafii.,SST.OP, M.Kes
NIP:1984829201012006 NIP:

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas rahmat dan karunian-
Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum kasus ini dengan baik dan selesai pada
waktunya.Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik, meskipun kami juga menyadari segala kekurangan yang ada di dalam makalah
ini.

Laporan ini kami susun berdasarkan beberapa sumber buku yang telah kami peroleh dan
praktikum yang sudah kami laksanakan. Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan
bahasa yang sederhana dan mudah di mengerti. Selain kami memperoleh sumber dari
beberapa buku pilihan, kami juga memperoleh informasi tambahan dari internet.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan semuanya yang telah
memberikan sumbang sarannya untuk penyelesaian laporan ini. Kami menyadari bahwa
laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang positif
dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan pada tugas laporan -
laporan berikutnya.

Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surakarta, Januari 2019

Penyusun

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….….2


DAFTAR ISI………………………………………………………………...…….…..3
BAB I PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG................................................................. ……4
1.2  RUMUSAN MASALAH……………………………………..…………… 4
1.3  TUJUAN...........................................................................................4
1.4  MANFAAT…………………………………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN
2.1        ASSESSMENT …………………………………………………….…..…5
2.2        CASTING ……………………………………………………..…….……11
2.3      RECTIFIKASI PADA NEGATIF CAST……….………….…..12
2.4        PENGECORAN……………………………………………………….….13
2.5        RECTIFICASI  POSITIF GIPS…………………………………………..13
2.6         LAMINASI………………………………………………………………15
2.7        ALIGNMENT ……………………………………………..…...16
2.8        FITTING……………………………………………………………….....18

BAB III PENUTUP


1.5  KESIMPULAN............................................................................... 19
1.6  SARAN.......................................................................................... 19

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Amputasi adalah pembedahan,   memotong dan mengangkat tungkai atau lengan yang
disebabkan oleh kecelakaan, congenital, infeksi, tumor, vascular disease. Amputasi merujuk
pada pengangkatan semua atau sebagian ekstremitas. Saat melakukan amputasi, dokter bedah
berupaya untuk menyelamatkan sebanyak mungkin jaringan yang masih dapat digunakan.
Amputasi dikelompokkan menjadi 2 yaitu amputasi terbuka (guillotine) dan tertutup.
Amputasi terbuka dilakukan untuk infeksi berat. Untuk amputasi tertutup, dokter bedah
menutup luka dengan flap kulit yang dibuat dengan memotong tulang kira-kira dua inci lebih
pendek dari pada kulit dan otot. Masalah yang sering muncul pasca operasi adalah infeksi,
hemoragi, kontraktur dan emboli lemak.

Prosthetic merupakan Ilmu teknik di bidang medis yang  mempelajari tentang


pemeriksaan, pengukuran, pembuatan dan pengepasan alat pengganti anggota gerak tubuh
yang hilang.Sedangkan prosthesis merupakan suatu alat yang ditambahkan ke ekstremitas
untuk menggantikan anggota gerak tubuh karena amputasi maupun kongenital. Knee
disarticulation pros tesis adalah alat pengganti anggota gerak tubuh yang dipasangkan di luar
tubuh, diperuntukkan bagi pasien dengan amputasi knee disarticulation atau through knee
(tepat lutut).

1.2  Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan di bahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut.
·         Bagaimana langkah-langkah dalam pembuatan socket knee disarticulation prosthetic
·         Bagaimana langkah-langkah mealignment prosthetic
1.3  Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut.
Ø  Untuk memenuhi tugas mata kuliah Knee Disarticulaltion Prosthesis
Ø  Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah pembuatan socket knee Disarticulation
Prosthetics
1.4  Manfaat
Beberapa manfaat yang di dapat dari makalah ini, yaitu sebagai berikut.
Ø  Mahasiswa dapat menyelesaikan tugas Knee Disarticulation Prosthesis
Ø  Mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan tentang langkah-langkah pembuatan socket
KnneDisarticulation Prosthetics
Ø  Sebagai bahan referensi bagi pembaca yang membutuhkan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1     ASSESSMENT
Proses assessment dibagi menjadi dua yaitu assessment subjektif dan assessment
objektif.
A.  Assessment Subjektif
Adalah pengambilan informasi tentang data diri pasien. Assessment subjektif dilakukan dengan
cara melakukan tanya jawab kepada pasien secara langsun atau dengan keluarga pasien
Alat dan bahan :
         Blanko assessment
         Alat tulis
Hasil Assessment Subjektif :
Nama                                             : Anton
Umur                                             : 32  tahun
Jenis Kelamin                                : Laki-laki
Alamat                                           : Tawangsari, Sukoharjo
Pekerjaan                                       : Penjahit
No telp                                          : 085643578031
Sisi yang diamputasi                     : Kiri
Kondisi lingkungan                       : Flat
Sebab amputasi                             :Kecelakaan                                                                              

B.     Assessment  Objektif
Adalah proses pengambilan data tentang kondisi kesehatan stump pasien.
Terdiri dari pemeriksaan-pemeriksaan, yaitu LGS (Luas Gerak Sendi), MMT (Manual
Muscle Testing), kondisi stump.

Alat dan bahan :


         Blanko assessment
         Alat tulis
6
         Midline
         Goniometer
         Plumb line

Langkah-langkah :
1.      Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2.      Lakukan pemeriksaan stump
Apakah terdapat :
         Abrasion
         Bone spurs, dll.
3.      Lakukan pemeriksaan LGS dan MMT:
a.       Testing hip abduction
Caranya:
1. Pasien diminta untuk terlentang
2. Pasien diminta untuk mengabduksikan stumpnya
3. Mengukur berapa besar derajat abduksinya menggunakan goniometer, dengan axis di SIAS
( tangkai static goniometer selevel dengan SIAS sound leg ). Selama pengukuran jaga level
pelvis.
4. Hasilnya catat dan bandingkan dengan keadaan normalnya (45o-50o)
Setelah itu kita juga bisa sekaligus melakukan MMT dengan cara : beri tahanan yang
berlawanan dengan arah abduksi stumpnya, lalu beri nilai dan catat kekuatan ototnya (0-5).

b.      Testing Hip Adduction


Caranya:
1. Pasien diminta untuk berbaring terlentang
2. Pasien diminta untuk mengadduksikan stumpnya
3. Mengukur berapa besar derajat adduksinya menggunakan goniometer, dengan axis di SIAS
( tangkai static goniometer selevel dengan SIAS sound leg ). Selama pengukuran jaga level
pelvis
4. Hasilnya catat dan bandingkan dengan keadaan normalnya (20o-30o)

7
Setelah itu kita juga bisa sekaligus melakukan MMT dengan cara : beri tahanan yang
berlawanan dengan arah adduksi stumpnya, lalu beri nilai dan catat kekuatan ototnya (0-5).
c.       Testing Hip Flexion
Caranya:
1. Pasien diminta untuk berbaring miring kearah sound legnya
2. Pasien diminta untuk memfleksikan stumpnya
3. Megukur berapa besar derajat fleksinya menggunakan goniometer, dengan axis di
trokantor major  ( tangkai static goniometer selevel dengan trunk / batang tubuh ). Selama
pengukuran jaga level pelvis
4. Hasilnya catat dan bandingkan dengan keadaan normalnya (130o)
Setelah itu kita juga bisa sekaligus melakukan MMT dengan cara : beri tahanan yang
berlawanan dengan arah fleksi stumpnya, lalu beri nilai dan catat kekuatan ototnya (0-5).
d.      Testing Hip Extension
Caranya:
1. Pasien diminta untuk berbaring miring kearah sound legnya
2. Pasien diminta untuk mengekstensikan stumpnya
3. Mengukur berapa besar derajat ekstensi menggunakan goniometer, dengan axis di
trokantor major  ( tangkai static goniometer selevel dengan trunk / batang tubuh ). Selama
pengukuran jaga level pelvis
4. Hasilnya catat dan bandingkan dengan keadaan normalnya (30o)
Setelah itu kita juga bisa sekaligus melakukan MMT dengan cara : beri tahanan yang
berlawanan dengan arah ekstensi stumpnya, lalu beri nilai dan catat kekuatan ototnya (0-5).

e.       Thomas Test (Test for Hip Flexion Contracture)


Caranya:
1.      Pasien diminta untuk berbaring terlentang
2.      Tempatkan tangan kita dibawah lumbar pasien
3.      Minta pasien untuk mengfleksikan kaki normalnya
4.      Jika lumbar pasien rata/menekan tangan kita dan stump pasien terangkat, ada fleksi
contracture. Jika tidak terangkat maka tidak kontraktur. Tetapi jika stump nya lurus tetapi
lumbarnya masih bisa dimasuki tangan maka pasien tersebut mengalami lordosis.
8
Jika terjadi maka ukur dan catat berapa besar derajat contracturenya

1.      MEASUREMENT
Adalah proses pengukuran stump.
Alat dan bahan:
         Stockinet
         Spidol
         Midline
         Penggaris
         Blanko ukur
         Alat tulis
         Jangka bengkok
Proses:
1.      Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2.      Ukur panjang stump (distance)
         5cm dibawah perineum sampai end of stump       : 29 cm
         Supracondylar sampai end of stump                     : 8,5 cm
         Bulbous terbesar sampai end of stump                 : 4,3 cm
         End of stump sampai floor                                   : 48,6
         Interval 5cm

3.      Ukur diameter stump


         Diameter supracondylar                                        : 6 cm
         Diameter bulbous                                                  : 6 cm
4.      Ukur circumference (lingkar) stump
         5cm di bawah perineum                                       :
         Interval 1                                                              : 41,5 cm
         Interval 2                                                              : 39 cm
         Interval 3                                                              : 36,5cm
         Interval 4                                                              : 33,5 cm
         Interval 5                                                              : 31 cm

9
5.      Ukur panjang (distance) sound leg
         MTP – floor                                                         : 41,5cm
         Circumference terbesar  – Floor                           : 27,8 cm
         Circumference terkecil – floor                             : 11,6 cm

6.      Ukur circumference sound leg


         Gastrocnemius terbesar                                        : 24 cm
         Gastrocnemius terkecil                                         : 20 cm
7.      Ukur panjang foot                                                 : 26,5 cm

2.2  CASTING
Alat dan bahan :
 POP                                                    
 Air
 Plastik tube
 Casting stand
 Plumb line
 Alas casting
 Gunting  gips
 Cutter
 Plastik wrap
 Kain bersih
 Stockinet
 Pensil air

Langkah –langkah :
1.      Menyiapkan alat dan bahan
2.      Memasangkan plastik wrap, berguna agar mudah saat pelepasan negatif cast
3.      Memasan stockinet
4.      Masukkan plastik tube ke dalam stockinet.
5.      Menandai pada daerah :
      Trochanter mayor
      Adductor lonus tendon
      Femoral condylus dan epicondylus
      Tendon hamstring
      Intercondylar fossa
      Area-area sensitif
.     PROSEDUR CASTING SLAB :
6.      POP di potongmenjadi 3 ukuran per ukuran 3 lapis

 Lapisan untuk bagian anterior sampai posterior

 Lapisan untuk bagian lateral ke medial

10
 Lapisan untuk bagian adductor tendon di potong ditengah selebar 2 cm

7.      Membandage bagiaan lateral sampaike sound side

8.      Memassage stump

9.      Menekan pada bagian segitiga scarpa menggunakan jempol, ischial tuberosity, dan adductor
tendon

10.  Sebelum negative cast dilepas, memastikan garis aligment di bagian anterior agar tumpuan
jatuhke vertical, dan dibagian lateral memastikan derajat adduksi

11.  Melepaskan negative cast dengan menggunting pada bagian sound side, kemudian
dilepaskanke bawah tanpa mengubah bentuk negative cast

12.  Menandai ulang bagian yang belum terlalu jelas

2.3   RECTIFIKASI PADA NEGATIF CAST


         Cek kekuatan negative cast

         Posisi penandaan

         AP-ML diameter

         Lingkar terbesar

         Panjang negative cast

         Bentuk umum negative cast

Langakah-langkah
         Setelah cast dilepas, tangan dipastikan pada posisi yang benar

         Menandai trimeline dan memotongnya pada bagian yang tidak terpakai

         Membuat ischial seat dan corner pada adductor longus tendon

         Membentuk bentuk seat sampai sama dengan derajat adduksi pada waktu assessment pasien

         Memebentuk medial wall mengikuti derajat fleksi dan mengikuti bentuk stump dan tidak
merubah posisi ischial seat

         Medial wall di buat flare

         Mengecek ukuran anterior – posterior

         Mengecek ukuran medial – lateral

         Mengecek lingkar dalam

         Jika sudah di tutup bagian anterior maka siap di filling

11
2.4           PENGECORAN
Alat dan bahan :
  Powder gips
  Tangkai besi
  Air sabun
  Air 
  Ember
  Pasir
  Penjepit tangkai besi

Langkah –langkah :
1.      Beri air sabun pada negative cast sampai semua permukaan dalam rata.
2.      Membuat adonan powder gips dan air secukupnya.
3.      Tempatkan posisi negative cast pada bak pasir sesuai dengan alignmentnya.
4.      Tuang adonan powder gips ke dalam negative cast.
5.      Tempatkan tangkai besi pada posisi alignment.
6.      Jepit tangkai besi agar tidak ada perubahan  pada tangkai besi.
7.      Biarkan mengeras.
8.      Setelah mengeras lalu buka pengecoran

2.5     RECTIFICASI  POSITIF GIPS


Alat dan bahan :
  Powder gips                                 
  Air
  Cutter
  Midline
  Cast cutter
  Patar gips
  Solet gips
  Stokinet (untuk menghaluskan)
  Caliper
  Jangka bengkok
  Wadah (buat campuran adonan)
  Paku kecil (1cm)
  Pasir
  Bak
  Pensil air

12
Langkah –langkah :
      Membersihkan dan merapikan cast, mengurangi beberapa bagian yang tidak beraturan,
tetapitidakmerubahbentukcast

      Mengecek semua pengukuran dan menulis kembali kemudian membandingkan dengan


pengukuran pasien

      Proksimal cast area harus di rektif diawal. Membentuk flat medial wall dari proksimal cast,
jadi sejajar dengan LOP, kemudian memastikan berapa banyak yang harus dikurangi, ini
sangat penting untuk melihat posisi ichial tuberosity, adductor longus tendon dan penurunan
pada anterior femoral triangle.

      Ischal tuberosity diposisikan 1,5-2,5 cm di lateral dari medial wall

      Adductor tendon duduk di medial dan anterior wall

      Lateral wall proximal area dibuat flat untuk mengikuti bentuk trohantor dan dengan
mengikuti bentuk proximal pada pelvis region

      Pada anterior wall harus mengikuti bentuk dan trimline yang benar. Point paling dalam di
femoral triangle harus selevel dengan ischial tuberosity dan 1/3 medial wall

      Trimline pada anterior wall 5 cm lebih tinggi dari pada level ischial seat, umumnya
horizontal tetapi turun kebawah untuk bertemu medial wall

      Pada posterior wall, posterior seat harus flat dan horizontal, sudut di samping posterior wall
harus 97 – 100’

      Pada lateral wall flat, yaitu dari proximal ke distal

      Menyesuaikan ukuran lingkar agar diameter cast benar dan medial-lateral wall harus flat
      Jika lingkar terbesar terlalu kecil, maka di tambah pada lateral corners posterior di
quadriceps

      Menyesuaikan panjang cast

      Menyesuaikan sudut flexi

      Sesuaikan sudut adduksi

2.6   LAMINASI
Alat dan Bahan :
 Resin                                  
 Catalyst                              
 Plastik PVC            
 Serat Fiberr             

13
 Stockinet                                                    
 Kain untuk meratakan resin
 Setrika
  Tinner
  bedak bayi
  gelas aqua
  corong aqua
 Benang nylon
  Pengaduk
  Lakban

Langkah-langkah :
•      Menyiapkan alat dan bahan
•      Letakkan positif gips pada ragum
•      Memasang lapisan plastik pertama yang sudah di rendam tiner. Ini dilakukan agar nanti
permukaan dalam soket rata/halus
•      Melapisi positif gips dengan stoking 2 lapis
•      Memberi lapisan serat fiber secara menyeluruh dan rata pada positif gips. Kemudian
mengikat/ mengunci serat fiber dengan menggunakan benang.
•      Memasang stokinet ke 2  sebanyak 2 lapis .
•      Dan yang terakhir memasang plastik pvc yang telah dibentuk dan yang sudah di rendam
tineer.
•      Meletekkan corong pada ujung plastik dengan lakban,
•      Nyalakan mesin vacum dan cek semua bagian positif gips, apakah semua bagian sudah fix
sesuai bentuknya
•      Mempersiapkan resin dan kemudian mencampur resin   600 ml : dengan katalis 4 ml   pada
suatu wadah.
•      Menuangkan campuran resin tersebut ke positip gips yang sudah siap tadi
•      Bila resin sudah masuk semua kemudian ratakan resin ke seluruh bagian positif gips dengan
menggunakan kain perca.
•      Pastikan semua bagian terkena resin secara merata dan  meresap sampai lapisan dalam.

14
2.7          Alignment
Alignment berarti posisi dari bagian prostesis dalam kaitannya antara satu dengan yang lain.
Alat-alat untuk alignment :
•    Plump line
•    Midline
•    Penggaris
•    Kunci L
•   Goniometer

Bench Alignment
Bench Alignment adalah proses penyambungan komponen prostesis satu sama lain.Untuk
ampute knee disarticulation, beberapa faktor seperti panjang stump, kekuatan otot dan jenis
komponen akan mempengaruhi hubungan antara komponen.

  Prinsip-prinsip Umum untuk Alignment :


1.  Socket di posisikan 0 derajat flexi. ini akan membantu mengontrol stabilitas knee pada
saat heel stike dan stance phase.
2.  Socket di posisikan 0 derajat Adduksi. Untuk membantu otot aduktor .ini akan membantu
menempatkan otot adduktor pada Posisi yang baik untuk   stabilitas pelvis
3.  Jika ada kontraktur tetap pembuatan socketnya mengikuti assesment.
4. Medial dan Lateral wallnya pada trim lines harus tetap dijaga atau tetap      dibuat
horizontal.
5.  Knee joint harus di tepatkan 5 derajat eksternal rotasi.
6.  Pada sisi posterior ditarik garis lurus mulai dai tengah socket sampai foot
7. Garis vertikal pada sisi lateral
            .
Static Alignment
Static Alignment adalah proses mengamati prosthesis saat dipakai pasien namun sebelum
pasien berjalan, apakah prosthesis terlalu tinggi, terlalu pendek, dll.
Prosedur static Aligment:
                     Jika pasien pernah meggunakan prostesis maka kita dapat mengamati pola jalan
pasien.
                     Membandingkan prostesis dengan prescription.
Dynamic alignment

15
Dynamic alignment proses mengamati dan menganalisis pola jalan seseorang atau pasien pada
saat menggunakan prosthesis yang harus disesuaikan dengan normal gait.
Prosedur Dynamic Aligment:
                     Check foot function
                     Check stabilitas knee pada saat pasienberjalan diantara paralel bar
                     Periksa apakah tube sudah vertical. Jika belum maka foot belum datar         terhadap
lantai
                     Periksa jika terdapat medial or lateral whips.
                     Cek jika ada rotasi pada foot
                     Pesriksa jika mengalami kesulitan dalam “roll over” selama stand phase
                      Check for drop-off at the end of stance phase.
                     Check for too much heel rise.
                     Membiarkan pasien untuk berjalan selama 30 menit
                     Periksa bagian proksimal trim lines saat duduk
                     Tanya pada pasien apa sudah nyaman dengan prostesisnya
                     Menyuruh pasien untuk memakai dan melepas prosthesis tanpa bantuan
                     Memeriksa kondisi stump setelah selesai
                     Catat semua informasi yang dibutuhkan

2.8     FITTING
Alat dan Bahan:

 Stockinet
 Bedak
 Plumb Line
 Spidol
 Penggaris Besi
 Kunci L
 Pararel Bar
 Gunting
 Blanko Fitting
 Blok Plastik PE

16
Prosedur Fitting:
         Pakakikan stockinet pada pasien
         Pakaikan prosthesis pada stump pasien.
         Pasien di minta berdiri, lalu kita mengecek bagian A-P dan M-L pada pasien apakah sudah
fit atau belum.
         Selanjutnya cek ketinggian prosthesis dengan memeriksa SIAS pada pasien.
         Pasien di minta untuk berjalan dan selanjutnya kita cek pola jalan pasien.
Problem Fitting:
1. Rotation of heel strike
2. Terminal swing impact
3. Piston action
4. Suspesnsi longgar

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Maka dari itu, kita dapat menyimpulkan bahwa knee disarticulation merupakan
salah satu jenis prostesis yang digunakan untuk menanggantikan pada anggota gerak
tubuh yang hilang pada tepat sendi tungkai knee. Kehilangan anggota gerak tubuh sangat
berpengaruh pada kehidupan seseorang. Namun dengan adanya prostesis yang mana
akan membantu pasien untuk dapat mengembalikan fungsi yang semestinya.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip biomekanik maka prostesis tersebut diharapkan
lebih nyaman dan stabil ketika digunakan.

B. Saran
Salah satu solusi bagi pasien yang mengalami kehilangan anggota gerak tubuh pada
bagian tungkai kaki tepat sendi knee yaitu dengan menggunakan Knee Disarticulation
Prostesis yang telah di desain sebagaimana mestinya untuk kenyamanan pasien dalam
melakukan kegiatannya.

18
LAMPIRAN

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai