TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Defenisi Lansia
Menua atau lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap - tahap kehidupan, yaitu nepnatus, toddler, pra school, school, remaja,
dewasa dan lansia. Tahap ini dimulai baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki usia tua banyak mengalami perubahan misalnya perubahan fisik yang
ditandai dengan kulit menjadi keriput karena berkurangnya bantalan lemak,
rambut memutih, pendengaran berkurang, penglihatan memburuk, gigi mulai
ompong, aktifitas menjadi lambat, nafsu makan berkurang dan menurunnya daya
tahan tubuh.(Padila,2013)
Lansia merupakan kelompok usia yang rentan mengalami perubahan-
perubahan akibat proses penuaan. Perubahan-perubahan tersebut menimbulkan
permasalahan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia. Salah satu
permasalahan yang sering dijumpai pada lansia selain permasalahan fisiologis
adalah permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan mental atau psikologis.
(Ekawati Sutikno, 2015)
2. klasifikasi Lansia
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia menurut prganisasi kesehatan
dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu :
1) Usia pertengahan (middle age) usia : 45-59 tahun
2) Lanjut usia (elderly) usia : 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) usia : 70-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
3. Karateristik Lansia
Menurut Budi Anna Keliat (1999) dalam Padila (2013) karakteristik lansia
sebagai berikut :
a. Berusia lebih dari 60 tahun
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
4. Tipe Lansia
Tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi
fisik, mental, sosial dan ekonominya (nugroho, 2000). Tipe tersebut
diantaranya :
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memnuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan
melakukan pekerjaan apa saja.
e. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder menyesal, pasif
dan acuk tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, konstruktif,dependen
(tergantung),defensif ( bertahan ), militan dan serius, tipe pemarah/frustasi
( kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu ), serta tipe putus asa
( benci pada diri sendiri ).
B. Kesehatan Jiwa
1. Defenisi
Menurut Undang – undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
menyatakan sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian
yang luas, sehat adalah suatu keadaan dinamis dimana individu dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan internal ( seperti psikologis,
intelektual, spiritual, dan penyakit ) dan lingkungan eksternal ( seperti
lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi ) dalam mempertahankan kesehatannya.
( kartika sari dewi, 2012 ).
World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menjelaskan
kriteria orang yang sehat jiwanya adalah orang yang dapat melakukan hal
berikut.
a. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu
buruk.
b. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.
c. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
d. Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
orang yang sehat jiwanya adalah orang yang mempunyai kemampuan
untuk menyesuaikan diri pada lingkungan, serta berintegrasi dan berinteraksi
dengan baik, tepat, bahagia dan juga bebas dari gejala gangguan psikis, serta
dapat berfungsi optimal sesuai apa yang ada padanya. sehingga dapat mencegah
gangguan mental akibat berbagai stresor, serta dipengaruhi oleh besar kecilnya
stresor, intensitas, makna, budaya, kepercayaan, agama, dan sebagainya.
(yusuf,Fitryasari, dan Nihayati, 2015 )
Beberapa strategi penting untuk mencapai suatu kondisi kesehatan jiwa yang
optiml adalah :
a. Mempertahankan kesehatan dengan gaya hidup yang sehat
b. Berusaha untuk tetap aktif baik secara fisik maupun mental
c. Memiliki atau menjaga hubungan dengan baik dan sebagai pendukung yang
kuat , seperti : keluarga, teman , dan tetangga
d. Tetap mampu untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi terhadap perubahan-
perubahan yang dialami
e. Mengembangkan keinginan yang baru
f. Berpartisipasi dalam aktivitas yang berarti secara pribadi, seperti bekerja dan
berpatisipasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
g. Memiliki penghasilan yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan dasar
h. Menghindari situasi yang dapat menimbulkan stress
i. Melakukan apa yang diinginkan dan merencanakan kegiatan terstruktur setiap
hari dan memiliki sesuatu untuk dicapai .
D. Gangguan jiwa
1. Defenisi
Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku seseorang yang secara khas
berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau di dalam satu atau lebih
fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik,
dan gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan antara orang itu tetapi
juga dengan masyarakat (yusuf,Fitryasari, dan Nihayati, 2015 )
Gangguan jiwa menurut American Psychiatric Association (APA) adalah
sindrom atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting secara klinis, yang
terjadi pada individu dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya distress
(misalnya, gejala nyeri, menyakitkan) atau disabilitas (ketidakmampuan pada
salah satu bagian atau beberapa fungsi penting) atau disertai peningkatan resiko
secara bermagna untuk mati, sakit, ketidakmampuan, atau kehilangan kebebasan
(APA, 1994 dalam Jamila Kasim,2018).
Gangguan mental disebut juga kekacauan mental, atau penyakit mental.
Kartono ( 1989 ) mengungkapkan bahwa gangguan mental adalah bentuk
gangguan atau kekecauan fungsi mental atau kesehatan mental, yang disebabkan
oleh kegagalan reaksi mekanisme badaptasi dari fungsi kejiwaan terhadap
stimulus eksternal dan ketegangan sehingga terjadi gangguan fungsi atau
gangguan struktur dari satu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan/mental.
( sunaryo, 2015 )
Kaplan dan sadock ( 1997), mengungkapkan bahwa gangguan mental
diartikan sebagai suatu sindrom atau pola perilaku atau psikologis yang secara
klinis bermakna dan terjadi pada seorang individu sekaligus disertai dengan
adanya individu yang mengalaminya ( mis : gangguan satu atau lebih bidang f
ungsi yang penting) atau dengan peningkatan resiko yang bermakna untuk
mengalami kematian, kesakitan, kecacatan, atau kehilangan kebebasan secara
signifikan. ( sunaryo, 2015 )
Gangguan mental tidak terjadi secara tiba-tiba, namun ada beberapa faktor
yang menyebabkannya, tiga faktor yang mempengaruhi gangguan mental
menurut kartono ( 1999 ) adalah faktor internal, faktor eksternal, dan proses
intrapsikis yang salah.
Herdjan ( 1987 ) mengungkapkan bahwa ada tiga faktor penyebab gangguan
kesehatan jiwa yaitu :
a. faktor organobiologis atau jasmaniah : meliputi infeksi, keracunan, hereditas,
defisiensi vitamin, cedera karena kecelakaan, kanker, dan kelainan peredaran
darah.
b. Faktor psikologis : meliputi konflik jiwa, stress, kekecewaan, frustasi dan
kurangnya perhatian.
c. Faktor sosial budaya : meliputi kekacauan sosial, kekacauan etnis, serta
perubahan sosial dan budaya yang cepat. ( sunaryo, 2015 )
2. Derivat butirofenon
3. Derivat thioxanten
Antidepresan
Merupakan golongan obat-obatan yang mempunyai khasiat mengurangi
atau menghilangkan gejala depresif. Pada umumnya bekerja meningkatkan
neurotransmitter norepinefrin dan serotonin.
1. Golongan trisiklik
Contoh: a. Imipramin (Tofranil)
2. Golongan tetrasiklik
Contoh: Maprotilin (Ludiomil)
3. Golongan monoaminoksidase inhibitor (MAOI)
Contoh: Rima/Moclobemide (Auroric)
4. Golongan serotonin selective reuptake inhibitor (SSRI)
Contoh: a. Setralin (Zoloft)
1. Derivat benzodiazepin
Contoh: a. Klordiazopoksid (Librium)
b. Diazepam (Valium)
c. Bromazepam (Lexotan)
d. Lorazepam (Aktivan)
e. Clobazam (Frisium)
f. Alprazolam (Xanax)
2. Derivat gliserol
Contoh: Meprobamat (Deparon)
3. Derivat barbitrat
Contoh: Fenobarbital (Luminal)
Antimanik (Mood Stabilizer)
Merupakan kelompok obat yang berkhasiat untuk kasus gangguan afektif
bipolar terutama episodik mania dan sekaligus dipakai untuk mencegah
kekambuhannya. Obat yang termasuk kelompok ini adalah sebagai berikut.
d. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah suatu cara untuk menggali masalah emosi yang
timbul kemudian dibahas atau diselesaikan bersama dengan anggota keluarga,
dalam hal ini setiap anggota keluarga diberi kesempatan yang sama untuk
berperan serta dalam menyelesaikan masalah (Keliat, 1996; Gladding, 2002).
Keluarga sebagai suatu sistem sosial merupakan sebuah kelompok kecil
yang terdiri atas beberapa individu yang mempunyai hubungan erat satu sama
lain dan saling bergantung, serta diorganisasi dalam satu unit tunggal dalam
rangka mencapai tujuan tertentu.
Ciri sistem keluarga yang fungsional antara lain sebagai berikut (Gladding,
2002).
1) Mempertahankan keseimbangan, fleksibilitas, dan adaptif terhadap
perubahan tahap transisi yang terjadi dalam hidup.
2) Masing-masing anggota keluarga menyadari bahwa masalah emosi
merupakan bagian dari fungsi setiap individu.
3) Setiap anggota keluarga mampu mempertahankan kontak emosi pada
setiap generasi.
4) Menjalin hubungan erat antaranggota keluarga dan menghindari
menjauhi masalah.
5) Menggunakan perbedaan antaranggota keluarga yang ada sebagai
motivasi untuk meningkatkan pertumbuhan dan kreativitas individu.
6) Antara orang dan anak terbentuk hubungan yang terbuka dan bersahabat.
1. Pasien
a. Mempercepat proses penyembuhan pasien yang berdampak positif
bagi dinamika keluarga.
b. Memperbaiki hubungan interpersonal.
c. Menurunkan angka kekambuhan.
2. Keluarga
a. Memperbaiki fungsi dan struktur keluarga.
b. Keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap pasien sehingga
lebih dapat menerima, lebih bertoleransi, dan lebih menghargai
pasien sebagai manusia.
F. Kerangka Teori
Lanjut Usia
Kesehatan
Jiwa
Gangguan Jiwa