Anda di halaman 1dari 8

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Desain penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan fenomenologis
digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mendapatkan data dengan
mengeksplorasi dan menggambarkan kesehatan jiwa pada lansia .
Penelitian ini berkaitan dengan pengalaman, pendapat, dan perasaan individu
terhadap stigma dan deskriminasi oleh masyarakat di lingkungan sosial, oleh karena
itu peneliti menggunakan metode kualitatif yang menggambarkan dan memahami
fenomena dari sudut pandang individu yang memiliki kesehatan jiwa. Strategi
penelitian yang dilakukan untuk mempelajari fenomena yang muncul sehingga
peneliti dapat mengidentifikasi dan mengobservasi kesehatan jiwa pada lansia .

B. Partisipan
Partisipan merupakan orang yang terlibat dalam suatu penelitian yang dapat
memberikan informasi kredibel terkait situasi dan kondisi topik penelitian.
Kriteria pemilihan partisipan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Lansia yang kooperatif ( bisa berkomunikasi dengan baik dan menyatakan)
b. Keluarga yang kooperatif

C. Tempat Dan Waktu Penelitian


a. Tempat penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di nagari batu taba kecamatan ampek
angkek kabupaten agam. Untuk pemilihan lokasi penelitian yang mana
partisipan tersebut sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan oleh
peneliti serta mempermudah peneliti dan memberi kenyamanan terhadap
partisipan tersebut.
b. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan november 2018.

29
30

D. Etika Penelitian
Masalah etik dan dilema etik dapat saja muncul selama proses penelitian
dilakukan, untuk mengantisipasi masalah tersebut peneliti berusaha memenuhi
prinsip etika penelitian. Permasalahan etika dalam penelitian kualitatif dapat terjadi
karena bertemunya dua atau lebih kepentingan peneliti untuk memperoleh hasil
penelitian ilmiah dan penghormatan terhadap hak partisipan atau pihak lain yang
terkait dengan hasil penelitian yang dilakukan (afiyanti, 2014 )
Pertimbangan etik dalam studi kualitatif berkenaan dengan pemenuhan hak-hak
partisipan. Maunthner, Birch, Jessop, dan Miller (2005 dalam Afriyanti &
Rachmawati, 2014) menyatakan bahwa pemenuhan hak-hak tersebut minimal
memiliki prinsip-prinsip etika dalam penelitian kualitatif bertujuan untuk mencapai
kesepakatan sesuai kaidah penelitian antara peneliti dan partisipan, etika peneliti
tersebut terdiri dari :
a. Prinsip menghargai harkat dan martabat partisipan
Persiapan prinsip ini dapat dilakukan untuk memenuhi hak-hak
partisipan dengan cara menjaga rahasia identitas partisipan (anonymity),
kerahasiaan data (confidentiality), menghargai privacy dan dignity, dan
menghormati otonomi (respect for autonomy).
Memenuhi hak tersebut, sebelum melakukan penelitian, peneliti telah
memberikan penjelasan kepada calon partisipan tentang tujuan dan prosedur
penelitian. Pada penelitian ini hanya melakukan proses wawancara, dimana
waktu dan tempat pelaksanaan sesuai dengan kesepakatan bersama
partisipan.
Dalam penelitian ini peneliti memenuhi hak-hak partisipan tersebut
dengan memberikan informed consent yang memungkinkan peneliti untuk
mengevaluasi kesediaan partisipan untuk berpartisipasi terhadap penelitian
yang dilakukan (Speziale & Carpenter, 2007). Sebelum melakukan
wawancara peneliti menanyakan kesediaan partisipan penelitian untuk
direkam menggunakan alat perekam. Peneliti menghormati otonomi
partisipan dimana partisipan memiliki hak menentukan dengan bebas, tanpa
paksaan untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan.

30
31

Dalam menjamin kerahasiaan (confidentiality), peneliti menyimpan


seluruh dokumen hasil pengumpulan data berupa lembar persetujuan
mengikuti penelitian, biodata, hasil rekaman, dan transkrip wawancara
dalam tempat khusus yang hanya bisa diakses oleh peneliti. Hasil rekaman
diberi kode partisipan tanpa nama (anonymity), untuk selanjutnya disimpan
dalam file khusus dengan kode partisipan yang sama. Semua bentuk data
hanya digunakan untuk keperluan proses analisa data sampai penyusunan
laporan penelitian.
b. Memperhatikan kesejahteraan partisipan
Penerapan prinsip ini dilakukan dengan memenuhi hak-hak partisipan
dengan cara memperhatikan kemanfaatan (benefience) dan meminimalkan
risiko (nonmaleficience) dari penelitian yang dilakukan dengan
memperhatikan kebebasan dari bahaya (free from harm), ekploitasi (free
from exploitasi), dan ketidaknyamanan (free from discomfort).
Dalam penelitian ini, peneliti harus memberikan kemanfaatan yang lebih
besar dari pada risiko atau bahaya yang dapat ditimbulkan dari kegiatan
penelitian yang
dilakukan. Disini peneliti tidak hanya mementingkan kepentingan peneliti
sendiri, tetapi juga memastikan tidak menimbulkan risiko bahaya apapun
terhadap partisipan penelitian. Oleh karena itu, sebelumnya peneliti
memberikan penjelasan secara bertahap tentang penelitian yang akan
dilakukan, tujuan penelitian, manfaat yang diperoleh, dan memastikan tidak
adanya bahaya yang dapat dialami partisipan akibat penelitian ini. Partisipan
juga diberi informasi bahwa jika dalam kegiatan penelitian yang dilakukan
menyebabkan ketidaknyamanan, maka partisipan memiliki hak untuk tidak
melanjutkan partisipasinya dalam kegiatan riset yang dilakukan.
Selanjutnya, partisipan harus dipastikan bahwa informasi yang telah mereka
berikan tidak digunakan untuk balik menentangnya.
c. Keadilan ( justice ) untuk semua partisipan
Prinsip ini menyatakan setiap partisipan penelitian memiliki hak untuk
diperlakukan secara adil dan tidak dibeda-bedakan selama kegiatan

31
32

penelitian dilakukan. Peneliti harus memberikan perlakuan dan penghargaan


yang sama dalam hal apa pun selama kegiatan penelitian dilakukan tanpa
memandang suku, agama, etnis, dan kelas sosial.

E. Alat Pengumpulan Data


a. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara dalam penelitian ini berupa urutan pertanyaan yang
tidak sama pada tiap partisipan tergantung proses wawancara dan jawaban
tiap individu (Afiyanti & Racmawati, 2014). Peneliti akan melakukan
wawancara berhadap-hadapan dengan pertanyaan tidak berstruktur dan
bersifat terbuka.
b. Handpone
Handpone digunakan untuk merekam pembicaraan selama proses
wawancara berlangsung antara peneliti dan partisipan sehingga tidak ada
informasi yang terlewatkan dan akan menjadi bukti dari keabsahan
penelitian akan terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan
pengumpulan data (Sugiyono, 2014).
c. Buku catatan
Buku dan alat tulis digunakan berupa pena dan catatan lapangan (field note)
untuk mencatat respon-respon nonverbal partisipan ketika wawancara
sedang berlangsung dan mencatat suatu kondisi hasil observasi peneliti
(Sugiyono, 2014).

F. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
wawancara. Menurut Afiyanti dan Racmawati, (2014), wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar ide dan informasi melalui tanya jawab
sehingga menghasilkan makna dalam topik tertentu (Estberg, 2002 dalam Creswell,
2013). Jenis wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara mendalam, karena
wawancara mendalam memudahkan peneliti apabila ingin menanyakan lebih dalam
pada subjek tertentu karena jenis ini iramanya jauh lebih bebas.

32
33

Wawancara dilakukan 30-60 menit (Bungin, 2011). Namun, jika target telah
tercapai sebelum 30 menit, wawancara dapat dihentikan. Peneliti membuat
rancangan berupa pedoman wawancara sebelum penelitian dilakukan. Pedoman
wawancara mendalam disusun berdasarkan pada teori-teori yang relevan dengan
masalah yang ingin digali dalam penelitian dan mulai dengan pertanyaan terbuka,
tidak bersifat kaku, karena pertanyaan bisa saja berkembang sesuai dengan proses
yang berlangsung selama wawancara, tanpa meninggalkan teori yang telah
ditetapkan (Anggraeni, 2009).
Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah melakukan pengumpulan
data dengan prosedur sebagai berikut :
a. Tahap persiapan
Pada tahap ini peneliti akan mendatangi calon partisipan dan membina
hubungan saling percaya dengan cara memperkenalkan dan menjelaskan tujuan
kedatangan peneliti. Proses ini dilakukan selama 30 menit.
Hubungan saling percaya ini dibuktikan dengan kesediaan calon
partisipan dalam penelitian ini. Setelah calon partisipan bersedia, selanjutnya
peneliti akan menjelaskan mengenai hak-hak dan kewajiban partisipan. Hak
partisipan antara lain mendapatkan kenyamanan baik fisik maupun psikologis,
melakukan dengan sukarela, dan menentukan waktu dan tempat wawancara.
Kewajiban partisipan adalah memberikan informasi tentang melakukan
perawatan hipertensi. Setelah partisipan memahami dan setuju dengan yang
dijelaskan oleh peneliti, partisipan mengisi informed consent sebagai pernyataan
tertulis tentang kesediaan partisipan untuk terlibat dalam penelitian yang
dilakukan.
b. Tahap pelaksanaan
Peneliti melakukan wawancara kepada partisipan. Pada pengumpulan
data dengan wawancara terbuka (open-ended questions) Peneliti melakukan
wawancara dengan memperhatikan tiga hal, yaitu persiapan sebelum
wawancara, saat wawancara, dan akhir wawancara.
1) Persiapan sebelum wawancara

33
34

Sebelum melakukan wawancara, peneliti mempersiapkan


lingkungan tempat dilangsungkannya wawancara sehingga wawancara
dapat laksanakan dengan baik dan tenang. Peneliti juga menjelaskan
bahwa wawancara yang dilaksanakan direkam oleh peneliti dan
dipastikan bahwa alat perekam dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Alat perekam yang digunakan adalah voice recorder. Selain itu, peneliti
juga membawa pedoman wawancara, lembar catatan lapangan (field
note), alat tulis dan kesiapan peneliti sebagai instrumen. Kontrak waktu
disampaikan saat persiapan ini.
2) Saat wawancara
Wawancara dilakukan kepada partisipan menggunakan pedoman
wawancara yang telah disiapkan. Pedoman wawancara berisi pertanyaan
terbuka dimana peneliti memberikan pertanyaan mengikuti arah jawaban
yang diberikan partisipan kemudian mempersilahkan partisipan untuk
menjawab pertanyaan penelitian.
3) Akhir wawancara
Apabila hasil wawancara telah mencapai saturasi, maka proses
wawancara dapat dihentikan. Proses mengakhiri wawancara dilakukan
dengan cara menyimpulkan hasil wawancara dan membuat kontrak
tempat serta waktu untuk pertemuan atau wawancara berikutnya.
4) Tahap akhir
Tahapan akhir dalam penelitian ini dilakukan pada saat peneliti
melakukan validasi data. Pada tahap ini tidak ada perubahan data baik
penambahan maupun pengurangan informasi. Partisipan setuju dan
merasa apa yang dirasakan atau dialami sesuai dengan verbatim yang
dibuat peneliti, maka proses pengumpulan data selesai. Peneliti
mengakhiri pertemuan dengan ungkapan terima kasih kepada partisipan
yang telah meluangkan waktu (Creswell, 2007).

34
35

G. Pengolahan Data Dan Analisa Data


Analisa data dalam penelitian kualitatif adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh
data (Saryono & Anggraeni, 2010). Pada pendekatan fenomenologi menggunakan
analisis Colaizi (Susilo, H.W, dkk, 2010). Alasan pemilihan metode analisa ini
didasarkan pada kesesuaian dengan filosofi Hussserl, yaitu suatu penampakan
fenomena hanya akan ada bila ada subyek yang mengalami fenomena (informan),
sehingga sesuai untuk memahami arti dan makna suatu fenomena Pengalaman
keluarga merawat lansia yang mengalami depresi .

H. Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas
dan reliabilitas. Menurut Sugiyono, (2014) terdapat empat istilah yang pada
umumnya digunakan untuk menyatakan keabsahan data hasil penelitian kualitatif,
yaitu : kredibilitas (kepercayaan), transferabilitas (keteralihan), dependabilitas
(ketergantungan), dan konfirmabilitas (kepastian).
a. Credibility (kepercayaan)
Credibility (kepercayaan), untuk mencapai derajat kepercayaan
(credibility) peneliti memverifikasi dan klasifikasi hasil-hasil temuan
(transkrip) kepada partisipan penelitian. Partisipan diberikan kesempatan
untuk mengkoreksi transkrip wawancara serta menyatakan persetujuan atau
ketidakpersetujuan hasil analisis data dan teori yang ditemukan dalam
penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah partisipan mengenal
hasil penelitian sebagai pengalaman nyata mereka. Suatu hasil penelitian
dikatakan memiliki kredibilitas yang tinggi atau baik ketika hasil-hasil
temuan pada penelitian tersebut dapat dikenali dengan baik oleh para
partisipannya dalam konteks sosial mereka.
b. Transferability (Keteralihan)
Transferability (Keteralihan), keteralihan menilai seberapa mampu
sebuah hasil penelitian kualitatif dapat diaplikasikan dan dialihkan pada

35
36

keadaan konteks lain atau kelompok atau partisipan lainnya. Dalam


penelitian ini, meneliti melakukan penguraian secara rinci hasil temuan yang
didapatkan. Peneliti membuat data hasil observasi nonverbal setiap
partisipan dalam bentuk transkrip sesuai dengan tema-tema sementara yang
peneliti tentukan berdasarkan jurnal dan literatur yang mendukung. Hasil
wawancara peneliti sajikan dalam bentuk transkrip verbatim berdasarkan
tema-tema sementara yang peneliti hubungkan dengan jurnal dan literatur
terkait. Peneliti meminta kesediaan partisipan untuk membaca transkrip data
observasi dan transkrip verbatim hasil wawancara sambil memutar kembali
hasil rekaman wawancara.
c. Dependendability (Ketergantungan)
Dependendability (Ketergantungan), ketergantungan merupakan proses
penelitian secara terus menerus sebagai kriteria keabsahan data hasil
penelitian. Dalam hal ini dilakukan oleh orang lain dapat mengulangi atau
mereplikasi proses penelitian tersebut uji dependendabiliti dilakukan dengan
cara audit terhadap keseluruhn proses penelitian.
d. Confirmability (Kepastian)
Confirmability (Kepastian), kepastian adalah suatu proses pengujiannya
dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji hasil penelitian dikaitkan
dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari
proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian, maka penelitian terebut
telah memenuhi standar konfirmability.

36

Anda mungkin juga menyukai