Anda di halaman 1dari 39

PORTOFOLIO PREKLINIK KEPERAWATAN ANAK 1

LAPORAN PENDAHULUAN, LAPORAN KASUS, EBN, DAN LOG BOOK

OLEH :

INES KURNIASIH

NIM. 18031027

PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN STIKes HANG TUAH
PEKANBARU

2020
Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
DAFTAR PUSTAKA LAPORAN PENDAHULUAN

Marmi, K. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Mathindas,S., Wilar, R., Wahani, A. (2013). Hiperbilirubinemia Pada Neonatus. Jurnal Biomedik, Volume
5, Nomor 1, Suplemen, Maret 2013, hlm. S4-10

Sembiring,J Br. (2019). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Soegijanto,S. (2016). Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia Jilid 5. Surabaya:
Airlangga

University.
INES KURNIASIH (18031027)
Kelompok 1 2018A Preklinik Kep. Anak 1

Seorang bayi laki-laki (bayi R), berusia 12 dirawat diruang perinatology


karena badan kuning. Badan kuning diketahui keluarga sejak bayi berusia 2 hari,
kuning seluruh tubuh. Pada usia 5 hari, bayi diare kurang lebih 10 kali, cair, ada
ampasnya, berwarna kuning kehijauan, ada lendirnya, berbusa, berbau amis. Ibu
mengatakan anak tidak demam selama dirumah. Keluarga mengatakan tidak ada
keluarga yang memiliki penyakit berat hanya ada yang memiliki penyakit asma.
Bayi R lahir dengan persalinan SC karena letak sungsang dan lilitan tali pusat saat
usia kehamilan 37-38 minggu. BBL 2900 gram, PB 48 cm.

Hasil pengkajian didapatkan Berat bayi saat ini 2900 gram, PB: 48 cm.
kesadarn compos mentis frekuensi nadi 148x/menit, frekuensi nafas 45x/menit,
suhu 36,5˚C aksila. Tampak kuning diarea kepala hingga dada. Kepala simetris,
konjungtiva merah muda, sklera ikterik. Hidung simetris, tidak ada napas cuping
hidung, tidak ada menggunakan alat bantu pernapasan. Mukosa bibir lembab,
tidak ada sianosis. Bentuk dada simetris, terdaoat ikterik di bagian dada, tidak ada
retraksi dinding dada, pergerakan dada simetris, bunyi napas vesikuler, bunyi
jantung s1 s2 tunggal, perkusi paru resonan. Abdomen datar, tampak ikterik, tidak
ada distensi abdoem, tidak ada lesi dan tanda-tanda infeksi pada umbilicus, bsisng
usus normal, perkusi timpani. Akral hangat, ekstremitas ikterik, tidak ada ptekie,
CRT < 3 detik. Reflex hisap kuat namun bayi malas menyusu sejak sakit. Bayi
mendapatkan ASI 8x40 cc/ hari. BAB dan BAK normal. Saat ini bayi menjalai
fototherapy.
Pemeriksaan Penunjang
Pasien Laboratorium:
1. Pemeriksaan Darah Lengkap

Hb 14,9 mg/dl (P=12,0-16,0 mg/dl, L=13,0-18,0 mg/dl)


Hct 41,7 % (L 40-54%, P 35-47%)
LED 5/8 (L 0-5/jam, P 0-7/jam)
Leukosit 6800 (4000-10.000)
Trombosit 554.000 (150.000- 450.000)

2. Pemeriksaan Faal
Hati Bil Direct 0,44
mg/dl
Bil Total 16,48 mg/d

FORMAT PENGKAJIAN ANAK

Nama : Ines Kurniasih


NIM 18031027
Tanggal Pengkajian : 21 Juli 2020

Identitas Klien
Nama Klien (Inisial) : Bayi R
Tempat/Tanggal Lahir : Tidak ada data
Usia : 12 Hari
Nama Ayah : Tidak ada data
Pendidikan Ayah : Tidak ada data
Nama Ibu : Tidak ada data
Pendidikan Ibu : Tidak ada data
Pekerjaan Ayah : Tidak ada data
Alamat : Tidak ada data
Pekerjaan Ibu : Tidak ada data
Agama : Tidak ada data
Suku/Bangsa : Tidak ada data
Dx Medis : Hiperbilirubinemia

Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama : Badan kuning seluruh tubuh
b. Riwayat Penyakit Dahulu : Sejak berusia 2 hari seluruh badan bayi
kuning. Pada usia 5 Hari, bayi diare kurang lebih 10 kali, cair, ada
ampasnya. Berwarna kuning kehijauan, ada lendirnya, berbusa, berbau
amis.
c. Riwayat Penyakit Sekarang : Badan kuning seluruh tubuh sejak bayi
berusia 2 hari, lalu pada usia 5 hari bayi mengalami diare kurang lebih 10
kali, cair, ada ampasnya. Berwarna kuning kehijauan, ada lendirnya,
berbusa, berbau amis. Namun, anak tidak ada demam selama di rumah.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


1. Masa Prenatal : Letak sungsang dan lilitan tali pusat usia
kehamilan 37-38 minggu.
2. Masa Intranatal : Lahir dengan persalinan SC
3. Masa Postnatal : Tidak ada data

Riwayat Alergi
- Tidak ada riwayat alergi

Riwayat Operasi
- Tidak ada riwayat operasi

Riwayat Imunisasi
- Tidak ada data

Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram)


- Keluarga mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit
berat hanya ada yang memiliki penyakit asma

Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh : Keluarga
2. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik, keluarga tampak memberi
perhatian penuh pada bayi
3. Hubungan dengan teman sebaya : Belum bias dikaji, bayi baru lahir
usia 12 hari
4. Pembawa/sifat secara umun : Belum bias dikaji, bayi baru lahir
usia 12 hari
5. Lingkungan Rumah : Tidak ada data
Masalah Keperawatan: Tidak ada

Kebutuhan Dasar
1. Makanan yang disukai/tidak disukai
a. Alat makan yang digunakan : Tidak ada, bayi full ASI
b. Pola makan/jam : ASI 8x 40 cc/hari
c. Kebiasaan waktu makan (jika ada): Tidak ada
2. Pola Tidur/jam
a. Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada
b. Kebiasaan sewaktu makan (jika ada) : Tidak ada
3. Mandi : 2x sehari
4. Aktivitas bermain : Tidak ada
5. Eliminasi : BAB dan BAK normal
Masalah Keperawatan: Tidak ada

Keadaan Kesehatan
1. Status Nutrisi
- BB (Berat Badan) : 2.900 gram
- TB (Tinggi Badan) : 48 cm
- LK (Lingkar Kepala) : 34 cm
- LILA (Lingkar lengan atas) : 12 cm
- BB/U : -1 SD
- TB/U : -1 SD
2. Status Cairan : Tidak ada data
3. Obat – obatan : Tidak ada penggunaan obat-obatan
4. Pemeriksaan Penunjang
- Hasil Laboratorium
1. Pemeriksaan Darah Lengkap

 Hb 14,9 mg/dl (P=12,0-16,0 mg/dl, L=13,0-18,0 mg/dl)


 Hct 41,7 % (L 40-54%, P 35-47%)
 LED 5/8 (L 0-5/jam, P 0-7/jam)
 Leukosit 6800 (4000-10.000)
 Trombosit 554.000 (150.000- 450.000)

2. Pemeriksaan Faal
Hati
 Bil Direct 0,44 mg/dl
 Bil Total 16,48 mg/d

5. Data Tambahan : Bayi sedang menjalani Fototerapi

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Kesadaran compos mentis

Tanda - tanda vital : N = 148x/menit, RR = 45x/menit, S = 36,5 ℃

Masalah Keperawatan : Tidak ada

Integumen
- Warna dan pigmen kulit : Kuning di area kepala-dada, tidak ada
ptekie
- Kelembapan, tekstur : Akral hangat
- Turgor Kulit : Elastis, bekas cubitan kembali cepat
- Edema : Tidak ada edema
- Lesi, pruritas : Tidak ada lesi
- Tanda Lahir : Tidak terdapat tanda lahir
- Kuku dan rambut : Kuku agak panjang dan melewati jari-jari,
rambut kepala tipis, pertumbuhan rambut merata
- Masalah keperawatan: Ikterus neonatorum

Kepala dan leher


- Bentuk dan simetris : Kepala bulat dan simetris
- ROM leher : Tidak dikaji
- Palpasi trakea : Tidak ada deviasi
- Palpasi kelenjar tiroid : Tidak ada nyeri tekan
- Masalah keperawatan: Tidak ada

Mata
- Simetrisitas : Simetris kiri dan kanan
- Alis dan kelopak mata : Normal, tidak ada pembengkakan
- Konjungtiva dan sklera : Konjungtiva merah muda, sklera ikterik
- Refleks pupil : Normal, pupil mengecil saat mata disinari
cahaya dan kembali normal saat tidak disinari cahaya
- Refleks kornea : Normal, mengedip saat limbus kornea
disentuh dengan kapas
- Masalah keperawatan: Tidak ada

Muka, Hidung dan Rongga Mulut


- Bentuk dan ekspresi : Bentuk muka simetris, tidak ada
kelainan
- Kesimetrisan lipatan nasolabia : Simetris
- Ukuran dan bentuk hidung : Hidung simetris
- Nares eksternal dan kepatengan nares : Tidak ada napas cuping hidung,
paten dan tidak ada menggunakan alat bantu pernapasan
- Ketajaman penciuman : Baik
- Palpasi sinus : Tidak ada sinus
- Rongga, mulut, lidah dan bau : Langit-langit utuh, tidak ada lesi
- Gigi (jumlah, karies) : Belum ada pertumbuhan gigi
- Tonsil : Tidak dikaji
- Kualitas suara : Baik, Suara tangisan kencang dan
tidak ada terdengar abnormalitas
Masalah keperawatan: Tidak ada

Torax dan Paru - Paru


- Kesimetrisan dada : Simetris
- Abnormalitas : Terdapat ikterik dibagian dada
- Retrajsi dinding dada : Tidak ada retraksi dinding dada
- Jenis pernafasan, kedalaman : Normal
- Taktik fremitus : Tidak dikaji
- Hasil perkusi dinding dada : Perkusi paru resonan
- Hasil auskultasi : Bunyi napas vesikuler
Masalah keperawatan: Ikterik neonatorum

Sistem Kardiovaskuler
- Inspeksi : Tidak ada sianosis, bercak dan edema, crt < 3 detik
- Palpasi : N = 148x/menit
- Denyut apikal TIM (titik impuls maksimum) : cela intercostal ke-4
- Perkusi (batas jantung) : cela intercostal ke 4
- Auskultasi (bunyi tambahan) : Tidak ada bunyi tambahan (s1 s2 tunggal)
Masalah keperawatan: Tidak ada

Abdomen
- Kontur abdomen : Datar, tidak ada ditensi abdomen
- Warna dan keadaan kulit abdomen : Tampak ikterik
- Bising usus : Normal
- Hepar (batas, konsistensi, permukaan dan ukuran): Teraba dibawah bats
iga kanan, tepi hati tegas dan licin
- Limpa (batas, konsistensi, permukaan dan ukuran): Tepi limpa teraba 1 cm
dibawah batas iga kiri
- Masalah keperawatan : Ikterik neonatorum

Sistem Reproduksi (Laki - Laki)


- Tidak ada pembengkakan dan lesi, posisi lubang uretra di puncak glen
penis, jumlah testis 2

Sistem Limpatik (palpasi nodus limpa dikepala, leher, aksila dan lipatan
paha)
- Tidak dikaji

Sistem Muskuloskeletal
- Cara berjalan : Tidak dikaji
- Lengkung tulang belakang : Tidak dikaji
- Mobilitas tulang belajang : Tidak dikaji
- Rom ekstremitas : Tidak dikaji
- Geni varum dan geni valgum clubfoot: Tidak dikaji
- Iritasi meningeal (tanda kering) : Tidak dikaji
- Dislokasi panggul kongenital : Tidak dikaji
- Squating test : Tidak dikaji
- Streaching test : Tidak dikaji
- Masalah keperawatan:

Sistem Persyarafan

- Status mental : Tidak dikaji


- Fungsi motoric : Tidak dikaji
- Uji romberg : Tidak dikaji
Masalah keperawatan:
Pengkajian Fungsi Syaraf Cranial

No. Syaraf Cranial Temuan


I Olfaktoris Tidak dikaji
II Optikus Tidak dikaji
III Okulomotorius Tidak dikaji
IV Troklearis Tidak dikaji
V Trigeminus Tidak dikaji
VI Abdusen Tidak dikaji
VII Fasialis Tidak dikaji
VIII Akustikus Tidak dikaji
IX Glosofaringeus Tidak dikaji
X Vagus Tidak dikaji
XI Aksesorious Tidak dikaji
XII Hiploglosus Tidak dikaji

Pemeriksaan Refleks
No. Refleks Temuan
1. Moro Ada
2. Rooting Ada
3. Isap Ada, Kuat
4. Menggenggam Ada
5. Babinski Ada
6. Asymetric tonic neck reflex Ada
Masalah keperawatan : Tidak ada

PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


1) Kemandirian dan bergaul : Tidak dikaji
2) Motoric halus : Tidak dikaji
3) Kognitif dan Bahasa : Tidak dikaji
4) Motoric kasar : Tidak dikaji

Informasi lain (Pemeriksaan Penunjang Dan Terapi)


- Hasil Laboratorium
1. Pemeriksaan Darah Lengkap

 Hb 14,9 mg/dl (P=12,0-16,0 mg/dl, L=13,0-18,0 mg/dl)


 Hct 41,7 % (L 40-54%, P 35-47%)
 LED 5/8 (L 0-5/jam, P 0-7/jam)
 Leukosit 6800 (4000-10.000)
 Trombosit 554.000 (150.000- 450.000)

2. Pemeriksaan Faal
Hati
 Bil Direct 0,44 mg/dl
 Bil Total 16,48 mg/d

- Bayi sedang menjalani fototerapi


FORMAT ANALISA DATA

Data Klien Etiologi Masalah Keperawatan


DO: Peningkatan destruksi Hiperbilirubinemia
N = 148 x/menit eritrosit Hb neonatal
RR = 45 x/menit
S = 36,5 ℃
 Tampak kuning di area Pemecahan bilirubin
kepala hingga dada berlebih
 Sklera ikterik
 Terdapat ikterik di
bagian dada Suplay bilirubin melebihi

 Abdomen tampak kemampuan hepar

ikterik
 Ekskremitas ikterik
 Trombosit 554.000
Sebagian masuk kembali
(melebihi batas
ke siklus amerohepatik
normal)
 Bilirubin total 16,48
mg/dl
Bilirubin indirek
meningkat
DS:
 Badan kuning diketahui
keluarga sejak bayi
Hiperbilirubinemia
berusia 2 hari, kuning
neonatal
seluruh tubuh

Ikterus

Indikasi fototerapi

Resiko kerusakan
integritas kulit

Resiko kerusakan
integritas kulit
Resiko devisien volume
cairan

DO: Icterus
N = 148 x/menit
RR = 45 x/menit fototerapi
S = 36,5 ℃
 Tampak kuning di area
kepala hingga dada efek fototerapi (Diare)
 Sklera ikterik
 Terdapat ikterik di
bagian dada Bayi malas menyusu

 Abdomen tampak
ikterik
Asupan cairan tidak
 Ekskremitas ikterik
adekuat
 Trombosit 554.000
(melebihi batas
normal) Resiko devisien volume
cairan
 Bilirubin total 16,48
mg/dl
DS:
 Badan kuning diketahui
keluarga sejak bayi
berusia 2 hari, kuning
seluruh tubuh
 Bayi malas
menyusu sejak sakit
 Bayi mengalami diare
pada usis 5 hari
Diagnosa Keperawatan
1. Hiperbilirubinemia neonatal b.d, kelainan fisiologis d.d profil darah
abnormal, sklera kuning, kulit kuning.
2. Risiko kerusakan integritas kulit b.d efek fototerapi
3. Risiko devisien volume cairan b.d asupan cairan yang tidak adekuat
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Bayi R Nama Mahasiswa : Ines Kurniasih


Ruang : Perinatology
No. Mr :-

No. Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Hiperbilirubinemia Adaptasi bayi baru lahir Fototerapi : Neonatus (6924)
neonatal b.d (0118) Aktivitas-aktivitas:
kelainan fisiologis  Kadar bilirubin  Kaji ulang riwayat maternal dan
d.d profil darah dipertahankan pada bayi mengenai adanya faktor
abnormal, sklera sangat menyimpang risiko terjadinya
kuning, kulit kuning. dari rentang normal (1) hiperbilirubinemia
ditingkatkan ke tidak  Observasi tanda-tanda (warna)
menyimpang dari kuning
rentang normal (5)  Periksa kadar serum
bilirubin, sesuai kebutuhan
 Isolasikan bayi
 Edukasi keluarga mengenai
prosedur dan perawatan fototerapi
dan field message
 Tutupi kedua mata bayi, hindari
penekanan yang berlebihan
 Buka penutup mata setiap 3 jam
atau ketika lampu dimatikan
untuk bisa dilakukannya kontak
bayi dan orang tua dan
memungkinkannya dilakukan
aktivitas menyusui serta field
message
 Tempatkan lampu fototerapi
diatas bayi dengan tinggi yang
sesuai
 Cek intensitas lampu setiap hari
 Monitor TTV
 Ubah posisi bayi setiap 3 jam
(alih baring), yaitu perubahan
posisi miring kiri, miring
kanan, telentang, tengkurap
 Monitor kadar serum bilirubin
 Evaluasi status neurologi setiap 4
jam
 Observasi tanda-tanda dehidrasi
 Timbang berat badan setiap hari
 Berikan intake cairan/ASI setiap
2 jam sekali, supaya tidak terjadi
perburukan kondisi selama
Integritas jaringan : dilakukan fototerapi.
Resiko kerusakan Kulit dan membrane  Dorong keluarga untuk
integritas kulit b.d mukosa (1101) berpartisipasi dalam terapi
efek fototerapi  Suhu kulit sinar
dipertahankan pada Imbangi fototerapi dengan
sedikit terganggu (4) memberikan field message pada
2. ditingkatkan ke tidak bayi untuk mempercepat
terganggu (5) penurunan kadar bilirubin
 Perfusi jaringan
dipertahankan pada Manajemen tekanan (3500)
cukup terganggu (3) Aktivitas-aktivitas:
ditingkatkan ke tidak  Berikan pakaian yang longgar
terganggu (5)  Letakkan matras atau kasur
 Pigmentasi abnormal dengan cara yang tepat
dipertahankan pada  Letakkan bantalab busa
berat (1) ditingkatkan polyurethane dengan cara yang
ke tidak ada (5) tepat
 Balikkan posisi setiap 3 jam (alih
baring)
 Monitor area kulit dari adanya
kemerahan
 Monitor mobilitas
 Monitor status nutrisi pasien
 Monitor sumber tekanan dan
Resiko devisien gesekan
3. volume cairan b.d
asupan cairan yang
tidak adekuat Termoregulasi : Bayi
baru lahir (0801)
 Perubahan warna kulit
dipertahankan pada
berat (1) ditingkatkan
ke tidak ada (5)
 Hiperbilirubinemia Monitor cairan (4130)
dipertahankan pada  Monitor berat badan
berat (1) ditingkatkan  Tentukan jumlah dan jenis intake/
ke (5) asupan cairan serta kebiasaan
eliminasi
 Tentukan factor-faktor resiko
yang mungkin menyebabkan
ketidakseimbangan cairan
 Periksa turgor kulit
 Monitor asupan dan pengeluaran
 Monitor TTV
 Monitor membrane mukosa,
turgor kulit dan respon haus
 Monitor warna, kuantitas, berat
jenis urin

EBN

Novianti, N., Medianni, H.S., Nurhidayah, I. (2017). Pengaruh Field Message


sebagai Terapi Adjuvan terhadap Kadar Bilirubin Serum Bayi
Hiperbilirubinemia. JKP- Volume 5 Nomor 3.
Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan terhadap Kadar Bilirubin
Serum Bayi Hiperbilirubinemia

Novi Novianti, Henny Suzana Mediani, Ikeu Nurhidayah


Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran
Email: nonov1980@gmail.com

Abstrak

Hiperbilirubinemia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada masa neonatal. Terapi modalitas dibutuhkan
karena fototerapi sebagai prosedur penatalaksanaan hiperbilirubinemia di rumah sakit berpotensi menimbulkan
efek samping. Field massage sebagai terapi adjuvan, diduga dapat meningkatkan ekskresi bilirubin selama bayi
mendapat fototerapi. Namun, penelitian field massage sebelumnya baru melaporkan penurunan kadar bilirubin
diduga seiring meningkatnya frekuensi buang air besar sebagai efek massage. Tujuan penelitian untuk
mengetahui pengaruh field massage sebagai adjuvan terhadap kadar bilirubin serum bayi hiperbilirubinemia
yang menjalani fototerapi. Desain penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan non equivalen pre test-post
test design with control group. Sampel diambil secara consecutive terbagi menjadi kelompok intervensi (16
responden) dan kelompok kontrol (16 responden). Data dianalisis menggunakan Dependen T-Test, Independen
T-Test, dan Analysis of Covarians. Hasil menunjukkan rata-rata kadar bilirubin serum setelah intervensi pada
kelompok intervensi (8,09+1,21) sedangkan kelompok kontrol (10,05+2,17). Penurunan rata-rata kadar bilirubin
serum kelompok intervensi (7,20+1,59), sedangkan kelompok kontrol (4,64+1,25), antara kedua kelompok
terdapat perbedaan penurunan yang bermakna (p=0,001). Kontribusi variabel confounding tidak berpengaruh
terhadap penurunan rata-rata kadar bilirubin serum, setelah dikontrol variabel confounding pada kelompok
intervensi memiliki nilai bersih (7,23+0,37), kelompok kontrol memiliki nilai bersih (4,61+0,37). Kesimpulan
didapatkan field massage sebagai terapi adjuvan dapat menurunkan kadar bilirubin serum secara efektif.
Berdasarkan hasil penelitian Field massage bisa menjadi salah satu alternatif intervensi keperawatan yang
dapat digunakan dalam penatalaksanaan bayi hiperbilirubinemia di rumah sakit.

Kata kunci: Field massage, fototerapi, hiperbilirubinemia, neonatal.

Effect of Field Massage as Adjuvant Therapy on Serum Bilirubin Levels


Neonatal Hyperbilirubinemia

Abstract
Hyperbilirubinemia is the common complication that occurs in neonatal period. Therapeutic modality is
needed since phototherapy as a standard procedure for hiperbilirubinemia in hospital is often give side effects.
Field massage is an adjuvant therapy might increases the excretion of infant bilirubin serum in procedure of
phototherapy. However, previous research used field massage noticed that decreased levels of bilirubin allegedly
increased with the frequency of defecation as massage effect. The purpose of this study was to determine effect
of field massage as adjuvant to level of bilirubin serum in neonatal with phototherapy.The research design used
quasi experiments with non equivalent pre test-post test design. The sample was recruited by consecutive
sampling of 16 respondents in intervention group and 16 respondents in control group. Data were analyzed by
using Dependent T-Test, Independent T-Test, and Analysis Covarians. Results showed that the mean serum
bilirubin level after intervention in intervention group showed (8.09+1.21), while the control group were about
10.05+2.17. Decreasing mean serum bilirubin level in the intervention group (7.20+1.59) and the control group
(4.64+1.25), between two groups showed that there had significant decrease (p=0.001). Contribution of
confounding variables did not affect to the decreased mean serum bilirubin level, whereas after controlled
confounding variables in the intervention group showed had net value (7.23+0.37), and for the control
group (4.61+0.37). It can be concluded that field massage is effective and useful in decreasing bilirubin serum
levels. Results of this study can be used as one of alternative nursing interventions in managing neonatal
hyperbilirubinemia in hospitals.

Keywords: Field massage, hyperbilirubinemia, neonatal, phototherapy.

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 315


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

Pendahuluan et al., 2014;Naufal&Widodo, 2016; Robert,


Princely Jeyaraj, & Kanchana, 2015).
Ikterus atau hiperbilirubinemia merupakan Beberapa hasil penelitian terdahulu
salah satu komplikasi yang sering terjadi mendukung penggunaan field massage
pada masa neonatal. Sebanyak 75% alasan terhadap penurunan kadar bilirubin (Chen
bayi dirawat inap selama periode neonatal et al., 2011; Kianmehr et al., 2014). Namun
disebabkan hiperbilirubinemia (Barbara, JS., korelasi yang jelas antara mekanisme
2008;Escobar, 2005;Shetty & Kumar, 2014). massage dengan ekskresi bilirubin belum
Sebagian besar hiperbilirubinemia pada bayi diketahui secara pasti. Penelitian
baru lahir bersifat fisiologis, namun sebelumnya sebatas melaporkan penurunan
memiliki potensi meracuni sistem saraf kadar bilirubin diduga seiring meningkatnya
pusat yang dapat menyebabkan Kernicterus frekuensi buang air besar sebagai efek
(Maisels & McDonagh, 2008; Yuliarti, et al, massage terhadap fungsi pencernaan. Selain
2011). itu, teknik massage penelitian sebelumnya
Fototerapi merupakan prosedur standar hanya menggambarkan area pemijatan
dalam penatalaksanaan hiperbilirubinemia secara umum, belum merinci secara jelas
di rumah sakit, namun hasil-hasil penelitian teknik-teknik keseluruhan. Sehingga perlu
menunjukkan pemberian fototerapi belum dipertimbangkan mencari langkah-langkah
efektif dan ditemukan beberapa efek pemijatan secara menyeluruh sebagai
samping bagi bayi (Dewi, Kardana, & kebaruan penelitian ini.
Suarta 2016); Kosim, Soetandio, & Sentuhan merupakan kebutuhan dasar
Sakundarno, 2008). Efek samping yang bagi bayi baru lahir. Melalui massage,
mungkin terjadi diantaranya: diare, bayi mempersepsikan sentuhan sebagai
dehidrasi, ruam kulit, gangguan retina, pemenuhan kebutuhan rasa aman dan
hipertermia, Bronze Baby Syndromme, nyaman (Field, 2004). Pemberian field
bahkan kemandulan pada bayi laki-laki massage merupakan tindakan keperawatan
(Champlain Maternal Newborn Regional memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman
Programme, 2015). Fototerapi juga beresiko bayi yang menjalani fototerapi (Robert et al.,
memicu stress, selama fototerapi bayi 2015). Penelitian ini menggunakan
dilingkungan terpisah dari ibunya, gangguan pendekatan teori comfort yang
mental dan emosional dapat terjadi akibat dikembangkan Kathrine Kolcaba dalam
pemisahan saat fototerapi (Kianmehr et al., kerangka pemikirannya dengan menawarkan
2014). Perawat anak sebagai bagian integral kenyamanan sebagai bagian terdepan dalam
dalam tim perawatan klien, perlu proses keperawatan. Perawat diharapkan
menemukan solusi untuk meningkatkan dapat merencanakan intervensi yang sesuai
efektifitas fototerapi sehingga dan tepat waktu menggunakan model
meminimalkan efek samping yang perawatan berfokus pada kenyamanan klien
ditemukan. (Ilmiasih, Nurhaeni, & Waluyanti, 2007).
Hasil-hasil penelitian tentang penurunan Pengaruh field massage perlu dilakukan
kadar bilirubin pada bayi yang menjalani evaluasi melalui penelitian kembali, karena
fototerapi masih belum optimal, beberapa efektifitasnya sebagai terapi adjuvan
penelitian dilakukan untuk mencari terapi terhadap kadar bilirubin masih beragam dan
modalitas yang dapat digunakan sebagai gambaran teknik yang menyeluruh belum
adjuvan dalam mengefektifkan penurunan jelas terperinci. Penelitian sebelumnya oleh
kadar bilirubin disamping pemberian Chen et al. (2011) yang melakukan baby
fototerapi. Terapi modalitas tersebut massage dengan metode field, hasil
adalah perubahan posisi selama fototerapi, menunjukkan massage dapat menginduksi
pemberian jenis minum, dan field massage penurunan bilirubin transkutaneus (p=0,009)
(Chen, Sadakata, Ishida, Sekizuka, & dan bilirubin serum (p=0,007) secara
Sayama, 2011;Kianmehr et al., 2014; signifikan. Kianmehr, et.al. (2014)
Rahmah, Yetti, & Besral, 2012; Shinta, menyebutkan field massage berpengaruh
2008). Field massage merupakan terapi signifikan dalam menurunkan tingkat
modalitas yang diduga dapat meningkatkan bilirubin bayi yang difototerapi (p=0,001).
ekskresi bilirubin bayi selama fototerapi Robert et.al.(2015)
menurut beberapa penelitian terbaru (Chen
et al., 2011;Dalili, Sheikhi, Shariat, &
Haghnazarian, 2016;Kianmehr
316 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017
Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

menilai therapeutik massage dengan metode kontraindikasi dilakukan field massage,


field efektif menurunkan tingkat bilirubin yaitu demam (suhu tubuh >38C),
neonatus (p=0,001). peningkatan tanda-tanda vital, dan lethargik.
Berbeda dengan penelitian Karbandi, Adapun kriteria eksklusi sampel, yaitu: bayi
Lotfi, Boskabadi, dan Esmaily (2015), yang dengan rhesus dan ABO inkompatibilitas,
melaporkan bahwa rata-rata kadar bilirubin anomali kongenital, infeksi, obstruksi
transkutaneus kelompok intervensi dan gastrointestinal, dan atresia bilier. Sampel
kontrol tidak berbeda (nilai p=0.98). kemudian dibagi menjadi dua kelompok:
Massage metode field hanya meningkatkan kelompok intervensi sebanyak 16 responden
frekuensi buang air besar kelompok dan kelompok kontrol sebanyak 16
intervensi pada hari ke 4-6 (p=0,01, responden.
p<0,001), p=0,005). Masih Penelitian ini dilakukan di Ruang
kurangnya penelitian sahih yang mendukung Tanjung Bagian Perinatal RSUD
pengaruh positif massage terhadap bayi Kabupaten Sumedang, pengumpulan data
hiperbilirubinemia menjadi dasar dilakukan dilakukan selama 2 (dua) bulan. Uji etik
penelitian ini. Adapun tujuan penelitian ini penelitian (Ethical Clearance) didapatkan
untuk mengetahui pengaruh field massage dari Komite Etik Penelitian Kesehatan
sebagai terapi adjuvan terhadap kadar Universitas Padjadjaran. Informed consent
bilirubin serum bayi hiperbilirubinemia dilaksanakan kepada orang tua responden
yang menjalani fototerapi di Ruang Perinatal berkaitan responden merupakan pasien
RSUD Kabupaten Sumedang. beresiko. Tujuan dan manfaat penelitian
dijelaskan kepada orang tua responden yaitu
mengetahui pengaruh field massage sebagai
Metode Penelitian terapi adjuvan terhadap kadar bilirubin,
sehingga hasil penelitian diharapkan dapat
Desain penelitian ini menggunakan quasi menjadi salah satu pendekatan keperawatan
eksperimen dengan pendekatan non dalam manajemen bayi hiperbilirubinemia di
equivalent control group pretest and rumah sakit. Manfaat bagi bayi, diharapkan
posttest design. Kelompok eksperimen dan massage dapat meningkatkan rasa nyaman
kelompok kontrol tidak dipilih secara yang merupakan kebutuhan dasar bayi baru
random, setiap kelompok dilakukan pre test lahir, terutama bayi yang mendapat paparan
dan post test terkait variabel dependen yang sinar fototerapi. Bahaya yang mungkin
diteliti (Polit & Beck, 2014). terjadi selama pelaksanaan massage
Populasi dalam penelitian ini adalah bayi dijelaskan, seperti bayi kedinginan
baru lahir hiperbilirubinemia yang menjalani atau cegukan. Oleh karena itu, pelaksanaan
fototerapi di RSUD Sumedang dengan massage senantiasa dilakukan dalam infant
jumlah populasi Januari-Desember 2016 warmer. Orangtua responden mempunyai
sebanyak 304 bayi. Besar sampel ditentukan hak menarik diri dari penelitian tanpa ada
menggunakan rumus beda rerata dua efek terhadap pelayanan yang sedang
populasi (Dahlan, 2013). Berdasarkan dilaksanakan terhadap bayinya. Prosedur
standar deviasi penelitian sebelumnya yaitu pengumpulan data dimulai
penelitian Kianmehr et.al.,(2014) dengan dengan mengidentifikasi bayi yang
rerata level bilirubin kelompok intervensi berkunjung ke rumah sakit dengan diagnosa
(9.92+1.3) dan kelompok kontrol hiperbilirubinemia.Setelahbayiteridentifikasi
(11.97+1.52) didapatkan nilai Sd 1.409. dan sesuai untuk menjadi subjek penelitian,
Sehingga besar sampel didapatkan sebanyak kemudian dilakukan informed consent
32 responden. Sampel diambil secara kepada orang tua bayi dan menentukan
consecutive sesuai kriteria inklusi yaitu : 1) kelompok kontrol atau kelompok intervensi.
Bayi baru lahir aterm, berat badan antara Kedua kelompok dipilih berdasarkan
2500 s.d < 4000 gram; 2) Ikterus muncul perbedaan waktu sehingga tidak dilakukan
pada 25–72 jam setelah kelahiran (ikterus randomisasi. Kelompok intervensi
fisiologis); 3) Kadar bilirubin serum total > adalah bayi
10 mg/dL sebagai level pemberian fototerapi hiperbilirubinemia yang menjalani fototerapi
bagi bayi hiperbilirubinemia di RSUD dan diberikan field massage sebanyak 2x/
Sumedang; dan 4) Tidak terdapat hari (pagi dan sore hari) selama 3 hari
dengan durasi 15-20 menit, dilakukan
minimal 1 jam
JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 317
Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

setelah bayi minum. Sebelum dan setelah


intervensi field massage (hari ke-1 dan ke-3) Analisis data dilakukan secara univariat,
dilakukan pengukuran kadar bilirubin serum bivariat, dan multivariat. Uji normalitas
sesuai prosedur medis rutin. Kelompok data dan uji homogenitas dilakukan sebagai
kontrol adalah bayi hiperbilirubinemia persyaratan dalam statistik parametrik. Uji
yang menjalani fototerapi, diberikan terapi normalitas dengan Shapiro Wilk didapatkan
sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO) seluruh data kadar bilirubin serum pada
penatalaksanaan hiperbilirubinemia di kedua kelompok memiliki nilai p > 0.05
rumah sakit dan dilakukan pengukuran kadar (0,814; 0,331; 0,759; 0,448; 0,926; dan
bilirubin serum (hari ke-1 dan ke-3) sesuai 0,969), artinya data berdistribusi normal.
prosedur medis rutin. Sehingga analisa bivariat dapat
Langkah-langkah pelaksanaan field menggunakan Dependen T-Test untuk
massage secara terstruktur meliputi 5 (lima) mengukur perbedaan rata-rata kadar
area yaitu mulai dari wajah, dada, abdomen, bilirubin serum pada kelompok berpasangan.
ekstremitas, dan punggung dengan sentuhan Uji homogenitas data penurunan kadar
tekanan sedang (moderate pressure) (Chen bilirubin serum dengan Levene Test (F)
et al., 2011; Dalili, Sheikhi, Shariat, & menghasilkan nilai 0,920 dan 0,3454 (p >
Haghnazarian, 2016; Kianmehr et al., 2014). 0,05), artinya data memiliki varians yang
Sebagai kebaruan dalam penelitian ini, homogen. Sehingga perbedaan penurunan
dalam menjabarkan teknik-teknik massage rata-rata kadar bilirubin serum antara
secara terperinci, peneliti mengadopsi teknik kelompok intervensi dan kelompok kontrol
massage pada bayi yang dikembangkan dapat menggunakan uji Independen T-Test
oleh dr. Utami Roesli (Roesli, 2001) dan (Dahlan, 2009). Analisis multivariat
teknik baby massage yang dikembangkan menggunakan uji ANCOVA (Analysis of
di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pijat Covariance) dilakukan untuk mengontrol
Sehat Indonesia (LP3S) dimana massage kontribusi variabel confounding terhadap
dilakukan tidak hanya melalui sentuhan pengaruh field massage (Montgomery C.D.,
(tactile) tapi dengan kinestetik (gerak) 2001; Beck & Polit, 2014;Field, 2009).
(Field, 1998;Roesli, 2001).

Hasil Penelitian

Tabel 1 Karakteristik Responden Bayi Hiperbilirubinemia di Ruang Tanjung Bagian Perinatal


RSUD Sumedang Tahun 2017
No Kategori Kontrol (n=16) Intervensi (n=16)
f % f %
1. Jenis Kelamin Bayi
- Laki-Laki 11 68,8 10 62,5
- Perempuan 5 31,3 6 37,5
2. Jenis Kelahiran Bayi
- Spontan 7 43,8 7 43,8
- Vakum Ekstraksi 1 6,3 2 12,5
- Sectio Caesarea 8 50, 7 43,8
3. Jenis Minum Bayi
- ASI 13 81,3 12 75
- ASI + Susu 3 18,8 4 25
Formula
- Susu Formula 0 0 0 0
4. Jumlah Minum Bayi
- < 8x/ hari (100- 2 12,5 0 0
150ml/ KgBB/ hari

318 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

- 8-12x/ hari (100- 14 87,5 16 100


150 ml/ KgBB/ hari
5. Peningkatan Frekuensi BAB
- Tidak meningkat 2 12,5 0 0

- 1 kali/hari 6 37,6 2 12,5


- 2 kali/hari 5 31,3 6 37,5
- 3 kali/hari 3 18,8 7 43,7
- 4 kali/hari 0 0 1 6,3

Tabel 2 Perbedaan Rata-rata (Mean) Kadar Bilirubin Serum Sebelum dan Setelah Intervensi
pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
Variabel Kelompok Pengukuran Mean SD p-value
Kadar bilirubin Kontrol Sebelum 14,69 2,25 0.001*
serum
sebelum Setelah 10,05 2,17
– setelah Intervensi Sebelum 15,26 2,00 0.001*
intervensi Setelah 8,09 1,21
*Paired T-Test, bermaknα pada α< 0.05

Tabel 3 Perbandingan Selisih (Penurunan) Rata-Rata Kadar Bilirubin Serum Antara Kelompok
Kontrol dan Kelompok Intervensi
Variabel Kelompok n Mean SD Mean p-value
Difference
Penurunan Kontrol 16 4,64 1,25 2,56 0.001*
kadar Intervensi 16 7,20 1,59
bilirubin
serum
*Independent T-Test, bermakna pada α < 0.05

Tabel 4 Analisis Multivariat Kontribusi Variabel Perancu


Variabel Dependen Parameter B p-value
Rata-rata kadar bilirubin serum setelah intervensi Intercept 9,233 0,006
Jenis minum responden 0,817 0,298
Jumlah minum responden -1,080 0,433
Intervensi field massage 1,872 0,007
Penurunan rata-rata kadar bilirubin serum Intercept 8,349 0,003
Jenis minum responden -0,725 0,265
Jumlah minum responden -0,117 0,918
Intervensi field massage -2,625 0,000

Tabel 5 Analisis Multivariat Rata-Rata Kadar Bilirubin Serum Setelah Intervensi dan
Penurunannya yang Dikontrol Variabel Perancu
Variabel Kelompok Sebelum
Dikontrol Setelah Dikontrol
Kovariat Kovariat

Mean SD Mean SD
Kadar bilirubin serum setelah Kontrol 10,05 2,17 10,00 0.449
intervensi 8,09 1,21 8,13 0.449
Intervensi

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 319


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

Penurunan kadar bilirubin Kontrol 4,64 1,25 4,61 0,37


serum
Intervensi 7,20 1,59 7,23 0,37

Tabel 1 ini menjelaskan tentang rata–rata kadar bilirubin serum pada


karakteristik responden dalam penelitian ini kelompok intervensi dan kelompok kontrol
yang meliputi : jenis kelamin, jenis kelahiran, menggunakan uji Independent T-Test untuk
jenis minum dan jumlah minum bayi, serta mengidentifikasi penurunan kadar bilirubin
frekuensi buang air besar (BAB). serum yang lebih signifikan diantara kedua
Dari beberapa karakteristik pada tabel 1, kelompok. Tabel 3 berikut ini menjelaskan
diidentifikasi 2 buah variabel yang dapat perbandingan penurunan kadar bilirubin
menimbulkan bias terhadap hasil penelitian, serum diantara dua kelompok :
yaitu jenis minum dan jumlah minum bayi. Tabel 3 memperlihatkan selisih
Karakteristik jenis minum bayi selama (penurunan) rata-rata kadar bilirubin serum
perawatan menunjukkan sebagian besar sebelum dan setelah intervensi pada kedua
responden kelompok kontrol (81.3%) dan kelompok. Selisih (penurunan) sebesar
kelompok intervensi (75%) diberi minum ASI (4,64+1,25) terjadi pada kelompok kontrol,
saja. Sedangkan sisanya (18,8%) kelompok sedangkan kelompok intervensi memiliki
kontrol dan (25%) kelompok intervensi penurunan lebih besar yaitu (7,20+1,59).
diberikan minum ASI+susu formula. Adapun Perbedaan mean diantara kedua kelompok
jumlah minum bayi, hampir seluruh didapatkan 2,56, dan hasil uji Independent
responden kelompok kontrol (87.5%) dan T-Test didapatkan p-value 0,001 (nilai
seluruh responden (100%) kelompok p<0.05). Disimpulkan bahwa terdapat
intervensi minum antara 8-12x/ hari (100– pengaruh pemberian field massage sebagai
150/ KgBB/hari) dengan jumlah minum ASI terapi adjuvan terhadap penurunan rata-rata
saat dicoba diperah oleh ibunya mendapat kadar bilirubin serum bayi
sebanyak + 30 cc/2 jam. Kedua variabel yang hiperbilirubinemia yang ditunjukkan dengan
berpotensi perancu dianalisis melalui analisis perbedaan rata-rata (mean difference) pada
multivariat (Uji ANCOVA) untuk menilai ada derajat kepercayaan 95% sebesar 2,56.
tidaknya kontribusi variabel perancu terhadap Analisis Multivariat Kontribusi Variabel
intervensi dan hasil penelitian. Perancu Terhadap Intervensi
Analisis Bivariat Pengaruh Field Adanya pengaruh variabel yang
Massage berpotensi perancu terhadap intervensi
Sebagai Terapi Adjuvan pemberian field massage diidentifikasi
Hasil uji bivariat rata-rata kadar bilirubin dengan uji ANCOVA (Analysis Of
serum sebelum dan setelah intervensi serta Covariance). Uji ANCOVA digunakan
penurunan rata-rata kadar bilirubin serum untuk mengontrol variabel yang berpotensi
digambarkan dalam tabel 2 berikut ini: perancu (confounding) yaitu jenis minum
Hasil penelitian pada tabel 2, dan jumlah minum bayi terhadap rata-rata
menunjukkan kadar bilirubin serum setelah kadar bilirubin serum setelah intervensi dan
mendapat perawatan rutin standar pada terhadap penurunan rata-rata kadar bilirubin
kelompok kontrol memiliki rata-rata serum sebelum dan setelah intervensi.
(10,05+2,17). Sedangkan pada kelompok Berdasarkan hasil analisis multivariat
intervensi setelah mendapat perawatan menggunakan Uji ANCOVA pada variabel
standar dan diberikan field massage dependen rata-rata kadar bilirubin serum
memiliki rata-rata (8,09 + 1,21). Hasil Uji setelah intervensi, didapatkan nilai p sebesar
Dependen T-Test pada kelompok kontrol 0,298 (jenis minum) dan nilai p sebesar
didapatkan perbedaan bermakna (p=0,001). 0,433 (jumlah minum) responden (nilai p
Begitupula pada kelompok intervensi kedua variabel > nilai alpha). Hal tersebut
didapatkan p–value (p=0,001), menunjukkan menunjukkan jenis minum dan jumlah
terdapat perbedaan yang bermakna kadar minum responden selama intervensi tidak
bilirubin sebelum dan setelah pemberian secara signifikan berkontribusi terhadap
field massage sebagai terapi adjuvan. kadar bilirubin serum setelah intervensi.
Selanjutnya dianalisis selisih (penurunan) Namun

320 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

intervensi field massage menghasilkan nilai dan Syah (2013) melaporkan sebanyak 68%
p=0,007 (nilai p<0,05). Artinya, field kasus hiperbilirubinemia terjadi pada bayi
massage berpengaruh terhadap kadar laki-laki. Sejalan dengan hasil penelitian
bilirubin setelah intervensi. ini, didapatkan sebagian besar responden
HasilujiANCOVApadavariabelpenurunan berjenis kelamin laki-laki. Faktor resiko
rata-rata kadar bilirubin serum menunjukkan hiperbilirubinemia dapat pula disebabkan
nilai p sebesar 0,265 (variabel jenis minum) oleh jenis kelahiran. Kelahiran bayi dengan
dan nilai p sebesar 0.918 (variabel jumlah tindakan memiliki risiko infeksi lebih besar
minum). Kedua variabel memiliki nilai p > dibanding persalinan spontan (Kosim et
nilai alpha, menunjukkan bahwa jenis al., 2007). Dalam penelitian ini, sebagian
minum dan jumlah minum responden tidak besar responden, memiliki riwayat lahir
secara signifikan berkontribusi terhadap dengan tindakan, baik Sectio Caesarea
rata-rata penurunan kadar bilirubin serum. maupun vakum ekstraksi. Sesuai penelitian
Sedangkan intervensi field massage Kosim et. al (2007) bahwa 40% bayi yang
menghasilkan nilai p=0,000. Artinya, field lahir dengan tindakan dapat mengalami
massage berpengaruh terhadap penurunan hiperbilirubinemia.
kadar bilirubin serum. Karakteristik bayi yang berpotensi untuk
Output uji ANCOVA juga menghasilkan menjadi faktor confounding dalam
nilai rata-rata (mean) kadar bilirubin serum penelitian ini adalah jenis minum dan jumah
yang dikontrol oleh kovariat (adjusting minum bayi selama perawatan. Pemenuhan
mean). Berikut gambaran rata-rata kadar hidrasi yang adekuat pada bayi
bilirubin serum yang telah dikontrol oleh hiperbilirubinemia untuk mencegah
kedua kovariat. dehidrasi selama bayi menjalani fototerapi
Rata-rata kadar bilirubin serum setelah merupakan tanggung jawab perawat
dikontrol oleh variabel confounding pada (Hockenberry & Wilson, 2015). Hidrasi
kelompok kontrol memiliki nilai bersih yang tidak adekuat menyebabkan kurangnya
(10,00+0,44), dan kelompok intervensi efektifitas fototerapi, sehingga upaya
memiliki nilai bersih (8,09+0,44). mempertahankan hidrasi yang adekuat
Perubahan nilai rata-rata dengan sangat penting untuk meningkatkan
pengontrolan oleh faktor confounding sangat efektifitas fototerapi (American Academy of
kecil, yaitu (0,05) dan (0,04) pada kedua Pediatrics, 2004;Maisels & McDonagh,
kelompok. Selisih (penurunan) rata-rata 2008).
kadar bilirubin serum setelah dikontrol Berdasarkan karakteristik jenis minum
variabel confounding pada kelompok kontrol bayi, didapatkan sebagian besar responden
memiliki nilai bersih (4,61+0,37) sedangkan pada kedua kelompok diberi minum ASI
pada kelompok intervensi memiliki nilai saja, sedangkan sisanya diberikan ASI+susu
bersih (7,23+0,37). Perubahan nilai sebelum formula. ASI diketahui ikut berperan dalam
dan setelah pengontrolan oleh faktor menghambat terjadinya bilirubin serum
confounding sangat kecil yaitu (0,03) pada yang kembali ke sirkulasi enterohepatik
masing-masing kelompok. Kedua nilai pada neonatus (Blackburn, 2013 dalam
bersih yang didapatkan menunjukkan bahwa Hockenberry & Wilson, 2015). Sehingga
variabel confounding memiliki kontribusi dibutuhkan edukasi dan pemberian motivasi
sangat kecil, sehingga tidak berpengaruh yang kuat baik dari petugas maupun
secara signifikan. keluarga agar ibu optimal dalam
memberikan ASI pada bayinya (Nurbaeti &
Lestari, 2013; Pramukti, Hill, & Isa, 2014).
Pembahasan Karakteristik jumlah minum responden,
didapatkan hampir seluruh responden pada
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu kedua kelompok diberikan minum 8-
masalah kegawatan pada bayi baru lahir, 12x/hari (100–150/ KgBB/hari) dengan
dimana salah satu prediktor terjadinya jumlah minum ASI saat dicoba diperah oleh
hiperbilirubinemia adalah jenis kelamin ibunya sebanyak + 30 cc/2 jam. Menurut
(Keren, Luan, Friedman, Saddlemire, & Pedoman The American Academy of
Cnaan, 2008; Kosim, Garina, Chandra, & Pediatrics On Nutrition (2009), pada bayi
Adi, 2007). Penelitian Tazami, Mustarim, yang mendapat fototerapi diberikan minum
dengan frekuensi meningkat, yaitu

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 321


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

antara 8–12x/ hari (Muchowski et al., 2014). pada beberapa bagian tubuh, bayi malas
Berdasarkan kebutuhan cairan bayi baru menetek, dll. Saat dilakukan pengukuran
lahir cukup bulan, mulai hari ke-3 sejak pertama, bayi diketahui mengalami
kelahiran dibutuhkan 100-150 peningkatan kadar bilirubin serum 5-6
ml/KgBB/hari (Murray & McKinney, 2007). mg/dL pada hari ke 2-5 kelahiran sampai
Keadekuatan pemberian Air Susu Ibu hari ke 12-14 kelahiran (Hockenberry &
pada bayi Hiperbilirubinemia menjadi Wilson, 2015). Pemberian fototerapi, akan
tantangan tersendiri bagi perawat dalam dipertimbangkan jika kadar bilirubin serum
pemenuhan hidrasi pada bayi yang > 12 mg/dL (Kosim, Yunanto, Dewi, Sarosa,
menjalani fototerapi. Selain resiko dehidrasi &Usman, 2012). Namun dalam Pedoman
karena paparan sinar fototerapi, bayi dan Panduan Pelayanan Pasien di RSUD
hiperbilirubinemia juga biasanya malas Kabupaten Sumedang, pemberian fototerapi
menetek. Oleh karena itu perawat perlu mulai dipertimbangkan saat kadar bilirubin
optimalisasi dalam mempertahankan status serum total bayi > 10 mg/dL (RSUD Kab.
hidrasi bayi agar terpenuhi sesuai Sumedang, 2013).
kebutuhan (Rahmah et al., 2012). Sehingga Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
dalam penelitian ini, karakteristik responden pada derajat kepercayaan 95% terdapat
terkait pemenuhan hidrasi yaitu jenis minum perbedaan penurunan rata-rata kadar
dan jumlah minum responden tidak bilirubin serum yang signifikan antara
dijadikan kriteria inklusi maupun eksklusi kelompok yang diberikan field massage
penelitian untuk menghindari dibanding kelompok kontrol dimana
ketidakefektifan pemenuhan status hidrasi penurunan lebih besar didapatkan pada
responden yang dapat berpengaruh kurang kelompok intervensi. Hasil penelitian ini
baik terhadap responden selama menjalani telah menjawab hipotesis mayor penelitian,
fototerapi. bahwa terdapat pengaruh pemberian field
Karakteristik frekuensi buang air besar massage sebagai terapi adjuvan terhadap
(BAB) responden dibahas karena ekskresi kadar bilirubin serum pada bayi
bilirubin yang sudah dikonjugasi maupun hiperbilirubinemia yang menjalani
bilirubin yang sudah dipecah oleh sinar fototerapi. Kontribusi variabel confounding
fototerapi sebagian besar melalui feses menunjukkan bahwa variabel jenis minum
(85%), hanya sedikit saja (1%) bilirubin dan jumlah minum responden selama
yang diekskresikan melalui urin (Behrman, perawatan atau pemberian intervensi tidak
Kliegman, & Robert, 2004; Maisels et al., secara signifikan berkontribusi baik terhadap
2008). Frekuensi BAB merupakan salah satu kadar bilirubin serum setelah intervensi
indikator keadekuatan pemberian hidrasi maupun terhadap penurunan rata-rata kadar
bayi selama fototerapi. Frekuensi BAB bilirubin serum, karena perubahan nilai rata-
minimal 3-4x/hari menunjukkan pemberian rata sebelum dan setelah pengontrolan oleh
cairan terpenuhi sesuai kebutuhan bayi faktor confounding sangat kecil pada kedua
(Muchowski et al., 2014). Berdasarkan kelompok tersebut.
hasil penelitian, responden pada kelompok Penurunan kadar bilirubin serum yang
intervensi mengalami peningkatan frekuensi lebih besar memungkinkan pemberian durasi
BAB lebih banyak dibanding kelompok fototerapi dapat dipersingkat. Adapun untuk
kontrol.Sejalan dengan beberapa penelitian penghentian fototerapi, belum ada standar
sebelumnya, kelompok yang diberikan prosedur yang pasti, namun fototerapi dapat
field massage menunjukkan frekuensi BAB dihentikan bila kadar Bilirubin Serum Total
secara signifikan lebih baik, meningkat (BST) sudah berada dibawah nilai cut off
dalam batas normal dibandingkan kelompok point dari setiap kategori. Penurunan kadar
kontrol (Chen et al., 2011; Karbandi, Lotfi, bilirubin serum 6%-20% merupakan hal
& Boskabadi, 2016; Kianmehr et al., yang diharapkan setelah pemberian
2014;Lin, Yang, Cheng, & Yen, 2015). fototerapi (Muchowski et al., 2014).
Bayi yang mengalami Hiperbilirubinemia Berdasarkan hasil penelitian, kelompok
fisiologis dapat diidentifikasi dengan yang diberikan field massage mengalami
pengukuran kadar bilirubin serum saat penurunan kadar bilirubin serum setelah
mengalami tanda dan gejala seperti ikterus intervensi sekitar 30-50%, sedangkan pada
kelompok kontrol

322 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

penurunan kadar bilirubin serum setelah hari dan pengukuran level bilirubin serum
perawatan standar sekitar 13,5% - 40%. setelah intervensi pada hari ke-4 (Chen et
Kadar bilirubin serum responden pada al., 2011;Kianmehr et al., 2014;Naufal &
pengukuran pertama (sebelum intervensi) Widodo, 2016).Sedangkan penelitian ini,
pada kedua kelompok memiliki nilai intervensi field massage dilakukan dalam
maksimum dalam kategori zona high waktu 3 (tiga) hari. Hal tersebut berkaitan
risk menurut Normogram Bhutani (hour- dengan prosedur medis penatalaksanaan
specific bilirubin normogram), atau tingkat Hiperbilirubinemia di RSUD Kabupaten
bilirubin membahayakan karena berada pada Sumedang, untuk meminimalkan lama
> persentil 95. Begitupula nilai minimum waktu rawat pasien, setelah hari ke-3
kadar bilirubin serum pada kedua kelompok manajemen penatalaksanaan
berada pada zona high intermediate. Zona Hiperbilirubinemia,
resiko tinggi merupakan kondisi yang dilakukan pengukuran kadar bilirubin serum
memerlukan pemantauan intensif, bayi kedua. Jika level bilirubin serum berada
beresiko mengalami Kern icterus bahkan dibawah 10 mg/dL, maka bayi
dapat mengalami Ensefalopati Bilirubin diperbolehkan pulang. Namun, waktu
(Usman, 2007). Meskipun Kern icterus atau pelaksanaan massage dalam penelitian ini
Ensefalopati Bilirubin sering terjadi pada sejalan dengan penelitian Lin et. al (2015),
bayi dengan defisiensi enzim G6PD sebagai yang memberikan infant massage dalam
penyebab hiperbilirubinemia, namun kadar waktu 3 hari dan pengukuran kadar bilirubin
bilirubin serum pada zona resiko tinggi serum hari ke-3, pemberian massage dalam
menjadi faktor resiko mayor, dan zona high waktu 3 hari dapat memberikan hasil yang
intermediate menjadi faktor resiko minor bermakna, dimana terdapat perbedaan
terjadinya kondisi tersebut (Usman, 2007). signfikan (p=0,03) antara kelompok yang
Sehingga manajemen penatalaksanaan diberikan infant massage dibanding
Hiperbilirubinemia yang tepat dan efektif kelompok kontrol.
sangat diperlukan untuk mencegah Field massage sebagai terapi adjuvan
terjadinya Kern icterus dan Ensefalopati dapat meningkatkan ekskresi bilirubin yang
Bilirubin. telah dipecah melalui mekanisme fototerapi.
Kadar bilirubin serum setelah intervensi Bilirubin hasil konversi oleh sinar fototerapi
berdasarkan hasil penelitian pada kelompok (lumirubin) seharusnya dapat diekskresikan
intervensi berada dibawah garis “low risk dengan cepat melalui feses maupun urine.
zone” menurut Normogram Bhutani. Zona Namun pada bayi baru lahir, aktifitas
resiko rendah merupakan zona yang aman intestinal untuk mengeluarkan mekonium
bagi bayi, karena setelah hari ke 7-10, belum sempurna berkaitan dengan asupan
kondisi hepar bayi akan lebih mudah nutrisi belum optimal dan proses pencernaan
mengkonjugasi bilirubin. Namun pada belum matang. Sehingga lumirubin tidak
kelompok kontrol, kadar bilirubin serum mudah dihidrolisis dan direduksi oleh
pengukuran kedua berada pada zona “low bakteri usus untuk diekskresikan melalui
risk zone” dan sebagian masih pada zona feses dan urine, bahkan isomer bilirubin dan
“low intermediate risk”. Dalam zona lumirubin tersebut sangat mudah untuk
intermediet, bayi masih mempunyai resiko direabsorpsi kembali melalui siklus
terjadi “rebound effect”, dimana bilirubin enterohepatik (Kianmehr et al, 2014).
serum dapat naik kembali setelah fototerapi Melalui teknik-teknik dalam field
dihentikan (Hockenberry & Wilson, 2015). massage, stimulus yang diberikan pada kulit
Hasil-hasil yang didapatkan dalam bayi dapat langsung dikirim ke exteroceptor
penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebagai sensorik terminal di kulit. Stimulus
sebelumnya yang menunjukkan adanya tersebut akan menginduksi aliran darah,
penurunan rata-rata kadar bilirubin lebih getah bening, dan cairan di jaringan
baik pada kelompok intervensi. Adapun subkutan. Massage juga dapat meningkatkan
perbedaan dalam penelitian ini adalah tonus nervus vagus (stimulasi vagal), dimana
waktu pelaksanaan massage. Pada sebagian salah satu cabang nervus vagus akan
besar penelitian sebelumnya, intervensi menginversi traktus gastrointestinal. Nervus
field massage dilakukan dalam waktu 4-5 vagus merupakan komponen kunci dalam
regulasi sistem saraf otonom dan fungsi
sosioemosional yang

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 323


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

dapat menginervasi sebagian besar organ hiperbilirubinemia dapat mencapai


dalam tubuh termasuk sistem pencernaan kesehatan dan kesejahteraan yang
dan kardiovaskular. Meningkatnya aktivitas diinginkan.
vagal (vagal activity) dengan
massage akan memicu motilitas
saluran pencernaan, merangsang Keterbatasan penelitian
pengosongan lambung,
meningkatkan sekresi cairan lambung dan Keterbatasan penelitian ini diantaranya adalah
pankreas sehingga produksi hormon gastrin : jumlah responden merupakan minimal
dan insulin meningkat. Bayi akan sampel untuk penelitian kuasi eksperimen
terstimulasi untuk menyusu lebih banyak, dan belum mengukur durasi fototerapi
jumlah asupan makanan dalam usus dalam hitungan jam. Durasi fototerapi dapat
meningkat sehingga dapat mengikat lebih menjadi variabel perancu terhadap hasil
banyak bilirubin agar mudah diekskresikan penelitian karena dalam penatalaksanaan
(Field & Diego, 2008). Massage juga dapat hiperbilirubinemia di rumah sakit menjadi
meningkatkan aliran getah bening dan terapi utama untuk menurunkan kadar
sirkulasi darah, sehingga mempercepat bilirubin serum. Penelitian selanjutnya dapat
ekskresi bilirubin hasil konversi oleh dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih
fototerapi. Bayi akan mengalami representatif dan mengukur durasi fototerapi
defekasi lebih awal, bilirubin hasil konversi untuk meningkatkan nilai presisi penelitian.
dengan mudah terurai dan diekskresikan
melalui feses dan urine, sehingga bilirubin
yang kembali ke sirkulasi enterohepatik Implikasi terhadap praktik keperawatan
menurun. Sentuhan juga mempunyai efek
sedasi dalam relaksasi otot, menurunkan Field massage bermanfaat membantu
level kortisol, mengurangi aktifitas bayi baru lahir mengeluarkan mekonium
kardiovaskuler, dan meningkatkan aktifitas lebih awal dan lebih baik, sehingga dapat
enterokinesis yang membantu sistem dilakukan lebih awal setelah bayi lahir.
pencernaan (Chen et al, 2011; Dalili et al, Pemberian field massage lebih awal
2016; Kianmehr et al, dilakukan sebagai intervensi pencegahan
2014; Lin et al, 2015). terutama pada bayi yang lahir dengan faktor
Berdasarkan paparan diatas, field resiko hiperbilirubinemia, baik bayi yang
massage dapat dijadikan salah satu lahir dengan tindakan maupun faktor resiko
pendekatan keperawatan untuk lainnya.Dengan pemberian field massage,
mengoptimalkan ekskresi bilirubin, sehingga diharapkan bayi dapat mempertahankan
durasi fototerapi dapat dipersingkat dan kadar bilirubin serum dalam batas normal
komplikasi hiperbilirubinemia yang meskipun mempunyai resiko mengalami
mungkin terjadi dapat dihindari. peningkatan bilirubin serum.
Berdasarkan teori kenyamanan Kathrine
Kolcaba, field massage berfungsi sebagai
tindakan keperawatan untuk memenuhi Simpulan
kebutuhan rasa aman dan nyaman bayi yang
menjalani fototerapi. Bayi yang diberikan Hasil penelitian menunjukkan terdapat
sentuhan (stimulasi taktil) melalui massage pengaruh yang signifikan pemberian field
akan mempersepsikan sentuhan sebagai massage sebagai terapi adjuvan terhadap
pemenuhan kebutuhan dasarnya. Sentuhan penurunan kadar bilirubin serum pada bayi
berupa stimulasi taktil dan kinestetik dapat hiperbilirubinemia yang menjalani
berperan secara signifikan terhadap fototerapi. Variabel perancu yang
perkembangan fisiologis bayi dengan berat diidentifikasi tidak memengaruhi secara
lahir rendah (Hastuti & Juhaeriah, 2016). langsung intervensi field massage dalam
Tercapainya peningkatan kenyamanan menurunkan kadar bilirubin serum.
(enhanced comfort) berupa penurunan kadar Intervensi field massage dapat menurunkan
bilirubin serum secara signifikan merupakan level bilirubin serum pada kategori zona
tujuan yang diharapkan. Jika intervensi high risk dan zona high intermediate (zona
kenyamanan dilaksanakan secara konsisten, membahayakan) menjadi
maka kenyamanan cenderung kearah
ditingkatkan, sehingga bayi
324 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017
Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

zona resiko rendah (zona aman) bagi bayi. and Development, 42, 22–26. https://doi.
Sehingga dapat menghindari resiko terjadi org/10.1016/j.infbeh.2015.10.009
rebound effect. Field massage dapat menjadi
salah satu intervensi keperawatan yang Dalili, H., Sheikhi, S., Shariat, M., &
efektif untuk menyelesaikan masalah Haghnazarian, E. (2016b). Effects of baby
keperawatan yang dialami bayi massage on neonatal jaundice in healthy
hiperbilirubinemia fisiologis. Field massage Iranian infants: A pilot study. Infant
merupakan intervensi yang mudah Behavior and Development, 42, 22–26.
dilaksanakan, aman dan tanpa efek samping. https://doi. org/10.1016/j.infbeh.2015.10.009
Orangtua bayi dapat dilatih agar dapat
melaksanakan massage secara mandiri. Dewi, Kardana, & S. (2016). Efektivitas
Field massage dapat dilanjutkan dirumah Fototerapi Terhadap Penurunan Kadar
untuk mendapatkan manfaat lainnya, yaitu Bilirubin Total pada Hiperbilirubinemia
meningkatkan kualitas tidur, kemampuan Neonatal di RSUP Sanglah. Sari Pediatri,
bayi menetek, dan meningkatkan berat 18(2), 81–86.
badan bayi.
Escobar, G. J. (2005). Rehospitalisation
after birth hospitalisation: patterns among
Daftar Pustaka infants of all gestations. Archives of Disease
in Childhood, 90(2), 125–131. https://doi.
Academy, A., & Pediatrics, S. on org/10.1136/adc.2003.039974.
hyperbilirubinemia. (2004). Management of
Hyperbilirubinemia in The Newborn Infant Field, A. (2009). Statistics, Discovering
35 or More Weeks of Gestation. Pediatrics, Spss, Using (Third Edit). Los Angeles:
114(1), 297–316. https://doi.org/10.1542/ SAGE Publication Ltd.
peds.114.1.297.
Field, T. (Ed). (2004). Touch and
Barbara, J. (2008). The Fetus and the Massagein Early Child Development. (Field
Neonatal Infant. Nelson text book of Tiffany Touch Research Institutes, Ed.),
pediatrics. (S. B. Kliegman RM, Behrman Child Development. United States of
RE, Jenson HB, Ed.) (18th Editi). America: Johnson & Johnson Pediatric
Philadelphia: Saunders. Institute.
Behrman, R.E., Kliegman, Robert M., J. Field, T. M. (1998). Massage Therapy Effects.
(2004). Nelson Textbook of Pediatrics. (17th American Psychologist, 53(12), 1270–1281.
Editi). Philadelphia: Saunders.
Hastuti, D., & Juhaeriah, J. (2016). Efek
Champlain Maternal Newborn Regional Stimulasi Taktil Kinestetik erhadap
Programme/ CMNRP. (2015). Neonatal Perkembangan Bayi Berat Badan Lahir
Hyperbilirubinemia A Self Learning Rendah. Jurnal Keperawatan Padjadjaran,
Module. 4(1).
Chen, J., Sadakata, M., Ishida, M., Sekizuka, Hockenberry MJ & Wilson D. (2015).
N., & Sayama, M. (2011). Baby massage Wong’s Nursing Care Of Infant And
ameliorates neonatal jaundice in full-term Children (10th Editi). Missouri: Mosby
newborn infants. The Tohoku Journal of Elsevier.
Experimental Medicine, 223(2), 97–102.
Ilmiasih, R., Nurhaeni, N., & Waluyanti, F.
Dahlan, S. (2009). Statistika Untuk T. (2007). Aplikasi teori. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Keperawatan, 6(I), 27–33.
Salemba Medika.
Karbandi, S., Lotfi, M., Boskabadi, H., &
Dalili, H., Sheikhi, S., Shariat, M., & Esmaily, H. (2016). The Effects of Field
Haghnazarian, E. (2016a). Effects of baby Massage Technique on Bilirubin Level and
massage on neonatal jaundice in healthy the Number of Defecations in Preterm
Iranian infants: A pilot study. Infant Infants.
Behavior
JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 325
Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

Evidence Based Care Journal. Volume 5 (4): Muchowski, K. E., Hospital, N., Pendleton,
7-16 Available at http://ebcj.mums.ac.ir/ C., Medicine, F., Program, R., & Pendleton,
article_6057_616.html C. (2014). Evaluation and Treatment of
Neonatal Hyperbilirubinemia.
Keren, R., Luan, X., Friedman, S.,
Saddlemire, S., & Cnaan, A. (2008). A Murray, S.S. & McKinney, S. A. (2007).
Comparison of Alternative Risk-Assessment Foundation Of Maternal Newborn Nursing
Strategies for Predicting Significant (4th Editio). Singapore: Elsevier.
Neonatal Hyperbilirubinemia in Term and
Near-Term Infants. Pediatrics, 121(8), Naufal, A. F., & Widodo, A. (2016). THE
e170=e178. EFFECT OF STIMULATING MASSAGE
https://doi.org/10.1542/peds.2006-3499. IN DECREASING NEONATES ’
BILIRUBIN LEVEL AT DR . MOEWARDI
Kianmehr, M., Moslem, A., Moghadam, HOSPITAL
K. B., Naghavi, M., Noghabi, S. P., & SURAKARTA. In International Conference
Moghadam, M. B. (2014). The effect of on Health andWell Being (pp. 382–391).
massage on serum bilirubin levels in term Surakarta: Universitas Muhammadiyah
neonates with hyperbilirubinemia Surakarta.
undergoing phototherapy. Nautilus, 128(1),
36–41. Retrieved from Nurbaeti, I., & Lestari, K. B. (2013).
https://www.researchgate. Efektivitas Comprehensive Breastfeeding
net/publication/260210325%0AThe. Education terhadap Keberhasilan Pemberian
Air Susu Ibu Postpartum. Jurnal
Kolcaba, K., & DiMarco, M. A. (2005). Keperawatan Padjadjaran, 1(2).
Comfort theory and its application to
pediatric nursing. Pediatric Nursing. 31(3), Polit., D.F., & Beck, C.T. (2008). Nursing
pp. 187-194 Research. Principles And Methods (Seventh
Ed). Philadelphia: Lippincot Williams &
Kosim, M. S., Garina, L. A., Chandra, Wilkins.
T., & Adi, M. S. (2007). Hubungan
Hiperbilirubinemia dan Kematian Pasien Polit, D.F., & Beck C.T. (2014). Essentials
yang Dirawat di NICU RSUP Dr Kariadi of Nursing Research. Appraising Evidence
Semarang. Sari Pediatri, 9(4), 270–273. for Nursing Practice (8th Edition).
Philadelphia: Wolters Kluwer; Lippincot
Kosim, M. S., Soetandio, R., & Sakundarno, Willims & Wilkins.
M. (2008). Dampak Lama Fototerapi
Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin Total Pramukti, I., Hill, M., & Isa, N. B. M.
pada Hiperbilirubinemia Neonatal. Sari (2014). Mother and Family’s View on
Pediatri, 10(3), 201–206. Exclusive Breastfeeding in Developing
Country. Jurnal Keperawatan Padjadjaran,
Lin, C.-H., Yang, H.-C., Cheng, C.-S., & 2(3).
Yen, C.-E. (2015). Effects of infant massage
on jaundiced neonates undergoing Pudjiadi, Hegar, Handryastuti, Idris,
phototherapy. Italian Journal of Pediatrics, Gandaputra, Harmoniati, Yuliarti. (2011).
41(1), 94. https://doi.org/10.1186/s13052- Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
015-0202-y. Anak Indonesia (Edisi II). Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Maisels, M. J., & McDonagh, A. F. (2008).
Phototherapy for neonatal jaundice. New Rahmah, Yetti, K., & Besral. (2012).
England Journal of Medicine, 358(9), 920– Pemberian Asi Efektif Mempersingkat
928. Durasi Pemberian Fototerapi. Keperawatan
Indonesia, 15, 39–46.
Montgomery C Douglas. (2001). Design
And Analysis of Experiments.pdf. (Arizona Regional Programme Champlain
State University, Ed.) (Fifth Edit). Newyork: Maternal Newborn. (2015). Newborn
John Willey & Sons. INC.

326 JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017


Novi Novianti : Pengaruh Field Massage sebagai Terapi Adjuvan

Hyperbilirubinemia. A Self Learning Science and Public Health, 3(10), 4–7.


Module. https://
doi.org/10.5455/ijmsph.2014.010820141.
Robert, A., Princely Jeyaraj, R., &
Kanchana, Shinta, Tina. (2015). Pengaruh Perubahan
S. (2015). Effectiveness of Therapeutic Posisi Tidur Pada Bayi Baru Lahir
Massage on Level of Bilirubin among Hiperbilirubinemia Dengan Fototerapi
Neonates with Physiological Jaundice. Issue Terhadap Kadar Bilirubin Total. STIKes
Anitha Robert, 2(212), 1–6. Retrieved from Santo Borromeus, 1–10.
http://ijcn.mainspringer.com.
Sumedang, R. K. (2013). Pedoman
Roesli, U. (2001). Pedoman pijat bayi Pelayanan Pasien. Sumedang: RSUD
prematur & bayi usia 0-3 bulan. Trubus Kabupaten Sumedang.
Agriwidya.
Usman, A. (2007). Ensefalopati Bilirubin.
Shetty, K. &. (2014). A Study Of Neonatal Sari Pediatri, 8(4), 94–104.
Hyperbilirubinemia In A Tertiary Care
Hospital. International Journal of Medical

JKP - Volume 5 Nomor 3 Desember 2017 327


PRAKTIK LAPANGAN MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK I
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STIKes HANG TUAH
TA.2019/2020
FORMAT LOG BOOK

Ruangan Hari/Tanggal Jam Kegiatan Paraf preseptor Keterangan


praktek klinik/akademik
Senin, 20 Juli 2020 11.00 WIB Bimbingan, Responsi LP (google
meet, whatsaap)
14.00 WIB Responsi LP (whatsapp)
Selasa, 21 Juli 2020 08.22 WIB Absensi, pembagian kasus (whatsapp)
Rabu, 22 Juli 2020 08.09 WIB Absensi (whatsapp)
08.39 WIB Bimbingan LK (whatsapp)
Kamis, 23 Juli 2020 09.27 WIB Responsi Kasus (google meet)
Jum’at, 24 Juli 2020 - Tidak ada bimbingan, menyiapkan
makalah kasus untuk miniseminar
Sabtu, 25 Juli 2010 09.00 WIB Mini seminar kasus

Anda mungkin juga menyukai