DISUSUN OLEH :
NIM : PO7120318019
KELAS : V.A
Puji dan Syukur hanya milik Allah SWT, Karena berkat rahmat, karunia serta
hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Nutrisi Enteral dan
Parenteral”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
keperawatan kritis.
Kami menyadari bahwa di dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karena itu dengan rendah hati kami berharap berharap
kepada pembaca untuk memberikan masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun
guna penyempurnaan makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2
g) Jenis Makanan / Nutrisi Enteral .......................................................... 23
h) Cara Memberikan Nutrisi Secara Enteral ............................................ 24
i) Rute Pemberian Nutrisi Enteral .......................................................... 26
A. Kesimpulan .............................................................................................. 27
B. Saran ........................................................................................................ 28
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan
untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk
berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004).
Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan yang baik antara asupan
nutrisi dengan kebutuhan nutrisi (Denke, 1998; Klein S, 2004). Kekurangan
nutrisi memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi
hampir semua organ dan sistem tubuh (Suastika,1992).
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan
langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para peneliti
sebelumnya menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian
makanan melalui intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat
yaitu Nutrisi Parenteral Total, namun demikian secara umum dipakai istilah
Nutrisi Parenteral untuk menggambarkan suatu pemberian makanan melalui
pembuluh darah. Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan
gangguan proses menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi.
Pemberian nutrisi parenteral hanya efektif untuk pengobatan gangguan
nutrisi bukan untuk penyebab penyakitnya. Status nutrisi basal dan berat
ringannya penyakit memegang peranan penting dalam menentukan kapan
dimulainya pemberian nutrisi parenteral. Sebagai contoh pada orang-orang
dengan malnutrisi yang nyata lebih membutuhkan penanganan dini dibandingkan
dengan orang-orang yang menderita kelaparan tanpa komplikasi.
Terdapat 3 pilihan dalam pemberian nutrisi yaitu diet oral, nutrisi enteral
dan nutrisi parenteral. Diet oral diberikan kepada penderita yang masih bisa
menelan cukup makanan dan keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik
antara dokter, ahli gizi, penderita dan keluarga.
4
Nutrisi enteral bila penderita tidak bisa menelan dalam jumlah cukup,
sedangkan fungsi pencernaan dan absorbsi usus masih cukup baik. Selama sistem
pencernaan masih berfungsi atau berfungsi sebagian dan tidak ada kontraindikasi
maka diet enteral (EN) harus dipertimbangkan, karena diet enteral lebih fisiologis
karena meningkatkan aliran darah mukosa intestinal, mempertahankan aktivitas
metabolik serta keseimbanganh ormonal dan enzimatik antara traktus
gastrointestinal dan live.
Diet enteral mempunyai efek enterotropik indirek dengan menstimulasi
hormonusus seperti gastrin, neurotensin, bombesin, enteroglucagon. Gastrin
mempunyai efek tropik pada lambung, duodenum dan colon sehingga dapat
mempertahankan integritas usus,mencegah atrofi mukosa usus dan translokasi
bakteri, memelihara gut/associated lymphoid tissue (GALT) yang berperan dalam
imunitas mukosa usus.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah Definisi Nutrisi Parenteral?
b. Apakah Dasar Pemberian Dari Nutrisi Parenteral?
c. Bagaimana Cara Pemberian Nutrisi Parenteral?
d. Hal Apa Saja yang Harus Diperhatikan Selama Pemberian?
e. Apa Sajakah Jenis-Jenis Nutrisi Parenteral?
f. Apakah Tujuan Pemberian Nutrisi Parenteral?
g. Apakah Indikasi dari Nutrisi Parenteral?
h. Apa Sajakah Metode Dalam Pemberian Nutrisi Parenteral?
i. Apakah Definisi dari Enteral Nutririon (EN)?
j. Apa Tujuan dari Pemberian Nutrisi Enteral?
k. Apa Kontraindikasi dari Pemberian Nutrisi Enteral?
l. Hambatan Apa Saja Dalam Pemberian Nutrisi Enteral?
m. Apa Yang Dimaksud dengan Formula Enteral?
n. Macam-Macam Pemberian Cairan Enteral
o. Apa Saja Jenis Makanan / Nutrisi Enteral itu?
p. Bagaimana Cara Pemberian Nutrisi Secara Enteral?
q. Bagaimana Rute Pemberian Nutrisi Secara Enteral?
5
C. TUJUAN
a. Untuk Mengetahui Definisi Nutrisi Parenteral
b. Untuk Mengetahui Dasar Pemberian Dari Nutrisi Parenteral
c. Untuk Mengetahui Cara Pemberian Nutrisi Parenteral
d. Untuk Mengetahui Hal Apa Saja yang Harus Diperhatikan Selama
Pemberian
e. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Nutrisi Parenteral
f. Untuk Mengetahui Tujuan Pemberian Nutrisi Parenteral
g. Untuk Mengetahui Indikasi dari Nutrisi Parenteral
h. Untuk Mengetahui Metode Dalam Pemberian Nutrisi Parenteral
i. Untuk Mengetahui Definisi dari Enteral Nutririon (EN)
j. Untuk Mengetahui Tujuan dari Pemberian Nutrisi Enteral
k. Untuk Mengetahui Kontraindikasi dari Pemberian Nutrisi Enteral
l. Untuk Mengetahui Hambatan Apa Saja Dalam Pemberian Nutrisi Enteral
m. Untuk Mengetahui Definisi dari Formula Enteral
n. Untuk Mengetahui Macam-Macam Pemberian Cairan Enteral
o. Untuk Mengetahui Jenis Makanan / Nutrisi Enteral itu
p. Untuk Mengetahui Cara Pemberian Nutrisi Secara Enteral
q. Untuk Mengetahui Rute Pemberian Nutrisi Secara Enteral
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. NUTRISI PARENTERAL
7
b) Dasar Pemberian
Pemberian nutrisi parenteral secara rutin tidak direkomendasikan
pada kondisi-kondisi klinis sebagai berikut :
Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi dan
kemoterapi.
Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat.
Pankreatitis akut ringan.
Kolitis akut.
AIDS.
Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.
Luka bakar.
Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness)
8
d) Hal yang Harus Diperhatikan Selama Pemberian
Pemberian nutrisi parenteral umumnya dimulai pada hari ke III
pasca-bedah/trauma. Jika keadaan membutuhkan koreksi nutrisi cepat, maka
pemberian paling cepat 24 jam pasca-trauma/bedah. Jika keadaan ragu-ragu
dapat dilakukan pemeriksaan kadar gula. Jika kadar gula darah < 200 mg/dl.
pada penderita non diabetik, nutrisi parenteral dapat dimulai.
Nutrisi parenteral tidak diberikan pada keadaan sebagai berikut:
24 jam pasca-bedah/trauma gagal napas
Shock
demam tinggi
brain death (alasan cost-benefit)
Vena perifer yang dipilih sebaiknya pada lengan, oleh karena
pemberian melalui vena tungkai bawah resiko flebitis dan trombosis vena
dalam lebih besar. Seperti telah dijelaskan diatas bahwa karbohidrat
diperlukan sebagai sumber kalori. Dalam pemenuhan kalori adalah suatu
keharusan dan multak ada dekstrose, sehingga mengurangi proses
glukoneogenesis. Sebagai sumber kalori lain adalah emulsi lemak. Jika akan
diberikan emulsi lemak sebaiknya terbagi sama banyak dalam hal jumlah
kalori. Misalnya dibutuhkan jumlah kalori 1200 maka perhitungannya
sebagai berikut:
600 kcal = glukosa 150 gram
600 kcal = fat 70 gram
Kombinasi ini menghindari keadaan hiperosmolar dan
hiperglikemia. Pemberian emulsi lemak harus hati-hati dan sebaiknya
diberikan seminggu sekali. Lebih baik jika dilakukan pemeriksaan fungsi
hepar secara teratur.
Contoh:
Hari I : (masa stabilisasi) cukup diberikan kristaloid (RL atau Ringer
Asetat)
Hari II : Triofusin 500 sebanyak 1500 cc + intrafusin 3,5% 500 cc maka:
Cairan : 2000 cc
Asam amino : 17,5 gram
Energi : 870 kcal
Na +
: 30,8 mEq
K +
: 15 mEq
9
Osmolaritas : 745 mOsm
Data ini menunjukan kekurangan natrium dan kalium. Untuk itu
dapat ditambahkan Kcl 15-20 cc (15-20 mEq) atau sesuai data
laboratorium, sedangkan natrium dapat ditambahkan NaCl 3% 200 cc
yang mengandung 105 mEq Na+. NaCl 3%=513 mEq Na+/L
10
lipid 4 jam setelah penghentian pemberian, serta monitor terhadap tes
fungsi hati, untuk mengetahui kegagalan fungsi hati dan
ketidakmampuan hati melakukan metabolism lemak.
Pemberian lemak intravena selain sebagai sumber asam lemak
esensial (terutama asam linoleat) juga sebagai subtrat sumber energi
pendamping karbohidrat terutama pada kasus stress yang meningkat. Bila
lemak tidak diberikan dalam program nutrisi parenteral total bersama
subtrat lainnya maka defisiensi asam lemak rantai panjang akan terjadi
kira-kira pada hari ketujuh dengan gejala klinik bertahan sekitar empat
minggu. Untuk mencegah keadaan ini diberikan 500 ml emulsi lemak 10
ml paling sedikit 2 kali seminggu.
2. Karbohidrat
Beberapa jenis karbohidrat yang lazim menjadi sumber energi
dengan perbedaan jalur metabolismenya adalah : glukosa, fruktosa,
sorbitokl, maltose, xylitol. Tidak seperti glukosa maka, bahwa maltosa
,fruktosa ,sarbitol dan xylitol untuk menembus dinding sel tidak
memerlukan insulin. Maltosa meskipun tidak memerlukan insulin untuk
masuk sel , tetapi proses intraselluler mutlak masih memerlukannya
sehingga maltose masih memerlukan insulin untuk proses intrasel.
Demikian pula pemberian fruktosa yang berlebihan akan berakibat
kurang baik.
Oleh karena itu perlu diketahui dosis aman dari masing-masing
karbohidrat :
1) Glikosa ( Dektrose ) : 6 gram / KgBB /Hari.
2) Fruktosa / Sarbitol : 3 gram / Kg BB/hari.
3) Xylitol / maltose : 1,5 gram /KgBB /hari.
Campuran GFX ( Glukosa ,Gfruktosa, Xylitol ) yang ideal secara
metabolik adalah dengan perbandingan GEX = 4:2:1
11
dilindungi kalori yang cukup, agar asam amino yang diberikan ini tidak
dibakar menjadi energi ( glukoneogenesis). Jangan memberikan asam
amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi.
Diperlukan perlindungan 150 kcal ( karbohidrat ) untuk setiap
gram nitrogen atau 25 kcal untuk tiap gram asam amino . Kalori dari
asam amino itu sendiri tidak ikut dalam perhitungan kebutuhan kalori.
Satu gram N ( nitrogen ) setara 6,25 gram asam amino atau protein jika
diberikan protein 1 gram/ kg = 50 gram / hari maka
diperlukan karbohidrat ( 50:6,25 ) x 150 kcal = 1200 kcal atau 300 gram.
12
Contoh larutan mikronutrien standar:
13
Proses ini menyediakan kalori yang dibutuhkan dalam konsentrasi
yang langsung ke dalam system intravena yang secara cepat terdilusi
menjadi nutrisi yang tepat sesuai toleransi tubuh.
14
2. Memberikan protein tampa kalori karbohidrat yang cukup
Sumber kalori yang utama dan harus selalu ada adalah dektrose.
Otak dan eritrosit mutlak memerlukan glukosa setiap saat. Jika tidak
tersedia terjadi gluneogenesis dari subtrat lain. Kalori mutlak dicukupi
lebih dulu. Diperlukan deksrose 6 gram /kg.hari (300 gr) untuk
kebutuhan energi basal 25 kcal/kg. Asam amino dibutuhkan untuk
regenerasi sel, sintesis ensim dan viseral protein. Tetapi pemberian asam
amino harus dilindungi kalori, agar asam amino tersebut
tidak dibakar menjadi energi (glukoneogenesis) Tiap gram Nitrogen
harus dilindungi 150 kcal berupa karbohidrat. Satu gram Nitrogen setara
6,25 gram protetin. Protein 50 gr memerlukan ( 50 : 6,25 ) x 150 k cal =
1200 kcal atau 300 gram karbohidrat. Kalori dari asam amino itu sendiri
tidak ikut dalam perhitungan kebutuhan kalori. Jangan memberikan asam
amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi.
i) Contoh Sediaan
1. Nutrisi Parenteral Total
1) Clinimix N9G15E
Larutan steril, non pirogenik untuk infus intravena. Dikemas
dalam satu kantong dengan dua bagian: satu berisi larutan asam
amino dengan elektrolit, bagian yang lain berisi glukosa dengan
kalsium. Tersedia dalam ukuran 1 liter
Composition:
Nitrogen (g) 4.6 Asam Amino (g) 28 Glukosa 75 (g) 75 Total kalori
(kkal) 410 Kalori glukosa (kkal) 300 Natrium (mmol) 35 Kalium
(mmol) 30 Magnesium (mmol) 2.5 Kalsium (mmol) 2.3 Asetat
(mmol) 50 Klorida (mmol) 40 Fosfat dalam HPO4– (mmol) 15 pH 6
Osmolaritas (mOsm/l) 845.
15
2) Minofusin Paed
larutan asam amino 5% bebas karbohidrat, mengandung
elektrolit dan vitamin, terutama untuk anak-anak dan bayi. Bagian
dari larutan nutrisi parenteral pada prematur dan bayi. Memberi
protein pembangun, elektrolit, vitamin dan air pada kasus di mana
pemberian peroral tidak cukup atau tidak memungkinkan, kasus di
mana kebutuhan protein meningkat, defisiensi protein atau
katabolisme protein. Komposisi: Tiap 1000 ml mengandung:
L-Isoleusin 2.511 g
L-Leusin 2.790 g
L-Lisin 2.092 g
L-Metionin 0.976 g
L-Fenilalanin 1.813 g
L-Treonin 1.743 g
L-Triptofan 0.558 g
L-Valin 2.092 g
L-Arginin 3.487 g
L-Histidin 0.698 g
L-Alanin 9.254 g
L-Aspartic acid 4.045 g
N-Acetyl-L-cysteine 0.160 g
L-Glutamic acid 9.500 g
Glisin 3.845 g
L-Prolin 4.185 g
N-Acetyl-L-tyrosine 0.344 g
Nicotinamide 0.060 g
Piridoksin hidroklorida 0.040 g
Riboflavin-5′-phosphate 0.0025 g
sodium salt
Kalium hidroksida 1.403 g
Natrium hidroksida 1.200 g
Kalsium klorida 0.735 g
Magnesium asetat
16
2. Nutrisi Parenteral parsial
1) Cernevit
adalah preparat multivitamin yang larut dalam air maupun lemak
(kecuali vitamin K) dikombinasi dengan mixed micelles (glycocholic
acid dan lecithin). Mengingat kebutuhan vitamin tubuh yang mungkin
berkurang karena berbagai situasi stress (trauma, bedah, luka bakar,
infeksi) yang dapat memperlambat proses penyembuhan. Composition
Setiap vial mengandung:
Retinol Palmitat Amount corresponding to retinol 3.500 IU,
Cholecalciferol 220 IU, DL alphatocopherol 10.200 mg ,Amount
corresponding to alphatocopherol 11.200 IU,Asam Askorbat 125.000 mg,
Cocarboxylase tetrahydrate 5.800 mg ,Amount corresponding to thiamine
3.510 mg ,Riboflavine sodium phosphate dihydrate 5.670 mg ,Amount
corresponding to riboflavine 4.140 mg, Pyridoxine Hydrochloride 5.500
mg ,Amount corresponding to Pyridoxine 4.530 mg, Cyanocobalamine
0.006 mg, Asam Folat 0.414 mg ,Dexpanthenol 16.150 mg, Amount
corresponding to Pantothenic Acid 17.250 mg ,Biotin 0.069 mg,
Nicotinamide 46.000 mg, Glisin 250.000 mg ,Glycoholic Acid 140.000
mg Soya Lecithin 112.500 mg, Sodium hydroxide q.s. pH=5.9.
17
k) Rekomendasi Jadwal Pemantauan Pasien yang Mendapat Nutrisi
Parenteral
ALP, alkaline phosphatase; ALT, alanine transaminase; AST,
aspartate transaminase; BUN, blood urea nitrogen; CBC, complete blood
count. Periode sebelum tujuan nutrisi tercapai atau selama periode beum
stabil. Setelah stabil, tidak ada perubahan komposisi nutrien.
Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah petanda independen dari prognosis buruk
dalam berbagai setting klinis, termasuk sindrom koroner akut, bedah jantung,
dan persalinan.
Pada pasien tanpa riwayat DM, hiperglikemia jarang diinduksi oleh
glukosa parenteral bila laju pemberian maksimum 4 mg/kg/menit. Jika laju
ini diterjemahkan kedalam ml/kg/jam, ini sesuai dengan 2.4 ml glukosa
10%/kg/jam atau 3.2 ml glukosa 7.5% /kg/jam.
Oleh karena itu, larutan parenteral yang mengandung
glukosa 7.5% (misal Aminofluid) tidak akan menginduksi hiperglikemia
pada pasien 60 kg sepanjang laju pemberian 80 ml/jam (yang jauh di bawah
maksimum 192 ml/jam).
Risiko hiperglikemia meningkat dengan obat-obat : kortikosteroid,
gatifloxacin, atypical antipsychotics (dengan pengecualian Abilify), protease
inhibitors, diuretik tiazid, niacin, lithium, rifampin, phenytoin, dan obat-obat
injeksi yang dicampur ke larutan dekstrosa.
Hipertrigliseridemia
Pasien-pasien yang mendapat TPN perlu pemantauan kadar plasma
lipid (trigliserida) yang diukur sebelum dan selama memulai TPN. Ini
memiliki kepentingan khusus pada pasien yang memiliki risiko tinggi untuk
gangguan bersihan lemak, misal hiperlipidemia, diabetes, sepsis, atau pasien
dengan gangguan fungsi ginjal atau hati, dan pasien sakit kritis.
Sekarang ini ada kecenderungan meningkatkan rasio glukosa: lemak
dari 50:50 menjadi 60:40 atau bahkan 70:30 total NPC, karena masalah-
masalah yang dijumpai mengenai hiperlipidemia dan perlemakan hati, yang
kadang-kadang diikuti oleh kolestasis dan pada sebagian pasien dapat
berlanjut menjadi steatohepatitis non-alkoholik(Grade C).
18
Kerugian-kerugian yang tepat dari perlemakan hati dan
hipertrigliseridemia belum diketahui. Pada kepustakaan dipastikan bahwa
hipertrigliseridemia merupakan faktor risiko untuk berkembangnya
arteriosklerosis dan infusi akut dari emulsi lemak yang berisi trigliserida
rantai panjang (long-chain triglyceride (LCT)) mengurangi kemampuan
relaksasi pembuluh darah. Kekhawatiran utama bahwa infus lemak bisa
mengganggu respons imun tidak didukung oleh meta-analisis terbaru.
Namun, banyak ahli menganjurkan menghindari kadar trigliserida lebih
dari 5 mmol/dL, walaupun data yang mendukung kurang. Bila kadar ini
dicapai dianjurkan oleh banyak ahli di bidang ini untuk mengurangi
kandungan lemak (terutama omega-6) pada nutrisi parenteral atau untuk
sementara menghentikan lemak. Pada kasus defisit energi tidak dianjurkan
menambah glukosa lebih banyak karena ini bisa melampaui kapasitas
oksidasi pasien.
19
B. NUTRISI ENTERAL
20
d) Hambatan Pemberian Nutrisi Enteral
Pemberian nutrsi enteral terkadang mengalami hambatan. Beberapa
hambatan yang terjadi diantaranya adalah:
Gagalnya pengosongan lambung
Aspirasi dari isi lambung
Sinusitis
Esophagitis
Salah meletakkan pipa
Pada prinsipnya, pemberian formula enteral dimulai dengan dosis
rendah dan ditingkatkan bertahap hingga mencapai dosis maksimum dalam
waktu seminggu. Makanan enteral yang telah disediakan sebaiknya
dihabiskan dalam waktu maksimal 4 jam, waktu selebihnya akan
membahayakan karena kemungkinan makanan tersebut telah terkontaminasi
bakter.
e) Fomula Enteral
Makanan enteral sebaiknya mempunyai komposisi yang seimbang.
Kalori non protein dari sumber karbohidrat berkisar 60-70%, bisa
merupakan polisakarida, disakarida, maupun monosakarida. Glukosa
polimer merupakankarbohidrat yang lebih mudah diabsorbsi. Sedangkan
komposisi kalori non proteindari sumber lemak berkisar 30-40%. Protein
diberikan dalam bentuk polimerik (memerlukan enzim pancreas) atau
peptide.
pada formula juga perlu ditambahkan serat. Serat akan mengurangi
resiko diare dan megurangi resiko konstipasi, memperlambat waktu transit
pada saluran cerna, dan merupakan kontrol glikemik yang baik. Serat juga
membantu fermentasi di usus besar sehingga menghasilkan SCFA. SCFA
menyediakan energy untuk sel epitel untuk memelihara integritas dinding
usus.
21
f) Macam-Macam Pemberian Cairan Enteral
1. Berdasarkan kandungan zat gizinya
Polymerik :
Osmolalitasnya < 300 mOsm/L, Murah (formula diet biasa), Berat
molekul besar.mengandung protein utuh untuk pasien dengan system
GIT yang normal atau hampir normal
Oligomerik:
Berisi Simple Karbohidrat, Trigleserida, asam amino
Modular
Single/Multiple nutrient,Kombinasi Poli/Oligomerik
2. Berdasarkan Pembuatnya
Makanan Cair Formula Rumah Sakit (Blenderized):
Makanan buatan rumah sakit ini biasanya mempunyai osmolalitas 600
mOsm/Kg sedangkan Normalnya 300 mOsm/kg.
Osmolalitas adalah ukuran yang dipakai untuk mengukur kemampuan
larutan dalam menahan air atau menarik air lewat membram
semipermiable. Akibat jika makanan yang mempunyai osmolaritas
tinggi diberikan cepat akan dapat menarik cairan kedalam usus
menyebabkan kram, nauses, vomitus dan diare.
Kelebihan Formula RS adalah murah dan enak tetapi osmolalitasnya
berubah-ubah dan mudah terkontaminasi.
- Makanan Cair Rumah Sakit Formula Standar
Dibuat dari campuran tepung, susu, telur , gula dan minyak
(TSTG) Formula rumah sakit ini biasa dipergunakan untuk
makanan per sonde. Makanan cair ini mudah dibuat, mudah
pemberiannya dan sedikit mengandung serat. Bisanya mempunyai
kepekatan 1 Kkal/cc
- Makanan Cair Rumah Sakit Formula Blender
Makanan Cair ini terbuat dari campuran berbagai makanan seperti
Jus Buah, Lauk pauk, kacang hijau dll yang kemudian diblender
dapat diberikan melalui oral maupun sonde
Makanan Cair Formula Komersial (Buatan Pabrik)
- Polimerik
Untuk pasien dengan fungsi gastrointestinal normal atau hampir
normal. Contoh : Parenteral,Fresubin
22
- Pradigesti
Diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk Susu Elemental.
Diet mengandung asam amino,/peptida dan lemak medium chain
trygliserida (MCT) yang langsung diserap oleh usus (contoh :
Pepti 2000 dll. Digunakan untuk pasien dengan gangguan fungsi
saluran pencernaan.
- Diet Enteral Khusus
Misalnya Formula untuk Sirosis (Contoh Aminoleban, Falkamin
dll). Diabetes (contoh Diabetasol)
- Diet Enteral Tinggi Serat
(contoh : Indovita)
Formula Komersial tidak mudah terkontaminasi konsistensi dan
osmolaritas tetap tetapi rasa tidak enak dan mahal.
23
Contoh:
Polimerik : mengandung protein utuh untuk pasien dengan
fungsi saluran gastrointestinal normal atau hampir normal
(panenteral, fresubin)
Pradigesti : diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk
susu elementar yang mengandung asam amino dan lemak
yang langsungdiserap usus untuk pasien dengan gangguan
fungsi saluran gastrointestinal
Diet enteral khusus untuk sirosis (aminolebane EN,
falkamin), diabetes(diabetasol), gagal ginjal (nefrisol), tinggi
protein (peptisol)
Diet enteral tinggi serat (indovita)
24
Bolus feeding dengan formula isotonik dapatdimulai dengan
jumlah keseluruhan sesuai yang dibutuhkan sejak hari pertama,
sedangkan formula hipertonik dimulai setengah dari jumlah yang
dibutuhkan pada hari pertama. Pemberian formula enteral secara bolus
feeding sebaiknya diberikan dengan tenang, kurang lebih selama 15
menit,dan diikuti dengan pemberian air 25-60 ml untuk mencegah
dehidrasi hipertonik dan membilas sisa formula yang masih berada di
feeding tube. Formula yang tersisa pada sepanjang feeding tube dapat
menyumbat feeding tube, sedangkan yang tersisa pada Ujung feeding
tube dapat tersumbat akibat penggumpalan yang disebabkan oleh asam
lambung dan protein formula.
2. Intermitten
Pemberian secara drip gravitasi atau tetes seperti infus, 250-500 ml
selama setengah sampai 2 jam, 3-4 x perhari. Tidak dianjurkan untuk
duodenal dan jeunal.
3. Siklik
Diberikan selama 8-10 jam dengan pompa mekanis cocok untuk
pergastrit jeunal.
4. Continuous drip feeding
Pemberian formula enteral dengan cara continuous drip feeding
dilakukan dengan menggunakan infuse pump. Pemberian formula enteral
dengan cara ini diberikan dengan kecepatan 20-40 ml/jam dalam 8-12
jam pertama, ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan
toleransi anak. Volume formula yang diberikan ditingkatkan 25 ml setiap
8-12 jam,dengan pemberian maksimal 50-100 ml/jam selama 18-24 jam.
Pemberian formula enteral dengan osmolaritas isotonik (300 mOsm/kg
air) dapat diberikan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan, sedangkan
pemberian formula hipertonis (500 mOsm/kg air) harus dimulai dengan
memberikansetengah dari jumlah yang dibutuhkan. Pada kasus
pemberian formulayang tidak ditoleransi dengan baik, konsentrasi
formula yang diberikan dapat diturunkan terlebih dahulu dan selanjutnya
kembali ditingkatkan secara bertahap.
25
i) Rute Pemberian Nutrisi Enteral
Rute pemberian Nutrisi Enteral dan Alatnya Nutrisi enteral dapat
diberikan langsung melalui mulut (oral) atau melalui selang makanan bila
pasien tak dapat makan atau tidak boleh per oral.
Selang makanan yang ada yaitu:
1. Selang nasogastrik:
Pemberian nutrisi melalui pipa penduga atau lambung
merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau
tidak mampu menelan dengan cara memberi makan melalui pipa
lambung atau pipa penduga.
Selang nasogsatrik biasa yang terbuat dari plastic, karet,
dan polietilen. Ukuran selang ini bermacam-macam tergantung
kebutuhan. Selang ini hanya tahan dipakai maksimal 7 hari.
Selang nasogastrik yang terbuat dari polivinil. Selang ini
berukuran 7 french, kecil sekali dapat mencegah terjadinya
aspirasi pneumonia makanan dan tidak terlalu mengganggu
pernapasan atau kenyamanan pasien. Selang ini tahan dipakai
maksimal 14 hari.
Selang nasogastrik yang terbuat dari silicon. Ukuran selang
ini bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini
maksimal 6 minggu.
Selang nasogastrik yang terbuat dari poliuretan. Selang ini
berukuran7 french dan dapat dipakai selama 6 bulan.
2. Selang Nasoduodenal / nasojejunal. Ukuran selang ini
bermacam/macam namun lebih panjang daripada selang nasogastrik.
3. Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang rutin
dipakai untuk pasien yang tidak dapat makan per oral atau terdapat
obstruksi esophagus /gaster.
26
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan
langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Nutrisi
parenteral tidak bertujuan menggantikan kedudukan nutrisi enteral lewat usus
yang normal. Segera jika usus sudah berfungsi kembali, perlu segera dimulai
nasogastric feeding, dengan sediaan nutrisi enteral yang mudah dicerna.
Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral. formula nutrisi diberikan
kepada pasien melalui tube kedalam lambung (gastric tube), nasogastric tube
(NGT), atau jejunum, dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa
mesin. Rute pemberian nutrisi secara enteral diantaranya melalui
nasogastric,transpilorik, perkutaneus.
27
Tujuan dari pemberian nutrisi secara enteral adalah untuk memberikan
asupan nutrisi yang adekuat pada pasien yang belum mampu menelan atau
absorbsi fungsi nutrisinya terganggu.
B. SARAN
Pada pemberian nutrisi parenteral dan enteral, lakukan pemantauan yang
tepat untuk menghindari komplikasi. Jika fungsi pencernaan pasien sudah normal
lebih baik mencoba untuk memberikan nutrisi secara oral.
28
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/18132220/Makalah_Pemberian_Nutrisi_Enteral
https://www.nutritioncare.org
fk.unsoed.ac.id
29