Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

KONSEP NUTRISI ENTERAL DAN PARENTERAL

DISUSUN OLEH :

NAMA : ERZAFIRA ARDAINI PUTRI

NIM : PO7120318019

KELAS : V.A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PRODI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur hanya milik Allah SWT, Karena berkat rahmat, karunia serta
hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Nutrisi Enteral dan
Parenteral”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
keperawatan kritis.
Kami menyadari bahwa di dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karena itu dengan rendah hati kami berharap berharap
kepada pembaca untuk memberikan masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun
guna penyempurnaan makalah ini.

Luubuklinggau, September 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan ...................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN

A. Nutrisi Parenteral ...................................................................................... 7


a) Definisi Nutrisi Parenteral .................................................................. 7
b) Dasar Pemberian ................................................................................ 8
c) Cara Pemberian Nutrisi Parenteral ...................................................... 8
d) Hal yang Harus Diperhatikan Selama Pemberian ................................ 9
e) Jenis-Jenis Nutrisi Parenteral .............................................................. 10
f) Tujuan Pemberian Nutrisi Parenteral .................................................. 13
g) Indikasi Nutrisi Parenteral .................................................................. 14
h) Konsep yang Perlu Disamakan Mengenai Nutrisi Parenteral ............... 14
i) Contoh Sediaan .................................................................................. 16
j) Metode Pemberian Nutrisi Parenteral.................................................. 17
k) Rekomendasi Jadwal Pemantauan Pasien yang Mendapat Nutrisi Parenteral
.......................................................................................................... 18
l) Penghentian Nutrisi Parenteral............................................................ 19
B. Nutrisi Enteral .......................................................................................... 20
a) Enteral Nutririon (EN) ........................................................................ 20
b) Tujuan Pemberian Nutrisi Enteral ....................................................... 20
c) Kontraindikasi Pemberian Nutrisi Enteral ........................................... 20
d) Hambatan Pemberian Nutrisi Enteral .................................................. 21
e) Formula Enteral.................................................................................. 21
f) Macam-Macam Pemberian Cairan Enteral .......................................... 22

2
g) Jenis Makanan / Nutrisi Enteral .......................................................... 23
h) Cara Memberikan Nutrisi Secara Enteral ............................................ 24
i) Rute Pemberian Nutrisi Enteral .......................................................... 26

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 27
B. Saran ........................................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan
untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk
berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004).
Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan yang baik antara asupan
nutrisi dengan kebutuhan nutrisi (Denke, 1998; Klein S, 2004). Kekurangan
nutrisi memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi
hampir semua organ dan sistem tubuh (Suastika,1992).
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan
langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Para peneliti
sebelumnya menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian
makanan melalui intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih tepat
yaitu Nutrisi Parenteral Total, namun demikian secara umum dipakai istilah
Nutrisi Parenteral untuk menggambarkan suatu pemberian makanan melalui
pembuluh darah. Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan
gangguan proses menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi.
Pemberian nutrisi parenteral hanya efektif untuk pengobatan gangguan
nutrisi bukan untuk penyebab penyakitnya. Status nutrisi basal dan berat
ringannya penyakit memegang peranan penting dalam menentukan kapan
dimulainya pemberian nutrisi parenteral. Sebagai contoh pada orang-orang
dengan malnutrisi yang nyata lebih membutuhkan penanganan dini dibandingkan
dengan orang-orang yang menderita kelaparan tanpa komplikasi.
Terdapat 3 pilihan dalam pemberian nutrisi yaitu diet oral, nutrisi enteral
dan nutrisi parenteral. Diet oral diberikan kepada penderita yang masih bisa
menelan cukup makanan dan keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik
antara dokter, ahli gizi, penderita dan keluarga.

4
Nutrisi enteral bila penderita tidak bisa menelan dalam jumlah cukup,
sedangkan fungsi pencernaan dan absorbsi usus masih cukup baik. Selama sistem
pencernaan masih berfungsi atau berfungsi sebagian dan tidak ada kontraindikasi
maka diet enteral (EN) harus dipertimbangkan, karena diet enteral lebih fisiologis
karena meningkatkan aliran darah mukosa intestinal, mempertahankan aktivitas
metabolik serta keseimbanganh ormonal dan enzimatik antara traktus
gastrointestinal dan live.
Diet enteral mempunyai efek enterotropik indirek dengan menstimulasi
hormonusus seperti gastrin, neurotensin, bombesin, enteroglucagon. Gastrin
mempunyai efek tropik pada lambung, duodenum dan colon sehingga dapat
mempertahankan integritas usus,mencegah atrofi mukosa usus dan translokasi
bakteri, memelihara gut/associated lymphoid tissue (GALT) yang berperan dalam
imunitas mukosa usus.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah Definisi Nutrisi Parenteral?
b. Apakah Dasar Pemberian Dari Nutrisi Parenteral?
c. Bagaimana Cara Pemberian Nutrisi Parenteral?
d. Hal Apa Saja yang Harus Diperhatikan Selama Pemberian?
e. Apa Sajakah Jenis-Jenis Nutrisi Parenteral?
f. Apakah Tujuan Pemberian Nutrisi Parenteral?
g. Apakah Indikasi dari Nutrisi Parenteral?
h. Apa Sajakah Metode Dalam Pemberian Nutrisi Parenteral?
i. Apakah Definisi dari Enteral Nutririon (EN)?
j. Apa Tujuan dari Pemberian Nutrisi Enteral?
k. Apa Kontraindikasi dari Pemberian Nutrisi Enteral?
l. Hambatan Apa Saja Dalam Pemberian Nutrisi Enteral?
m. Apa Yang Dimaksud dengan Formula Enteral?
n. Macam-Macam Pemberian Cairan Enteral
o. Apa Saja Jenis Makanan / Nutrisi Enteral itu?
p. Bagaimana Cara Pemberian Nutrisi Secara Enteral?
q. Bagaimana Rute Pemberian Nutrisi Secara Enteral?

5
C. TUJUAN
a. Untuk Mengetahui Definisi Nutrisi Parenteral
b. Untuk Mengetahui Dasar Pemberian Dari Nutrisi Parenteral
c. Untuk Mengetahui Cara Pemberian Nutrisi Parenteral
d. Untuk Mengetahui Hal Apa Saja yang Harus Diperhatikan Selama
Pemberian
e. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Nutrisi Parenteral
f. Untuk Mengetahui Tujuan Pemberian Nutrisi Parenteral
g. Untuk Mengetahui Indikasi dari Nutrisi Parenteral
h. Untuk Mengetahui Metode Dalam Pemberian Nutrisi Parenteral
i. Untuk Mengetahui Definisi dari Enteral Nutririon (EN)
j. Untuk Mengetahui Tujuan dari Pemberian Nutrisi Enteral
k. Untuk Mengetahui Kontraindikasi dari Pemberian Nutrisi Enteral
l. Untuk Mengetahui Hambatan Apa Saja Dalam Pemberian Nutrisi Enteral
m. Untuk Mengetahui Definisi dari Formula Enteral
n. Untuk Mengetahui Macam-Macam Pemberian Cairan Enteral
o. Untuk Mengetahui Jenis Makanan / Nutrisi Enteral itu
p. Untuk Mengetahui Cara Pemberian Nutrisi Secara Enteral
q. Untuk Mengetahui Rute Pemberian Nutrisi Secara Enteral

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. NUTRISI PARENTERAL

a) Definisi Nutrisi Parenteral


Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Rock CL
(2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan
untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan
untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi
dengan kebutuhan nutrisi.
Sedangkam menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui
proses degesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan
energi.
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang
diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran
pencernaan. Para peneliti sebelumnya menggunakan istilah hiperalimentasi
sebagai pengganti pemberian makanan melalui intravena, dan akhirnya
diganti dengan istilah yang lebih tepat yaitu Nutrisi Parenteral Total, namun
demikian secara umum dipakai istilah Nutrisi Parenteral untuk
menggambarkan suatu pemberian makanan melalui pembuluh darah. Nutrisi
parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan proses
menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi.

7
b) Dasar Pemberian
Pemberian nutrisi parenteral secara rutin tidak direkomendasikan
pada kondisi-kondisi klinis sebagai berikut :
 Pasien-pasien kanker yang sedang menjalankan terapi radiasi dan
kemoterapi.
 Pasien-pasien preoperatif yang bukan malnutrisi berat.
 Pankreatitis akut ringan.
 Kolitis akut.
 AIDS.
 Penyakit paru yang mengalami eksaserbasi.
 Luka bakar.
 Penyakit-penyakit berat stadium akhir (end-stage illness)

c) Cara Pemberian Nutrisi Parenteral


Berdasarkan cara pemberian nutrisi parenteral dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Nutrisi parenteral sentral ( untuk nutrisi parenteral total ) :
Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena dimana
kebutuhan nutrisi sepenuhannya melalui cairan infuse karena keadaan
saluran pencernaan klien tidak dapat digunakan. Cairan yang dapat
digunakan adalah cairan yang mengandung karbohidrat seperti Triofusin
E 1000, cairan ini yang mengandung asam amino seperti Pan Amin G,
dan cairan yang mengandung lemak seperti intralipid.
2. Nutrisi parenteral perifer ( untuk nutrisi Parenteral Parsial ).
Merupakan pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui
intravena. Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat dipenuhi
melalui enteral. Cairannya yang biasa digunakan dalam bentuk dekstrosa
atau cairan asam amino.

8
d) Hal yang Harus Diperhatikan Selama Pemberian
Pemberian nutrisi parenteral umumnya dimulai pada hari ke III
pasca-bedah/trauma. Jika keadaan membutuhkan koreksi nutrisi cepat, maka
pemberian paling cepat 24 jam pasca-trauma/bedah. Jika keadaan ragu-ragu
dapat dilakukan pemeriksaan kadar gula. Jika kadar gula darah < 200 mg/dl.
pada penderita non diabetik, nutrisi parenteral dapat dimulai.
Nutrisi parenteral tidak diberikan pada keadaan sebagai berikut:
 24 jam pasca-bedah/trauma gagal napas
 Shock
 demam tinggi
 brain death (alasan cost-benefit)
Vena perifer yang dipilih sebaiknya pada lengan, oleh karena
pemberian melalui vena tungkai bawah resiko flebitis dan trombosis vena
dalam lebih besar. Seperti telah dijelaskan diatas bahwa karbohidrat
diperlukan sebagai sumber kalori. Dalam pemenuhan kalori adalah suatu
keharusan dan multak ada dekstrose, sehingga mengurangi proses
glukoneogenesis. Sebagai sumber kalori lain adalah emulsi lemak. Jika akan
diberikan emulsi lemak sebaiknya terbagi sama banyak dalam hal jumlah
kalori. Misalnya dibutuhkan jumlah kalori 1200 maka perhitungannya
sebagai berikut:
 600 kcal = glukosa 150 gram
 600 kcal = fat 70 gram
Kombinasi ini menghindari keadaan hiperosmolar dan
hiperglikemia. Pemberian emulsi lemak harus hati-hati dan sebaiknya
diberikan seminggu sekali. Lebih baik jika dilakukan pemeriksaan fungsi
hepar secara teratur.
Contoh:
 Hari I : (masa stabilisasi) cukup diberikan kristaloid (RL atau Ringer
Asetat)
 Hari II : Triofusin 500 sebanyak 1500 cc + intrafusin 3,5% 500 cc maka:
 Cairan : 2000 cc
 Asam amino : 17,5 gram
 Energi : 870 kcal
 Na +
: 30,8 mEq
 K +
: 15 mEq

9
 Osmolaritas : 745 mOsm
Data ini menunjukan kekurangan natrium dan kalium. Untuk itu
dapat ditambahkan Kcl 15-20 cc (15-20 mEq) atau sesuai data
laboratorium, sedangkan natrium dapat ditambahkan NaCl 3% 200 cc
yang mengandung 105 mEq Na+. NaCl 3%=513 mEq Na+/L

 Hari III : Triofusin 500 sebanyak 1500 cc + intrafusin 3,5% 1000


cc + Ivelip 10% 100 cc.
Contoh ini dapat dimodifikasi dengan mudah sesuai kebutuhan.
Perlu diingat larutan yang mengandung dektrose harus diberikan terus-
menerus. Dengan demikian dapat dipergunakan stop-cock sehingga cairan
lain yang daat diberikan selang seling. Ketrampilan kita dalam pemberian
nutrisi ini perlu disertai dengan komposisi berbagai jenis cairan yang ada
dipasaran termasuk osmolaritasnya.

e) Jenis-Jenis Nutrisi Parenteral


1. Lemak
Lipid diberikan sebagai larutan isotonis yang dapat diberikan
melalui vena perifer. Lipid diberikan untuk mencegah dan mengoreksi
defisiensi asam lemak. Sebagian besar berasal dari minyak kacang
kedelai, yang komponen utamanya adalah linoleic, oleic, palmitic,
linolenic,dan stearic acids.
Ketika menggunakan sediaan nutrisi jenis ini Jangan menambah
sesuatu ke dalam larutan emulsi lemak. Lalu periksa botol terhadap
emulsi yang terpisah menjadi lapisan lapisan atau berbuih, jika
ditemukan, jangan digunakan, dan kembalikan ke farmasi, jangan
menggunakan IV filter karena partikel di emulsi lemak terlalu besar
untuk mampu melewati filter. Tetapi filter 1.2 μm atau lebih besar
digunakan untuk memungkinkan emulsi lemak lewat melalui filter.
Gunakan lubang angin karena larutan ini tersedia dalam kemasan
botol kaca. Berikan TPN ini pada awalnya 1 ml/menit,monitor vital sign
setiap 10 menit dan observasi efek samping pada 30 menit pertama
pemberian. Jika ada reaksi yang tidak diharapkan , segera hentikan
pemberian dan beritahu dokter. Tetapi jika tidak ada reaksi yang tidak
diharapkan, lanjutkan kecepatan pemberian sesuai resep. Monitor serum

10
lipid 4 jam setelah penghentian pemberian, serta monitor terhadap tes
fungsi hati, untuk mengetahui kegagalan fungsi hati dan
ketidakmampuan hati melakukan metabolism lemak.
Pemberian lemak intravena selain sebagai sumber asam lemak
esensial (terutama asam linoleat) juga sebagai subtrat sumber energi
pendamping karbohidrat terutama pada kasus stress yang meningkat. Bila
lemak tidak diberikan dalam program nutrisi parenteral total bersama
subtrat lainnya maka defisiensi asam lemak rantai panjang akan terjadi
kira-kira pada hari ketujuh dengan gejala klinik bertahan sekitar empat
minggu. Untuk mencegah keadaan ini diberikan 500 ml emulsi lemak 10
ml paling sedikit 2 kali seminggu.

2. Karbohidrat
Beberapa jenis karbohidrat yang lazim menjadi sumber energi
dengan perbedaan jalur metabolismenya adalah : glukosa, fruktosa,
sorbitokl, maltose, xylitol. Tidak seperti glukosa maka, bahwa maltosa
,fruktosa ,sarbitol dan xylitol untuk menembus dinding sel tidak
memerlukan insulin. Maltosa meskipun tidak memerlukan insulin untuk
masuk sel , tetapi proses intraselluler mutlak masih memerlukannya
sehingga maltose masih memerlukan insulin untuk proses intrasel.
Demikian pula pemberian fruktosa yang berlebihan akan berakibat
kurang baik.
Oleh karena itu perlu diketahui dosis aman dari masing-masing
karbohidrat :
1) Glikosa ( Dektrose ) : 6 gram / KgBB /Hari.
2) Fruktosa / Sarbitol : 3 gram / Kg BB/hari.
3) Xylitol / maltose : 1,5 gram /KgBB /hari.
Campuran GFX ( Glukosa ,Gfruktosa, Xylitol ) yang ideal secara
metabolik adalah dengan perbandingan GEX = 4:2:1

3. Protein/ Asam Amino


Selain kalori yang dipenuhi dengan karbohidrat dan lemak ,
tubuh masih memerlukanasam amino untuk regenerasi sel , enzym dan
visceral protein. Pemberian protein / asam amino tidak untuk menjadi
sumber energi Karena itu pemberian protein / asam amino harus

11
dilindungi kalori yang cukup, agar asam amino yang diberikan ini tidak
dibakar menjadi energi ( glukoneogenesis). Jangan memberikan asam
amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi.
Diperlukan perlindungan 150 kcal ( karbohidrat ) untuk setiap
gram nitrogen atau 25 kcal untuk tiap gram asam amino . Kalori dari
asam amino itu sendiri tidak ikut dalam perhitungan kebutuhan kalori.
Satu gram N ( nitrogen ) setara 6,25 gram asam amino atau protein jika
diberikan protein 1 gram/ kg = 50 gram / hari maka
diperlukan karbohidrat ( 50:6,25 ) x 150 kcal = 1200 kcal atau 300 gram.

4. Mikronutrien dan Immunonutrien


Pemberian calsium, magnesium & fosfat didasarkan kebutuhan
setiap hari, masing-masing:
1) Calcium : 0,2 – 0,3 meq/ kg BB/ hari
2) Magnesium : 0,35 – 0,45 meq/ kg BB/ hari
3) Fosfat : 30 – 40 mmol/ hari
4) Zink : 3 – 10 mg/ hari
Tiga grup nutrient utama yang termasuk dalam immunonutrient
adalah:
1) Amino acids (arginine, glutamin, glycin )
2) Fatty acid.
3) Nucleotide.
Nutrient – nutrient tersebut diatas adalah ingredients yang
memegang peran penting dalam proses “wound healing” peningkatan
sistem immune dan mencegah proses inflamasi kesemuanya essenstial
untuk proses penyembuhan yang pada pasien-pasien critical ill sangat
menurun. Kombinasi dari nutrient-nutrient tersebut diatas, saat ini
ditambahkan dalam support nutrisi dengan nama Immune Monulating
Nutrition (IMN ) atau immunonutrition.

12
Contoh larutan mikronutrien standar:

Elemen dasar Jumlah


Zinc 5 mg
Copper 1 mg
Manganese 0.5 mg
Chromium 10 mcg
Selenium 60 mcg
Iodide 75 cg

f) Tujuan Pemberian Nutrisi Parenteral


Adapun tujuan pemberian nutrisi parenteral adalah sebagai berikut:
Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena, karena tidak
memungkinkannya saluran cerna untuk melakukan proses pencernaan
makanan.
Total Parenteral Nutrition (TPN) digunakan pada pasien dengan luka
bakar yang berat, pancreatitis ,inflammatory bowel syndrome, inflammatory
bowel disease,ulcerative colitis,acute renal failure,hepatic failure,cardiac
disease, pembedahan dan cancer. Mencegah lemak subcutan dan otot
digunakan oleh tubuh untuk melakukan katabolisme energy.
Mempertahankan kebutuhan nutrisi.
Pemberian dari nutrisi parenteral didasarkan atas beberapa dasar
fisiologis, yakni:
 Apabila di dalam aliran darah tidak tercukupi kebutuhan nutrisinya,
kekurangan kalori dan nitrogen dapat terjadi.
 Apabila terjadi defisiensi nutrisi,proses glukoneogenesis akan
berlangsung dalam tubuh untuk mengubah protein menjadi
karbohidrat.
 Kebutuhan kalori Kurang lebih 1500 kalori/hari,diperlukan oleh rata-
rata dewasa untuk mencegah protein dalam tubuh untuk digunakan.
 Kebutuhan kalori menigkat terjadi pada pasien dengan penyakit
hipermetabolisme,fever,injury,membutuhkan kalori sampai dengan
10.000 kalori/hari.

13
 Proses ini menyediakan kalori yang dibutuhkan dalam konsentrasi
yang langsung ke dalam system intravena yang secara cepat terdilusi
menjadi nutrisi yang tepat sesuai toleransi tubuh.

g) Indikasi Nutrisi Parenteral


Indikasi dari nutrisi parenteral sebagai berikut :
a) Gangguan absorbs makanan seperti pada fistula enterokunateus,
atresia intestinal, colitis infeksiosa, obstruksi usus halus.
b) Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pancreatitis
berat, status pre operatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal,
diare berulang.
c) Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan.
d) Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik, hiperemisis
gravidarum .

h) Konsep yang Perlu Disamakan Mengenai Nutrisi Parenteral


1. Menggunakan vena perifer untuk cairan pekat.
Osmolritas plasma 300 mOsmol . Vena perifer dapat menerima
sampai maksimal 900 mOsmol . Makin tinggi osmolaritas (makin
hipertonis) maka makin mudah terjadi tromphlebitis, bahkan
tromboembli. Untuk cairan > 900-1000 mOsm, seharusnya digunakan
vena setrral (vena cava, subclavia, jugularis) dimana aliran darah besar
dan t cepat dapat mengencerkan tetesan cairan NPE yang pekat hingga
tidak dapat sempat merusak dinding vena. Jika tidak tersedia kanula vena
sentral maka sebaiknya dipilih dosis rendah (larutan encer) lewat vena
perifer, dengan demikian sebaiknya sebelum memberikan cairan NPE
harus memeriksa tekanan osmolaritas cairan tersebut ( tercatat disetiap
botol cairan ) Vena kaki tidak boleh dipakai karena sangat mudah deep
vein trombosis dengan resiko teromboemboli yang tinggi.

14
2. Memberikan protein tampa kalori karbohidrat yang cukup
Sumber kalori yang utama dan harus selalu ada adalah dektrose.
Otak dan eritrosit mutlak memerlukan glukosa setiap saat. Jika tidak
tersedia terjadi gluneogenesis dari subtrat lain. Kalori mutlak dicukupi
lebih dulu. Diperlukan deksrose 6 gram /kg.hari (300 gr) untuk
kebutuhan energi basal 25 kcal/kg. Asam amino dibutuhkan untuk
regenerasi sel, sintesis ensim dan viseral protein. Tetapi pemberian asam
amino harus dilindungi kalori, agar asam amino tersebut
tidak dibakar menjadi energi (glukoneogenesis) Tiap gram Nitrogen
harus dilindungi 150 kcal berupa karbohidrat. Satu gram Nitrogen setara
6,25 gram protetin. Protein 50 gr memerlukan ( 50 : 6,25 ) x 150 k cal =
1200 kcal atau 300 gram karbohidrat. Kalori dari asam amino itu sendiri
tidak ikut dalam perhitungan kebutuhan kalori. Jangan memberikan asam
amino jika kebutuhan kalori belum dipenuhi.

3. Tidak melakukan perawatan aseptik


Penyulit trombplebitis karena iritasi vena sering diikuti radang/
infeksi. Prevalensi infeksi berkisar antara 2-30 % Kuman sering
ditemukan adalah flora kulit yang terbawa masuk pada penyulit atau
ganti penutup luka infuse.

i) Contoh Sediaan
1. Nutrisi Parenteral Total
1) Clinimix N9G15E
Larutan steril, non pirogenik untuk infus intravena. Dikemas
dalam satu kantong dengan dua bagian: satu berisi larutan asam
amino dengan elektrolit, bagian yang lain berisi glukosa dengan
kalsium. Tersedia dalam ukuran 1 liter
Composition:
Nitrogen (g) 4.6 Asam Amino (g) 28 Glukosa 75 (g) 75 Total kalori
(kkal) 410 Kalori glukosa (kkal) 300 Natrium (mmol) 35 Kalium
(mmol) 30 Magnesium (mmol) 2.5 Kalsium (mmol) 2.3 Asetat
(mmol) 50 Klorida (mmol) 40 Fosfat dalam HPO4– (mmol) 15 pH 6
Osmolaritas (mOsm/l) 845.

15
2) Minofusin Paed
larutan asam amino 5% bebas karbohidrat, mengandung
elektrolit dan vitamin, terutama untuk anak-anak dan bayi. Bagian
dari larutan nutrisi parenteral pada prematur dan bayi. Memberi
protein pembangun, elektrolit, vitamin dan air pada kasus di mana
pemberian peroral tidak cukup atau tidak memungkinkan, kasus di
mana kebutuhan protein meningkat, defisiensi protein atau
katabolisme protein. Komposisi: Tiap 1000 ml mengandung:

L-Isoleusin 2.511 g
L-Leusin 2.790 g
L-Lisin 2.092 g
L-Metionin 0.976 g
L-Fenilalanin 1.813 g
L-Treonin 1.743 g
L-Triptofan 0.558 g
L-Valin 2.092 g
L-Arginin 3.487 g
L-Histidin 0.698 g
L-Alanin 9.254 g
L-Aspartic acid 4.045 g
N-Acetyl-L-cysteine 0.160 g
L-Glutamic acid 9.500 g
Glisin 3.845 g
L-Prolin 4.185 g
N-Acetyl-L-tyrosine 0.344 g
Nicotinamide 0.060 g
Piridoksin hidroklorida 0.040 g
Riboflavin-5′-phosphate 0.0025 g
sodium salt
Kalium hidroksida 1.403 g
Natrium hidroksida 1.200 g
Kalsium klorida 0.735 g
Magnesium asetat

16
2. Nutrisi Parenteral parsial
1) Cernevit
adalah preparat multivitamin yang larut dalam air maupun lemak
(kecuali vitamin K) dikombinasi dengan mixed micelles (glycocholic
acid dan lecithin). Mengingat kebutuhan vitamin tubuh yang mungkin
berkurang karena berbagai situasi stress (trauma, bedah, luka bakar,
infeksi) yang dapat memperlambat proses penyembuhan. Composition
Setiap vial mengandung:
Retinol Palmitat Amount corresponding to retinol 3.500 IU,
Cholecalciferol 220 IU, DL alphatocopherol 10.200 mg ,Amount
corresponding to alphatocopherol 11.200 IU,Asam Askorbat 125.000 mg,
Cocarboxylase tetrahydrate 5.800 mg ,Amount corresponding to thiamine
3.510 mg ,Riboflavine sodium phosphate dihydrate 5.670 mg ,Amount
corresponding to riboflavine 4.140 mg, Pyridoxine Hydrochloride 5.500
mg ,Amount corresponding to Pyridoxine 4.530 mg, Cyanocobalamine
0.006 mg, Asam Folat 0.414 mg ,Dexpanthenol 16.150 mg, Amount
corresponding to Pantothenic Acid 17.250 mg ,Biotin 0.069 mg,
Nicotinamide 46.000 mg, Glisin 250.000 mg ,Glycoholic Acid 140.000
mg Soya Lecithin 112.500 mg, Sodium hydroxide q.s. pH=5.9.

j) Metode Pemberian Nutrisi Parenteral


1. Nutrisi parenteral parsial, pemberian sebagian kebutuhan nutrisi melalui
intravena. Sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien masih dapat di
penuhi melalui enteral. Cairan yang biasanya digunakan dalam bentuk
dekstrosa atau cairan asam amino
2. Nutrisi parenteral total, pemberian nutrisi melalui jalur intravena ketika
kebutuhan nutrisi sepenuhnya harus dipenuhi melalui cairan infus. Cairan
yang dapat digunakan adalah cairan yang mengandung karbohidrat
seperti Triofusin E1000, cairan yang mengandung asam amino seperti
PanAmin G, dan cairan yang mengandung lemak seperti Intralipid
3. Lokasi pemberian nutrisi secara parenteral melalui vena sentral dapat
melalui vena antikubital pada vena basilika sefalika, vena subklavia, vena
jugularis interna dan eksterna, dan vena femoralis. Nutrisi parenteral
melalui perifer dapat dilakukan pada sebagian vena di daerah tangan dan
kaki.

17
k) Rekomendasi Jadwal Pemantauan Pasien yang Mendapat Nutrisi
Parenteral
ALP, alkaline phosphatase; ALT, alanine transaminase; AST,
aspartate transaminase; BUN, blood urea nitrogen; CBC, complete blood
count. Periode sebelum tujuan nutrisi tercapai atau selama periode beum
stabil. Setelah stabil, tidak ada perubahan komposisi nutrien.
Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah petanda independen dari prognosis buruk
dalam berbagai setting klinis, termasuk sindrom koroner akut, bedah jantung,
dan persalinan.
Pada pasien tanpa riwayat DM, hiperglikemia jarang diinduksi oleh
glukosa parenteral bila laju pemberian maksimum 4 mg/kg/menit. Jika laju
ini diterjemahkan kedalam ml/kg/jam, ini sesuai dengan 2.4 ml glukosa
10%/kg/jam atau 3.2 ml glukosa 7.5% /kg/jam.
Oleh karena itu, larutan parenteral yang mengandung
glukosa 7.5% (misal Aminofluid) tidak akan menginduksi hiperglikemia
pada pasien 60 kg sepanjang laju pemberian 80 ml/jam (yang jauh di bawah
maksimum 192 ml/jam).
Risiko hiperglikemia meningkat dengan obat-obat : kortikosteroid,
gatifloxacin, atypical antipsychotics (dengan pengecualian Abilify), protease
inhibitors, diuretik tiazid, niacin, lithium, rifampin, phenytoin, dan obat-obat
injeksi yang dicampur ke larutan dekstrosa.
Hipertrigliseridemia
Pasien-pasien yang mendapat TPN perlu pemantauan kadar plasma
lipid (trigliserida) yang diukur sebelum dan selama memulai TPN. Ini
memiliki kepentingan khusus pada pasien yang memiliki risiko tinggi untuk
gangguan bersihan lemak, misal hiperlipidemia, diabetes, sepsis, atau pasien
dengan gangguan fungsi ginjal atau hati, dan pasien sakit kritis.
Sekarang ini ada kecenderungan meningkatkan rasio glukosa: lemak
dari 50:50 menjadi 60:40 atau bahkan 70:30 total NPC, karena masalah-
masalah yang dijumpai mengenai hiperlipidemia dan perlemakan hati, yang
kadang-kadang diikuti oleh kolestasis dan pada sebagian pasien dapat
berlanjut menjadi steatohepatitis non-alkoholik(Grade C).

18
Kerugian-kerugian yang tepat dari perlemakan hati dan
hipertrigliseridemia belum diketahui. Pada kepustakaan dipastikan bahwa
hipertrigliseridemia merupakan faktor risiko untuk berkembangnya
arteriosklerosis dan infusi akut dari emulsi lemak yang berisi trigliserida
rantai panjang (long-chain triglyceride (LCT)) mengurangi kemampuan
relaksasi pembuluh darah. Kekhawatiran utama bahwa infus lemak bisa
mengganggu respons imun tidak didukung oleh meta-analisis terbaru.
Namun, banyak ahli menganjurkan menghindari kadar trigliserida lebih
dari 5 mmol/dL, walaupun data yang mendukung kurang. Bila kadar ini
dicapai dianjurkan oleh banyak ahli di bidang ini untuk mengurangi
kandungan lemak (terutama omega-6) pada nutrisi parenteral atau untuk
sementara menghentikan lemak. Pada kasus defisit energi tidak dianjurkan
menambah glukosa lebih banyak karena ini bisa melampaui kapasitas
oksidasi pasien.

l) Penghentian Nutrisi Parenteral


Penghentian nutrisi parentral harus dilakukan dengan cara bertahap
untuk mencegah terjadinya rebound hipoglkemia. Cara yang dianjurkan
adalah melangkah mundur menuju regimen hari pertama. Sementrara nutrisi
enteral dinaikkan kandungan subtratnya. Sesudah tercapai nutrisi enteral
yang adekuat (2/3 dari jumlah kebutuhan energi total) nutrisi enteral baru
dapat dihentikan.

19
B. NUTRISI ENTERAL

a) Enteral Nutririon (EN)


Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral. formula nutrisi
diberikan kepada pasien melalui tube kedalam lambung (gastric tube),
nasogastric tube (NGT), atau jejunum, dapat secara manual maupun dengan
bantuan pompa mesin. Rute pemberian nutrisi secara enteral diantaranya
melalui nasogastric, transpilorik, perkutaneus.

b) Tujuan Pemberian Nutrisi Enteral


Tujuan dari pemberian nutrisi secara enteral adalah untuk
memberikan asupan nutrisi yang adekuat pada pasien yang belum mampu
menelan atau absorbsi fungsi nutrisinya terganggu. Pemberian nutrisi secara
enteral juga berperan menunjang pasien sebagai respons selama mengalami
keradangan,trauma, proses infeksi, pada sakit kritis dalam waktu yang lama.
Dibutuhkan pada pasien yang masih dapat makan atau minum tetapi
tidak dapat mencukupi kebutuhan energi dan protein, pengobatan, dibutukan
untuk mencukupi kebutahan zat gizi bila pasien tidak dapat makan sama
sekali atau tidak mau makan atau tidak dapat makan atau tidak dapat
mencerna dan tidak dapat lewat.

c) Kontraindikasi Pemberian Nutrisi Enteral


Kontraindikasi pemberian nutrisi secara enteral diantaranya :
1. keadaan dimana saluran cerna tidak berjalan sesuai mestinya,
2. kelainan anatomi salurancerna,
3. iskemia saluran cerna,
4. peritonitis berat,
5. Obstruksi saluran cerna
6. Ileus paralitik
7. Perdarahan gastriodestinal
8. Muntah yang berat
9. Diare akut.
10.

20
d) Hambatan Pemberian Nutrisi Enteral
Pemberian nutrsi enteral terkadang mengalami hambatan. Beberapa
hambatan yang terjadi diantaranya adalah:
 Gagalnya pengosongan lambung
 Aspirasi dari isi lambung
 Sinusitis
 Esophagitis
 Salah meletakkan pipa
Pada prinsipnya, pemberian formula enteral dimulai dengan dosis
rendah dan ditingkatkan bertahap hingga mencapai dosis maksimum dalam
waktu seminggu. Makanan enteral yang telah disediakan sebaiknya
dihabiskan dalam waktu maksimal 4 jam, waktu selebihnya akan
membahayakan karena kemungkinan makanan tersebut telah terkontaminasi
bakter.

e) Fomula Enteral
Makanan enteral sebaiknya mempunyai komposisi yang seimbang.
Kalori non protein dari sumber karbohidrat berkisar 60-70%, bisa
merupakan polisakarida, disakarida, maupun monosakarida. Glukosa
polimer merupakankarbohidrat yang lebih mudah diabsorbsi. Sedangkan
komposisi kalori non proteindari sumber lemak berkisar 30-40%. Protein
diberikan dalam bentuk polimerik (memerlukan enzim pancreas) atau
peptide.
pada formula juga perlu ditambahkan serat. Serat akan mengurangi
resiko diare dan megurangi resiko konstipasi, memperlambat waktu transit
pada saluran cerna, dan merupakan kontrol glikemik yang baik. Serat juga
membantu fermentasi di usus besar sehingga menghasilkan SCFA. SCFA
menyediakan energy untuk sel epitel untuk memelihara integritas dinding
usus.

21
f) Macam-Macam Pemberian Cairan Enteral
1. Berdasarkan kandungan zat gizinya
 Polymerik :
Osmolalitasnya < 300 mOsm/L, Murah (formula diet biasa), Berat
molekul besar.mengandung protein utuh untuk pasien dengan system
GIT yang normal atau hampir normal
 Oligomerik:
Berisi Simple Karbohidrat, Trigleserida, asam amino
 Modular
Single/Multiple nutrient,Kombinasi Poli/Oligomerik
2. Berdasarkan Pembuatnya
 Makanan Cair Formula Rumah Sakit (Blenderized):
Makanan buatan rumah sakit ini biasanya mempunyai osmolalitas 600
mOsm/Kg sedangkan Normalnya 300 mOsm/kg.
Osmolalitas adalah ukuran yang dipakai untuk mengukur kemampuan
larutan dalam menahan air atau menarik air lewat membram
semipermiable. Akibat jika makanan yang mempunyai osmolaritas
tinggi diberikan cepat akan dapat menarik cairan kedalam usus
menyebabkan kram, nauses, vomitus dan diare.
Kelebihan Formula RS adalah murah dan enak tetapi osmolalitasnya
berubah-ubah dan mudah terkontaminasi.
- Makanan Cair Rumah Sakit Formula Standar
Dibuat dari campuran tepung, susu, telur , gula dan minyak
(TSTG) Formula rumah sakit ini biasa dipergunakan untuk
makanan per sonde. Makanan cair ini mudah dibuat, mudah
pemberiannya dan sedikit mengandung serat. Bisanya mempunyai
kepekatan 1 Kkal/cc
- Makanan Cair Rumah Sakit Formula Blender
Makanan Cair ini terbuat dari campuran berbagai makanan seperti
Jus Buah, Lauk pauk, kacang hijau dll yang kemudian diblender
dapat diberikan melalui oral maupun sonde
 Makanan Cair Formula Komersial (Buatan Pabrik)
- Polimerik
Untuk pasien dengan fungsi gastrointestinal normal atau hampir
normal. Contoh : Parenteral,Fresubin

22
- Pradigesti
Diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk Susu Elemental.
Diet mengandung asam amino,/peptida dan lemak medium chain
trygliserida (MCT) yang langsung diserap oleh usus (contoh :
Pepti 2000 dll. Digunakan untuk pasien dengan gangguan fungsi
saluran pencernaan.
- Diet Enteral Khusus
Misalnya Formula untuk Sirosis (Contoh Aminoleban, Falkamin
dll). Diabetes (contoh Diabetasol)
- Diet Enteral Tinggi Serat
(contoh : Indovita)
Formula Komersial tidak mudah terkontaminasi konsistensi dan
osmolaritas tetap tetapi rasa tidak enak dan mahal.

g) Jenis makanan / Nutrisi Enteral


1. Makanan / nutrisi enteral formula blenderized: Makanan ini dibuat
dari beberapa bahan makanan yang diracik dan dibuat sendiri
denganmenggunakan blender. Konsistensi larutan, kandungan zat gizi,
danosmolaritas dapat berubah pada setiap kali pembuatan dan
dapatterkontaminasi. Formula ini dapat diberikan melalui pipa sonde
yang agak besar, harganya relatif murah.
Contoh :
 Makanan cair tinggi energi dan tinggi protein (susu full
cream, susu rendahlaktosa, telur, glukosa, gula pasir, tepung
beras, sari buah).
 Makanan cair rendah laktosa (susu rendah laktosa, telur, gula
pasir, maizena).
 Makanan cair tanpa susu (telur, kacang hijau, wortel, jeruk).
 Makanan khusus (rendah protein untuk penyakit ginjal,
rendah purin untuk penyakit gout, diet diabetes).
2. Makanan / nutrisi enteral formula komersial: Formula komersial ini
berupa bubuk yang siap di cairkan atau berupa cairan yang dapat segera
diberikan. Nilai gizinya sesuai kebutuhan, konsistensi dan osmolaritasnya
tetap, dantidak mudah terkontaminasi.

23
Contoh:
 Polimerik : mengandung protein utuh untuk pasien dengan
fungsi saluran gastrointestinal normal atau hampir normal
(panenteral, fresubin)
 Pradigesti : diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk
susu elementar yang mengandung asam amino dan lemak
yang langsungdiserap usus untuk pasien dengan gangguan
fungsi saluran gastrointestinal
 Diet enteral khusus untuk sirosis (aminolebane EN,
falkamin), diabetes(diabetasol), gagal ginjal (nefrisol), tinggi
protein (peptisol)
 Diet enteral tinggi serat (indovita)

h) Cara memberikan nutrisi secara enteral


 Pada anak dengan gangguan pernapasan (fungsi pulmo tidak
adekuat),maka nutrisi yang diberikan sebaiknya tinggi lemak (50%)
serta rendahkarbohidrat. Pada penyakit hepar, sebaiknya menggunakan
sumber protein tinggi BCAA, asam amino rendah aromatik. Bila ada
ensefalopati hepatik, protein sebaiknya diberikan <0.5 g/kgBB/hari.
 Pada pasien dengan gangguan renal sebaiknya diberikan rendah
protein, padat kalori, rendah PO4, K, Mg. Pemberian protein dengan
menggunakan patokan GFR sebagai berikut: GFR >25: 0.6-0.7
g/kgBB/hari, bila GFR<25: 0.3 g/kgBB/hari.
Pemberian dukungan nutrisi enteral dapat dilakukan dengan empat
cara, yaitu bolus feeding, intermitten, siklik dan continuous drip feeding.
Pemberian bolus feeding dapat dilakukan di rumah sakit maupun di rumah,
sementara pemberiannutrisi enteral dengan menggunakan continuous drip
feeding diberikan pada penderita yang dirawat di rumah sakit.
1. Bolus feeding
Pemberian formula enteral dengan cara bolus feeding dapat
dilakukandengan menggunakan NGT/OGT, dan diberikan secara terbagi
setiap 3-4 jam sebanyak 250-350 ml.

24
Bolus feeding dengan formula isotonik dapatdimulai dengan
jumlah keseluruhan sesuai yang dibutuhkan sejak hari pertama,
sedangkan formula hipertonik dimulai setengah dari jumlah yang
dibutuhkan pada hari pertama. Pemberian formula enteral secara bolus
feeding sebaiknya diberikan dengan tenang, kurang lebih selama 15
menit,dan diikuti dengan pemberian air 25-60 ml untuk mencegah
dehidrasi hipertonik dan membilas sisa formula yang masih berada di
feeding tube. Formula yang tersisa pada sepanjang feeding tube dapat
menyumbat feeding tube, sedangkan yang tersisa pada Ujung feeding
tube dapat tersumbat akibat penggumpalan yang disebabkan oleh asam
lambung dan protein formula.
2. Intermitten
Pemberian secara drip gravitasi atau tetes seperti infus, 250-500 ml
selama setengah sampai 2 jam, 3-4 x perhari. Tidak dianjurkan untuk
duodenal dan jeunal.
3. Siklik
Diberikan selama 8-10 jam dengan pompa mekanis cocok untuk
pergastrit jeunal.
4. Continuous drip feeding
Pemberian formula enteral dengan cara continuous drip feeding
dilakukan dengan menggunakan infuse pump. Pemberian formula enteral
dengan cara ini diberikan dengan kecepatan 20-40 ml/jam dalam 8-12
jam pertama, ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan
toleransi anak. Volume formula yang diberikan ditingkatkan 25 ml setiap
8-12 jam,dengan pemberian maksimal 50-100 ml/jam selama 18-24 jam.
Pemberian formula enteral dengan osmolaritas isotonik (300 mOsm/kg
air) dapat diberikan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan, sedangkan
pemberian formula hipertonis (500 mOsm/kg air) harus dimulai dengan
memberikansetengah dari jumlah yang dibutuhkan. Pada kasus
pemberian formulayang tidak ditoleransi dengan baik, konsentrasi
formula yang diberikan dapat diturunkan terlebih dahulu dan selanjutnya
kembali ditingkatkan secara bertahap.

25
i) Rute Pemberian Nutrisi Enteral
Rute pemberian Nutrisi Enteral dan Alatnya Nutrisi enteral dapat
diberikan langsung melalui mulut (oral) atau melalui selang makanan bila
pasien tak dapat makan atau tidak boleh per oral.
Selang makanan yang ada yaitu:
1. Selang nasogastrik:
 Pemberian nutrisi melalui pipa penduga atau lambung
merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau
tidak mampu menelan dengan cara memberi makan melalui pipa
lambung atau pipa penduga.
 Selang nasogsatrik biasa yang terbuat dari plastic, karet,
dan polietilen. Ukuran selang ini bermacam-macam tergantung
kebutuhan. Selang ini hanya tahan dipakai maksimal 7 hari.
 Selang nasogastrik yang terbuat dari polivinil. Selang ini
berukuran 7 french, kecil sekali dapat mencegah terjadinya
aspirasi pneumonia makanan dan tidak terlalu mengganggu
pernapasan atau kenyamanan pasien. Selang ini tahan dipakai
maksimal 14 hari.
 Selang nasogastrik yang terbuat dari silicon. Ukuran selang
ini bermacam-macam tergantung kebutuhan. Selang ini
maksimal 6 minggu.
 Selang nasogastrik yang terbuat dari poliuretan. Selang ini
berukuran7 french dan dapat dipakai selama 6 bulan.
2. Selang Nasoduodenal / nasojejunal. Ukuran selang ini
bermacam/macam namun lebih panjang daripada selang nasogastrik.
3. Selang dan set untuk gastrotomi atau jejunostomi. Alat yang rutin
dipakai untuk pasien yang tidak dapat makan per oral atau terdapat
obstruksi esophagus /gaster.

26
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang diberikan
langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaan. Nutrisi
parenteral tidak bertujuan menggantikan kedudukan nutrisi enteral lewat usus
yang normal. Segera jika usus sudah berfungsi kembali, perlu segera dimulai
nasogastric feeding, dengan sediaan nutrisi enteral yang mudah dicerna.

Nutrisi parenteral dapat diberikan dengan aman jika megikuti pedoman


yang tepat. Karena tubuh penderita perlu waktu adapatasi terhadap perubahan
mekanisme baru maka selama penyesuaian tersebut jangan memberi beban yang
berlebihan.

Nutrisi parenteral tidak bertujuan menggantikan kedudukan nutrisi


enteral lewat usus yang normal. Segera jika usus sudah berfungsi kembali, perlu
segera dimulai nasogastric feeding, dengan sediaan nutrisi enteral yang mudah
dicerna. Nutrisi parenteral dapat diberikan dengan aman jika megikuti pedoman
diatas. Karena tubuh penderita perlu waktu adapatasi terhadap perubahan
mekanisme baru maka selama penyesuaian tersebut jangan memberi beban yang
berlebihan.

Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral. formula nutrisi diberikan
kepada pasien melalui tube kedalam lambung (gastric tube), nasogastric tube
(NGT), atau jejunum, dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa
mesin. Rute pemberian nutrisi secara enteral diantaranya melalui
nasogastric,transpilorik, perkutaneus.

27
Tujuan dari pemberian nutrisi secara enteral adalah untuk memberikan
asupan nutrisi yang adekuat pada pasien yang belum mampu menelan atau
absorbsi fungsi nutrisinya terganggu.

B. SARAN
Pada pemberian nutrisi parenteral dan enteral, lakukan pemantauan yang
tepat untuk menghindari komplikasi. Jika fungsi pencernaan pasien sudah normal
lebih baik mencoba untuk memberikan nutrisi secara oral.

28
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/18132220/Makalah_Pemberian_Nutrisi_Enteral
https://www.nutritioncare.org
fk.unsoed.ac.id

29

Anda mungkin juga menyukai