Anda di halaman 1dari 18

DASAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

KESEHATAN LINGKUNGAN
DAMPAK LIMBAH INDUSTRI TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP

MAKALAH

disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kesehatan Lingkungan

Oleh
Diana
S021908013

PROGAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengalaman beberapa negara berkembang khususnya negara-negara latin
yang gandrung memakai teknologi dalam industri yang ditransfer dari negara-
negara maju (core industry) untuk pembangunan ekonominya seringkali
berakibat pada terjadinya distorsi tujuan. Keadaan ini terjadi karena aspek-
aspek dasar dari manfaat teknologi bukannya dinikmati oleh negara importir,
tetapi memakmurkan negara pengekpor atau pembuat teknologi. Negara
pengadopsi hanya menjadi konsumen dan ladang pembuangan produk
teknologi karena tingginya tingkat ketergantungan akan suplai berbagai jenis
produk teknologi dan industri dari negara maju. Alasan umum yang digunakan
oleh negara-negara berkembang dalam mengadopsi teknologi (iptek) dan
industri, searah dengan pemikiran Alfin Toffler maupun John Naisbitt yang
menyebutkan bahwa untuk masuk dalam era globalisasi dalam ekonomi dan
era informasi harus melewati gelombang agraris dan industrialis. Hal ini
didukung oleh itikad pelaku pembangunan di negara-negara untuk beranjak
dari satu tahapan pembangunan ke tahapan pembangunan berikutnya.
Tetapi akibat tindakan penyesuaian yang harus dipenuhi dalam memenuhi
permintaan akan berbagai jenis sumber daya (resources), agar proses industri
dapat menghasilkan berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia, seringkali
harus mengorbankan ekologi dan lingkungan hidup manusia. Hal ini dapat kita
lihat dari pesatnya perkembangan berbagai industri yang dibangun dalam
rangka peningkatan pendapatan (devisa) negara dan pemenuhan berbagai
produk yang dibutuhkan oleh manusia.
Disamping itu, iptek dan teknologi dikembangkan dalam bidang antariksa
dan militer, menyebabkan terjadinya eksploitasi energi, sumber daya alam dan
lingkungan yang dilakukan untuk memenuhi berbagai produk yang dibutuhkan
oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari.
Gejala memanasnya bola bumi akibat efek rumah kaca (greenhouse effect)
akibat menipisnya lapisan ozone, menciutnya luas hutan tropis, dan meluasnya
gurun, serta melumernya lapisan es di Kutub Utara dan Selatan bumi dapat
dijadikan sebagai indikasi dari terjadinya pencemaran lingkungan karena
penggunaan energi dan berbagai bahan kimia secara tidak seimbang.
Selain itu, terdapat juga indikasi yang memperlihatkan tidak terkendalinya
polusi dan pencemaran lingkungan akibat banyak zat-zat buangan dan limbah
industri dan rumah tangga yang memperlihatkan ketidak-perdulian terhadap
lingkungan hidup. Akibat-akibat dari ketidak-perdulian terhadap lingkungan ini
tentu saja sangat merugikan manusia, yang dapat mendatangkan bencana bagi
kehidupan manusia. Oleh karena itu, masalah pencemaran lingkungan baik
oleh karena industri maupun konsumsi manusia, memerlukan suatu pola sikap
yang dapat dijadikan sebagai modal dalam mengelola dan menyiasati
permasalahan lingkungan.
Itikad penanganan dan pemecahan masalah lingkungan telah ditunjukkan
oleh pemerintah melalui Kantor Kementeri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
yang mempersyaratkan seluruh bentuk kegiatan industri harus memenuhi
ketentuan salah satu contohnya yaitu adanya program “Proper” (Program
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan).
Proper mendorong perusahaan berkontribusi dalam upaya pemanfaatan sumber
daya dan penurunan beban pencemaran. Tak hanya antara pemerintah dan
industry saja, Proper juga memberdayakan masyarakat untuk turut serta
memantau kelayakan industry tersebut dengan melihat warna-warna yang
mempresentasikan predikat industri. Warna emas, hijau dan biru menandakan
kualitas industry dalam pengelolaan limbah yang bagus, sedangkan warna
merah dan hitam menandakan kualitas yang buruk.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana dampak limbah industri terhadap lingkungan hidup?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui jenis-jenis limbah industry
2. Untuk mengetahui dampak limbah industri terhadap lingkungan hidup
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep-Konsep Untuk Memahami Masalah Lingkungan Dan


Pencemaran Oleh Industri
Seringkali ditemukan pernyataan yang menyamakan istilah ekologi
dan lingkungan hidup, karena permasalahannya yang bersamaan. Inti dari
permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup,
khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan
timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya di sebut ekologi.
Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan
semua benda, daya. keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya
manusia dengan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri
kehidupannya dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Dari definisi diatas tersirat bahwa makhluk hidup khususnya
merupakan pihak yang selalu memanfaatkan lingkungan hidupnya, baik
dalam hal respirasi, pemenuhan kebutuhan pangan, papan dan lain-lain.
Dan, manusia sebagai makhluk yang paling unggul di dalam
ekosistemnya, memiliki daya dalam mengkreasi dan mengkonsumsi
berbagai sumber-sumber daya alam bagi kebutuhan hidupnya.
Di alam terdapat berbagai sumber daya alam yang merupakan
komponen lingkungan yang sifatnya berbeda-beda, dimana dapat
digolongkan atas :
1. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable natural
resources)
2. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable
natural resources)
Berbagai sumber daya alam yang mempunyai sifat dan perilaku yang
beragam tersebut saling berinteraksi dalam bentuk yang berbeda-beda
pula. Sesuai dengan kepentingannya maka sumber daya alam dapat dibagi
atas; (1). fisiokimia seperti air, udara, tanah, dan sebagainya, (2). biologi,
seperti fauna, flora, habitat, dan sebagainya, dan (3). sosial ekonomi
seperti pendapatan, kesehatan, adat-istiadat, agama, dan lain-lain.
Interaksi dari elemen lingkungan yaitu antara yang tergolong hayati
dan non-hayati akan menentukan kelangsungan siklus ekosistem, yang
didalamnya didapati proses pergerakan energi dan hara (material) dalam
suatu sistem yang menandai adanya habitat, proses adaptasi dan evolusi.
Dalam memanipulasi lingkungan hidupnya, maka manusia harus
mampu mengenali sifat lingkungan hidup yang ditentukan oleh macam-
macam faktor. Berkaitan dengan pernyataan ini, Soemarwoto (1991: 50-
51) mengkategorikan sifat lingkungan hidup atas dasar:
1. Jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup
tersebut
2. Hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup
tersebut
3. Kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup
4. Faktor-faktor non-materiil, seperti cahaya dan kebisingan
Manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya, yang dapat
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya, membentuk
dan dibentuk oleh lingkungan hidupnya. Hubungan manusia dengan
lingkungan hidupnya adalah sirkuler, berarti jika terjadi perubahan pada
lingkungan hidupnya maka manusia akan terpengaruh.
Uraian ini dapat menjelaskan akibat yang ditimbulkan oleh adanya
pencemaran lingkungan, terutama terhadap kesehatan dan mutu hidup
manusia. Misalnya, akibat polusi asap kendaraan atau cerobong industri,
udara yang dipergunakan untuk bernafas oleh manusia yang tinggal di
lingkungan itu akan tercemar oleh gas CO (karbon monoksida). Berkaitan
dengan paparan ini, perlakuan manusia terhadap lingkungan akan
mempengaruhi mutu lingkungan hidupnya.
Batasan ini terasa sempit, bila dikaitkan dengan pengaruh elemen
lingkungan yang sifatnya tidak dikenali dan dirasakan, misalnya dampak
radiasi baik yang disebabkan oleh sinar ultraviolet atau limbah nuklir,
yang bersifat merugikan bagi kelangsungan hidup makhluk hidup.

B. Industri Dan Pencemaran Lingkungan


Jika kita ingin menyelamatkan lingkungan hidup, maka perlu adanya
itikad yang kuat dan kesamaan persepsi dalam pengelolaan lingkungan
hidup. Pengelolaan lingkungan hidup dapatlah diartikan sebagai usaha
secara sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar
kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.
Memang manusia memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungannya, secara hayati ataupun kultural, misalnya manusia dapat
menggunakan air yang tercemar dengan rekayasa teknologi (daur ulang)
berupa salinisasi, bahkan produknya dapat menjadi komoditas ekonomi.
Tetapi untuk mendapatkan mutu lingkungan hidup yang baik, agar dapat
dimanfaatkan secara optimal maka manusia diharuskan untuk mampu
memperkecil resiko kerusakan lingkungan.
Dengan demikian, pengelolaan lingkungan dilakukan bertujuan agar
manusia tetap "survival". Hakekatnya manusia telah "survival" sejak awal
peradaban hingga kini, tetapi peralihan dan revolusi besar yang melanda
umat manusia akibat kemajuan pembangunan, teknologi, iptek, dan
industri, serta revolusi sibernitika, menghantarkan manusia untuk tetap
mampu menggoreskan sejarah kehidupan, akibat relasi kemajuan yang
bersinggungan dengan lingkungan hidupnya. Karena jika tidak mampu
menghadapi berbagai tantangan yang muncul dari permasalahan
lingkungan, maka kemajuan yang telah dicapai terutama berkat ke-
magnitude-an teknologi akan mengancam kelangsungan hidup manusia.

C. Pengertian Limbah Industri


Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak
mempunyai nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan
yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B3,
yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi
berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumberdaya (Ginting,
2007). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah
akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), danada air
buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak
dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila
ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa
organik dan Senyawa anorganik.
Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.

D. Jenis-jenis limbah industri


Menurut Setiawan (2015), berdasarkan karakteristiknya limbah
industri dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen
pencemaranair pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan
buangan organik dan bahanbuangan anorganik.
2. Limbah padat.
3. Limbah gas dan partikel.
Proses pencemaran udara semua spesies kimia yang dimasukkanatau
masuk ke atmosfer yang “bersih” disebut kontaminan. Kontaminanpada
konsentrasi yang cukup tinggi dapat mengakibatkan efek negatifterhadap
penerima (receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebut cemaran
(pollutant).
Menurut Setiawan (2015), cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2
kategori menurut cara cemaran masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu:
cemaran primerdan cemaran sekunder.
1. Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung
dari sumber cemaran.
2. Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia
di atmosfer.
Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap
kendaraan bermotor, fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang
mengemisikan cemaran udara primer ke atmosfer. Ada 2 kategori sumber
antropogenik yaitu: sumber tetap (stationery source) seperti: pembangkit
energi listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah tangga,jasa,dan lain-lain
dan sumber bergerak (mobile source) seperti: truk, bus, pesawat terbang,
dan kereta api.
Lima pencemaran primer yang secara total memberikan sumbangan
lebih dari 90% pencemaran udara global adalah: Karbon monoksida (CO)
Nitrogen oksida (Nox), Hidrokarbon (HC). Sulfur oksida (SOx).
Partikulat. Ada beberapa pencemaran sekunder yang dapat
mengakibatkan dampak penting baik lokal,regional maupun global yaitu:
1. CO2 (karbon monoksida)
2. Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog)
3. Hujan asam
4. CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon)
5. CH4 (metana).

E. Dampak Limbah Industri


1. Dampak Industri dan Teknologi terhadap Lingkungan
Joseph Schumpeter (dalam Marchinelli dan Smelser,1990 :14-
20) mengisyaratkan tentang pentingnya inovasi dalam proses
pembangunan ekonomi disuatu negara. Dalam hal ini, pesatnya hasil
penemuan baru dapat dijadikan sebagaiukuran kemajuan
pembangunan ekonomi suatu bangsa. Dari berbagai tantangan yang
dihadapi dari perjalanan sejarah umat manusia, kiranya dapat ditarik
selalu benang merah yang dapat digunakan sebagai pegangan
mengapamanusia "survival" yaitu oleh karena teknologi.
Teknologi memberikan kemajuan bagi industri baja, industri
kapal laut,kereta api, industri mobil, yang memperkaya peradaban
manusia. Teknologi juga mampu menghasilkan sulfur dioksida,
karbon dioksida, CFC, dan gas-gas buangan lainyang mengancam
kelangsungan hidup manusia akibat memanasnya bumi akibat
efek"rumah kaca". Teknologi yang diandalkan sebagai instrumen
utama dalam "revolusi hijau" mampu meningkatkan hasil pertanian,
karena adanya bibit unggul, bermacam jenispupuk yang bersifat
suplemen, pestisida dan insektisida. Dibalik itu, teknologi yang sama
juga menghasilkan berbagai jenis racun yang berbahaya bagi manusia
dan lingkungannya, bahkan akibat rutinnya digunakan berbagi jenis
pestisida ataupun insektisida mampu memperkuat daya tahan hama
tananam misalnya wereng dan kutu loncat.
Teknologi juga memberi rasa aman dan kenyamanan bagi
manusia akibat mampu menyediakan berbagai kebutuhan seperti
tabung gas kebakaran, alat-alat pendingin (lemari es dan AC),
berbagai jenis aroma parfum dalam kemasan yang menawan, atau obat
anti nyamuk yang praktis untuk disemprotkan, dan
sebagainya.Serangkai dengan proses tersebut, ternyata CFC
(chlorofluorocarbon) dan tetrafluoro ethylene polymer yang digunakan
justru memiliki kontribusi bagi menipisnyalapisan ozone di stratosfer.
Teknologi memungkinkan negara-negara tropis (terutama
negara berkembang) untuk memanfaatkan kekayaan hutan alamnya
dalam rangka meningkatkan sumber devisa negaradan berbagai
pembiayaan pembangunan, tetapi akibat yang ditimbulkannya
merusak hutantropis sekaligus berbagai jenis tanaman berkhasiat obat
dan beragam jenis fauna yang langka.
Terlepas dari berbagai keberhasilan pembangunan yang
disumbangkan oleh teknologi dan sektor industri di Indonesia,
sesungguhnya telah terjadi kemerosotan sumberdaya alam dan
peningkatan pencemaran lingkungan, khususnya pada kota-kota yang
sedang berkembang seperti Gresik, Surabaya, Jakarta, Bandung
Lhokseumawe, Medan, dan sebagainya. Bahkan hampir seluruh
daerah di Jawa telah ikut mengalami peningkatan suhu udara,
sehingga banyak penduduk yang merasakan kegerahan walaupun di
daerah tersebut tergolong berhawa sejuk dan tidak pesat industrinya.
Kerusakan lingkungan akibat industrialisasi di beberapa kota
di Indonesia, yaitu: Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di
sekitar daerah-daerah industri. Konsentrasi bahan pencemar yang
berbahaya bagi kesehatan penduduk seperti merkuri, kadmium, timah
hitam, pestisida, pcb, meningkat tajam dalam kandungan air
permukaan dan biotaairnya.
Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim
kemarau, sedangkan di musim penghujan cenderung terjadi banjir
yang melanda banyak daerah yang berakibat merugikan akibatkondisi
ekosistemnya yang telah rusak. Temperatur udara maksimal dan
minimal sering berubah-ubah,bahkan temperatur tertinggi di beberapa
kola seperti Jakarta sudahmencapai 37 derajat celcius.
Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti
CO,NO2r SO2, dan debu. Sumber daya alam yang dimiliki bangsa
Indonesia terasa semakin menipis, seperti minyak bumi dan batu bara
yang diperkirakanakan habis pada tahun 2020.
Luas hutan Indonesia semakin sempit akibat tidak
terkendalinya perambahan yang disengaja atau oleh bencana
kebakaran. Kondisi hara tanah semakin tidak subur, dan lahan
pertanian semakin menyempit dan mengalami pencemaran.
Klasifikasi Pencemaran Lingkungan Masalah pencemaran
lingkungan hidup, secara teknis telah didefinisikan dalam UU No. 4
Tahun 1982, yakni masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, danatau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses
alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi
berfungsisesuai peruntukannya.
Dari definisi yang panjang tersebut, terdapat tiga unsur dalam
pencemaran, yaitu: sumber perubahan oleh kegiatan manusia atau
proses alam, bentuk perubahannya adalah berubahnya konsentrasi
suatu bahan (hidup/mati) pada lingkungan, dan merosotnya fungsi
lingkungan dalam menunjang kehidupan.
Pencemaran dapat diklasifikasikan dalam bermacam-macam
bentuk menurut pola pengelompokannya. Berkaitan dengan itu, Irianto
(2015), mengelompokkan pencemaran atas dasar :
1. Bahan pencemar yang menghasilkan bentuk pencemaran
biologis, kimiawi, fisik, danbudaya.
2. Pengelompokan menurut medium lingkungan menghasilkan
bentuk pencemaran udara,air, tanah, makanan, dan social.
3. Pengelompokan menurut sifat sumber menghasilkan
pencemaran dalam bentuk primerdan sekunder.
Namun apapun klasifikasi dari pencemaran lingkungan, pada
dasarnya terletakpada esensi kegiatan manusia yang mengakibatkan
terjadinya kerusakan yang merugikanmasyarakat banyak dan
lingkungan hidupnya.
Berkaitan dengan pernyataan tersebut, Irianto (2015), mencatat
kerusakan lingkungan akibat industrialisasi di beberapa kota di
Indonesia, yaitu:
1. Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-
daerah industri.
2. Konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan
penduduk seperti merkuri, kadmium, timah hitam, pestisida, pcb,
meningkat tajam dalam kandungan air permukaan dan biota
airnya.
3. Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim
kemarau, sedangkan di musim penghujan cenderung terjadi banjir
yang melanda banyak daerah yang berakibat merugikan akibat
kondisi ekosistemnya yang telah rusak.
4. Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah,
bahkan temperatur tertinggi di beberapa kola seperti Jakarta sudah
mencapai 37 derajat celcius.
5. Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO,
NO2r SO2, dan debu.
6. Sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia terasa semakin
menipis, seperti minyak bumi dan batu bara yang diperkirakan
akan habis pada tahun 2020.
7. Luas hutan Indonesia semakin sempit akibat tidak terkendalinya
perambahan yang disengaja atau oleh bencana kebakaran. Kondisi
hara tanah semakin tidak subur, dan lahan pertanian semakin
menyempit dan mengalami pencemaran.

F. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan Kesehatan


Dalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,
pada pasal 1 butir 1 disebutkan bahwa yang dimaksuddengan kesehatan
adalah keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa dansosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosialdan ekonomis.
Adapun derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor,yaitu :
1. Faktor Lingkungan
2. Faktor Perilaku
3. Faktor Pelayanan Kesehatan
4. Faktor Bawaan (Keturunan)
Dari keempat faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang
paling besar pengaruhnya dibandingkan dengan ketiga faktor yang lain.
Perilaku manusia yang tidak sehat, akan memperburuk kondisi
lingkungan dengan timbulnya “man made breeding places” bagi kuman
dan vektor penyakit maupun sumber pencemar yang dapat memajani
manusia. Selaras dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
bertambahnya jumlah penduduk dengan mobilitas yang cepat, sangat
berpengaruh terhadap kebutuhan manusia yang tidak hanya kebutuhan
dasar saja.
Dari kebutuhan dasar yang berupa makanan dan sandang sampai pada
kebutuhan materi sebagai hasil proses industri, memunculkan
kecenderungan semakin meningkatnya tempat / kegiatan yang juga
menghasilkan limbah berupa bahan berbahaya dan beracun bagi
kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Kondisi tersebut, bila
tidak terkendali akan menimbulkan masalah kesehatan yang semakin berat
dan luas dengan semakin tingginya angka kesakitan, baik karena penyakit
infeksi maupun non infeksi sebagai akibat dari pencemaran lingkungan
oleh bahan-bahan yang tidak diinginkan.
Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi transisi epidemiologik, yaitu
bergesernya pola penyakit yang sebelumnya didominasi oleh penyakit
infeksi, pada saat ini penyakit non infeksi antara lain hipertensi, jantung,
diabetes melitus, gangguan fungsi ginjal, kanker, lebih menonjol
dibanding tahun-tahun sebelumnya Limbah dan Masalahnya Karena
limbah dibuang ke lingkungan, maka masalah yang ditimbulkannya
merata dan menyebar di lingkungan yang luas. Limbah gas terbawa angin
dari satu tempat ke tempatlainnya.
Limbah cair atau padat yang dibuang ke sungai, dihanyutkan dari hulu
sampai jauh kehilir, melampaui batas-batas wilayah akhirnya bermuara di
laut atau danau, seolah-olah lautatau danau menjadi tong sampah. Limbah
bermasalah antara lain berasal dari kegiatanpemukiman, industri,
pertanian, pertambangan dan rekreasi.
Limbah pemukiman selain berupa limbah padat yaitu sampah rumah
tangga, juga berupa tinja dan limbah cair yang semuanya dapat
mencemari lingkungan perairan. Air yangtercemar akan menjadi sumber
penyakit menular. Limbah industri baik berupa gas, cair maupun padat
umumnya termasuk kategori atau dengan sifat limbah B3.
Kegiatan industri disamping bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan, ternyata juga menghasilkan limbah sebagai pencemar
lingkungan perairan,tanah, dan udara. Limbah cair, yang dibuang ke
perairan akan mengotori air yang dipergunakan untuk berbagai keperluan
dan mengganggu kehidupan biota air. Limbah padat akan mencemari
tanah dan sumber air tanah. Limbah gas yang dibuang ke udara pada
umumnya mengandung senyawa kimia berupa SOx, NOx, CO, dan gas-
gas lain yang tidak diinginkan.
Adanya SO2 dan NOx di udara dapat menyebabkan terjadinya hujan
asam yang dapat menimbulkan kerugian karena merusakbangunan,
ekosistem perairan, lahan pertanian dan hutan.Limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3) yang sangat ditakuti adalah limbah dari industrikimia.
Limbah dari industri kimia pada umumnya mengandung berbagai macam
unsur logam berat yang mempunyai sifat akumulatif dan beracun (toxic)
sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia.
Karena limbah industri pada umumnya bersifat sebagai bahan
berbahaya dan beracun (B3), maka substansi atau zat beracun
dilingkungan yang sangat menjadi perhatian ialah yang bersumber pada
kegiatan manusia yang dibuang ke lingkungan sebagai limbah. Limbah B3
diidentifikasi sebagai bahan kimia dengan satu ataul ebih karakteristik :
mudah meledak mudah terbakar bersifat reaktif Beracun penyebab infeksi
bersifat korosif.
Kenyataannya adalah bahwa yang paling merasakan dampak suatu
kegiatan adalah manusia, bagian dari makhluk hidup. Limbah B3 dari
kegiatan industri yang terbuang ke lingkungan akhirnya akan berdampak
pada kesehatan manusia. Dampak itu dapat langsung dari sumber ke
manusia, misalnya meminum air yang terkontaminasi atau melalui rantai
makanan, seperti memakan ikan yang telah menggandakan (biological
magnification) pencemar karenamemakan mangsa yang tercemar.
Mengatasi Limbah Pabrik Cara mengatasi limbah pabrik adalah :
Sebaiknya dalam mengeksploitasi sumber daya alam dan lingkungan yang
dilakukan olehdunia industri tidak hanya bertujuan meningkatkan
keuntungan ekonomi semata, haruspula diiringi dengan kemauan untuk
menyisihkan biaya bagi penelitian dan pemeliharaan lingkungan hidup.
Perlu dilibatkan masyarakat dalam pengawasan pengolahan limbah
buangan industri agar lebih intens dalam menjaga mutu lingkungan hidup.
Upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan adalah
upaya promotif, preventif, pengobatan dan pemulihan; dengan menitik
beratkan pada upaya promotif danpreventif.
Filosofi kesehatan yang menyatakan bahwa mencegah lebih mudah
dan murah dari pengobatan, sebaiknya dapat menjadi rujukan. Limbah B3
sebelum dibuang ke media lingkungan seharusnya diolah / ditreatment
lebih dulu. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan yang
berhubungan dengan masalah lingkungan hidup, antara lain yang
mengatur bahwa limbah yang dihasilkan oleh suatu kegiatan (misal :
industri) yang dibuang ke lingkungan (udara dan perairan) harus sesuai
dengan baku mutu lingkungan baik itu baku mutu untuk udara maupun
baku mutu untuk air.
Maksud dan tujuan peraturan tersebut adalah sebagai upaya
pencegahan agar dayadukung lingkungan dan daya tampung lingkungan
untuk kelangsungan hidup manusia dapat dipertahankan. Biaya yang
dikeluarkan dari pada untuk pengobatan atau pemulihan kesehatan lebih
baik untuk menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan
agarmanusia dapat tetap produktif dan dapat menikmati hidupnya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pembangunan yang mengandalkan teknologi dan industri dalam
mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi seringkali membawa
dampak negatif bagi lingkungan hidup manusia.
2. Pencemaran lingkungan akan menyebabkan menurunnya mutu
lingkungan hidup, sehingga akan mengancam kelangsungan makhluk
hidup, terutama ketenangan dan ketentraman hidup manusia.
3. Kemauan untuk saling menjaga kelestarian dan keseimbangan
lingkungan hidup merupakan itikad yang luhur dari dalam diri
manusia dalam memandang hakekat dirinya sebagai warga dunia.
B. Saran
1. Limbah industri harus ditangani dengan baik dan serius oleh
Pemerintah Daerah dimana wilayahnya terdapat industri.
2. Pemerintah harus mengawasi pembuangan limbah industri dengan
sungguh-sungguh.
3. Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran
lingkungan dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat
pencegahan pencemaran, melakukan proses daur ulang danyang
terpenting harus melakukan pengolahan limbah industri guna
menghilangkan bahan pencemaran ataupaling tidak meminimalkan
bahan pencemaran hingga batas yang diperbolehkan.
4. Perlu dilakukan penelitian atau kajian-kajian lebih banyak lagi
mengenai dampak limbah industri yang spesifik(sesuai jenis
industrinya) terhadap lingkungan serta mencari metode atau teknologi
tepat guna untuk pencegahan masalahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Amsyari, F. 2006. Membangun Lingkungan Sehat Menyambut Lima Puluh


Tahun Indonesia Merdeka. Airlangga University Press. Surabaya.
Ginting, Ir. Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah
Industri, Cetakan pertama. Bandung: Yrama Widya. Hal 37-200
Irianto ketur, 2015, Buku bahan ajar pencemaran lingkungan, Jakarta, PT.
Gramedia
Setiawan, R. 2015. Buku ajar kedokteran keluarga. Universitas
Muhammadiyah Semarang, Semarang
Shalahuddin Djalal Tanjung. 2012 Toksikologi Lingkungan. Pusat Studi
LingkunganHidup. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta,

Anda mungkin juga menyukai