Anda di halaman 1dari 8

Nama : Harapan Dwi Putra

NIM : 181440117

Mata Kuliah : Keperawatan Gadar dan Maben

BENCANA DAN KEJADIAN LUAR BIASA

A. Konsep Bencana Dan Kejadian Luar Biasa


Bencana adalah suatu kejadian, yang disebabkan oleh alam atau karena ulah
manusia, terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga menyebabkan
hilangnya jiwa manusia, harta benda dan kerusakan lingkungan, kejadian ini terjadi
diluar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya.
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 1 angka 1 : Bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh factor alam
dan/atau non-alam maupun factor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan,kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1501/MENKES/PER/X/2010, Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan
yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
Selain itu, Mentri Kesehatan RI (2010) membatasi pengertian wabah sebagai
berikut: “Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang
jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim
pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka”.
Istilah wabah dan KLB memiliki persamaan, yaitu peningkatan kasus yang
melebihi situasi yang lazim atau normal, namun wabah memiliki konotasi keadaan
yang sudah kritis, gawat atau berbahaya, melibatkan populasi yang banyak pada
wilayah yang lebih luas. 
B. Tipe Bencana
Bencana terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami seperti banjir,
genangan, gempa bumi, gunung meletus, badai, kekeringan, wabah dan lainnya
2. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena
perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran,
huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, gangguan komunikasi, gangguan
transportasi dan lainnya

Berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari:

1. Bencana Lokal 
Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang
berdekatan.Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-bangunan
disekitarnya.Biasanya adalah karena akibat factor manusia seperti kebakaran,
ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan lainnya.
2. Bencana Regional 
Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang
cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam seperti badai, banjir, letusan
gunung, tornado dan lainnya. Bencana alam dapat dibagi menjadi beberapa
kategori, yaitu bencana alam yang bersifat meteorologis, bencana alam yang
bersifat geologis, wabah dan bencana ruang angkasa.Adapun pendapat lainnya,
bencana alam dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu bencana alam yang
bersifat meteorologist, bencana alam yang bersifat geologis, wabah dan bencana
ruang angkasa.

C. Fase-Fase Dalam Bencana


1. Pra-dampak: dimulai sejak awitan bencana, jika kejadian ini sudah diketahui
terlebih dahulu. Fase pra-dampak didefinisikan sebagai periode yang pada saat itu
kita mengantisipasi dan diperingatkan.
2. Dampak: periode selama bencana terjadi, berlanjut hingga dimulainya fase paska
dampak. Fase ini juga dikenal sebagai penyelamatan. Pada saat ini pengkajian
penting harus dilakukan yaitu mengevaluasi besarnya kerugian, identifikasi sumber
daya yang ada, dan merencanakan penyelamatan korban. Fase ini bisa berlangsung
singkat.
3. Paska-dampak: disebut fase pemulihan. Selama fase ini, besarnya kerugian sudah
dievaluasi dan penyelamatan korban telah selesai dilaksanakan, kerusakn lebih
lanjut sudah diminimalka.Fase ini dapat menjadi fase yang paling lama.

D. Faktor-Faktor Yang Memperburuk Bencana


1. Kemiskinan
2. Pertumbuhan penduduk
3. Urbanisasi yang cepat
4. Kerusakan lingkungan
5. Kurangnya kesadaran akan informasi

E. Mitigasi
Mitigasi ialah tindakan-tindakan yang memfokuskan perhatian pada
pengurangan dampak dari ancaman, sehingga dengan demikian mengurangi
kemungkinan dampak negatif pencegahan ialah langkah-langkah yang dilakukan
untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi secara drastis akibat dari ancaman
melalui pengendalian dan pengubahsuaian fisik dan lingkungan. Tindakan-tindakan
ini bertujuan untuk menekan penyebab ancaman dengan cara mengurangi tekanan,
mengatur dan menyebarkan energi atau material ke wilayah yang lebih luas atau
melalui waktu yang lebih panjang (Smith, 1992). Kejadian bencana terhadap
kehidupan dengan cara-cara alternatif yang lebih dapat diterima secara ekologi
(Carter, 1991). Kegiatan-kegiatan mitigasi termasuk tindakan-tindakan non-rekayasa
seperti upaya-upaya peraturan dan pengaturan, pemberian sangsi dan penghargaan
untuk mendorong perilaku yang lebih tepat, dan upaya-upaya penyuluhan dan
penyediaan informasi untuk memungkinkan orang mengambil keputusan yang
berkesadaran. Upaya-upaya rekayasa termasuk pananaman modal untuk bangunan
struktur tahan ancaman bencana dan/atau perbaikan struktur yang sudah ada supaya
lebih tahan ancaman bencana (Smith, 1992).
Mitigasi bencana yang efektif harus memiliki tiga unsur utama, yaitu penilaian
bahaya, peringatan dan persiapan.
1. Penilaian bahaya (hazard assessment), diperlukan untuk mengidentifikasi populasi
dan aset yang terancam, serta tingkat ancaman. Penilaian ini memerlukan
pengetahuan tentang karakteristik sumber bencana, probabilitas kejadian bencana,
serta data kejadian bencana di masa lalu. Tahapan ini menghasilkan Peta Potensi
Bencana yang sangat penting untuk merancang kedua unsur mitigasi lainnya.
2. Peringatan (warning), diperlukan untuk memberi peringatan kepada masyarakat
tentang bencana yang akan mengancam (seperti bahaya tsunami yang diakibatkan
oleh gempa bumi, aliran lahar akibat letusan gunung berapi, dan sebagainya).
Sistem peringatan didasarkan pada data bencana yang 185 terjadi sebagai
peringatan dini serta menggunakan berbagai saluran komunikasi untuk
memberikan pesan kepada pihak yang berwenang maupun masyarakat. Peringatan
terhadap bencana yang akan mengancam harus dapat dilakukan secara cepat, tepat
dan dipercaya.
3. Persiapan (preparedness), kegiatan kategori ini tergantung kepada unsur mitigasi
sebelumnya (penilaian bahaya dan peringatan), yang membutuhkan pengetahuan
tentang daerah yang kemungkinan terkena bencana dan pengetahuan tentang
sistem peringatan untuk mengetahui kapan harus melakukan evakuasi dan kapan
saatnya kembali ketika situasi telah aman. Tingkat kepedulian masyarakat dan
pemerintah daerah serta pemahamannya sangat penting pada tahapan ini untuk
dapat menentukan langkah yang diperlukan untuk mengurangi dampak akibat
bencana. Selain itu, jenis persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang
menempatkan lokasi fasilitas umum dan fasilitas sosial di luar zona bahaya
bencana (mitigasi non struktur), serta usaha keteknikan untuk membangun
struktur yang aman terhadap bencana dan melindungi struktur akan bencana
(mitigasi struktur).

F. Penanganan Bencana Dan Kejadian Luar Biasa


1. Upaya kesiapsiagaan atau fase pra bencana dilakukan pada saat bencana mulai
teridentifikasi akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain:
a. Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya.
b. Pelatihan siaga/simulasi/gladi/teknis bagi setiap sektor penanggulangan bencana
(SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum).
c. Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan
d. Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
e. Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna
mendukung tugas kebencanaan.
f. Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini (early warning)
g. Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)
h. Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan)
2. Fase bencana/tindakan adalah fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat yang
nyata untuk menjaga diri sendiri atau harta kekayaan. Aktivitas yang dilakukan
secara kongkret yaitu: instruksi pengungsian, pencarian dan penyelamatan korban,
menjamin keamanan di lokasi bencana, pengkajian terhadap kerugian akibat
bencana, pembagian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi darurat,
pengiriman dan penyerahan barang material, menyediakan tempat pengungsian,
dan lain-lain.
3. Fase pasca bencana
a. Perbaikan lingkungan daerah bencana
b. Perbaikan prasarana dan sarana umum
c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
d. Pemulihan sosial psikologis
e. Pelayanan kesehatan
f. Rekonsiliasi dan resolusi konflik
g. Pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya
h. Pemulihan keamanan dan ketertiban
i. Pemulihan fungsi pemerintahan
j. Pemulihan fungsi pelayanan publik
PEMAHAMAN DAN PENYELESAIAN KASUS

Kota Papin secara geografis terletak di tepi Samudra Hindia dan juga dikelilingi
pegunungan. Akses menuju kota Papin harus melewati pegunungan dan laut. Mayoritas
penduduknya adalah nelayan dengan jumlah penduduk 1.741 jiwa. Dengan keindahan
pantainya maka banyak terdapat resort pariwisata di kota papin. Fasilitas medis dikota papin
hanya ada 1 yaitu puskesmas yang terletak 7 km dari pelabuhan di daerah pegunungan. Pihak
pemeintah sudah menginformasikan ke warga kota papin bahwa secara geografis kota papin
rawan terdampak tsunami karena 24 km dari bibir pantai kota papin terdapat gunung api aktif
yang bernama gunung “nurha” pemerintah secara aktif telah melakukan tindakan preventif
promosi tindakan yang harus dilakukan jika terjadi tanda-tanda terjadi tsunami kepada
warganya akan tetapi setiap kegiatan tersebut diadakan segelintir warga yang datang karena
warga tidak antusias terhadap acara tersebut.

Pada suatu ketika di dini hari 02.47 terjadi letusan gunung nurha. Aldi merupakan
seorang satpam sebuah resort yang selalu aktif mengikuti acara penyuluhan tentang tsunami,
melihat adanya tanda-tanda akan terjadinya tsunami seperti air laut yang mendadak menyurut
secara drastis. Oleh kerana itu aldi segera mengingatkan seluruh warga kota papin
menggunakan toa masjid dan meminta bantuan teman-temanya mengingatkan warga untuk
segera mengungsi ke pegunungan karena tsunami akan terjadi.

Tepat pukul 03.47 terjadi gelombang tsunami pertama setinggi 5 m menghantam kota
papin. Pada pukul 03.40 terjadi gelombang stunami kedua setinggi 8m. Aldi selain
mengingatkan warga untuk mengungsi dia juga menguhubungi basarnas bahawa telah tejadi
letusan gunung nurha dan akan terjadi tsunami di kota papin. Berkat jasa aldi korban tsunami
bisa diminimalisir. Dari data basarnas jumlah korban adalah 431 orang, korban hilang 29
orang, korban luka berat 74 orang, korban luka ringan 24 orang, dan sisa nya selamat. Naas
bagi aldi, dia meninggal karena tenggelam di air gelombang tsunami. Dia mengutamakan
keselamatan warga papin. Basarnas dan BNPB dibantu TNI POLRI dan warga sekitar serta
relawan segera melakukan evakuasi kepada warga yang menjadi korban tsunami. Puskesmas
kota papin tidak sanggup untuk merawat korban karena keterbatsan fasilitas sehingga korban-
korban dirujuk ke fasilitas pelayanan terdekat.
Pemahaman Kasus

A. Konsep bencana dan kejadian luar biasa


Pada kasus ini yang terjadi merupakan sebuah bencana karena kejadian ini disebabkan
oleh alam secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga menyebabkan hilangnya jiwa
manusia, harta benda dan kerusakan lingkungan, kejadian ini terjadi diluar
kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya.

B. Tipe bencana
Kejadian yang di alami kota papin termasuk ke dalam tipe bencana alam yang
merupakan kejadian alami yaitu tsunami dan gunung meletus. Dan berdasarkan
cangkupan wilayahnya termasuk kedalam bencana regional, karena berdampak dan
berpengaruh pada area geografis yang cukup luas yang disebabkan oleh gunung
meletus dan tsunami.

C. Fase-fase bencana
1. Pra-dampak, pada kasus ini aldi berperan besar dalam hal mengidentifikasi tanda-
tanda akan terjadinya tsunami dan berhasil memperingatkan warga akan terjadi
bencana serta mengantisipsi dan menyarankan warga untuk mengungsi serta
meminta bantuan kepada basarnas.
2. Dampak , disini aldi telah menginstruksi warga kota papin untuk mengungsi dan
selanjutnya Basarnas dan BNPB dibantu TNI POLRI dan warga sekitar serta
relawan segera melakukan evakuasi kepada warga yang menjadi korban tsunami.
3. Paska dampak, dalam kasus ini paska dampak terjadinya bencana ini merupakan
fase pemulihan wilayah. Akan tetapi pada kasus ini tidak tercantum fase
pemulihan wilayahnya. Pada kasus ini terdapat ketidaksanggupan fasilitias
kesehatan yaitu puskesmas menangani korban bencana karena keterbatasan
fasilitas.

D. Faktor-faktor yang memperburuk bencana


Pada kasus ini, faktor yang memperburuk bencana adalah kurrang nya kesadaran akan
informasi, terbukti pada tidakan warga yang hanya segelintir warga yang datang
ketika diadakan acara penyuluhan untuk mengidentifikasi tanda-tanda terjadi tsunami.
E. Mitigasi
Dalam kasus ini, pememrintah telah melakukan tindakan preventif promosi tindakan
yang harus dilakukan jika terjadi tanda-tanda terjadi tsunami kepada warganya.
Dalam hal ini pemerintah juga telah melakukan beberapa unsur mitigasi yang efektif
yang pertama adalah hazard assessment (penilaian bahaya) yaitu dengan
mengidentifikasi letak dan juga geografis kota papin, sumebr bencana atau bahaya,
dan juga potensi terjadi bahaya atau bencana. Selajutnya juga pemerintah telah
melakukan unsur peringatan dimana pemeirntah telah memnginformasikan kepada
warga nya mengenai potensi terjadinya bencana. Akan tetapi pemerinta belum
melakukan unsur persiapan yaitu fasilitas atau pelayanan kesehatan yang memadai.
Kota papin hanya memiliki 1 pelayanan kesehatna yaitu puskesmas padahal dengan
potensi bencana yang besar seharusnya lebih banyak fasilitas kesehatan yang ada di
daesrah tersebut.

F. Penangan bencana dan kejadian luar biasa


Pada kasus ini fase pra bencana telah dilakukan yaitu memberikan pelatihan dan juga
informasi menganai geografis dan cara mengdentifikasi terjadi bencana. Dan fase
bencananya tim penyelamat dengan di bantu warga dan relawan telah melakukan
evakuasi serta penyelamatan setelah terjadinya encara. Akan tetapi pada masa
pemulihan tidak tercantum dalam kasus, masa paska bencana adalah masa pemulihan
yandi lakukan untuk memulihkan kembali daerah yang terkena bencana menjadi
seperti semula.

Anda mungkin juga menyukai