Nama;M.Rifqi.Abdurrahman
Kelas:x iis 4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat-
Nya yang telah memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada saya sehingga
makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
May 10 2020
M.rifqi abdurrahman
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR
ISI ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................... 1
C. Sasaran ............................................................................... 2
BAB II PERMASALAHAN
A. Pengertian Tawuran ........................................................... 4
B. Faktor – faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Tawuran.. 4
C. Contoh Kasus Tawuran Antar Pelajar ............................... 6
D. Cara Mencegah Tawuran Antar Pelajar ............................. 8
E. Penjelasan Materi Makalah dengan menggunakan Analisis Swot 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 11
B. Rekomendasi ..................................................................... 11
lampiran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini
terbukti dengan terjadinya peristiwa – peristiwa tawuran para pelajar yang saat ini
sedang maraknya terjadi. Tawuran saat ini juga sudah menjadi hal yang biasa bagi
masyarakat.
Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota – kota besar di
Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di bahas. Perilaku
pelajar yang anarkis berasal dari banyak faktor yang mempengaruhi baik faktor
internal ataupun eksternal.
Perlikau tawuran pelajar bukan hanya mengakibatkan kerugian harta
benda atau korban cidera tetapi bisa sampai merenggut nyawa orang lain. Di mata
mereka nyawa tidak ada harganya, bahkan mereka merasa bangga jika berhasil
membunuh pelajar sekolah lain yang mereka anggap musuh mereka.
Beberapa minggu yang lalu siswa SMAN 6 Jakarta meninggal dunia
karena terbacok oleh siswa SMAN 70 Jakarta. Apakah ini hasil dari pendidikan
untuk bangsa kita?
Oleh karena itu , dalam makalah ini saya akan membahas secara
keseluruhan tentang aksi tawuran pelajar. Karena jika hal ini terus dibiarkan maka
bangsa kita akan semakin hancur, hapuslah kekerasan dalam citra bangsa kita.
B. Tujuan :
Karya tulis ini bertujuan agar para pelajar menyadari bahwa tindakan
asusila tawuran adalah tindakan yang sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang
pelajar.
Memajukan bangsa kita agar lebih baik dari bangsa lain dengan cara
mencetak prestasi – prestasi yang membanggakan. Mengahapus tindakan
kekerasan pada jiwa seseorang yang menimbulkan dampak negatif untuk orang
lain ataupun dirinya sendiri.
Berharap supaya kita semua saling bekerjasama untuk meningkatkan
kualitas pendidikan bangsa Indonesia, merubah sistem pendidikan yang lebih
baim agar siswa – siswi merasa nyaman belajar di sekolah.
Sehingga para pelajar setiap harnya selalu bersemangat untuk menimba
ilmu pengetahuan di sekolahnya masing – masing.
C. Sasaran :
Pelajar
Para pelajar harus memahami bahwa masa depan yang cerah ada di tangan kita
sendiri. Jika kita ingin menjadi orang yang sukses.
Orang tua
Para pelajar yang sering melakukan tindakan asusila biasanya karena pelajar yang
sering menghadapi konflik di keluarganya. Seperti , kurang perhatian dari kedua
orang tuanya, sikap orang tua yang selalu menyelesaikan masalah dengan
tindakan kekerasan menyebabkan pola pikir anak menjadi tidak baik. Sehingga
anak melampiaskannya kepada orang lain dan selalu menyelesaikan masalah
dengan emosi atau tindakan yang kasar.
Pemerintah
Pemerintah seharusnya memberikan ketegasan dalam masalah hukum untuk para
pelajar yang melakukan tindakan tawuran. Memberikan hukuman yang sesuai
dengan apa yang sudah mereka lakukan supaya mereka merasa jera dan tidak
mengulangi perbuatannya lagi.
Pihak Kepolisian
Kepolisian harus selalu mengawasi di setiap sekolah yang rawan terjadi tawuran.
Jangan sampai harus terjatuh korban terlebih dahulu, baru polisi muncul dan
bertugas menyelesaikan kasus tersebut.
Guru atau Pihak Sekolah
Pihak sekolah beserta guru – guru harus memberikan tekhnik pengajaran yang
kreatif, yang membuat siswa merasa nyaman di lingkungan sekolah. Menghapus
tindakan kekerasan guru terhadap murid yang terjadi di sekolah. Selalu
memberikan reward untuk siswa – siswi yang berprestasi. Mengadakan kegiatan
yang lebih bermanfaat di waktu senggang setelah sekolah.
BAB II
PERMASALAHAN
A. Pengertian Tawuran
Tawuran merupakan suatu kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan
yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat.
2. Faktor keluarga
Jika keluarga tidak bahagia, bahkan ada kekerasan dalam rumah
tangga akan berdampak pada mental psikologis anak. Secara tidak langsung,
remaja akan meniru pola yang ia lihat di dalam keluarganya. Anak yang
terlalu dilindungi orangtuanya (dimanja) juga akan sama saja. Saat
bergabung dalam kelompok sosialnya di sekolah, ia akan menyerahkan diri
secara total tanpa memiliki kepribadian dan prinsip yang kuat.
Penyesuaian emosional yang kurang memadai ditambah dengan
kelompok sosial yang tidak benar semakin memungkinkan terjadinya tawuran
antar pelajar.
3. Faktor sekolah
Kebosanan di dalam ruang belajar mengajar seperti tindak belajar
mengajar yang monoton, tidak mengijinkan siswa untuk bertindak kreatif,
terlalu mengekang dan otoriter juga menjadi pengaruh. Sebagian besar hidup
remaja juga dihabiskan di sekolah, tempat ia belajar sekaligus
mengekspresikan dirinya. Tak heran jika sekolah sering disebut sebagai
rumah kedua.
Siswa yang bosan akan memilih untuk bersenang-senang di luar
sekolah. Guru sekolah dinilai sebagai pihak otoriter yang gemar menghukum
siswanya ketimbang mendidik dalam arti yang sebenarnya.
4. Faktor lingkungan
Faktor ini jauh lebih luas daripada lingkungan rumah remaja.
Lingkungan ini juga berbicara sekolah, media televisi, media cetak dan
ketidakpuasan atas negara atau fasilitas negara. Jika diruntut dari faktor
lingkungan, media-media dan teladan pemerintah juga menjadi sorotan atas
tawuran pelajar.
Masih ingat dengan kasus perkelahian dewan yang terhormat? Media
yang menampilkan dan oknum yang berbuat juga bisa dipersalahkan karena
memberi teladan yang buruk.
Rasa solidaritas yang diberikan remaja, seringkali berada di jalur yang
salah. Sebaiknya perlu ditekankan ulang akan pentingnya mengendalikan
rasa solidaritas dengan akal pikiran sehat dan jiwa toleransi antar manusia
yang tinggi. Solidaritas tidak selalu ikut-ikutan dalam hal buruk.
Berdamai
Kasus kekerasan antarsiswa termasuk tawuran antarsekolah dan kekerasan
senior terhadap yuniornya sering terjadi di Jakarta. Kasus yang terakhir terkuak
adalah kekerasan di SMAN 82, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi mengatakan,
meski alot, akhirnya mediasi antara pelaku, korban, dan keluarga sepakat tidak
meneruskan kasus ke pengadilan.
Awalnya, orangtua Ade Fauzan Mahfuza, Marlin Anggraini, berkeras
menuntut pelaku diproses hukum. Ade yang menjadi korban kekerasan seniornya
kemudian pindah sekolah.
”Sanksi harus diberikan bagi yang salah. Namun, karena menyangkut
masa depan anak yang masih bisa diperbaiki, keputusan penghentian kasus ini
sangat bijaksana,” tutur Seto.
Menurut Seto, kasus kekerasan di SMAN 82 sudah berlangsung lama.
Kekerasan ini baru terungkap saat Ade, siswa kelas I dihajar seniornya pada awal
November lalu dan harus dirawat selama sepekan di Rumah Sakit Pusat
Pertamina.
Agar tidak terulang, Seto menegaskan perlunya konsultasi psikologi rutin
bagi korban ataupun pelaku dan bagi siswa sekolah yang memiliki tradisi
bullying. Kasus bullying di Jakarta yang terungkap sejak 2007 memang selalu
berakhir damai. Hanya kasus penganiayaan siswa yunior kelas X SMA 34, yaitu
Muhammad Fadhil Harkaputra Sirath (15), tahun 2008, yang berakhir di
persidangan. Lima pelaku siswa kelas XII dihukum penjara 45 hari. (ART/NEL)
Tawuran SMA 6 dan 70, Kepala Dinas Pendidikan DKI Tak Ditegur
Satu pelajar tewas dan dua lainnya terluka akibat tawuran kemarin.
Selasa, 25 September 2012, 11:42
VIVAnews - Tawuran pelajar SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta kembali
terjadi. Satu pelajar dari SMAN 6, Alawi Yusianto Putra, tewas. Dua temannya,
Dimas dan Faruq, terluka.
Tawuran pelajar dari kedua sekolah ini bukan yang pertama. Sebelumnya,
pelajar kedua sekolah beberapa kali terlibat tawuran.
Meski bentrokan pelajar ini sering terjadi, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan merasa tidak perlu menegur Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
Kemendikbud juga tak menegur kepala sekolah kedua SMA itu.
"Kami rasa tidak perlu menegur, mereka bukan pelaku tawuran," kata Kepala
Pusat Informasi dan Humas Kemendikbud, Ibnu Hamad saat berbincang
dengan VIVAnews, Selasa 25 September 2012.
Menurut Ibnu, saat ini yang paling penting bukan menegur dan saling
menyalahkan. "Yang paling penting bagaimana kepala dinas mengkoordinasikan
jangan sampai kejadian serupa terjadi lagi," katanya.
Ibnu sendiri mengakui bahwa Kemendikbud belum memiliki kajian
khusus untuk mengatasi tawuran antara pelajar SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta
ini. Meskipun tawuran pelajar kedua sekolah yang berdekatan ini terjadi beberapa
kali.
A. Kesimpulan
1. Tawuran pelajar adalah tindakan kriminal yang biasa terjadi di kota – kota besar
di Indonesia, yang biasa terjadi karena di dasari alasan solidaritas sesama teman.
2. Sekolah , lingkungan , orang tua , dan pemerintah merupakan peran yang paling
utama dan harus bertanggung jawab serta bekerjasama dengan baik untuk
menanggulangi permasalahan ini.
3. Para pelajar juga harus menyadari bahwa kita sebagai generasi muda diwajibkan
untuk saling bahu membahu mengisi kemerdekaan, memajukan bangsa kita.
Membuat prestasi yang bisa mengharumkan nama bangsa , agar mereka tidak
melakukan tindakan asusila seperti tawuran.
4. Kepribadian setiap insan manusia pada dasarnya dalah sosok yang berbudi mulia.
Hanya saja karena adanya faktor – faktor internal ataupun eksternal, yang
,membuat pribadi manusia mengalami proses perubahan. Dan dari proses
perubahan tersebut dapat mengarah ke dampak yang positif atau negatif.
B. Rekomendasi
1. Peningkatan kasus tawuran pelajar membuat KPAI ( Komisi Perlindungan Anak
Indonesia ) menyatakan untuk segera mewujudkan “Sekolah Ramah Anak” , agar
tidak semakin merajalela kasus tawuran pelajar ini.
2. Memberi kesempatan pada para remaja untuk beremansipasi dengan cara yang
baik dan sehat.
3. Memberi kesempatan kepada para pelajar untuk mengembangkan bakatnya
masing – masing, sebagai kegiatan untuk mengisi waktu luang dengan hal yang
positif setelah kegiatan belajar di sekolah usai.
4. Memberikan reward ( penghargaan ) terhadap siswa-siswi yang berprestasi. Agar
memacu murid lain untuk mencetak prestasi yang jauh lebih baik lagi.
lampiran
DAFTAR PUSTAKA
Shvoong.com
Kompas.com
VIVA.news.com
Tutorialto.com
Okezone.com
Metronews.viva.co.id