Anda di halaman 1dari 14

Makalah Tentang Tawuran Pelajar

Nama;M.Rifqi.Abdurrahman

Kelas:x iis 4

SMA SULUH JAKARTA

Jalan Palapa Raya 1 Pasar minggu,Jakarta selatan

Tahun Ajaran 2019/2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat-
Nya yang telah memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada saya sehingga
makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Berikut ini akan saya persembahkan sebuah makalah yang berjudul “


Perilaku Sosial Tawuran antara Kelompok Pelajar “untuk mengumpulkan tugas
sosiologi yang di berikan dari pak rifqi aziz. .

Saya menyadari sekali bahwa makalah ini jauh dari ketidaksempurnaan


baik dari segi bentuk penyusunannya ataupun secara keseluruhannya. Apabila
terdapat salah penulisan dalam makalah ini saya mohon maaf yang sebesarnya
karena saya juga masih dalam tahap belajar.

Dengan demikian, saya ingin mengucapkan terimakasih untuk para


pembaca yang telah ,membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat yang baik untuk kita semua.

May 10 2020

M.rifqi abdurrahman
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................         i
DAFTAR
ISI       ............................................................................................        ii

BAB I          PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang ...................................................................        1
B.     Tujuan  ...............................................................................        1
C.     Sasaran ...............................................................................        2

BAB II         PERMASALAHAN
A.     Pengertian Tawuran ...........................................................        4
B.     Faktor – faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Tawuran..        4
C.     Contoh Kasus Tawuran Antar Pelajar ...............................        6
D.     Cara Mencegah Tawuran Antar Pelajar .............................        8
E.      Penjelasan Materi Makalah dengan menggunakan Analisis Swot                        9

BAB III       PENUTUP
A.     Kesimpulan ........................................................................      11
B.     Rekomendasi .....................................................................      11
lampiran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini
terbukti dengan terjadinya peristiwa – peristiwa tawuran para pelajar yang saat ini
sedang maraknya terjadi. Tawuran saat ini juga sudah menjadi hal yang biasa bagi
masyarakat.
Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota – kota besar di
Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di bahas. Perilaku
pelajar yang anarkis berasal dari banyak faktor yang mempengaruhi baik faktor
internal ataupun eksternal.
Perlikau tawuran pelajar bukan hanya mengakibatkan kerugian harta
benda atau korban cidera tetapi bisa sampai merenggut nyawa orang lain. Di mata
mereka nyawa tidak ada harganya, bahkan mereka merasa bangga jika berhasil
membunuh pelajar sekolah lain yang mereka anggap musuh mereka.
Beberapa minggu yang lalu siswa SMAN 6 Jakarta meninggal dunia
karena terbacok oleh siswa SMAN 70 Jakarta. Apakah ini hasil dari pendidikan
untuk bangsa kita?
Oleh karena itu , dalam makalah ini saya akan membahas secara
keseluruhan tentang aksi tawuran pelajar. Karena jika hal ini terus dibiarkan maka
bangsa kita akan semakin hancur, hapuslah kekerasan dalam citra bangsa kita.

B.     Tujuan :
Karya tulis ini bertujuan agar para pelajar menyadari bahwa tindakan
asusila tawuran adalah tindakan yang sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang
pelajar.
Memajukan bangsa kita agar lebih baik dari bangsa lain dengan cara
mencetak prestasi – prestasi yang membanggakan. Mengahapus tindakan
kekerasan pada jiwa seseorang yang menimbulkan dampak negatif untuk orang
lain ataupun dirinya sendiri.
Berharap supaya kita semua saling bekerjasama untuk meningkatkan
kualitas pendidikan bangsa Indonesia, merubah sistem pendidikan yang lebih
baim agar siswa – siswi merasa nyaman belajar di sekolah.
Sehingga para pelajar setiap harnya selalu bersemangat untuk menimba
ilmu pengetahuan di sekolahnya masing – masing.
C.    Sasaran :
Pelajar
Para pelajar harus memahami bahwa masa depan yang cerah ada di tangan kita
sendiri. Jika    kita ingin menjadi orang yang sukses.

Orang tua
Para pelajar yang sering melakukan tindakan asusila biasanya karena pelajar yang
sering menghadapi konflik di keluarganya. Seperti , kurang perhatian dari kedua
orang tuanya, sikap orang tua yang selalu menyelesaikan masalah dengan
tindakan kekerasan menyebabkan pola pikir anak menjadi tidak baik. Sehingga
anak melampiaskannya kepada orang lain dan selalu menyelesaikan masalah
dengan emosi atau tindakan yang kasar.

Pemerintah
Pemerintah seharusnya memberikan ketegasan dalam masalah hukum untuk para
pelajar yang melakukan tindakan tawuran. Memberikan hukuman yang sesuai
dengan apa yang sudah mereka lakukan supaya mereka merasa jera dan tidak
mengulangi perbuatannya lagi.

Pihak Kepolisian
Kepolisian harus selalu mengawasi di setiap sekolah yang rawan terjadi tawuran.
Jangan sampai harus terjatuh korban terlebih dahulu, baru polisi muncul dan
bertugas menyelesaikan kasus tersebut.
Guru atau Pihak Sekolah
Pihak sekolah beserta guru – guru harus memberikan tekhnik pengajaran yang
kreatif, yang membuat siswa merasa nyaman di lingkungan sekolah. Menghapus
tindakan kekerasan guru terhadap murid yang terjadi di sekolah. Selalu
memberikan reward untuk siswa – siswi yang berprestasi. Mengadakan kegiatan
yang lebih bermanfaat di waktu senggang setelah sekolah.
BAB II
PERMASALAHAN

A.    Pengertian Tawuran
Tawuran merupakan suatu kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan
yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat.

B.     Faktor – faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Tawuran


1.      Faktor internal
Ketidakmampuan/kurang mampunya beradaptasi dengan lingkungan
sosial yang kompleks menimbulkan tekanan pada setiap orang. Terutama
pada remaja yang mentalnya masih labil dan masih dalam pencarian jati diri
dan tujuan hidup. Kekompleksan seperti keberagaman budaya, kemampuan
ekonomi dan pandangan tidak bisa diterima sehingga dilampiaskan lewat
kekerasan.
Saat tidak mampu beradaptasi, rasa putus asa, menyalahkan orang
lain dan memilih cara instan untuk memecahkan persoalan membuat rasa
frustasi semakin mengendalikan emosi pelajar yang labil. Ketidakpekaan
terhadap perasaan sesamanya mengakibatkan pelajar tega menganiaya
hingga membunuh sesamanya. Sebenarnya, dalam diri mereka butuh
pengakuan.

2.      Faktor keluarga
Jika keluarga tidak bahagia, bahkan ada kekerasan dalam rumah
tangga akan berdampak pada mental psikologis anak. Secara tidak langsung,
remaja akan meniru pola yang ia lihat di dalam keluarganya. Anak yang
terlalu dilindungi orangtuanya (dimanja) juga akan sama saja. Saat
bergabung dalam kelompok sosialnya di sekolah, ia akan menyerahkan diri
secara total tanpa memiliki kepribadian dan prinsip yang kuat.
Penyesuaian emosional yang kurang memadai ditambah dengan
kelompok sosial yang tidak benar semakin memungkinkan terjadinya tawuran
antar pelajar.

3.      Faktor sekolah
Kebosanan di dalam ruang belajar mengajar seperti tindak belajar
mengajar yang monoton, tidak mengijinkan siswa untuk bertindak kreatif,
terlalu mengekang dan otoriter juga menjadi pengaruh. Sebagian besar hidup
remaja juga dihabiskan di sekolah, tempat ia belajar sekaligus
mengekspresikan dirinya. Tak heran jika sekolah sering disebut sebagai
rumah kedua.
Siswa yang bosan akan memilih untuk bersenang-senang di luar
sekolah. Guru sekolah dinilai sebagai pihak otoriter yang gemar menghukum
siswanya ketimbang mendidik dalam arti yang sebenarnya.

4.      Faktor lingkungan
Faktor ini jauh lebih luas daripada lingkungan rumah remaja.
Lingkungan ini juga berbicara sekolah, media televisi, media cetak dan
ketidakpuasan atas negara atau fasilitas negara. Jika diruntut dari faktor
lingkungan, media-media dan teladan pemerintah juga menjadi sorotan atas
tawuran pelajar.
Masih ingat dengan kasus perkelahian dewan yang terhormat? Media
yang menampilkan dan oknum yang berbuat juga bisa dipersalahkan karena
memberi teladan yang buruk.
Rasa solidaritas yang diberikan remaja, seringkali berada di jalur yang
salah. Sebaiknya perlu ditekankan ulang akan pentingnya mengendalikan
rasa solidaritas dengan akal pikiran sehat dan jiwa toleransi antar manusia
yang tinggi. Solidaritas tidak selalu ikut-ikutan dalam hal buruk.

C.    Contoh Kasus Tawuran Antar Pelajar :

Kamis, 17 Desember 2009 | 04:40 WIB


Jakarta, Kompas - Aksi kekerasan yang dilakukan pelajar belum berhenti.
Bahkan, kekerasan pelajar yang dilakukan dalam tawuran antarpelajar di kawasan
Gunung Sahari, Kemayoran, Rabu (16/12) pukul 09.30, menyebabkan Ahmad
Supratman (15), pelajar SMKN 1 Jakarta, tewas disabet senjata tajam oleh pelaku
yang juga berstatus pelajar.
Tawuran terjadi ketika Ahmad dan teman-temannya terlibat saling ejek
dengan rombongan pelajar lain di dalam bus yang melintas di kawasan tersebut.
Saling ejek itu berlanjut dengan saling melempar batu. Pelajar dari dalam bus ada
yang membawa senjata tajam. Senjata tajam inilah yang digunakan melukai
punggung dan leher Ahmad.
Sejumlah teman yang melihat Ahmad terkapar penuh darah segera
membawa korban ke rumah sakit. Namun, nyawa warga Jalan Angkasa Kecil 12,
Kemayoran, ini tidak tertolong.
Kepala Unit Reserse Kriminal Kemayoran Ajun Inspektur Satu Iswantoro
mengatakan, pihaknya masih menelusuri pelajar yang terlibat tawuran ini.
”Penyelidikan masih dilakukan. Sampai sekarang belum diketahui identitas
sekolah pelajar yang tawuran selain SMKN 1,” ucap Iswantoro.

Berdamai
Kasus kekerasan antarsiswa termasuk tawuran antarsekolah dan kekerasan
senior terhadap yuniornya sering terjadi di Jakarta. Kasus yang terakhir terkuak
adalah kekerasan di SMAN 82, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi mengatakan,
meski alot, akhirnya mediasi antara pelaku, korban, dan keluarga sepakat tidak
meneruskan kasus ke pengadilan.
Awalnya, orangtua Ade Fauzan Mahfuza, Marlin Anggraini, berkeras
menuntut pelaku diproses hukum. Ade yang menjadi korban kekerasan seniornya
kemudian pindah sekolah.
”Sanksi harus diberikan bagi yang salah. Namun, karena menyangkut
masa depan anak yang masih bisa diperbaiki, keputusan penghentian kasus ini
sangat bijaksana,” tutur Seto.
Menurut Seto, kasus kekerasan di SMAN 82 sudah berlangsung lama.
Kekerasan ini baru terungkap saat Ade, siswa kelas I dihajar seniornya pada awal
November lalu dan harus dirawat selama sepekan di Rumah Sakit Pusat
Pertamina.
Agar tidak terulang, Seto menegaskan perlunya konsultasi psikologi rutin
bagi korban ataupun pelaku dan bagi siswa sekolah yang memiliki tradisi
bullying. Kasus bullying di Jakarta yang terungkap sejak 2007 memang selalu
berakhir damai. Hanya kasus penganiayaan siswa yunior kelas X SMA 34, yaitu
Muhammad Fadhil Harkaputra Sirath (15), tahun 2008, yang berakhir di
persidangan. Lima pelaku siswa kelas XII dihukum penjara 45 hari. (ART/NEL)

Tawuran SMA 6 dan 70, Kepala Dinas Pendidikan DKI Tak Ditegur
Satu pelajar tewas dan dua lainnya terluka akibat tawuran kemarin.
Selasa, 25 September 2012, 11:42
VIVAnews - Tawuran pelajar SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta kembali
terjadi. Satu pelajar dari SMAN 6, Alawi Yusianto Putra, tewas. Dua temannya,
Dimas dan Faruq, terluka.
Tawuran pelajar dari kedua sekolah ini bukan yang pertama. Sebelumnya,
pelajar kedua sekolah beberapa kali terlibat tawuran.
Meski bentrokan pelajar ini sering terjadi, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan merasa tidak perlu menegur Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
Kemendikbud juga tak menegur kepala sekolah kedua SMA itu.
"Kami rasa tidak perlu menegur, mereka bukan pelaku tawuran," kata Kepala
Pusat Informasi dan Humas Kemendikbud, Ibnu Hamad saat berbincang
dengan VIVAnews, Selasa 25 September 2012.
Menurut Ibnu, saat ini yang paling penting bukan menegur dan saling
menyalahkan. "Yang paling penting bagaimana kepala dinas mengkoordinasikan
jangan sampai kejadian serupa terjadi lagi," katanya.
Ibnu sendiri mengakui bahwa Kemendikbud belum memiliki kajian
khusus untuk mengatasi tawuran antara pelajar SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta
ini. Meskipun tawuran pelajar kedua sekolah yang berdekatan ini terjadi beberapa
kali.

D.    Cara Mencegah Tawuran Antar Pelajar :


1. Para Siswa wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan
tidak akan selesai jika penyelesaiannya dengan menggunakan kekerasan.
2. Lakukan komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para pelajar
untuk mengajarkan cinta kasih.
3. Pengajaran ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk
menyelamatkan orang dan bukan untuk menyakiti orang lain.
4. Ajarkan ilmu sosial Budaya, ilmu sosial budaya sangat bermanfaat untuk
pelajar khususnya, yaitu agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan
masyarakat.
5. Tindakan kekerasan pasti akan menular, Pihak yang berwenang haruslah
tegas memberikan sanksi untuk pelaku tindak kekerasan.
E.     Penjelasan Materi Makalah dengan menggunakan Analisis Swot
Analisis permasalahan perilaku sosial tawuran antara kelompok pelajar
dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi lingkungan internal
maupun eksternal dilihat dari aspek :
1.      Kekuatan ( Strenght )
a.       Pelajar ingin membela sekolahnya, agar tidak diserang oleh sekolah lain.
b.      Pelajar cenderung menganggap tawuran sebagai cara memperoleh pengakuan dan
status tinggi serta disegani dalam kelompoknya.
c.       Para pelajar melakukan tawuran bsa juga karena hal ingin membela teman yang
pernah diserang oleh sekolah lain.
d.      Pelajar menganggap kenakalan yang dilakukan hanya manifestasi simbolis
aspirasi mereka karena sering diperlakukan tidak adil.
2.      Kelemahan ( Weakness )
a.       Sering mengeluarkan kata – kata yang mengejek hanya karena hal yang kecil,
dapat memicu terjadinya tawuran. Atau bahkan hanya karena saling menatap
secara pandangan yang sinis juga bisa menyebabkan terjadinya tawuran.
b.      Karena masalah rebutan seorang wanita, juga bisa memicu terjadinya perkelahian
antar pelajar.
c.       Mendapatkan pengaruh yang tidak bak dari seorang profokator, untuk menyerang
sekolah lain.
d.      Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan di pikiran
para remaja. Bercanda yang terlalu berlebihan yang bisa menimbulkan emosi
sampai akhirnya terjadi perkelahian.
3.      Peluang ( Opportunity )
a.       Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja.
Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para
pelajar disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
b.      Orang tua yang terlalu memberikan kebebasan untuk anaknya, kurang mengawasi
anaknya bisa membuat anak mencari jati dirinya di lingkungan luar dengan cara
yang negatif.
c.       Sikap polisi yang kurang siaga untuk kasus tawuran antar pelajar. Polisi yang
selalu baru memunculkan dirinya setelah jatuhnya korban tewas karena aksi brutal
pelajar.
d.      Sekolah yang kurang begitu ketat mengadakan razia atau pemeriksaan terhadap
siswa – siswinya.
4.      Tantangan / Hambatan ( Threats )
a.       Para pelajar yang melakukan tawuran akan mendapatkan hukuman dari pihak
kepolisian.
b.      Sikap pelajar yang anarkis, membuat para orang tua mereka menjadi geram atas
tingkah laku mereka yang sangat tidak pantas di usia mereka yang masih sangat
remaja. Orang tua juga bisa menjadi stress akibat perbuatan anaknya.
c.       Membuat nama dan citra keluarga serta citra sekolah menjadi buruk di mata
masyarakat.
d.      Sekolah biasanya memberikan sanksi yang berat untuk pelajar yang melakukan
tawuran.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Tawuran pelajar adalah tindakan kriminal yang biasa terjadi di kota – kota besar
di Indonesia, yang biasa terjadi karena di dasari alasan solidaritas sesama teman.
2.      Sekolah , lingkungan , orang tua , dan pemerintah merupakan peran yang paling
utama dan harus bertanggung jawab serta bekerjasama dengan baik untuk
menanggulangi permasalahan ini.
3.      Para pelajar juga harus menyadari bahwa kita sebagai generasi muda diwajibkan
untuk saling bahu membahu mengisi kemerdekaan, memajukan bangsa kita.
Membuat prestasi yang bisa mengharumkan nama bangsa , agar mereka tidak
melakukan tindakan asusila seperti tawuran.
4.      Kepribadian setiap insan manusia pada dasarnya dalah sosok yang berbudi mulia.
Hanya saja karena adanya faktor – faktor internal ataupun eksternal, yang
,membuat pribadi manusia mengalami proses perubahan. Dan dari proses
perubahan tersebut dapat mengarah ke dampak yang positif atau negatif.

B.     Rekomendasi
1.      Peningkatan kasus tawuran pelajar membuat KPAI ( Komisi Perlindungan Anak
Indonesia ) menyatakan untuk segera mewujudkan “Sekolah Ramah Anak” , agar
tidak semakin merajalela kasus tawuran pelajar ini.
2.      Memberi kesempatan pada para remaja untuk beremansipasi dengan cara yang
baik dan sehat.
3.      Memberi kesempatan kepada para pelajar untuk mengembangkan bakatnya
masing – masing, sebagai kegiatan untuk mengisi waktu luang dengan hal yang
positif setelah kegiatan belajar di sekolah usai.
4.      Memberikan reward ( penghargaan ) terhadap siswa-siswi yang berprestasi. Agar
memacu murid lain untuk mencetak prestasi yang jauh lebih baik lagi.
lampiran 
DAFTAR PUSTAKA

  Shvoong.com
  Kompas.com
  VIVA.news.com
  Tutorialto.com
  Okezone.com
  Metronews.viva.co.id

Anda mungkin juga menyukai