Anda di halaman 1dari 4

Nama : Innayah Ainun Sutanto

NIM : 1847041022
Kelas : M73
MK : Pengembangan Kurikulum SD

A. Definisi Inovasi Pendidikan, Kurikulum dan Pembelajaran

Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa
hasil invention maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk
memecahkan suatu masalah tertentu.

Sedangkan, inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk
memecahkan masalah pendidikan. Atau inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode, yang
dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat) baik berupa hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.

Secara Etimologis kurikulum berasal dari bahasa latin (Yunani) yaitu asal dari
kata currir yang artinya pelari, dancurere artinya tempat berpacu. Pengertian tersebut jelas
merupakan pengertian dalam bidang olahraga, karena sejak zaman dahulu bangsa Yunani
menyenangi olahraga.

Menurut Undang-undang No.11 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang
dipergunakan sebagai pedoman  penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan, yang
dimaksud dengan pembelajaran yang merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Implikasinya bahwa pembelajaran sebagai
suatu proses harus dirancang, dikembangkan dan dikelola secara kreatif, dinamis, dengan
menerapkan pendekatan multi untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang
kondusif bagi siswa.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inovasi Pendidikan

1. Guru
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat
berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat
menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru
harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal yang
dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan,
metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik
dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan
seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya,
pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri.

2. Siswa

Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa
memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan
keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan
komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bias terjadi apabila siswa
juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada
mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan,
sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan
dengan konsekwen.

3. Kurikulum

Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program pengajaran
dan perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Oleh karena itu kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan,
kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa
adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi
pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri.

4. Fasilitas

Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisadiabaikan dalam dalam
proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembahruan pendidikan,
tentu saja fasilitas merupakanhal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan
diterapkan.Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bias dipastikan
tidak akan berjalan dengan baik.

5. Lingkup Sosial Masyarakat.

Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat
dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak,baik positif maupun negatif, dalam
pelaklsanaanpembahruan pendidikan.Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung,
sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukandalam
pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana
peserta didik itu berasal.

C. Substansi Dalam Inovasi Kurikulum


M. Francis Klein dalam bukunya Curriculum Reform in the Elementary School
menyatakan ada lima substansi suatu inovasi kurikulum, yaitu:

1. Menetapkan perencanaan. Perencanaan harus menekankan perubahan yang diinginkan


dan harus didasarkan pada sekumpulan data sekolah dan visi yang akan dilakukan
sehubungan dengan pembaharuan tersebut.

2. Menguji kurikulum secara komprehensif. Kurikulum hendaknya didefinisikan dan diuji


secara komprehensif dari berbagai sudut, antara lain: lembaga persekolahan, fungsi
sekolah, dan tujuan kurikulum.
3. Menganalisis kesenjangan antara teori dan praktek. Walaupun sekolah tampaknya
merupakan tempat yang menyenangkan bagi siswa unruk belajar, namun masih banyak
hal yang memerlukan penyempumaan. Seperti apa yang diharapkan sekolah berbeda
dengan apa yang terjadi di lapangan.
4. Perhatian terhadap kurikulum implisit. Dalam mengembangkan substansi kurikulum
implisit perlu diperhatian hal-hal yang tidak tersurat yang ada dipersekolahan, seperti
budi pekerti, kesantunan berbahasa, dan berprilaku baik.
5. Mengembangkan pendekatan yang sistematis. Suatu pendekatan yang sistematis terhadap
perbaikan kurikulum harus menggunakan pendekatan yang sistematis. Hal ini disebabkan
suatu aspek perubahan yang kecil akan membawa dampak terhadap aspek persekolahan
yang lain.
D. Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Pada pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif) pemberdayaan otak kiri
dan kanan sangat dipentingkan. Thorndike (Bimo Wagito, 1997) mengemukakan 3 hukum
belajar, yaitu :
1. law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat memperlancar
hubungan antara stimulus dan respons.
2. law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu dikerjakan maka
hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lancer
3.  law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik jika
dapat menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu
diulang.
Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan
memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan
bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik
dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada
tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran
konvensional.

Anda mungkin juga menyukai