Anda di halaman 1dari 37

1

REFERAT

ENTROPION

Oleh
M. Haekal Arfan Boesary

Pembimbing
dr. Sigit Wibisono. Sp.M

LAB. ILMU KESEHATAN MATA


KEPANITERAAN KLINIK MADYA
RSUD KANJURUHAN KEPANJEN
2020
2

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr wb,

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala

nikmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah

saw, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Atas kehendak Allah sajalah, sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Entropion dan Trikiasis".

Tugas laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik

Ilmu Kesehatan Mata, penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari

sempurna. Kritik dan saran untuk penyempurnaan semoga dapat berguna dan

memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamualaikum wr wb,

Malang, 2 Maret 2020

Penulis
3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………. 2

Bab I Pendahuluan………………………………………………. 5

1.1 Latar Belakang………………………………………... 5

1.2 Rumusan Masalah…………………………………….. 6

1.3 Tujuan…………………………………………………. 6

1.3 Manfaat..………………………………………………. 6

Bab II Laporan Kasus

2.1 Identitas Pasien……………………………………….. 7

2.2 Anamnesis…………………………………………….. 7

2.3 Pemeriksaan Fisik……………………………………. 9

2.4 Status Oftalmologi……………………………………. 10

2.5 Diagnosa kerja………………………………………… 11

2.6 Diagnosa Banding…………………………………….. 11

2.7 Pemeriksaan Penunjang……………………………… 12

2.8 Penatalaksanaan………………………………………. 12

Bab II Tinjauan Pustaka………………………………………….. 13

3.1 Anatomi………………………………………………... 13

3.2. Definsi………..………………………………………… 16

3.3 Epidemiologi.............……….……………………….… 17

3.4 Etiologi……..................................................................... 17

3.5 Manifestasi klinis............................................................ 22


4

3.6 Penegakkan Diagnosis……………………………….. 23

3.7 Diferential Diagnosis…………………………………. 24

3.8 Tatalaksana…………………………………………… 25

3.9 Komplikasi……………………………………………. 30

3.10 prognosis ……………………………………………. 32

Bab IV Pembahasan

4.1 Resume Kasus………………………………………… 33

4.2 Dasar penegakakan diagnosis……………………….. 33

4.3 Dasar Terapi…………………………………………. 34

Bab V Penutup 35

5.1 Kesimpulan……………………………………………… 35

Daftar Pustaka
5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Entropion merupakan salah satu kelainan yang terdapat pada area palpebra mata.

Bentuk dari kelainan ini adalah melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo

palpebra ke arah dalam sehingga bulu mata menggeser jaringan konjungtiva dan

kornea. Melipatnya kelopak mata bagian tepi ini dapat menyebabkan kelopak mata

bagian lain ikut melipat, penyakit ini dapat mengenai kelopak mata atas ataupun

bawah, dan biasanya kelopak mata bawah yang paling sering dikenai.1,3

Entropion kelopak mata bawah lebih sering terjadi daripada entropion kelopak

mata atas. Entropion pada kelopak mata bawah lebih sering karena proses

involusional pada proses penuaan, sedangkan pada kelopak mata atas sering karena

sikatrikal seperti akibat trakoma. Entropion dapat ditemukan pada seluruh kelompok

umur, dan lebih sering pada wanita, ini mungkin disebabkan lempeng tarsal pada

wanita rata-rata lebih kecil dibandingkan pada pria. 1,2

Entropion dapat unilateral ataupun bilateral. Entropion yang kronik dapat

menyebabkan rasa sensitif akut terhadap cahaya dan angin, serta dapat menyebabkan

infeksi mata, abrasi kornea, atau ulkus kornea. Entropion dapat menimbulkan

komplikasi seperti konjungtivitis, keratitis, ulkus kornea, dan komplikasi bedah

seperti

perdarahan, infeksi, dan nyeri1,3. Dengan berbagai macam komplikasi dari penyakit

ini maka penting dilakukan perbaikan kondisi oleh dokter sebelum terjadi kerusakan
6

permanen pada mata, sehingga dalam makalah ini akan membahas mengenai penyakit

etnropion yang disertai dengan dasar diagnose dan tatalaksana penyakit tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik pada

Entopion?

2. Bagaimanakah penegakan diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi serta

prognosis pada Entropion?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi

klinik pada Entropion?

2. Mengetahui dan memahami Penegakan diagnosis, penatalaksanaan,

komplikasi serta prognosis pada Entropion?

1.4 Manfaat

1. Menambah wawasan mengenai Entropion untuk ilmu kedokteran pada

umumnya dan ilmu kesehatan mata pada khususnya.

2. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti

kepaniteraan klinik bagian ilmu kesehatan mata.


7

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

 Nama : Nn W

 Tanggal lahir / Umur : 60 Tahun

 Jenis Kelamin : Perempuan

 Agama : Islam

 Suku/Bangsa : jawa

 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

 Alamat : Pagelaran

 Tanggal Pemeriksaan : 25 Februari 2019 pukul 10.00 WIB

2.2 Anamnesa

 Keluhan Utama :

Kedua mata terasa ada yang mengganjal.

 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli mata RSUD Kanjuruhan Kepanjen pada 25

Februari 2020 pukul 9:45 dengan keluhan pada kedua mata terasa ada yang

mengganjal. Keluhan dirasakan sejak beberapa hari yang lalu, hampir setiap

waktu, dan semakit bertambah keluhan yang dirasakan. Keluhan pada kedua
8

mata disertai dengan rasa mata yang tertusuk, dan banyak keluar air mata.

Pasien juga mengeluhkan adanya rasa nyeri seperti cekot-cekot pada kedua

mata disertai pandangan yang kabur. Keluhannya paling terasa pada mata

kanan, kadang pasien merasakan keluhan semakin memberat saat banyak

beraktivitas disiang hari. Sedikit meredah saat malam hari dan saat tidur.

Sampai saat ini pasien mengakui sudah berobat di klinik dekat rumah, dan

diberikan obat tetes mata, namun keluhannya belum menghilang. Sehingga

pasien dirujuk ke klinik mata RSUD Kanjuruhan. Sebelumnya pasien pernah

mengeluhkan sakit yang sama pada mata kanan saja sekitar 1 tahun lalu,

kemudian dilakukan operasi pada mata kanan.

 Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat keluhan yang sama : (+)/(-), dioperasi setahun lalu, 2019.

- Riwayat menggunakan kacamata dan lensa kontak: (-)/(-)

- Riwayat operasi mata sebelumnya: (+)/(-)

- Riwayat penyakit Diabetes Melitus : (+) sekitar 5 tahun

- Riwayat penyakit Kolesterol: (+)

- Riwayat hipertensi : (-)

- Riwayat penyakit jantung : (-)

- Riwayat alergi obat-obatan disangkal

 Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : tidak ada

- Riwayat hipertensi : tidak ada


9

- Riwayat diabetes : tidak ada

- Riwayat penyakit jantung : tidak ada

- Riwayat penyakit menular : tidak ada

 Riwayat Kebiasaan

- Kegiatan ibu rumah tangga

 Riwayat Sosial Ekonomi

- Sosial ekonomi golongan menengah kebawah

 Riwayat Pengobatan

- Tetes mata yang didapatkan setelah berobat ke klinik dekat rumah.

 Riwayat Alergi : -

2.3 Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum : Baik

 Kesadaran : Compos mentis

 Tanda Vital

- Tekanan Darah : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Nadi : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Suhu : Afebris

- RR : Tidak dilakukan pemeriksaan

 Antropometri

- Berat Badan : Tidak dilakukan pemeriksaan

- Tinggi Badan : Tidak dilakukan pemeriksaan

- IMT : Tidak dilakukan pemeriksaan


10

2.4 Status Oftalmologi

OD KETERANGAN OS
Entropion Entropion
trikiasis
trikiasis

0.5 VISUS 0.6


Tidak dilakukan TIO Tidak dilakukan
Orthophoria KEDUDUKAN Orthophoria

BOLA MATA

GERAKAN BOLA

MATA

Edema (-), Hiperemi (-), Edema (-),Hiperemi (-),

Blefarospasme (-), nodul (-) PALPEBRAE Blefarospasme (-),Nodul(-),

Entropion (+), Trikiasis (+) Entropion (+), Trikiasis (+)


Injeksi (-), perdarahan sub Injeksi (-), perdarahan sub

konjungtiva (-), pertumbuhan konjungtiva (-),


KONJUNGTIVA
jaringan fibrovaskular (-), pertumbuhan jaringan

simblefaron (-) fibrovaskular (-)


Jernih , infiltrat(-) KORNEA Jernih , infiltrat(-)
Kedalaman cukup, hifema(-), Kedalaman cukup, hifema
COA
hipopion (-) (-), hipopion (-)
Warna coklat, sinekia (-), Warna coklat, sinekia (-),
IRIS
redline redline
11

Bulat, D ±3 mm, Refleks Bulat, D ±3 mm, Refleks

cahaya langsung (+), refleks PUPIL cahaya langsung (+), refleks

cahaya tidak langsung (+) cahaya tidak langsung (+)


Jernih, Iris Shadow (-) LENSA Jernih, Iris Shadow (-)
Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan
FUNDUSKOPI
pemeriksaan

FOTO KLINIS

2.5 Diagnosa Kerja

- ODS Entropion (+) Trikiasis

2.6 Diagnosis Banding

- Dermatokalasis

- Epiblefaron

2.7 Pemeriksaan Penunjang

- Tidak dilakukan

2.8 Penatalaksanaan

- Penjelasan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit pasien.

- Edukasi untuk melakukan tindakan reposisi entropion ODS dan epilasi

/pencabutan bulu mata ODS


12

- Post epilasi, diberikan antibiotik topical 6 kali sehari.

- Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan mata, terutama ketika ingin

meneteskan atau menyentuh mata

-
13

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Anatomi Palpebra

Gambar 3.1 Eksternal mata1

Kelopak mata (palpebrae) adalah lipatan kulit yang dimodifikasi yang dapat

menutup untuk melindungi bola mata anterior. Terdapat dua bagian kelopak mata,

bagian atas dan bawah, pada saat berkedip palpebra dapat membantu menyebarkan

lapisan air mata, untuk melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Kelopak

mata bagian atas berakhir di alis, sedangkan bagian bawah menyatu ke pipi. 1,2
14

Gambar 3.2 Anatomi potongan melintang kelopak mata 1

Kelopak mata terdiri dari lima lapisan dari superfisial ke dalam terdapat kulit,

otot lurik (orbicularis oculi), Jaringan areolar, jaringan fibrosa (pelat tarsal), dan

membran mukosa (konjungtiva palpebral).1,3

A. Kulit

Kulit kelopak mata berbeda dari kulit pada sebagian besar area tubuh

yang lain tipis, longgar, dan elastis serta memiliki sedikit folikel rambut dan

tidak ada lemak subkutan.1

B. Musculus orbicularis oculi

Fungsi musculus orbicularis oculi adalah menutup palpebra. Serat-serat

ototnya mengelilingi fissura palpebrae secara konsentris dan menyebar dalam

jarak pendek mengelilingi tepi orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan

dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian
15

pratarsal; bagian di atas septum orbitale adalah bagian praseptal. Segmen di

luar palpebra disebut bagian orbita. Orbicularis oculi dipersarafi oleh nervus

facialis.1

C. Jaringan Areolar

Jaringan areolar submuskular yang terdapat di bawah musculus

orbicularis oculi berhubungan dengan lapisan subaponeurotik kulit kepala.1

D. Tarsus

Struktur penyokong palpebra yang utama adalah lapisan jaringan fibrosa

padat yang-bersama sedikit jaringan elastik-disebut lempeng tarsus. Sudut

lateral dan medial serta juluran tarsus tertambat pada tepi orbita dengan

adanya ligamen palpebrae lateralis dan medialis. Lempeng tarsus superior dan

inferior juga tertambat pada tepi atas dan bawah orbita oleh fasia yang tipis

dan padat. Fasia tipis ini membentuk septum orbitale.1

E. Konjungtiva Palpebrae

Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva

palpebrae, yang melekat erat pada tarsus. Insisi bedah melalui garis kelabu

tepian palpebra membelah palpebra menjadi lamella anteriorkulit dan

musculus orbicularis oculi serta lamella posterior lempeng tarsal dan

konjungtiva palpebrae.1

Tepian Palperbra, Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30 mm dan

letrarnya 2 mm. Tepian ini dipisahkan oleh garis kelabu (sambungan

mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior.2,3


16

a. Tepian Anterior1

- Bulu Mata-Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun

tidak teratur. Bulu mata atas lebih panjang dan lebih banyak

daripada bulu mata bawah serta melengkung ke atas; bulu mata

bawah melengkung ke bawah.

- Glandula Zeis-struktur ini merupakan modifikasi kelenjar sebasea

kecil, yang bermuara ke dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.

- Glandula Moll-struktur ini merupakan modifikasi kelenjar keringat

yang bermuara membentuk satu barisan dekat bulu mata.

b. Tepian Posterior1

Tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang

tepian ini terdapat muara-muara kecil kelenjar sebasea yang telah

dimodifikasi (glandula Meibom, atau tarsal).

Pada ujung medial tepian posterior palpebra terdapat penonjolan kecil dengan

lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior. Punctum ini

berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulusnya ke saccus

lacrimalis.2,3

3.2 Definisi

Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo

palpebra kearah dalam. hal ini menyebabkan trikiasis dimana bulu mata yang
17

biasanya mengarah keluar kini menggosok pada permukaan mata. Hal ini dapat

menyebabkan beberapa masalah.1,2

Trikiasis adalah suatu kelainan dimana bulu mata mengarah ke dalam bola mata

yang dapat menggosok kornea atau konjungtiva yang dapat menyebabkan iritasi.

Trichiasis harus dibedakan daripada entropion dimana pada entropion terjadi

pelipatan palpebra ke arah dalam. kemungkinan dimana terjadinya entropion dan

trikiasis bersamaan dapat terjadi dan dibutuhkan terapi untuk keduanya.2,3

3.3 Epidemiologi

Entropion kelopak mata bawah lebih sering terjadi dari pada entropion kelopak

mata atas. Entropion pada kelopak mata bawah lebih sering karena proses

involusional pada proses penuaan sedangkan pada kelopak mata atas sering karena

sikatrikal seperti akibat trakoma. entropion dapat terjadi unilateral maupun bilateral.2,3

Trikiasis dapat terjadi pada semua usia namun lebih sering ditemukan pada orang

dewasa. Belum ditemukan bukti adanya predileksi pada ras-ras tertentu ataupun jenis

kelamin.2,3

3.4 Klasifikasi dan Etiologi

Klasifikasi dari entropion bergantung etiologinya, terdapat beberapa

klasifikasi diantaranya:1,2,4

a. Involusi,

Merupakan entropion yang paling sering terjadi sebagai akibat dari

proses penuaan. Seiring dengan meningkatnya usia maka terjadi


18

degenerasi progresif jaringan fibrous dan elastik kelopak mata bawah.

Gangguan ini paling sering ditemukan pada kelopak bawah dan

merupakan akibat gabungan kelumpuhan otot-otot refraktor kelopak

bawah, migrasi ke atas muskulus orbikularis preseptal, dan

memungkinkan batas inferior tarsus naik ke depan dan superior, dengan

margin kelopak mata berputar ke dalam.1,2

Entropion involusi pada kelopak mata atas juga dapat terjadi.

Kelemahan horizontal dari kelopak mata dapat diketahui dengan

kekuatan kelopak mata yang lemah dan menurunnya kemampuan

menarik kelopak mata lebih dari 6 mm. Asia merupakan predisposisi

entropion involusi kelopak mata atas.2,4

Gambar 3.3 Entropion Involusi4

b. Sikatrik

Dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah dan disebabkan oleh

jaringan parut di konjungtiva atau tarsus. Patologi dasarnya yaitu


19

memendeknya lamella posterior akibat berbagai sebab. Gangguan ini

paling sering ditemukan pada penyakit-penyakit radang kronik seperti

trakoma. Berbagai kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya

entropion sikatrik adalah penyakit autoimun (sikatrik pemfigoid dan

sindrom steven johnson), inflamasi, infeksi (herpes zooster, trakoma),

tindakan bedah (enukleasi, koreksi ptosis) dan trauma (luka bakar dan

trauma kimia). 2,4

Gambar 3.4 Entropion Sikatrik4

Penggunaan obat glaukoma dalam jangka waktu yang lama dapat

menyebabkan konjungtivitis kronis yang menyebabkan pemendekan

konjungtiva secara vertikal sehingga terjadi entropion sikatrik sekunder.

Entropion sikatrik dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah.4,5

c. Kongenital

Entropion kongenital merupakan anomali yang jarang ditemukan.

Entropion kongenital dapat menyebabkan erosi kornea kronik dan

blefarospasm. Dapat terjadi trauma pada kornea yang menyebabkan


20

terbentuknya ulkus pada bayi. Pada entropion kongenital, tepi kelopak

mata memutar kearah kornea, sementara pada epiblefaron kulit dan otot

pratarsalnya menyebabkan bulu mata memutari tepi tarsus. Entropion

kongenital sering sering juga terdapat kelainan pada system

kardiovaskular, musculoskeletal, dan system saraf pusat. Entropion

kongenital berbeda dengan entropion didapat. Entropion didapat terjadi

pada usia remaja dan diturunkan secara autosomal dominan.4,5

Gambar 3.5 Entropion Kongenital4

d. Entropion Spastik Akut

Entropion spastik akut biasanya terjadi pada iritasi maupun inflamasi

okuli dimana terjadi pembengkakan pada kelopak mata dan spasme otot

orbikularis. Keadaan ini juga paling sering terjadi setelah operasi

intraokuler pada pasien dengan kelopak mata preoperatif tidak menyadari

atau memiliki kelopak mata yang sedikit menekuk ke arah bola mata.

Kontraksi otot orbikularis kelopak mata yang tertahan menyebabkan

rotasi ke dalam tepi kelopak mata. Hal ini akan mengakibatkan

bertambahnya iritasi dari yang telah ada sebelumnya. Taping pada


21

kelopak mata, kauterisasi atau teknik penjahitan dapat digunakan

sementara tetapi karena perubahan itu biasanya menetap sebainya

dilakukan tindakan operasi untuk menghilangkan entropion secara

permanen. Namun pada beberapa kasus dapat digunakan toksin

botullinum tipe A (Botox) untuk memberikan efek paralisis pada otot

orbikularis septal di sekitarnya.5,6

Klasifikasi dari trikiasis dibagi dalam beberapa penyebab kelainan bulu mata,

diantaranya:3,7,8

a. Acquired metaplastic eyelashes. Biasanya disebabkan peradangan kelopak

mata seperti meibomitis atau trauma akibat pembedahan2 dimana epitel

kelenjar meibom mengalami perubahan metaplastik menjadi folikel rambut.

hal ini menyebabkan pertumbuhan bulu mata lebih posterior daripada normal

dimana dapat mengarah ke belakang.

b. Congenital metaplastic eyelashes. kelainan kongenital dimana kelenjar

meibom menjadi multipoten berkembang menjadi folikel folikel rambut.

Barisan kedua dari bulu mata tumbuh dari permukaan kelenjar meibom. Bulu

mata yang tumbuh tersebut mengarah secara vertikel dan pada anak-anak

dapat ditoleransi dikarenakan oleh adanya tear film yang bagus dan sedikit

mengurangi sensasi kornea.

c. Misdirected eyelashes. pertumbuhan bulu mata yang normal, namun akibat

dari sedikit
22

d. jaringan parut pada margin kelopak mata menyebabkan perubahan arah dari

bulu mata ke dalam.

e. Marginal entropion. Pembalikan dari margin kelopak mata akibat dari proses

parut dari lamela posterior kelopak mata.

3.5 Manifestasi Klinis

Bulu mata yang mengiritasi mata dan menyebabkannya produksi air mata yang

berlebih sehingga mata sangat lembab. Rambut dapat mengikis kornea, menyebabkan

ulkus kornea. Ulkus kornea ini sulit untuk sembuh karena rambut yang terus

menggosok. Ulkus menyebabkan pembuluh darah untuk tumbuh di kornea normal

jelas, dan ini dapat menyebabkan jaringan parut, yang mengganggu penglihatan.

Keluhan yang sering timbul adalah rasa tidak nyaman seperti adanya sensasi benda

asing, mata berair, mata merah, gatal, mata kabur dan fotofobia.1,2,3

Gambar 3.6 Gambaran klinis bulu mata yang masuk2


23

Entropion kronis dapat menyebabkan sensitifitas terhadap cahaya dan angin,

dapat menyebabkan infeksi mata, abrasi kornea atau ulkus kornea. Dari pemeriksaan

fisik akan tampak berupa: 1,2,3

1) Kerusakan pada epitel konjungtiva atau kornea akibat trauma.

2) Hiperemia pada konjungtiva yang terlokalisasi.

3) Kelemahan kelopak mata (involusional entropion).

4) Jaringan parut pada konjungtiva (sikatrik entropion).

5) Pertumbuhan kelopak mata bawah yang abnormal (kongenital entropion).

Pada pasien dengan trikiasis dapat mengeluhkan sensasi benda asing, iritasi pada

permukaan bola mata yang kronik, lesi pada kelopak mata, gatal, nyeri pada mata,

dan mata bengkak. Abrasi kornea sampai dapat terjadi ulkus kornea, injeksi

konjungtiva, keluarnya cairan mucus, dan pandangan menjadi kabur dapat menyertai

penyakit ini.3

3.6 Penegakkan Diagnosis

Sebagian besar pasien dengan entropion bermasalah dengan air mata yang terus

mengalir, iritasi, terasa ada benda asing di dalam mata dan mata merah yang

persisten. Dengan menggunakan slitlamp kadang-kadang dapat mengidentifikasi

lipatan pinggir kelopak mata, kelemahan kelopak yang horizontal, melingkarnya

perseptal orbikularis, enophtalmus, injeksi konjungtiva, trikiasis, dan entropion yang

memanjang, keratitis punctata superfisial yang dapat menjadi ulkus dan formasi
24

panus. Pasien dengan entropion sikatrik mungkin terdapat keratinisasi pada tepi

kelopak mata dan simblefaron.3,6

Pemeriksaan fisik pada kelopak mata meliputi test snapback yaitu dengan cara

menarik kelopak mata dengan hati-hati ke arah luar lalu dilihat apakah kelopak mata

dapat kembali ke posisi semula, dan biasanya tes ini tidak menimbulkan rasa sakit.

Dari tes ini dapat dilihat kelemahan pada tonus kelopak mata yang horizontal. Pada

pinggir kelopak mata bawah selalu ditemukan kelengkungan ke arah limbus setelah

entropion terbentuk. Forniks inferior tidak selalu kelihatan dalam dan kelopak mata

mungkin dapat mudah dikeluarkan. Tanda klinis lainnya meliputi gambaran garis

putih dalam ukuran milimeter di bawah tarsal inferior akibat dari pergeseran dari

retraktor kelopak mata dan pergerakan yang sedikit atau tidak ada sama seklai dari

kelopak bawah saat melihat ke bawah. Pindahnya bagian superior dari orbicularis

superior dapat dideteksi dengan melakukan observasi yaitu menutup mata yang

memerah setelah kelopak entropion kembali normal (tes kelengkungan orbikularis).5

3.7 Diagnosis Banding

Terdapat beberapa diagnosis banding dari entropion, diantaranya:7

1) Retraksi kelopak mata (penyakit Grave).

Tarikan dari kelopak mata bawah dan atas menimbulkan bulu mata dan kulit

kelopak melipat ke dalam menyerupai entropion.

2) Distikiasis

Bersifat kongenital, terdapat kelainan yang menekan temapat keluarnya

saluran Meibom.
25

3) Dermatokalasis

Suatu keadaan degeneratif, timbul lebih awal, dan menunjukkan gambaran

yang longgar dengan penonjolan dan kulit kelopak yang banyak. Perubahan

arah bulu mata pada kelopak atas menyerupai entropion

4) Epiblefaron

Kelainan kongenital yang tampak berupa pelipatan kulit kelopak dan

ketegangan otot horizontal yang menyilang ke pinggir kelopak menyebabkan

bulu mata masuk ke dalam. Orientasi dari tarsal plate normal selalu

asimptomatik dan berkaitan dengan pertambahan umur.

5) Trikiasis

Kelainan berupa bulu mata yang mengarah ke kornea, sehingga timbul reaksi

radang yang kedua dan terbentuk jaringan parut

Trikiasis dapat didiagnosis banding dengan entropion. Entropion adalah pelipatan

kelopak mata ke arah dalam yang dapat disebabkan oleh involusi, sikatrik, atau

kongenital. Selain itu diagnosis banding laiinya adalah distikiasis, diamana kelenjara

tertekan dan mengakibatkan perubahan arah bulu mata menuju kedalam sama seperti

trikiasis.7

3.8 Penatalaksanaan

Terdapat pilihan terapi nonfarmakologis dengan menarik kulit palpebra ke arah

pipi sehingga menjauh dari bola mata dapat mengurangi gejala sementara terutama

untuk entropion involusi atau spastik. Pengukuran bulu mata bisa dilakukan di tempat
26

lokasi trikiasis. Terapi kontak lensa (hydrogel, hidrogel silicon, yang memiliki

diameter lebih besar dari kornea atau sklera) untuk melindungi kornea.1,6

Pengobatan entropion terbaik adalah dengan operasi plastik atau suatu tindakan

tarsotomi pada entropion akibat trakoma. pembedahan untuk memutar keluar kelopak

mata efektif pada semua jenis entropion. Sebuah tindakan sementara yang bermanfaat

pada entropion evolusional adalah dengan menarik kelopak mata bawah dan

menempelkannya dengan “tape” ke pipi tegangannya mengarah ke temporal dan

inferior. Operasi entropion transkonjungtiva merupakan prosedur yang aman dan

lebih efisien pada entropion involusi.1,6

Pemilihan prosedur pembedahan tergantung pada penyebab yang mendasari.

Intervensi bedah diindikasikan, jika salah satu dari kriteria berikut muncul secara

persisten, diantaranya; iritasi okular berulang, refleks hipersekresi air mata,

konjungtivitis bakteri, superfisial keratopathy, risiko ulserasi dan keratitis mikroba.6,9

Beberapa tindakan operasi yang dapat dilakukan:6,9

1) Entropion involusional.

a) Perbaikan fasia kapsulopalpebra


27

Gambar 3. Teknik inferior refraktorplication

Metode perbaikan entropion ini berdasarkan jenis dan tingkatan

masalah. salah satu perbaikan fasia kapsulopalpebra dapat

menggunakan teknik inferior refraktorplication. Setelah anestesi local,

suatu goresan subsiliar dibuat 2 mm di bawah luka dari bawah

punctum menuju cabang cantal. Menutup kulit yang kecil disayat ke

bawah di atas tarsus, dan potongan otot orbikularis pretarsal disayat

sampai batas tarsus. Septum orbita digores dan dibuka, sehingga tepi

fasia kapsulopalpebra yang tipis dapat terlihat. Dengan adanya

bantalan inferior orbita, yang kondisinya sama dengan keadaan

kelopak mata bawah terhadap levator, dapat ditutup dengan silk 4.0

sesuai dengan struktur mata. Suatu potongan tarsal yang mengarah ke

samping menunjukkan kelemahan kelopk mata bawah dan potongan

tersebut sesuai dengan banyaknya ketegangan kelopak. Tiga jahitan

dengan silk 6.0 digunakan untuk menyambung kembali fasia

kapsulopalpebra bawah dengan perbatasan tarsal. Kelopak mata tidak

harus selalu dikoreksi dan banyaknya jumlah fasia kapsulopalpebral

dapat dikonfirmasi dengan melakukan follow up pasien. Kulit muka

yang ditutup dengan jahitan 6.0 biasa, dan jumlah tepi fasia

kapsulopalpebral harus disatukan dengan tiga jahitan pusat untuk

mencegahnya otot orbikularis.9


28

Gambar 3. Prosedur inferior refraktorplication

b. Jahitan quikert

Jika pasien yang menderita entropion involusional dan tidak mampu,

maka teknik quikert, atau tiga jahitan, dapat digunakan.

Kelemahannya, tingkat kekambuhan dengan teknik ini sangatlah

tinggi. Jahitan tiga double-kromik 5.0 ditempatkan horizontal 3 mm

melebar ke lateral, tengah, dan medial kelopak mata bawah. Jahitan

melewati forniks sampai batas di bawah perbatasan inferior tarsal lalu

keluar sampai kulit. Masing-masing jahitan ditegangkan untuk

koreksi. 4,6

2) Entropion sikatrik."

Prosedur Weis, jika entropionnya asli sikatrik, blefarotomi dan rotasi merginal

(prosedur Weis) efektif untuk memperbaiki kelopak mata atas atau bawah.
29

Anestesi lokal diberikan pada kelopak mata dan insisi horizontal dibuat 4 mm

dari kelopak sampai kulit dan orbikularis. Dibuat atap marginal yang berada

2-4 mm dari garis tepi kelopak mata. Kelopak kemudian diangkat, dan dalam

hitungan detik dibuat insisi sampai konjungtiva dan tarsus. Gunting Westcott

atau Tenotomi digunakan untuk memperluas blefarotomi ke medial dan lateral

mele-ati tarsus. Lalu dijahit tiga double-armed dengan silk 6-0 sampai tarsus,

ke atas tarsus yang kemudian keluar melalui kulit dekat bulu mata. Jahitan

diikat di atas kapas untuk melindungi “pemasangan kawat”. Lalu dkoreksi

untuk pastinya. Kulit yang diinsisi ditutup dengan jahitan 6-0 biasa. Jahitan

dan kasa penutup harus diangkat 10-14 hari.9

Gambar 3. Prosedur Weis

Jika sikatrik entropion masih mengganggu, atau prosedur yang dilakukan

gagal, lamellar posterior tambahan akan sangat membantu. Suatu cangkokan

mungkin ditempatkan antara konjungtiva, retraktor kelopak bawah dan


30

perbatasan inferior tarsal. Berbagai material cangkok yang tersedia meliputi

tulang rawan telinga, langit-langit keras, dan selaput lendir. Terbentuknya

jaringan parut, dan defek produksi lamellar posterior, bahan cangkok

diletakkan dengan jahitan yang bisa diserap dan kelopak akan dapat

disembuhkan dengan )ahitan yang direnggangkan. Lamellar posterior tersebut

menyebabkan kelopak mungkin tidak dapat menarik kembali saat melihat ke

bawah.4,9

3) Entropion kongenital.

Entropion kongenital dapat diperbaiki dengan pemasangan kembali fasia

kapsulopalpebra. Prosedur ini akan diuraikan pada bagian entropion

involusional, dan dilakukan untuk mengencangkan kelopak mata anak-anak

yang horizontal secara tidak serentak. Perbaikan epiblefaron diperlukan jika

ada bukti keratopati atau jika gejalanya simptomatik. 4,9

4) Entropion akut spastik

Suntikan toksin botulinum selalu efektif untuk paralisi orbikularis. Efek toksin

botulinum bertahan hanya sekitar 3 bulan, tetapi entropion tidak akan terulang

walaupun efeknya menghilang.9

Pada penatalaksanaan trikiasis jika hanya sedikit bulu mata yang terlibat, dapat

diterapi dengan:

- Mechanical epilation, yaitu membuang bulu mata yang tumbuh ke dalam

dengan forcep pada slit lamp. Karena pertumbuhan kembali dapat terjadi,

epilasi berulang diperlukan setelah 3-8 minggu.


31

- Electrolysis dapat digunakan untuk menatalaksana trikiasis. Akan tetapi

tingkat rekurensinya tinggi, selain itu bulu mata normal yang berdekatan

dapat menjadi rusak dan jaringan parut pada jaringan margin palpebra dapat

menyebabkan trikiasis lebih lanjut.

- Radiosurgery dapat memperbaiki bulu mata yang abnormal dengan

menggunakan ujung jarum yang dimasukkan dari ujung silia ke basis silia.

sinyal radiosurgery dikirimkan kurang lebih selama 1 detik dengan tenaga

yang lemah untuk menghancurkan folikel rambut. Ketika ujung jarum

dipindahkan, maka bulu mata dapat diangkat dengan mudah.

Trikiasis segmental dapat diperbaiki dengan cryotherapy. Cryotherapy hanya

membutuhkan anestesia lokal infiltrative. Folikel dari bulu mata sangat sensitif

terhadap dingin dan dapat dihancurkan pada suhu -20oC. Area yang terlibat

dibekukan kurang lebih selama 25 detik dan kemudian dibiarkan mencair. Kemudian

dibekukan kembali selama 20 detik (double freeze-thaw technique). Beberapa sumber

menyebutkan, membutuhkan 45 detik membekukan dengan 4 menit mencairkan

secara

lambat untuk double freeze-thaw technique. Bulu mata yang abnormal dapat diangkat

dengan forcep. Kekurangan dari cryotherapy adalah edema yang dapat bertahan

selama beberapa hari, kehilangan pigmen kulit melanosit yang dapat hancur pada

suhu -10oC sehingga dapat hancur terlebih dahulu sebelum folikel rambut

dihancurkan, penebalan
32

margin palpebral, dan kemungkinan gangguan fungsi sel goblet. Metode ini dapat

dikombinasi dengan berbagai tehnik pembedahan dan dapat diulangi jika persisten

atau berulang.7,10

Penggunaan Argon Laser pada trikiasis tidak se-efektif seperti menggunakan

cryotherapy, tetapi dapat sangat berguna ketika hanya sedikit dari bulu mata yang

tersebar membutuhkan ablasi atau ketika stimulasi dari area peradangan yang lebih

besar tidak dibutuhkan. Beberapa pigmen dibutuhkan pada dasar bulu mata untuk

menyerap energi laser dan mengablasi bulu mata, menyebabkan tehnik ini sensitive

terhadap warna rambut. Ablasi menggunakan argon laser membutuhkan sinar dengan

lebar tertentu, untuk kedalaman yang sama dengan electrolysis.7,10

3.9 Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada entropion, antara lain:1,2,11

1) Konjungtivitis

Peradangan pada konjungtiva. Akan terlihat lapisan putih yang transparan

pada mata dan garis pada kelopaknya. Entropion dapat menyebabkan

konjungtiva menjadi merah dan meradang, dan menimbulkan infeksi.

2) Keratitis

Suatu kondisi dimaan kornea meradang. Masuknya bulu mata dan tepi

kelopak ke kornea dapat menimbulkan iritasi dan rasa sakit. Jaringan parut

akan terbentuk dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.

3) Ulkus kornea

Ulkus kornea adalah ulkus yang terbentuk di kornea, dan biasanya disebabkan

oleh keratitis. Kondisi ini sangat serius karena dapt menyebabkan kehilangan
33

penglihatan. Sangat penting utnuk segera berobat ke dokter jika mata menjadi

maerah, mata terasa sakit atau seperti ada yang mengganjal di dalam mata.

4) Komplikasi bedah termasuk perdarahan, hematoma, infeksi, rasa sakit, dan

posisi tarsal yang buruk.

3.10 Prognosis

Entropion pada umumnya memiliki prognosis yang baik. Keefektifan

pengobatan entropion tergantung pada penyebab utama dan tingkat keparahan

penyakitnya.

Prognosis trikiasis umumnya baik. Tindak lanjut perawatan berkala dan

perhatian terhadap komplikasi, kekambuhan, atau komplikasi kornea dapat

meningkatkankan prognosis jangka panjang.1,6

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Resume Kasus

Pasien datang ke poli mata RSUD Kanjuruhan Kepanjen pada 25 Februari 2020

pukul 9:45 dengan keluhan pada kedua mata terasa ada yang mengganjal. Keluhan

dirasakan sejak beberapa hari yang lalu, hampir setiap waktu, dan semakit bertambah

keluhan yang dirasakan. Keluhan pada kedua mata disertai dengan rasa mata yang

tertusuk, dan banyak keluar air mata. Pasien juga mengeluhkan adanya rasa nyeri

seperti cekot-cekot pada kedua mata disertai pandangan yang kabur. Keluhannya
34

paling terasa pada mata kanan beliau. Kadang pasien merasakan keluhan semakin

sakit saat banyak beraktivitas disiang hari. Sedikit meradah saat malam hari saat

tidur. Sampai saat ini pasien mengakui sudah berobat diklinik dekat rumah, dan

diberikan obat tetes mata, namun keluhannya belum menghilang. Sehingga pasien

dirujuk ke klinik mata RSUD Kanjuruhan. Sebelumnya pasien pernah mengeluhkan

sakit yang sama pada mata kanan saja sekitar tahun lalu, kemudian dilakukan operasi

pada mata kanan.

4.2 Dasar Penegakkan diagnosis

Dasar diagnosis pada pasien ini yaitu adanya keluhan pada mata yang terasa ada

benda asing di dalamnya, dengan air mata yang terus mengalir, disertai dengan iritasi,

dan mata merah yang persisten. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kelemahan

kelopak atas, pada test snapback yaitu dengan cara menarik kelopak mata dengan

hati-hati ke arah luar terlihat kelopak mata tidak dapat kembali ke posisi semula.

Tanda klinis lainnya yang ditemukan adanya lipatan bulu mata yang tidak normal,

mengarah kedalam mata. Sehingga disimpulkan pasien mengalami, kelainan pada

kelopak mata atas, yang disertai dengan arah pertumbuhan bulu mata yang tidak

sesuai. Diagnosis kerja dari pasien ini adalah, ODS Entropion dengan Trikiasis

4.3 Dasar Rencana Terapi

Pada kasus ini di diagnosis dengan ODS Entropion dan trikiasis. Dalam rencana

penatalaksanaannya, akan diberikan edukasi kepada pasien, serta pemberian terapi

sesuai indikasi. Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan pada pasien, maka

terapi yang akan dijalankan yaitu:

a) Penjelasan kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit pasien.


35

b) Edukasi untuk melakukan tindakan reposisi entropion ODS bila pasien

berkenan.

c) Melakukan tindakan epilasi /pencabutan bulu mata ODS

d) Post epilasi, diberikan antibiotik topical 6 kali sehari. Pemberian

antibiotik sebagai prefentif terhaap infeksi dari bulu mata yang

melukai kornea.

e) Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan mata, terutama ketika ingin

meneteskan atau menyentuh mata

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Entropion merupakan salah satu kelainan yang terdapat pada area palpebra mata.

Bentuk dari kelainan ini adalah melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo

palpebra ke arah dalam sehingga bulu mata menggeser jaringan konjungtiva dan

kornea. Entropion kelopak mata bawah lebih sering terjadi daripada entropion

kelopak mata atas serta dapat terjadi unilateral maupun bilateral. Entropion dapat

menimbulkan komplikasi seperti konjungtivitis, keratitis, ulkus kornea, dan


36

komplikasi bedah seperti perdarahan, infeksi, dan nyeri. Penatalaksanaannya sesuai

dengan indikasi, salah diantaranya dengan nonfarmakologi penarikan kelopak mata,

epilasi bulu mata, dan dapat juga dengan melakukan pembedahan (tarsotomi) pada

otot mata yang mengalami kelainan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, Asbury. General Opthalmology 19th edition. Mc Graw Hill: New


York. 2018.
2. Kanski, J.J. and Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systematic
Approach 8th edition. Elsevier, Saunders. 2016.
3. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta. 2010.
4. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Periocular Malpositions and
Involutional Changes. In: Basic Science and Clinical Course 2015-2016,
Section 7, Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. San Fransisco: American
Academy of Ophthalmology; 2015.
37

5. Anonymous. Entropion-eyelids that turn it. American asociaty of


Ophthalmic and Reconstruction of Surger, 2005.
6. The College of Optometrists. Clinical Management Guidelines: Entropion.
Version 5. London, United Kingdom; 2015.
7. Fea A, Turco D, Actis AG, De Sanctis U, Actis G, Grignolo FM. Ectropion,
entropion, trichiasis. Minerva Chir. 2013.
8. Kirkwood B.J., Trichiasis: Characteristics and management options. Journal
of the American Society of Ophthalmic. 2011.
9. Gladstone G.A., Nesi F.A., Oculoplastic Surgery Atlas.United States of
America. 2018.
10. Sharma V.K., Kandpur S., Guidelines for Cryotherapy. Indian J Dermatol
Venereol Leprol.2009
11. Weber AC, Chundury RV, Perry JD. Entropion. San Fransisco: American
Academy of Ophthalmology; 2016.

Anda mungkin juga menyukai