Pembahasan
Postulat Koch adalah metode yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya virus yang
menginfeksi suatu tumbuhan. Postulat Koch berkembang pada abad ke-19 sebagai panduan
umum untuk mengidentifikasi patogen yang dapat diisolasikan dengan teknik tertentu. Waktu
dalam masa Koch, dikenal beberapa penyebab infektif yang memang bertanggung jawab pada
suatu penyakit dan tidak memenuhi semua postulatnya. Usaha untuk menjalankan postulat Koch
semakin kuat saat mendiagnosis penyakit yang disebabkan virus pada akhir abad ke-19. Masa itu
virus belum dapat dilihat atau diisolasi dalam kultur. Hal ini merintangi perkembangan awal dari
Menurut Bollard (1993), pada tahun 1880, Koch memanfaatkan kemajuan metoda
laboratorium dan menentukan kriteria yang diperlukan untuk membuktikan bahwa mikroba
spesifik merupakan penyebab penyakit tertentu. Kriteria ini dikenal dengan Postulat Koch yaitu:
ditimbulkan.
3. Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada tanaman yang sesuai dapat menimbulkan
penyakit.
4. Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi kembali dari tanaman yang telah terinfeksi
tersebut.
Definitif untuk menghubungkan penyebab patogen yaitu dengan mengamati gejala yang
tampak, yang menunjukkan Postulat Koch, isolasi dari individu yang sakit dari biakan murni
patogen yang kemudian digunakan untuk menginduksi gejala pada host yang sebelumnya sehat.
Persyaratan tersebut, pertama kali dijelaskan pada tahun 1890, yang dimaksudkan untuk
menetapkan metodologi standar sebagai bukti hubungan sebab-akibat. Virus adalah patogen
obligat, tidak mungkin untuk mendapatkan kultur murni, sebab beberapa virus sulit untuk
mengirimkan mekanisme transmisi spesifik virus baru yang mungkin tidak diketahui. Penyakit
yang disebabkan oleh spesies virus tunggal dalam postulat koch dapat dipenuhi dalam penafsiran
luas, yaitu patogen yang diisolasi dari tanaman bergejala menjadi tuan rumah eksperimental dan
kemudian kembali diinokulasi ke dalam spesies inang asli untuk mencoba dan meniru gejala
awal.
Namun, di mana kompleks virus mungkin mempengaruhi host atau di mana mungkin ada
pengaruh lingkungan atau agronomi pada pengembangan gejala (suhu, kelembaban, waktu dari
paparan, waktu dalam tahap pertumbuhan tanah atau tanaman, dan sebagainya) yang berusaha
Oleh karena itu pendekatan statistik telah digunakan untuk menunjukkan kemungkinan pengaruh
satu atau beberapa patogen terhadap ekspresi gejala dalam populasi sampel (Adams et al., 2014).
Postuat Koch dapat dingunakan dan diterapkan pada berbagai bidang dengan aplikatifnya
sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Berbagai bidang yang menerapkan Postulat Koch
diantaranya yaitu bidang mikrobiologi, bidang pertanian, peternakan, dan bidang pangan. Contoh
pada bidang pertanian yaitu postulat koch dapat digunakan ketika terdapat serangan oleh
pathogen pada pertanaman agroforestry, kemudian dalam bidang mikrobiologi postulat koch
dapat digunakan untuk mengetahui peranan mikroba sebagai penyebab penyakit yang
kerugian produksi pertanian seperti misalnya tanaman tomat (bercak hitam pada tomat), jagung
dan tebu (tumor) dan kentang (penyakit kuning kentang). Virus dapat menyebabkan perubahan
warna pada tanaman, menghambat pertumbuhan, dan menyebabkan kebusukan pada tanaman.
Beberapa tanaman dapat bertindak sebagai inang sementara dan hanya menampakkan gejala
tanpa disertai kerusakan lebih lanjut. Sel-sel tumbuhan terlindung dari penyakit oleh dinding sel
yang bersifat impermeable. Virus masuk ke dalam tanaman melalui luka yang dibawa oleh
parasit tanaman lain seperti nematoda, fungi dan kebanyakan insekta yang mengisap cairan
tanaman. Sekali tanaman tersebut terinfeksi oleh virus maka tanaman tersebut dapat
menyebarkan infeksinya pada tanaman lain melalui pollen atau benihnya (Yayan, 2012).
Daur infeksi virus tumbuhan dimulai dengan virus masuk ke dalam sitoplasma melalui
bantuan vektor atau perlakuan secara mekanis. Virus melepaskan genom virus (asam nukleat
DNA atau RNA) dari virion (uncoating) setelah berada dalam sitoplasma sel inang. Asam
nukleat virus bergabung dengan perangkap metabolisme inang untuk translasi protein virus.
Ekspresi gen virus diperlukan untuk replikasi genom virus dan patogenesis virus. Replikasi
genom virus ditujukan untuk sintesis virus baru (DNA atau RNA) (Bos, 1983).
Virus tumbuhan tidak mengandung suatu enzim, toksin atau zat lain yang pada patogen
lain dapat terlibat dalam patogenisitas dan menyebabkan berbagai macam gejala pada tanaman
inangnya. Asam nukleat virus (RNA) merupakan satu-satunya penentu penyakit, tetapi adanya
RNA atau virion di dalam tanaman meskipun dalam jumlah banyak tidaklah cukup sebagai
alasan penyebab gejala penyakit.Hal ini disebabkan karena beberapa tumbuhan yang
mengandung konsentrasi virus lebih tinggi menunjukkan gejala yang kurang berat dibandingkan
dengan tumbuhan lainnya yang kandungan virusnya lebih sedikit, atau kadang-kadang mereka
itu hanya sebagai tanaman pembawa virus yang tidak menunjukkan gejala (Suseno, 1990).
Gejala secara umum yang ditimbulkan virus tanaman adalah gejala eksternal dan gejala
internal. Gejala eksternal merupakan gejala penyakit yang kasat mata, dapat dilihat langsung
tanpa bantuan mikroskop. Gejala eksternal diakibatkan oleh infeksi primer pada sel yang
diinokulasikan oleh infeksi sekunder akibat penyebaran virus dari situs infeksi primer ke bagian
lain dari tanaman inang. Gejala infeksi primer pada daun yang diinokulasi disebut gejala lokal.
Gejala tersebut dapat dibedakan dengan jaringan di sekitarnya yang berbentuk bercak. Gejala
internal yaitu perubahan histologi pada bagian tanaman yang terinfeksi virus khususnya daun,
daun lembaga, dan cabang tanaman, dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu nekrosis atau
kematian sel, hiperplasia atau pertumbuhan sel yang berlebihan, serta hipoplasia atau penurunan
Mekanisme umum penyebaran virus tanaman ada dua yaitu transmisi horizontal dan
transmisi vertikal. Transmisi horizontal yaitu virus tanaman ditularkan sebagai hasil dari sumber
eksternal. Virus menembus lapisan luar pelindung tanaman. Tanaman yang telah rusak oleh
cuaca, pemangkasan, atau vektor seperti bakteri, jamur dan serangga biasanya lebih rentan
terhadap virus. Transmisi horizontal juga terjadi dengan metode buatan tertentu reproduksi
vegetatif biasanya dipekerjakan oleh hortikulturis dan petani. Tanaman pemotongan dan
penyambungan adalah mode umum yang digunakan virus tanaman dapat ditularkan. Transmisi
vertikal yaitu virus ini diwariskan dari induk. Jenis penularan terjadi dalam reproduksi aseksual
berkembang dari batang, akar, umbi, dan lain-lain dari tanaman induk, virus ini diteruskan
kepada tanaman berkembang. Pada reproduksi seksual, penularan virus terjadi sebagai akibat
Virus tumbuhan sangat bermacam-macam, namun ada beberapa karakteristik atau sifat
virus yang dapat digunakan untuk mengelompokkan virus tumbuhan. Pengelompokan virus
tumbuhan didasarkan pada susunan genom virus, homologi runutan nukleotida, hubungan
serologi, hubungan dengan vektor, kisaran inang, patogenisitas, gejala penyakit, serta
penyebaran geografi. Berdasarkan hubungan dengan vektornya misalnya pada virus yang secara
alami menyerang kedelai yaitu soybean stunt virus (SSV), Indonesian soybean swarf virus (I-
SDV), soybean mosaic virus (SMV), Cowpea mild mottle virus (CPMMV) dan hanya CPMMV
yang dapat ditularkan oleh Bemisia tabacci. Berdasarkan susunan genom virus, virus dengan
Virus tumbuhan dalam beberapa hal berbeda dengan virus yang menyerang hewan atau
bakteri. Perbedaan tersebut, salah satunya adalah mekanisme penetrasi virus ke dalam sel inang.
Virus tumbuhan hanya dapat masuk ke dalam sel tumbuhan melalui luka yang terjadi secara
mekanis atau yang disebabkan oleh serangga vektor. Hal ini disebabkan karena virus tumbuhan
tidak mempunyai alat penetrasi untuk menembus dinding sel tumbuhan. Virus yang menyerang
hewan dan bakteri dapat melakukan penetrasi langsung melalui selaput sel, seperti bakteriofag
(virus yang menyerang bakteri) mempunyai alat penetrasi yang dapat menembus selaput sel
untuk uji Postulat Koch. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan tanaman yang relatif cepat
sehingga mudah diamati gejala yang ditimbulkan apabila terdapat penyakit yang disebabkan oleh
berbagai macam agen penginfeksi. Penyakit yang menyerang pertanaman kacang tanah di
Indonesia, pada umumnya adalah penyakit layu bakteri, bercak daun awal, bercak daun lambat,
Puccinia arachidis merupakan penyakit yang cukup berbahaya pada pertanaman kacang tanah.
Puccinia arachidis sendiri merupakan cendawan parasit obligat yang tidak dapat hidup sebagai
secara saprofit. Virus yang menyerang kacang-kacangan misalnya PStv dan PmoV yang dapat
Proses pembuatan sap diakukan dengan menggunakan 5 lembar daun sakit yang diduga
diakibatkan oleh virus kemudian dimasukkan ke dalam mortar dan ditambahkan dengan akuades,
dan dimaserasi dengan pestle, kemudian sari atau cairan yang didapatkan disaring dengan kertas
whatman 41, lalu disaring kembali dengan milipore yang menggunkan kertas membran 0,45 µl.
Sap yang didapatkan dioleskan ke seluruh permukaan daun berusia 14 hari yang sebelumnya
telah dilukai oleh cotton bud yang telah diolesi oleh arang. Daun tersebut keudian dibungkus
dengan plastik transparan dan dilakukan inkubasi selama 9x24 jam di dalam green house. Hal
tersebut sesuai dengan yang dilakukan oleh Putri et al., (2013) yang dilakukan pada tanaman
kacang kedelai, yang berbeda hanya pada penggunaan bahan dan alat pada perlakuannya.
Pembuatan sap SMV (Soybean Mosaic Virus) dengan penularan virus menggunakan cara
mekanis.
Kemudian inokulum SMV untuk percobaan disiapkan dalam bentuk sap. Daun tanaman
kedelai yang menampakkan gejala sakit karena infeksi SMV dicuci dan dipotong-potong. Daun
yang sudah dipotong-potong diambil 5gram dan ditumbuk dengan mortar. Setelah daun lunak
ditambahkan larutan buffer phospat 10 ml (0,01M). Sap diperoleh dengan cara melakukan
penyaringan menggunakan kain kasa. Penularan sap dilakukan pada daun muda kedelai yang
berumur 15 hari setelah tanam. Permukaan daun kedelai yang akan diinokulasi ditaburi dengan
karborundum 600 mesh. Sap tanaman dioleskan menggunakan jari pada daun kedelai yang telah
ditaburi karborundum 600 mesh. Sebelum permukaaan daun kering dari sap daun dibasahi
menunjukkan hasil negatif, ini berarti tanaman tidak mengalami gejala seperti pada tanaman
yang diberi sap sedangkan tanaman kontrol pada kelompok 1,4, dan 6 menunjukkan hasil yang
positif sebab terdapat gejala yang sama seperti pada tanaman yang diberi sap. Tanaman dengan
perlakuan pemberian sap menunjukkan hasil yang positif yaitu tanaman milik kelompok 1, 4 dan
6, hal ini berarti tanaman dengan perlakuan menunjukkan gejala yang sama dengan tanaman
terkena virus yang diambil sapnya. Gejala yang diperlihatkan oleh tanaman dengan perlakuan ini
adalah daunnya menguning, pada daun terdapat bercak coklat dan terlihat layu, juga daun
mengalami nekrosis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bos (1983) bahwa tanaman dengan
perlakuan menunjukkan gejala sama seperti pada tanaman terserang virus yang diambil sapnya,
berarti memenuhi keempat kriteria pada Postulat Koch. Keempat kriteria tersebut harus dipenuhi
untuk menentukan hubungan sebab akibat antara virus dan penyakit yang ditimbulkan.