Anda di halaman 1dari 11

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOPI ARABIKA SPECIALTY

KETINGGIAN SEDANG BERBASIS KAWASAN


DI KABUPATEN JEMBER

Diah Puspaningrum1), Titin Agustina2)


1), 2)
Staf pengajar, Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Jember
email: puspafauzan38@gmail.com

ABSTRACT

The aim of this study was 1) to determine the productivity and income level at medium height of
Arabica specialty in Jember District; 2) to know the prospects and specialty Arabica coffee
development strategy at medium height in Jember District. The research method use descriptive
and analytical methods while determining the research area was purposive. Determination of
the sample was simple random sampling and determination of the sample was purposive
sampling by conducting in-depth interviews. The results showed that: 1) Productivity arabica
coffee specialty at medium height in Jember is 1892.12 kg/ha, 2) The income of coffee farmers is
Rp. 6,606,366.14 per ha, 3) cultivation of specialty arabica coffee at medium height Jember
district in the position of white areas and strategies that can be implemented is to undertake
capacity building of the shareholder institutions that is Forest Village Community Organization
who cultivated arabica coffee.

Keywords: Produktivitas, Pendapatan, Prospek, Strategi, Kopi Arabika Specialty

PENDAHULUAN berbeda dan kedua-duanya dibudidayakan


Kondisi umum yang terjadi dalam oleh petani di Jawa Timur. Perbedaan umum
perkebunan kopi Indonesia adalah petani terletak pada rasa, kondisi di mana dua
kopi hanya memiliki sedikit modal dan spesies itu tumbuh, dan perbedaan
lahan yang terbatas dan tidak mempunyai ekonomis, dimana harga biji kopi Arabica
jaringan pasar yang luas sehingga mereka yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tidak mempunyai nilai tukar yang tinggi harga biji kopi Robusta.
yang mengakibatkan mereka terjebak oleh Produktivitas kopi arabika di
para tengkulak dan ijon. Selain itu, petani provinsi Jawa Timur tergolong rendah
kopi tidak memerhatikan masalah mutu dan dengan rata-rata produktivitas sebesar 0,37.
kualitas produksinya sehingga hasil Hal ini dikarenakan permasalahan-
produksinya tidak mampu bersaing dan permasalahan yang dialami sulit diatasi oleh
memenuhi tuntutan pasar domestik, apalagi petani seperti ketidakmampuan untuk
Internasional yang ketat dalam standar mutu. meningkatkan produktivitas usahatani dan
Rendahnya nilai tukar yang diterima petani kendala teknis budidaya, rehabilitasi
disebabkan salah satunya adalah kurang tanaman dan manajemen yang dihadapi
berfungsinya kelembagaan yang dapat petani untuk memenuhi standar perusahaan
berperan dalam menaikkan kekuatan tawar- dan pasar internasional. Masalah lain adalah
menawar (bargaining power) petani tidak tersedia dan tidak efektifnya peran
terhadap pedagang perantara. penyuluhan. Sementara untuk meningkatkan
Jawa Timur adalah propinsi yang produksi kopi Arabika sulit, karena kopi
menduduki posisi kelima sebagai provinsi jenis ini hanya dapat tumbuh dan
sentra produksi kopi terbesar yang berproduksi optimal di dataran tinggi dengan
berkontribusi 7,14 persen terhadap total kisaran 2.000 kaki atau sekitar 1.000 meter
produksi kopi Indonesia. Arabica dan dari permukaan laut.
Robusta adalah dua spesies kopi yang

56 JSEP Vol. 9 No.3 November 2016


Kabupaten Jember adalah salah satu hipotesis dan mengadakan interpretasi
kabupaten yang layak ditanami tanaman mengenai hubungan-hubungan yang ada.
perkebunan tersebut. Desa Kemiri dan
Karangpring merupakan wilayah di Metode Pengambilan Sampel
Kecamatan Panti dan Kecamatan Sukorambi Pengambilan contoh yang dilakukan
Kabupaten Jember yang memiliki komoditas peneliti yaitu dengan menggunakan teknik
unggulan berupa kopi. Kedua desa tersebut simple random sampling. Dimana sampel
merupakan desa yang berada pada diambil secara acak dari populasi yaitu
ketinggian 600 meter diatas permukaan laut, petani-petani kopi yang membudidayakan
dengan curah hujan 500 mm/th. Budidaya kopi arabika sebanyak 350 orang. Untuk
kopi yang dilakukan sebagian besar adalah menentukan ukuran sampel digunakan
jenis robusta dan mulai tiga tahun yang lalu, formulasi Slovin (Umar, 2003).
terutama yang berada di ketinggian diatas N
600 dpl telah dibudidayakan jenis kopi n=
arabika. Kopi Arabika yang berada di 1 + Ne2
Kabupaten Jember ini diharapkan dapat Keterangan:
menjadi kopi arabika specialty ketinggian N = jumlah populasi
sedang karena ditanam di ketinggian kurang n = jumlah sampel
dari 1000 dpl. Berdasarkan hal tersebut e = persen kelonggaran penelitian
maka untuk mencapai kopi arabika specialty Dengan menggunakan rumus diatas,
ketinggian sedang, akan melakukan kajian maka pada jumlah populasi yang mencapai
ekonomi, produktivitas, pendapatan serta 350 orang dengan tingkat kesalahan
prospek dan strategi pengembangan kopi mencapai 15%, diperoleh sampel sebesar 44
arabika ketinggian sedang di Kabupaten orang petani kopi.
Jember.
Metode Pengumpulan Data
METODOLOGI PENELITIAN Sumber data yang digunakan dalam
Penentuan Daerah Penelitian penelitian ini adalah data primer dan data
Metode penentuan daerah penelitian sekunder.
adalah secara sengaja (Purposive Method) 1. Data Primer
yaitu terdiri dari 2 kecamatan di Kabupaten Data primer merupakan data yang
Jember yang membudidayakan kopi arabika diperoleh langsung dari responden melalui
yaitu Desa Karangpring Kecamatan wawancara mendalam (indepth interview).
Sukorambi dan Desa Kemiri Kecamatan Untuk mengetahui kondisi potensi
Panti. Pemilihan kedua desa tersebut karena sumberdaya alam dan sumberdaya manusia
ada konversi budidaya kopi robusta menjadi serta kondisi kelembagaan shareholder
kopi arabika ketinggian sedang yang akan (petani dan kelompok tani serta Lembaga
panen pertamakali pada bulan Mei 2013. Masyarakat Desa Hutan yang
Panen perdana diperkirakan sebesar 70 ton. membudidayakan kopi arabika) dan
Diharapkan pada tahun 2015 terdapat 2000 stakeholder (Perguruan Tinggi atau
Ha kopi Arabika dengan perkembangan 500 Universitas Jember, Pusat Penelitian Kopi
Ha per tahun. dan Kakao, Dinas Perkebunan dan
Kehutanan, Perum Perhutani, Perbankan).
Metode Penelitian Dilakukan pengamatan berperanserta.
Metode yang digunakan dalam Sehingga data primer digali dengan cara
penelitian ini adalah metode deskriptif dan triangulasi teknik maupun triangulasi
analitis. Menurut Nazir (2009), metode sumber. Triangulasi tersebut dilakukan
deskriptif berguna untuk membuat deskripsi, untuk menguji keabsahan data.
gambaran, lukisan secara sistematis, faktual Teknik Focus Discussion Group
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dilakukan untuk menggali data tentang
serta hubungan antarfenomena yang prospek dan strategi pengembangan kopi
diselidiki.. Metode analitis adalah metode Arabica specialty ketinggian sedang di
yang bertujuan untuk menguji hipotesis- Kabupaten Jember. Narasumber dalam FGD

JSEP Vol. 9 No.3 November 2016 57


adalah semua shareholder dan stakeholder Analisis pendapatan digunakan
yang terkait dengan kopi arabika specialty untuk mengetahui usahatani kopi arabika di
ketinggian sedang. Kabupaten Jember mengalami keuntungan
2. Data Sekunder atau kerugian. Analisisnya adalah sebagai
Data sekunder merupakan data yang berikut (Soekartawi, 1995):
berupa literatur-literatur baik umum maupun π = TR – TC
khusus yang diperoleh dari berbagai instansi Keterangan: π = keuntungan / pendapatan
yang terkait dengan budidaya kopi arabika bersih (per musim tanam)
dan website yang berhubungan dengan TR = penerimaan total; TC =
bahan penelitian. biaya total
Analisis SWOT digunakan untuk
Metode Analisis Data menguji prospek dan strategi pengembangan
Untuk analisis kajian ekonomi kopi arabika di Kabupaten Jember. Menurut
digunakan pendekatan produktivitas secara Rangkuti (1998) analisis SWOT terdiri dari
parsial. Produktivitas usahatani kopi arabika analisis faktor internal (Internal Factor
menunjukkan besarnya produksi (kg) kopi Analysis Summary/IFAS) dan analisis faktor
arabika yang dapat dihasilkan pada satu eksternal (External Factor Analysis
kesatuan luas lahan (hektar) yang dinyatakan Summary/EFAS) seperti pada Tabel 1 dan 2.
dengan satuan Ton/ha. Analisis SWOT meliputi tahap proses
Persamaannya adalah sebagai berikut sebagai berikut :
(Sinungan, 2000): a. Tahap pertama dilakukan pengumpulan
Produktivitas Lahan = data internal dan eksternal. Faktor-faktor
 produksi total strategi internal dan eksternal disusun
dalam kerangka IFAS dan EFAS seperti
 luas lahan pada Tabel 1 dan 2 (Rangkuti, 1998).
Keterangan: Y = Produksi Total (dalam
Ton) ; Ha = Luas Lahan (dalam Hektar)
Kriteria Pengambilan Keputusan:
Tabel 1. Analisis Faktor Internal (Internal Factor Analysis Summary/IFAS)
Nilai
No Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating
(BobotxRating)

Kekuatan Internal
Kelemahan Internal
Total Nilai :

Tabel 2. Analisis Faktor Eksternal (Eksternal Factor Analysis Summary/EFAS)


Nilai
Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating
No (BobotxRating)

Peluang eksternal
Ancaman Eksternal :
Total Nilai :

58 JSEP Vol. 9 No.3 November 2016


b. Selanjutnya adalah penentuan posisi kompetitif relatif berdasarkan matriks BCG, seperti
pada Gambar 1.
EFAS
4
WHITE GREY
High
AREA AREA
2

low GREY BLACK


AREA AREA
0
4 High 2 Low 0

IFAS

Gambar 1. Matrik Posisi Kompetitif Relatif

c. Selanjutnya adalah penentuan alternatif


strategi dengan menggunakan matriks HASIL DAN PEMBAHASAN
SWOT. Matrik SWOT digunakan Produktivitas dan Pendapatan Kopi
untuk menentukan strategi yang baik, Arabika Specialty Ketinggian Sedang di
yang tersusun dari 4 strategi yaitu SO, Kabupaten Jember
WO, ST, WT yang ditunjukkan dalam
Gambar 2. Produksi yang tinggi merupakan
IFAS Strenghts Weakness tujuan setiap petani kopi arabika saat proses
EFAS (S) (W) on-farm dilakukan. Kopi arabika yang
berada di Kabupaten Jember khususnya di
Opportunitie Strategi Desa Kemiri Kecamatan Panti Kabupaten
Strategi SO
s (O) WO Jember dikatakan ketinggian sedang karena
berada pada ketinggian kurang dari 1000 m
Treaths (T) Strategi ST Strategi WT dpl. Desa Kemiri memiliki ketinggian ±
600 m dpl. Selama proses budidaya kopi
Gambar 2. Matriks SWOT arabika, petani harus mampu mengelola
usahataninya dengan baik, mulai dari
persiapan benih sampai pada proses
pemanenan kopi. Berikut adalah data
tentang produksi per ha (produktivitas) kopi
arabika specialty ketinggian sedang di
Kabupaten Jember.

Tabel 3. Rata-rata Penerimaan, Biaya Total dan Pendapatan Petani Kopi Arabika di Kabupaten
Jember
No Uraian Nilai/Jumlah
1 Produksi :
Jumlah (Kg/ha) 1.892,12
Harga (Rp/kg) 4.961,11
Nilai/Penerimaan (Rp/ha) 9.372.433,86
2 Biaya Produksi (Rp/ha) 2.766.067,72
3 Pendapatan (Rp/ha) 6.606.366,14

JSEP Vol. 9 No.3 November 2016 59


Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa per ha sebesar Rp. 6.606.366,14. Tingkat
rata-rata produktivitas kopi arabika di pendapatan yang demikian tentu dapat
Kabupaten Jember adalah sebesar 1.892,12 dinyatakan bahwa pendapatan lebih besar
kg/ha. Hasil tersebut terbilang belum dari nol atau total penerimaan lebih besar
optimal karena kopi arabika di Kabupaten dari total biaya, sehingga dapat dikatakan
Jember dibudidayakan pada ketinggian bahwa tingkat pendapatan usahatani kopi
tempat yang dapat dibilang tidak begitu arabika di Kabupaten Jember adalah
sesuai dengan standart untuk usahatani kopi menguntungkan.
arabika.
Dalam pelaksanaan usahatani maka Prospek dan Strategi Pengembangan
tujuan akhir yang ingin dicapai adalah Kopi Arabika Specialty Ketinggian
pendapatan yang tinggi. Tiga kriteria yang Sedang di Kabupaten Jember
dapat menunjukkan bahwa suatu usahatani Pengembangan kopi arabika
dapat dikatakan berhasil atau tidak yaitu, (1) specialty ketinggian sedang di Kabupaten
pada saat TR>TC yaitu tingkat pendapatan Jember nampaknya merupakan hal yang
yang diterima oleh petani adalah tinggi atau penting mengingat usahatani kopi arabika di
menguntungkan sehingga dapat dikatakan Kabupaten Jember baru diusahakan pada
petani dalam melaksanakan usahataninya beberapa tahun terakhir. Beberapa strategi
adalah berhasil, (2) TR = TC, yaitu tingkat perlu ditetapkan untuk pengembangan kopi
pendapatan berada pada titik BEP (titik arabika specialty ketinggian sedang di
impas), dimana petani tidak menerima Kabupaten Jember, tentunya dengan
keuntungan ataupun kerugian, dan (3) dukungan dari lingkungan internal maupun
TR<TC, yaitu tingkat pendapatan merugikan eksternal yang dimiliki dalam pelaksanaan
sehingga dapat dikatakan bahwa usahatani usahatani kopi arabika. Beberapa faktor
tidak berhasil. Berikut adalah tabel yang internal dan faktor eksternal yang menjadi
menunjukkan tingkat pendapatan usahatani perhatian dalam penelitian ini adalah sumber
Kopi Arabika Specialty Ketinggian Sedang daya manusia, pemasaran hasil kopi arabika
di Kabupaten Jember. dan pembinaan serta kelembagaan. Secara
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui rinci factor-faktor internal dan eksternal
bahwa produksi usahatani kopi arabika di dalam usahatani kopi arabika specialty
Kabupaten Jember adalah sebesar 1.892,12 ketinggian sedang di Kabupaten Jember
Kg/Ha dengan harga jual sebesar Rp dijelaskan berikut berikut.
4.961,11/Kg. Penerimaan usahatani 1) Faktor Internal
diperoleh dengan mengalikan antara harga Faktor internal dalam usahatani kopi
dan produksi, sehingga penerimaan arabika specialty di Kabupaten Jember
usahatani kopi arabika adalah sebesar Rp terdiri dari faktor kekuatan dan faktor
9.372.433,86/Ha. Penerimaan tersebut kelemahan. Berikut ini adalah
merupakan hasil kotor yang diterima petani identifikasi factor internal (faktor
dan masih belum dikurangi dengan biaya kekuatan dan kelemahan) dalam
selama proses budidaya. Dengan biaya usahatani kopi arabika di Kabupaten
produksi yang dikeluarkan sebesar Rp. Jember
2.766.067,72/ha, maka diperoleh pendapatan
Tabel 4. Identifikasi Faktor Internal Usahatani Kopi Arabika Specialty Ketinggian Sedang di
Kabupaten Jember
No Kekuatan No Kelemahan
1 Kesesuaian lahan untuk budidaya 1 Motivasi petani ntuk melakukan petik
kopi arabika merah masih rendah
2 Adanya dukungan dari LMDH 2 Kelembagaan yang belum berjalan
maksimal
3 Adanya perlindungan harga kopi 3 Kurangnya modal usaha yang dimiliki
arabika dari LMDH LMDH untuk membantu memberikan

60 JSEP Vol. 9 No.3 November 2016


pinjaman kepada petani
4 LMDH menampung hasil panen kopi
seluruh petani
5 Masa panen yang relative lebih
singkat daripada kopi robusta
Sumber: Data Primer diolah, 2014
1.1 Faktor Kekuatan kebutuhan sehari-hari sambil
a) Kesesuaian lahan untuk budidaya menunggu kopi robusta panen.
kopi arabika
Desa Kemiri dan Desa Karangpring 1.2 Faktor Kelemahan
memiliki ketinggian lahan yang a) Motivasi petani ntuk melakukan
sesuai untuk budidaya kopi arabika petik merah masih rendah
yaitu diatas ketinggian 700 mdpl Petani kopi arabika di Kabupaten
serta memiliki tanah yang subur Jember memang memiliki tingkat
untuk budidaya kopi arabika. pendidikan yang relative rendah,
b) Adanya dukungan dari LMDH rata-rata tingkat pendidikan petani
Ketua dan semua pengurus LMDH kopi adalah tamatan SD sehingga
selalu memberikan motivasi kepada kadang-kadang teknologi yang
petani untuk melakukan budidaya disarankan tidak dilaksanakan,
kopi arabika untuk meningkatkan seperti halnya yang telah dilakukan
pendapatan petani kopi. oleh LMDH. LMDH masih merasa
c) Adanya perlindungan harga kopi kesulitan untuk memberikan
arabika dari LMDH motivasi kepada petani untuk
LMDH menjamin harga kopi melakukan petik merah karena para
arabika dipasaran sehingga kopi petani ingin cepat melakukan
arabika yang dihasilkan petani pemanenan untuk memperoleh
memiliki nilai tawar yang tinggi. pendapatan walaupun hasil dari
LMDH dan Pusat Penelitian Kopi kopi petik merah memiliki harga
dan Kakao Indonesia (Puslit Koka) yang jauh lebih tinggi dari kopi
akan melakukan kerja sama untuk rajutan.
mensertifikasi kopi arabika agar b) Kelembagaan yang belum berjalan
harga jual kopi menjadi tinggi. maksimal
d) LMDH menampung hasil panen LMDH belum dapat berjalan
kopi seluruh petani maksimal karena kurangnya
Hasil kopi arabika yang dihasilkan kebersamaan (kekompakan) dari
petani ditampung oleh ketua para anggota serta adanya konflik
LMDH dalam bentuk gelondong antara LMDH dengan mantri
merah untuk diolah menjadi kopi DISBUN (di Karangpring)
arabika olah basah serta sehingga mempengaruhi kinerja
menampung hasil kopi olah kering LMDH
dari petani. c) Kurangnya modal usaha yang
e) Masa panen yang relative lebih dimiliki LMDH untuk membantu
singkat daripada kopi robusta memberikan pinjaman kepada
kopi arabika memiliki masa panen petani
yang lebih cepat daripada kopi LDMH kekurangan dana sehingga
robusta, kopi arabika panen pada tidak mampu memberikan
bulan mei sedangkan kopi robusta pinjaman modal untuk usahatani
panen pada bulan agustus, dengan kopi arabika kepada para petani
masa yang lebih cepat dapat oleh karena itu petani meminjam
memotong masa paceklik sehingga modal kepada para pedagang atau
pendapatan dari kopi arabika dapat rentenir dengan bunga yang relatif
digunakan untuk memenuhi tinggi.

JSEP Vol. 9 No.3 November 2016 61


Tabel 5. Identifikasi Faktor Eksternal Usahatani Kopi Arabika Specialty Ketinggian Sedang di
Kabupaten Jember
No Peluang No Ancaman
1 Permintaan pasar sangat tinggi 1 Persaingan pasar kopi arabika
terhadap kopi arabika
2 Prospek kopi arabika sangat bagus 2 Harga kopi yang selalu berfluktuasi
3 Harga jual kopi arabika yang relative 3 Anomali cuaca
tinggi
4 Adanya bantuan dari Disbun Kab.
Jember kepada petani kopi arabika
Sumber: Data Primer diolah, 2014
2 Faktor Eksternal
2.1 Faktor Peluang
a) Permintaan pasar sangat tinggi 2.2 Faktor Ancaman
terhadap kopi arabika a) Persaingan pasar kopi arabika
Permintaan pasar yang sangat hasil kopi arabika dari Desa Kemiri
tinggi akan kopi arabika atau selalu dan Desa Karangpring bersaing
mengalami peningkatan permintaan dengan kopi arabika dari berbagai
setiap tahunnya namun produksi daerah yang telah memiliki
kopi dalam negeri tidak dapat sertifikasi sehingga kopi arabika
memenuhi sehingga dibutuhkan yang dihasilkan dari Desa Kemiri
peningkatan produksi kopi arabika dan Desa Karangpring kurang
b) Prospek kopi arabika sangat bagus bersaing di pasaran.
Prospek kedepan yang sangat bagus b) Harga kopi yang selalu berfluktuasi
untuk kopi arabika karena Harga kopi arabika selalu
permintaan kopi arabika diluar mengalami fluktuasi harga
negeri yang sangat tinggi karena dikarenakan harga kopi dalam
kopi arabika memiliki citarasa yang negeri berdasarkan harga kopi
khas dunia di Terminal New York yang
c) Harga jual kopi arabika yang mengikuti kurs Dollar sehingga
relative tinggi apabila kurs Dollar turun harga
Harga jual kopi arabika yang relatif menjadi turun begitu juga
tinggi daripada kopi robusta sebaliknya apabila kurs dollar naik
dikarenakan kopi arabika lebih harga menjadi naik. Selain itu,
minati oleh konsumen luar negeri. harga kopi juga dipengaruhi oleh
d) Adanya bantuan dari Dinas banyak sedikitnya produksi kopi
Perkebunan Kabupaten Jember luar negeri.
kepada petani kopi arabika c) Anomali cuaca
Pengembangan kopi arabika di produksi kopi sangat dipengaruhi
Kabupaten Jember memang baru oleh anomali cuaca, perubahan
berjalan sekitar 3 tahun, namun cuaca yang tidak menentu akan
dukungan dari pemerintah melalui mempengaruhi produksi kopi
Dinas Perkebunan juga dirasakan arabika karena perubahan cuaca
oleh petani kopi. Dinas Perkebunan tersebut akan mempengaruhi proses
Kabupaten Jember memberikan pembungaan kopi arabika.
bantuan kepada para petani kopi
arabika untuk merangsang Hasil identifikasi faktor strategis internal
semangat petani menanam kopi yang berupa kekuatan dan kelemahan serta
arabika. Beberapa bantuan yang faktor strategis eksternal yang berupa
telah diberikan kepada petani peluang dan ancaman dianalisis dalam
adalah bantuan pupuk dan bibit.

62 JSEP Vol. 9 No.3 November 2016


matrik kompetitif relatif dan matrik internal
sebagai berikut:
Tabel 6. Matrik Faktor Strategi Internal Usahatani Kopi Arabika Ketinggian Sedang di
Kabupaten Jember
No Faktor-faktor Kondisi Internal Bobot Rating Nilai
Kekuatan
1 Kesesuaian lahan untuk budidaya kopi arabika 0,134 3 0,402
2 Adanya dukungan dari LMDH 0,134 3 0,402
3 Adanya perlindungan harga kopi arabika dari LMDH 0,134 3 0,402
4 LMDH menampung hasil panen kopi seluruh petani 0,089 2 0,179
5 Masa panen yang relative lebih singkat daripada kopi 0,134 3 0,402
robusta
Subtotal Nilai 0,625 14 1,786

No Kelemahan Bobot Rating Nilai


1 Motivasi petani ntuk melakukan petik merah masih rendah 0,188 3 0,563
2 Kelembagaan yang belum berjalan maksimal 0,125 2 0,250
3 Kurangnya modal usaha yang dimiliki LMDH untuk 0,063 1 0,063
membantu memberikan pinjaman kepada petani
Subtotal Nilai 0,375 6 0,875
Total Nilai IFAS 1 20 2,661
Sumber : Data diolah, 2014

Tabel 7. Matrik Faktor Strategi Eksternal Usahatani Kopi Arabika Ketinggian Sedang di
Kabupaten Jember
No Faktor-faktor Kondisi Eksternal Bobot Rating Nilai
Peluang
1 Permintaan pasar sangat tinggi terhadap kopi arabika 0,163 4 0,653
2 Prospek kopi arabika sangat bagus 0,122 3 0,367
3 Harga jual kopi arabika yang relative tinggi 0,163 4 0,653
Adanya bantuan dari Disbun Kab. Jember kepada petani
4 kopi arabika 0,122 3 0,367
Subtotal nilai 0,571 14 2,041

No Ancaman Bobot Rating Nilai


1 Persaingan pasar kopi arabika 0,214 2 0,429
2 Harga kopi yang selalu berfluktuasi 0,107 1 0,107
3 Anomali cuaca 0,107 1 0,107
Subtotal nilai 0,429 4 0,643
Total nilai EFAS 1 18 2,684
Sumber : Data diolah, 2014
Hasil identifikasi faktor strategis dan matrik internal eksternal. Berdasarkan
internal yang berupa kekuatan dan hasil analisis SWOT pada matrik posisi
kelemahan serta faktor strategis eksternal kompetitif relatif diperoleh nilai IFAS
yang berupa peluang dan ancaman pada sebesar 2,661 dan nilai EFAS sebesar
pembahasan sebelumnya, lebih lanjut 2,684. Berikut adalah gambar Matrik Posisi
dianalisis dalam matrik kompetitif relatif Kompetitif Relatif.

JSEP Vol. 9 No.3 November 2016 63


EFAS
4

high GREY
2,684 WHITE AREA
AREA

Low
GREY BLACK
AREA AREA

0
4 2,661 2 0
high Low IFAS

Gambar 3. Matrik Posisi Kompetitif Relatif

Selanjutnya dilakukan analisis internal-eksternal, berikut adalah matrik Internal


eksternal yang ditunjukkan pada Gambar 4.
TOTAL SKOR IFAS
4,0 Kuat 3,0 Rata-rata 2,0 Lemah 1,0

Tinggi 2,661
TOTAL I II III
SKOR Pertumbuhan Pertumbuhan Penciutan
3,0
EFAS
Menengah
2,684
2,0
V
IV VI
Rendah Pertumbuhan
Stabilitas Penciutan
/Stabilitas
1,0

VII VIII IX
Pertumbuhan Pertumbuhan Likuidasi

Gambar 4. Internal – Eksternal Matriks

64 JSEP Vol. 9 No.3 November 2016


Selanjutnya untuk mengetahui yaitu dengan memanfaatkan seluruh
strategi yang dipilih untuk memperbaiki kekuatan untuk memanfaatkan dan
usahatani kopi arabika di Kabupaten merebut peluang yang ada sehingga dapat
Jember maka dilakukan dengan melihat mengurangi kelemahan-kelemahan dan
nilai masing-masing faktor yang telah ancaman yang ada dan mampu
dilakukan pada evaluasi faktor internal dan mengembangkan usahatani kopi arabika
eksternal seperti pada Tabel 6 dan Tabel 7, di Kabupaten Jember.
yang hasilnya dapat ditunjukkan pada tabel Ada pun model Strategi
8: Pengembangn Kopi Arabika Specialty
Berdasarkan Tabel 8 diatas maka Ketinggian Sedang Berbasis Kawasan di
dapat dilihat bahwa nilai tertinggi adalah Kabupaten Jember berdasarkan analisis
3,827 dengan menggunakan strategi SO tersebut diatas adalah Gambar 5.
Tabel 8. Matrik Strategi Terpilih untuk Pengembangan Usahatani Kopi Arabika
IFAS Strenght (S) Weakness (W)
Nilai 1,786 Nilai 0,875
EFAS
Opportunities (O) Strategi S-O Strategi W-O
Nilai 2,041 Nilai 3,827 Nilai 2,916

Threaths (T) Strategi S-T Strategi W-T


Nilai 0,643 Nilai 2,429 Nilai 1,518

Sumber : Data diolah, 2014

LMDH Shareholder:
Petani Kopi Arabika (Lembaga Masyarakat Desa • Disbunhut
Hutan) • PuslitKoka
• Perguruan
Tinggi
• Perbankan
Capacity Building
• Eskportir

Rekayasa:
Sosial, Ekonomi, Teknologi,
Nilai Tambah

Pengembangan Kopi Arabika Specialty Berketinggian Sedang


Berbasis Kawasan di Kabupaten Jember

Gambar 5. Model Strategi Pengembangan Kopi Arabika Specialty Berketinggian Sedang


Berbasis Kawasan di Kabupaten Jember

JSEP Vol. 9 No.3 November 2016 65


Berdasarkan Gambar 5 diatas Puspaningrum, Diah. 2010. Pemberdayaan
bahwa model strategi pengembangan kopi Petani Kopi Melalui Program
arabika berbasis kawasan di Kabupaten Pengelolaan Sumberdaya Hutan
Jember adalah dengan melakukan Capacity Bersama Masyarakat. Jurnal Ilmu
building terhadap Lembaga Shareholder Pengetahuan Sosial, Volume
yaitu Lembaga Masyarakat Desa Hutan XIII Edisi September 2011. Jurusan
yang melakukan budidaya kopi arabika Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
tersebut. Capacity building tersebut Sosial Fakultas Keguruan dan
dilakukan untuk memberikan penguatan- Ilmu Pendidikan Universitas Jember
penguatan kepada lembaga sehingga Bekerjasama dengan Himpunan
lembaga yang ada dapat berjalan dengan Sarjana Pendidikan Ilmu
maksimal. Penguatan-penguatan yang Pengetahuan Sosial Jawa Timur,
dilakukan dengan memberikan pendidikan ISSN 1411- 5352.
dan pelatihan kepada anggota-anggota
Lembaga Masyarakat Desa Hutan dalam Puspaningrum, Diah. Peranan Kelembagaan
meningkatkan on farm dan off farm dalam Sumberdaya Hutan Bersama
melakukan budidaya kopi arabika specialty Masyarakat (PHBM),
berketinggian sedang. Peningkatan Society Journal. Volume 6 No.2
kapasitas kelembagaan tersebut diharapkan Oktober 2011. Center for Society
dapat dilakukan oleh kelembagaan Studies. ISSN 1907-820X.
stakeholder yang berkaitan dengan
budidaya kopi arabika diantaranya adalah Puspaningrum, Diah. 2011. Mewujudkan
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kemandirian Lembaga Msyarakat
Kabupaten Jember (Disbunhut), Pusat Desa Hutan “Taman Putri”
Penelitian Kopi dan Kakao (PuslitKoka), (Participatory Research dengan
Perguruan Tinggi dalam hal ini Universitas Pendekatan Appreciative Inquiry).
Jember, Perbankan yang diharapkan dapat Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial.
memberikan akses terhadap operasional Jurusan Pendidikan dan Ilmu
budiadaya kopi arabika serta ekportir kopi Pengetahuan Sosial Fakultas
dalam hal ini adalah PT Indokom Citra Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Persada. Universitas Jember. Volume XIII
Edisi Januari2012. ISSN 1411-
SIMPULAN 5352
1. Produktivitas kopi arabika specialty
berketinggian sedang di Kabupaten Rangkuti, F. 1998. Analisis SWOT Teknik
Jember adalah 1.892,12 kg/Ha Membedah Kasus Bisnis. PT
2. Pendapatan yang diperoleh petani kopi Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
arabika sebesar Rp. 6.606.366,14/Ha
3. Budidaya kopi arabika specialty Sinungan, M. 2000. Produktivitas: Apa dan
berketinggian sedang berbasis kawasan Bagaimana. Jakarta: Bumi Aksara.
di Kabupaten Jember berada pada
posisi white area dan strategi yang Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi,
dapat dilaksanakan adalah dengan dengan Pokok Bahasan Analisis
melakukan Capacity building terhadap Fungsi Cobb-Douglas. Rajawali
lembaga shareholder yaitu Lembaga Pers. Jakarta.
Masyarakat Desa Hutan yang
melakukan budidaya kopi arabika. Wibowo. 1995. Pengantar Ekonometrika.
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
DAFTAR PUSTAKA Universitas Jember, Jember.
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia
Indonesia, Jakarta.

66 JSEP Vol. 9 No.3 November 2016

Anda mungkin juga menyukai