Anda di halaman 1dari 9

Kepada ilmu pengetahuan yang prophan.

Sebab dengan ilmu dan teknologi yang


demikian pesat ini, manusia dapat mengalihkan teknologi ilahiyah yang permanen
kepada teknologi insaniyah yang immanent.

B. Pendidikan Islam dan Paradigma Keilmuan yang Dibangunnya.


Tujuan dari pelaksanaan tujuan pendidikan islam, bukan hanya sekedar
pencapaianaspek knowing dan doing peserta didik, yang landasannya empirik, rasional,
dan sensual, tetapi mengajak anak didik agar berpijak pada prinsip pencapaian ridha
Tuhan yang metafisik dan beyond, yang karenanya tidak selalu empiric, tidak selalu
rasional, dan tidak selalu sensual.

Bagian ini menjelaskan tentang makna pendidikan sebagai basis ontologis dan
fungsi atau kegunaan pendidikan islam. Dari dua basis ini, selanjutnya akan dijelaskan
bagaimana [epistemologi] makna dan tujuan pendidikan islami dimaksud dapat dicapai.

1. Makna Pendidikan
Secara bahasa, pendidikan setara dengan kata education yang diambil dari
kata educere (b.latin) yang berarti memasukan sesuatu. Istilah ini dipakai untuk
makna pendidikan dengan maksud bahwa pendidikan dapat diterjemakna sebagai
usaha memasukan sesuatu (berupa ilmu pengetahuan) dari orang yang dianggap
memilikinya kepada mereka yang dianggap belum memilikinya. Berdasarkan
pengertian ini, maka pendidikan berlangsung dalam tiga proses. ketiga proses itu
adalah ilmu, usaha memasukannya kepada kepala orang yang belum memilikinya
dan orang yang dianggap memiliki ilmu.1

Secara istilah, pendidikan dimaknai beragam oleh para ahli. perbedaan itu
disebabkan karena latar belakang dan kepentingan masing-masing serta sudut
pandang dari orang yang memberikan pengertian terhadapnya. Bahkan Sudradja
Adiwikarta2 dikalangan sosiolog sendiri penjelasan makna pendidikan telah
dipahami berebeda. Menurut Sudardja mengandung syarat bahwa pendidikan
menuntut adanya proses pemaksaan. Proses ini harus dilakukan oleh pendidik
kepada murid yang dianggap belum dewasa.

1
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka al Husna, 1988, h, 4
2
Sudardja adiwikarta, Sosiologi Pendidikan: Isyu dan Hipotesis Tentang Hubungan Pendidikan dengan
Masyarakat, Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud. 1988, h. 2-4
Lawrence A. Cremin, masih dalam tulisan Sudardja Adiwikarta menyebut
bahwa pendidikan sebagai sebuah upaya yang cermat, sistematis,
berkesinambungan untuk melahirkan, menularkan dan memperoleh pengetahuan,
niloai-nilai, keterampilan dan perasaan-perasaan dalam setiap kegiatan belajar yang
dihasilkan dari kegiatan tersebut, baik langsung maupun tidak langsung, baik yang
disengaja maupun tidak disengaja, melalui pendidikan diharapkan kegiatan belajar
dimunculkan, nilai, pengetahuan, dan keterampilan serta perasaan dilahirkan,
diperoleh dan ditularkan.
M.J Langeveld mengartikan pendidikan sebagai “setiap usaha, pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada seseorang yang tertuju kepada
usaha pendewasaan anak atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Khususnya pada pasal 1 ayat 1 pendidikan diartikan sebagai:
“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, penegendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia serta keterampilan yan g
diperlukan dirinya, masayarakat bangsa dan Negara“. Di ayat 2 disebutkan
bahwa pendidikan nasional didasarkan atas Pnacasila dan UUD 1945 ya g
berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan Indonesia dan tanggap
terhadapperuabahn zaman.

Argumen-argumen di atas, menunjukan bahwa pendidikan dapat dirumuskan


sebagai usaha yang sungguh-sungguh dari sebuah generasi yang dianggap telah
dewasa untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan budaya
masyarakat yang dianggap baik kepada generasi sesudahnya yang dianggap belum
dewasa. Usaha ini dilakukan dengan cara yang serius, terencana, sistematis, dan
terukur. pelaksanaan pendidikan mengisyaratkan bahwa pendidikan harus
berlangsung dalam suasana: 1) adanya transformasi ilmu dan budaya masyarakat
dari satu generasi kepada generasi berikutnya, 2) Adanya proses pengekalan atau
pengabadian sebuah tata nilai yang berlaku dan dianggapabsah berlaku di
masyarakat tertentu untuk tetap dipertahankan oleh generasi sesudahnya.
2. Makna Pendidikan Islam
Didasarkan atas pertimbangan bahwa manusia memiliki potensi berupa al
qalb, al ruh, al nafs, dan al aql yang memiliki dimensi kesucian. Oleh karena itu,
pendidikan tidak lebih dari usaha kaum terdidik untuk tetap mepertahankan
dimensi-dimensi kesucian pada potensi anak didik agar ia mampu mendekatkan
diri kepada Allah dan mampu hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat. atas
prinsip tadi, maka pendidikan islami, bukan hanya sekedar penyampaian keilmuan
yang bersifat fisik untuk kebahagiaan fisik, tetapi ia menyentuh dimensi terdalam
manusia yang berdimensi ruhani dan akan mengalami pertanggung jawaban ruhani
pula kelak di mata Allah.3

Dikalangan ahli teologi dan ahli filsafat islam, pendidikan islam dapat
diartikan sebagai usaha menurunkan sifat-sifat Allah kepada peserta didik. Contoh
Tuhan itu memiliki sifat Qudrat yang dnegan sifatnya itu dapat berbuat apa saja
yang dikehendakinya, rasional ataupun tidak menurut ukuran manusia. tetapi
Tuhan sekaligus menempatkan dirinya sebagai Dzat dengan karakter yang rahman
dan Rahim, sehingga betapapun agung dan besarnya kekuasaan Tuhan, ia tetap
menjadi penolong dan pelindung bagi yang tertindas dan bagi mereka yang lemah.

Diperspektif ini, pemikiran islam semakna dengan penguatan potensi


manusia yang memiliki sifat Tuhan yang Qudrat sekaligus Quwwat. Sifat
ketuhanan ini seharusnya tetap didekatkan kepada anak didik sebagai usaha untuk
menjaga fitrah manusia, Tujuannya agar kelak anak didik mampu membaca tanda-
tanda kekuasaan Tuhan di realitas alam ini. Pun demikian, perlu juga dicatatkan
bahwa pendidikan islam dituntut menstransformasikan sifat Allah lain dalam
bentuk rohmandan rohim itu, sehungga potensi untuk membaca tanda-tanda
kebesaran tuhan itu, dapat diimbangi oleh sikap dan sifat yang lemah lembut
dengan menebarkan rasa kasih saying kepada seluruh hamba Tuhan.

Makna pendidikan islam yang demikian, setidaknya dapat diambil dengan


asumsi bahawa manusia dalam perspektif ahli kalam dan filosof Muslim berada

3
Al Ghazali, Ihya Ulumuddin, Jilid III. Daar Al Qalam: Beirut, tt, h. 160-167. Dapat juga dibaca dalam
tulisan Yusuf al Qardhawi, Al Imam Al Ghazaly baina madihihi wa naqidihi . Terj. Ahmad Syatori Ismail. Pro
Kontra Pemikiran al ghazali. Surabaya: Risalah Gusti, 1997. h. 129-130
dalam dua posisi sinergis, hamba dan sekaligus khalifah Allah, Oleh karena itu
pendidikan islam pada hakikatnya adalah bagaimana mempertahankan dua fingsi
kemanusiaan sebagai Abdullah dan sekaligus khalifah Allah yang memiliki potensi
untuk mengalami perubahan, positif-negatifbaik secara Jismiyah maupun ‘aqliyah.
Di wilayah ini, pendidikan islam dapat diartikan sebagai melakukan pemerdekaan
manusia dari segala perbudakan. Sebab dalam posisi sebagai abdullah manusia,
hanya tunduk dan patuh kepada Allah dengan harus menafikan seluruh ilah kecuali
Allah.4
Ahmad tafsir mengartikan pendidikan islam sebagai ilmu pendidikan yang
berdasarkan islam, berdasarkan nilai-nilai islam yang terdapat dalam al Qur’am\n
dan sunah Nabi.5 Pendapat A Tafsir ini meski terkesan sangat sederhana, tetapi jika
diperhatikan dengan menyebut bahwa dasar pendidikan islam itu al Qur’an dan al
sunnah, maka kajian terhadap makna pendidikan akan menjadi luas dan
memerlukan waktu serta energi yang tidak sedikit.

Omar Muhammad Al-Toumy al-Syaebany,6 menjelaskan pendidikan islam


sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau
kemasyarakatannyadan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses
kependidikan. Usaha melakukan perubahan ini harus dilandasi oleh nilai-nilai
islami, yakni nilai-nilai yang terdapat dalam al Qur’an dan al Sunnah Nabi.

Mengutif HM. Arifin, pendidikan islam dapat diartikan dengan usaha


pembrian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik lahiriyah
maupun bathiniyah yang menyangkut kehidupan dimasa kini dan masa mendatang.
Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental spiritual dengan maksud
agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi kesulitannya dengan kemampuan
yang ada pada dirinya sendiri, melalui dorongan dari kekuatan iman, dan takwa
kepada Allah Yang Maha Esa.7

4
Dialog dengan Nurwadjah Ahmad EQ di Pascasarjana UIN Bandung, 7 Desmber 2006.
5
Ahmad Tafsir, Epistimologi untuk Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan
Gunung JAti, 1994, h, 137.
6
Omar Muhammad Al-Toumy al-Syaebany, Falsafah Pendidikan Islam, Terj,HAsan Langgulung,
Jakarta: Bulan Bintang , 1975, h, 339.
7
HM. Arifin. HM.Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. 1988. h.2
Malik Fadjar,8 memberikan pengertian pendidikan islam lebih terperinci
dibandingkan dengan pengertian pendidikan islam sebagaimana dijelaskan di atas.
Pertama Pendidikan islam dapat dipahami dari jenis atau lembaga pendidikan yang
pendirian dan penyelenggraannya didorong oleh hasrat dan semangat serta cita-cita
untuk mengejawantahkan nilai-nilai islam baik yang tercermin dalam lembaganya
maupun dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakannya. Kedua Pendidikan
islam dapat dipahami sebagai jjenis pendidikan yang mencakup sumber nilai dan
sebuah bidang studi yang ditawarkan melalui program studi yang
diselenggarakannya.

Pendidikan dalam dunia islam adalah proses pendidikan yang


diselenggarakan oleh Negara-negara islam atau oleh sebuah Negara yang
penduduknya mayoritas beragama islam. Di wilayah ini, tentu tidak dijamin bahwa
Negara islam atau yang berpenduduk mayoritas muslim, otomatis menerapkan
pendidikan islam. sebab, pendidikan islam adalah proses kependidikan yang
diselenggarakan oleh Negara yang konstitusi negaranya beragama islam atau oleh
Negara yang konstitusinya tidak menganut ajaran islam, hanya saja dilembaga
pendidikan dimaksud terselenggara penanaman nilai-nilai keislaman dalam struktur
kurikulum, karakter guru dan milimieu atau lingkungan kependidikan dimaksud.

Dengan kata lain, yang dimaksud dengan pendidikan islam, tentu tidak sama
pengertiannya dengan Pendidikan Agama Islam. Sebab Pendidikan Agama Islam
hanya merupakan salah satu bagian dari pendidikan Islam.

3. Tujuan Pendidikan Islam dan Nilai Beda dengan Pendidikan Lain.


Perkembangan dan dinamika manusia berlangsung di atas hukum alam yang
kemudian disebut sunatullah. Pendidikan islami adalah proses yang terarah yang
bertujuan yaitu mengarahkan anak didik kepada titik optimal berdasarkan potensi
yang dimiliki peserta didik agar ia mampu menjadi khalifa dan Abdullah.

Islam mengajarkan bahwa perubahan adalah sebuah proses yang terus


berkembang. Karena perubahan tidak terjadi dengan sendirinya dan terus

8
Fadjar. A. Malik. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesian. Jakarta: Depag RI, 1986. h. 3.
mengalami perkembangan, maka dalam perspektif islam perubahan harus
diusahakan.

Tujuan pendidikan islam dirumuskan dalam kondisi objek didik yang


dinamik. oleh karena itu, secara filosofis, pelaksanaan pendidikan islam harus
ditujukan kepada: 1) Usaha pembentukan manusia paripurna bertujuan
mendekatkan diri kepada Allah. 2) Insan paripurna yang bertujuan untuk
mendapatkan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Atas prinsip tadi
maka pendidikan islami, bukan hanya sekedar penyampaian keilmuan yang bersifat
fisik untuk kebahagiaan dunia fisik, tetapi ia menyentuh dimensi kedalam manusia
yang berdimensi ruhani dan akan mengalami pertanggung jawaban ruhani pula
kelak di mata Allah. Karena pendidikan islam adalah usaha mempersiapkan
manusia agar menjadi abid yang menghambakan diri kepada Allah dan sekaligus
khalifah Allah yang memiliki qudrah dan iradah untuk mendinamisir alam. Maka
pendidikan islam pada hakikatnya bertujuan menciptakan diri manusia agar ia
mampu menghambakan diri secara total kepada Allah.

Keimanan dan ketakwaan yang melekat dalam hati setiap orang menjadi
tujuan dalam pendidikan islam. Keimanan dan ketakwaan digaransi dalam setiap
manusia Muslim sampai pada saat manusia mati. Kematian manusia muslim yang
tetap membawa iman dalam hatinya akan menggaransi kebahagiaan manusia di
dunia dan akhirat. tujuan pendidikan islam yang demikian secara otomatis telah
membedakan secara tegas dengan tujuan pendidikan lain.

Maka tujuan pendidikan ini diorientasikan pada: 1) Bagaimana pendidikan


islam mampu mendorong pesrta didik agar lebih beriman dan memuliki etik Allah.
2) Bagaimana pendidikan dapat membantu peserta didik untuk mengetahui dan
melaksanakan bentuk ketasliman, seperti shalat, zakat, puasa, naik haji dan
berbagai kegiatan sosial lainnya. 3) pendidikan islam mengharuskan peserta didik
agar memiliki keterampilan dan kemampuan melakukan adaftasi dan keterampilan
teknis di lapangan.

Prinsip-prinsip tujuan pendidikan islam dengan kata lain adalah: 1) Prinsip


menyeluruh. 2) Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan. 3) Prinsip kejelasan. 4)
Prinsip tidak ada pertentangan. 5) Prinsip realism dan dapat dilaksanakan. 6)
Prinsip perubahan yang diinginkan. 7) Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan
perseorangan. 8) Prinsip dinamisme dan menerima perubahan dan perkembangan
dalam rangka metode-metode keseluruhan yang terdapat dalam agama.

4. Kurikulum dan Proses Pendidikan Islam


Titik tekan pendidikan islam sebenarnya berakar kepada kutub manusia
sebagai objek sekaligus sebagai subjek dalam pendidikan sekaligus dalam realitas
alam ini. As-Syaibani menyebut epistimologi pendidikan pada keharusan
munculnya empat dasar pokok dalam pengembangan pendidikan, melalui
kurikulum yang mesti disajikan. Keempat pokok dimaksud adalah:
1. Kurikulum pendidikan islam harus mendasari diri pada dasar religi atau dasar
teologis. Dasar ini menjadi semacam landasan utama dalam penyusunan
kurikulum pendidikan islam. Artinya, pelaksanaan pendidikan islam harus
didasarkan atas nilai-niali agama yang tertuang dala kitab suci Al Quran dan al
Sunnah, karena dua rujukan nash itu mengandung kebenaran universal, abadi
dan sekaligus fururistik.

2. Dasar Filosofis. Dasar ini meberikan arah kerangka kepada kurikulum


pendidikan islam dengan sistem nilai, baik yang berkaitan dengan arti hidup
dan kehidupan, norma-norma yang muncul dari individu, kelompok
masyarakat, maupun suatu bangsa yang dilator belakangi oleh pengaruh
agama, adat istiadat, maupun konsep individu tentang pendidikan.

3. Dasar psikologis. Dasar ini mempertimbangkan tahapan psikis anak didik,


yang berkaitan perkembangan jasmaniyah, kematangan, bakat-bakat
jasmaniyah, intelektual, bahasa, emosi, sosial, kebutuhan dan keinginan
individu, minat dan kecakapan.

4. Dasar sosiologis. Dasar sosiologis memberikan implikasi bahwa kurikulum


pendidikan memegang peranan penting terhadap penyampaian dan
pengembangan kebudayaan, proses sosialisasi individu dan rekonstruksi
masyarakat kepada peserta didik.
Secara teologis, hal ini ddapat difahami dari keterangan al Qur’an surah al-
Kahfi : 109 dan Al-Isra: 85. Untuk itu muatan kurikulum pendidikan islam
seharusnya dikembangkan dengan tiga orientasi, yang mesti disajikan dengan cara
dan pendekatan yang terpadu. Tiga orientasi dimaksud adalah: 1) Muatan
kurikulum yang berorientasi pada “Ketuhanan”. 2) Muatan kurikulum yang
berorientasi pada “Kemanusiaan”. 3) Muatan kurikulum yang berorientasi pada
“kealaman”.

Manusia sebenarnya tidak memiliki otoritas dalam mendesain alam, sebab


semua otoritas milik tuhan. Di wilayah ini manusia hanya berfungsi untuk
membaca tanda-tanda kebesaran Tuhan, yang kebesaran itu berfungsi untuk
kemaslahatan manusia. Atau setidaknya, otoritas manusia yang dipersiapkan Allah
untuk menjadi KhalifahNya ditugasi untuk membaca ayat-ayat Tuhan dan harus
dibimbing oleh dimensi kewahyuan yang bersumber dari wujud Tuhan.

Dalam literature keislaman, manusia didefiniskan mengandungdua unsur


yang berbeda namun memiliki fungsi yang sama. Dua unsur yang dimaksud adalah
jiwa dan raga, atau unsur ruh dan jasmani. Perspektif manusia yang demikian,
dalam pendidikan kontemporer hampir menafikan sama sekali peran ruh nmanusia.

Pendidikan islam menyebutkan bahwa manusia memiliki al qalb, al ruh, al


nafs, dan al aql. Potensi ini nyaris hanya dimiliki manusia sebab tidak ada makhluk
Tuhan lain yang memiliki potensi yang kompleks seperti manusia. Pendidikan
Islam tidak hanya menyebutkan empat jenis tadi dalam pengertian fisisk, seperti
selama ini dikonstruk dalam paradigm ilmu Barat yang positivistik. Pendidikan
islam memandang bahwa jenis-jenis yang tadi, selain yang berdimensi fisik, juga
berdimensi unfisik.

Al Qalb selain diartikan sebagai jantung, dalam pengertian fisik yakni,


segumapal daging yang berbentuk bulat panjang di dada sebelah kiri manusia, juga
diartikan sebagai sifat halus yang bersifat ketuhanan dan keruhanian, namun
memiliki hubungan dengan jantung dalam pengertian fisik atau jasmani tadi.
Al aql juga dapat diterjemahkan sebagai potensi ruh manusia yang mampu
menangkap dan mendapatkan ilmu pengetahuan. Ayat alquran dan hadist yang
menerangkan tentang potensi ruh manusia itu. Setidaknya al Qura’an menerangkan
tentang ruh dalam 16 ayat di berbagai surat al Qur’an. Masing-masing ayat juga
ternyata memiliki farina yang sangat berbeda dalam konteks pemahaman terhadap
kataruh yang dimaksud.

Anda mungkin juga menyukai