Semester : IV
Jurusan : Sosiologi
MATERI 1 : Memahami konsep-konsep masyarakat pesisir dari sudut tinjau ilmu sosiologi
Paradigm pembangunan klasik, yaitu paradigm myang dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi yang
sangat yang memperhatikan aspek spasial, yang pembangunan berwawasan lingkungan, pembangunan
berbasis komunitas , pembangunan berpusat pada rakyat ,pembangunan berpusat dan pembangunan
berbasis kelembagaan.
Sosiologi Masyarakat Pesisir bid. kajian sosiologi yang relatif baru berkembang di Indonesia
Jagad Maritim Indonesia (1)Indonesia merupakan “Negara Kepulauan” terbesar di dunia (17.507
pulau besar, sedang, kecil, pulau yang bernama/belum dinamai Jagad Maritim Indonesia (2) Memiliki
keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia dgn ekosistem pesisir hutan mangrove, terumbu karang,
padang lamun
Lingkungan & Kebudayaan MaritimLingkungan (perairan laut) dgn kondisi sumberdaya laut yang
potensial berfungsi sbg faktor perangsang (stimulus) trhdp pertumbuhan & pengembangan budaya
kemaritiman.Manusia memberi respons budaya secara aktif trhdp lingkungan (potensi sumberdaya laut)
dgn berbagai gagasan, tindakan, maupun teknik pemanfaatan bagi kehidupannya melalui perjalanan
waktu yang panjang terbentuklah sistem-sistem budaya (pola pikir), sosial (kehidupan kolektiv), dan
teknologi (sarana-prasarana) berkenaan dgn pemanfaatan sumberdaya perairan & jasa-jasa laut
Masyarakat Maritim Ideal (a) Secara “ideal” semua masyarakat Indonesia termasuk masyarakat maritim
umumnya memiliki wawasan atau gambaran ttg dunia laut, pulau-pulau (besar & kecil), serta penduduk
yang menghuni pulau-pulau tsb dlm lintas kearifan lokal, Indonesia disebut “nusantara” (nusa=pulau
yang dihubungkan laut), atau “tanah air” (tanah=daratan /pulau & air=laut)
Masyarakat Maritim Ideal (b)Relief perahu pada Candi Borobudur dan sejumlah candi lainnya refleksi
wawasan maritime Beberapa daerah pedalaman di Sulsel (Duri-Enrekang) dijumpai jejeran bukit tanah
& gunung batu yang membentuk formasi armada kapal (kapal Sawerigading yang terdampar?)
Komponen perahu sbg kelengkapan upacara ritual (masy Enrekang di Sulsel) Masyarakat Maritim Ideal
Masyarakat Maritim Ideal (e) Wawasan maritim masy pedalaman juga tumbuh dari kenyataan bahwa dari
waktu ke waktu, orang pedalaman (desa / kota) makin banyak yang terlibat dalam sektor ekonomi
maritim Pelaut yang berasal dari keluarga-keluarga di perkotaan & pedesaan pedalaman justru memiliki
status sosial-ekonomi lebih tinggi dibanding masy bahari pesisir & pulau-pulau.
Merujuk pada kesatuan-kesatuan sosial yang sepenuhnya atau sebagian besar menggantungkan kehidupan
sosial ekonominya secara langsung atau tdk langsung pada pemanfaatan sumber daya laut & jasa-jasa
laut.Masyarakat Maritim Aktual Kesatuan-kesatuan sosial masyarakat maritimi “aktual” berasal dari
daerah: -pedesaan & perkotaan pantai (pesisir) & pulau-pulau,pedesaan & perkotaan pedalaman .Yang
berasal dari daerah pedalaman: ABK (pelayaran & perikanan skala besar), pekerja tambang, karyawan
industri pariwisata, AL, dosen & peneliti, pelajar & mahasiswa pada institusi pendidikan kebaharian, dll
Masyarakat Maritim Aktual Kesatuan-kesatuan hidup manusia (kelompok kerja, komunitas, satuan tugas)
di bid. kebaharian memiliki sistem sosial budaya (gagasan, nilai, norma, keyakinan, moral, etika
Masyarakat Sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, cukup lama hidup bersama,
mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar
Masyarakat pesisir, khususnya di Indonesia, merupakan representasi tipe komunitas desa petani dan desa
terisolasi Masyarakat pesisir, khususnya yang bergerak di sektor perikanan, umumnya mencirikan sesuatu
yang oleh (Radfield, dalam Arif Satria, 2002) disebut sbg kebudayaan folkKebudayaan folk dapat diteliti
dalam komunitas kecil dan dalam konteks masyarakat pesisir (masyarakat desa terisolasi atau masyarakat
pulau kecil), dan masyarakat desa pantai dapat dijadikan gambaran dari wujud komunitas kecil itu
MATERI 6:. Karakteristik Masyarakat Pesisir (lanjutan)
2. Sistem Kepercayaan Masyarakat Pesisir Secara teologis, masyarakat pesisir (nelayan), dan juga suku
laut (Bajo) memiliki kepercayaan magis ttg laut laut perlu perlakuan khusus agar keselamatan nelayan
dan hasil tangkapan terjamin cth nelayan di Buton haroana andala (upacara laut), pakande tawo
(upacara memberi makan laut) Sistem kepercayaan juga terefleksi melalui perlakuan khusus trhdp perahu
(sarana produksi) “perahu” dipandang sbg personifikasi “manusia” (dpt sakit, dan harus diobati)
nelayan di Buton; palantona bhangka (upacara pengresmian perahu), dan berbagai cara pemeliharaannya.
3. Peran Perempuan menjalankan fungsi-fungsi ekonomi rumah tangga melalui kegiatan penangkapan di
perairan dangkal, pengolahan ikan, serta jasa dan perdaganganMenariknya, istri nelayan (umumnya)
dominan dlm hal mengatur pengeluaran rumah tangga peran tsb menjadi penting dlm setiap program
pemberdayaan masyarakat nelayanDlm komunitas nelayan, peran istri rupanya tdk hanya terbatas pada
wilayah domestik dan ekonomi rumah tangga saja, namun juga turut mempengaruhi lapangan sosial-
politik menghasilkan pranata sosial yang penting bagi stabilitas sosial komunitas nelayan seperti peran
dlm kelompok pengajian, arisan, serta kegiatan simpan-pinjam dlm mengatasi penghasilan nelayan yang
tdk pasti dengan demikian, peran sosial istri nelayan tdk dapat dipandang kecil
4. Posisi Sosial Nelayan Pandangan akan rendahnya posisi sosial nelayan juga dapat dilihat secara politis
berupa ketiadaan kemampuan dlm memberi pengaruh pada kebijakan publik akibatnya, nelayan berada
dlm posisi marjinal dlm momen pilkada & pilcaleg misalnya, suara mereka dieksploitasi utk dukungan
politik, namun sesudah itu, mereka acap diabaikan dlm pengambilan keputusan publik
menjalin ikatan dengan patron (pemilik modal) merupakan pilihan utk menjaga kelangsungan
kegiatannya, karena pola patron-klien merupakan institusi jaminan sosial-ekonomi Kebertahanan institusi
patron-klien dalam sistem sosial masyarakat nelayan dimungkinkan karena hingga saat ini, nelayan belum
menemukan alternatif institusi yang mampu menjamin kepentingan sosial mereka
Hubungan Patron-Klien Konstruksi hubungan tdk setara antara seorang bangsawan dgn sejumlah jelata
pengikutnya berdasarkan pertukaran barang & jasa yang didalamnya ketergantungan klien pada patron
diimbali dgn perlindungan patron kpd klien (Pelras, 1981).
Penelitian menyimpulkan: (1) sebagai salah satu komunitas masyarakat adat di Buton yang
memanfaatkan sumberdaya laut sebagai sumber kehidupan, masyarakat Wabula
memiliki kearifan lokal tradisional dalam pemanfaatan sumberdaya laut secara berkelanjutan
sebagaimana terefleksi melalui sistem kaombo; (2) intervensi kebijakan pemerintah dalam
pengelolaan sumberdaya laut melalui penetapan Daerah Perlindungan Laut (DPL) pada sejumlah
kawasan laut di Wabula, yang tidak dibarengi penguatan kelembagaan dan peran serta
masyarakat lokal, mengakibatkan tidak maksimalnya upaya perlindungan sumberdaya laut di
wilayah tersebut; (3) pengakuan dan perlindungan masyarakat hukum adat Wabula dalam
pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut berbasis hukum adat setempat melalui Peraturan Bupati
Buton Nomor 13 Tahun 2018, secara normative dapat dipandang sebagai model ideal penguatan
kelembagaan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian sumberdaya lingkungan laut Wabula
secara berkelanjutan.