i
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
Ketentuan Pidana
Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf I untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan / atau pidana denda paling
banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan / atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan / atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan / atau pidana
denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
ii
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
iii
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
Tim Editor:
I Gde Haryo Ganesha
IGA Sri Darmayani
Lay Out:
I Putu Mertadana
Diterbitkan oleh:
Udayana University Press
Kampus Universitas Udayana Denpasar,
Jl. P.B. Sudirman, Denpasar - Bali Telp. (0361) 255128
Cetakan Pertama:
2017, xvii + 46 hlm, 15,5 x 23 cm
ISBN:
iv
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
PRAKATA
v
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
Januari, 2017
Tim Penyusun
vi
CARA MENGGUNAKAN
PANDUAN BELAJAR
vii
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
viii
STANDAR KOMPETENSI DOKTER
INDONESIA ILMU KESEHATAN TELINGA
HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
ix
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
x
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
xi
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
xii
DAFTAR KOMPETENSI KLINIK
xiii
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
Rhinitis vasomotor 4A
Rhinitis alergika 4A
Rhinitis kronik 3A
Rhinitis medikamentosa 3A
Sinusitis 3A
Sinusitis kronik 3A
Benda asing 4A
Epistaksis 4A
3 Kepala dan leher
Tortikolis 3A
Abses bezold 3A
xiv
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
xv
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
xvi
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
DAFTAR ISI
PRAKATA ..........................................................................................v
xvii
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
xviii
BAB 1
PENURUNAN PENDENGARAN
1
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
Batasan
Penurunan pendengaran adalah gangguan hantaran
gelombang suara untuk mencapai telinga dalam, dimana terletak
”end organ “ pendengaran. Untuk memahami tentang hal ini
perlu dipelajari lebih lanjut mengenai anatomi telinga, fisiologi
pendengaran, dan cara memeriksa pendengaran.
Anantomi telinga
Telinga dibagi menjadi 3 bagian yaitu, telinga luar, telinga
tengah, dan telinga dalam.
1. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga
sampai membran timpani. Pada sepertiga luat kulit liang telinga
banyak terdapat kelenjar serumen dan rambut. Kelenjar keringat
terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pda duapertiga bagian
dalamnya hanya sedikit dijumpai kelenjar keringat.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat
dari arah liang telinga. Bagian atasnya disebut pars flaksida dan
bagian bawahnya disebut pars tensa. Bagian penonjolan bagian
bawah maleus pada membrane timpani disebut umbo. Dari
umbo bermula satu reflek cahaya (cone of light) ke arah bawah
yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5
untuk membran timpani kanan.
Bila melakukan miringotomi atau parasintesis, dibuat insisi
di bagian bawah belakang membran timpani, sesuai dengan arah
serabut membran timpani.
2. Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
- Batas luar: membrane timpani
- Batas depan: tuba esutachius
2
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
3. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) dan vestibuler
yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.
Fisiologi pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi
bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang
dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah
melalui tulang-tulang pendengaran untuk diamplifikasi. Energi
ini kemudian diteruskan ke stapes, kemudian menggerakkan
tingkap lonjong dan perilimfe. Getaran diteruskan melalui
membran Reissner yang kemudian menggerakkan membran
basilaris dan tektoria, sehingga terjadi defleksi stereosilia sel-
sel rambut dan membuka kanal ion dan ion bermuatan listrik
dari badan sel terlepas. Keadaan ini menimbulkan proses
depolarisasi sel rambut dan terjadi pelepasan neurotransmiter
ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai
ke korteks pendengaran di lobus temporalis.
Dibedakan tiga jenis penurunan pendengaran yang harus
ditentukan terlebih dahulu sebelum penatalaksanaan, yaitu:
1. Kurang pendengaran konduksi, dimana terjadi gangguan
hantaran suara dan disebabkan oleh kelainan atau penyakit
di telinga luar atau telinga tengah.
3
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
4
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
5
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
3. Tes Audiometri
Untuk membuat audiogram diperlukan alat audiometri.
Pada pemeriksaan audiometri nada murni perlu dipahami
beberapa hal seperti:
Nada murni: merupakan bunyi yang hanya mempunyai
satu frekuensi, dinyatakan dalam jumlah getaran per detik.
Bising: merupakan bunyi yang mempunyai banyak
frekuensi, terdiri dari narrow band: spektrum terbatas dan white
noise: spektrum luas.
Frekuensi: nada murni yang dihasilkan oleh getaran suatu
benda yang sifatnya harmonis sederhana. Jumlah getaran per
6
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
7
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
8
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
9
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
10
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
Penjabaran Prosedur
1. Pemeriksaan kondisi telinga luar lihat pada petunjuk skills
lab.
2. Pemeriksaan ketajaman pendengaran dengan voice test dan
garpu tala lihat pada petunjuk skills lab.
11
BAB 2
HIDUNG TERSUMBAT
12
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
Polip Hidung
Polip hidung adalah massa lunak yang mengandung banyak
cairan di dalam rongga hidung, berwarna putih keabu-abuan,
yang terjadi akibat inflamasi mukosa.
Anamnesis
Keluhan utama penderita polip hidung ialah hidung
tersumbat dari yang ringan sampai berat, rinore mulai yang
13
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
Pemeriksaan Fisik
Polip hidung yang masif dapat menyebabkan deformitas
hidung luar sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran
batang hidung. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior terlihat
sebagai massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus
medius dan mudah digerakkan.
Pembagian stadium polip menurut Mackay dan Lund (1997),
stadium 1: polip masih terbatas di meatus medius, stadium
2: polip sudah keluar dari meatus medius, tampak di rongga
hidung tapi belum memenuhi rongga hidung, stadium 3: polip
yang massif.
Penatalaksanaan
Tujuan utama pada pengobatan pada kasus polip hidung
adalah menghilangkan keluhan-keluhan, mencegah komplikasi
dan mencegah rekurensi polip. Pemberian kortikosteroid
untuk menghilangkan polip hidung disebut juga polipektomi
medikamentosa. Dapat diberikan topikal atau sistemik. Polip
tipe eosinofilik memberikan respons yang lebih baik terhadap
pengobatan kortikosteroid intranasal dibandingkan polip
tipe neutrofilik. Kasus polip yang tidak membaik dengan
medikamentosa atau polip yang sangat masif dipertimbangkan
untuk terapi bedah. Dapat dilakukan ekstraksi polip (polipektomi)
menggunakan senar polip atau cunam dengan analgesi lokal,
etmoidektomi intranasal atau etmoidektomi ekstranasal untuk
polip etmoid, operai Caldwell-Luc untuk sinus maksila. Yang
terbaik ialah bila tersedia fasilitas endoskop maka dapat dilakukan
tindakan BSEF (Bedah Sinus Endoskopi Fungsional).
14
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
Kelainan Septum
Kelainan septum yang sering ditemukan ialah deviasi
septum, hematoma septum dan abses septum. Ketiga kelainan
septum ini menyebabkan terjadinya sumbatan hidung.
Deviasi Septum
Deviasi septum yang ringan tidak akan mengganggu,
akan tetapi bila deviasi itu cukup berat, akan menyebabkan
penyempitan pada satu sisi hidung. Bentuk deformitas septum
ialah: 1) Deviasi, biasanya berbentuk huruf C atau S; 2) Dislokasi,
yaitu bagian bawah kartilago septum keluar dari krista maksila
dan masuk ke dalam rongga hidung; 3) Penonjolan tulang atau
tulang rawan septum, bila memanjang dari depan ke belakang
disebut krista, dan bila sangat runcing dan pipih disebut spina;
4) Bila deviasi atau krista septum bertemu dan melekat dengan
konka dihadapannya disebut sinekia. Bentuk ini akan menambah
beratnya obstruksi.
Gejala klinik pada deviasi septum yang paling sering adalah
sumbatan hidung baik unilateral maupun bilateral, sebab pada
sisi yang deviasi terdapat konka yang hipotropi, sedangkan pada
sisi sebelahnya terjadi konka yang hipertropi, sebagai akibat
mekanisme kompensasi. Keluhan lainnya adalah rasa nyeri di
kepala dan di sekitar mata.
Penanganan tidak perlu dilakukan bila gejala tidak ada atau
keluhan sangat ringan. Apabila terdapat keluhan nyata dapat
dilakukan tindakan koreksi septum. Ada 2 jenis tindakan operatif
yang dapat dilakukan yaitu reseksi submukosa dan septoplasti.
Hematoma Septum
Sebagai akibat trauma, pembuluh darah submukosa akan
pecah dan darah akan berkumpul di antara perikondrium dan
tulang rawan septum dan membentuk hematoma pada septum.
Gejala yang menonjol pada hematoma septum adalah sumbatan
hidung dan rasa nyeri.
15
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
Abses Septum
Kebanyakan abses septum disebabkan oleh trauma yang
kadang-kadang tidak disadari oleh pasien. Seringkali didahului
oleh hematoma septum yang kemudian terinfeksi kuman dan
menjadi abses.
Gejala abses septum ialah hidung tersumbat progresif
disertai dengan rasa nyeri berat, terutama terasa di puncak
hidung. Tampak pembengkakan septum yang berbentuk bulat
dengan permukaan licin.
Abses septum harus segera diobati sebagai kasus darurat
karena komplikasinya dapat berat, yaitu dalam waktu yang
tidak lama dapat menyebabkan nekrosis tulang rawan septum.
Terapinya, dilakukan insisi dan drainase nanah serta diberikan
antibiotika dosisi tinggi. Untuk nyeri dan demamnya diberikan
analgetika. Untuk mencegah terjadinya deformitas hidung, bila
sudah ada destruksi tulang rawan perlu dilakukan rekonstruksi
septum.
Rinitis Alergi
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan
oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah
tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu
mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan denganalergen
spesifik tersebut (von Pirquet, 1986).
16
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
17
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
18
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
Pemeriksaan Fisik
Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah,
berwarna pucat atau livid disertai adanya sekret encer. Bila
gejala persisten konka tampak hipertrofi. Tampak allergic shiner,
allergic salute, allergic crease dan geographic tongue.
Rinosinusitis
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus
paranasal, umumnya dipicu oleh rhinitis sehingga sering disebut
rinosinusitis. Keluhan utama rinosinusitis akut adalah hidung
tersumbat disertai rasa nyeri/tekanan pada wajah dan ingus
purulent yang seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip).
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan foto Waters atau
CT-scan.
Menurut American Academy of Otolaryngology – Head &
Neck Surgery 1996 istilah sinusitis diganti dengan rinosinusitis
karena dianggap lebih tepat dengan alasan :
19
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
20
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
21
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
22
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
Penjabaran Prosedur
1. Rasyad S, dkk. 2009. THT Diagnostik. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Edisi ke-2, cetakan ke-4. Jakarta.
23
BAB 3
GANGGUAN MENELAN
24
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
Klasifikasi disfagia:
1. Disfagia mekanik. Disfagia mekanik adalah sumbatan lumen
esofagus oleh massa tumor dan benda asing. Penyebab lain
adalah akibat peradangan mukosa esofagus, striktur lumen
esofagus, serta akibat penekanan lumen esofagus dari luar,
misalnya oleh pembesaran kelenjar timus, kelenjar tiroid,
kelenjar getah bening di mediastinum, pembesaran jantung
dan elongasi aorta.
2. Disfagia motorik. Disfagia motorik disebabkan oleh kelainan
neuromuscular yang berperan dalam proses menelan. Lesi
25
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
26
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
Penjabaran Prosedur
1. Pemeriksaan rongga mulut, orofaring, laringoskopi indirek,
dan pemeriksaan leher lihat pada petunjuk skills lab.
27
BAB 4
KEDARURATAN DI BIDANG THT
28
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
Batasan
Kasus kegawatan di bidan THT-Kl antara lain: Epistaksis,
Abses Leher Dalam, Obstruksi Saluran Nafas Atas, Benda Asing
Saluran Nafas, dan Trauma Laring.
Epistaksis
Perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab
lokal maupun sebab kelainan sistemik. Epistaksis sering kali
merupakan gejala atau manifestasi penyakit. Kebanyakan ringan
dan sering kali berhenti sendiri tanpa perlu bantuan medis,
tetapi epistaksis yang berat dan sulit ditangani merupakan suatu
kegawatdaruratan yang harus segera ditanggulangi.
Epistaksis seringkali timbul spontan tanpa dapat diketahui
penyebabnya, kadang-kadang jelas disebabkan karena trauma.
Seperti telah disebutkan sebelumnya epistaksis dapat disebabkan
oleh kelainan local pada hidung atau kelainan sistemik. Kelainan
local misalnya trauma, kelainan anatomi, kelainan pembuluh
darah, infeksi local, benda asing, tumor dan pengaruh udara
lingkungan. Kelainan sistemik seperti penyakit kardiovaskular,
kelainan darah, infeksi sistemik, kelainan hormonal dan
kelainan kongenital. Melihat dari asal perdarahan, epistaksis
dibagi menjadi epistaksis anterior dan epistaksis posterior.
Untuk penatalaksanaanya penting untuk menentukan sumber
perdarahan walaupun kadang-kadang sulit.
Epistaksis anterior sering berasal dari pleksus Kisselbach
di septum bagian anterior. Perdarahan pada septum anterior
umumnya ringan karena keadaan mukosa yang hiperemis
dan kebiasaan mengorek hidung dan kebanyakan terjadi pada
anak, seringkali berulang dan dapat berhenti sendiri. Epistaksis
posterior dapat berasal dari arteri etmoidalis posterior atau
arteri sfenopalatina. Perdarahan biasanya lebih hebat dan jarang
29
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
30
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
31
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
32
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
33
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
34
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
35
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
Patogenesis
Benda asing mati di hidung cenderung menyebabkan edema
dan inflamasi mukosa hidung, dapat terjjadi ulserasi, epistaksis,
jaringan granulasi, dan dapat berlanjut menjadi sinusitis. Benda
asing hidup menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat
bervariasi, dari infeksi local sampai destruksi massif tulang
rawan dan tulang hidung dengan membentuk daerah supurasi
yang dalam dan berbau.
75% dari benda asing di bronkus ditemukan pada anak
dibawah umur 2 tahun, dengan riwayat khas, yaitu pada saat
benda atau makanan berada di dalam mulut, anak tertawa, atau
menjerit, sehingga saat inspirasi laring terbuka dan makanan
atau benda asing masuk ke dalam laring. Pada saat benda asing
itu terjepit di spinkter laring, pasien batuk berulang-ulang
(paroksismal), sumbatan di trakea, mengi, dan sianosis. Bila benda
asing telah masuk ke dalam trakea atau bronkus, kadang-kadang
terjadi fase asimtomatik selama 24 jam atau lebih, kemudian
diikuti dengan fase pulmonum dengan gejala yang tergantung
pada derajat sumbatan bronkus.
Benda asing organic, seperti kacang-kacangan mempunyai
sifat higroskopik, mudah menjadi lunak dan mengembang oleh
air, serta menyebabkan iritasi pada mukosa. Mukosa bronkus
menjadi edema, dan meradang, serta dapat pula terjadi jaringan
granulasi di sekitar benda asing, sehingga gejala sumbatan
pada bronkus makin hebat. Akibatnya akan muncul gejala
laringotrakeobronkitis, toksemia, batuk, dan demam yang tidak
terus menerus.
Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan yang
lebih ringan, dan lebih mudah didiagnosis dengan pemeriksaan
radiologic, karena umumnya benda asing anorganik bersifat
radioopak. Benda asing yang terbuat dari metal dan tipis, seperti
jarum, penit, dapat masuk ke dalam bronkus yang lebih distal,
dengan gejala batuk spasmodic. Benda asing yang lama berada
di bronkus dapat menyebabkan perubahan patologik jaringan,
36
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis benda asing di saluran nafas ditegakkan
berdasarkan anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-
tiba timbul “choking” (rasa tercekik), gejala, tanda, pemeriksaan
fisik dengan auskultasi, palpasi dan pemeriksaan radiologic
seperti pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti benda asing di
saluran nafas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi
atas indikasi diagnostic dan terapi. Anamnesis yang cermat perlu
ditegakkan karena kasus aspirasi benda asing sering tidak segera
dibawah ke dokter pada saat kejadian. Sangat perlu diketahui
macam benda atau bahan yang teraspirasi dan telah berapa lama
tersedak benda asing itu.
37
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
38
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
39
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
Penatalaksanaan
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing
dengan cepat dan tepat perlu diketahui dengan baik gejala di
tiap lokasi tersangkutnya benda asing tersebut. Secara prinsip
benda asing harus diatasi dengan pengangkatan segera dengan
endoskoik dalam kondisi yang paling aman, dengan trauma yang
minimum.
Benda asing di laring harus diberi pertolongan dengan
segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa
menit. Pada anak dengan sumbatan total pada laring, dapat
dicoba dengan menolongnya dengan memegang anak dengan
posisi terbalik, kepala ke bawahm kemudian daerah punggung
atau tengkuk dipukul, sehingga diharapkan benda asing dapat
dibatukkan keluar. Cara lain untuk mengeluarkan benda asing
yang menyumbat laring secara total secara total dalah perasat
Heimlich dapat dilakukan pada anak ataupun dewasa. Dengan
perasat ini dilakukan penekanan pada paru. Caranya ialah
bila pasien masih dapat berdirim maka penolong berdiri di
belakangh pasien, kepalan tangan kanan penolong diletakkan
diatas prosessus xypoideus sedangkan tangan kirinya diletakkan
diatasnya. Kemudian dilakukan penekanan ke belakang dank
40
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
41
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
Trauma laring:
Trauma pada laring dapat berupa trauma tumpul atau
trauma tajam akibat luka sayat, luka tusuk dan luka tembak.
Trauma tumpul pada daerah leher selain dapat merusak struktur
laring juga menyebabkan cedera pada jaringan lunak seperti otot,
saraf, pembuluh darah, dan seterusnya. Hal ini sering terjadi
dalam kehidupan sehari-hari seperti leher terpukul oleh tangkai
pompa air, leher membentur dash board dalam kecelakaan
mobil, tertendang atau terpukul waktu berolahraga bela diri,
berkelahi, dicekik atau usaha bunuh diri dengan menggantung
diri (strangulasi) atau seorang pengendara motor terjerat tali
yang terentang di jalan (clothesline injury).
Pasien dengan trauma seringkali datang dengan berbagai
kerusakan yang menyulitkan. Terapi yang tepat pada pasien
seperti ini haruslah menempatkan keutuhan jalan nafas sebagai
prioritas utama. Cedera pada laring dapat bervariasi dari cedera
mukosa hingga fraktur dan pecahnya tulang rawan. Berbagai
kombinasi cedera sepanjang saluran akan berakibat pada
kagawatdaruratan jalan nafas. Meskipun kemajuan dalam teknik
foto radiologi telah menyempurnakan diagnosis, angka kejadian
trauma laring yang jarang disertai terbatasnya jumlah spesialis
tht yang berpengalaman dengan trauma ini, telah membuat
trauma laring menjadi sangat sulit untuk diatasi. Pendekatan
trauma laring yang terorganisir dapat mencegah dari kesalahan
diagnosis dan penatalaksanaan yang tidak adekuat.
42
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
43
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
Alogaritme Kasus
Algoritma kasus kedaruratan di bidang THT dapat dilihat pada
referensi.
Penjabaran Prosedur
44
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
45
BUKU PANDUAN BELAJAR KOAS
46