Anda di halaman 1dari 63

PERBEDAAN PERTUMBUHAN BERAT BADAN BAYI

ASI EKSLUSIF DAN NON EKSLUSIF DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS WARA KOTA
PALOPO

RAHMA DHANI
B.16.08.018

PROGRAM STUDI DIPLOMA EMPAT (DIV) KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEGA BUANA PALOPO
TAHUN 2019/2020
PERBEDAAN PERTUMBUHAN BERAT BADAN BAYI
ASI EKSLUSIF DAN NON EKSLUSIF DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS WARA KOTA
PALOPO

RAHMA DHANI
B.16.08.018

PROGRAM STUDI DIPLOMA EMPAT (DIV) KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEGA BUANA PALOPO
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan rahmat serta ridho-Nya
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan proposal yang berjudul
“Perbedaan Pertumbuhan Berat Badan Bayi Asi Ekslusif Dan Non Ekslusif
Di Wilayah Kerja Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun 2020”

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang
tua untuk dukungan moril dan materil yang diberikan. Penulis menyadari bahwa
penyusunan proposal ini jauh dari kesempurnaan disebabkan pengetahuan yang
dimiliki oleh penulis olehnya itu dengan rendah hati mengharapkan saran dan
kritik. Saya ucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing Ibu Fitri
H.Sudiamin, S.ST., M.Kes, yang telah membimbing dan memberikan arahan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal ini.

Ucapan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang


terhormat:

1. Bapak H. Rahim Munir Said, SP., MM selaku Pembina Yayasan


Pendidikan Mega Buana.
2. Ibu Dr. Hj. Nilawati Uly, S.Si., Apt., M.Kes selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Buana Palopo
3. Ibu Nurasphina R. Djano, SKM., MM selaku Wakil Ketua Bidang
Akademik Sekolah Tinggu Ilmu Kesehatan Mega Buana Paloppo
4. Ibu Evawati Uly, S.Farm., Apt., selaku Wakil Ketua Bidang Keuangan
Sekollah Tingggi Ilmu Kesehatan Mega Buan.
5. Bapak andriyanto dai, S.Kep., Ns., M. Kep selaku Wakil Ketua Bidang
Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Buana Palopo
6. Ibu Yuniar Dwi Yanti, S.ST., M.Keb selaku Ketua Program Studi
Sarjana Terapan Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Buana
Palopo

i
Yang tak pula untuk saudara, teman-teman serta seluruh keluarga yang
telah membantu dan memberikan motivasi sehingga penulis mampu
menyelesaikan proposal ini

Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan


rahmat, berkat dan hidayah-Nya kepada kita semua dan memberikan imbalan
yang setimpal atas semua jerih payah dari pihak yang telah memberikan bantuan
dan dukungan kepada penulis serta senantiasa menambah ilmu pengetahuan yang
bermanfaat dan menjadikan kita sebagai hambanya yang selalu bersyukur.

Palopo, 28 Februari 2020

Penulis

Rahma Dhani
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktosa, dan garam-garam organic yang disekresi oleh kedua kelenjar

payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. dan merupakan makanan

terbaik untuk bayi. (Ambarwati dan Wulandari, 2010)

ASI ekslusif adalah bayi yang hanya diberi ASI saja selama 6 bulan,

tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air

putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit,

bubur nasi, dan nasi tim (Norma, Machfoedz, & Maharani, 2016)

Pemberian ASI pada bayi erat hubungannya dengan kondisi gizi

kurang dan gizi lebih (gemuk) pada anak. ASI merupakan sumber energi dan

nutrisi terpenting untuk anak usia 6-23 bulan. ASI memenuhi lebih dari

setengah kebutuhan energi pada anak usia 6-12 bulan dan sepertiga dari

kebutuhan energi pada anak usia 12-24 bulan. ASI juga merupakan sumber

nutrisi yang penting pada proses penyembuhan ketika anak sakit. Pemberian

ASI dapat menurunkan risiko penyakit infeksi akut seperti diare, pneumonia,

infeksi telinga, haemophilus influenza, meningitis, dan infeksi saluran kemih.

Bayi yang tidak diberi ASI akan rentan terhadap penyakit infeksi. Kejadian

bayi dan balita menderita penyakit infeksi yang berulang akan mengakibatkan

terjadinya balita dengan gizi buruk dan kurus (KemenKes RI, 2018).

1
2

WHO dan UNICEF merekomendasikan ibu menyusui bayi dalam satu

jam pertama kelahiran, secara eksklusif selama enam bulan dan terus

menyusui, dan memberikan tamabahan makanan pendamping, sampai anak

berusia minimal 2 tahun. Menyusui memiliki sejumlah manfaat kesehatan,

terutama meningkatkan kekebalan bayi. "ASI bekerja seperti vaksin pertama

bayi, melindungi bayi dari penyakit yang berpotensi mematikan dan memberi

mereka semua makanan yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup dan

berkembang," Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO,

mengatakan dalam rilisnya. Dengan membandingkan tingkat menyusui di

seluruh dunia, kelompok menemukan tingkat di mana saja mendekati 100%

dalam Global Breastfeeding Scorecard, dirilis pada awal Pekan Menyusui

Dunia. Kurang dari 44% melaporkan ibu menyusui bayi dalam satu jam

pertama kelahiran. Hanya 23 negara yang melaporkan angka menyusui

eksklusif 6 bulan di atas 60%. Kurang dari 25% ibu Amerika melaporkan

secara eksklusif menyusui selama enam bulan pertama (UNICEF, 2018).

Pertumbuhan dan perkembangan anak oleh pemberian ASI eksklusif

pada umur 0–6 bulan pertama kelahiran dikarenakan ASI merupakan zat gizi

yang paling sempurna untuk bayi karena mengandung antibodi sehingga anak

jarang sakit agar tidak mudah mengalami penurunan berat badan dan dengan

menyusui terjadinya ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi sehingga

mempengaruhi perkembangan janin (Herlina, 2018).

Menyusui adalah salah satu cara paling efektif untuk memastikan

kesehatan dan kelangsungan hidup anak. Jika menyusui ditingkatkan hingga


3

mendekati tingkat universal, sekitar 820.000 nyawa anak akan diselamatkan

setiap tahun. Secara global, hanya 40% bayi di bawah enam bulan yang

mendapat ASI eksklusif. WHO secara aktif mempromosikan pemberian ASI

sebagai sumber makanan terbaik untuk bayi dan anak kecil, File fakta ini

mengeksplorasi banyak manfaat dari praktik ini, dan seberapa kuat dukungan

yang diberikan kepada ibu agar dapat meningkat (UNICEF, 2018).

Majelis Kesehatan (WHO) berkomitmen untuk target peningkatan

prevalensi global ASI eksklusif dalam enam bulan pertama kehidupan dari

garis dasar kemudian dari 37 persen bisa meningkat menjadi 50 persen pada

tahun 2025. Akan tetapi memastikan terlebih dahulu bahwa setidaknya

setengah dari anak-anak di dunia harus disusui secara eksklusif selama enam

bulan pertama kehidupan mereka dan harus menjadi titik awal, bukan tujuan

akhir. Dengan kemajuan cepat kemmungkinan besar dengan investasi dalam

kebijakan dan program yang lebih baik mendukung wanita untuk menyusui

secara dini, dan yang memastikan bahwa lebih banyak anak di dunia memiliki

kesempatan untuk berkembang sesuai dengan yang kita inginkan (WHO,

2017)

Menyusui, dimulai pada jam pertama kelahiran, disediakan khusus

untuk enam bulan, dan berlanjut hingga dua tahun atau lebih dengan ketentuan

keamanan dan makanan pendamping yang tepat, yang merupakan salah satu

praktik paling kuat untuk mempromosikan kelangsungan hidup dan

kesejahteraan anak. Dengan adanya peningkatan angka menyusui di seluruh

dunia dapat menyelamatkan lebih dari 820.000 anak di bawah umur usia 5
4

setiap tahun, mayoritas (87 persen) di bawah usia 6 bulan. Diperkirakan

bahwa peningkatan angka menyusui bisa mencegah 20.000 kematian ibu

akibat kanker payudara. Singkatnya, menyusui adalah salah satu cara yang

paling efektif untuk melindungi ibu dan kesehatan anak serta mempromosikan

pertumbuhan yang sehat dan perkembangan optimal di awal masa

kecil. Memberdayakan dan memampukan wanita untuk menyusui harus

berada di jantung dari upaya negara untuk menjaga setiap anak tetap hidup

dan untuk membangun jiwa yang sehat, cerdas dan masyarakat yang produktif

(UNICEF, 2018).

Secara Nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun 2018

yaitu sebesar 68,74%. Angka tersebut sudah melampaui target Renstra tahun

2018 yaitu 47%. Persentase tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif

terdapat pada Provinsi Jawa Barat (90,79%), sedangkan persentase terendah

terdapat di Provinsi Gorontalo (30,71%). Sebanyak enam provinsi belum

mencapai target Renstra tahun 2018. Selain itu, terdapat sembilan provinsi

yang belum mengumpulkan data. Cakupan bayi baru lahir mendapatkan IMD

dan cakupan bayi mendapat ASI eksklusif 84,09 % (profil kesehatan

indonesia, 2018)

Berdasarkan bukti yang kuat,Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan

Amerika Dana Anak Bangsa (UNICEF) merekomendasikan hal itu ibu

menaruh bayi baru lahir ke payudara dalam waktu satu jam setelah lahir,

menyusui bayi secara eksklusif selama enam bulan pertama dan terus

menyusui selama dua tahun dan lebih, sampai mendapatkan nutrisi yang
5

memadai, aman, sesuai dengan usia, makanan responsif makanan padat, semi-

padat dan lunak mulai di bulan ke enam karena pencernaan bayi sudah bisa

mencerna makanan yang lunak oleh karena itu, diperlukan untuk

memperhatikan terlebih dahuliu sebelum memberikan makanan tambahan atau

M-PASI (Cai, Wardlaw, & Brown, 2012).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, cakupan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-5 bulan di Propinsi Sulawesi

Selatan yaitu 45.5%. Persentase bayi 0-5 bulan yang masih mendapat ASI

eksklusif sebesar 54,0%, sedangkan bayi yang telah mendapatkan ASI

eksklusif sampai usia enam bulan adalah sebesar 29,5%. Artinya ada sekitar

65% bayi yang tidak mendapatkan ASI secara eksklusif selama 6 bulan

pertama lahir. Angka ini masih jauh dari target cakupan ASI eksklusif pada

2019 yang ditetapkan oleh WHO maupun Kementerian Kesehatan yaitu 50%

(Riskesdas, 2018).

Pada tahun 2013 capaian ASI Ekslusif 75%, ditahun 2014 68,45% dan

pada tahun 2015 capaian ASI Ekslusif sebanyak 71,50%. Pada tahun 2016,

untuk kriteria bayi 0-6 bulan mendapat ASI eksklusif yang diberi ASI saja

tanpa makanan lain atau cairan lain berdasarkan recall 24 jam, dari pelaporan

Kabupaten/Kota sebesar 68% dan belum mencapai angka yang ditargetkan

(83%) dan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Rata-rata prevalensi

capaian ASI Eksklusif di 24 Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Selatan

sebesar 42%. Kabupaten yang paling tinggi capaian targetnya adalah


6

kabupaten Soppeng 81,9% dan yang paling rendah adalah kota Pare-Pare 48%

(DINKES Sul-Sel, 2018).

Menurut Dinas Kesahatan Kota Palopo Sulawesi Selatan pada tahun

2017 jumlah sasaran 1724 orang bayi yang mendapat ASI Eklusif

diperkirakan sebanyak 70,4 %, cakupan asi eklusif pada tahun 2018 dengan

sasaran 1675 yang mendapat asi eklusif 66,3%, dimana bayi yang ditargetkan

untuk mendapatkan asi eklusif di kota palopo Sulawesi selatan pada tahun

2019 yaitu 6631 orang atau sekitar 44,2% mengalami penurunan dari tahun

sebelumnya seharusnya, disini mengalami peningkatan akan tetapi tidak sesuai

dngan yang diharapkan penurunan ini sangat diimbaukan kepada tenaga

kesehatan agar memberikan konseling tentang pentingnya ASI eklusif

terhadap pertumbuhan bayi dan sangat baik untuk kesehatan ibunya juga agar

memberikan ASI Eklusif pada bayinya. Dari hasil wawancara diperoleh dari

petugas Dinas Kesehatan kota palopo bayi yang mendapatkan Inisiasi

Menyusu Dini 72,8% ini berdasarkan hasil riset tahun 2017, pada tahun 2018

inisiasi menyusu dini mengalami peningkatan menjadi 82,1% dan pada tahun

2019 mengalami penurunan pemberian inisiasi menyusu dini yaitu dari 82,1%

menjadi 76,95% (DINKES Palopo, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Yendi,

Candrawati, & Warsono, 2017), diketahui bayi yang mendapatkan ASI

Eksklusif di Desa Mulyo Agung berjumlah 32 bayi, seluruhnya (100%)

memiliki berat badan naik normal, dan bayi yang mendapatkan ASI Non

Eksklusif berjumlah 20 bayi, 16 bayi (80%) memiliki berat badan naik normal
7

sementara 4 bayi (20%) memiliki berat badan naik berlebih. Berdasarkan hasil

uji t-paired test didapatkan nilai t hitung < t tabel dengan α = 5% atau nilai

signifikansi > 5%. Hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna

antara berat badan bayi yang diberi ASI Eksklusif dan non eksklusif di Desa

Mulyo Agung Malang.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 4

Maret 2020 Di Puskesmas Wara Kota, di dapatkan jumlah data bayi yang

mendapatkan ASI ekslusif tiga tahun terakhir sebanyak 48 % tahun 2017, dan

pada tahun 2018 sebanyak 66% sedankan ditahun 2019 bayi yang

mendapatkan ASI ekslusif sebanyak 68% bayi berusia 0-6 bulan yang diberi

ASI eksklusif tanpa pemberian susu formula. Informasi yang saya dapatkan

ini melalui Ahli Gizi Puskesmas Wara Kota yang bertugas di puskesmas

tersebut dengan jumlah bayi usia 0-12 bulan sebanyak 265 bayi, dengan

presentasi 65,22%.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian ditempat ini berdasarkan banyaknya cakupan ASI Ekslusif dengan

perbedaan pertumbuhan berat badan bayi yang diberi ASI Eksklusif dan Non

Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Wara Kota Palopo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah untuk

mengetahui apakah ada perbedaan antara pertumbuhan berat badan bayi ASI

Ekslusif dan Non Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Wara Kota Palopo

tahun 2020?
8

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah ada perbedaan antara pertumbuhan berat badan bayi

ASI Ekslusif dan Non Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Wara Kota

Tahun 2020.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pertumbuhan berat badan bayi ASI Ekslusif di

Wilayah Kerja Puskesmas Wara Kota PalopoTahun 2020.

b. Untuk mengetahui pertumbuhan berat badan bayi yang Non Ekslusif di

Wilayah Kerja Puskesmas Wara Kota Palopo Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Manafaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan dan

menambah kajian baru dalam ilmu pengetahuan, khususnya ilmu

kebidanan terkait pemberian ASI eksklusif dan Non eksklusif bagi bayi.

2. Manfaat Praktis

Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan

pelaksanaan program, di wilaya keja puskesmas wara kota Palopo

3. Manfaat Institusi

Sebagai acuan yang diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan

institusi dan penulisan selanjutnya.

E.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Bayi

1. Pengertian

a. Bayi Baru Lahir (BBL) merupakan individu yang sedang bertumbuh-

kembang agar dapat melakukan penyesuaian diri untuk kelangsungan

hidup dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Devriany,

Wardani, & Yunihar, 2018).

b. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan

lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500-4000

gram. Adaptasi bayi bari lahir terhadap kehidupan diluar uterus. Pada

waktu kelahiran, sejumlah adaptasi fisik dan psikologis mulai terjadi

pada tubuh baru lahir, karena perubahan dramitis ini bayi memerlukan

pemantauan ketat untk menentukan bagaimana ia membuat suatu

transisi yang baik terhadap kehidupannya diluar uterus. Bayi baru lahir

juga membutuhkan perawatan yang dapat meningkatkan kesempatan

menjalani masa transisi dengan berhasil. Tujuan asuhan kebidanan

yang lebih luas selama ini adalah memberikan perawatan komrehensif

kepada bayi baru lahir ia berada dalam ruangan rawat untuk

mengajarkan orangtua bagaimana merawat bayi mereka dan untuk

9
10

memberi motivasi terhadap upaya pasangan menjadi orangtua

sehingga orangtua percaya diri dan mantap (Sembiring, 2019)

2. Periode transisi

Karasteristik perilaku terlihat nyata selama jam transisi segera

setelah lahir. Masa transisi ini mencerminkan suatu kombinasi simpatik

terhadap tekanan persalinan (tachypnea, tachycardia) dan respon

parasimpatik (sebagi respon yang diberikan oleh kehadiran mucus, muntah

dan gerak peristaltic). Periode ini dibagi menjadi tiga yaitu, (Armini,

2017):

a. Reaktivitas (The First Period of Reactivity)

Dimulai setelah persalinan dan berakhir setelah 30 menit.

Selama periode ini detak jantung cepat dan polsasi tali pusar jelas.

Warna kulit terlihat sementara sianosis atau akrosianosis. Selama

periode ini mata bayi membuka dan bayi memperlihatkan perilaku

siaga. Bayi mungkin menangis, terkejut atau terpaku. Selama perilaku

ini setiap usaha dibuat untuk memudahkan kontak bayi dan ibu.

Membiarkan ibu memegang bayi untuk mendukung proses

pengenalan. Beberapa bayi akan disusui selama periode ini. Bayi

sering mengeluarkan kotoran dengan seketika setelah persalinan dan

suara usus pada umumnya terdengar setelah usia 30 menit. Bunyi usus

menandakan system pencernaan dengan baik. Keluarnya kotoran

sendiri, tidak menunjukkan kehadiran gerak peristaltic hanya


11

menunjukkan bahwa anus dalam keadaan baik. Lebih jelas dapat

dilihat karasteristinya yaitu:

1) Tanda-tanda vital bayi baru lahir sebagai berikut: frekuensi nadi

yang cepat dengan irama yang tidak teratur. Frekuensi pernapasan

mencapai 80x/I, irama tidak teratur dan beberapa bayi mungkin

dilahirkan dengan keadaan pernapasan cuping hidung, ekspresi

mendengkur serta adanya retraksi.

2) Fluaktuasi warna dari merah jambui pucat ke sianosis.

3) Bising usus biasanya tidak ada, bayi biasanya tidak berkemih

atupun tidak mempunyai pergerakan usus selama periode ini.

4) Bayi baru lahir tidak mempuinyai sedikit jumlah mucus, menangis

kuat, refleksbisap yang kuat, tips khusus, selama periode ini mata

mata bayi terbuka lebih lama daripada hari-hari selanjutnya, saat

ini adalah waktuu yang paling baik untuk memulai proses periode

perlekatan karena bayi baru lahir dapat mempertahankan kontak

mata yang terlalu lama.

b. Fase tidur (Period of Unresponsive sleep)

Berlangsung selam 30 menit sampai 2 jam persalinan. Tingkat

pernapasn menjadi lebih lambat. Bayi dalam keadaan tidur, suara usus

muncul tapi berkurang jika mungkin, bayi tidak diganggu untuk

pengujian utama dan jangan memandikannya. Selam tidur memberikan

kesempatan pada bayi untuk memulihkan diri dari proses persalinan

dan periode transisi dan kehidupan diluar uterin


12

c. Reaktivitas II (The Second Period of Reactivity)/Transisi ke-III

Berlangsung selama 2-6 jam setelah persalinan. Tingkat

pernapasan labil dan terjadi perubahan warna kulit yang berhubungan

dengan stimulus lingkungan. Tingkat pernapasan bervariasi tergantung

pada aktivitas. Neonates mungkin membutuhkan makanan dan harus

menyusu. Pemberian makan awal penting dalam pencegahan

hipoglikemia dan stimulasi pengeluaran kotoran dan pencegahan

penyakit kuning. Pemberian makanan awal juga menyediakan

kolonisasi bakteri isi perut yang mengarahkan vitamin K oleh traktus

intestinal. Neonates mungkin bereaksi terhadap makanan pertama

dengan cara memuntahkan susu Bersama mucus. Ibu diajarkan cara

menyendawakan bayinya. Setiap mucus yang terdapat selama

pemberian makan awal dapat terpengaruhi terhadap kecukupan

pemberian makanan, terutama jika mucus berlebihan. Kehadiran

mucus yang banyak mungkinn mengindikasikan masala seprti

esofagial atresia, mucus bernoda empedu menunjukkan adanya

penyakit pada bayi dan pemberian makan perlu ditunda, sehingga

penyebabnya diselidiki secara menyeluruh.


13

B. Tinjauan Umum Tentang Asi Ekslusif

1. Pengertian

ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi

yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan

berkembang dengan baik. Air Susu Ibu pertama berupa cairan bening

berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk bayi karena

mengandung zat kekebalan terhadap penyakit (Proverawati & Rahmawati,

2016).

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan,

tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan

air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu,

biskuit, bubur nasi, dan nasi tim (Norma et al., 2016). ASI memiliki

peranan penting dalam menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup bayi,

karena bayi yang diberi ASI secara eksklusif memiliki daya tahan tubuh

yang lebih baik dibandingkan bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif

(diza fathamira hamzah, 2018)

Menyusu secara ekslusif selama 6 bulan dan meneruskan menyusui

hingga 2 tahun akan berkontribusi memberikanan makanan sehat dengan

kualitas energi serta gizi yang baik bagi anak sehingga membantu

memerangi kelaparan dan kurang gizi. Menyusui adalah pemberian makan

pada bayi dan anak yang paling hemat. ASI adalah makanan berkualitas

yang bisa dijangkau oleh siapapun tanpa membebani perekonomian

keluarga (Asih & Risneni, 2016).


14

2. Macam-macam ASI

ASI dibedakan menjadi tiga kelomppok dan tahap secara tterpisah yaitu

(Nirwana, 2012):

a. Colostrum (kolostrum)

Adalah cairan tahap pertama ASI yang dihasilkan selama masa

kehamilan. Colocstrum merupakan pembersih usus bayi yang dapat

mmembersihkan meconium. Dengan adanya kolostrum ini mukosa

usus bayi yang baru lahir bisa segera bersih dan siap menerima ASI.

Salah satu ciri-ciri kolostrum adalah: pertama, berwarna kuning

keemas an atau krem. Kedua, lebih kental dibandingkan dengan cairan

susu tahap berikutnya. Ketiga, berakhir beberapa hari setelah kelahiran

bayi (2-4 hari). Selain itu didalam kolostrum terdapat growth factor

yang berfungsi sebagai anti radang. Zat ini yang berperan juga sebagai

pencegah terjadinya sindrom kebocoran pada usus. Zat ini bertugas

menjaga mukosa susu agar tidak mudah ditembus bahan kimia dan

racun, dengan begitu akan terjadi diare kronis pada bayi.

b. Transitional milk (ASI peralihan)

Merupakan ASI yang dihasilkan setelah kolostrum. Biasanya ASI ini

akan berakhir setlah 2 minggu setelah kolostrum. Kandungan ASI

peralihan ini memang tidak selengkap ASI kolostrum. Beberapa zat

yang terkandung dalam ASI peralihan adalah lemak, laktosa, vitamin

terlarut dalam air dan mengandung lebih banyak kalori dibandi g

dengan kolostrum.
15

c. Mature milk (ASI matur)

Merupakan cairan terakhir yang dihasilkan oleh ibu. ASI matur berisi

90% air yang berfungsi sebagai pemelihara hidrasi bayi sedangkan

10%nya adalah karbohidrat, protein, lemak yang diperlukan untuk

kebutuhan hidup dan perkembangan bayi.

3. Manfaat Pemberian ASI

Berikut ini adalah manfaat yang didapatkan dengan menyusui bagi bayi,

ibu, keluarga, dan negara yaitu:

a. Manfaat bagi bayi

1) Komposisi sesuai kebutuhan

2) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan

3) ASI meningkatkan kecerdasan

4) ASI mengandung zat pelindung

5) Perkembangan psikomotarik lebih cepat

6) Menunjang perkembangan kognitif

7) Menunjang perkembangan penglihatan

8) Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak

9) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat

10) Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri.

b. Manfaat bagi ibu

1) Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat

kembalinya Rahim kebentuk semula

2) Mencegah anemia defisiensi zat besi


16

3) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil

4) Menunda kesuburan

5) Menimbulkan perasaan dibutuhkan

6) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium

c. Manfaat bagi keluarga

1) Mudah dalam proses pemmberiannya

2) Mengurangi biaya rumah tangga

3) Bagi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat

biaya untuk berobat.

d. Manfaat bagi negara

1) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan.

2) Penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan

perlengkapann menyusui.

3) Mengurangi polusi

4) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas

e. Manfaat lain ASI bagi kesehatan ibu dan bayi (Sari & RImandini,

2014)

1) Perlindungan terhadap pnyakkit

2) Manfaat bagi bayi premature

3) Mengurangi resiko penyakit jantung

4) Mengurangi resiko diabetes

5) Mengurangi resiko terkkena kanker

6) Membantu perkembangan otak


17

7) Membantuh pertumbuhan tulang

4. Keunggulan ASI

ASI banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Zat gizi

dalam ASI sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan pperkembangan

fisik serta kecerdasan. ASI mengandung zat kekebalan sehingga mampu

melindungi bayi dari alergi. ASI aman dan terjamin kebersihan, karena

langsung disusukan kepada bayi dalam keadaan segar. Pemberian ASI

sangat praktis, tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan

dapat diberikan kapan saja dan dimana saja. Menyusukan ASI dapat

membantu memperbaiki reflex menghisap, menelan dan pernapasan bayi

(Proverawati & Rahmawati, 2016)

5. Keuntungan pemberian ASI

ASI memiliki unsur-unsur yang memenuhi semua kebutuhan bayi akan

nutrient selama 6 bulan kecuali jika ibu mengalami keadaan gizi kurang

yang berat. ASI dapat menurunkan infeksi pada bayi karena (Fitri & wiji,

2019)

a. ASI bersih dan bebas bakteri sehingga tidak membuat sakit.

b. ASI mengandung antibody immunoglobulin terhadap bakteri.

c. ASI mengandung leukosit yang membantu memerangi infeksi.

d. ASI mengandung faktor bifidus membantu bakteri khusus, yaitu

lactobacillus bifidus, tumbuh dalam usus halus bayi. Lactobacillus

bifidus mencegah bakteri berbahayalainnya tumbuh dan menyebabkan

diare.
18

e. ASI mengandung laktoferin yang mengakibatkan zat besi. Hal ini

mencegah pertumbuhan beberapa bakteri berbahaya ya g memerlukan

zat besi.

f. ASI mengandung enzim khusus (lipase) yang mencerna lemak. ASI

lebih cepat dan mudah dicerna dan bayi yang diberi ASI mungkin

ingin makan lagi lebih cepat daripada bayi yang dibderi makanan

buuatan.

g. ASI selalu siap untuk diberi pada bayi dan tidak memerlukan

persiapan. ASI tidak pernah basi atau jelek dalam payudara walau ibu

tidak menyus bayinya dalam beberapa hari.

6. Masalah dalam pemberian ASI

Dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) terkadang ada beberapa masalah

yang dapat menyebabkan akhirnya ASI yang harusnya didapatkan bayi

dari ibunya akan mengalami hambatan bahkan adakalanya bayi tidak

mendapatkan sama sekali ASI dari ibunya, padahal bayi mempunyai hak

penuh terhadap ASI tersebut,terkadang tenaga kesehatan melupakan hak-

hak bayi untuk mendpatkan ASI ibunya, atau bahkan ibunya sendiri

melupakan hak anaknya untuk mengkonsumsi ASI ibunya, hal ini

mungkin bukan suatu kesengajaan akan tetapi karena ketidaktahuan ibu

karena beberapa masalah yang dihadapinya antara lain (Rukiyah, Yulianti,

& Liana, 2011).

a. Bayi dengan bingung putting, artinya bayi mengalami ibu atau

kebingunan apakah yang masuk dimulutnya putting susu ibu atau


19

bukan karena kadang bayi diberikan minuman bergantian dengan susu

botol, hal ini ditandai bayi menolak menyusu dari ibu menyusu dengan

mulut mencucu, waktu menyusu terputus-putus, untuk mencegah

kondisi ini berikan ASI perah dan berikan dengan cangkir.

b. Bayi enggan menyusu, dapat sebabkan karena bayi sakit daerah mulut

(sariawan), bayi mengalami bingung putting, bayi telah diberi minum

lain, tekhnik menyusui yang salah, ASI kurang lancar keluarnya atau

terlalu deras.

c. Kondisi bayi sering menangis, hal ini merupakan cara bayi

mengkomunikasikan keadannya kepada orang disekitarnya yang dapat

disebabkan karena bayi haus, lapar, basah, kotor, bosan, kesepian, rasa

ASI berubah, sakit, kolik, yang akhirnya bayi sering menangis

sehingga bayi kelelahan kemudian daya menghisap kurang ibunya juga

akhirnya kesal dampaknya proses laktasi terganggu.

d. Bayi kembar, terkadang kondisi bayi kembar membuat perkiraan salah

yakni dengan menyangka ASI tidak cukup sehingga menyusu

bergantian atau Bersama, bila bersama berbagai posisi dan setiap bayi

disusukan pada payudara bergantian.

e. Kondisi bayi premature atau BBLR jika bayi mempunyai berat <1800

gr boleh langsung boleh langsung menyusu. Jika berat bayi antara

1500-1800 gr maka harus dibantu suplemen dan minum ASI memakai

cangkir, berat bayi antara 1250-1500 gr bayi harus di infus dan setelah

24 jam ASI diperah diberikan dengan cangkir atau nasogastric (pipa


20

lambung) jika berat bayi < 1250 maka ASI diperah dan diberikan lewat

pipa lambung.

7. Kandungan gizi ASI

ASI mengandung banyak sekali zat gizi dan vitamin yang diperukan oleh

tubuh bayi, zat-zat tersebut diantaranya adalah (Nirwana, 2012):

a. LPUFAs

ASI banyak mengandung gizi diantaranya adalah LPUFAs (Long

Chain Poyunsaturated Fatty). LPUFAs sangat diperlukan oleh bayi

karena mengandung fungsi mental, penglihatan dan fungsi dan

perkembangan psikomotorik bayi. Di dalam LPUFAs terdapat dua

komponen, yaitu asam arakkhidonat, asam dokosaheksanoat,

merupakan komponen dasar kortek dan ARA (Arachidonic Acid) yang

berperan pentting dalam proses tumbuh kembang otak.

b. Protein

Protein dalam ASI terdiri dari protein yang mudah dicerna dan protein

yang sulit dicerna, namun didalam ASI lebih banyak mengandung

protein yang mudah dicerna. Beda dengan protein yang terdapat pada

susu sapi. Dalam susu sapi mempunyai karakter terbalik dengan ASI.

ASI mempunyai kadar protein yang paling rendah diantara air susu m

amalia. Protein yang terkandung dalam ASI merupakan zat nutrisi

yang dibutuhkan otot tulang bayi manusia, agar dapat berkenbang baik

dengan optimal. Protein dalam ASI memang diciptakan tepat untuk

bayi, sehingga sesuai dengan tingkat metabolisme yang dijalankan


21

oleh berbagai system organ tubuh baayi. Dengan demikian, tubuh bayi

akan mudah menerimanya.

c. Lemak

Lemak dalam ASI merupakan lemak penghasil energi yang paling

utama. ASI jyga merupakan komponen zat gizi yang bervariasi. ASI

lebih mudah dicerna karena dalam bentuk emulsi. Lemak adalah zat

penting dalam proses metabolisme, seperti juga protein dalam ASI,

kadar lemak dalam ASI lebih mudah diurai datripada susu sapi. Lemak

ASI terdiri dari beberapa jenis antara lain DHA, AL, AA dan lain

sebagainya. DHA merupakan zat yang paling penting untuk membantu

pertumbuhan, perkembangan serta mempertahankan fungsi jaringan

otak. Jadi, semakin lama bayi menyusu maka semakin banyak kadar

DHA di dalam otak bayi. Selain yang telah diungkap diatas, lemak

juga berpengarruh untuk membentuk kulit sehat.

d. Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalahh laktosa. Laktosa merupakan zat

gizi penting untuk pertumbuhan dan perkembangan jaringan otak.

e. Laktosa

Laktosa merupakan karbohidrat utama pada ASI. Laktosa berfungsi

sebagi sumber energi. Fungsi lainnya adalah meningkatkan absorb

kalsium dan merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus.


22

f. Zat besi

Meskipun dalam ASI terdapat sedikit terdapat zat besi (0,5-1,0

mg/liter), namun bayi yang menyusu ASI tidak akan kekurangan zat

besi (anemia). Hal ini di karenakan zat besi yang terkandung dalam

ASI mudah dicerna bayi.

g. Mineral

ASI mmang mengandung mineral lebih sedikit disbanding dengan susu

sapi. Bahkan susu sapi mengandung empat kali lebih banyak dari pada

ASI. Namun, juka bayi mengonsumsi susu sapi maka ginjal bayi akan

semakin bekerja semakin keras.

h. Sodium

Ternyata jumlah sodium pada ASI sangat cocok untukbbayi. Sodium

yang terdapat pada susu sapi lebih rendah daripada ASI setelah

mendapatkan proses modifikasi (proses perubahan susu segar ke dalam

susu kaleng atau bubuk).

i. Kalsium, dan fosfot magnesium

Kalsium, fosfor dan magnesium pada susu botol atau formula memang

lebih banyak disbanding yang teerdapat pada ASI. Namun, setelah

kalsium, fosfor dan magnesium menjadi susu formula maka akan

menyusut atau berkurang. Oleh karennanya, walaupun zat tersebut

hanya sedikit yang terkandung dalam ASI namun harus teetap

diberikan kepada bayi secara eklusif yaitu selam 6 bulan.


23

j. Vitamin

Kadar vitamin A, B, C, D dan E dalam ASI lebih tinggi disbanding

dengan kadar susu sapi. Namun vitamin K yang terdapat dalam ASI

jumlahnya sedikit. Akan tetapi, tetap saja ASI merupakan makanan

terbaik bagi bayi, karena susu sapi hanya cocock untuk sapi bukan

untuk anak manusia.

k. Taurine

Fungsi utama taurine adalah membantu perkembangan mata si kecil.

Paada mata, taurine banyak terdapat diretina, terutamma

diterkonsentrasi di epitel pigmmen retina dan lapisan fotoreseptor.

Asupan tauri yang adekuat dapat menjaga penglihatan si kecil dari

gangguan retina. Selain itu, ia juga berfungsi dalam perkembangan

otak dan saraf.

l. Lactobacillus

Lactobacillus dalam ASI berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan

mikroorganisme seperti bakteri E.Coli yang sering menyebabkan diare

pada bayi. Bayi yang banyak mengkonsumsi susu formula akan lebih

seering terkena diare karena dalam susu formula hanya sedikit

laktobacillusnya.

m. Mengandung Lactoferrin Dan Lisozim

Lactoferrin dapat bermanfaat bagi kebutuhan nutrisi bayi, karena

lactoferrin berfungsi menghambat bakteri staphylococcus dan jamur

candida. Sedangkan kandungan LIsozim dapat memecah dinding


24

bakteri sekaligus mengurangi insidens caries dentis dan maloklusi

(kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan

dot).

n. Mengandung AIR

Sebagian besar ASI mengandung air. Untuk itu, jika ibu ingin ASI-nya

selalu produktif maka ia harus sering minum air putih

8. Perbandingan ASI dan Susu Sapi atau susu formula

ASI jauh lebih baik dari susu formula manapun di dunia (Fitri & wiji,

2019).

Tabel 2. 1 perbandingan ASI dan susu Sapi

No Pembanding ASI Susu Sapi


.
1. Pencemaran Tidak ada Mungkin ada
bakteri
2. Zat anti Banyak Tidak ada
infeksi
3. Protein
Kasein 40 80
Whey 60 20
4. Asam amino
Taurine Cukup untuk Tidak ad
pertumbuhan
otak
5. Lemak a. Ikatan Ikatan pendek dan
Kolestrol Panjang sedang
Lipase untuk Tidak cukup
pertumbuhan Tidak ada
otak
b. Cukup untuk
25

pertumbuhan
otak
c. Ada
6. Laktosa/gula 7 (cukup) 3-4 (tidak cukup)
(%)
7. Garam Tepat untuk Terlalu banyak
pertumbuhan
8. Mineral
Kalsium 350 (tepat) 1440 (terlalu banyak)
Fosfat 150 (tepat) 900 (terlalu banyak)
9. Zat besi Jummlahnya Jumlahnya sedikit
sedikit diserap diserap tidak
baik baik
10. Vitamin Cukup Tidak cukup
11. Air Cukup Diperlukan lebih
banyak

9. Factor yang mempengaruhi pemberian ASI Ekslusif

Meskipun manfaat ASI Ekslusif begitu banyak namun cakupan

ASI ekslusif saat ini masih cukup rendah. Menurut Suradi, R dan H.K.P

(2007) rendahnya cakupan ASI ekslusif disebabkan oleh beberapa factor

yaitu (Majestika, 2018) :

a. Kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif. Pengetahuan akan

sangat berpengaruh terhadap perilaku termasuk perilaku dalam

pemberian ASI ekslusif

b. Aktivitas ibu yang menghambat pemberian ASI ekslusif. Kesibukan

ibu akan mempengarui pemberian ASI ekslusif sehingga banyak ibbu

yang bekerja tidak dapat memberikan ASI pada bayinya setiap 2-3

jam.
26

c. Dukungan keluaga. Lingkungan merupakan lingkungan ya ng sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui ASI ekslusif. Peran

suami dan keluarga akan menentujkan refleks pengeluaran ASI yang

sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu.

d. Dukungan tenaga kesehatan, menurut Afifah (2007), petugas

kesehatan sangat penting dalam melindungi, meningkatkan dan

mendukung usaha menyusui.

C. Tinjauan Tentang Pertumbuhan

1. Pengertian Pertumbuhan

a. Pertumbuhan merupakan perubahan sel tubuh yang terjadi dalam dua

bentuk, yaitu pertambahan ukuran sel dan atau pertambahan jumlah

sel. Secara akumulasi perubahan sel ini akan menghasilkan perubahan

ukuran tubuh, yang ditunjukkan dengan pertambahan ukuran fisik,

baik dalam bentuk berat badan, tinggi badan atau tampilan fisik.

Akibat dari perubahan sel, juga menyebabkan proporsi atau komposisi

tubuh juga berubah. Jadi pertumbuhan adalah perubahan ukuran fisik

dari waktu ke waktu, baik dari segi ukuran fisik, proporsi, maupun

komposisi tubuh ini dikarenakan adanya pertumbuhan sel-sel yang

terdapat dalam tubuh yang berkembang sesuai dengan pertumbuhan

(Thamaria, Par’i, Wiyono, & Harjatmo, 2017)

b. Menurut Wahalley dan Wong (200, cit. Hidayat 2005), pertumbuhan

merupakan bertambahnya jumlah dan besar sel diseluruh bagian tubuh


27

yang secara kuantitatif dapat diukkur. Perkembangan adalah

bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui

tumbuh kema

c. tangan dan belajar (Maryanti, Sujianti, & Budiarti, 2011).

d. Pertumbuhan adalah proses bertambahnya ukuran berbagai organ.

Perasaan, integritas, mencapai kebijaksanaan, penyelesaian hidup

dengan bijaksana, belajar untuk menerima dari masing-masing sel

dalam kesatuan sel yang membentuk organ tubuh/pertumbuhan,

jumlah keseluruhan sel/kedua-duanya (Maryunani, 2016).

e. Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh pemberian

ASI eksklusif pada umur 0–6 bulan pertama kelahiran karena ASI

merupakan zat gizi yang paling sempurna untuk bayi karena

mengandung antibodi sehingga anak jarang sakit sehingga tidak

mengalami penurunan berat badan dan dengan menyusui bayi bisa

lebih meningkatkan ikatan antara ibu dan anak (Herlina, 2018).

2. Jenis Pertumbuhan

Konsep pertumbuhan yang berkaitan dengan penilaian status gizi

secara antropometri, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pertumbuhan

linier dan pertumbuhan massa jaringan. Perbedaan ini didasarkan atas sifat

dan waktu pertumbuhan yang terjadi pada tubuh (Thamaria et al., 2017).

a. Pertumbuhan linier

Pertumbuhan linier yaitu pertumbuhan yang terjadi pada pertambahan

massa tulang, akan nampak jelas pada pertambahan tinggi badan


28

b. Pertumbuhan Massa Jaringan

Pertumbuhan massa jaringan yaitu perubahan yang terjadi pada

perubahan massa lemak dan otot tubuh. Pengukuran pertumbuhan

massa jaringan terutama diperlakukan untuk menilai status gizi pada

orang dewasa, walaupun hal ini dapat juga dilakukan pada anak-anak

3. Ciri-ciri tumbuh kembang

Tumbuh kembang merupakan suatu proses utama yang hakiki dan khas

pada anak, dan merupakan sesuatu yang terpenting pada anak tersebut.

Tumbuh kembang anak ini terutama mempunyai ciri-ciri antara lain

(Maryunani, 2010):

a. Bahwa manusia itu bertumbuh dan berkembang sejak dalam Rahim

sebagai janin, akan berlanjut dengan proses tumbuhkembang anak, dan

kemudian proses tumbuh-kembang dewasa.

b. Dalam periode tertentu, terdapat adanya periode yang percepatan atau

periode perlambatan, antara lain:

1) Pertumbuhan cepat terdapat pada maa janin

2) Pertumbuhan yang cepat sekali terjadi dalam tahun pertama, yang

kemudian secara berangsur-angsur berkurang sampai usia 3-4

tahun

3) Pertumbuhan berjalan lamban dan teratur sampai masa akil balik

4) Kemudian pertumbuhan cepat kembali selanjutnya pertumbuhan

kecepatannya secara berangsur-angsur berkurang suatu waktu

(sekitar usia 18 tahun) berhenti


29

c. Terdapat adanya laju tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-

organ.

d. Tumbuh kembang merupakan suatu proses yang dipengaruhi oleh dua

faktor penentu, yaitu faktor genetik yang merupakan faktor bawaan,

yang menunjukkan potensi anak dan faktor lingkungan, yang

merupakan faktor yang menentukan apakah faktor genetik (potensi)

anak akan tercapai

e. Pola perkembangan anak mengikuti arah pperkembangan yang disebut

sefalokaudal (dari arah kepala kemudian ke kaki) dan proksimal-distal

(menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan pusat,

kemudian bar yang jauh)

f. Pola perkembangan anak sama pada setiap anak, tetapi kecepatannya

berbeda-beda.

4. Tahap Tumbuh Kembang Bayi

Terdapat berbagai pendapat mengenai pembagian tahap-tahap tumbuh

kembang anak, antara lain (Maryunani, 2010):

5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan

Bayi

b. Factor Genetic/ Factor Hederiter (Factor Heredokonstitusional)

Factor genetika atau herediter merupakan factor yang dapat diturunkan

sebagai dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang

anak antara lain: factor bawaan, jenis kelamin, keluarga, ras/suku,

bangsa, dan umur.


30

c. Factor lingkungan

Factor lingkungan merupakan factor yang sangat penting dalam

menemtukan tercapai atau tidaknya potensi yang telah dimiliki oleh

anak. Lingkungan yang baik akan memungkinkan pertumbuhan dan

perkembangan anak dapat berjalan dengan sebaik-baiknya menurut

norma-norma tertentu. Sementara lingkungan yang tidak baik akan

menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Factor lingkungan

dapat dibagi menjadi factor prenatal (sebelum lahir) dan postnatal

(sesudah lahir).

1) Lingkungan prenatal (sebelum lahir)

2) Lingkungan prenatal adalah lingkungan yang mempengaruhi anak

pada waktu masih didalam kandungan.

3) Lingkungan post-natal (sesudah lahir)

Factor lingkungan post-natal merupakan factor lingkungan yang

mempengaruhi tumbuh-kembang anak setelah lahir.


31

1. Prinsip tumbuh kembang anak

Terdapat suatu pola tertentu dan dapat diramalkan dalam tumbuh

kembang, yaitu berkesinambungan, teratur dan progresif. Pola-pola ini

dikenal sebagai prinsip-prinsip tumbuh kembang yang merupakan dasar

dan universal pada semua manusia (Maryunani, 2010).

a. Pola yang terarah

Dalam tmbuh kembang

b. Pola dari umum ke khusus

2. Ciri-ciri tumbuh kembang

Tumbuh kembang anak dimulai sejak konsepsi sampai dewasa itupun

mempunyai ciri-ciri tersendiri yaitu:

a. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi

sampai maturitas/dewasa, yang dipengaruh oleh factor bawaan dan

lingkungan.

b. Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan, serta laju tumbuh

kembang yang berlainan organ-organ.

c. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi

kecepatannya berbeda antara anak satu dengan yang lainnya.

d. Perkembangan erat hubungannya dengan maturitasi system susunan

saraf.

e. Aktivitas segala tubuh diganti dengan respon individu yang khas.

f. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.


32

g. Reflex primitive seperti reflex memegang dan berjalan akan

menghilang sebelum Gerakan volunteer tercapai.


33

3. Tahap-tahap tumbuh kembang

a. Masa prenatal atau masa intrauterine (masa janin dalam kandungan).

1) Masa mudigah/masa embrio : konsepsi - 8 minggu

2) Masa janin atau fetus : 9 minggu – lahir

b. Masa bayi : usia o- 1 tahun

1) Masa prenatal : 0 – 28 hari

2) Masa neonatal dini : 0 - 7 hari

3) Masa neonatal lanjut : 8 - 28 hari

4) Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun

c. Masa prasekolah : usia 1 – 6 tahun

d. Masa sekolah : usia 6 –18/20 tahun

1) Masa pra remaja : usia 6 – 10 tahun

2) Masa remaja

a) Masa remaja dini:

Wanita : usia 8-13 tahun

Pria : usia 13-

b) Masa remaja lanjut:

Wanita : usia 13-18 thun

Pria : usia 10-15 tahun


34

D. Tinjauan Tentang Berat Badan Bayi

2. Pengertian berat badan bayi

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang paling

penting dan sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat

badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR.

Dikatakan BBLR apabila bayi berat bayi lahir dibawah 2500 gram atau

dibawah 2,5 kilogram. Pada masa balita, berat badan dapat digunakan

untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi kecuali

terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya

tumor (Fitri & wiji, 2019)

Berat badan lahir merupakan salah satu berat badan neonatus pada

saat kelahiran, ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir. Bayi barat

lahir lebih dari 2500 gram (Muslihatun, 2011).

3. Kenaikan Berat Badan Menurut Umur (BB / U)

Berat badan merupakan parameter yang memberikan gambaran massa

tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan yang

mendadak, seperti adanya penyakit infeksi, menurunnya napsu makan atau

menurunnya jumllah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah

parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana

kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi

terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.

Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan

perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih


35

lambat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran

status gizi. Mengingat karasteristik berat badan yang lebih labil, maka

indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini

(Majestika, 2018)

4. Kenaikan berat badan normal

Menilai garis pertumbuhan atau menghitung kenaikan berat badan anak

dibandingkan dengan kenaikan berat badan minimum (KBM). Kenaikan

berat badan badan minimun bayi pada bulan pertama adalah (Tampunu,

2015)

a. Bulan pertama 800 gram

b. Bulan kedua 900 gram

c. Bulan ketiga 800 gram

d. Bulan keempat 600 gram

e. Bulan kelima 500 gram

f. Bulan keenam 400 gram

g. Bulan ketujuh hingga kesebelas 300 gram

h. Bulan kedua belas hingga lima tahun 200 gram

5. Faktor Yang Mempengaruhi Berat Badan Bayi Lahir

Factor yang mempengaruhi pertumbuhan berat badan bayidibagi menjadi

dua yaitu (Wigunantiningsih & Fakhidah, 2017):

a. Faktor internal

Merupakan factor yang mempengaruhi berat badan lahir bayi antara

lain jarak kehamilan, paritas, kadar h


36

emoglobin, status gizi dan penyakit selama kehamilan.

b. Factor eksternal

Factor eksternal atau factor luar merupakan salah satu factor yang

mempengaruhi berat badan pada anak

E. Kerangka Konsep

ASI ekslusif salah satu landasan teori yang harus dilakukan ibu untuk

memenuhi kebutuhan bayinya karena sangat baik untuk pertumbuhan bayi.

karena dengan ini, bisa meningkatkan ikatan kasih sayang antara ibu dan anak,

ASI mengandung antibody yang bisa melindungi bayi dari bakteri atau

infeksi. Sedangkan susu formula merupakan makanan atau minuman

tambahan yang diberikan pada bayi untuk membantu ibu apabila ada kelainan

namun, dikalangan masyarakat sudah banyak kita temukan ibu yang lebih

dominan memberikan susu formula pada bayinya. Sehingga dapat

digambarkan kerangka konsep sebagai berikut:

Variable Independen Variable dependen

ASI Ekslusif

Pertumbuhan
Berat Badan Bayi

Non Ekslusif

Gambar 2.1 Kersngka konsep


37

Keterangan :

Variable

: variable Independen

: variable Dependen

: Garis Penghubung

F. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif

Gambar 2.2 Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

NO. Vari Defenisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skal


abel Operasiona Ukur a
l (Kriteria
Objektif)
Variabel dependen
1. Pert Pertumbuha a. Melihat a. Lembar a. Pertam Ordi
umb n berat Kartu observa bahan nal
uhan badan yang Menuju si berat
berat dimaksud Sehat badan
bada dalam riwayat bayi
n penelitian berat dikata
ini adalah badan n
bertambahn 0-6 normal
ya berat bulan pada
badan bayi b. Menguk usia 0-
dalam ur berat 6
satuan badan bulan
kilogram bayi apabila
setiap 5-7,5
38

bulannya kg.
b. Pada
usia 6-
12
bulan,
kenaik
an
berat
badan
menga
lami
penuru
nan,
sekitar
70-90
gram
permin
gg
Variable Independen

2. ASI ASI a. Wawanc Kuesioner a. Dikat ordin


Eklu Ekslusif ara akan
al
sif merupakan ASI
pemberian Ekslu
ASI saja sif
sejak lahir jika
tanpa jawa
pemberian ban
tambahan respo
seperti air nden
putih, madu, yang
susu diper
39

formula, roleh
dan biscuit dari
atau pisang. 16
perta
nyaa
n
90%
b. Dikat
akan
non
Ekslu
sif
jika
jawa
ban
respo
nden
hany
ya
50%

G. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Null (H0)

a. Tidak ada perbedaan pertumbuhan berat badan bayi yang diberi ASI

Eklusif dan Non ekslusif.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Desian penelitian yang digunakan adalah analitik komparatif dengan

pendekatan cross sectional study yaitu penelitian yang difokuskan untuk

mengetahui perbedaan pertumbuhan berat badan bayi ASI eksklusif dan Non

eksklusif (Sujarweni, 2015).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Wara Kota

Palopo Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2020.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret- Juni mendatang 2020.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi usia 6-12 bulan yang

tinggal di wilayah kerja puskesmas Wara Kota yang terdaftar di

posyandu. Sejumlah 265 bayi

40
41

2. Sampel

Yang menjadi sampe l dalam penelitian ini adalah semua bayi usia 6-12

bulan yang berada dalam lingkup Wilayah Kerja Puskesmas Wara Kota

pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling dengan

jumlah sampel 95 bayi.

N
n= 2
1+ N (e)

95
n=
1+ 95(0,05)2

95
n=
1+ 95(0,0025)

95
n=
1+0,2375

95
n=
1,2375 = 76,76 = 77

Keterangan :

N = besar populasi/jumlah populasi

n = jumlah sampel

e = batas toleransi kesalahan (error tolerance


42

a. Kriteria inklusi :

1) Bayi yang lahir dengan berat badan normal yaitu 2500 gram –

3500 gram.

2) Bayi dalam keadaan sehat.

3) Bayi memiliki KMS yang mencatat berat badan bayi lahir

sampai usia 12 bulan atau ibu memiliki buku catatan

pertumbuhan bayi.

b. Kriteria Eksklusi :

1) Bayi yang memiliki masalah kesehatan bawaan

2) Bayi dengan berat badan lahir rendah

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data. Untuk memperoleh informasi dari responden, penelitian

menggunakan alat ukur atau instrumen.

1. Lembar kuesioner

a. Kuesioner ASI Eksklusif dan Non Eksklusif

Kuesioner ini menggunakan Skala Guttman dengan dua pertanyaan

dengan jawaban YA dan TIDAK. Jika ibu memberikan jawaban no.1

TIDAK dan pada no.2 YA maka hasilnya ASI Eksklusif, sedangkan

apabila ibu memberikan jawaban no.1 YA dan pada no.2 TIDAK maka

hasilnya Non Eksklusif.


43

E. Pengumpulan Data

1. Langkah-langkah Pengumplan Data

Proses pengumpulan data pada penelitian yang akan dilakukan di

wilayah kerja puskesmas Wara Kota Palopo yaitu:

a. Data primer

Data primer adalah yang diperoleh melalui pembagian kuesioner

kepada ibu bayi yang ada diwilayah kerja puskesmas Wara Kota tahun

2020

b. Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari ahli gizi yang ada

diwilayah kerja puskesmas wara kota tahun 2020.

F. Pengolahan Data

1. Editing

Editing adalah upuya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini dilakukan pengecekan

kembali mengenai data-data responden yang belum lengkap seperti

identitas, kelengkapan data BB dari BBL sampai usia 12 bulan.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori untuk memudahkan peneliti dalam

melakukan analisa data dan pengolahan data serta pengambilan

kesimpulan data yang dimasukkan ke dalam bentuk tabel.

3. Tabulating
44

Tabulating yaitu membuat tabel semua jawaban yang sudah diberi skor

dan dimasukkan ke dalam tabel yang tersedia.

G. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menjabarkan secara deskriptif

mengenai distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang

diteliti, baik variabel bebas maupun variabel terikat. Variabel independent

dalam penelitian ini adalah bayi yang diberi ASI Eksklusif dan Non

Eksklusif. Variabel dependent yaitu pertumbuhan berat badan bayi

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat perbedaan pertumbuhan bayi

usia 6-12 bulan yang mendapat ASI eksklusif dengan ASI Non Eksklusif,

maka uji yang digunakan adalah uji


45

H. Etika Penelitian

Masalah etika yang harus diperhatikan dalam penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan yang disepakati

antara peneliti dan responden dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan, dimana

responden mempunyai hak mendapatkan penjelasan sejelas-jelasnya

tentang maksud dan tujuan diadakannya penelitian tersebut. Responden

diberikan kebebasan untuk memutuskan apakah bersedia atau menolak

untuk menjadi responden. Apabila responden menolak, maka peneliti

harus menghormati keputusan responden.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Masalah etika merupakan masalah yang sensitif dalam setiap

penelitian, salah satunya adalah berhubungan dengan identitas. Untuk

menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi

melainkan hanya memberikan kode-kode tertentu.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jeminan

kerahasiaan hasil penelitian. Kerahasiaan informasi responden dijamin

peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan/dilaporkan

sebagai hasil riset/penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati dan Wulandari. (2010). Asuhan Kebidanan NIfas. Jogjakarta: Nuha


Medi.
Asih, & Risneni. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui
Dilengkapi Dengan Evidence Based Practice dan Daftar Tilik Asuhan Nifas.
Retrieved from www.transinfotin.blogspot.com
Cai, X., Wardlaw, T., & Brown, D. W. (2012). Global trends in exclusive
breastfeeding. International Breastfeeding Journal, 7, 2–6.
https://doi.org/10.1186/1746-4358-7-12
Devriany, A., Wardani, Z., & Yunihar, Y. (2018). Perbedaan Status Pemberian
ASI Eksklusif terhadap Perubahan Panjang Badan Bayi Neonatus. Media
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 14(1), 44.
https://doi.org/10.30597/mkmi.v14i1.1840
Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan. (2018). Rencana Kerja. (54), 25–28.
diza fathamira hamzah. (2018). pengaruh pemberian ASI Eksklusif terhadap berat
badan bayi usia 4-6 bulan diwilayah kerja puskesmas langsa kota. 3(2), 8–
15.
Fitri, & wiji. (2019). Buku Ajar Gizi Reproduksi Dan Bukti. Retrieved from
www.gosyenpublishing.web.id
Herlina, S. (2018). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Pertumbuhan Bayi
6-12 Bulan Di Puskesmas Simpang Baru. Jurnal Endurance, 3(2), 330.
https://doi.org/10.22216/jen.v3i2.3089
Herlina, S. (2018). Tumbuh Kembang Bayi Yang Mendapatkan Asi Eksklusif
Diwilayah Kerja Puskesmas Simpang Baru Kota Pekanbaru. Jurnal
Kebidanan, 7(2), 166. https://doi.org/10.26714/jk.7.2.2018.166-176
Kemenkes. (2018). info DATIN (Pusat Data dan Informasi Kementrian RI).
Kementerian Kesehatan RI, 1–7.
DINKES Palopo. (2019). Laporan Indikator Kinerja dan Target Pembinaan Gizi
Tahunan.
Majestika, S. (2018). Status Gizi Anak Dan Faktor Yang Mempengaruhi.
Yogyakarta: uny press.
Maryanti, Sujianti, & Budiarti. (2011). Buku Ajar Neonatus dan Balita. Retrieved
from www.transinfotim.blogspot.com
Maryunani. (2010). lmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Retrieved from
www.transinfotim.blospot.com
Maryunani. (2016). Manajemen Kebidanan Terlenkap. Retrieved from
www.transinfotim.blogspot.com
Nirwana. (2012). Obesitas Anak Dan Pencegahannya. Retrieved from 978-602-
9129-39-7
Norma, A., Machfoedz, I., & Maharani, O. (2016). Kenaikan Berat Badan pada
Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif dengan ASI Parsial di Puskesmas Jetis
Kota. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia, 3(2), 91.
https://doi.org/10.21927/jnki.2015.3(2).91-95
profil kesehatan indonesia. (2018). Provil Kesehatan Indonesia 2018.
https://doi.org/10.1002/qj
Proverawati, & Rahmawati. (2016). Perilaku Hidup Sehat. Yogyakarta: nuha
medika.
Riskesdas. (2018). HASIL UTAMA RISKESDAS 2018, Kementerian Kesehatan.
Riset Kesehatan Dasar.
Rukiyah, Yulianti, & Liana. (2011). Asuhan Kebidanan III (Nifas). DKI Jakarta:
CV.Trans Info Media.
Sari, & RImandini. (2014). Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Postnatal Care).
Retrieved from www.transinfotim.blogspot.com
Sembiring. (2019). Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah.
Retrieved from www.deepublish.co.id
Sujarweni, W. (2015). Statistik untuk Kesehatan. Yogyakarta:
www.gavamedia.net.
Tampunu, N. A. (2015). superfood untuk Tumbuh Kembang Optimal Bayi. Jakarta
Selatan: Fmedia (Imprint AgroMedia Pustaka).
Thamaria, Par’i, Wiyono, & Harjatmo. (2017). Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan. Penilaian Status Gizi . Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 315.
UNICEF. (2018). BREASTFEEDING A Mother’s Gift, for Every Child.
WHO. (2017). Nurturing the health and wealth of nations: the investment case for
breastfeeding. Unicef, 7. Retrieved from
http://www.who.int/nutrition/publications/infantfeeding/global-bf-collective-
investmentcase.pdf?ua=1
Wigunantiningsih, A., & Fakhidah, L. N. (2017). Faktor Internal yang
Mempengaruhi Berat Badan Lahir Bayi di Kabupaten Karanganyar. II.
Retrieved from
https://ejurnal.stikesmhk.ac.id/index.php/jurnal_ilmiah_maternal/article/dow
nload/571/510
Yendi, Y. O. N., Candrawati, E., & Warsono. (2017). Perbedaan berat badan bayi
usia 2-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif dan ASI non eksklusif di Desa
Mulyo Agung Malang. Nursing News, 2(2), 71–79.
KUESIONER PENELITIAN

PERBEDAAN PERTUMBUHAN BERAT BADAN BAYI ASI EKSLUSIF


DAN NON EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

WARA KOTA PALOPO TAHUN 2020

No. Responden :

Hari/tanggal :

Umur :

Alamat :

Umur bayi :

Anak ke :

Berilah tanda cheklist (√) pada setiap jawaban yang ibu anggap paling
tepat, dan mencerminkan ibu yang sesuai objektifnya.

A. Dafta pertanyaan tentang ASI

No Pertanyaan Jawaban
. Ya Tidak

2. Apakah ibu segera melakukan Inisiasi Menyusu


Dini (IMD) dengan cara meletakkan bayi diatas
perut ibu setelah bayinya baru lahir
3. Apakah ibu memberi jedah waktu pada saat
memberikan ASI pada bayinya atau sesuai
kemauan ibu
4. Apakah ibu memberikan ASI pada bayi jika ia
meminta setiap saat termasuk pada malam hari
dimana bayi memberi tanda dengan cara menangis
5. Apakah selama ibu masih menyusui mengalami
gangguan fisik atau sedang sakit
6. Apakah ketika ibu menyusui menggunakan alat
kontra sepsi seperti pil kombinasi atau KB suntik
7. Apakah ibu melakukan perawatan payudara selama
menyusui
8. Apakah putting susu ibu masuk ke dalam
9. Apakah ibu selama menyusui mengalami suatu
masalah atau stress, perasaan tidak tenang, merasa
sedih dan tegang
10. Apakah ibu mengkonsumsi rokok atau alcohol
11. Apakah keluarga memberikan dukungan atau
support selama ibu menyusui
12. Jika ibu mengalami keluhan apakah keluarga
mendengarkan keluhan yang dirasakan ibu selama
menyusui
13. Ketika ibu memberikan ASI pada bayinya apakah
keluarga memberikan pujian
14. Apakah ibu merasa cemas dengan dengan keadaan
ibu yang sekarang yang akan mengalami payudara
kendor dibandinggkan dengan sebelum menikah
meskipun sudah menggunakan pakaian dalam yang
pas atau ketat.
15. Apakah ibu merasa cemas dengan bentuk tubuh
yang sekarang dibandingkan sebelum menikah
16. Apakah ibu merasa terbebani ketika memberikan
ASI pada bayinya
17. Apakah ibu merasa khawatir dengan akan turunnya
payudara ibu jika menyusui
TOTAL SKOR
Lampiran 1

Lembar obsevasi kenaikan berat badan bayi

No Nama J Usia BB bayi yang diberikan BB bayi yang Non


. bayi k (bulan) ASI Ekslusif Ekslusif
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : RAHMA DHANI

NIM : B.16.08.018

Tempat/Tanggal lahir : Kadinginan, 06 Juni 1997

Agama : Islam

Jenis kelami : Perempuan

Alamat : Padang Lambe Kec. Wara Barat Kab/kota.

Palopo, Sulawesi Selatan

e-Mail : rahmadhanirahma97@gmail.com

Pendidikan :

Tahun 2004-2010 : SDN 258 Padang Lambe

Tahun 2010-2013 : SMPN 07 Palopo

Tahun 2013-2016 : SMK keperawatan Gafur Yahya Palopo

Tahun 2016-2020 : Mahasiswa di Stikes Mega Buana Palopo


Lampiran : lembar pernyataan persetujuan orangtua bayi

PROGRAM STUDI DIPLOMA EMPAT (IV) KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEGA BUANA PALOPO

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ORANGTUA BAYI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini orang tua dari bayi :

Nama orangtua bayi :

Umur bayi :

Jenis kelamin :

Dengan ini menyatakan, menyetujui bayi saya menjadi responden pada


penelitian “perbedaan pertumbuhan berat badan bayi ASI eklusif dan non eklusif
di wilayah kerja puskesmas wara kota palopo tahun 2020”, mahasiswa pada
program studi diploma empat kebidanan STIKES Mega Buana.

Demikian pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan


sebagaimana mestinya.

Palopo, maret 2020

Peneliti orangtua/walai

Rahma

Anda mungkin juga menyukai