Anda di halaman 1dari 23

STRUKTUR DAN TIPE PERKECAMBAHAN BENIH

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mengikuti Ujian


Praktikum Produksi Benih

Disusun Oleh :
Kelas VII A Kelompok 5
Nurhaida NIM. 201410200311047
Ayu Hilyatul Milla NIM. 201410200311170

LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الر حمن الر حيم‬

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat dan nikmat
waktu, sehingga penulis bias menyelesaikan laporan akhir praktikum yang berjudul
“Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih”. Tanpa rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya, penulis tidak bias mengerjakan laporan akhir ini dengan baik. Sholawat serta
salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabat-sahabatnya, dan ummatnya yang setia hingga akhir zaman. Aamiin.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam kelancaran pembuatan laporan akhir praktikum ini, kepada :

1) Dr. Drs. Harun Rasyid, MP. Selaku Instruktur Praktikum Produksi Benih yang
telah memberikan arahan dan bimbingan pada penulis dalam menyelesaikan
laporan akhir praktikum ini.
2) Saefurrohman, SP. Selaku Asisten Praktikum Produksi Benih yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun laporan
akhir praktikum ini..
3) Kedua orang tua, kerabat, dan sahabat-sahabat yang turut membantu
menyampaikan ide maupun mengulurkan tangannya demi kelancaran
pembuatan laporan akhir praktikum ini.
Penulis menyadari laporan akhir praktikum ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, penulis menerima kritikan maupun saran yang membangun dari para
pembaca.

Malang, Desember 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 2
2.1. Benih ........................................................................................................ 2
2.2. Struktur Benih .......................................................................................... 3
2.3. Perbedaan Benih Monokotil dan Dikotil .................................................. 5
2.4. Tipe Perkecambahan ................................................................................ 6
2.5. Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan ........................................... 8
III. METODE PELAKSANAAN ....................................................................... 12
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................. 12
3.2. Alat dan Bahan ....................................................................................... 12
3.3. Langkah Kerja ........................................................................................ 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 13
4.1. Hasil.........................................................................................................13

4.1.1. Struktur Benih.........................................................................................13

4.1.2. Tipe Perkecambahan ..............................................................................14

4.2. Pembahasan.............................................................................................15

4.2.1. Struktur Benih.........................................................................................15

4.2.2. Perkecambahan Benih.............................................................................15

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 17


5.1. Kesimpulan.............................................................................................17

ii
5.2. Saran.......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Teks Hal


1 Hasil pengamatan perkecambahan benih 14

DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Hal


1 Struktur biji monokoti (a) dan monokotil (b) 6
2 Perkecambahan biji epigeal (a) dan perkecambahan biji 8
hipogeal (b)
3 Struktur benih jagung 13
4 Struktur benih kedelai 13
5 Struktur benih kacang tanah 13
6 Struktur benih padi 14

iv
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Benih berfungsi untuk memperbanyak atau mengembangbiakkan tanaman.


Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk
memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik benih yang mencakup kegiatan seperti
pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas, produksi benih,
pengolahan, penyimpanan serta sertifikasi benih. Struktur dan tipe perkecambahan
benih merupakan bagian dari pengetahuan dalam teknologi benih.
Justice dan Bass (2002) menyatakan bahwa pada dasarnya benih terdiri dari
embrio, endosperma dan cadangan makanan lainnya serta pelindung terdiri dari
kulit benih, dan pada benih-benih tertentu terdapat juga struktur tambahan. Untuk
memperdalam pengetahuan struktur dan tipe perkecambahan benih, praktikum ini
memberikan penggambaran secara jelas dan lengkap mengenai struktur dan tipe
perkecambahan benih Kedelai, Jagung, Kacang Tanah, dan Padi, yang mana tipe
perkecambahan benih ada dua macam yaitu tipe perkecambahan epigeal dan tipe
perkecambahan hipogeal. Oleh karena itu, guna memahami benih perlu dipelajari
mengenai struktur benih dan tipe perkecambahan.

1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana struktur benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays), Kacang
Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?
b. Apa saja tipe perkecambahan benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea
mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa)?

1.3. Tujuan

a. Mengetahui struktur benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea mays),


Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa).
b. Mengetahui tipe perkecambahan benih Kedelai (Glycine max), Jagung (Zea
mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa).

1
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Benih

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 Tahun 1992


Tentang Sistem Budidaya Tanaman Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 4, benih
didefInisikan sebagai berikut: “Benih tanaman, selanjutnya disebut benih, adalah
tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau
mengembangbiakkan tanaman”. Dari definisi di atas jelas bahwa benih dapat
diperoleh dari perkembangbiakan secara generatif maupun secara vegetatif, yang
diproduksi untuk tujuan tertentu, yaitu mengembangbiakkan tanaman. Dengan
pengertian ini maka kita dapat membedakan antara benih (agronomy seed / seed)
dengan biji (grain) yang dipakai untuk konsumsi manusia (food stuff) dan hewan
(feed) (Soetopo, 2002).
Benih sering disamaartikan dengan biji, namun terdapat perbedaan yang
mendasar antara kedua istilah tersebut, yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai
alat perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan. Benih
adalah suatu bagian dari tanaman yang merupakan cikal bakal suatu tumbuhan baru
yang memiliki ciri atau sifat seperti induknya. Benih memiliki beragam jenis, baik
bentuk, ukuran, maupun struktur bagiannya. Benih seharusnya memilki kualitas
yang baik agar tanaman baru yang didapat merupakan tanaman yang sehat
(Tjitrasomo, 1983). Benih sendiri mempunyai pengertian ialah merupakan biji
tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani serta
memiliki fungsi agronomis (Kartasapoetra, 2003).
Dinas Penelitian Tanaman Hortikultura Provinsi DKI Jakarta (2009)
menyatakan kriteria benih bermutu mencakup kriteria mutu genetik, mutu fisiologi,
mutu fisik dan kesehatan benih (patologis). Mutu genetik menggambarkan sifat-
sifat unggul yang diwariskan oleh tanaman induk. Mutu fisiologi menunjukkan
viabilitas dan vigor benih untuk tumbuh. Mutu fisik mencakup struktur morfologi,
ukuran, berat dan penampakan visual benih, bernas (tidak hampa).

2
3

2.2. Struktur Benih

Justice dan Bass (2002) menyatakan bahwa pada dasarnya benih terdiri dari
embrio, endosperma dan cadangan makanan lainnya serta pelindung terdiri dari
kulit benih, dan pada benih-benih tertentu terdapat juga struktur tambahan. Secara
botanis benih adalah bahan tanam dari beberapa rumpun tanaman buah, bukan biji
dalam arti yang sebenarnya. Berikut 3 bagian utama struktur benih (Apriyanti,
2012):
a. Kulit Benih (Seed Coat; Testa)
Bagian luar benih dibatasi oleh sebuah struktur pembungkus atau lapisan
pelindung yang berkembang dari integument atau perpaduan dari kulit buah
(dinding ovary) atau pericarp dengan kulit biji yang sesungguhnya bersatu dengan
tangkai ovule. Kulit biji memiliki 2 lapisan, yaitu lapisan dalam tipis, berselaput
dan lunak sedangkan lapisan luar tebal dan keras. Fungsi dari kulit biji diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Melindungi bagian luar benih dari benturan, gesekan, sentuhan mekanis dan
kondisi lingkungan.
2. Mengatur kondisi benih agar terhindar dari Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT) dan menghambat masuknya jasad renik kedalam benih.
3. Mengatur kecepatan penyerapan air komponen bagian dalam benih.
4. Mengatur kecepatan masuknya oksigen, karbondioksida, dan gas lain yang
dibutuhkan untuk metabolisme.
5. Mengatur waktu perkecambahan dengan menyebabkan benih mengalami
dormansi.
b. Jaringan Penyimpan Cadangan Makanan
Biji ada beberapa struktur yang dapat berfungsi sebagai jaringan penyimpan
cadangan makanan, yaitu kotiledon (kelas dikotiledoneae), endosperm (kelas
monokotiledoneae) dan perisperm (famili Chenopodiaceae dan caryophyllaceae),
scutellum (grasse; rumput-rumputan). Jaringan penyimpan cadangan makanan
mengandung pati, protein, dan beberapa jenis enzim.
c. Kotiledon
Kotiledon ini terdapat pada kacang-kacangan (Legumes), Semangka
(Citrulusvulgaris Schard), Labu (Cucurbita pepo L.). Pada biji Kedelai, Kacang
4

Tanah, Alfalfa, Clover, Bunga Matahari, Kacang Polong yang sudah matang,
endosperm tidak ditemukan lagi karena sudah habis diserap oleh embrio untuk
pertumbuhannya sebelum perkecambahan. Biji-biji ini pada waktu matang hanya
mempunyai: kotiledon, embrio (terdiri dari plumula dan radikula), dan kulit biji
(seed coat/testa). Pada biji-biji ini makanan cadangan disimpan pada kotiledon atau
juga sedikit pada embryonic axis sendiri. Biji-biji tipe ini akan berkecambah relatif
lebih cepat, karena proses pencernaan sudah terjadi lebih dahulu.
Tanaman monokotil, misalnya Jagung, kotiledon mengalami modifikasi
menjadi skutelum dan koleoptil. Skutelum berfungsi sebagai alat penyerap
makanan yang terdapat di dalam endosperma, sedangkan koleoptil berfungsi
melindungi plumula. Selain itu, pada Jagung juga terdapat koleoriza yang berfungsi
melindungi radikula.
a. Endosperm
Endosperm adalah suatu jaringan penyimpanan makanan cadangan (storage
tissue) yang mana diserap oleh embrio sebelum atau selama perkecambahan biji
dan selalu terdapat di dalam biji yang sangat muda.
Jaringan penyimpan makanan ini terdapat pada: Jagung, Gandum, Kelapa
(bagian dalam yang berwarna putih dan dapat dimakan merupakan endospermnya),
Padi, Oats, Sorghum, Jarak, dan golongan serealia lainnya. Endosperm dapat
didefinisikan sebagai suatu jaringan penyimpan makanan cadangan yang mana
diserap oleh embrio sebelum dan atau selama proses perkecambahan biji. Jadi
endosperm selalu terdapat di dalam biji yang sangat muda yang kemudian habis
diserap atau tidak oleh embrio sewaktu pertumbuhannya. Biji-biji tipe ini akan
berkecambah relatif lebih lambat, karena proses penyerapan air dan pencernaan
tidak akan terjadi atau baru dimulai sewaktu biji tersebut dikecambahkan.
b. Perisperm
Jaringan penyimpan cadangan makanan tipe ini terdapat pada: familia
Chenopodiaceae (Beta vulgaris L.; Spinacia oleraceedae L.) dan familia
Caryophyllaceae (Dianthus sp.; Agros temaa sp.). Disini sewaktu ovule sedang
tumbuh, embrio juga tumbuh, nucellus tidak habis dipakai untuk pertumbuhan
tersebut, adakalanya berkembang, sehingga terbentuk suatu jaringan yang disebut
perisperm dan masih terdapat pada biji di waktu matang.
5

c. Gametophyte Betina yang Haploid.


Tipe ini terdapat pada kelas Gymnospermae misalnya pada pinus (Pinus
sp.), di mana pinus mempunyai 15 kotiledon. Pada rumput-rumputan (Grasses)
kotiledon yang seperti perisae disebut scutellum.
Cadangan makanan yang tersimpan dalam biji umumnya terdiri dari:
karbohidrat, lemak, protein dan mineral. Komposisi dan persentasenya berbeda-
beda tergantung pada jenis biji. Misalnya pada Bunga Matahari kaya akan lemak,
kacang-kacangan kaya protein, dan pada serealia kaya akan karbohidrat.
d. Embrio
Berasal dari telur yang dibuahi (Zygote), yaitu bersatunya gamet jantan dan
gamet betina pada suatu proses pembuahan. Embrio yang perkembangannya
sempurna akan terdiri dari struktur-struktur, calon pucuk (plumula), calon akar
(radikula), cadangan makanan dan sebagainya.
Fungsi biji adalah untuk reproduksi atau memperbanyak diri, oleh karena itu
ada organ biji yang dapat mengaktifkan pertumbuhan dan pembelahan sel, yaitu:
poros embrio. Disebut poros embrio karena pertumbuhannya dapat diaktifkan
kedua arah yaitu untuk pertumbuhan akar dan batang. Poros embrio merupakan
bagian-bagian yang sangat kecil dibandingkan dengan biji.
Bagian-bagian embrio:
a. Pada tanaman monokotil embrio terdiri atas: 1. Endosperm (scutellum), 2.
Embryonic axis terdiri atas: coleoptiles, plumula, seminal root, radikula,
coleorhizae. Pada Padi, Gandum, Sorghum, Oats, Barley, dan Rye embryonic
axis tidak mempunyai seminal root.
b. Pada tanaman dicotyledoneae embryo terdiri atas: 1. Kotiledon, 2. Embryonic
axis yang terdiri atas: plumula (epikotil), radikula (hipokotil).
2.3. Perbedaan Benih Monokotil dan Dikotil

Biji adalah alat reproduksi, penyebaran, dan kelangsungan hidup suatu


tumbuhan. Selain itu, bagi tumbuhan berbiji, biji merupakan awal dari kehidupan
tumbuhan baru di luar induknya. Jika biji tanaman dikotil seperti kacang-kacangan,
jika dibelah menjadi dua akan mendapatkan struktur biji yang terdiri atas plumula,
hipokotil, radikula, kotiledon dan embrio (Rachmawati, 2009).
6

Sedangkan, struktur biji tanaman monokotil, misalnya Jagung terdiri atas


koleoptil, plumula, radikula, koleoriza, skutelum dan endosperma. Bagian-bagian
biji tersebut mempunyai fungsi masing-masing untuk pertumbuhan tanaman. Pada
biji tanaman dikotil maupun monokotil, plumula merupakan poros embrio yang
tumbuh ke atas yang selanjutnya akan tumbuh menjadi daun pertama, sedangkan
radikula adalah poros embrio yang tumbuh ke bawah dan akan menjadi akar primer.
Pada tanaman monokotil, misalnya Jagung, kotiledon mengalami modifikasi
menjadi skutelum dan koleoptil. Skutelum berfungsi sebagai alat penyerap
makanan yang terdapat di dalam endosperma, sedangkan koleoptil berfungsi
melindungi plumula. Selain itu, pada jagung juga terdapat koleoriza yang berfungsi
melindungi radikula (Rachmawati, 2009).

Gambar 1. Struktur Biji Monokoti (A) Dan Monokotil (B)

2.4. Tipe Perkecambahan

Perkecambahan merupakan suatu rangkaian komplek perubahan morfologi,


fisiologi dan biokimia benih tanaman. Tahap pertama suatu perkecambahan benih
dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan
hidrasi protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-
enzim serta naiknya tingkat respirasi benih. Tahap ketiga merupakan tahap dimana
terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi
bentuk-bentuk terlarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat
adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik
7

untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan sel-sel baru.
Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan,
pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh (Sutopo, 2002).
Menurut Sutopo (2004) parameter yang digunakan untuk menilai daya
kecambah normal yaitu berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio
yang diamati secara langsung, atau secara tidak langsung dengan hanya melihat
gejala metabolisme benih yang berkaitan dengan kehidupan benih.
Ada dua tipe perkecambahan biji, yaitu perkecambahan epigeal dan hipogeal
:
a. Perkecambahan epigeal
Tipe perkecambahan epigeal ditandai dengan hipokotil yang tumbuh
memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke atas (permukaan tanah).
Kotiledon dapat melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk. Contoh
tumbuhan ini adalah Kacang Hijau, Kedelai, Bunga Matahari dan Kacang Tanah.
Organ pertama yang muncul ketika biji berkecambah adalah radikula. Radikula ini
kemudian akan tumbuh menembus permukaan tanah. Untuk tanaman dikotil yang
dirangsang dengan cahaya, ruas batang hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan
tanah mengangkat kotiledon dan epikotil. Epikotil akan memunculkan daun
pertama kemudian kotiledon akan rontok ketika cadangan makanan di dalamnya
telah habis digunakan oleh embrio (Campbell, et al., 2000).
b. Perkecambahan hipogeal
Perkecambahan hipogeal ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang
kemudian plumula tumbuh ke permukaan tanah menembus kulit biji.
Kotiledon tetap berada di dalam tanah. Contoh tumbuhan yang
mengalami perkecambahan ini adalah Kacang Ercis, Kacang Kapri, Jagung,
dan rumput-rumputan (Campbell, et al., 2000)
8

Gambar 2. Perkecambahan Biji Epigeal (A) Dan Perkecambahan Biji Hipogeal (B)
(Campbell Et Al., 2000)
Tumbuhan dikatakan tumbuh bila terjadi perubahan penampilan, misalnya
pada fase vegetatif perubahan dimulai dari perkecambahan dilanjutkan dengan
pemunculan bibit di atas tanah, pembentukan daun dan akar, inisiasi anakan atau
cabang, pertumbuhan daun,dan perpanjangan akar, sedangkan pada fase generatif
dimulai dari induksi bunga, inisiasi bunga, pertumbuhan primordia bunga, dan
pemunculan bunga (Hasnunidah, 2011).

2.5. Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan

Proses pertumbuhan kecambah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor


internal tanaman dan faktor lingkungan. Faktor internal tersebut antara lain gen dan
hormon. Faktor lingkungan meliputi dua faktor yaitu faktor dalam tanah dan faktor
di atas tanah. Faktor dalam tanah terdiri dari keasaman, aerasi, kandungan unsur
kimia, dan lain-lain. Sedangkan faktor di atas tanah adalah radiasi matahari,
temperatur, kelembaban, dan lain-lain (Sitompul dan Guritno, 1995).
Berikut beberapa faktor dalam dan luar yang mempengaruhi perkecambahan
(Rachmawati, 2009) :
1. Hormon
Hormon tumbuhan adalah suatu senyawa organik yang disintesis di salah satu
bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian yang lain, pada konsentrasi yang
9

sangat rendah mampu menimbulkan respon fisiologis. Hormon mempengaruhi


respon pada bagian tumbuhan, seperti pertumbuhan akar, batang, pucuk, dan
pembungaan. Respon tersebut tergantung pada spesies, bagian tumbuhan, fase
perkembangan, konsentrasi hormon, interaksi antar hormon, dan berbagai faktor
lingkungan. Terdapat lima hormon tumbuhan yang dikenal, yaitu auksin, giberelin,
sitokinin, gas etilen, dan asam absisat (ABA).
1. Nutrisi dan Air
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan membutuhkan nutrisi. Nutrisi
ini harus tersedia dalam jumlah cukup dan seimbang, antara satu dengan yang lain.
Nutrisi diambil tumbuhan dari dalam tanah dan udara. Unsur-unsur yang
dibutuhkan oleh tumbuhan dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat-zat organik (C,
H, O, dan N) dan garam anorganik (Fe2+. Ca2+, dan lain-lain). Berdasarkan jumlah
kebutuhan tumbuhan, unsur-unsur dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu unsur
makro dan unsur mikro. Unsur yang dibutuhkan tumbuhan dalam jumlah besar
disebut unsur makro. Contohnya: C, H, O, N, P, K, S, dan asam nukleat. Sedangkan,
unsur mikro adalah unsur-unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit. contohnya:
Cl, Mn, Fe, Cu, Zn, B, dan Mo. Pertumbuhan tanaman akan terganggu jika salah
satu unsur yang dibutuhkan tidak terpenuhi. Misalnya, kurangnya unsur nitrogen
dan fosfor pada tanaman menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Kekurangan
magnesium dan kalsium menyebabkan tanaman mengalami klorosis (daun
berwarna pucat).
Pemenuhan kebutuhan unsur tumbuhan diperoleh melalui penyerapan oleh
akar dari tanah bersamaan dengan penyerapan air. Air dibutuhkan tanaman untuk
fotosintesis, tekanan turgor sel, mempertahankan suhu tubuh tumbuhan,
transportasi, dan medium reaksi enzimatis. Penemuan zat-zat yang dibutuhkan oleh
tumbuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan menyebabkan manusia
mengembangkan suatu cara penanaman tumbuhan dengan memberikan nutrisi yang
tepat bagi tumbuhan. Contoh aplikasinya adalah kultur jaringan dan hidroponik.
Kultur jaringan membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil
yang mempunyai sifat seperti induknya. Media tanam kultur jaringan berupa larutan
atau padatan yang kaya nutrisi untuk tumbuh tanaman. Kultur jaringan ini dapat
menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat.
10

Sedangkan, hidroponik adalah metode penanaman dengan menggunakan air kaya


nutrisi sebagai media tanam.
2. Cahaya
Kualitas, intensitas, dan lamanya radiasi yang mengenai tumbuhan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap berbagai proses fisiologi tumbuhan.
Cahaya mempengaruhi pembentukan klorofil, fotosintesis, fototropisme, dan
fotoperiodisme. Efek cahaya meningkatkan kerja enzim untuk memproduksi zat
metabolik untuk pembentukan klorofil. Sedangkan, pada proses fotosintesis,
intensitas cahaya mempengaruhi laju fotosintesis saat berlangsung reaksi terang.
Jadi cahaya secara tidak langsung mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, karena hasil fotosintesis berupa karbohidrat digunakan untuk
pembentukan organ-organ tumbuhan. Perkembangan struktur tumbuhan juga
dipengaruhi oleh cahaya (fotomorfogenesis). Efek fotomorfogenesis ini dapat
dengan mudah diketahui dengan cara membandingkan kecambah yang tumbuh di
tempat terang dengan kecambah dari tempat gelap. Kecambah yang tumbuh di
tempat gelap akan mengalami etiolasi atau kecambah tampak pucat dan lemah
karena produksi klorofil terhambat oleh kurangnya cahaya. Sedangkan, pada
kecambah yang tumbuh di tempat terang, daun lebih berwarna hijau, tetapi batang
menjadi lebih pendek karena aktifitas hormon pertumbuhan auksin terhambat oleh
adanya cahaya.
3. Oksigen
Oksigen mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Dalam respirasi pada
tumbuhan, terjadi penggunaan oksigen untuk menghasilkan energi. Energi ini
digunakan, antara lain untuk pemecahan kulit biji dalam perkecambahan, dan
aktivitas tumbuhan.
4. Suhu Udara
Pertumbuhan dipengaruhi oleh kerja enzim dalam tumbuhan. Sedangkan,
kerja enzim dipengaruhi oleh suhu. Dengan demikian, pertumbuhan tumbuhan
sangat dipengaruhi oleh suhu. Setiap spesies atau varietas mempunyai suhu
minimum, rentang suhu optimum, dan suhu maksimum. Di bawah suhu minimum
ini tumbuhan tidak dapat tumbuh, pada rentang suhu optimum, laju tumbuhnya
11

paling tinggi, dan di atas suhu maksimum, tumbuhan tidak tumbuh atau bahkan
mati.
5. Kelembaban
Laju transpirasi dipengaruhi oleh kelembaban udara. Jika kelembaban udara
rendah, transpirasi akan meningkat. Hal ini memacu akar untuk menyerap lebih
banyak air dan mineral dari dalam tanah. Meningkatnya penyerapan nutrien oleh
akar akan meningkatkan pertumbuhan tanaman.
III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi Universitas


Muhammadiyah Malang pada tanggal 12 Oktober 2017.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri, cutter, kaca
pembesar, alat tulis, dan alat dokumentasi.
Bahan yang digunakan praktikum ini adalah benih Kedelai (Glycine max),
Jagung (Zea mays), Kacang Tanah (Arachis hypogaea), dan Padi (Oryza sativa),
kapas, serta air.

3.3. Langkah Kerja

Langkah kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :


a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Mengamati benih secara utuh, potongan membujur, dan potongan melintang
dengan menggunakan alat bantu kaca pembesar.
c. Menggambar hasil pengamatan dan memberikan katerangan bagian-bagian
benih tersebut.
d. Menyiapkan cawan petri dan meletakkan kapas pada cawan petri tersebut.
a. Membasahi kapas tersebut dan meletakkan benih yang sudah disediakan.
b. Mengamati perkecambahan benih tersebut.
c. Mendeskripsikan tipe perkecambahan pada beberapa benih yang diamati.

12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Struktur Benih

Gambar 3. Struktur Benih Jagung

Gambar 4. Struktur benih Kedelai

Gambar 5. Struktur benih Kacang Tanah

13
14

Gambar 6. Struktur Benih Padi


4.1.2. Tipe Perkecambahan
Tabel 1 Hasil Pengamatan Perkecambahan Benih

No Jenis Benih Foto Deskripsi


1 Jagung (Zea mays) Tipe
perkecambahan
benih Jagung yaitu
hipogeal.

2 Kedelai (Glycine Tipe


max) perkecambahan
benih Kedelai yaitu
epigeal.
15

3 Kacang Tanah Tipe


(Arachis hypogaea) perkecambahan
benih Kacang
Tanah yaitu
epigeal.

4 Padi (Oryza sativa) Tipe


perkecambahan
benih Padi yaitu
hipogeal.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Struktur Benih


Berdasarkan hasil praktikum struktur benih, benih Jagung (Zea mays) terdiri
dari endosperma, kulit biji, kotiledon, dan embrio. Struktur benih Kedelai (Glycine
max) terdiri dari kulit benih, hipokotil, kotiledon, dan radikula. Struktur benih Padi
(Oryza sativa) terdiri dari kulit benih dan endosperm. Struktur benih Kacang Tanah
(Arachis hypogaea) terdiri dari kulit benih, kotiledon, plumula dan radikula.
Menurut Sutopo (2002), bagian-bagian biji terdiri dari 3 bagian yaitu embrio,
cadangan makanan, dan pelindung biji. Embrio yang berkembang sempurna terdiri
dari struktur-struktur sebagai berikut : epikotil (calon pucuk), hipokotil (calon
batang), kotiledon (calon daun), dan radikula (calon akar). Sedangkan definisi
perkecambahan menurut Prihantoro (2000) adalah berkembangnya struktur penting
dari embrio yang ditandai dengan munculnya struktur tersebut dengan menembus
kulit.
16

4.2.2. Perkecambahan Benih


Berdasarkan hasil praktikum perkecambahan benih Jagung (Zea mays)
termasuk tipe perkecambahan hipogeal yang mana pertumbuhan memanjang dari
epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul diatas
tanah. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Pratiwi (2006) hipogeal dimana tipe
perkecambahan dicirikan dengan munculnya radikula diikuti diikuti dengan
pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah, tetapi
kotoledon tetap di bawah tanah. Tipe perkecambahan Kedelai (Gycine max) yaitu
epigeal. Menurut Sutopo (2002) epigeal adalah dimana munculnya radikula diikuti
dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon
dan plumula ke atas permukaan tanah. Tipe perkecambahan Padi (Oryza sativa)
yaitu hipogeal.
Proses pertumbuhan kecambah dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal
tanaman dan faktor lingkungan. Faktor internal tersebut antara lain gen dan hormon.
Faktor lingkungan meliputi 2 faktor yaitu faktor dalam tanah terdiri dari keasaman,
aerasi, kandungan unsur kimia, dan lain-lain. Sedangkan faktor di atas tanah adalah
radiasi matahari, temperatur, kelembaban udara dan lain-lain (Sitompul dan
Guritno, 1995).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

1. Kesimpulan dari hasil praktikum struktur benih yaitu Jagung (Zea mays) terdiri
dari endosperma, kulit biji, kotiledon, dan embrio. Struktur benih Kedelai (Glycine
max) terdiri dari kulit benih, hipokotil, kotiledon, dan radikula. Struktur benih Padi
(Oryza sativa) terdiri dari kulit benih dan endosperm. Struktur benih Kacang Tanah
(Arachis hypogaeal) terdiri dari kulit benih, kotiledon, plumula dan radikula.
2. Tipe perkecambahan benih Jagung (Zea mays) adalah hipogeal. Tipe
perkecambahan benih Kedelai (Glycine max) adalah epigeal. Tipe perkecambahan
benih Padi (Oryza sativa) adalah hipogeal. Tipe perkecambahan Kacang Tanah
(Arachis hypogaeal) adalah epigeal.

4.2. Saran

Saran dari praktikum ini adalah dalam pengamatan struktur dan


perkecambahan benih harus dilakukan dengan cermat dan menggunakan alat
dokumentasi yang memiliki kefokusan yang tinggi agar dapat terlihat dengan jelas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, N. N., Onicius, T. S., Rosdiana, A., Febrina, P. V. T. 2012. Laporan


Praktikum Struktur Benih. Program Sttudi Agroteknologi. Fakultas Pertanian.
Universitas Padjajaran. Bandung.
Campbell, N. A., Jane, B., Reece and Lawrence, G. M. 2000. Biolog edisi 5 jilid 3.
Alih Bahasa: Wasman Manalu. Erlangga. Jakarta.
Hasnunidah, N. 2011. Fisiologi Tumbuhan. Universitas Lampung. Bandar
Lampung
Justice, O. L. and L. V. Bass. 2002. Prinsip Prakek Penyimpanan Benih terjemahan:
Rennic. Rajawali Press. Jakarta.
Kartasapoetra, AG. 2003. Teknologi Benih. Rineka Cipta. Jakarta.
Pratiwi. 2006. Biologi. Erlangga. Jakarta.
Prihantoro. 2000. Budidaya Pertanian Jagung (Zea mays L.) Sistim Informasi
Manajemen Pembangunan di Pedesaan. Proyek PEMD, BAPPENAS.
Jakarta.
Rachmawati, F., Nurul, U., dan Ari, W. 2009. Biologi untuk SMA/MA kelas XII
Program IPA. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Sitompul, S. M., dan Guritno, B. 1995. Pertumbuhan Tanaman. UGM Press.
Yogyakarta.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Press. Jakarta. 245 hal.
Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Tjitrosomo dan Sutarmi, S. 1983. Botani Umum 1. Angkasa. Bandung.

18

Anda mungkin juga menyukai