Anda di halaman 1dari 6

Tata Bahasa Kasus (Case Grammar)

Suparnis

Abstract: Case grammar was first introduced by Charles J. Fillmore. It is a modification of the theory
of grammar transformation which previously presents the conceptual framework of case relationship
with the traditional grammar. Fillmore develops grammatical case after the problem of grammatical
generative transformation occurred. He views the existence of semantic role on nominal in relationship
with the verb which is not explained by grammatical generative transformation

Keywords: case grammar, grammatical, generative transformation

PENDAHULUAN aliran sendiri antara lain Postal, Lakoff, Mc. Cawly


dan Kiparsky, yang memperkenalkan aliran
Dunia ilmu, termasuk linguistik, bukan semantik generatif. Charles J. Fillmore dengan
merupakan kegiatan yang statis, melainkan aliran tata bahasa kasus dan David M. Perlmutter
merupakan kegiatan yang dinamis, berkembang dan Paul M. Postal yang memperkenalkan aliran
terus, sesuai dengan filsafat ilmu itu sendiri yang tata bahasa relasional. Pada makalah ini akan
selalu ingin mencari kebenaran. Linguistik dibahas dengan sangat singkat aliran tata bahasa
struktural lahir karena tidak puas dengan kasus yang diperkenalkan oleh Fillmore.
pendekatan dan prosedur yang dipakai oleh
linguistik tradisional dalam menganalisis bahasa. TATA BAHASA KASUS
Sekian puluh tahun linguistik tradisional dengan
berbagai modelnya populer sebagai satu-satunya Tata bahasa kasus pertama kali
aliran yang banyak diikuti dalam menganalisis diperkenalkan oleh Charles J. Fillmore dalam
bahasa. Kemudian, para ahli linguistik merasa karangannya berjudul The Case for Case tahun
bahwa model struktural juga banyak kelemahannya 1968 (Chaer, 2003). Tata bahasa kasus merupakan
sehingga ahli linguistik mencoba merevisi metode suatu modifikasi dari teori tata bahasa transformasi
struktural itu. Revisi itu melahirkan aliran lain yang yang memperkenalkan kembali kerangka kerja
agak berbeda, meski masih banyak persamaan. konseptual hubungan-hubungan kasus dari tata
Perubahan total terjadi dengan lahirnya linguistik bahasa tradisional, tetapi memelihara serta
transformasional yang mempunyai pendekatan mempertahankan suatu pembedaan antara struktur
berbeda dengan linguistik struktural. dalam dan struktur permukaan dari tata bahasa
Linguistik transformasional lahir dengan generatif, dengan catatan bahwa kata ‘dalam’ di sini
terbitnya buku Noam Chomsky yang berjudul mengandung pengertian ‘kedalaman semantik’ atau
Syntactic Structures pada tahun 1957. Dengan ‘semantic deep’ (Tarigan, 1989).
terbitnya buku ini timbul kritikan dan saran dari Fillmore mengembangkan gramatika kasus
berbagai pihak sehingga terbit buku yang kedua setelah melihat adanya masalah pada gramatika
dengan judul Aspects of the Theory of Syntax pada transformasi generatif. Fillmore melihat adanya
tahun 1965. Metode tata bahasa yang peran semantik pada nomina dalam hubungannya
dikembangkan dikenal dengan transformational dengan verba yang tak dapat diterangkan oleh
generatif grammar atau dikenal dengan tata bahasa gramatika transformasi generatif.
transformasi atau tata bahasa generatif. Pada gramatika transformasi generatif,
Menjelang dasawarsa 70-an beberapa masing-masing kategori yang diberi label frasa
pengikut Chomsky memisahkan diri karena tidak hanya mempunyai ikatan logika bentuk dan
puas dengan teorinya, maka mereka membentuk distribusi dengan kategori lain dalam sebuah

Suparnis adalah dosen STAIN Bengkulu


Tata Bahasa Kasus (Case Grammar) (Suparnis)

kalimat, seperti frasa benda (FB) dengan frasa


verba (FV), frasa perba (FB) dengan frasa nomina + --- X, Y, Z
(FN), frasa benda (FB) dengan frasa adverbia (FA),
dan frasa perba (FB) dengan frasa depan (FD). Tanda --- dipakai untuk menandai posisi verba
Gramatika kasus sebagai perluasan dari gramatika dalam sutruktur semantis, sedangkan X, Y, Z
transformasi generatif menetapkan masing-masing adalah argumen yang berkaitan dengan verba atau
kategori diberi peran semantis (semantic role) yang predikat itu yang biasanya diberi label kasus.
disebut kasus (case). Struktur dalam sebuah kalimat Makna kalimat di atas adalah berikut ini.
menurut gramatika kasus berbeda dengan yang ada OPEN, + [ --- A, I, O]
pada teori standar yang diperluas (EST). Pada A = Agent, pelaku
gramatika kasus, struktur dalam sebuah kalimat I = Instrument, alat
terdiri dari dua konstituen, yaitu modalitas dan O = Object, tujuan
proposisi. Fillmore (dalam Chaer, 2003) Fillmore (Samsuri, 1978: 341) menjelaskan
menyatakan bahwa modalitas yang biasa berupa posisinya lebih lanjut tentang gagasan kasus batin
unsur negasi, kala, aspek, dan adverbia; dan sebagai dasar untuk menerangkan berbagai fungsi
proposisi terdiri atas sebuah verba disertai dengan (frasa) nomina dalam kalimat-kalimat. Dalam
sejumlah kasus. Perhatikan bagan berikut ini. karangannya Some Problems for Case Grammar
Kalimat (1971: 35), Fillmore membicarakan berbagai
masalah dalam kategorisasi kasus, dan memberikan
saran pemecahannya. Dia juga mengeluarkan dua
modalitas proposisi prinsip dalam menghadapi pemecahan masalah itu,
yaitu (1) bahwa hanya terdapat satu kasus bagi tiap
(frasa) nomina dalam sebuah klausa; dan (2) bahwa
negasi jika kita ambil sebuah predikator, yang secara
kala verba kasus1 kasus2 kasus3 intuitif dilihat sebagai memberikan fungsi-fungsi
aspek semantik kepada (frasa) nomina-(frasa) nomina
adverbia yang terdapat pada posisi sintaktik tertentu terhadap
predikator itu, mestilah ada suatu batas dalam
Yang dimaksud dengan kasus dalam teori ini adalah menggolong-golongkan fungsi semantik itu. Pada
hubungan antara verba dengan nomina. Verba di mulanya Fillmore (dalam Yasin, 1991: 49)
sini sama dengan predikat, sedangkan nomina sama membedakan kasus-kasus atas pelaku (agentive),
dengan argumen dalam teori semantik generatif. alat (instrumental), datif (dative), faktitif (factitive),
Hanya dalam teori ini diberi label kasus. Misalnya, tempat (locative), dan objektif (objective).
dalam kalimat bahasa Inggris John opened the door Kemudian pada tahun 1971 Fillmore
with the key, argumen1 John berkasus ‘pelaku’, mengadakan perubahan pada pembedaan kasus-
argumen2 door berkasus ‘tujuan’, dan argumen3 key kasus, yang mulanya dibagi atas enam kasus setelah
berkasus ‘alat’ . Perhatikan bagan berikut! dikembangkan menjadi 10 kasus. Di dalam daftar
kasus yang baru kasus ‘datif’ dan ‘faktitif’ tidak
Kalimat
dimunculkan lagi, namun keduanya digantikan
penamaannya dengan kasus ‘yang mengalami’ dan
kasus ‘tujuan’.
Daftar baru kasus-kasus tersebut adalah sebagai
modalitas proposisi berikut :
I = Agentif TJ = Tujuan
kala verb pelaku tujuan alat P = Experiens TP = Tempat
I = Instrumen WK = Waktu
O = Objektif PNY = Penyerta
past open John door key S = Sumber BEN= Benefaktif
Makna kalimat dalam teori dirumuskan dalam Hubungan logis antara verba dengan frasa benda
bentuk berikut. ditandai dengan preposisi seperti berikut.

127
JURNAL BAHASA DAN SENI Vol 8 No. 2 Tahun 2008 ( 126 - 131 )

Kasus Preposisi Kasus Preposisi bernyawa) yang merasakan hasutan tindakan yang
A by TJ for diperkenalkan oleh verba (dalam Tarigan, Fillmore,
P by L in,on,at 1968: 24}. Kasus agentif mendapat pemarkah
I by,with WK in, on, at [+hidup] yang merupakan pelaku suatu kegiatan
O Ø PNY with atau yang memprakarsai tindakan verba, seperti
S of, from,off BEN for dalam kalimat ‘Marta memangkas bunga mawar,
Preposisi yang menghubungkan verba kata ‘Marta’ melakukan perbuatan memangkas atau
dengan kategori-kategori benda disebut penanda memprakarsai tindakan memangkas bunga mawar.
kasus yang disimbolkan dengan K, sedangkan
kategori-kategori benda yang mempunyai Kasus Experiens (P)
hubungan konseptual logis dengan verba disebut
aktan, yang menggambarkan peran semantis yang Kasus yang mengalami berbeda dengan kasus
dikandung oleh masing-masing kategori benda pelaku walaupun verba yang ada di dalam predikat
tersebut. adalah verba yang sama. Bandingkan kalimat ‘Budi
Sebagai contoh dari keterangan di atas mendengar suara aneh’ berbeda dengan kasus,
adalahberikut ini. ‘Budi mendengar radio’. Kata ‘Budi’ yang pertama
a. Anak kami membeli buku mempunyai kasus yang mengalami sedangkan yang
b. Kemarin dokter memeriksa anak kami kedua mempunyai kasus pelaku mendengar radio.
c. Anak kami melihat filem tadi malam. Untuk membedakan PLK dan P dapat digunakan
Pada kalimat-kalimat di atas frasa nomina masing-masing pertanyaan ‘Apa yang dilakukan
anak kami, sesuai dengan hubungan semantik- PLK?’ dan ‘Apa yang terjadi pada P’
sintaktik mempunyai kasus yang berbeda, anak
kami pada kalimat (a) mempunyai kasus pelaku Kasus Instrumen (I)
(A), anak kami pada kalimat (b) berkasus objek Kasus alat/ instrumental ialah kasus yang
(O), sedangkan anak kami pada kalimat (c) berkekuatan tidak hidup/tidak bernyawa atau objek
mempunyai kasus mengalami (P). Dengan contoh yang secara kausal terlibat di dalam tindakan atau
di atas, jelas bahwa gagasan kasus Fillmore berbeda keadaan yang diperkenalkan oleh verba (dalam
dari ketegorisasi kasus tata bahasa tradisional. Tarigan, Fillmore, 1968: 24). Kasus agentif
Menurut Samsuri (1978; 343), tata bahasa mempunyai ciri [-hidup] yang tidak bernyawa,
kasus cocok diterapkan dalam bahasa Inggris, tetapi secara kausal merupakan penyebab suatu tindakan
dalam bahasa Indonesia tidak semua kaidah bisa atau keadaan yang diekspresikan oleh verba. Kasus
diterapkan, misalnya kaidah tentang kala. Karena ini diberi pemarkah dengan preposisi ‘with’ dalam
kala bersifat wajib dalam bahasa Inggris kaidah itu
bahasa Inggris. Ini bukan berarti bahwa setiap frasa
dapat diterapkan, tetapi tidaklah dalam bahasa
benda yang didahului oleh preposisi ‘with’ adalah
Indonesia, karena bahasa kita tidak bersistem kala.
alat. Misalnya, ‘Jhon opened the door with a key’,
Dalam bahasa Indonesia, modalitas lalu menjadi
‘a key’ merupakan alat untuk membuka pintu dan
mana suka, dan kaidah pertama tata bahasa kasus
wujudnya. menyebabkan pintu terbuka, tetapi pada kalimat
Kalimat (M)odalitas ‘Jhon walks with an umbrella’, ‘an umbrella’
Contoh kalimat bahasa Indonesia tanpa merupakan kasus penyerta
modalitas Anak kami membeli buku, Kemarin
Kasus Objectif (O)
dokter memeriksa anak kami, dan Anak kami
melihat filem. Contoh kalimat bahasa Indonesia Kasus objektif adalah kasus yang secara
yang memakai modalitas Tuti sedang membaca semantis paling netral, kasus dari segala sesuatu
surat di serambi, dan Wahyu pernah memberi pak yang dapat digambarkan atau diwakili oleh sesuatu
Lurah kemeja dulu. nomina yang peranannya di dalam tindakan atau
Masing-masing kasus diuraikan seperti keadaan diperkenalkan oleh interpretasi semantik
berikut ini. verba itu sendiri; menurut pemikiran, konsep
tersbut hendaknya terbatas pada hal-hal yang
Kasus Agentif (A) dipengaruhi oleh tindakan atau keadaan yang
Kasus agentif adalah kasus yang secara diperkenalkan oleh verba. Istilah ini hendaknya
khusus ditujukan bagi makhluk hidup (yang jangan dikacaukan dengan pengertian ‘objek

128
Tata Bahasa Kasus (Case Grammar) (Suparnis)

langsung’ ataupun dengan nama kasus permukaan Kasus Penyerta (PNY)


yang bersinonim dengan akusatif (dalam Tarigan,
Kasus penyerta adalah frasa benda yang
Filmore, 1968: 25). Dalam kalimat ‘Ali membunuh
mempunyai hubungan konjungtif dengan frasa
ular’, kata ‘ular’ adalah objektif. Namu, istilah
benda lain, yang ditandai oleh preposisi ‘dengan’,
objektif tidak boleh diinterpretasikan sebagai objek
’bersama’ dan sebagainya. Contoh ‘ MS main catur
langsung, seperti pada tata bahasa tradisional
dengan Latief’ dan MS bersama Latief main catur’,
karena apabila disamakan dengan objek langsung,
kata ‘Latief’ merupakan kasus penyerta.
maka akan ada objek tak langsung. Padahal,
gramatika kasus tidak mengenal objek tak Kasus Benefaktif (BEN)
langsung, tetapi mempunyai nama tersendiri yang
tidak dibicarakan pada saat ini. Frasa benda dalam Kasus Benefaktif mempunyai ciri [+ hidup].
kasus objektif tidak melakukan kegiatan atau Kasus yang ditujukan bagi makhluk hidup (yang
tindakan, dan tidak pula menduduki posisi kasus- bernyawa) yang memperoleh keuntungan dari
kasus lain seperti alat dan sebagainya. tindakan yang diperikan oleh verba. Dalam Bahasa
Inggris, kasus ini dinyatakan dengan preposisi ‘for’
Kasus Sumber (S) (Fillmore 1968). Dalam kalimat ‘Jack opened the
door for Paul’, kata ‘Paul’ menunjukkan kasus
Kasus sumber merupakan sumber atau penye-
benefaktif. Kasus benefaktif adalah nomina atau
bab terjadinya proses atau kegiatan atau keadaan
frasa nomina yang mengacu kepada orang atau
yang dinyatakan oleh verba. Dalam kalimat
binatang yang memperoleh keuntugan, atau
‘Gempa meruntuhkan gedung-gedung tinggi’,
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan dari
‘Hayati mengecewakan aku’ dan ‘Angin meng-
tindakan verba. Dalam bahasa Indonesia ‘Ibu
goyangkan daun-daunan’, kata ’gempa’. ’Hayati’
memberikan kepada adik’, kata ‘adi’ menunjukkan
dan ‘angin’ merupakan sumber dari kegiatan,
kasus benefaktif.
proses, atau keadaan yang disebutkan verba.
Di dalam gramatika kasus yang
Kasus Tujuan (TJ) dikembangkan oleh Fillmore (1968) batasan verba
ditentukan dari segi kerangka kasus (case frames),
Kasus tujuan lebih diartikan sebagai arah sesuai dengan lingkungan kasus yang ada di dalam
dari suatu kegiatan yang dinyatakan oleh verba. kalimat. Dalam gramatika kasus yang baru,
Contoh ‘Jack menulis surat kepada Jhon’ dan ‘Joko pengertian kerangka kasus tidak berubah. Batasan
menulis surat untuk Karta’, kata ‘Jhon’ dan kata verba ditentukan sesuai dengan kasus-kasus yang
’Karta’ adalah kasus yang berbeda. Yang pertama ada hubungannya dengan verba di dalam struktur-
dinyatakan sebagai tujuan, tetapi yang kedua dalam (Fillmore, 1972), seperti berikut ini.
merupakan benefaktif. Preposisi ‘kepada’ dan break + [---A, I, O]
‘untuk’, dalam hal ini membedakan peran semantis Kerangka kasus ini memperlihatkan bahwa
antara ‘Jhon’ dan ‘Karta’. verba ’break’ berada dalam kerangka yang
mempunyai kasus objek yang obligatori, dan kasus-
Kasus Lokatif (L) kasus pelaku dan alat yang opsional.
Kasus lokatif adalah kasus yang Tetapi teori kerangka kasus ini mengalami
memperkenalkan lokasi, tempat, (atau letak) masalah, beberapa kerangka kasus sukar
ataupun orientasi ruang/spasi atau tindakan yang diterapkan. Masalah ini dipecahkan dalam
diperkenalkan oleh verba (dalam Tarigan, Filmore, gramatika kasus yang baru dengan
1972: 90). Dalam kalimat ‘Anita mengajar di memperkenalkan (1) peran kosong (vacant roles),
Aceh’, kata ‘Aceh’ merupakan kasus tempat. (2) peran koreferensial (koreferential roles), dan 3)
peran terpratata (built – in roles).
Kasus Waktu (WK) Peran kosong adalah peran kasus yang tidak
Kasus waktu adalah waktu yang terpakai muncul pada strutur permukaan, tetapi ada di dalam
atau diduduki oleh suatu proses, kegiatan, atau struktur-dalam, seperti pada kalimat berikut ini
keadaan yang dinyatakan oleh verba. Dalam ‘Fred remainds me of my late grandfather’, ‘Fred
kalimat ‘Tuti datang kemarin’, kata ‘kemarin’ resembles (to me) my late grandfather’. Dengan
adalah kasus waktu. verba seperti ‘reminds’ dan ‘resembles’ di dalam

129
JURNAL BAHASA DAN SENI Vol 8 No. 2 Tahun 2008 ( 126 - 131 )

struktur dalam terdapat kasus ALM, walaupun Kalimat di atas berisi modalitas ‘sedang’ dan
sering tidak terdapat representasi permukaan kasus proposisi ‘Tuti membaca koran di serambi’ yang
ALM pada verba ‘resemble’. dianalisis sebagai berikut.
Peran koreferensial adalah dua kasus yang P
mempunyai satu acuan. Verba-verba yang
mengandung makna ‘gerak’, misalnya, mempunyai
kasus-kasus A, O, S, dan TJ. Namun, di antara
V O TP A
verba-verba ini terdapat perbedaan, dimana kasus
PLK kadang-kadang koreferensial dengan O, Tiap-tiap kasus diturunkan menjadi unsus-
kadang-kadang dengan S, dan kadang-kadang unsur klausa sebagai berikut, sehingga seluruh
dengan TJ. Karena itu verba seperti ‘bergerak’, analisis berbentuk ini:
‘berjalan’, ‘berlari’, ‘berenang’ dalam bentuk K
transitif, A koreferensial dengan O. A yang
merupakan O itulah yang melakukan ‘bergerak’,
‘berjalan’, ‘berlari’ dan ‘berenang’. Pada verba M P
seperti ‘melempar’, ‘memberi’, ‘menjual’ dan
‘mengirim’, A koreferensial dengan S. Kegiatan-
V O TP A
kegiatan tersebut dilakukan oleh A yang juga
mempunyai peran S. Pada verba seperti ‘meneria’,
’ mencuri’, ‘mengambil’ dan ‘mendapat’, A
koreferensial dengan TJ. Kegiatan-kegiatan tersebut
Kala membaca K FN K FN K FN
dilakukan oleh A sebagai TJ. Dengan pelepasan
Diagram di atas diturunkan menjadi struktur
kasus koreferensial, verba-verba tersebut masing-
dalam dengan melepaskan penanda kasus yang
masing mempunyai karakteristik verba A-S-TJ,
kosong sebagai berikut.
verba A-O-TJ; dan verba A-O-S. Tetapi adanya
K
kasus koreferensial di sini menandai semua verba
tersebut sebagai verb A-O-S-TJ. Oleh karena itu, M P
verba-verba yang kelihatannya berbeda pada
representasi permukaan tidak berbeda pada
representasi struktur-dalam. V O TP A
Peran terpratata adalah peran yang dipunyai
oleh konten leksikon verba itu sendiri. Verba
seperti ‘mencium’, ‘menampar’ dan ‘menendang’ Kala FN K FN FN
mempunyai kasus instrumen (I) yang tidak
terungkap pada struktur-permukaan kecuali jika
instrumen (I) tersebut mempunyai keterangan Sedang membaca koran di serambi Tuti
tertentu. Orang tidak perlu lagi menyebutkan Diagram di atas perlu ditransformasi-kan
misalnya, ‘dengan hidung’ untuk verba ’mencium’ dengan menempatkan A pada bagian depan klausa
dan sebagainya. sehingga berwujud seperti dibawah ini.
Sebagai terapan dari paparan di atas, mari K
kita lihat analisis kalimat berikut ini berdsarkan tata
bahasa kasus: ‘Tuti sedang membaca koran di
serambi.
A M P
Analisis kalimat di atas dalam diagram
sebagai berikut.
K
V O TP

Modalitas Proposisi
K FN Kala membaca K FN K FN

130
Tata Bahasa Kasus (Case Grammar) (Suparnis)

Diagram di atas perlu diturunkan menjadi Kasus-kasus yang muncul pada tata bahasa
struktur lahir, yaitu dengan melepaskan penanda kasus adalah kasus pelaku (A), kasus mengalami
kasus yang kosong, sehingga struktur itu berbentuk (P), kasus alat (ALT), kasus objek (O), kasus
seperti dibawah ini. sumber (S), kasus tujuan (TJ), kasus tempat (TP),
K kasus waktu (WK), kasus penyerta (PNY), dan
kasus benefaktif (BEN).

A M P DAFTAR RUJUKAN

V O TP Abdul Chaer.2003. Linguistik Umum. Jakarta:


Rineka Cipta.
FN Kala FN K FN Fillmore, Charles J. 1968. The Case for Case. Di
dalam Emmon Bach & Robert T. Harms (ad)
Universal in Languistics Theory. New York,
Tuti Sedang membaca koran di serambi Halt, Renehart & Winston.
Kridalaksana, Harimurti. 1983. Kamus Linguistik.
SIMPULAN Jakarta : PT. Gramedia.
Samsuri. 1982. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Tata bahasa kasus lahir sebagai perluasan
Verhaar, J.W.M..1985. Pengantar Linguistik.
dari tata bahasa transformasi generatif, Fillmore
Jakarta: Gajah Mada University Press.
sebagai pencetus tata bahasa kasus melihat ada
masalah pada tata bahasa transformasi generatif, Yasin, Anas. 1991. Gramatika Komunikatif Sebuah
yaitu tata bahasa tersebut tidak dapat menjelaskan Model, Disertasi pada PPS IKIP Malang
adanya peran semantik frasa nomina dalam tidak diterbitkan.
hubungannya dengan verba.
Pada tata bahasa transformasi generatif
masing-masing kategori yang diberi label frasa
yang hanya mempunyai hubungan logika bentuk
dan distribusi dengan kategori lain dalam sebuah
kalimat. Namun tata bahasa kasus setiap kategore
diberi peran semantis yang disebut kasus. Pada tata
bahasa kasus sebuah kalimat terdiri atas dua
konstituen, yaitu modalitas dan proposisi.
Modalitas mencakup unsur negasi, kala, aspek, dan
adverbia, sedangkan proposisi terdiri atas sebuah
verba disertai dengan sejumlah kasus. Kasus
merupakan hubungan antara verba dengan nomina
dalam sebuah kalimat.

131

Anda mungkin juga menyukai