Tata Bahasa Kasus (Case Grammar) PDF
Tata Bahasa Kasus (Case Grammar) PDF
Suparnis
Abstract: Case grammar was first introduced by Charles J. Fillmore. It is a modification of the theory
of grammar transformation which previously presents the conceptual framework of case relationship
with the traditional grammar. Fillmore develops grammatical case after the problem of grammatical
generative transformation occurred. He views the existence of semantic role on nominal in relationship
with the verb which is not explained by grammatical generative transformation
127
JURNAL BAHASA DAN SENI Vol 8 No. 2 Tahun 2008 ( 126 - 131 )
Kasus Preposisi Kasus Preposisi bernyawa) yang merasakan hasutan tindakan yang
A by TJ for diperkenalkan oleh verba (dalam Tarigan, Fillmore,
P by L in,on,at 1968: 24}. Kasus agentif mendapat pemarkah
I by,with WK in, on, at [+hidup] yang merupakan pelaku suatu kegiatan
O Ø PNY with atau yang memprakarsai tindakan verba, seperti
S of, from,off BEN for dalam kalimat ‘Marta memangkas bunga mawar,
Preposisi yang menghubungkan verba kata ‘Marta’ melakukan perbuatan memangkas atau
dengan kategori-kategori benda disebut penanda memprakarsai tindakan memangkas bunga mawar.
kasus yang disimbolkan dengan K, sedangkan
kategori-kategori benda yang mempunyai Kasus Experiens (P)
hubungan konseptual logis dengan verba disebut
aktan, yang menggambarkan peran semantis yang Kasus yang mengalami berbeda dengan kasus
dikandung oleh masing-masing kategori benda pelaku walaupun verba yang ada di dalam predikat
tersebut. adalah verba yang sama. Bandingkan kalimat ‘Budi
Sebagai contoh dari keterangan di atas mendengar suara aneh’ berbeda dengan kasus,
adalahberikut ini. ‘Budi mendengar radio’. Kata ‘Budi’ yang pertama
a. Anak kami membeli buku mempunyai kasus yang mengalami sedangkan yang
b. Kemarin dokter memeriksa anak kami kedua mempunyai kasus pelaku mendengar radio.
c. Anak kami melihat filem tadi malam. Untuk membedakan PLK dan P dapat digunakan
Pada kalimat-kalimat di atas frasa nomina masing-masing pertanyaan ‘Apa yang dilakukan
anak kami, sesuai dengan hubungan semantik- PLK?’ dan ‘Apa yang terjadi pada P’
sintaktik mempunyai kasus yang berbeda, anak
kami pada kalimat (a) mempunyai kasus pelaku Kasus Instrumen (I)
(A), anak kami pada kalimat (b) berkasus objek Kasus alat/ instrumental ialah kasus yang
(O), sedangkan anak kami pada kalimat (c) berkekuatan tidak hidup/tidak bernyawa atau objek
mempunyai kasus mengalami (P). Dengan contoh yang secara kausal terlibat di dalam tindakan atau
di atas, jelas bahwa gagasan kasus Fillmore berbeda keadaan yang diperkenalkan oleh verba (dalam
dari ketegorisasi kasus tata bahasa tradisional. Tarigan, Fillmore, 1968: 24). Kasus agentif
Menurut Samsuri (1978; 343), tata bahasa mempunyai ciri [-hidup] yang tidak bernyawa,
kasus cocok diterapkan dalam bahasa Inggris, tetapi secara kausal merupakan penyebab suatu tindakan
dalam bahasa Indonesia tidak semua kaidah bisa atau keadaan yang diekspresikan oleh verba. Kasus
diterapkan, misalnya kaidah tentang kala. Karena ini diberi pemarkah dengan preposisi ‘with’ dalam
kala bersifat wajib dalam bahasa Inggris kaidah itu
bahasa Inggris. Ini bukan berarti bahwa setiap frasa
dapat diterapkan, tetapi tidaklah dalam bahasa
benda yang didahului oleh preposisi ‘with’ adalah
Indonesia, karena bahasa kita tidak bersistem kala.
alat. Misalnya, ‘Jhon opened the door with a key’,
Dalam bahasa Indonesia, modalitas lalu menjadi
‘a key’ merupakan alat untuk membuka pintu dan
mana suka, dan kaidah pertama tata bahasa kasus
wujudnya. menyebabkan pintu terbuka, tetapi pada kalimat
Kalimat (M)odalitas ‘Jhon walks with an umbrella’, ‘an umbrella’
Contoh kalimat bahasa Indonesia tanpa merupakan kasus penyerta
modalitas Anak kami membeli buku, Kemarin
Kasus Objectif (O)
dokter memeriksa anak kami, dan Anak kami
melihat filem. Contoh kalimat bahasa Indonesia Kasus objektif adalah kasus yang secara
yang memakai modalitas Tuti sedang membaca semantis paling netral, kasus dari segala sesuatu
surat di serambi, dan Wahyu pernah memberi pak yang dapat digambarkan atau diwakili oleh sesuatu
Lurah kemeja dulu. nomina yang peranannya di dalam tindakan atau
Masing-masing kasus diuraikan seperti keadaan diperkenalkan oleh interpretasi semantik
berikut ini. verba itu sendiri; menurut pemikiran, konsep
tersbut hendaknya terbatas pada hal-hal yang
Kasus Agentif (A) dipengaruhi oleh tindakan atau keadaan yang
Kasus agentif adalah kasus yang secara diperkenalkan oleh verba. Istilah ini hendaknya
khusus ditujukan bagi makhluk hidup (yang jangan dikacaukan dengan pengertian ‘objek
128
Tata Bahasa Kasus (Case Grammar) (Suparnis)
129
JURNAL BAHASA DAN SENI Vol 8 No. 2 Tahun 2008 ( 126 - 131 )
struktur dalam terdapat kasus ALM, walaupun Kalimat di atas berisi modalitas ‘sedang’ dan
sering tidak terdapat representasi permukaan kasus proposisi ‘Tuti membaca koran di serambi’ yang
ALM pada verba ‘resemble’. dianalisis sebagai berikut.
Peran koreferensial adalah dua kasus yang P
mempunyai satu acuan. Verba-verba yang
mengandung makna ‘gerak’, misalnya, mempunyai
kasus-kasus A, O, S, dan TJ. Namun, di antara
V O TP A
verba-verba ini terdapat perbedaan, dimana kasus
PLK kadang-kadang koreferensial dengan O, Tiap-tiap kasus diturunkan menjadi unsus-
kadang-kadang dengan S, dan kadang-kadang unsur klausa sebagai berikut, sehingga seluruh
dengan TJ. Karena itu verba seperti ‘bergerak’, analisis berbentuk ini:
‘berjalan’, ‘berlari’, ‘berenang’ dalam bentuk K
transitif, A koreferensial dengan O. A yang
merupakan O itulah yang melakukan ‘bergerak’,
‘berjalan’, ‘berlari’ dan ‘berenang’. Pada verba M P
seperti ‘melempar’, ‘memberi’, ‘menjual’ dan
‘mengirim’, A koreferensial dengan S. Kegiatan-
V O TP A
kegiatan tersebut dilakukan oleh A yang juga
mempunyai peran S. Pada verba seperti ‘meneria’,
’ mencuri’, ‘mengambil’ dan ‘mendapat’, A
koreferensial dengan TJ. Kegiatan-kegiatan tersebut
Kala membaca K FN K FN K FN
dilakukan oleh A sebagai TJ. Dengan pelepasan
Diagram di atas diturunkan menjadi struktur
kasus koreferensial, verba-verba tersebut masing-
dalam dengan melepaskan penanda kasus yang
masing mempunyai karakteristik verba A-S-TJ,
kosong sebagai berikut.
verba A-O-TJ; dan verba A-O-S. Tetapi adanya
K
kasus koreferensial di sini menandai semua verba
tersebut sebagai verb A-O-S-TJ. Oleh karena itu, M P
verba-verba yang kelihatannya berbeda pada
representasi permukaan tidak berbeda pada
representasi struktur-dalam. V O TP A
Peran terpratata adalah peran yang dipunyai
oleh konten leksikon verba itu sendiri. Verba
seperti ‘mencium’, ‘menampar’ dan ‘menendang’ Kala FN K FN FN
mempunyai kasus instrumen (I) yang tidak
terungkap pada struktur-permukaan kecuali jika
instrumen (I) tersebut mempunyai keterangan Sedang membaca koran di serambi Tuti
tertentu. Orang tidak perlu lagi menyebutkan Diagram di atas perlu ditransformasi-kan
misalnya, ‘dengan hidung’ untuk verba ’mencium’ dengan menempatkan A pada bagian depan klausa
dan sebagainya. sehingga berwujud seperti dibawah ini.
Sebagai terapan dari paparan di atas, mari K
kita lihat analisis kalimat berikut ini berdsarkan tata
bahasa kasus: ‘Tuti sedang membaca koran di
serambi.
A M P
Analisis kalimat di atas dalam diagram
sebagai berikut.
K
V O TP
Modalitas Proposisi
K FN Kala membaca K FN K FN
130
Tata Bahasa Kasus (Case Grammar) (Suparnis)
Diagram di atas perlu diturunkan menjadi Kasus-kasus yang muncul pada tata bahasa
struktur lahir, yaitu dengan melepaskan penanda kasus adalah kasus pelaku (A), kasus mengalami
kasus yang kosong, sehingga struktur itu berbentuk (P), kasus alat (ALT), kasus objek (O), kasus
seperti dibawah ini. sumber (S), kasus tujuan (TJ), kasus tempat (TP),
K kasus waktu (WK), kasus penyerta (PNY), dan
kasus benefaktif (BEN).
A M P DAFTAR RUJUKAN
131