Anda di halaman 1dari 110

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan Jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.

Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi

merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa

adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup,

dapat menerima orang lain sebagaimana adanya. Serta mempunyai sikap positif

terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005).

Menurut Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan (Sekjen Depkes),

H. Syafai Ahmad, kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan

global bagi setiap negara termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya

kemajuan teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial

dan budaya pada masyarakat. Disisi lain, tidak semua orang mempunyai

kemampuan yang sama untuk menyesuaikan dengan berbagai perubahan, serta

mengelola konflik dan stress tersebut (Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan

dan Pelayanan Medik Departemen Kesehatan, 2007).

Karakteristik sehat jiwa terdiri dari persepsi yang sesuai dengan

realitas, mampu menerima diri sendiri dan orang lain secara alami, mampu

fokus dalam memecahkan masalah, menunjukan kemampuannya secara

spontan, mempunyai otonomi, mandiri, kreatif, puas dengan hubungan

1
interpersonal, kaya pengalaman yang bermanfaat, menganggap hidup ini

sebagai sesuatu yang indah (Ngadiran, 2010).

Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena

adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak

mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan

lingkungan. Pengertian seseorang tentang penyakit gangguan jiwa berasal dari

apa yang diyakini sebagai faktor penyebabnya yang berhubungan dengan

biopsikososial (Simanjutak, 2006). Persepsi masyarakat bahwa penderita

gangguan jiwa adalah sesuatu yang mengancam juga harus diluruskan. Selama

ini keluarga masih beranggapan bahwa penanganan penderita gangguan jiwa

adalah tanggung jawab pihak Rumah Sakit Jiwa saja, padahal faktor yang

memegang peranan penting dalam hal perawatan penderita adalah keluarga

serta masyarakat di sekitar penderita gangguan jiwa tersebut (Kusumawati,

2009).

Potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi,

dari 150 juta populasi dewasa Indonesia, berdasarkan Departemen Kesehatan

(Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional.

Sedangkan 4% dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani

akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Krisis ekonomi dunia

yang semakin berat mendorong jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, dan

Indonesia khususnya kian meningkat, diperkirakan sekitar 50 juta atau 25%

dari penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa (Nurdwiyanti, 2008).

2
Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi gangguan mental

emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk

usia 15 tahun ke atas mencapai sekitas 14 juta orang atau 6% dari jumlah

penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti

Skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang. WHO di beberapa negara

berkembang menunjukkan bahwa 30 – 50 % pasien yang berobat ke fasilitas

pelayanan kesehatan umum ternyata menderita gangguan kesehatan jiwa.

Sedangkan jumlah penderita Skizofrenia di Indonesia adalah tiga sampai lima

per 1000 penduduk. Mayoritas penderita berada di kota besar. Ini terkait

dengan tingginya stres yang muncul di daerah perkotaan. Dari hasil survei di

rumah sakit Indonesia, ada 0,5-1,5 perseribu penduduk mengalami gangguan

jiwa.Pada penderita Skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi

(Purba,DKK dalam Riza, 2010).

Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan

menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku aneh

yang terganggu (videbeck, 2008). Salah satu gejala umum skizofrenia yaitu

adanya halusinasi atau gangguan persepsi sensori. Halusinasi adalah salah satu

gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori,

seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,

perabaan atau penglihatan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak

ada. Selain itu, perubahaan persepsi sensori: halusinasi bisa juga diartikan

sebagai persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran, dan pikiran yang

sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar meliputi semua sistem

3
penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, atau

pengecapan) (Cook & Fontaine, dalam Fitria, 2009).

Halusinasi pendengaran adalah perasaan mendengar suara-suara,

paling sering adalah suara manusia yang menyuruh untuk melakukan suatu

tindakan. Dan halusinasi penglihatan adalah perasaan melihat suatu objek

tetapi pada kenyataannya tidak ada (Videbeck, 2008). Respon klien akibat

terjadinya halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan perasaan tidak aman,

gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu

mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak

nyata (Yosep, 2010).

Pada pasien yang di rawat ruang Dahlia memiliki beberapa diagnosa

keperawatan jiwa, diantara nya terdiri dari pasien dengan Isolasi sosial, harga

diri rendah, waham, halusinasi, defisit perawatan diri dan resiko perilaku

kekerasan. Dari data Mei 2019 sekitar 57% diagnosa keperawatan terbanyak

yaitu halusinasi. Maka dari itu kelompok tertarik mengambil kasus pasien

dengan halusinasi.

Akibat semakin kompleksnya persoalan hidup yang muncul di tengah

masyarakat, menyebabkan jumlah penderita gangguan jiwa di Padang tiap

tahunnya bertambah. Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk

mencari serta membahas tentang Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Pendengaran dalam seminar kelompok yang sebagai salah satu syarat tugas

untuk menyelesaikan Praktek Profesi Ners Keperawatan Kesehatan Jiwa Di

RS. Jiwa HB. Saanin Padang.

4
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. D dengan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di Wisma Dahlia RS.

Jiwa HB. Saanin Padang.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian pada Tn. D dengan Gangguan Persepsi

Sensori : Halusinasi Pendengaran

b. Dapat menegakkan pohon masalah dan diagnosa keperawatan pada Tn.

D dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

c. Dapat melakukan intervensi keperawatan pada Tn. D dengan Gangguan

Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

d. Dapat melakukan implementasi tindakan keperawatan pada Tn. D

dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

e. Dapat melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. D dengan Gangguan

Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan

f. Dapat melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada Tn. D

dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

5
Sebagai bahan untuk mengembangkan pengetahuan tentang klien

dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran dan Faktor-

faktor yang berhubungan dengan penyakit tersebut.

2. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan bacaan dan pedoman dalam memberikan asuhan

keperawatan klien dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Pendengaran.

Pikiran logis
Respon adaptif Kadang proses pikir tergangguGangguan
Respon proses
maladaptif
pikir
Ilusi Halusinasi
Persepsi akurat Emosi berlebihan atau kurangKerusakan proses
Perilaku tidak biasa
Emosi konsisten sesuai pengalaman Perilaku tidak terorganisir
Perilaku sesuai Menarik diri Isolasi sosial

Hubungan sosial harmonis

6
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Halusinasi adalah gangguan persepsi atau perubahan persepsi

dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu

penerapan panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar (Maramis, 2014).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami

perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara,

penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan

stimulus yang sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006)

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu

yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi: halusinasi merasakan

sensasi palsu berupa suara, penglihatan, penciuman, perabaan atau

penghidungan. Klien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat,

2010).

Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali

oleh proses diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada

7
perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari

tentang sesuatu yang dinamakan persepsi (Yosep, 2009).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud halusinasi adalah persepsi salah satu gangguan jiwa pada individu

yang ditandai dengan perubahan persepsi sensori seseorang yang hanya

mengalami rangsang internal (pikiran) tanpa disertai adanya rangsang

eksternal (dunia luar) yang sesuai.

2. Rentang Respon
Gambar 2.1 Rentang respon halusinasi

Adaptif Mal adaptif

-Respon logis -Distraksi pikiran -Delusi halusinasi

-Persepsi akurat -Perilaku tidak sesuai -Perilaku digorisasi

-Perilaku sesuai -Menarik diri - Sulit berespon

-Emosi stabil -Emosi berlebihan -Berespon dengan

pengalaman

(Kusumawati, 2010)

a. Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.

b. Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca

indra yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu

sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya.

8
c. Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam

penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial

dan budaya umum yang berlaku.

d. Emosi stabil: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek

keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung

tidak lama.

e. Hubungan sosial harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut

hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok dalam

bentuk kerjasama.

f. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi

impuls eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi

gambaran sensorik pada area tertentu di otak kemudian diinterpretasi

sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.

g. Emosi berlebihan atau kurang: yaitu menifestasi perasaan atau afek

keluar berlebihan atau kurang.

h. Perilaku tidak sesuai atau biasa: yaitu perilaku individu berupa

tindakan nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh

norma – norma sosial atau budaya umum yang berlaku.

i. Perilaku aneh atau tidak biasa: perilaku individu berupa tindakan

nyata dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-

norma sosial atau budaya umum yang berlaku.

j. Menarik diri: yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan

orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.

9
k. Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam

berinteraksi.

3. FaktorPenyebab

a. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis

dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk

mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Faktor

predisposisi dapat meliputi faktor perkembangan, sosiokultural, biokimia,

psikologis, dan genetik (Yosep, 2009).

a) Faktor perkembangan

Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan

hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami

stress dan kecemasan.

b) Faktor sosiokultural

Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan

seseorang merasa disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa

kesepian dilingkungan yang membesarkannya.

c) Faktor biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya

gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami stress yang berlebihan,

maka didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat

10
bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan

dimethytrenferase (DMP).

d) Faktor psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab

mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Berpengaruh

pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan demi

masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari

dari alam nyata menuju alam hayal.

e) Faktor genetik

Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui,

tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan

hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor presipitasi

Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,

penasaran, tidak aman, gelisah, bingung, dan lainnya. Menurut Rawlins

dan Heacock halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu:

1) Dimensi fisik

Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti

kelelahan yang luar biasa, penyalahgunaan obat, demam, kesulitan

tidur.

2) Dimensi emosional

11
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak

dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi berupa perintah

memaksa dan menakutkan.

3) Dimensi intelektual

Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan

implus yang menekan merupakan suatu hal yang menimbulkan

kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien.

4) Dimensi sosial

Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup

bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan. Klien asyik

dengan halusinasinya seolah merupakan tempat memenuhi

kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang

tidak didapatkan di dunia nyata.

5) Dimensi spiritual

Secara spiritual halusinasi mulai dengan kehampaan

hidup, ritinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan

jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri.

4. Jenis dan Manifestasi Klinis

Menurut Kusumawati, 2010, tanda dan gejala halusinasi yang

mungkin muncul yaitu menarik diri, tersenyum sendiri, duduk terpaku,

bicara sendiri, memandang satu arah, menyerang, tiba-tiba marah, gelisah.

12
Berikut ini jenis halusinasi dan karakteristiknya menurut Yusuf, dkk (2015)

a. Halusinasi pendengaran : bicara atau tertawa sendiri, marah-marah

tanpa sebab, mengarahkan telinga ke arah tertentu, menutup telinga.

b. Halusinasi penglihatan : menunjuk-nunjuk ke arah tertentu,

ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.

c. Halusinasi penciuman : mencium seperti sedang membaui bau-bauan

tertentu, menutup hidung.

d. Halusinasi pengecapan : sering meludah, muntah-muntah.

e. Halusinasi perabaan : menggaruk-garuk permukaan kulit, merasa

tersengat listrik, mengatakan ada serangga di permukaan kulit sambil

kesakitan.

5. Mekanisme koping

Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada

pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung

dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan melindungi diri.

Mekanisme koping menurut Yosep, 2009 meliputi cerita dengan orang lain

(asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang lain (sublimasi),

mengamuk (displacement), mengalihkan kegiatan yang bermanfaat

(konversi), memberikan alasan yang logis (rasionalisme), mundur ke tahap

perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan ke objek lain, memarahi

tanaman atau binatang (proyeksi).

6. Proses Terjadinya Halusinasi

13
Halusinasi terjadi karena klien tersebut pada dasarnya memiliki

koping yang tidak efektif terhaap berbagai stresor yang menimpanya.

Kondisi yang timbul karena kondisi di atas adalah klien cnderung akan

menarik diri dari lingkungan dan terjadilah isolasi sosial. Kesendirian

tersebut jika berlangsung lama akan menimbulkan halusinasi dan semakin

lama klien akan semakin menikmati dan asik dengan halusinasinya itu.

Karena adanya hal yang tidak nyata akan muncul perintah yang bisa

menyuruh klien merusak diri sendiri dan lingkungan di sekitarnya (Keliat

dkk, 2005).

7. Tahap Halusinasi

Menurut Yosep, 2009 proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi

4 tahap yaitu:

a. Tahap pertama

Pada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkan

dengan tingkat ansietas sedang, secara umum halusinasi bersifat

menyenangkan. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah

orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas,

kesepian, merasa takut serta mencoba memusatkan penenangan pikiran

untuk mengurangi ansietas.

b. Tahap kedua

Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan

dengan tingkat kecemasan yang berat. Adapun karakteristik yang tampak

pada individu yaitu individu merasa kehilangan kendali dan mungkin

14
berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersiapkan,

individu mungkin merasa malu dengan pengalaman sensorinya dan

menarik diri dari orang lain.

c. Tahap ketiga

Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian

dengan tingkat ansietas berat, pengalaman sensori yang dirasakan

individu menjadi penguasa. Adapun karakteristik yang tampak pada

individu adalah orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan

pengalaman halusinasinya dan membiarkan halusinasi tersebut

menguasai dirinya, individu mungkin mengalami kesepian jika

pengalaman sensori tersebut berakhir.

d. Tahap keempat

Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan

tingkat ansietas panik. Adapun karakteristik yang tampak pada individu

adalah pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak

mengikuti perintah, dimana halusinasi bisa berlangsung beberapa jam

atau beberapa hari, apabila tidak ada intervensi terapeutik.

8. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan pasien skizofrenia adalah dengan pemberian obat-

obatan dan tindakan lain, yaitu:

1) Psikofarmakologis

15
Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi

pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada pasien skizofrenia

adalah obat-obatan anti psikosis seperti haloperidol, klozapin dsb.

2) Terapi aktivitas kelompok (TAK)

Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan mencakup seluruh sp halusinasi, yaitu

melatih mengontrol halusinasi dengan menghardik, minum obat,

bercakap-cakap, dan melakukan kegiatan terjadwal.

9. Prinsip Tindakan Keperawatan

Menurut Stuart dan Laraia, 2005 :

a. Bina hubungan saling percaya

b. Bantu pasien mengenal halusinasinya

c. Bantu latih pasien dalam mengontrol halusinasinya dengan

menghardik, minum obat, bercakap-cakap, melakukan kegiatan.

d. Berikan kesempatan kepada klien untuk mempraktekkannya lalu di

berikan pujian.

e. Saat klien sedang mengalami halusinasi jangan biarkan menyendiri

dan tinggalkan sendiri.

f. Dengarkan ekspresi pasien setelah melakukan tindakan

B. Asuhan Keperawatan Secara Teoritis

16
1. Pengkajian

a. Identitas

Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, tempat

tanggal lahir, alamat, no mr, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa

b. Alasan Masuk

Biasanya yang menjadi alasan masuk pasien adalah dapat dilihat

dari data pasien ataupun keluarga, misalnya melihat bayangan yang

menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya, melihat seseorang yang

sudah meninggal, melihat orang yang mengancam klien, bicara atau

tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup mata, mulut komat

kamit, ada gerakan tangan, tersenyum sendiri, menyendiri, melamun.

Terkadang sudah sampai pada tahap mengganggu masyarakat,

mencederai diri dan lingkungan.

c. Faktor Predisposisi

1)  Gangguan Jiwa di Masa Lalu

Pada umumnya klien dengan halusinasi mempunyai riwayat

gangguan jiwa di masa lalu, karena halusinasi tidak terjadi secara

mendadak, melainkan melalui beberapa tahapan.

2) Pengobatan Sebelumnya

Ada riwayat putus obat, kegagalan pengobatan, atau tidak ada

perubahan selama pengobatan.

3) Trauma

a) Aniaya Fisik

17
Klien dengan gangguan jiwa pada umumnya mendapat

aniaya fisik dari lingkungan karena belum berubahnya pandangan

masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa. Klien yang

meresahkan masyarakat mempunyai resiko mendapat aniaya yang

lebih besar.

b) Aniaya Seksual

Aniaya seksual bisa saja terjadi, bisa juga tidak. Orang

dengan gangguan jiwa terutama pada usia muda, mempunyai resiko

melakukan aniaya seksual.

c) Penolakan

Klien dengan halusinasi mengalami penolakan, baik itu di

masyarakat, sering dibanding-bandingkan dengan orang lain, tidak

diterima.

d) Kekerasan dalam Keluarga

Kekerasan dalam keluarga merupakan faktor negatif

dalam perkembangan mental seseorang. Klien dengan halusinasi

biasanya menjadi pelaku, atau pun korban kekerasan dalam

keluarga.

e) Tindakan Kriminal

18
Kejadian tindakan kriminal pada klien halusinasi perlu

dikaji kembali karena hanya beberapa klien dengan halusinasi yang

pernah menjadi pelaku, korban atau penonton tindakan kriminal.

4) Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa

Faktor genetik dipercaya mempunyai peranan sebagai faktor

predisposisi halusinasi maupun gangguan jiwa lain. Adanya keluarga

yang mengalami skizofrenia maupun kembar monozigot.

5) Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan

Pada umumnya klien dengan halusinasi mempunyai riwayat

pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan seperti ditolak, putus

sekolah, ekonomi buruk.

d. Fisik

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik, seperti

kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga

delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang

lama. Tanda gejala yang ditimbulkan yaitu muka merah, kadang pucat,

ekspresi dengan perubahan wajah tegang, TD meningkat, nafas

tersengah-sengah, nadi cepat, timbul gangguan kebutuhan nutrisi.

e. Psikososial

1) Genogram

Genogram 3 generasi dari klien ke atas. Biasanya pola asuh

keluarga yang kurang baik, komunikasi satu arah, orang tua yang

19
otoriter, orang tua yang membanding-bandingkan anak dengan orang

lain, orang tua tidak menjadi pendengar yang baik, kurangnya

kehangatan dalam keluarga.

2) Konsep Diri

a) Citra tubuh : Pada umumnya citra tubuh negatif, ada bagian tubuh

yang tidak disukai.

b) Identitas : Terkadang identitas diri tidak jelas, menganggap diri

sebagai orang lain.

c) Peran : Adanya krisis peran, merasa belum cukup dalam menjalani

peran.

d) Ideal diri : Biasanya ideal diri tinggi, harapan kembali sehat,

bekerja, punya uang.

e) Harga diri: Adanya harga diri rendah karena malu dengan

keadaannya, merasa tidak berharga.

3) Hubungan Sosial

a) Orang Terdekat

Orang terdekat biasanya bisa siapa saja, baik itu orang tua,

ataupun anggota keluarga lain.

b) Peran Serta dalam Kegiatan Kelompok/Masyarakat

Klien dengan halusinasi jarang diterima di masyarakat.

Salahnya pandangan masyarakat terhadap orang dengan gangguan

jiwa membuat jarangnya ada peran serta klien dengan halusinasi

dalam kelompok atau masyarakat.

20
c) Hambatan

Adanya perasaan malu menjadi faktor penghambat utama

dalam menjalin hubungan sosial.

4) Spiritual

Adanya penurunan kesadaran klien dalam memenuhi

kewajiban spiritual, pandangan masyarakat yang buruk terhadap

pasien gangguan jiwa.

f. Status Mental

1) Penampilan

Biasanya Penampilan tidak rapih, rambut acak-acakan, baju atau

celana terbalik, pakaian tidak diganti-ganti, kuku kotor dan panjang,

aroma tubuh tidak enak.

2) Pembicaraan

Biasanya pembicaraan klien melantur, tidak sesuai topik, mudah

berganti-ganti topik dan tidak masuk akal.

3) Aktivitas Motorik

Biasanya Mulut komat kamit, gelisah, adanya agitasi, kompulsif

atau mengulang-ulang kegiatan.

4) Alam Perasaan

Biasanya Klien dengan halusinasi sering kali khawatir tanpa

stimulus yang jelas, selain itu bisa juga sedih karena berbagai faktor

baik itu kurangnya kunjungan keluarga dsb.

21
5) Afek

Pada umumnya afek klien dengan halusinasi adalah tidak sesuai,

terkadang datar.

6) Interaksi Selama Wawancara

Biasanya Klien akan menunjukkan perilaku defensif, kontak

mata kurang, bermusuhan dan mudah tersinggung.

7) Persepsi

Secara teoritis ada 7 macam gangguan persepsi halusinasi.

Klien bisa melihat bayangan-bayangan, mendengar suara-suara,

mencium bau-bauan, seperti mengecap darah, mengalami

ketidaknyamanan atau stimulus tidak jelas, ataupun merasakan fungsi

tubuh seperti aliran darah. Frekuensinya bisa terjadi kapan saja

terutama di malam hari. Ketika terjadi halusinasi klien akan terlihat

berbicara sendiri, tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,

melamun.

8) Proses Pikir

Biasanya adanya perseverasi atau pembicaraan yang diulang

berkali-kali, bisa juga tangensial dimana pembicaraan berbelit-belit

tetapi tidak sampai pada tujuan.

9) Isi Pikir

22
Biasanya adanya gangguan isi pikir seperti obsesi, phobia,

ataupun ide yang terkait dimana klien yakin bahwa kejadian di

lingkungan mempunyai makna pada dirinya.

10) Tingkat Kesadaran

Pada umumnya klien bingung, gangguan motorik seperti

kekakuan, gerakan yang diulang-ulang, sikap canggung.

11) Memori

Biasanya memori jangka panjang dan pendek tetap baik.

12) Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

Konsentrasi klien biasanya mudah dialihkan, tidak mampu

berkonsentrasi, tetapi bisa berhitung.

13) Kemampuan Penilaian

Pada umumnya terjadi gangguan penilaian dari ringan hingga

bermakna.

14) Daya Tilik Diri

Klien akan menunjukkan sikap denial atau tidak mengakui

bahwa dirinya sakit atau mengalami gangguan. Sering menyalahkan

orang, mengatakan bahwa orang telah salah membawanya berobat.

g. Kebutuhan Persiapan Pulang

a. Makan

23
Biasanya akan ditemukan dengan tidak adnya gangguan terhadap

nafsu makan atau sistem pencernaan, maka biasanya menghabiskan

makanan sesuai dengan porsi yang disedikan

b. Mandi

Biasanya klien akan mampu untuk mandi, sikat gigi dan gunting

kuku masih dapat dilakukan seperti orang normal

c. Berpakaian

Biasanya pasien mampu dalam memilih pakaian untuk dikenalkan

biasanya pasien memakai pakaian sesuai fungsinya, baju diatas,

celana dibawah biasanya klien dapat bersisir dan memakai bedak.

d. Istirahat dan tidur

Biasanya pasien dapat tidur dengan nyenyak akibat dari pemakaian

obat.

e. Penggunaan obat

Biasanya pasien saat dirumah tidak teratur minum obat.biasanya

saat dirumah sakit klien teratur minum obat karena diawasi

perawat.

f. Pemeliharaan kesehatan

Biasanya pasien mengatakan ingin segera pulang. Biasanya klien

mengatakan jika sudah dirumah nanti akan rajin minum obat.

Biasanya klien mengatakan bila sudah keluar dari rumah sakit klien

tidak mau dibawa ke RSJ lagi.

24
g. Aktivitas dalam rumah

Tanyakan kemampuan klien dalam :

 Merencanakan, mengolah dan manyajikan makanan

 Merapikan rumah (kamar tidur, dapur, menyapu dan

mengepel)

 Mencuci pakaian sendiri

 Mengatur kebutuhan biaya sehari-hari

h. Aktivitas diluar rumah

Biasanya klien mengatakan tidak suka dengan kegiata diluar rumah

i. Aktivitas di dalam rumah

Biasanya klien melakukan pekerjaan rumah tangga dirumah, seperti

memasak, mencuci.

1. Mekanisme Koping

a. Koping adaptif

Biasaya klien mau berbicara dengan orang lain, biasanya klien

mengatakan jika ada masalah ia berdiam diri dirumah, biasaya

klien tidak mau melakukan aktivitas

b. Koping maaladaptif

Biasanya klien mengatakan saat dirumah sering tertawa sendiri dan

terkdang marah-marah tanpa sebab.

2. Masalah Psikososial dan lingkungan

a. Masalah dengan dukungan kelompok

25
Biasanya klien mengatakan tidak ada dukungan dari orang

sekitarnya

b. Masalah dengan lingkungan

Biasanya klien mengatakan kurang diterima dilingkungan karena

menganggap klien tidak sehat atau mengalami gangguan jiwa

c. Masalah dengan pendidikan

Biasanya klien tidak ada masalah selama pedidikannya.

d. Masalah dengan pekerjaan

Biasanya klien tidak memiliki pekerjaan.

e. Masalah dengan perumahan

Biasanya klien tinggal dengan orang tua dan saudaranya, biasanya

klien memiliki masalah dengan tanah dan rumah yang ditempai

klien.

f. Masalah ekonomi

Biasanya klien memilliki masalah terkait dengan ekonomi seperti

tidak tercukupinya kebutuhan sehari-hari karena tidak memiliki

pekerjaan yang tetap

g. Masalah dengan pelayanan kesehatan

Biasanya klien tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan

karena tidak jauh dari rumah klien ada puskesmas sehingga klien

tidak membutuhkan biaya banyak dengan datang ke pelayanan

kesehatan

3. Pengetahuan

26
Biasanya klien tidak tau penyebab dari gangguan jiwa, biasanya

klien tidak menyadari kekambuhan dari penyakitnya karena klien tidak

mengetahui akibat dari tidak teratur dalam mengkonsumsi obat.

4. Aspek Medik

Diagnose medis : biasanya skizofenia paranoid

Terapi medis : biasanya klien diberikan anti psikotik, anti ansietas,

hipnotik sedative dan anti depresan .

5. Daftar Masalah

a. Perilaku kekerasan

b. Gangguan persepsi sensori: halusinasi

c. Isolasi Sosial

6. Pohon Masalah

Prilaku kekerasan

Gangguan sensori persepsi : halusinasi

Isolasi sosial

27
7. Daftar Diagnosa Keperawatan (Nanda, 2011)

a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi

b. Perilaku kekerasan

c. Isolasi Sosial

8. Evaluasi (SOAP)

Proses berkelanjutan untuk menilai efek tindakan keperawatan pada

klien. Evaluasi klien terus menerus pada klien terhadap respon tindakan

keperawatan yang dilaksanakan.hal yang didapatkan klien yaitu bisa

membina hubungan saling percaya dengan orang lain

S : Respon klien terhadap tindakan keperawatan

O : Respon objectif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilakukan

A : analisis ulang atas data subjectif dan objectif untuk menyimpulkan

P : Perencanaan atau tindak lanjut

9. Dokumentasi

Dokumentasi keperawatan merupakan aspek dari praktik keperawatan

yaitu sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tecetak yang dapat

diandalkan segala catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang.

Dokumentasi semua tindakan beserta respn klien (keliat, 2014)

28
29
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

DiagnosaKepe
No Tujuan KriteriaHasil Intervensi Rasional
rawatan
1. Gangguan Diharapkan klien Setelah pertemuan Sp 1 Pasien : (pertemuan 1) Dengan memberikan

Persepsi mampu : klien mampu : 1. Bina hubungan saling percaya pemahaman tentang halusinasi,

Sensori : 1. Mengenali 1. Menyebutkan isi, dengan klien klien mampu :

Halusinasi halusinasi waktu, frekuensi, a. Mengucapkan salam terapeutik - Hubungan saling

yang situasi, pencetus, berjaba tangan percaya dibina untuk

dialaminya dan perasaan ketika b. Menjelaskan tujuan interaksi memudahkan interaksi

( jenis, halusinasi muncul. c. Membuat kontrak : topik, antara klien dan

waktu, 2. Mengenal waktu dan tempat setiap kali perawat.

frekuensi, halusinasi yang pertemuan. - Dengan menghardik

situasi dialaminya 2. Bantu klien mengenal Halusinasi : halusinas imemberi

pencetus, 3. Menjelaskan dan a. Isi kesempatan klien

30
perasaan saat memperagakan cara b. Waktu terjadinya mengatasi masalah

halusinasi mengontrol c. Frekuensi dengan reaksi

dan mampu halusinasi. d. Situasi pencetus penolakan terhadap

menjelaskan e. Perasaan saat trejadi halusinasi sensori palsu

dan 3. Latih cara mengontrol halusinasi

memperagak dengan menghardik :

an cara

mengontrol

halusinasi Jelaskan cara menghardik

a. halusinasi

b. Mempraktekkan cara

menghardik

c. Minta klien mempraktekkan

kembali

31
4. Anjurkan klien untuk masukkan

pada jadwal kegiatan untuk latihan

menghardik

Setelah pertemuan Sp 2 Pasien : (pertemuan 3) Terapi obat pada klien dengan

klien mampu: 1. Evaluasi kegiatan menghardik. gangguan jiwa adalah salah

1. Menyebutkan Beri pujian satu bagian penting dari

kegiatan yang sudah 2. Latih cara mengontrol halusinasi keberhasilan suatu tindakan

dilakukan dengan obat (jelaskan 6 benar, nantinya

Menyebutkan jenis, guna, dosis,frekuensi, cara,

manfaatdari kontinuitas minum obat)

program 3. Anjurkan klien untuk masukkan

32
pengobatan pada jadwal kegiatan untuk latihan

menghardik dan minum obat

Setelah pertemuan Sp 3 Pasien : (pertemuan 4) Bercakap-cakap adalah

klien mampu : 1. Evaluasi kegiatan menghardik dan kegiatan yang menghindari

1. Menyebutkan minum obat klien dari kesendirian

kegiatan yang sudah 2. Latih cara mengontrol halusinasi Dengan melakukan kegiatan

dilakukan dengan bercakap-cakap saat terjadi harian terjadwal klien akan

2. Memperagakancara halusinasi punya kesibukan tidak ada

bercakap- 3. Anjurkan klien untuk masukkan waktu untuk merespon

cakapdengan orang pada jadwal kegiatan untuk latihan halusinasinya

lain menghardik, minum obat dan

bercakap-cakap

Setelah pertemuan Sp 4 Pasien : (pertemuan 6) Memotivasi klien untuk

33
klien mampu: 1. Evaluasi kegiatan menghardik, mempraktekkan lebih tinggi

1. Menyebutkan minum obat dan berca apa yang telah diajarkan.

kegiatan yang sudah 2. kap-cakap. Beri pujian

dilakukan 3. Latih cara mengontrol halusinasi

2. Membuat kegiatan dengan melakukan kegiatan harian

sehari-hari dan a. Jelaskan pentingnya aktivitas

mempraktekkannya terjadwal

untukmengatasihalusinasinya

Setelah 3 kali Sp 1 Agar klien mampu memilih

Membina berinteraksi klien 1.Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang ada pada

hubungan saling diharapkan: aspek positif yang dimiliki dirinya

percaya 1.Mampu menunjukkan 2.membantu pasien menilai

34
ekspresi wajah yang kemampuan pasien yang dapat

bersahabat. digunakan.

2.menunjukkan rasa 3.Membantu pasien memilih kegiatan

tenang. yang akan dilatih sesuai dengan

3.Adanya kontak mata kemampuan pasien.

4.Mau berjabat tangan 4.Melatih pasien sesuai dengan

5.mau menyebutkan kemampuan yg dimiliki

nama 5.Memberi pujian

5.klien mau duduk 6. memasukkan kejadwal kegiatan

berdampingan. SP 2 Agar klien mampu melakukan

6. klien mau 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan kegiatan yang telah dipilih

mencerikan masalah harian secara mandiri

yang dihadapi. 2.Melatih kemampuan kedua yang

dimiliki

35
3.memasukkan kedalam jadwal

kegiatan harian.

SP 3 Agar klien mampu melakukan

1.Mengevaluasi Sp 1 dan sp 2 kegiatan yang telah dipilih

2.Melatih kemampuan ketiga yang secara mandiri

dimiliki klien

3.memasukkan kedalam jadwal

kegiatan.

SP 4

1.mengevaluasi sp1,2,3.

Melatih kemampuan 4 yang dimiliki

2.memasukkan kedalam jadwal

36
2 Harga diri kegiatan harian.

rendah

Sp 1 Pasien : (tanggalpertemuan ) Agar klien mampu memahami

Klien mampu : Setelah 1x20 menit 1. Jelaskan pentingnya kebersihan tentang kebersihan diri dan

1. Menjelaskan pertemuan klien diri mampu menerapkan

pentingnya mampu : 2. Jelaskan cara menjaga kebersihan kebersihan diri secara mandiri

kebersihan 1. Melakukan diri

diri kebersihan diri 3. Bantu klien mempraktekkan cara

2. Melakukan secara mandiri menjaga kebersihan diri

cara 2. Melakukan berhias 4. Masukkan dalam jadwal kegiatan

merawat diri atau berdandan harian

dengan secara baik

kebersihan 3. Melakukan makan

diri dengan baik

37
4. Melakukan BAB

dan BAK

denganbenar

Sp 2 Pasien : (tanggal pertemuan ) Agar klien mampu terlihat rapi

Setelah 1x20 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (sp 1) dan mandiri dalam berdandan

menitpertemuanklienm 2. Jelaskan cara berdandan atau atau berhias

ampu : berhias

1. Menjelaskan 3. Bantu klien cara berdandan atau

pentingnya berhias dengan tindakan :

berdandan atau berpakaian rapi, menyisir rambut,

berhias bercukur

2. Melakukan cara

merawat diri

38
dengan berhias atau

berdandan

Sp 3 Pasien : (tanggalpertemuan ) Agar klien mandiri dalam

Setelah 1x20 menit 1. Evaluasikegiatan yang lalu ( sp 1 makan dan meningkatkan

pertemuan klien dan 2) pemeliharaan kesehatan klien

mampu: 2. Jelaskancaramakan yang baik dengan pola dan cara makan

1. Menjelaskan 3. Bantu klien memperagakan cara yang baik

pentingnya makan makan yang baik dengan tindakan:

dengan baik - Jelaskan cara menyiapkan

2. Melakukan cara makan

merawat diri - Jelaskan cara makan yang

dengan makan yang tertib

baik - Menjelaskan cara merapikan

peralatan makan setelah makan

39
- Praktek makan sesuai tahapan

makan yang baik

- Masukkan dalam jadwal

kegiatan harian klien

Dengan BAB dan BAK secara

Sp 4 Pasien : (tanggal pertemuan ) baik dan mandiri

3. Defisit Setelah 1x20 menit 1. Evaluasi kegiatan yang lalu ( sp1, meningkatkan keberhasilan

perawatan diri pertemuan klien sp2, sp3, sp4 ) dan perawatan diri klien

mampu: 2. Jelaskan cara mempraktekkan

1. Menjelaskan BAB dan BAK secara mandiri

pentingnya BAB 3. Bantu klien mempraktekkan cara

dan BAK secara BAB dan BAK secara mandiri

mandiri dengan tindakan :

2. Melakukan BAB - Jelaskan tempat BAB dan

40
dan BAK secara BAK yang sesuai

mandiri - Jelaskan cara membersihkan

diri dan tempat setelah BAB

dan BAK

Masukkan dalam jadwal harian

41
42
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS PADA TN. D

A. PENGKAJIAN

Ruang rawat : Wisma Dahlia

Tanggal dirawat : 16 Juni 2019

1. IDENTITAS KLIEN

Inisial Klien : Tn. D

Umur : 39 Tahun

Informan : Klien dan Rekam Medis

Tgl. pengkajian : 20 Juni 2019

No. MR : 03-89-75

Alamat : Balai Goro Jorong Padang Halaban Sasak Ranah

Pesisir Pasaman Barat

2. ALASAN MASUK

Klien baru masuk via IGD RS Jiwa Prof. HB. Sa’anin, keluhan gelisah ± 1

minggu, dengan gejala marah-marah tanpa sebab, membakar pakaian,

berbicara dan ketawa sendiri, curiga-curiga kepada keluarga, keluar rumah

tanpa tujuan, pulang sendiri, tidur malam kurang, klien terkadang

mendengar suara. Keluarga sudah mencoba membawa klien ke puskesmas

43
terdekat untuk meminta obat dan hasilnya klien disuruh dibawa ke RSJ.

Prof. HB Saanin padang oleh petugas kesehatan dipuskesmas, dan klien

pun dibawa oleh keluarga ke RS Jiwa Prof. HB Sa’anin Padang.

FAKTOR PREDISPOSISI

a. Gangguan Jiwa di Masa Lalu

Data yang didapatkan dari klien bahwa klien sakit sejak 20 tahun yang

lalu, dirawat sudah ke-3 kali nya, terakhir dirawat 5 tahun yang lalu

dengan keluhan marah-marah tidak jelas terhadap keluarga,

mengganggu orang di mesjid, membakar baju dan merusak barang-

barang.

b. Pengobatan Sebelumnya

Klien mengatakan pernah di rawat ke RSJ HB Sa’anin Padang dan

berhasil bisa pulang dengan tenang dan kontrol di puskesmas terdekat.

Klien putus obat 3 bulan ini karena obat habis di puskesmas.

c. Trauma

a. Aniaya Fisik

Klien mengatan klien pernah melakukan kekerasan fisik terhadap

teman satu pekerjaan nya dikarenakan selisih paham, klien mengatan

kejadian itu terjadi 20 tahun yang lalu.

b. Aniaya Seksual

Keluarga klien mengatakan tidak pernah mengalami

penganiayaan seksual baik sebagai pelaku, saksi, maupun korban.

44
c. Penolakan

Klien mengatakan pernah mengalami penolakan dari tempat ia

tinggal, klien sering dihina dan klien mengatakan tidak ada tempat

manapun yang mau memberi pekerjaan karena klien dianggap

gangguan jiwa, keluarga juga tidak mampu menjalin hubungan baik

dengan klien.

d. Kekerasan dalam rumah tangga (keluarga)

Klien mengatakan tidak pernah melakukan kekerasan dalam

keluarga nya baik sebagai saksi, ataupun keluarga.

e. Tindakan Kriminal

Klien mengatakan pernah melakukan perilaku kekerasan

terhadap orang lain.

Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

d. Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa

Klien mengatakan tidak ada anggota yang mengalami gangguan jiwa

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

e. Pengalaman Masa Lalu yang Tidak Menyenangkan

Data yang didapatkan bahwa Tn. D pernah mengalami kegagalan dalam

pekerjaan, klien merasa frustasi dikarenakan setelah klien dipecat dari

45
pekerjaan klien tidak mendapat pekerjaan lagi. Klien mengatakan tidak

ada masalah dalam tahap tumbuh kembang.

Masalah Keperawatan : Respon Pasca Trauma

B. PEMERIKSAAN FISIK

a. Tanda vital : TD: 130/70 mmHg N: 88x/menit

P: 18x/menit S: 36,6 °C

b. Ukuran : TB: 170cm BB: 82 kg

c. Keluhan fisik : Klien tidak ada mengeluhkan sakit fisik, secara

keseluruhan kondisi fisik klien tampak baik dan tidak ada tanda-tanda

abnormal.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

C. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

46
Keterangan :

= Perempuan

= Laki-laki

= Meninggal

= Klien

= Tinggal serumah

Klien merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, semenjak sakit klien

dirawat oleh ibunya. pola komunikasi dengan antar saudara kurang baik

karena klien merasa semua saudara nya kurang memperhatikannya karena

klien mengalami gangguan jiwa. Klien mengatakan semenjak klien tinggal

dirumah sendiri pengambil keputusan diambil oleh klien dan terkadang

keluarga sesekali datang berkunjung. Semenjak kecil dididik dan diasuh

oleh ayahnya, klien belum berkeluarga. Klien mengatakan tidak ada

keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan koping keluarga :

ketidakmampuan

47
2. Konsep Diri

a. Citra Tubuh

Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya dari ujung

kaki sampai ujung rambutnya, tidak ada anggota tubuh yang

istimewa dan yang tidak disukai.

b. Identitas diri

Klien mengakui dirinya sebagai seorang laki-laki. Klien mengatakan

puas menjadi seorang laki-laki. Klien merupakan anak pertama dari

lima bersaudara. Sebelum dibawa ke RS kegiatan klien dirumah

hanya menyendiri terkadang mengurus ternak ayam yang ada

dirumah nya kemudian berjualan telur ayam

c. Peran

Klien mengatakan peran klien dalam keluarga yaitu sebagai anak

laki-laki pertama dari 5 bersaudara. Klien mengatan dirumah hanya

hidup sendiri terkadang keluarga berkunjung 1x dalam seminggu

untuk mengantar makanan dan kebutuhan lainnya

d. Ideal diri

Klien sangat berharap ingin cepat keluar dari rumah sakit. Selain itu,

klien juga berharap bisa bekerja seperti biasanya. Karena dirumah

sakit klien merasa tidak pernah bisa berbuat apa-apa.

48
e. Harga diri

Klien mengatakan merasa bahwa dirinya diasingkan, klien

mengatakan malu akan dirinya sendiri, klien mengatakan hidupnya

tidak berarti, klien mengatakan diusianya yang sudah dewasa ini

masih belum memiliki istri.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan sosial

a. Orang terdekat

Klien mengatakan orang yang paling dekat dengannya adalah

ibunya, klien mengatakan ibu dan kakak nya sering berkunjung

kerumahnya dan mengajak bercerita.

b. Peran serta dalam kegiatan

kelompok/masyarakat

Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan dalam

kelompok/masyarakat. Klien lebih sering berada di luar karena

jualan telur ayam..

c. Hambatan dalam berhubungan

dengan orang lain

Klien mengatakan dirumah jarang komunikasi dengan keluarga dan

klien mengatakan merasa diasingkan dan hanya berkomunikasi saat

ada keperluan saja.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

49
D. SPIRITUAL

a. Nilai dan keyakinan

Klien mengatakan ia meyakini agama Islam sebagai agamanya. Klien

meyakini adanya Tuhan yaitu Allah SWT.

b. Kegiatan ibadah

Klien mengatakan sebagai umat Islam harus mematuhi dan

melaksanakan kewajiban dalam beribadah. Klien mengetahui bahwa

jika tidak melaksanakan ibadah, klien akan berdosa. Klien

mengatakan ada sholat 5 waktu.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada

E. STATUS MENTAL

1. Penampilan

Selama dirawat di rumah sakit penampilan klien tidak rapi, rambut

klien tampak beruban, telinga tampak kotor tidak bersih, klien

berpakaian tidak rapi dan terkadang celana terbalik,. Gigi terlihat kotor

dan bau mulut. Kulit klien ada terlihat bekas luka ditangan dan dikaki,

kuku klien terlihat sedikit panjang.

Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

2. Pembicaraan

50
Saat berinteraksi dengan klien, klien bicara cepat tetapi tidak jelas.

Klien cukup kooperatif dengan perawat. Pada saat petugas bertanya

klien mampu menjawab pertanyaan dari petugas tetapi terkadang

pembicaraan sering berpindah-pindah namun sampai pada tujuan

pembicaraan.

Masalah Keperawatan : Hambatan Komunikasi Verbal

3. Aktifitas Motorik

Selama klien dirawat dirumah sakit, sehari-hari klien banyak

menghabiskan waktu diruangan dengan mondar mandir, melamun,

bernyanyi nyanyi sendiri, terkadang lesu.

Masalah Keperawatan : Intoleransi Aktivitas

4. Alam perasaan

Klien sedih berada di RSJ ingin pulang , keluarga klien tidak

menjemput, dan klien tampak khawatir saat dibawa interaksi

Masalah Keperawatan : Keputusasaan

5. Afek

Saat berinteraksi dengan klien afeknya terkadang labil tampak sedih

dan resah, emosi cepat berubah-ubah. Terkadang pasien mudah tertawa

namun cepat juga untuk murung

Masalah Keperawatan : Hambatan Komunikasi Verbal

6. Interaksi Selama Wawancara

51
Selama interaksi, klien cukup kooperatif. Kontak mata kadang ada

kadang tidak. Klien mau menatap perawat, namun kadang mengalihkan

pandangan ke arah lain. Klien mau bercerita tentang masalahnya kepada

perawat jika di tanya, namun jika tidak ditanya klien lebih cenderung

untuk diam.

Masalah Keperawatan : Hambatan Komunikasi

7. Persepsi

Klien mengatakan ada mendengar suara-suara bisikan, bisikan itu

datangnya disaat siang dan malam hari, frekuensi muncul nya tidak

menentu biasanya halusinasi itu muncul 1-2 kali/hari. Apabila ada

seorang laki-laki yang memakai baju berwarna abu-abu klien merasa

ingin membakar bajunya tersebut, , gejala yang tampak pada klien

sering berbicara sendiri dan bernyanyi.

Masalah Keperawatan : Gangguan sensori persepsi : Halusinasin

Pendengaran

8. Proses/arus pikir

Saat pengkajian klien sedikit dapat merespon dengan baik apabila

diajak bicara.. Terkadang pembicaraannya tidak sampai pada tujuan

pembicaraan.

Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir

9. Isi pikir

52
Klien mengatakan merasa asing terhadap dirinya, orang atau

lingkungan. Klien tidak memiliki pemikiran yang magis, phobia,ide

yang terkait, pikiran magic ataupun waham.

Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir

10. Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran klien cenderung mengikuti kemauan sendiri (apatis)

klien terkadang tidak mengetahui apakah ini pagi, siang, atau malam.

Klien mengetahui kalau klien sedang berada di rumah sakit jiwa.

Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir

11. Memori

 Jangka panjang : Klien mampu mengingat kejadian jangka

panjang secara detail dan mampu menyebutkan nya.

 Jangka pendek : Klien mampu mengingat kejadian jangka

pendek dalam kurun waktu satu minggu terakhir dan mampu

menyebutkan nya

 Saat ini : Klien mampu mengingat kejadian yang terjadi saat ini

dan menyebutkan nya.yang dialami oleh klien jangka panjang

dan jangka pendek.

Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

53
Ada masalah dalam berkonsentrasi dan berhitung. Klien tidak mampu

berkonsentrasi dengan berhitung dan klien tidak dapat menghitung dari

1- 20.

Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir

13. Kemampuan Penilaian

Klien mampu mengambil keputusan yang sederhana contohnya seperti

diberi pilihan antara makan atau mandi terlebih dahulu klien mampu

mengambil keputusan dan memilihnya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

14. Daya tilik diri

Klien mengatakan tidak sakit hanya saja orang tidak percaya dengan

klien, dan tidak peduli terhadap klien.

Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir

E. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan

Klien mengatakan ia makan 3 x sehari yaitu pagi, siang dan malam.

Klien makan dengan nasi biasa dan ditambah lauk dan sayur. Klien

mengatakan tidak ada pantangan makanan. Klien mengatakan

makannya selalu habis, dari hasil observasi Klien makan

menggunakan tangan. Klien mencuci tangan sebelum dan sesudah

54
makan. Klien makan dengan rapi dan tidak berantakan. Klien tampak

menghabiskan makanannya.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

2. BAB/BAK

Klien mengatakan selalu membersihkan diri saat setelah BAB dan

BAK, mandi secara mandiri. Dari hasil observasi klien pergi dan

menggunakan WC sebagai tempat untuk BAB dan BAK. Pasien tampak

mampu dalam merapikan pakaian setalah BAB dan BAK. Klien tidak

ada keluhan dalam BAB dan BAK

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

3. Mandi

Saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan jarang mandi dan ketika

disuruh oleh petugas klien baru mau mandi, mandi pakai sabun dan

keramas tidak memakai sampo, gosok gigi ada ketika disuruh. Dari

observasi di RSJ klien tidak mencuci rambut pakai sampoo karena tidak

pernah meminta sampoo untuk mandi, kuku tampak panjang,

menggosok gigi jarang.

Masalah Keperawatan : Gangguan pemeliharaan kesehatan

4. Pakaian

55
Klien mengatakan selalu memakai baju dan celana dengan rapi, klien

mengatakan mengganti baju 1 kali sehari dari hasil observasi selama di

RSJ klien tampak tidak rapi saat memakai baju. Klien ganti pakaian 1

kali sehari. Klien mampu memilih dan mengenakan pakaian sendiri.

Klien jarang memakai alas kaki.

Masalah Keperawatan : Gangguan pemeliharaan kesehatan

5. Istirahat

Klien mengatakan selama di Rumah Sakit Jiwa klien lebih banyak tidur.

Kien tidur siang ± 3 jam dan malam ± 8 jam. Klien mengatakan

sebelum tidur tidak ada mencuci muka, gosok gigi. Dari observasi di

RSJ klien tampak istirahat dengan cukup.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

6. Penggunaan obat

Klien mengatakan selalu minum obat saat setelah makan, dari observasi

di RSJ klien selalu dipantau minum obatnya, saat makan diberikan obat

dan klien langsung minum obatnya dan klien langsung dilihatkan.

Masalah Keperawatan : Kepatuhan

7. Pemeliharaan Kesehatan

Klien mengatakan sudah 3 kali balik ke RSJ dan seandainya obat sudah

habis klien dibawa keluarga untuk kontrol ke puskesmas terdekat.

Masalah Keperawatan : Perilaku mencari bantuan kesehatan

8. Aktivitas di Dalam Rumah

56
Klien mengatakan saat didalam rumah klien tidak melakukan kegiatan

apapun, dan kurang komunikasi dengan keluarga.

Masalah Keperawatan : Perubahan masalah kesehatan

9. Aktivitas di Luar Rumah

Klien mengatakan diluar rumah klien menjual telur ayam.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

F. MEKANISME KOPING

Klien mengatakan kalau seandainya ada masalah klien langsung marah, klien

mengatakan seandainya keinginannya tidak terpenuhi klien lengsung

mengamuk, marah-marah kepada keluarga dan mengancam keluarga.

Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan Koping individual

G. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

1. Masalah dengan dukungan kelompok

Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok

dilingkungannya.

2. Masalah berhubungan dengan lingkungan

Klien mengatakan merasa tidak nyaman berada dilingkungannya

3. Masalah dengan pendidikan

Klien hanya tamat SMA dan tidak melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi.

57
4. Masalah dengan pekerjaan

Tidak ada masalah, klien usaha sendiri menjual telur ayam. Klien sehari-

hari bekerja sebagai penjual telur ayam untuk mencari nafkah.

5. Masalah dengan perumahan

Klien mengatakan tidak ada masalah dalam perumahan

6. Masalah dengan ekonomi

Klien mengatakan ekonominya cukup.

7. Masalah dengan pelayanan kesehatan

Klien mengatakan memanfaatkan pelayanan kesehatan melalui BPJS dan

HC terdekat

Masalah keperawatan : Isolasi sosial

H. PENGETAHUAN

Klien mengatakan bingung mengapa keluarganya membawanya kerumah sakit

jiwa. Klien mengatakan tidak tau apa penyakitnya. Mengapa klien dirawat dan

klien merasa tidak sakit. Klien tidak mengetahui tentang proses pengobatan

yang dia jalani sekarang ini.

Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan

I. ASPEK MEDIS

Diagnosa Medis : Skizofrenia paranoid

Therapi Medis : Risperidon 2x3 mg , Lorazepam 1x2 mg

58
J. ANALISA DATA

DATA MASALAH
DS :

- Klien mengatakan mendengar Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

suara-suara bisikan Pendengaran

- Klien mengatakan bisikan itu

datangnya pada siang dan malam

hari

- Klien mengatan suara-suara itu

muncul terkadang 1-2 kali/hari

DO :

- Klien tampak berbicara sendiri tapi

tidak jelas apa yang dibicarakan

- Klien tampak kontak mata kurang

- Klien tampak bingung

59
- Klien tampak mondar mandir

sendiri

DS:

- Kien mengatakan mandi 1 kli sehari Defisit Perawatan Diri

- Klien mengatakan mandi pakai

sabun dan tidak memakai sampoo

dan malas menggosok gigi

- Klien mengganti baju 1 kali sehari

DO:

- Penampilan klien tampak kurang

rapi

- Klien mandi dan sikat gigi ketika

diarahkan

- Klien tampak jarang meminta odol

dan meminta sampo

- Gigi klien tampak kotor

- Pakaian klien jarang diganti


DS :

- Klien mengatakan hidupnya tidak Harga Diri Rendah

berarti

- Klien mengatakan malu akan

dirinya

60
- Klien mengatakan di usianya yang

sudah dewasa ini masih belum

memiliki istri

DO :

- Nada bicara klien sedikit melemah

saat bercerita

- Klien tampak sedih saat bebicara

- Klien tampak jarang membantu

kegiatan diruangan

DS :

- Klien mengatakan tidak mau Isolasi Sosial

berinteraksi dengan orang lain

- Klien mengatakan malu untuk

berinteraksi

DO :

- Klien tampak menyendiri

- Klien tampak menarik diri

- Klien tampak jarang berinteraksi

dengan orang lain

DS :

- Klien mengatakan pernah Resiko Perilaku Kekerasan

61
melakukan perilaku kekerasan

terhadap orang lain

DO :

- Klien tampak mondar mandir

- Muka klien tampak memerah


DS :

- Keluarga mengatakan klien sering Ketidakefektifan Koping Individu

berbicara sendiri

- Klien mengatan tidak mampu lagi

melakukan pekerjaan yang dulu

pernah diemban

DO :

- Klien tampak murung

- Klien mengatan ingin segera pulang

dan cenderung mengikuti kemauan

sendiri
DS :

- Klien mengatakan bingung kenapa Kurang Pengetahuan

klien bisa dibawa ke RSJ

- Klien mengatakan tidak mengetahui

pengobatan yang sedang dijalani

DO :

- Klien sering mengatakan kapan

klien akan pulang

62
- Klien tampak bingung apabila

ditanya seputar pengobatan nya

DS :

- Klien mengatakan merasa putus asa Keputusasaan

terhadap hidup nya

- Klien mengatakan malu terhadap

diri sendiri karna klien sampai

sekarang belum ada pekerjaan

DO :

- Klien tampak murung

- Klien seing mengulang-ulang

perkataan terhadap

keputusasaannya

- Emosi klien mudah berubah-ubah


DS :

- Klien mengatakan sejak kecil Ketidakefektifan Koping Keluarga

diasuh oleh ibu nya

- Klien mengatakan jika ada masalah

dalam keluarga klien tidak

dilibatkan

DO :

- Klien tampak murung ketika

ditanya

63
- Klien merasa keluarga tidak peduli

dengan dirinya

- Pola komunikasi antara klien dan

keluarga tidak berjalan baik


DS :

- Klien mengatakan sulit memulai Hambatan Komunikasi Verbal

komunikasi ketika klien sedang

bengong.

DO :

- Klien berbicara keras dan cepat

- Kontak mata kadang ada kadang

tidak

- Pembicaraan mudah beralih ke

topik lainnya namun sampai pada

tujuan
DS :

- Klien mengatakan terkadang kepala Intoleransi Aktivitas

merasa pusing dan penglihatan

terasa kabur

DO :

- Klien tampak resah, mondar-mandir

- Klien tampak sering mencui muka

mencuci tangan dan berwudhu

- Jari tangan tremor

64
K. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Halusinasi pendengaran 7. Kurang pengetahuan

2. Resiko perilaku kekerasan 8. Keputusasaan

3. Defisit Perawatan Diri 9. Ketidakefektifan koping keluarga

4. Harga diri rendah 10. Hambatan komunikasi verbal

5. Isolasi sosial 11. Intoleransi aktivitas

6. Ketidakefektifan koping individual

L. POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran

Isolasi Sosial

Defisit Perawatan Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Hambatan

Ketidakefektifan koping individual komunikasi verbal

Keputusasaan Ketidak efektifan koping keluarga kurang pengetahuan

65
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan sensori persepsi :Halusinasi Pendengaran

2. Isolasi Sosial

3. Resiko Perilaku Kekerasan

4. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

66
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

DiagnosaKepe
No Tujuan KriteriaHasil Intervensi Rasional
rawatan
1. Gangguan Diharapkan klien Setelah pertemuan Sp 1 Pasien : (pertemuan 1) Dengan memberikan

Persepsi mampu : klien mampu : 5. Bina hubungan saling percaya pemahaman tentang halusinasi,

Sensori : 2. Mengenali 4. Menyebutkan isi, dengan klien klien mampu :

Halusinasi halusinasi waktu, frekuensi, d. Mengucapkan salam terapeutik - Hubungan saling

yang situasi, pencetus, berjaba tangan percaya dibina untuk

dialaminya dan perasaan ketika e. Menjelaskan tujuan interaksi memudahkan interaksi

( jenis, halusinasi muncul. f. Membuat kontrak : topik, antara klien dan

waktu, 5. Mengenal waktu dan tempat setiap kali perawat.

frekuensi, halusinasi yang pertemuan. - Dengan menghardik

situasi dialaminya 6. Bantu klien mengenal Halusinasi : halusinas imemberi

pencetus, 6. Menjelaskan dan f. Isi kesempatan klien

67
perasaan saat memperagakan cara g. Waktu terjadinya mengatasi masalah

halusinasi mengontrol h. Frekuensi dengan reaksi

dan mampu halusinasi. i. Situasi pencetus penolakan terhadap

menjelaskan j. Perasaan saat trejadi halusinasi sensori palsu

dan 7. Latih cara mengontrol halusinasi

memperagak Setelah pertemuan dengan menghardik : Terapi obat pada klien dengan

an cara klien mampu: gangguan jiwa adalah salah

mengontrol 2. Menyebutkan Jelaskan cara menghardik satu bagian penting dari

halusinasi kegiatan yang sudah d. halusinasi keberhasilan suatu tindakan

dilakukan e. Mempraktekkan cara nantinya

Menyebutkan menghardik

manfaatdari f. Minta klien mempraktekkan

program kembali

pengobatan 8. Anjurkan klien untuk masukkan

68
pada jadwal kegiatan untuk latihan

Setelah pertemuan menghardik Bercakap-cakap adalah

klien mampu : Sp 2 Pasien : (pertemuan 3) kegiatan yang menghindari

3. Menyebutkan 4. Evaluasi kegiatan menghardik. klien dari kesendirian

kegiatan yang sudah Beri pujian Dengan melakukan kegiatan

dilakukan 5. Latih cara mengontrol halusinasi harian terjadwal klien akan

4. Memperagakancara dengan obat (jelaskan 6 benar, punya kesibukan tidak ada

bercakap- jenis, guna, dosis,frekuensi, cara, waktu untuk merespon

cakapdengan orang kontinuitas minum obat) halusinasinya

lain 6. Anjurkan klien untuk masukkan

pada jadwal kegiatan untuk latihan

menghardik dan minum obat

Setelah pertemuan Sp 3 Pasien : (pertemuan 4) Memotivasi klien untuk

klien mampu: 4. Evaluasi kegiatan menghardik dan mempraktekkan lebih tinggi

69
3. Menyebutkan minum obat apa yang telah diajarkan.

kegiatan yang sudah 5. Latih cara mengontrol halusinasi

dilakukan dengan bercakap-cakap saat terjadi

4. Membuat kegiatan halusinasi

sehari-hari dan 6. Anjurkan klien untuk masukkan

mempraktekkannya pada jadwal kegiatan untuk latihan

menghardik, minum obat dan

bercakap-cakap

Setelah 3 kali Sp 4 Pasien : (pertemuan 6) Agar klien mampu memilih

berinteraksi klien 4. Evaluasi kegiatan menghardik, aspek positif yang ada pada

diharapkan: minum obat dan berca dirinya

1.Mampu menunjukkan 5. kap-cakap. Beri pujian

ekspresi wajah yang 6. Latih cara mengontrol halusinasi

70
bersahabat. dengan melakukan kegiatan harian

2.menunjukkan rasa b. Jelaskan pentingnya aktivitas

tenang. terjadwal

3.Adanya kontak mata untukmengatasihalusinasinya

4.Mau berjabat tangan

5.mau menyebutkan

nama Sp 1 Agar klien mampu melakukan

5.klien mau duduk 1.Mengidentifikasi kemampuan dan kegiatan yang telah dipilih

berdampingan. aspek positif yang dimiliki secara mandiri

6. klien mau 2.membantu pasien menilai

Membina mencerikan masalah kemampuan pasien yang dapat

hubungan saling yang dihadapi. digunakan.

percaya 3.Membantu pasien memilih kegiatan

yang akan dilatih sesuai dengan

71
kemampuan pasien.

4.Melatih pasien sesuai dengan

kemampuan yg dimiliki

5.Memberi pujian

6. memasukkan kejadwal kegiatan

SP 2 Agar klien mampu melakukan

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan kegiatan yang telah dipilih

harian secara mandiri

2.Melatih kemampuan kedua yang

dimiliki

3.memasukkan kedalam jadwal

kegiatan harian.

72
SP 3

Setelah 1x20 menit 1.Mengevaluasi Sp 1 dan sp 2

pertemuan klien 2.Melatih kemampuan ketiga yang

mampu : dimiliki klien

5. Melakukan 3.memasukkan kedalam jadwal

kebersihan diri kegiatan.

secara mandiri SP 4

6. Melakukan berhias 1.mengevaluasi sp1,2,3.

atau berdandan Melatih kemampuan 4 yang dimiliki

secara baik 2.memasukkan kedalam jadwal

2 Harga diri 7. Melakukan makan kegiatan harian. Agar klien mampu memahami

rendah dengan baik tentang kebersihan diri dan

8. Melakukan BAB mampu menerapkan

73
dan BAK kebersihan diri secara mandiri

denganbenar

Setelah 1x20

menitpertemuanklienm

ampu :

3. Menjelaskan

pentingnya

berdandan atau Sp 1 Pasien : (tanggalpertemuan )

berhias 5. Jelaskan pentingnya kebersihan

4. Melakukan cara diri

Klien mampu : merawat diri 6. Jelaskan cara menjaga kebersihan

3. Menjelaskan dengan berhias atau diri Agar klien mampu terlihat rapi

74
pentingnya berdandan 7. Bantu klien mempraktekkan cara dan mandiri dalam berdandan

kebersihan menjaga kebersihan diri atau berhias

diri Setelah 1x20 menit 8. Masukkan dalam jadwal kegiatan

4. Melakukan pertemuan klien harian

cara mampu:

merawat diri 3. Menjelaskan

dengan pentingnya makan

kebersihan dengan baik

diri 4. Melakukan cara

merawat diri

dengan makan yang

baik Sp 2 Pasien : (tanggal pertemuan ) Agar klien mandiri dalam

4. Evaluasi kegiatan yang lalu (sp 1) makan dan meningkatkan

5. Jelaskan cara berdandan atau pemeliharaan kesehatan klien

75
berhias dengan pola dan cara makan

6. Bantu klien cara berdandan atau yang baik

berhias dengan tindakan :

berpakaian rapi, menyisir rambut,

bercukur

Setelah 1x20 menit

pertemuan klien

mampu:

3. Menjelaskan

pentingnya BAB Sp 3 Pasien : (tanggalpertemuan )

dan BAK secara 4. Evaluasikegiatan yang lalu ( sp 1

mandiri dan 2)

4. Melakukan BAB 5. Jelaskancaramakan yang baik

dan BAK secara 6. Bantu klien memperagakan cara Dengan BAB dan BAK secara

76
mandiri makan yang baik dengan tindakan: baik dan mandiri

- Jelaskan cara menyiapkan meningkatkan keberhasilan

makan dan perawatan diri klien

- Jelaskan cara makan yang

tertib

- Menjelaskan cara merapikan

peralatan makan setelah makan

- Praktek makan sesuai tahapan

makan yang baik

- Masukkan dalam jadwal

kegiatan harian klien

Sp 4 Pasien : (tanggal pertemuan )

4. Evaluasi kegiatan yang lalu ( sp1,

77
sp2, sp3, sp4 )

5. Jelaskan cara mempraktekkan

BAB dan BAK secara mandiri

6. Bantu klien mempraktekkan cara

BAB dan BAK secara mandiri

dengan tindakan :

- Jelaskan tempat BAB dan

3.. Defisit BAK yang sesuai

perawatan diri - Jelaskan cara membersihkan

diri dan tempat setelah BAB

dan BAK

Masukkan dalam jadwal harian

78
CATATAN PERKEMBANGAN

N DIAGNOSA
IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
O KEPERAWATAN
1. Gangguan Persepsi Hari/Tanggal : Kamis, 20 Juni 2019

Sensori : Halusinasi Pukul : 10.00 WIB S:

1. Membina hubungan saling percaya  Klien mengatakan nama “D”

dengan klien  Klien mengatakan Usianya 39

79
2. Memperkenalkan diri pada klien tahun

3. Menanyakan nama lengkap klien nama  Klien mengatakan rumahnya di

panggilan yang disukai Pasaman Barat

4. Menanyakan rumah klien  Klien mengatakan masih

5. Meminta klien untuk menatap / mendengar suara-suara seperti

berhadapan saat diajak berkomunikasi suara seseorang yang mengajak

6. Memberikan kontrak waktu untuk berbicara dan ketawa sendiri

berkomunikasi  Klien mengatakan sering

7. Mengobservasi tingkah laku yang membakar baju sendiri dirumah

berhubungan dengan halusinasi  Klien mengatakan senang setelah

8. Mengidentifikasi halusinasi yang dialami belajar cara menghardik

klien : isi, frekuensi, waktu, respon

9. Melatih klien mengontrol halusinasi

dengan cara menghardik

80
10. Memasukkan ke dalam jadwal harian O:

kegiatan klien  Klien bernama “D”

 Komunikasi koheren dan masih

dikasih stimulus

 Kontak mata kurang

 Klien tampak sering berbicara

sendiri

 Klien belum bisa melakukan cara

menghardik

 Klien tampak bingung

A:

SP 1 Halusinasi cara menghardik

belum mandiri

P :latih kegiatan menghardik dan awasi

81
kegiatan yang dilakukan klien 2x sehari

Pada Tanggal 20 Juni 2019 di Wisma

Dahlia.

2. Harga diri rendah 1. Mengidentifikasi aspek positif yang ada S:

dalam diri klien. -Klien mengatakan hidupnya tidak berarti

2. membantu klien memilih salah satu -Klien mengatakan malu akan dirinya

kemampuan yang dapat dilakukan.(menyapu, -Klien mengatakan di usia nya yang

mencuci gelas, membersihkan tempat tidur) sudah dewasa ini masih belum memiliki

3.Melatih kemampuan yang dipilih istri

(Menyapu) O:

4.memasukkan kedalam jadwal kegaiatan -nada bicara klien sedikit melemah ketika

harian. bercerita.

-klien tampak sedih saat bercerita

82
-kontak mata kurang.

-klien tampak jarang membantu kegiatan

diruangan.

-klien tampak bisa melakukan kegiatan

menyapu

A: SP 1 HDR melatih kemampuan positif

yang ada dalam diri pasien.

P: latih kegiatan melakukan kemampuan

positif awasi kegiatan yang dilakukan

klien 2x sehari Pada Tanggal 20 Juni

2019 di wisma Dahlia

83
3. Defisit Perawatan 1. Menjelaskan pentingnya menjaga

Diri kebersihan diri S:

2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan  Klien mengatakan mandi 1 kali

diri sehari

3. Melatih klien cara menjaga kebersihan  Klien mengatakan baju diganti 1

diri : mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, kali sehari

cuci rambut, potong kuku  Klien mengatakan belum gosok

4. Menganjurkan klien memasukkan cara gigi dan malas memakai shampo

menjaga kebersihan diri ke dalam jadwal O:

kegiatan harian  Penampilan klien tampak kurang

rapi

 Klien mandi, sikat gigi jika

diarahkan

 Gigi tampak kotor

84
 Pakaian klien jarang diganti

A:

SP 1 DPD cara menjaga kebersihan

diri belum mandiri

P :Optimalkan SP 1 (Mempraktekkan

cara menjaga kebersihan diri) Pada

Tanggal 20 juni 2019 di Wisma Dahlia

1. Gangguan Persepsi Hari/Tanggal : Jumat , 21 Juni 2019

Sensori : Halusinasi Pukul : 10.00 WIB S:

 Klien mengatakan masih

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian mendengar suara-suara seperti

klien (SP 1) suara seseorang yang mengajak

2. Mengontrol halusinasi klien dengan cara berbicara

85
menghardik  Klien mengatakan saat mendengar

3. Membantu klien masukkan kejadwal suara, klien telah melakukan cara

kegiatan harian klien menghardik

O:

 Klien tampak berbicara sendiri

 Klien tampak melihat kesuatu arah

tertentu

 Kontak mata klien kadang ada dan

kadang tidak ada

 Klien masih tampak bingung

A:

SP 1 halusinasi cara menghardik

sudah mandiri

P:

86
Lanjut SP 2 halusinasi (minum obat

yang benar)

2. Harga Diri Rendah 1. Mengidentifikasi aspek positif yang ada Tempat : Ruang Rawat Inap Dahlia

dalam diri klien. S:

2. membantu klien memilih kemampuan yang -Klien mengatakan hidupnya tidak berarti

keduauntuk dilatih .(menyapu, mencuci -Klien mengatakan malu akan dirinya

gelas, membersihkan tempat tidur) -Klien mengatakan di usia nya yang

3.Melatih kemampuan yang dipilih sudah dewasa ini masih belum bisa

4.memasukkan kedalam jadwal kegaiatan mebahagiakan ibunya.

harian. O:

-klien tampak menundukkan kepala saat

berbicara.

-kien tampak sedih dan murung

-kontak mata kurang

87
-klien jarang berkomunikasi dengan

pasien lainnya.

-klien tampak jarang membantu kegiatan

diruangan.

A: SP 1 DPD melatih kemampuan positif

yang ada dalam diri pasien.

P: latih kegiatan melakukan kemampuan

positif awasi kegiatan yang dilakukan

klien 2x sehari

Tanggal 21 juni 2019 di wisma Dahlia

3 Defisit Perawatan 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian

Diri klien (SP 1) S:

2. Melatih klien cara menjaga kebersihan  Klien mengatakan sudah mau

diri : mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, mandi jika diarahkan

88
cuci rambut, potong kuku  Klien mengatakan sudah

3. Menganjurkan klien memasukkan cara mengganti pakaiannya

menjaga kebersihan diri ke dalam jadwal  Klien mengatakan sudah sikat gigi

kegiatan harian  Klien mengatakan sudah potong

kuku

O:

 Klien sudah mulai tampak rapi

 Klien tampak sudah mengganti

baju setelah mandi

 Kuku klien tampak sudah

dipotong

A:

Klien mampu melaksanakan SP 1

DPD cara menjaga kebersihan diri

89
sudah mandiri

P:

Lanjut SP 2 DPD (Cara berdandan/

berhias)

1. Gangguan Persepsi Hari/Tanggal : Sabtu , 22 Juni 2019 Tanggal 21 juni 2019 di wisma Dahlia

Sensori : Halusinasi Pukul : 10.00 WIB

S:

4. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian  Klien mengatakan masih

klien (SP 1) mendengar suara-suara seperti

5. Mengontrol halusinasi klien dengan cara suara seseorang yang mengajak

menghardik berbicara

6. Membantu klien masukkan kejadwal  Klien mengatakan saat mendengar

kegiatan harian klien suara, dan klien jga minum obat 6

benar setelah makan.

90
O:

 Klien tampak berbicara sendiri

 Kontak mata klien kadang ada dan

kadang tidak ada

 Berbicara suka ngaur

A:

SP 2 halusinasi cara 6 benar minum

obat belum mandiri

P:

Latih cara minum obat 6 benar serta

manfaat dan kerugian minum obat

Tempat : Ruang Rawat Inap Dahlia

Waktu : Sabtu , 22 juni 2019

Pukul : 10.20 WIB

91
2. Harga Diri Rendah 1. Mengidentifikasi aspek positif yang ada

dalam diri klien.

2. membantu klien memilih kemampuan yang S:

keduauntuk dilatih .(menyapu, mencuci -Klien mengatakan hidupnya tidak berarti

gelas, membersihkan tempat tidur) -Klien mengatakan malu akan dirinya

3.Melatih kemampuan yang dipilih -Klien mengatakan di usia nya yang

4.memasukkan kedalam jadwal kegaiatan sudah dewasa ini masih belum menikah

harian. O:

-kien tampak sedih dan murung

-kontak mata kurang

-klien jarang berkomunikasi dengan

pasien lainnya.

-klien tampak jarang membantu kegiatan

diruangan.

92
A: SP 1 DPD melatih kemampuan positif

yang ada dalam diri pasien.

P: latih kegiatan melakukan kemampuan

positif awasi kegiatan yang dilakukan

klien 2x sehari

3. Defisit Perawatan 4. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Tanggal 22 juni 2019 di wisma Dahlia

Diri klien (SP 1)

5. Melatih klien cara menjaga kebersihan S:

diri : mandi dan ganti pakaian, sikat gigi,  Klien mengatakan sudah mau

cuci rambut, potong kuku mandi

6. Menganjurkan klien memasukkan cara  Klien mengatakan sudah

menjaga kebersihan diri ke dalam jadwal mengganti pakaiannya

kegiatan harian  Klien sudah bisa menyisir

rambutnya

93
O:

 Klien sudah mulai tampak rapi

 Klien tampak sudah mulai berhias

diri

A:

Klien mampu melaksanakan SP 2

DPD cara berdanda / berhias

P:

Lanjut SP 3 DPD (melatih cara makan

dan minu )

Tanggal 22 juni 2019 di wisma Dahlia

94
95
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Pada BAB ini kelompok akan membahas tentang perbandingan atau

kesenjangan antara teori dengan kasus asuhan keperawatan yang dilakukan

pada Tn. D dengan Halusinasi di Wisma Dahlia RSJ Prof. HB. Sa’anin

Padang. Dimulai pada tanggal 20 juni -22 Juni 2019. Pembahasan yang akan

kelompok deskripsikan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi, dan evaluasi.

1. Pengkajian

Hasil anamnesa yang telah dilakukan kelompok didapatkan alasan

klien masuk rumah sakit adalah dengan keluhan gelisah ± 1 minggu, dengan

gejala marah-marah tanpa sebab, membakar pakaian, berbicara dan ketawa

sendiri, curiga-curiga kepada keluarga, keluar rumah tanpa tujuan, pulang

sendiri, tidur malam kurang, klien terkadang melihat bayangan. Keluarga

sudah mencoba membawa klien ke puskesmas terdekat, dan klien pun dibawa

oleh keluarga ke RS Jiwa Prof. HB Sa’anin.

Upaya penanganan yang telah dilakukan keluarga adalah membawa

klien berobat ke RSUD dan klien sudah diinjeksi dan mulai aman setelah itu

hasilnya sehingga keluarga memutuskan untuk membawa klien kembali ke

RSJ. Prof. HB. Sa’anin Padang.

96
Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Ari, 2014), pengkajian merupakan

tahap awal dan dasar utama dalam suatu proses keperawatan. Dimana tahap

pengkajian ini diawali dengan pengumpulan data berupa subjektif, objektif,

baik dari klien langsung, petugas, status, maupun keluarga. Data yang

dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.

Pengelompokkan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa

faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber

koping, dan kemampuan koping yang telah dimiliki klien. Yang kedua

perumusan kebutuhan atau masalah klien sesuai dengan data yang didapatkan

dari hasil anamnesa atau pengumpulan data. Pengkajian yang dilakukan oleh

kelompok pada Tn. D dengan diagnosa medis skizofrenia paranoid dan

diagnosa keperawatan halusinasi.

Menurut Keliat & Akemet Halusinasi adalah salah satu gejala

gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubaha sensori persepsi

yang meliputi penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien

merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat & Akemet, 2014).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami

perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,

pengecapan, perabaan atau penghiduan.Klien merasakan stimulus yang

sebetulnya tidak ada(WHO, 2006).

Pengkajian kelompok mendapatkan data klien mengatakan masih

merasakan marah dank Klien mengatakan jika seseorang memakai baju

97
berwarna abu-abu klien rasa inginmembakar baju itu, Klien tampak marah dan

tatapan tajam.

Menurut Prabowo (2014) penyebab marah tersebut dapat terlihat dari

fisik, psikis atau ancaman. Juga dapat terlihat dari ketidak berdayaan dan

keputusasaan pasien, kehilangan orang yang berarti, merasa tak dihargai,

penghinaan, serta terancam, hal ini dapat memicu perilaku yang tidak

diinginkan dari orang yang emosi nya tidak stabil seperti klien.

Menurut analisa kelompok terhadap masalah dari hasil pengkajian

diatas adalah masalah asuhan keperawatan dengan halusinasi pada Tn.D ini

sesuai dengan teori yang ada, karena dilihat dari pohon masalah pada

halusinasi dapat mengakibatkan klien mengalami kehilangan kontrol pada

dirinya sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Hal ini bisa terjadi karena Klien mengatakan merasa dirinya tidak berguna

untuk keluarga,tidak diharapkan, merasa dirinya diasingkan, sehingga klien

jarang berkomunikasi dengan orang lain. Masalah yang menyebabkan halusinasi

itu adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan

perubahan sensori persepsi: halusinasi merasakan sensasi palsu berupa suara,

penglihatan, penciuman, perabaan atau penghidungan.

Berdasarkan masalah tersebut maka disusun pohon masalah yaitu

sebagai penyebab Resiko perilaku kekerasn, Halusinasi sebagai core problem,

dan resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan.

98
2. Diagnosa Keperawatan

Kelompok telah meprioritaskan dan mengangkat diagnosa

keperawatan halusinasi sebagai prioritas masalah utama yang didukung

dengan data subjektif yaitu Klien mengatakan mendengar suara-suara

bisikan, bisikan seorang laki-laki yang apabila melihat orang yang

memakai baju berwarna abu-abu klien merasa ingin membakar baju

tersebut, frekuensi muncul nya tidak menentu biasanya halusinasi itu

muncul 1-2 kali/hari, gejala yang tampak pada klien sering berbicara

sendiri dan bernyanyi.

Analisa kelompok menunjukkan bahwa diagnosa halusinasi dapat

diangkat menjadi diagnosa utama jika ditemui gejala dengan gejala marah-

marah tanpa sebab, membakar pakaian, berbicara dan ketawa sendiri,

curiga-curiga kepada keluarga, keluar rumah tanpa tujuan, pulang sendiri,

tidur malam kurang, klien terkadang mendengar suara-suara.

3. Rencana Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana

keperawatan yang ditetapkan dari tiga diagnosa yang diangkat

dilaksanakan tiga diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa yang kelompok

laksanakan adalah halusinasi, resiko perilaku kekerasan dan deficit

perawatan diri yang perencanaan tindakannya dilaksanakan mulai dari

tanggal tanggal 20 juni -22 Juni 2019. Adapun tindakan keperawatan yang

dilaksanakan melalui SP  dengan

99
SP I, (Identifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi,situasi,

pencetus, perasaan dan respons, Latih cara mengontrol halusinasi dengan

cara menghardik dalam jadwal kegiatan harian), SP II (Evaluasi jadwal

kegiatan harian cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, latih cara

mengontrol halusinasi dengan minum obat, masukkan dalam jadwal

kegitan harian pasien), SP III (Evaluasi jadwal kegiatan harian cara

mengontrol halusinasi dengan minum obat, latih cara mengontrol

halusinasi dengan cara bercakap-cakap, masukkan dalam jadwal kegitan

harian pasien SP IV (Evaluasi jadwal kegiatan harian cara mengontrol

halusinasi dengan cara bercakap-cakap, latih cara mengontrol halusinasi

dengan kegiatan terjadwal, masukkan dalam jadwal kegitan harian pasien).

Untuk SP I DPD (menjaga kebersihan diri), SP II DPD (berhias

atau berdandan), SPIII DPD (makan dan minum yang benar), SPIV DPD

(Toileting /BAB dan BAK). Untuk SP I HDR (Mengidentifikasi aspek

positif yang ada dalam diri klien ) SP II (membantu klien memilih salah satu

kemampuan yang dapat dilakukan.(menyapu, mencuci gelas,

membersihkan tempat tidur) SP III (Melatih kemampuan yang dipilih

(Menyapu)) SP IV (memasukkan kedalam jadwal kegaiatan harian.)

Perawat juga rencanakan melakukan kontak sering dan singkat

secara bertahap dengan klien dengan alasan bahwa keberadaan perawat

menunjukkan perhatian dan kepedulian perawat terhadap klien. Perawat

juga harus mengobservasi klien dari tanda-tanda halusinasi sehingga dapat

mencegah respon agresif yang yang disebabkan oleh halusinasinya.

100
Perawat juga menunjukkan sikap menerima akan mendorong klien untuk

menceritakan masalah yang dirasakan agar dapat mencegah kemungkinan

terjadinya penglihatan yang aneh-aneh terhadap klien karena halusinasi

tersebut.

3. Implementasi

Dalam implementasi pada kasus ini kelompok sudah membuat

perencanaan yang sudah tertulis sebelum melakukan tindakan. Sebelum

melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu

memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan

dibutuhkan pasien saat ini atau tidak. Perawat juga menilai sendiri, apakah

mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan tehnikal yang

diperlukan untuk melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali

apakah tindakan aman bagi pasien. Setelah tidak ada hambatan maka

tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan melaksanakan

tindakan keperawatan, perawat membuat kontrak (inform consent) dengan

pasien yang isinya menjelaskan apa yang akan dilaksanakan peran serta

yang diharapkan dari pasien, dokumentasikan semua tindakan yang telah

dilaksanakan beserta respon pasien (Direja, 2011).

Tindakan yang telah perawat lakukan pada klien adalah membina

hubungan saling percaya, mengdentifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu

terjadi,situasi, pencetus, perasaan dan respons, Latih cara mengontrol

halusinasi dengan cara menghardik dalam jadwal kegiatan harian.

Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan

101
halusinasi yaitu : membina hubungan saling percaya dengan menggunakan

prinsip terapeutik. Membina hubungan saling percaya merupakan dasar

dari terjadinya komunikasi terapeutik sehingga akan memfasilitasi dalam

pengungkapan perasaan, emosi, dan harapan klien ; Membantu klien

mencegah terjadinya halusinasi yang membuat dia berhalusinasi. Dengan

mengidentifikasi halusinasiisi, frekuensi, waktu terjadi, situasi, pencetus,

perasaan dan respon dapat memudahkan penulis memilih cara penanganan

agar sesuai dengan masalah yang dialami klien ; mengajarkan klien cara

mengontrol halusinasi. Kekuatan dari implementasi yang dilakukan adalah

kemauan klien yang besar untuk menghilangkan halusinasi yang

dialaminya, umur klien masih tergolong muda sehingga memudahkan

kelompok untuk memilih cara berkomunikasi yang tepat. Kelemahannya

adalah klien lebih senang menyendiri, melamun dan jalan mondar mandir,

cenderung mengikuti kemauan sendiri memicu munculnya halusinasi.

Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan dalam satu kali interaksi

dalam satu hari pertemuan. Pada interaksi tersebut kelompok melakukan

tindakan keperawatan untuk mengatasi tujuan khusus pertama, kedua dan

ketiga, sesuai dengan strategi pelaksanaan yang kelompok buat yaitu pada

tujuan khusus yang pertama pasien dapat membina hubungan saling

percaya, pasien dapat menyebutkan isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi,

pencetus, perasaan dan pada tujuan khusus yang ketiga pasien dapat

mengontrol halusinasinya nya. Hal ini dilakukan karena hubungan saling

percaya sebagai dasar interaksi yang terapeutik anatara perawat dengan

102
pasien, dan halusinasi harus dikenal lebih dahulu oleh perawat agar

intervensi efektif (Rasmun, 2001). Tindakan yang terlaksana adalah

membina hubungan saling percaya, menanyakan apakah pasien masih suka

melihat yang aneh-aneh atau bisikan-bisikan suara tanpa sebab,

mengatakan bahwa perawat akan membantu pasien mengontrol

halusinasinya, mengobservasi tingkah laku pasien terkait dengan

halusinasi, mendiskusikan dengan pasien situasi saat timbulnya halusinasi,

mendiskusikan cara baru untuk mengatasi halusinasi, membantu pasien

memilih dan melatih cara mengontrol halusinasi yang pertama yaitu

dengan cara menghardik, memberikan kesempatan pasien untuk

mempraktekkan cara yang telah diajarkan, memberikan pujian jika

berhasil, menganjurkan pasien untuk memasukkan kedalam jadwal

kegiatan harian.

Tindakan keperawatan mengacu pada strategi pelaksanaan yang

telah ditetapkan mulai dari Sp 1, Sp 2, Sp 3, Sp 4 sudah terlaksana namun

kelompok masih mengalami hambatan dan terkadang kondisi pasien

kurang kooperatif.

Pada Tn.D, implementasi yang diberikan telah sesuai dengan

perencanaan. berupa cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,

minum obat, bercakap-cakap dan meskipun kadang-kadang klien kurang

kooperatif saat diajak interaksi. Ini merupakan salah satu masalah yang

menghambat tercapainya tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan waktu

yang direncanakan.

103
Implementasi hari pertama dilakukan tanggal 20 Juni 2019, jam :

10.20 wib di ruangan Dahlia klien cara mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik halusinasi, jam 11.00 melatih cara mengontrol resiko perilaku

kekerasan dengan latihan fisik : Tarik nafas dalam dan memukul

bantal/kasur, dan jam 11.20 melatih menjaga kebersihan diri belum

mandiri, dilanjutkan latihan 2x dalam hari tersebut lalu lanjut SP II. hari

kedua tanggal 21-6-19, jam 11.00 wib yaitu masih cara untuk mengontrol

halusinasi dengan minum obat, klien sudah mampu untuk melakukannya,

jam 12.00 klien dilatih untuk mengontrol resiko perilaku kekerasan dengan

minum obat, klien di bantu perawat, dan jam 16.00 melatih menjaga

kebersihan diri sudah mandiri, hari ketiga tanggal 22-6-19 jam 10.20 wib,

mengontrol halusinasi klien dengan cara bercakap-cakapsaat terjadi

halusinasi, klien sudah mampu melakukannya walau agak ragu-ragu

mempraktekkannya. Jam 10.40 melatih cara berdandan belum mandiri,

Implementasi di atas menunjukkan dari 3 diagnosa yang diangkat

yaitu halusinasi, DPD dan HDR dari sp I –IV, semua SP dapat di terapkan

kepada klien dan klien sudah mampu menerapkan dan melakukannya

secara mandiri, disini implementasi yang dilakukan selanjutnya yaitu

mengevaluasi dan mengoptimalkan kembali sp I –IV halusinasi, dan DPD.

4. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan proses yang berkelanjutan untuk

menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien, evaluasi dilakukan

secara terus menerus pada respon pasien terhadap tindakan keperawatan

104
yang telah dilaksanakan (Nurjannah, 2005). Evaluasi dapat dilakukan

dengan menggunakan pendekatan SOAP diantaranya sebagai berikut :

subyektif: respon subyektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang

telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan: “bagaimana

perasaan bapak setelah latihan menghardik ?”. Obyektif: Respon obyektif

pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat

diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada saat tindakan

dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau

memberi umpan balik sesuai dengan hasil observasi. Assessment: Analisis

ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah

masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang

kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil

dengan tujuan. Planning:perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil

analisis pada respon pasienyang terdiri dari tindak lanjut pasien dan tindak

lanjut oleh perawat(Direja,2011).

Berdasarkan evaluasi data subyektif dan data obyektif yang

diperoleh, dilakukan perencanaan selanjutnya untuk Tn.D antara lain

untuk diagnosa halusinasi yaitu mengevaluasi dan mengoptimalkan cara

mengontrol halusinasi dengan cara latihan menghardik, cara minum obat,

bercakap-cakap dan memasukkan semua itu ke dalam jadwal kegiatan

harian. diagnosa DPD mengevaluasi dan mengoptimalkan cara menjaga

kebersihan diri, cara berdandan, cara makan dan minum yang baik serta

cara toiletting yang baik. Dalam evaluasi dapat melaksanakan semua

105
strategi pelaksanaan sesuai dengan rencana dikarenakan terbatasnya

waktu, tetapi hambatan ini telah dikoordinasikan dengan perawat

ruangan melalui suatu bentuk pendelegasian yang bertujuan untuk

melanjutkan tindakan keperawatan Sp IV. Begitupun dengan HDR

mengevaluasi dan mengoptimalkan latihan yang telah diajarkan untuk

dapat tetap mengontrol terjadinya HDR.

Evaluasi di atas menunjukkan dari 3 diagnosa yang diangkat

yaitu halusinasi dengan strategi pelaksanaan SP I-IV, dari SP I halusinasi

Tn.D mampu melakukan cara menghardik dengan mandiri dan mampu

memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian. SP 2 klien mampu patuh

minum obat, mampu mandiri dan memasukkan dalam jadwal kegiatan

harian. SP 3 mampu bercakap-cakap dengan teman secara mandiri. SP 4

melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Semua SP dapat tercapai

dengan maksimal tiga kali interaksi. Sedangkan untuk DPD dari sp I –

IV, semua SP dapat di terapkan kepada klien dan klien sudah mampu

menerapkan dan melakukannya secara mandiri dan memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian, disini yang dilakukan selanjutnya yaitu

mengevaluasi dan mengoptimalkan kembali sp I –IV halusinasi dan

DPD, klien juga mampu mandiri. Jadi evaluasi menunjukkan bahwa

klien mampu mandiri melakukan SP.

106
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan pelaksanaan asuhan

keperawatan terhadap pasien, maka dapat diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pengkajian

Hasil pengkajian didapatkan klien mengatakan sejak merasa berkelahi

dengan iblis dan dapat berkomunikasi dengan iblis (makhluk halus) susah

tidur.

2. Diagnosa

Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran.

3. Intervensi

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan

halusinasi , pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai

sistem pendukung yang mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya.

Disamping itu perawat / petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran

keluarga dalam memberikan data yang \diperlukan dan membina

kerjasama dalam memberi perawatan pada pasien. Dalam hal ini penulis

dapat menyimpulkan bahwa peran serta keluarga merupakan faktor

penting dalam proses penyembuhan klien.

107
4. Implementasi dan Evaluasi

Tindakan yang terlaksana adalah membina hubungan saling

percaya, mengatakan bahwa perawat akan membantu pasien mengontrol

halusinasinya, mengobservasi tingkah laku pasien terkait dengan

halusinasi, membantu mengenal halausinasi, mendiskusikan dengan

pasien cara mencegah terjadinya halusinasi, membantu pasien cara

mengontrol halusinasi yang pertama yaitu dengan cara menghardik,

memberikan kesempatan pasien untuk mempraktekkan cara yang telah

diajarkan, memberikan pujian jika berhasil, menganjurkan pasien untuk

memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

B. Saran-saran

1. Bagi Penulis

a. Penulis diharapkan dapat lebih menerapkan asuhan keperawatan pada

pasien jiwa dengan halusinasi

b. Penulis diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dalam

memberikan asuhan keperawatan jiwa

2. Bagi Profesi

Diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi untuk menambah

pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi instansi terkait khususnya dalam

meningkatkan pelayanan keperawatan pada klien dengan halusinasi

3. Bagi Instansi Pendidikan

108
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan,

khususnya pada klien dengan halusinasi.

4. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan lebih meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa,

khususnya pada kasus dengan halusinasi.

109
DAFTAR PUSTAKA

Ngadiran, A. (2010). Studi Fenomenologi Pengalaman Keluarga Tentang Beban dan Sumber

Dukungan Keluarga dalam Merawat Pasien Halusinasi. Program Magister

Keperawatan Jiwa: FIK UI.

Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Keperawatan dan Pelayanan Medik. Departement

Kesehatan. 2007.

Kusumawati dan Yudi Hartono. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba

Medika

Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri

Yosep, Igus. 2007. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: Refika Adiutama

Stuart, G.w & Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Ed. 3. Jakarta:

EGC

Keliat, B.A, dkk. 2014. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Purba, Amir, dkk,2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Pustaka Bangsa Press, Medan

DEPKES RI. (2010). Kesehatan jiwa sebagai prioritas global.

http://www.depkes.go.id/index.php/component/content/article/37- infokesehatan/52-

kesehatan-jiwa-sebagai-prioritasglobal. Diunduh pada tanggal 16 Juli 2013.

110

Anda mungkin juga menyukai