Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ILMU DASAR KEPERAWATAN II

“TBC PARU”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

ALDO ANDRIAN PRATAMA MITA AFVIA

IBNU HIDAYAT PUTRI DIANA

ZUL HUDA RIRIN RAZAKAH GANI

ANISA AULIA SYIFA SUKMA FADILA

FARHANA ELVI YASMIN ZAHRA

DOSEN PEMBIMBING

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang ““TBC PARU” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi
anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas ilmu
dasar keperawatan dengan judul ““TBC PARU”. Disamping itu, kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kamu selama pembuatan makalan ini
berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.

Padang, 14 April 2020 

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………..………………………………..…….….i

Daftar isi ………………………………………..…………………………………………….….ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………..………………………………1

A. Latar Belakang ……………………………………………………..…………….…….…1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………...1

C. Tujuan Makalah …………………………….………………….…………...………….....2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………...3

A. Pengertian TBC Paru …………………………….………..…………….……………..…3

B. Etiologi TBC Paru …………………………….………..…………….………………...…3

C. Patofisiologi TBC Paru …………………………….………..…………….……………...5

D. Pathway TBC Paru …………………………….………..…………….………………..…7

E. Cara Penularan TBC Paru …………………………….………..…………….…………...8

F. Manifestasi klinis TBC Paru …………………………….………..…………….………...9

G. Diagnosis TBC Paru …………………………….………..…………….……………….11

H. Klasifikasi TBC Paru …………………………….………..…………….………………13

I. Cara Pencegahan TBC Paru …………………………….………..…………….………..16

J. Pemeriksaan Penunjang TBC Paru ……………………………………………………...17

K. Pengobatan TBC Paru …………………………….………..…………….……………...18

BAB III PENUTUP ………………………………….…………………………………………20

A. Kesimpulan …………………………….………..…………….……………..………….20

B. Saran …………………………….………..…………….…………………………….…20

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit
(morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah
penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.

Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycrobacterium Tuberculosis.Sebagian bersar kuman tuberculosis menyerang
paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).

Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit
muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali
satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita harus waspada sejak dini &
mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian tbc paru?

2. Apa etiologi tbc paru?

3. Apa patofisiologi tbc paru?

4. Apa pathway tbc paru?

1
5. Apa cara penularan tbc paru?

6. Apa manifestasi klinis tbc paru?

7. Apa diagnosis tbc paru?

8. Apa klasifikasi tbc paru?

9. Apa cara pencegahan tbc paru?

10. Bagaimana pemeriksaan penunjang tbc paru?

11. Apa pengobatan tbc paru?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian tbc paru.

2. Untuk mengetahui etiologi tbc paru.

3. Untuk mengetahui patofisiologi tbc paru.

4. Untuk mengetahui pathway tbc paru.

5. Untuk mengetahui cara penularan tbc paru.

6. Untuk mengetahui manifestasi klinis tbc paru.

7. Untuk mengetahui diagnosis tbc paru.

8. Untuk mengetahui klasifikasi tbc paru.

9. Untuk mengetahui cara pencegahan tbc paru.

10. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang tbc paru.

11. Untuk mengetahui pengobatan tbc paru.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian TBC Paru

Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat
kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan
bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus
primer dari ghon.

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,
miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan
seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya
disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah
TBC di dunia.

Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993
menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%.
Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO
pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256
kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

B. Etiologi TBC Paru

Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC


(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus
yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil

3
Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi
dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan
tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robet Koch pada tahun 1882.
Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering,
tetapi dalam cairan mati dalam suhu 600 C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil
tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat
tahan asam dan merupakan faktor terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan
tuberkel.(FKUI,2005) 6 Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan
pemanasan sinar matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakterium
tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi
yang menderita mastitis tuberkulosis usus.

Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari
penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak
ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui udara. Bakteri juga dapat masuk ke sistem
pencernaan manusia melalui benda/bahan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri.
Sehingga dapat menimbulkan asam lambung meningkat dan dapat menjadikan infeksi
lambung. (Wim de Jong, 2005)

M. tuberculosis berbentuk batang berwarna merah dengan ukuran panjang 1- 10


mikron, dan lebar 0,2- 0,6 mikron. Kuman mempunyai sifat tahan asam tehadap
pewarnaan metode Ziehl Neelsen. Memerlukan media khusus untuk biakan contoh media
lowenstein jensen dan media ogawa. Tahan terhadap suhu rendah dan dapat
mempertahankan hidup dalam jangka waktu lama bersifat dorment ( tidur dan tidak
berkembang ) pada suhu 4o C sampai – 70 Co .

Kuman bersifat sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet.
Jika terpapar langsung dengan sinar ultraviolet, sebagain besar kuman akan mati dalam
waktu beberapa menit. Kuman dalam dahak pada suhu antara 30 – 70oC akan mati dalam
waktu kurang lebih 1 minggu (Kementerian Kesehatan RI, 2014).

4
C. Patofisiologi TBC Paru

Tempat masuknya kuman tuberkulosis adalah saluran pernapasan, pencernaan,


dan luka terbuka pada kulit. Namun kebanyakan infeksi terjadi melalui udara yaitu
melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel dari orang
terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya berada di bagian
bawah lobus atas paru-paru atau di bagian atas lobus bawah dan membangkitkan reaksi
peradangan. Leukosit polimorfonuklear (PMN) memfagosit bakteri namun tidak
membunuhnya. Selanjutnya leukosit diganti oleh makrofag, alveoli yang terserang
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Gejala ini dapat sembuh
dengan sendirinya.

Proses dapat terus berlanjut dan bakteri terus difagosit dan berkembangbiak di
dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Lesi berkembang dan
terbentuk jaringan parut yang mengelilingi tuberkel yang disebut fokus ghon dan
gabungan terserangnya kelenjar limfe regional dengan fokus ghon disebut kompleks
ghon. Fokus ghon dapat menjadi nekrotik dan membentuk masa seperti keju, dapat
mengalami kalsifiksi membentuk lapisan protektif sehingga kuman menjadi dorman.

Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif
karena gangguan atau respons inadekuat dari sistem imun. Penyakit aktif dapat juga
terjadi akibat infeksi ulang atau aktivasi bakteri dorman. Hanya sekitar 10% yang
awalnya terinfeksi yang mengalami penyakit aktif. Basil TB dapat bertahan lebih dari 50
tahun dalam keadaan dorman. Penyakit dapat juga menyebar melalui kelenjar limfe dan
pembuluh darah yang dikenal denga penyebaran limfohematogen ke berbagai organ lain
seperti usus, ginjal, selaput otak, kulit dan lain-lain.

1. TB Primer

TB primer adalah penyakit TB yang timbul dalam 5 tahun pertama setelah


terjadinya infeksi bakteri M. tuberculosis untuk pertama kalinya ( infeksi primer ). TB
pada anak – anak umumnya adalah TB primer. Pada seseorang yang belum pernah
kemasukan bakteri M. tuberculosis, tes tuberkulin negatif karena sistem imun seluler
belum mengenal bakteri M. tuberculosis. Bila orang ini terinfeksi M. tuberculosis

5
segera difagositosis oleh makrofag, bakteri M. tuberculosis tidak akan mati
sedangkan makrofagnya dapat mati. Dengan demikian bakteri ini dapat berkembang
biak secara leluasa selama 2 minggu pertama di alveolus paru dengan kecepatan 1
bakteri menjadi 2 bakteri setiap 20 jam. Setelah 2 minggu bakteri bertambah menjadi
100.000. sel - sel limfosit akan berkenalan dengan M. tuberculosis untuk pertama
kalinya dan akan menjadi limfosit T yang tersensitisasi dan mengeluarkan berbagai
jenis limfokin. Beberapa jenis limfokin akan merangsang limfosit dan makrofag
untuk membunuh M. tuberculosis. Disamping itu juga terbentuk limfokin lain yaitu
Skin Reactivity Factor ( SRF ) yang menyebabkan timbulnya reaksi hipersensivitas
tipe lambat pada kulit berupa indurasi dengan diameter 10 mm atau lebih dikenal
sebagai reaksi tuberculin ( tes Mantoux ). Adanya konversi reaksi tuberculin dari
negatif menjadi positif belum tentu menjadi indikator bahwa sudah ada kekebalan.

Makrofag tidak selamanya dapat membedakan kawan atau lawan sehingga


menimbulkan kerusakan jaringan dalam bentuk nekrosis/ pengkejuan dan disusul
dengan likuifaks/ pencairan. Pada tahap ini bentuk patologi TB ditemukan dalam
proporsi yang tidak sama yaitu berupa tuberkel – tuberkel yang berupa pengkejuan di
tengah ( sentral ) yang dikelilingi oleh sel – sel epiteloid ( berasal dari sel – sel
makrofag ) dan sel – sel limposit.

M. tuberculosis dapat musnah dengan perlahan atau tetap berkembang biak di


dalam makrofag, tetap tinggal selama bertahun – tahun sampai puluhan tahun. Dalam
waktu kurang dari 1 jam setelah masuk ke dalam alveoli, sebagian M. tuberculosis
akan terangkut oleh aliran limfa ke dalam kelenjar – kelenjar limfa regional dan
sebagian ikut masuk ke dalam aliran darah dan tersebar ke organ lain. Perubahan
seperti ini dialami oleh kelenjar – kelenjar limfa serta organ yang sempat dihinggapi
M. tuberculosis. Kombinasi tuberkel dalam paru dan limfadenitis regional disebut
kompleks primer.

2. TB Sekunder

TB sekunder adalah penyakit TB yang baru timbul setelah lewat 5 tahun sejak
terjadi infeksi primer. Bila sistem pertahanan tubuh melemah M. tuberculosis yang

6
sedang tidur dapat aktif kembali disebut reinfeksi endogen. Dapat pula terjadi super
infeksi M. tuberculosis dari luar disebut reinfeksi eksogen. TB pada orang dewasa
adalah TB sekunder karena reinfeksi endogen (Danusantoso, 2012).

D. Pathway TBC Paru

7
E. Cara Penularan TBC Paru

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB


(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya.

1. Cara penularan

a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.

b. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak.

c. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.

d. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang


dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut.

e. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh


konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

2. Risiko penularan

a. Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB
paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pasien TB paru dengan BTA negatif.

b. Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of


Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko Terinfeksi
TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara
1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.

8
c. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.

d. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi


positif.

3. Risiko menjadi sakit TB

a. Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.

b. Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000
terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap
tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif.

c. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah


daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi
(gizi buruk).

d. HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi
sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh
seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi penyerta (oportunistic),
seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan
bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat,
maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di
masyarakat akan meningkat pula.

4. Pasien TB yang tidak diobati, setelah 5 tahun, akan:

a. 50% meninggal

b. 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi

c. 25% menjadi kasus kronis yang tetap menular

F. Manifestasi Klinis TBC Paru

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi 2, yaitu gejala umum dan gejala
khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak

9
terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa
secara klinik.

1. Gejala Sistemik/Utama

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan


malam hari disertai keringat malam.

a. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.

c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. Gejala Khusus

a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah
yang disertai sesak.

b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.

c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.

d. Pada anak–anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang – kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau
diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak
dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak

10
usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan
BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosis adalah:

1. Demam

2. Malaise

3. Anoreksia

4. Penurunan berat badan

5. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu – minggu
sampai berbulan – bulan)

6. Peningkatan frekuensi pernapasan

7. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit

8. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi

Pada banyak individu yang terinfeksi tuberkulosis adalah asimptomatis. Pada


individu lainya, gejala berkembang secara bertahap sehingga gejala tersebut tidak
dikenali sampai penyakit telah masuk tahap lanjut. Bagaimanapun, gejala dapat timbul
pada individu yang mengalami imunosupresif dalam beberapa minggu setelah terpajan
oleh basil. Manifestasi klinis yang umum termasuk keletihan, penurunan berat badan,
letargi, anoreksia (kehilangan napsu makan), dan demam ringan yang biasanya terjadi
pada siang hari. “berkeringat malam” dan ansietas umum sering tampak. Dipsnea, nyeri
dada, dan hemoptisis adalah juga temuan yang umum.

G. Diagnosis TBC Paru

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk
darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-

11
gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti
bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.

Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap
orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang
tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung pada pasien remaja dan dewasa, serta skoring pada pasien anak.

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan


pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan
diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak
yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahak Sewaktu-
Pagi-Sewaktu (SPS):

1. S(sewaktu): Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung


pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.

2. P(Pagi): Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.

3. S(sewaktu): Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan


dahak pagi.

Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan


ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.

Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan
sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan
mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak
selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi
overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas
penyakit.

12
H. Klasifikasi TBC Paru

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberculosis memerlukan suatu “definisi
kasus” yang meliputi empat hal , yaitu:

1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru;

2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA positif atau


BTA negatif;

3. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.

4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati

Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah:

1. Menentukan paduan pengobatan yang sesuai

2. Registrasi kasus secara benar

3. Menentukan prioritas pengobatan TB BTA positif

4. Analisis kohort hasil pengobatan

Beberapa istilah dalam definisi kasus:

1. Kasus TB : Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis


oleh dokter.

2. Kasus TB pasti (definitif) : pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium


tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan, sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen
dahak SPS hasilnya BTA positif.

Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat diperlukan
untuk:

1. Menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah


timbulnya resistensi

13
2. Menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan
pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)

3. Mengurangi efek samping

1. Klasifikasi berdasarkan ORGAN tubuh yang terkena:

a. Tuberkulosis paru Adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim)


paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.

b. Tuberkulosis ekstra paru Adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh


lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dan lain-lain.

2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan DAHAK mikroskopis, yaitu pada TB


Paru:

a. Tuberkulosis paru BTA positif

1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA


positif.

2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.

3) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB


positif.

4) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak


SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak
ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

b. Tuberkulosis paru BTA negatif Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB
paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:

1) Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif

14
2) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis

3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

4) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan

3. Klasifikasi berdasarkan tingkat kePARAHan penyakit.

a. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto
toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses
“far advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.

b. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:

1) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis


eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan
kelenjar adrenal.

2) TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis


peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus,
TB saluran kemih dan alat kelamin.

4. Klasifikasi berdasarkan RIWAYAT pengobatan sebelumnya

Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa


tipe pasien, yaitu:

a. Kasus Baru Adalah pasien yang BELUM PERNAH diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).

b. Kasus Kambuh (Relaps) Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah


mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau
kultur).

15
c. Kasus Putus Berobat (Default/Drop Out/DO) Adalah pasien TB yang telah
berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

d. Kasus Gagal (Failure) Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.

e. Kasus Pindahan (Transfer In) Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang
memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.

f. Kasus lain Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan
masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.

I. Cara Pencegahan TBC Paru

Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu;

1. Menyembuhkan penderita.

2. Mencegah kematian.

3. Mencegah kekambuhan.

4. Menurunkan tingkat penularan.

Cara-cara pencegahan TBC sebagai berikut;

1. Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3 minggu,
merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa kepuskesmas atau ke
rumah sakit.

2. Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.

3. Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur darah
segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.

4. Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh penderita.

16
5. Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin BCG.
Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat bagus.

J. Pemeriksaan Penunjang TBC Paru

Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang pada pasien tuberkulosis adalah:

1. Sputum Culture

2. Ziehl neelsen: Positif untuk BTA

3. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer, patch)

4. Chest X-ray e. Histologi atau kultur jaringan: positif untuk Mycobacterium


tuberculosis

5. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya selsel besar
yang mengindikasikan nekrosis

6. Elektrolit

7. Bronkografi

8. Test fungsi paru-paru dan pemeriksaan darah

Pemeriksaan penunjang TBC Paru, dapat seperti:

1. Ziehl Neelsen
(pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) positif untuk
basil asam cepat.
2. Kultur sputum
Positif untuk mycobakterium pada tahap aktif penyakit.

3. Tes Kulit Mantoux (PPD, OT)


Reaksi yang signifikan pada individu yang sehat biasanya menunjukan TB
Dorman atau infeksi yang disebabkan oleh mikrobakterium yang berbeda.

4. Rontgen Dada

17
Menunjukan infiltrasi kecil lesi dini pada bidang atas paru, deposit kalsium dari
lesi primer yang telah menyembuh, atau cairan dari suatu efusi. Perubahan yang
menandakan TB lebih lanjut mencakup kavitasi, area fibrosa.
5. Biopsi Jarum Jaringan Paru
Positif untuk granuloma TB. Adanya sel – sel raksasa menunjukan nekrosis.

6. AGD
Mungkin abnormal bergantung pada letak, keparahan, dan kerusakan paru
residual.

7. Pemeriksaan Fungsi Pulmonal


Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang rugi, peningkatan rasio udara
residual terhadap kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen sekunder akibat
infiltrasi atau fibrosis parenkim.

K. Pengobatan TBC Paru

1. Jenis Obat

a. Isoniasid

b. Rifampicin

c. Pirasinamid

d. Streptomicin

2. Prinsip Obat

Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis
tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya pada
saat perut kosong. Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman TB
akan berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap
yaitu:

a. Tahap intensif

18
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minum obat) setiap hari
selama 2 - 3 bulan.

b. Tahap lanjutan

Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minum obat) tiga kali
seminggu selama 4 – 5 bulan.

3. Efek Samping Obat

Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat TB


bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa
berubahnya warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin.

Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual,
kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan
keseimbangan hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut,
pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh penanganan lebih
lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung hingga
delapan bulan.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena


adanya bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah penularan
penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Tuberkulosis juga
penyakit yang harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.

Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat
kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan
bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus
primer dari ghon.

B. Saran

Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah


Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang
dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum obat
secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk memeriksakan diri ke
klinik/puskesmas.

20
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan)
Bandung

Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC

Asih, Niluh Gede Yasmin, S.Kp dan Christantie Effendy, S.Kp.2004.Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta:Buku Kedokteran EGC)

Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2, cetakan pertama. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. 2007

Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis pada Anak. Kelompok Kerja TB Anak Depkes – IDAI.
2008.

Muttaqin, Arif.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai