TB PARU - Komentar
TB PARU - Komentar
“TBC PARU”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
DOSEN PEMBIMBING
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang ““TBC PARU” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi
anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas ilmu
dasar keperawatan dengan judul ““TBC PARU”. Disamping itu, kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kamu selama pembuatan makalan ini
berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan …………………………….………..…………….……………..………….20
B. Saran …………………………….………..…………….…………………………….…20
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit
(morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah
penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycrobacterium Tuberculosis.Sebagian bersar kuman tuberculosis menyerang
paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit
muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali
satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita harus waspada sejak dini &
mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.
B. Rumusan Masalah
1
5. Apa cara penularan tbc paru?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat
kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan
bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus
primer dari ghon.
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,
miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan
seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya
disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah
TBC di dunia.
Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993
menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%.
Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO
pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256
kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
3
Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi
dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan
tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari
penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak
ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui udara. Bakteri juga dapat masuk ke sistem
pencernaan manusia melalui benda/bahan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri.
Sehingga dapat menimbulkan asam lambung meningkat dan dapat menjadikan infeksi
lambung. (Wim de Jong, 2005)
Kuman bersifat sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet.
Jika terpapar langsung dengan sinar ultraviolet, sebagain besar kuman akan mati dalam
waktu beberapa menit. Kuman dalam dahak pada suhu antara 30 – 70oC akan mati dalam
waktu kurang lebih 1 minggu (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
4
C. Patofisiologi TBC Paru
Proses dapat terus berlanjut dan bakteri terus difagosit dan berkembangbiak di
dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Lesi berkembang dan
terbentuk jaringan parut yang mengelilingi tuberkel yang disebut fokus ghon dan
gabungan terserangnya kelenjar limfe regional dengan fokus ghon disebut kompleks
ghon. Fokus ghon dapat menjadi nekrotik dan membentuk masa seperti keju, dapat
mengalami kalsifiksi membentuk lapisan protektif sehingga kuman menjadi dorman.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif
karena gangguan atau respons inadekuat dari sistem imun. Penyakit aktif dapat juga
terjadi akibat infeksi ulang atau aktivasi bakteri dorman. Hanya sekitar 10% yang
awalnya terinfeksi yang mengalami penyakit aktif. Basil TB dapat bertahan lebih dari 50
tahun dalam keadaan dorman. Penyakit dapat juga menyebar melalui kelenjar limfe dan
pembuluh darah yang dikenal denga penyebaran limfohematogen ke berbagai organ lain
seperti usus, ginjal, selaput otak, kulit dan lain-lain.
1. TB Primer
5
segera difagositosis oleh makrofag, bakteri M. tuberculosis tidak akan mati
sedangkan makrofagnya dapat mati. Dengan demikian bakteri ini dapat berkembang
biak secara leluasa selama 2 minggu pertama di alveolus paru dengan kecepatan 1
bakteri menjadi 2 bakteri setiap 20 jam. Setelah 2 minggu bakteri bertambah menjadi
100.000. sel - sel limfosit akan berkenalan dengan M. tuberculosis untuk pertama
kalinya dan akan menjadi limfosit T yang tersensitisasi dan mengeluarkan berbagai
jenis limfokin. Beberapa jenis limfokin akan merangsang limfosit dan makrofag
untuk membunuh M. tuberculosis. Disamping itu juga terbentuk limfokin lain yaitu
Skin Reactivity Factor ( SRF ) yang menyebabkan timbulnya reaksi hipersensivitas
tipe lambat pada kulit berupa indurasi dengan diameter 10 mm atau lebih dikenal
sebagai reaksi tuberculin ( tes Mantoux ). Adanya konversi reaksi tuberculin dari
negatif menjadi positif belum tentu menjadi indikator bahwa sudah ada kekebalan.
2. TB Sekunder
TB sekunder adalah penyakit TB yang baru timbul setelah lewat 5 tahun sejak
terjadi infeksi primer. Bila sistem pertahanan tubuh melemah M. tuberculosis yang
6
sedang tidur dapat aktif kembali disebut reinfeksi endogen. Dapat pula terjadi super
infeksi M. tuberculosis dari luar disebut reinfeksi eksogen. TB pada orang dewasa
adalah TB sekunder karena reinfeksi endogen (Danusantoso, 2012).
7
E. Cara Penularan TBC Paru
1. Cara penularan
b. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak.
c. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
2. Risiko penularan
a. Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB
paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar
dari pasien TB paru dengan BTA negatif.
8
c. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.
b. Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000
terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap
tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif.
d. HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi
sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh
seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi penyerta (oportunistic),
seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan
bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat,
maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di
masyarakat akan meningkat pula.
a. 50% meninggal
b. 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi 2, yaitu gejala umum dan gejala
khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak
9
terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa
secara klinik.
1. Gejala Sistemik/Utama
2. Gejala Khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah
yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak–anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang – kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau
diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak
dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak
10
usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan
BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
1. Demam
2. Malaise
3. Anoreksia
5. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu – minggu
sampai berbulan – bulan)
8. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk
darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-
11
gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti
bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain.
Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap
orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang
tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung pada pasien remaja dan dewasa, serta skoring pada pasien anak.
2. P(Pagi): Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan
sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan
mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak
selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi
overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas
penyakit.
12
H. Klasifikasi TBC Paru
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberculosis memerlukan suatu “definisi
kasus” yang meliputi empat hal , yaitu:
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru;
Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat diperlukan
untuk:
13
2. Menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan
pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)
2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
b. Tuberkulosis paru BTA negatif Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB
paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
14
2) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
a. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto
toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses
“far advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.
a. Kasus Baru Adalah pasien yang BELUM PERNAH diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
15
c. Kasus Putus Berobat (Default/Drop Out/DO) Adalah pasien TB yang telah
berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
d. Kasus Gagal (Failure) Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
e. Kasus Pindahan (Transfer In) Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang
memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
f. Kasus lain Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan
masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
1. Menyembuhkan penderita.
2. Mencegah kematian.
3. Mencegah kekambuhan.
1. Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3 minggu,
merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa kepuskesmas atau ke
rumah sakit.
3. Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur darah
segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
4. Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh penderita.
16
5. Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin BCG.
Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat bagus.
1. Sputum Culture
5. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya selsel besar
yang mengindikasikan nekrosis
6. Elektrolit
7. Bronkografi
1. Ziehl Neelsen
(pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) positif untuk
basil asam cepat.
2. Kultur sputum
Positif untuk mycobakterium pada tahap aktif penyakit.
4. Rontgen Dada
17
Menunjukan infiltrasi kecil lesi dini pada bidang atas paru, deposit kalsium dari
lesi primer yang telah menyembuh, atau cairan dari suatu efusi. Perubahan yang
menandakan TB lebih lanjut mencakup kavitasi, area fibrosa.
5. Biopsi Jarum Jaringan Paru
Positif untuk granuloma TB. Adanya sel – sel raksasa menunjukan nekrosis.
6. AGD
Mungkin abnormal bergantung pada letak, keparahan, dan kerusakan paru
residual.
1. Jenis Obat
a. Isoniasid
b. Rifampicin
c. Pirasinamid
d. Streptomicin
2. Prinsip Obat
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis
tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya pada
saat perut kosong. Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman TB
akan berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap
yaitu:
a. Tahap intensif
18
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minum obat) setiap hari
selama 2 - 3 bulan.
b. Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minum obat) tiga kali
seminggu selama 4 – 5 bulan.
Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual,
kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan
keseimbangan hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut,
pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh penanganan lebih
lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung hingga
delapan bulan.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat
kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan
bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkulosis masuk ke dalam jaringan paru
melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus
primer dari ghon.
B. Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan)
Bandung
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Asih, Niluh Gede Yasmin, S.Kp dan Christantie Effendy, S.Kp.2004.Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta:Buku Kedokteran EGC)
Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis pada Anak. Kelompok Kerja TB Anak Depkes – IDAI.
2008.