Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEJARAH EROPA KUNO MASA PERADABAN YUNANI

Dosen Pengampu : Drs. Siswanta, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Muhammad Khidir B. (18144400015)


2. Mohammad Hafis (18144400021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “Sejarah Eropa Kuno pada Peradaban
Yunani”.
Penulisan makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Eropa Kuno. Disamping itu, makalah ini juga dapat digunakan sebagai
media belajar dan media pengetahuan bagi para pembaca.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada :
1. Drs.Siswanta, M.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Sejarah sekaligus
pengampu mata kuliah Sejarah Eropa Kuno
2. Semua pihak yang ikut membantu dalam penyusunan makalah ini yang
tidak bisa disebutkan satu per satu.
Pada penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan guna menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembacanya.

Yogyakarta, 12 September 2019

Peny
usun

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1

A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan.................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 2

A. Keadaan Geografi................................................................................ 2
B. Abad Kolonisasi.................................................................................. 3
C. Perang Persia....................................................................................... 4

BAB III PENUTUP................................................................................... 7

A. Kesimpulan......................................................................................... 7
B. Saran .................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 8

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Yunani kuno adalah negara kepulauan yang terletak di laut


Mediterania, orang Yunani menyebut negaranya dengan sebutan Hellas atau
Ellanda dan menyebut diri mereka sebagai bangsa Hellen
Istilah ‘Yunani Kuno’ diterapkan pada wilayah yang
menggunakan bahasa Yunani pada Zaman Kuno. Wilayahnya tidak
hanya terbatas pada Semenanjung Yunani modern, tapi juga termasuk
wilayah lain yang didiami orang-orang Yunani.

Oleh sebagian besar sejarawan peradaban ini dianggap peletak


dasar bagi Peradaban Barat. Budaya Yunani memberi pengaruh kuat
bagi Kekaisaran Romawi, yang selanjutnya meneruskan versinya
kebagian lain Eropa. Peradaban Yunani Kuno juga sangat berpengaruh
pada bahasa, politik, sistem pendidikan, filsafat, ilmu, dan seni,
mendorong Renaisans di Eropa Barat, dan bangkit kembali pada masa
kebangkitan Neo-Klasik pada abad ke-18 dan ke-19 di Eropa dan
Amerika.

B. Rumusan Masalah
1. Dimana letak geografi Yunani Kuno?
2. Mengapa terjadi Abad Kolonisasi?
3. Kapan terjadi perang Persia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui letak geografi Yunani Kuno
2. Untuk menambah wawasan tentang Abad Kolonisasi
3. Untuk menambah pengetahuan tentang perang persia

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Letak Geografi Yunani


Yunani kuno terletak di sekitar Laut Tengah yang strategis dalam
pelayaran. Terletak di ujung tenggara Benua Eropa atau ujung selatan
Semenanjung Balkan, cakupan wilayahnya meliputi seluruh wilayah
Yunani daratan, Siprus, Kepulauan Aegia, Serta sebagian wilayah Asia
kecil. Batas Yunani kuno. Batas Yunani sekarang ini di utara berbatasan
dengan Albania, Macedonia, Bulgaria dan Turki, di timur adalah Laut
Aegeia, di selatan adalah Laut Tengah dan di barat adalah Laut Ionia dan
kepulauan Krete, sedangkan batas yang masa kuno utara berbatasan
dengan persia, daerah yunani sedangkan daerah barat, timur dan selatan
ada beberapa kerjaan kecil seperti Athen, Sparta, Thespiae, Thebes,
Halicanasssus, Cyprus, Delian League, Macedon, Boetonia, Thessaly.
Yang saat ini adalah kepulauan Yunani dan Turki.
Sebagian besar wilayah Yunani pegunungan sehingga antar
wilayah terpisah antara satu dengan yang lain. Pegunungan dan teluk-teluk
di Yunani yang tak terhitung banyaknya pada waktu itu menghalangi
komunikasi melalui darat. Lembah-lembah dan daratan rendah yang
terpisah-pisah merupakan unit geografis dan ekonomi yang bersifat alami,
dan menjadi pemisah kesatuan unit politik.
Keadaan geografis ini mendorong masyarakat Yunani hidup
sebagai
pedagang dan sebagian lagi menjadi petani gandum. Disamping itu,bangsa
Yunani dikelilingi oleh beberapa laut, seperti laut Aegea, laut Hitam, dan
laut Tengah. Laut-laut tersebut memiliki iklim yang nyaman sehingga
dapat dilayari dengan perahu sederhana. Pemanfaatan laut telah membuat
bangsa Yunani memiliki sumber penghasilan lain dan mereka bisa

2
berhubungan dengan pusat-pusat peradaban lainnya, tempat mereka
memperoleh ide-ide baru.
B. Abad Kolonisasi
Awal kolonisasi di Yunani merupakan suatu periode yang
menggantikan orang orang Yunani menyatukan pengawasan mereka atas
wilayah wilayah yang didapat dari orang orang Agea. Juga merupakan
akhir zaman rezim patriarkhat dari masa Homerus. Pada abad VIII dan VII
sebelum masehi, setiap polis memiliki koloninya masing masing, yang
biasanya merdeka penuh dan tidak tergantung pada kota induknya.
Latar belakang kolonisasi yang dilakukan oleh bangsa Yunani
pesisir tidak dapat dipisahkan dengan kemajuan ekonomi yang begitu
pesat menandai abad kolonisasi setelah masa Homerus. Perdagangan dan
pertanian tumbuh dengan subur, penduduk bertambah secara terus
menerus.
Banyak orang Yunani sebelum tahun 600 sebelum masehi
bermukim disekitar tempat tempat perdagangan di pantai pantai laut
Hitam, Aegea dan semua bagian Mediterania. Pedagang banyak
memperoleh keuntungan membawa hasil hasil pertanian atau ada diantara
mereka yang telah mapan dalam perdagangan.
Boleh jadi motif kolonisasi merupakaan ekspresi dari selera orang
orang Yunani melakukan petualangan dan eksploitasi untuk lebih
memantapkan posisi suatu negara kota. Kondisi politik dan ekonomi yang
keras akibat terjadinya persaiangan antar negara kota di Yunani
mendorong terjadinya peperangan antar polis, yang nantinya kelak dapat
menghancurkan pemerintahan Yunani sendiri. Berbagai permusuhan
kadang kadang sempat menimbulkan peristiwa peristiwa berdaarah,
menyebabkan Yunani terpecah menjadi banyak negara kota yang
jumlahnya tidak terkira banyaknya.

3
C. Perang Persia
Di bawah kekuasaan Darius I, Persia merupakan sebuah kekuatan
baru yang berusaha memperluas wilayah kekuasaanya. Setelah berhasil
menguasai Lydia, wilayah kekuasaan Persia meluas sampai di daerah pantai
Asia Kecil. Penguasaan Persia atas wilayah-wilayah di Asia Kecil yang
dihuni oleh bangsa Yunani, khususnya suku Ionia, dirasakan sebagai sebuah
penindasan.
Bangsa Yunani menjunjung tinggi kebebasan dan kemerdekaan.
Mereka bermigrasi dari daerah asal mereka dengan tujuan untuk mendapat
menikmati kebebasan tersebut. Dapat dikatakan bahwa kebebasan dan
kemerdekaan merupakan jiwa mereka, sehingga penguasaan Persia dianggap
sebagai perampasan atas jiwa kebebasan dan kemerdekaan mereka.
Akibatnya koloni-koloni Yunani di Asia Kecil melakukan pemberontakan
terhadap kekuasaan Persia. Salah satu pemberontakan tersebut dilakukan oleh
Aristagoras dari Miletus pada tahun 495 SM. Aristagoras menyadari bahwa
Persia dibawah kekuasaan Darius I merupakan sebuah imperium yang besar
dan memiliki kekuatan militer yang cukup disegani.
Untuk menghadapinya, maka Aristagoras meminta bantuan kepada
Yunani, khususnya kepada Sparta yang dikenal memiliki kemampuan militer
yang hebat. Akan tetapi Sparta menolak memberikan bantuan karena
menyadari bahwa mereka tidak akan sanggup untuk menghadapi kekuatan
militer Persia. Miletus kemudian mencari bantuan ke Athena, daerah asal
mereka (bangsa Ionia dan Achaia) yang tetap dianggap sebagai Fatherland.
Athena memberikan bantuan 30.000 tentara dengan 20 buah kapal perang.32
Dengan bantuan dari Athena, Aristagoras melakukan pemberontakan dengan
menyerang tentara Persia di Lade pada tahun 495 SM. Akan tetapi
pemberontakan Miletus dapat ditumpas oleh Darius I. Meskipun telah
berhasil menghancurkan Miletus, tetapi Darius I belum merasa puas. Ia ingin

4
memberikan balasan terhadap Athena yang telah berani membantu kaum
pemberontak.
Mendengar pendaratan pasukan Persia di Marathon, Athena berusaha
mencari bantuan ke polis-polis Yunani lainnya. Athena mengirimkan
Phedipiades ke Sparta guna meminta bantuan pasukan untuk menghadapi
pasukan Persia. Namun Sparta tidak bersedia berperang sebelum bulan
purnama, karena menurut kepercayaan mereka pertempuran sebelum bulan
purnama akan mendatangkan kekalahan.33 Setelah melakukan persiapan
selama 7 hari pasukan Athena di bawah pimpinan Callimachus dan Miltiades
bergerak ke Marathon
Meskipun kalah dalam jumlah pasukan, mereka dapat memukul
pasukan Persia ke bibir pantai Euboea dan mengalahkan mereka. Dalam
pertempuran tersebut sebanyak 6400 orang pasukan Persia tewas, sedangkan
Yunani kehilangan 192 orang prajuritnya. Akhirnya pasukan Persia
mengundurkan diri dari Marathon melalui jalan laut. Pasukan Persia terus
bergerak mundur melalui tanjung Sunium dan kembali ke Asia Barat.
Sepeninggal Darius, kekaisaran Persia diambilalih oleh puteranya,
Xerxes. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan di Mesir, rasa percaya
diri Xerxes atas kekuatan militernya meningkat. Sebagai orang Persia yang
mempunyai agama dan jalan hidup yang diwarisi dari para leluhurnya, Xerxes
sangat tersinggung dengan kekalahan bangsa Persia atas Athena di Marathon
pada tahun 490 BC.
Persiapan untuk melakukan serangan kembali ke Yunani telah
dilakukan sejak tahun 483 SM. Xerxes memerintahkan kepada seluruh satraps
(provinsi) untuk mengirimkan tentaranya guna berperang melawan Yunani.
Pada tahun 481 SM pasukan Persia berkumpul di Sardis, ibukota Lydia, yang
dijadikan pangkalan militer oleh Persia. Pasukan Persia kali ini dipimpin oleh
Mardonius, Achaemenes, Masistes, dan Artemesia.37 Angkatan darat Persia
bergerak ke arah barat daya berusaha menyeberangi Laut Marmora dengan
membangun jembatan darurat. Diperlukan kira-kira 300 buah kapal untuk
membangun jembatan penyeberangan ini. Selama 7 hari.

5
Mereka kemudian mengadakan musyawarah di Corinthia yang
memutuskan untuk menghadang pasukan Persia di Thermophylae. Pasukan
Yunani, yang dipimpin oleh Leonidas, raja Sparta, menghadang pasukan
Persia di Thermophylae pada tahun 480 SM.
Salamis merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di Teluk Saronic.
Letak Pulau Salamis tidak menguntungkan dalam strategi militer, karena
diapit oleh Semenanjung Attica, Semenanjung Peloponnesos, Pegunungan
Aegaleos, dan Pulau Aegina di sebelah selatan. Angkatan laut Persia yang
tidak memahami wilayah perairan di Yunani, berada dalam posisi yang tidak
menguntungkan.
Pertempuran di Salamis pada tahun 480 SM. merupakan titik balik
(turning point) yang amat menentukan.41 Bagi bangsa Yunani, pertempuran
di Salamis merupakan awal kebangkitannya sehingga mereka dapat meraih
kemenangan dalam pertempuran-pertempuran berikutnya. Sementara itu bagi
bangsa Persia pertempuran ini merupakan awal dari kekalahannya, sehingga
memaksa Xerxes untuk segera meninggalkan Yunani. Kekuatan pasukan
Yunani yang berjumlah 380 kapal perang berhadapan dengan 800 kapal
perang Persia.
Kemenangan bangsa Yunani dalam pertempuran di Salamis
menumbuhkan moral dan semangat juang mereka. Setelah berhasil memukul
mundur angkatan laut Persia di Salamis, pasukan Yunani menghimpun
kekuatan untuk menghancurkan angkatan darat Persia yang masih bertahan di
Attica. Kemenangan ini dianggap sebagai kemenangan peradaban Barat yang
memiliki karakteristik kebebasan dan demokrasi atas peradaban Timur
dengan karakteristik despotisme.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sejarah eropa kuno sangat berpengaruh kuat adanya peradaban yunani


sampai terjadi perang besar antara yunani dengan persia yang merubah wajah
eropa bahkan dunia.

B. Saran

Dengan banyaknya sumber tentang peradaban eropa kuno masa yunani,


diharap para pembaca lebih objektif terhadap sejarah yang benar benar
terverivikasi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Syarif. 2013. Teori dan Prinsip Pendidikan. Tangerang: PT Pustaka


Mandiri

Kuntowijoyo, 2005, Peran Borjuasi dalam Transformasi Eropa, Yogyakarta:


Penerbit Ombak.

Soemobroto, Sugihardjo dan Budiawan. 1989. Sejarah Peradaban Barat Klasik:


dari Prasejarah Hingga Runtuhnya Romawi. Yogyakarta: Liberty.

Anda mungkin juga menyukai