Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sanitasi lingkungan


Sanitasi merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh manusia
untuk mewujudkan dan menjamin kondisi lingkungan terutama lingkungan fisik
yang meliputi tanah, air dan udara yang dapat mememenuhi syarat-syarat
kesehatan. Sanitasi lingkungan adalah upaya pengendalian terhadap faktor-
faktor lingkungan fisik manusia yang dapat berpengaruh buruk terhadap
kesehatan atau upaya kesehatan untuk melindungi kebersihan lingkungan dari
subyeknya.
Lingkungan mempunyai pengaruh yang relatif besar sebagai salah
satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Dibuktikan
dengan penyelidikan WHO diseluruh dunia dimana hasil yang didapatkan bahwa
angka kematian (mortality), angka perbandingan orang sakit (morbidity) yang
tinggi dan sering terjadi epidemi, sering terdapat di tempat dimana higyene dan
sanitasinya buruk. sanitasi lingkungan lebih menekankan pada pengawasan dan
pengendalian faktor lingkungan manusia, dimana ruang lingkupnya sebagai
berikut:
Sanitasi adalah suatu perilaku yang disengaja dalam pembudayaan hidup
bersih dengan maksud bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan
buangan berbahaya lainnya dengan harapan agar usaha ini akan menjaga
dan meningkatkan kesehatan manusia.

2.1.1. Penyediaan Air Bersih

Air merupakan sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan


masyarakat dan air salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit,
terutama pada penyakit perut. Penyediaan air bersih, selain kuantitas,
kualitasnya pun harus di perhatikan dan memenuhi standar yang berlaku. Air
minum adalah air yang kualitasnya dapat memenuhi syarat–syarat kesehatan dan
dapat diminum. Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari–hari dan menjadi air minum apabila setelah dimasak lebih dahulu. Air
minum harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut(Sutrisno, 2010):

1. Syarat Fisik, yaitu: Air tidak boleh berwarna, Air tidak boleh
berasa, Air tidak boleh berbau dan jarak sumber air dengan sumber
pencemaran ≥ 10 meter.
2. Syarat Kimia, yaitu: Air minum yang tidak boleh mengandung
racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah
yang melampui batas yang ditentukan.
3. Syarat Bakteriologik, yaitu: Air minum yang tidak boleh
mengandung kuman penyakit dalam jumlah yang sangat minimal.
Indikator Bakteriologik,yaitu basil koli.
4. Jika ditemukan basilkoli dalam jumlah tertentu menunjukkan
bahwa air tersebut telah tercemar kontoran manusia atau binatang
(tercemar kuman-kuman lan dari kotoran tersebut).untuk
mengetahui air minum terkontaminasi oleh bakteri pathogen, yaitu
dengan memeriksa sampel air tersebut. Bila dari hasil pemeriksaan
100 cc air terdapat kurangdari empat bakteri E. coli, maka air
tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
Air minum yang tidak boleh mengandung bakteri-bakteri patogen
sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan
Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukannya, yaitu
1Coli/100 ml.air.

2.1.2 Penyediaan Jamban

Jamban merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai tempat


buang air besar (tinja). Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat
kesehatan dapat menyebapkan kontaminasi pada air tanah dan menimbulkan
gangguan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Gangguan yang ditimbulkan
dapat berupa gangguan estetika, kenyamanan dan kesehatan. Jenis-jenis jamban
yang digunakan menurut (Proverawati dan Rahmawati, 2012) sebagai berikut:
1. Jamban cemplung, yaitu jamban yang penampungannya berupa
lubang, berfungsi untuk menyimpan kotoran/tinja ke dalam tanah
dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban
cemplung diharuskan ada penutup agar tidak menimbulkan berbau.
2. Jamban tangki septik/ leher angsa, yaitu jamban berbentuk leher
angsa dimana penampungannya berupa tangki septik kedap air
yang berfungsi untuk wadah proses penguraian/ dekomposisi
kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapan.

Syarat jamban yang sehat menurut(Proverawati dan Rahmawati, 2012)


anatra lain:

1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air


minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter)
2. Tidak berbau
3. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus
4. Tidak mencemari tanah sekitarnya
5. Mudah untuk dibersihkan dan aman digunakan
6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung
7. Penerangan dan ventilasi yang cukup
8. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
9. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih

2.1.3 Pembuangan Sampah

Sampah merupakan setiap bahan/material yang untuk sementara tidak


dapat dipergunakan lagi dan harus dibuang atau dimusnahkan. Menurut
WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai dan
tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia
dan tidak terjadi dengan sendirinya.
1. Jenis Sampah
Jenis sampah di bagi menjadi 3, yaitu menurut (Dainur,1992):
a. Menurut asalnya:
1) Sampah buangan rumah tangga, yaitu termasuk
sampah bisa bahan makanan, sampah sisa makanan,
sisa pembungkus makanan dan pembungkus
perabotan rumah tangga, sampah bisa perabotan
rumah tangga, sampah sisa tumbuhan kebun, dan
sebagainya.
2) Sampah buangan pasar dan tempat-tempat umum
(warung, toko, dan sebagainya), yaitu termasuk sisa
makanan, sampah pembungkus makanan dan
pembungkus lainnya, sampah sisa bangunan,
sampah taman dan sebagainya.
3) Sampah buangan jalanan, yaitu sampah berupa debu
jalan, sampah sisa tumbuhan taman, sampah
pembungkus bahan makanan dan bahan lainnya,
sampah sisa makanan, sampah berupa kotoran serta
bangkai hewan.
4) Sampah industri (tidak dibicarakan pada bagian ini),
yaitu air limbah industri, debu industri, sisa bahan
baku dan bahan jadi, dan sebagainya.
b. Menurut jenisnya:
1) Sampah organic, yaitu sisa bahan makanan serta
sisa makanan, sisa pembungkus dan sebagainya.
sebagai sampah dapur/sampah buangan rumah
tangga, dan juga sampah pasar serta sampah industri
bahan makanan.
2) Sampah anorganik, yaitu berbagai jenis sisa gelas,
logam, plastik dan sebagainya. jenis ini terbagi atas
sampah yang dapat dihancurkan, dan tak dapat
dihancurkan oleh mikroorganisme.
c. Menurut fisiknya:
1) Sampah kering, yaitu sampah yang dapat
dimusnahkan dengan cara dibakar, diantaranya
kertas, sisa makanan, sisa tanaman yang dapat
dikeringkan.
2) Sampah basah, yaitu sampah yang karena sifat
fisiknya sukar dikeringkan untuk dibakar.
2. Pemusnahan dan Pengolahan Sampah
Pemusnahan sampah dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:
1) Ditanam (landfill), yaitu pembuangan sampah dengan cara
menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis
demi selapis. Caraini di lakukan agar sampah tidak berada
diruangan terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau
atau menjadi sarang binatang pengerat.
2) Dibakar (inceneration), yaitu pemusnahan sampah yang
dilakukan dengan cara membakar sampah secara besar-
besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik seperti
incinerator.
3) Dijadikan pupuk (composting), yaitu Pemusnahan sampah
dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organik
oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu seperti
daunan, sisa makanan, dan sampah lainnya yang dapat
membusuk. Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos
atau pupuk.

2.1.4 saluran pembuangan air limbah

Air limbah merupakan air kotoran atau air bekas yang tidak bersih
berasal dari rumah tangga, industry dan tempat-tempat umum, yang
mengandung berbagai zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia,
hewan dan lainnya, karena hasil perbuatan manusia. Sumber air limbah
dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat, yaitu Semakin tinggi tingkat
sosial ekonomi masyarakat, beragam pula air limbah/ buangan yang
dihasilkan.

1. Sumber-sumber air limbah:


1) Air limbah yang berasal dari rumah tangga (domestic
sewage) misalnya dari kamar mandi dan dapur.
2) Air limbah yang berasal dari perusahaan (comersial
waste)seperti dari restoran dan hotel
3) Air limbah yang berasal dari daerah industri (industrial
waste) misalnya pabrik tekstil, tembaga, industri makanan.
4) Air limbah yang berasal dari sumber lainnya seperti air
hujan yang bercampur dengan air comberan
2. Syarat-syarat pembuangan air limbah yang sehat sebagai berikut:
1) Tidak mencemari sumber air bersih
2) Tidak menimbulkan genangan air
3) Tidak menimbulkan bau
4) Tidak menimbulkan tempat berlindung dan tempat
berkembangbiaknya nyamuk atau serangga lainnya. (Daud,
2005).
3. Cara pembuangan Air limbah
1) Dengan pengenceran (disposal by dilution), Air limbah
dibuang ke sungai, danau, atau laut agar mendapat
pengencean.
2) Cesspool, menyerupai sumur tapi gunanya untuk
pembuangan air limbah dibuat pada tanah yang berpasir
agar buangan limbah meresap ke dalam tanah
3) Seepage air (sumur resapan), merupakan sumur tempat
menerima air limbah yang mengalami pengolahan meresap
ke dalam tanah
4) Septik tank, merupakan cara yang terbaik yang dianjurkan
WHO tapi biayanya mahal, teknik sukar, dan memerlukan
tanah yang luas
5) Sistem riool (sewage), menampung semua air kotor dari
rumah maupun dari perusahaan, dan terkadang menampung
kotoran dari lingkungan.

2.2. Diare

2.2.1. pengertian diare

Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi


defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah atau lendir (Suraatmaja,
2007). Diare merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan
bentuk, konsistensi tinja dan bertambahnya frekuensi buang air besar (tiga
kali dalam sehari).

2.2.2. Klasifikasi diare

1. Diare akut adalah diare yang terjadi pada bayi dan anak secara
mendadak yang sebelumnya sehat.
2. Disentri adalah peradangan yang terjadi pada usus besar ditandai
dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus
menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah.
3. Diare persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
secara terus menerus.
4. Diare kronik adalah diare yang berlanjut sampai dua minggu atau
lebih yang meyebabkan kehilangan berat badan atau berat badan
tidak bertambah selama masa diare tersebut.

2.2.3. Gejala Klinis Penyakit Diare

Gejala klinis diare, yaitu mula-mula anak menjadi cengeng,


gelisah, suhu badan biasanya tinggi, nafsu makan berkurang atau tidak
ada, kemudian timbul diare, warna tinja makin lama berubah menjadi
kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu, gejala muntah dapat
terjadi sebelum atau setelah diare.

2.2.4. Penyebab penyakit diare

Penyebap diare adalah keracunan makanan akibat infeksi bakteri,


infeksi virus, alergi makanan, infeksi parasit, kerusakan mukosa usus
halus, kekurangan kalori protein (KKP) dan ganggauan immunologic.
Diare juga disebabkan oleh kuman Escerichia Coli yang tertelandan oleh
mulut melalui makanan atau minuman yang sudah terkontamnasi oleh
tinja penderita.

2.2.5. Etiologi diare

Beberapa jenis mikroba penyebap diare akut pada neonatus (bayi)


dan balita menurut WHO (Triatmojo, 1993) adalah terjadi dari tiga
kelompok:

1. Kelompok bakteri yaitu: Escherechia sp, Salmonella, Vibrio sp,


Shigella, Campyloridium sp.
2. Kelompok protozoa, yaitu Giardia, Entamuba sp dan
Cryptospriridium.
3. Kelompok virus yaitu: Rotavirus merupaka penyebap utama diare
pada bayi dan balita dan Escherechia Coli yang pathogen
menyebabkan diare akut 25 % dari seluruh kejadian diare.

2.2.6 Patofisiologi

Patofisiologi diare dapat dibagi dalam tiga macam kelainan pokok, yaitu:

1. Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit


2. Gangguan reabsorpsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat
menyebabkan diare, contohnya pada kejadian infeksi.
3. Kelainan cepat laju bolus makanan di dalam lumen usus Suatu
proses absorpsi dapat berlangsung sempurna dan normal apabila
bolus makanan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran
pencernaan dan berada keadaan yang cukup tercerna. Selain itu,
waktu sentuhan yang adekuat antara khim dan permukaan mukosa
usus halus diperlukan untuk absorpsi normal.
4. Kelainan tekanan osmotik dalam lumen usus
Pada keadaan tertentu setiap pembebanan pada usus yang melebihi
kapasitas pencernaan dan absorpsinya akan menimbulkan diare.
Adanya malabsorpsi dari karbohidrat, lemak, dan protein akan
menimbulkan kenaikan daya tekanan osmotik intraluminal
sehingga akan dapat menimbulkan gangguan absorpsi air.

2.2.7. Epidemiologi diare

Diare paling sering menyerang anak-anak, terutama usia antara 6


bulan sampai 2 tahun. Penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat dan
angka kematian paling tinggi paling banyak terjadi pada bayi dan balita.
Perkembangan penderita diare dapat dilihat dari waktu terjadinya diare
biasanya pada musim buah-buahan yang menjadi transmitor adalah lalat
yang mencemari makanan manusia, sehingga dapat meningkatkan
frekuensi kejadian diare yang disebabkan karena pada saat musim kemarau
air bersih sulit didapatkan maka masyarakat akan memanfaatkan air yang
apa adanya, yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Di negara berkembang
yang keadaan sanitasinya belum memadai pada penderita diare yang
paling meningkat diantara penyakit menular lainnya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan penderita


diare dilihat dari waktu dan tempat kejadian yaitu:

1. Kemungkinan adanya sumber infeksi


2. Keadaan lingkungan
3. Cuaca (musim/iklim)
4. Adat atau kebiasaan masyarakat setempat

Faktor yang menyebabkan anak balita mudah terserang penyakit


adalah faktor pertahanan tubuh yang lebih rentan jika dibandingkan
dengan orang dewasa sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan balita
jatuh sakit. Anak balita merupakan kelompok umur yang rawan
dibandingkan dengan kelompok umur yang lebih dewasa atau tua.
Akibatnya diare yang terjadi pada anak balita akan kehilangan cairan
dalam tubuh yang sangat banyak dalam waktu yang sangat singkat,
keadaan ini disebut dehidrasi atau kekurangan cairan.

Dehidrasi dapat menyebabkan anak kejang karena kehilangan zat-zat


tertentu seperti natrium, kalsium, magnesium, kalium dan lain-lain
tergantung dari berapa banyak terjadinya penurunan berat badan yang akan
terjadi dehidrasi sedang atau berat. Untuk menentukan tingkat dehidrasi ini
maka pertimbangan berat badan penderita sangat penting karena diare
dapat menyebabkan dehidrasi dan bila tidak segera diobati menyebabkan
kematian maka pengobatan diare yang paling penting adalah dengan
mengganti cairan yangtelah hilang sebagai akibat diare.

2.2.8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi diare

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi diare adalah:

1. Perilaku masyarakat dalam hal ini hygiene perseorangan


2. Keadaan lingkungan hidup dalam hal ini sanitasi lingkungan yang
kurang baik seperti:
(1) Penyediaan air bersih dan jamban keluarga
(2) Pengelolaan sampah yang dapat menjadi tempat
berkembang biaknya vector
(3) Tempat pembuangan air limbah
(4) Pengawasan pada vektor yang dapat menularkan penyakit
(5) Pencegahan pengotoran udara yang dapat mempengaruhi
kualitas air
(6) Perumahan dan lingkungan sekitar.
3. Keadaan sosial ekonomi dalam hal ini pengetahuan dan mata
pencaharian masyarakat.
4. Penyakit infeksi yang masih tinggi.

2.2.9. Penanggulangan diare

penanggulangan pada diare perlu tatalaksana penanggulangan yang cepat


untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian. Usaha-usaha yang
dilakukan dapat dibagi atas dua yaitu :

1. Usaha jangka pendek


(1) Mengadakan pemeliharaan pada sumber-sumber air
(2) Mengadakan pengelolaan air/chlorinasi pada sumur
masyarakat
(3) Mengadakan pelayanan penyediaan air yang memenuhi
syarat
(4) Surveilance epidemiologi
(5) Pencatatan di rumah sakit dan puskesmas perlu
ditingkatkan
(6) Pendidikan kesehatan terhadap masyarakat
2. Usaha jangka panjang meliputi
(1) Penyediaan air bersih yang memenuhi kesehatan
(2) Pembuangan kotoran yang memenuhi syarat-syarat baik
dari segi konstruksi maupun dari segi kesehatan
(3) Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat agar kebiasaan
jelek dapat diubah.
2.3. kerangka Teori

Penyebab penyakit (penderita)

 Kuman
 Makanan

 Penyediaan
air bersih

Sanitasi  Penyediaan

lingkungan jamban Orang sehat Kejadian diare


 Pengolahan
air limbah
 Pembuangan
sampah

Perilaku

Keterangan:

Tidak diteliti:

Diteliti:
2.4.Kerangka Konsep

Variable Indepanden

1. Penyediaan air bersih Variable Dependen


2. Penggunaan jamban
3. Pembuangan sampah Kejadian diare pada
4. Pembuangan air limbah balita

2.4. Hipotesis

2.4.1 Hipotesis nol

1. Tidak Ada hubungan antara penyediaan air bersih dengan


kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas alak
tahun2019
2. Tidak Ada hubungan antara penggunaan jamban dengan kejadian
diare pada balita di wilayah kerja puskesmas alak tahun2019
3. Tidak Ada hubungan antara pembuangan sampah dengan
kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas alak
tahun2019
4. Tidak Ada hubungan antara saluran pembuangan air limbah
dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas alak tahun2019
2.4.2 Hipotesis Alternatif
1. Ada hubungan antara penyediaan air bersih dengan kejadian diare
pada balita di wilayah kerja puskesmas alak tahun2019
2. Ada hubungan antara penggunaan jamban dengan kejadian diare
pada balita di wilayah kerja puskesmas alak tahun2019
3. Ada hubungan antara pembuangan sampah dengan kejadian diare
pada balita di wilayah kerja puskesmas alak tahun2019
4. Ada hubungan antara saluran pembuangan air limbah dengan
kejadian diare di wilayah kerja puskesmas alak tahun2019

Anda mungkin juga menyukai