Anda di halaman 1dari 26

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

MAHASISWA :

NIM :

TANGGAL :

TEMPAT :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
A. Fase Pra Interaksi
1. Mempersiapkan diri
2. Membaca rekam medis
3. Mempersiapkan alat
Alat:
1. Sphignomanometer air raksa/jarum yang siap pakai.
2. Stetoskop.
3. Arloji tangan yang mempunyai petunjuk detik atau pols-teller.
4. Termometer.
5. Larutan disinfektan dalam botol/gelas.
6. Larutan sabun dalam botol/gelas.
7. Air bersih dingin dalam botol/gelas.
8. Kain kassa kering/tissu dalam tempatnya.
9. Lab/handuk kering.
10. Bengkok untuk tempat kotoran.
11. Sarung tangan bersih.
12. Buku catatan.
13. Alat tulis
4. Cuci tangan
B. Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam/ menyapa pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menanyakan identitas pasien
4. Menjelaskan tujuan tindakan
5. Menjelaskan prosedur tindakan kepada pasien dan keluarga
6. Menanyakan kesiapan pasien
7. Mencuci tangan, menggunakan sarung tanggan.
8. Menutup sampiran
C. Fase Kerja
1. Mempersiapkan pasien untuk berbaring/duduk dengan tenang di
tempat tidur
2. Mendekatkan peralatan
Mengukur tekanan darah
3. Meminta/membantu pasien untuk membuka/menggulung lengan baju
sebatas bahu
4. Pasang manset pada lengan bagian atas sekitar 3cm diatas fissa cubiti
dengan pipa karet di lengan atas
5. Memakai stetoskop pada telinga
6. Meraba arteri brakhialis dengan jari tengah dan telunjuk
7. Meletakkan stetoskop bagian bell di atas arteri brakhialis
8. Mengunci skrup balon karet.
9. Pengunci air raksa dibuka.
10. Balon dipompa lagi sehingga terlihat air raksa di dalam pipa naik (30
mm Hg) sampai denyut arteri tidak terdengar.
11. Membuka skrup balon dan menurunkan tekanan perlahan kira-kira 2
mm Hg/detik.
12. Mendengar dengan teliti dan membaca skala air raksa sejajar dengan
mata, pada skala berapa mulai terdengar bunyi denyut pertama sampai
suara denyut terakhir terdengar lambat dan menghilang.
13. Mencatat denyut pertama sebagai tekanan sistolik dan denyut terakhir
sebagai tekanan diastolik.
14. Pengunci air raksa ditutup kembali.
15. Melepas stetoskop dari telinga.
16. Melepas manset dan digulung dengan rapi dan dimasukkan dalam
kotak kemudian ditutup.
17. Merapikan pasien dan mengatur kembali posisi seperti semula.
18. Memberi tahu pasien hasil pemeriksaan
Menghitung Denyut Nadi
19. Menyampaikan kepada pasien bahwa anda akan menghitung denyut
nadi
20. Meraba tangan pasien pada pergelangannya dengan jari telunjuk, jari
tengah dan manis sampai teraba denyut nadi arteri radialis
21. Tangan yang lain memegang alat penghitung nadi/arloji
22. Menghitung denyut nadi selama 1 menit
Menghitung bisa dilakukan selama 15 detik kemudian dikalikan 4
Atau menghitung 30 detik kemudian dikalikan 2
Atau menghitung 10 detik kemudian dikalikan 6
23. Menyampaikan hasil yang didapat dari penghitungan
Mengukur Frequensi Pernapasan
24. Memberitahukan pasien lain atau keluarga untuk tidak mengajak
bicara pasien selama dilakukan tindakan
25. Setelah menghitung denyut nadi dilanjutkan dengan menghitung
pernafasan (dengan posisi tangan tidak dilepas/seperti menghitung
denyut nadi).
1. Hitung siklus pernafasan klien (1 inspirasi dan 1 ekspirasi)
selama 1 menit (untuk anakanak berumur < 2 tahun atau pada
dewasa yang irama pernafasannya tidak teratur), atau 30 detik
bila irama teratur.
2. Perhatikan pula irama dan kedalaman pernafasan klien.
3. Sampaikan hasil
Mengukur Suhu Tubuh
26. Membasuh termometer dengan air dingin bila termometer direndam
dalam larutan disinfektan.
27. Mengeringkan termometer dengan tissu/kassa kering dari ujung (berisi
air raksa) ke arah pegangan.
28. Membuang kasa/tissu kotor ke dalam bengkok.
29. Menurunkan air raksa di dalam termometer sampai angka 35 atau di
bawahnya.
30. Memberi tahu klien bahwa tindakan akan segera dilaksanakan
31. Membawa alat-alat ke dekat pasien.
32. Meminta dan membantu pasien membuka pakaian pada daerah ketiak.
33. Mengeringkan salah satu ketiak pasien dengan lab/handuk kering.
34. Memasang termometer pada tengah ketiak.
35. Menutup lengan atas dan menyilangkan lengan bawah di dada.
36. Membiarkan termometer di ketiak selama 6-8 menit.
37. Mengambil termometer dari ketiak pasien.
38. Membersihkan termometer dengan tissu/kassa dari pangkal ke arah
ujung.
39. Membuang tissu/kassa kotor ke dalam bengkok.
40. Membaca tinggi air raksa di dalam thermometer.
41. Mencatat hasil pengukuran pada buku atau catatan keperawatan.
42. Menurunkan air raksa di dalam thermometer.
43. Memasukkan termometer ke dalam larutan disinfektan.
44. Merapikan kembali pakaian pasien.
45. Mengembalikan posisi pasien pada posisi yang nyaman.
46. Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai dilaksanakan.
47. Membilas termometer dengan kassa/tissu yang dibasahi larutan sabun.
48. Membuang tissu/kassa kotor ke dalam bengkok.
49. Mencelupkan termometer ke dalam air bersih.
50. Mengeringkan termometer dengan kassa/tissu kering.
51. Membuang kassa / tissu kotor ke dalam bengkok.
52. Mengembalikan alat-alat ke tempat semula.
53. Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan dikeringkan
dengan handuk /lap kering/tissu.
D. Fase Terminasi
1. Merapikan pasien
2. Mengevaluasi perasaan pasien dan tindakan
3. Berpamitan
4. Mendokumentasikan tindakan
Nama
Jenis tindakan
Alasan dilakukan tindakan
Respon klien
Rencana seanjurtanya
Nama terang perawat
Hari, tanggal, jam pelaksanaan, tanda tangan perawat
E. Penampilan Selama Tindakan
1. Ketenangan
2. Melakukan komunikasi teraupetik
3. Menjaga keamanan pasien
4. Menjaga kenyamanan pasien
Total

Catatan : Indikator penilaian yang belum dicapai

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
Keterangan :

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑎ℎ𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎


× 100%
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 73

A. Bila nilai 100% = indikator dilakukan secara keseluruhan: Mahasiswa Kompeten.


B. Bila nilai kurang dari 80 % = Mahasiswa belum kompeten sehingga mahasis wa perlu
pendampingan ulang.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN FISIK

MAHASISWA :

NIM :

TANGGAL :

TEMPAT :

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI


0 1 2
A. FASE PRA INTERAKSI
1. Mempersiapkan diri
2. Membaca rekam medis
3. Mempersiapkan diri
4. Memeprsiapkan alat:
Alat:
1. Stetoskop
2. Pen light
3. Tongue spatel
4. Otoskop
5. Handscoon
6. Garpu talla
7. Reflek hammer
8. Bengkok
9. Kapas/ kassa
10. Buku catatan/ format pengkajian
5. Cuci tangan
B. FASE ORIENTASI
1. Salam / menyapa pasien
2. Mempekenalkan diri
3. Menanyakan identitas pasien
4. Menjelaskan tujuan tindakan
5. Menjelaskan prosedur tindakan kepada pesien dan keluarga
6. Menanyakan kesiapan pasien
7. Mencuci tangan, menutup sampiran, menggunakan sarung tangan
C. FASE KERJA
1. Mempersiapkan alat dan mendekatkan kedekat pasien
2. Mencuci tangan dan menggunakan heandscoon
3. Menilai keadaan umum pasien
4. Kepala
Inspeksi : kesimetrisan muka, distribusi rambut/ kebersihan, kebersihan
rambut kepala, adanya luka.
Palpasi : adanya nyeri tekan, adanya edema
5. Mata dan alis
Inspeksi :
- mengamati kelopak mata (bentuk, bulu mata dengan cara
menganjurkan pasien menutup/membuka kedua mata)
- mengamati keadaan konjungtiva dan sclera dengan cara:
menganjurkan pasien memandang lurus kedapan, menarik kelopak
mata bagian bawah ke bawah menggunakan ibu jari, mengamati
keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva, catat warna, atau
adanya pus,
- mengamati sclera meliputi: icterus, warna iris dan ukuran bentuk
pupil, reaksi pupil dengan menyinarkan cahaya pada pupil.
- Mengamati gerakan mata dengan cara: perawat mendekatkan jari
telunjuk (posisi lurus) dengan jarak 15-30 cm, menggerakkan jari
telunjuk ke 8 arah, memberitahu pasien untuk mengikuti gerakan
jari.
Palpasi :
- Terhadap nyeri tekan pada bola mata, minta pasien memejamkan
mata
Test fungsi mata : penglihatan, pergerakan bola mata, lapang pandang
6. Hidung
Inspeksi :
a. Bagian luar : Mengamati bentuk, warna kulit, kesimetrisan lubang
hidung.
b. Bagian dalam:
- Menengadahkan kepala pasien.
- Memasukan spekulum pada lubang hidung.
- Mengamati rongga hidung : warna, sekresi, dan bengkak.

Palpasi : test kekokohan hidung, mencoba meraba secara perlahan pada


batang hidung, tanyakan kepada pasien apakah merasa nyeri atau tidak

Test fungsi hidung : test penciuman dan kepatenan jalan nafas


7. Telinga
Inspeksi :
a. Telinga luar:
- Membantu pasien dalam posisi duduk,
- Perawat duduk menghadap ke sisi telinga yang akan dikaji,
- Mengatur pencahayaan,
- Mengamati bentuk, warna, masa, lesi, ukuran,
b. Telinga dalam:
Dengan cara memasukan otoskop ke lubang telinga:
- Mengamati dinding lubang telinga adanya kotoran, radang, dan benda
asing.
- Mengamati membran tympani meliputi bentuk, warna transparansi,
darah, dan cairan.

Test pendengaran : menggunakan garpu talla


8. Memeriksa mulut
Inspeksi
a. Bibir: warna, ulkus, lesi.
b. Gigi: posisi, jarak ukuran warna.
c. Lidah: warna, ulkus.
d. Selaput lendir: warna, bengkak, ulkus, sekresi, perdarahan.
e. Kebersihan dan bau mulut.

Palpasi : ada massa atau nyeri


Test pengecapan.
9. Memeriksa leher
Inspeksi
a. Menganjurkan pasien melepas baju.
b. Mengatur pencahayaan.
c. Melakukan inspeksi leher : warna kulit, pembengkakakan.
d. Inspeksi tyroid dengan cara pasien disuruh menelan.
e. Peningkatan JVP
Palpasi : adanya massa, pembengkakan, penyimpangan, nyeri saat menelan
10. Pemeriksaan Dada
Inspeksi
a. Menganjurkan pasien melepas baju sebatas pinggang.
b. Mengatur posisi pasien duduk/berdiri.
c. Melakukan inspeksi dada dari 4 sisi (depan, belakang, kanan, kiri)
pada saat istirahat, inspirasi dan ekspirasi.
d. Mengamati keadaan kulit dada.
e. Memeriksa payudara dengan cara:
- Mengatur posisi duduk pasien menghadap ke depan, telanjang
dada dengan kedua lengan rileks di sisi tubuh.
- Melakukan inspeksi: ukuran bentuk, kesimetrisan, kulit, warna
aerola.
Palpasi :
a. Meraba permukaan tubuh dengan tangan dan jari
b. Menilai tekstur, pergerakan, serta getaran dan aliran udara pada
dinding dada.
c. Menghitung jumlah costa
d. Menilai ada/tidaknya nyeri tekan
e. Meletakkan kedua telapak tangan pada permukaan dada, kemudian
meminta pasien untuk menarik napas panjang dan menghembuskan
smebari mengucapkan kata-kata tertentu (misal 88, 99, 77).
Tujuannya adalah untuk merasakan getaran dari aliran udara pada
paru – paru
f. Meraba bila terlihat adanya jejas, untuk memastikan tidak adanya
fraktur, adanya krepitasi.

Perkusi :
a. Melakukan ketukan dengan menggunakan ujung jari pada setiap
costa pasien untuk mengetahui kondisi paru-paru dan jantung.
b. Bunyi ketukan akan bergaung pada bagian tubuh yang berisi udara
(paru-paru) dan akan lebih lemah dan redup pada bagian tubuh yang
padat atau berisi air (jantung)
c. Dengan pemeriksaan ini, dapat terdeteksi gangguan paru-paru,
seperti efusi pleura dan pneumothoraks, serta kelainan jantung,
seperti kardiomegali.

Auskultasi : mendengarkan suara paru-paru dan jantung menggunakan


stetoskop
11. Memeriksa perut
Inspeksi
a. Menganjurkan pasien melepas baju.
b. Mengatur posisi yang tepat.
c. Melakukan inspeksi : perhatikan posisi, warna, bentuk, kulit,
kesimetrisan, adanya inflamasi, pengeluaran umbilikus
d. Buka abdomen mulai prosesus sifoideus sampai simpisis pubis
e. Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, kontur permukaan
perut, retraksi, penonjolan, ketidak simetrisan, jaringan parut.
f. Observasi gerakan-gerakan kulit pada perut saat inspirasi dan
ekspirasi

Auskultasi :
a. Hangat bagian diafragma dan bell stetoskop
b. Letakkan sisi diafragma stetoskop di atas kuadran kanan bawah pada
area sekum. Berikan tekanan yang ringan dan meminta pasien untuk
tidak berbicara
c. Dengarkan bising usus, dua jari di atas umbbilikus

Perkusi :
a. Perkusi dimulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum jam
b. Perhatikan reaksi pasien dan catat bila pasien merasa nyeri atau nyeri
tekan
c. Lakukan perkusi pada area timpani dan redup
d. Suara timpani memiliki ciri nada lebih tinggi dari pada resonan,
suara ini dapat didengarkan pada rongga atau organ yang berisi udara
seperti lambung, usus, kandung kemih
e. Suara redup mempunyai ciri nada lebih rendah atau lebih datar dari
pada resonan. Suara ini dapat didengarka pada masa padat misalnya
keadaan acites, keadaan distensi kandung kemih, serta pada
pembesaran atau tumor hepar dan limfe

Palpasi :
a. Palpasi ringan abdomen di atas setiap kuadran, hindari lokasi yang
sebelumnya pasien mengatakan adanya nyeri tekan
b. Palpasi untu mendeteksi area nyeri, penegangan abnormal, atau
adanya massa
c. Selama palpasi observasi wajah pasien untuk mengetahui adanya
ketidak nyamanan
d. Tekan dinding abdomen sedalam 4-5 cm, catat bila adanya massa
dan struktur organ dibawahnya. Jika terdapat massa, maka catat
ukuran, lokasi, mobilitas, kontur dan kekuatannya
12. Pemeriksaan Anus
a. Membantu pasien mengatur posisi dorsal recumbent (paha berotasi
keluar, lutut fleksi dan menutup bagian tubuh tidak diperiksa).
b. Melakukan inspeksi pada anus: haemoroid, lesi atau kemerah-
merahan.
13. Pemeriksaan alat kelamin
a. Alat kelamin pria
- Menganjurkan pasien untuk membuka pakaian bawah.
- Melakukan inspeksi : rambut pubis, kulit dan ukuran, memegang
penis dan membuka kulub penis, mengamati lubang uretra, ulkus,
radang.
b. Alat kelamin wanita
- Menganjurkan pasien membuka pakaian bawah.
- Membantu posisi litotomi.
- Mengamati : rambut pubis, kulit, lesi, eritema.
- Membuka labia mayora, mengamati: bengkak, ulcus, secret.
14. Ekstremitas atas
Inspeksi : Mengamati warna kulit, adanya udema, lesi, ulkus, kesimetrisan
15. Ekstremitas bawah
Inspeksi : Mengamati warna kulit,
Palpasi :
- Adanya udema, lesi, ulkus, kesimetrisan
- Test kekuatan otot
- Test sensasi/rasa
- Test reflex:
Patella :
 Minta klien duduk ditepi meja priksa agar kaki klien dapat
menjuntai dengan bebas tidak menginjak lantai.
 Tentukan lokasi tendon patella yang berada tepat dibawah
patella
 Ketukkan reflek hammer langsung pada tendon patella.
 Amati adanya ekstensi kaki atau tendangan kaki yang normal,
Achilles :
 Minta klien duduk di tepi meja periksa agar kaki klien dapat
menjuntai dengan bebas tidak menginjak lantai
 Dorsofleksikan sedikit pergelangan kaki klien dengan
menopang kaki klien pada tangan pemeriksa
 Ketukkan reflek hammer pada tendon achilles tepat diatas tumit
 Amati dan rasakan plantar fleksi (sentakan ke bawah) yang
normal pada kaki klien.
D. FASE TERMINASI
1. Merapikan pasien
2. Mengevaluasi perasaan pasien dan tindakan
3. Berpamitan
4. Mendokumentasikan tindakan
Nama
Jenis tindakan
Alasan dilakukan tindakan
Respon klien
Rencana seanjurtanya
Nama terang perawat
Hari, tanggal, jam pelaksanaan, tanda tangan perawat
E. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan
2. Melakukan komunikasi teraupetik
3. Menjaga keamanan pasien
4. Menjaga kenyamanan pasien
Total

Catatan : Indikator penilaian yang belum dicapai

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

Keterangan :

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑎ℎ𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎


× 100%
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 35

A. Bila nilai 100% = indikator dilakukan secara keseluruhan: Mahasiswa Kompeten.


B. Bila nilai kurang dari 80 % = Mahasiswa belum kompeten sehingga mahasiswa perlu
pendampingan ulang.
SOP PEMBERIAN OBAT TOPIKAL PADA KULIT

MAHASISWA :

NIM :

TANGGAL :

TEMPAT :

No. ASPEK yang DINILAI NILAI

A. Fase Pra Interaksi 0 1 2


1. Mempersiapkan diri
2. Membaca rekam medis
3. Mempersiapkan alat
 Troli
 Baskom dan alas
 Perlak dan alas
 Bengkok (nierbekken)
 Air DTT dalam kom
 Kapas
 Sarung tangan
 Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
 Kassa balutan, penutup plastik dan plester (sesuai kebutuhan)
 Lidi kapas atau tongue spatel
 Obat topikal sesuai yang dipesankan (krim, salep, lotion, lotion
yang mengandung suspensi, bubuk atau powder, spray aerosol)
 Buku obat (ISO)
 Baskom dengan air hangat, waslap, handuk
 Larutan klorin 0.5% dalam tempatnya
 Sabun cuci tangan
 Lap handuk
 Tempat sampah basah dan kering
4. Cuci tangan
B. Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam/ menyapa pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menanyakan identitas pasien
4. Menjelaskan tujuan tindakan
5. Menjelaskan prosedur tindakan kepada pasien dan keluarga
6. Menanyakan kesiapan pasien
7. Mencuci tangan, menggunakan sarung tanggan.
8 Menutup sampiran
C. Fase Kerja
1. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan
tempat pemberian.
2. Cuci tangan
3. Atur peralatan disamping tempat tidur klien
4. Tutup gorden atau pintu ruangan
5. Identifikasi klien secara tepat
6. Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka
area yang akan diberi obat
7. Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan
kerak pada kulit
8. Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
9. Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topikal
10. Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
11. Oleskan agen topical :
1)
12. Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
 Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan
kemudian lunakkan dengan menggosok lembut diantara kedua
tangan
 Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan
memanjan searah pertumbuhan bulu.
 Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah
pemberian
13. Lotion mengandung suspensi
 Kocok wadah dengan kuat
 Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau bantalan
kecil
 Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering.
14. Bubuk
 Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh
 Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara ibu jari
atau bagian bawah lengan
 Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan
15. Spray aerosol
 Kocok wadah dengan keras
 Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray
menjauhi area (biasanya 15-30 cm)
 Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien
untuk memalingkan wajah dari arah spray.Semprotkan obat
dengan cara merata pada bagian yang sakit
16 Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang
sudah tidak digunakan pada tempat yang sesuai
17. Cuci tangan
D. Fase Terminasi
1. Merapikan pasien
2. Mengevaluasi perasaan pasien dan tindakan
3. Berpamitan
4 Mendokumentasikan tindakan
Nama
Jenis tindakan
Alasan dilakukan tindakan
Respon klien
Rencana seanjurtanya
Nama terang perawat
Hari, tanggal, jam pelaksanaan, tanda tangan perawat
E. Penampilan Selama Tindakan
1. Ketenangan
2. Melakukan komunikasi teraupetik
3. Menjaga keamanan pasien
4. Menjaga kenyamanan pasien
Total

Catatan : Indikator penilaian yang belum dicapai

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

Keterangan :

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑎ℎ𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎


× 100%
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 67

A. Bila nilai 100% = indikator dilakukan secara keseluruhan: Mahasiswa Kompeten.


B. Bila nilai kurang dari 80 % = Mahasiswa belum kompeten sehingga mahasis wa perlu
pendampingan ulang.
SOP PEMBERIAN OBAT SECARA ORAL “OBAT DALAM BENTUK CAIR”

MAHASISWA :

NIM :

TANGGAL :

TEMPAT :

No. Aspek yang Dinilai Nilai

A. Fase Pra Interaksi 1 2 3


1. Mempersiapkan diri
2. Membaca rekam medis
3. Mempersiapkan alat
Alat:
 Baki berisi obat-obatan
 Buku rencana pengobatan
 Mangkuk disposabel untuk tempat obat
 Pemotong obat (jika diperlukan)
 Martil dan lumpang penggerus
 Gelas dan air minum
 Sedotan
 Sendok
 Pipet
 Spuit sesuai ukuran
4. Cuci tangan
B. Fase Orientasi
1. Mengucapkan salam/ menyapa pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menanyakan identitas pasien
4. Menjelaskan tujuan tindakan
5. Menjelaskan prosedur tindakan kepada pasien dan keluarga
6. Menanyakan kesiapan pasien
7. Mencuci tangan, menggunakan sarung tanggan
8. Menutup sampiran
C. Fase Kerja
1. Cuci tangan dan pakai handscoone (sarung tangan)

2. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual,
muntah, adanya program tahan makan atau minum, akan dilakukan
pengisapan lambung dll)
3. Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat,
waktu dan cara pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada
kerugian pada perintah pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang
berwenang atau dokter yang meminta.
4. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil
obat yang diperlukan)
5. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai
dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik
aseptik untuk menjaga kebersihan obat).
6. Tablet atau kapsul
o Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel
tanpa menyentuh obat.
o Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi
obat sesuai dengan dosis yang diperlukan.
o Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi
bubuk dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus,
kemudian campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan
bagian farmasi sebelum menggerus obat, karena beberapa obat
tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi daya kerjanya
7. Obat dalam bentuk cair
o Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata
sebelum dituangkan, buang obat yang telah berubah warna atau
menjadi lebih keruh.
o Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk
menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.
o Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak
tangan, dan tuangkan obat kearah menjauhi label. Mencegah
obat menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga label
tidak bisa dibaca dengan tepat.
o Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat
berskala.
o Sebelum menutup botol usap bagian tutup botol dengan
menggunakan kertas tissue. Mencegah tutup botol sulit dibuka
kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol.
o Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5
ml maka gunakan spuit steril untuk mengambilnya dari botol.
8. Untuk obat yang sangat asam misalnya aspirin tawarkan makanan kecil
tanpa lemak, misal biskuit.
9. Temani klien sampai semua obat ditelan. Apabila anda ragu apakah obat
telah ditelan minta klien membuka mulutnya.
10. Setelah selesai pasien dirapikan dan bantu pasien kembali ke posisi yang
nyaman
11. Alat-alat dibersihkan dan dikembalikan ketempatnya

12. Kembalikan kartu, format obat atau huruf cetak nama obat ke arsip yang
tepat untuk pemberian obat selanjutnya.
D. Fase Terminasi
1. Merapikan pasien
2. Mengevaluasi perasaan pasien dan tindakan
3. Berpamitan
4. Mendokumentasikan tindakan
Nama
Jenis tindakan
Alasan dilakukan tindakan
Respon klien
Rencana seanjurtanya
Nama terang perawat
Hari, tanggal, jam pelaksanaan, tanda tangan perawat
E. Penampilan Selama Tindakan
1. Ketenangan
2. Melakukan komunikasi teraupetik
3. Menjaga keamanan pasien
4. Menjaga kenyamanan pasien
Total

Catatan : Indikator penilaian yang belum dicapai

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

Keterangan :

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑎ℎ𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎


× 100%
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 41

A. Bila nilai 100% = indikator dilakukan secara keseluruhan: Mahasiswa Kompeten.

B. Bila nilai kurang dari 80 % = Mahasiswa belum kompeten sehingga mahasis wa perlu
pendampingan ulang.
SOP PEMBERIAN OBAT MELALUI SUPPOSITORIA

MAHASISWA :

NIM :

TANGGAL :

TEMPAT :

No. Aspek yang Dinilai Nilai

A. Fase Pra Interaksi 1 2 3


1. Mempersiapkan diri
2. Membaca rekam medis
3. Mempersiapkan alat

Alat :

 Obat supositoria dalam tempatnya


 Pelumas larut air
 Pengalas
 Sarung tangan
 Tissue
 Bengkok
4. Mencuci tangan
B. Fase Orientasi
1. Memberi salam/ menyapa klien
2. Memperkenalkan diri
3. Menanyakan identitas klien
4. Menjelaskan tujuan tindakan
5. Menjelaskan prosedur tindakan kepada klien dan keluarga
C. Fase Kerja
1. Mencuci tangan dan pakai sarung tangan
2. Membuka baju pasien (tawarkan dulu pada pasien untuk membantu
membuka bajunya)
3. Mengatur posisi pasien miring kesalah satu sisi, kaki sebalah atas ditekuk
4. Membentangkan pengalas/perlak dibawah bokong pasien
5. Pakai sarung tangan
6. Buka supositoria dari kemasannya, lumasi ujungnya dan jari telunjuk
tagan dominan
7. Regangkan bokong pasien dengan tangan nondominan, sehingga anus
terlihat
8. Masukkan obat supositoria perlahan-lahan ke dalam anus, sphincter anal
internal serta mengenai dinding rectal ± 10 cm pada orang dewasa, ± 5
cm pada bati atau anak,
Dorong hingga masuk, sambil meminta pasien untuk menarik napas
dalam melalui mulut
9. Minta pasien agar tidak mengejan dan pastikan obat sudah masuk
10. Tarik jari anda dan bersihkan area kanal dengan tissue
11. Anjurkan pasien untuk berbaring terlentang atau miring selama ± 5 menit
12. Lepaskan sarung tangan dan letakkan pada bengkok
13. Rapikan pakaian pasien dan lingkungan
14. Bereskan alat
15. Mencuci tangan
16. Catat nama obat, dosis, dan waktu pemberian obat pada catatan obat
17. Observasi adanya efek supositoria ± 30 menit setelah obat diberikan
D. Fase Terminasi
1. Merapikan pasien
2. Mengevaluasi perasaan klien dan tindakan
3. Berpamitan
4. Mendokumentasikan tindakan
Nama
Jenis tindakan
Alasan dilakukan tindakan
Respon klien
Rencana seanjurtanya
Nama terang perawat
Hari, tanggal, jam pelaksanaan, tanda tangan perawat
E. Penampilan Selama Tindakan
1. Ketenangan
2. Melakukan komunikasi teraupetik
3. Menjaga keamanan klien
4. Menjaga kenyamanan klien
Total

Catatan : Indikator penilaian yang belum dicapai

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

Keterangan :

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑀𝑎ℎ𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎


× 100%
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 34

A. Bila nilai 100% = indikator dilakukan secara keseluruhan: Mahasiswa Kompeten.


B. Bila nilai kurang dari 80 % = Mahasiswa belum kompeten sehingga mahasis wa perlu
pendampingan ulang.

Anda mungkin juga menyukai