Anda di halaman 1dari 7

Tugas Perancangan Kontrak

Oleh: Lyna (0851024)


Per 16 Nopember 2009

A. Pengertian Kontrak

Suatu kontrak atau perjanjian adalah “suatu peristiwa di mana seorang berjanji
kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
suatu hal” (Subekti, 1983:1).
Kontrak juga mempunyai arti sebagai “suatu kesepakatan yang diperjanjikan
(promissory agreement) di anatar dua atau lebih oihak yang dapat menimbulkan,
memodifikasi, atau menghilangkan hubungan hukum” (Black, Henry Campbell,
1986:394).
Dengan kata lain melalui kontrak terciptalah perikatan atau hubungan hukum
yang menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak yang membuat
kontrak. Para pihak terikat untuk mematuhi kontrak yang telah mere buat.

Pengaturan tentang Kontak diatur terutama dalam KUHPerdata (BW), tepatnya


Buku III, di samping mengatur mengenai perikatan yang timbul dari perjanjian, juga
mengatur perikatan yang timbul dari undang-undang. Bagian Buku III yang berkaitan
dengan kontrak adalah:
a. Pengaturan tentang perikatan perdata;
Pengaturan ini merupakan pengaturan perikatan pada umumnya, berlaku untuk
perikatan yang berasal dari kontrak maupun yang berlaku untuk perikatan yang
timbul karena undang-undang.

b. Pengaturan tentang perikatan yang timbul dari kontrak;


Perikatan dapat timbul baik karena undang-undang maupun karena perjanjian
atau kontrak. Hal ini diatur dalam Buku II dan Buku III BW.

c. Pengaturan tentang hapusnya perikatan;


Tentang hapusnya suatu perikatan diatur dalam Buku III dan Buku IV BW.

d. Pengaturan tentang kontrak-kontrak tertentu.


Dalam BW terdapat pengaturan mengenai kontrak-kontrak tertentu atau disebut
kontrak bernama. Contoh kontrak bernama, yaitu kontrak jual beli, sewa
menyewa, tukar menukar dan sebagainya. Di samping itu juga terdapat kontrak
lain yang tidak masuk dalam kontrak bernama yang diatur dalam BW tersebut,
contohnya, kontrak leasing, franchise, lisensi, sewa beli dan sebagainya.

Letak perbedaan antara Kontrak dengan Perjanjian adalah Kontrak mempunyai


arti dan cakupan yang lebih sempit serta dilakukan secara tertulis sedangkan
Perjanjian mempunyai arti dan cakupan yang lebih luas serta dapat dilakukan baik
secara tertulis maupun tidak tertulis.
B. Unsur-Unsur Kontrak

a. Ada Kaidah Hukum


Kaidah dalam hukum perjanjian dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu tertulis
dan tidak tertulis. Kaidah hukum perjanjian tertulis adalah kaidah-kaidah
hukum yang terdapat di dalam perturan perundang-undangan, traktat dan
yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum perjanjian tidak tertulis adalah kaidah-
kaidah hukum yang timbul, tumbuh dan hidup dalam masyarakat. Jadi isi
kontrak harus mempunyai kaidah hukum atau mengikuti kaidah hukum yang
berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis.

b. Ada Subjek Hukum


Subjek hukum diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban. Dalam hukum
kontrak yang menjadi subjek hukum adalah kreditur dan debitur. Kreditur
adalah orang yang berpiutang dan debitur adalah orang yang berhutang. Jadi
dalam kontrak terdapat kreditur dan debitur sebagai pihak yang membuat
kontrak.

c. Ada Prestasi
Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban debitur. Suatu
Prestasi umunya terdiri dari beberapa hal, yaitu memberikan sesuatu, berbuat
sesuatu dan tidak berbuat sesuatu. Memberikan sesuatu artinya ada hal tertentu
atau obejk tertentu yang akan diserahkan kepada salah satu pihak. Berbuat
sesuatu artinya ada hal-hal tertentu sesuai yang diperjanjikan harus
dilaksanakan oleh masing-masing pihak. Tidak berbuat sesuatu artinya ada hal-
hal tertentu atau perbuatan-perbuatan tertentu yang tidak boleh dilakukan oleh
masing-masing pihak atau dilarang dalam perjanjian.
.
d. Kata Sepakat
Dalam Pasal 1320 BW dinyatakan bahwa salah satu syarat sah nya sebuah
perjanjian adalah kata sepakat (konsensus). Kesepakatan adalah persesuaian
penryataan kehendak antara para pihak.

e. Akibat Hukum
Setiap Perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum.
Akibat hukum disini adalah timbunya hak dan kewajiban.

C. Fungsi Kontrak
Kontrak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
 sebagai media untuk syarat sahnya suatu perjanjian
 sebagai alat bukti tertulis
 sebagai alat monitoring untuk pengawasan atas pelaksanaan suatu hak dan
kewajiban sesuai yang diperjanjikan
D. Sistem Hukum Kontrak

Sistem Hukum Kontrak bersifat terbuka, artinya para pihak dapat membuat perjanjian
yang menyimpangi ketentuan undang-undang asal saja didasarkan pada kesepakatan
bersama tetapi tidak bertentangan dengan kepentingan umum, ketertiban umum dan
kesusilaan.

E. Asas dalam Hukum Kontrak

Terdapat beberapa asas dalam hukum kontrak, yaitu:


1. Asas Tidak Boleh Main Hakim Sendiri
Yaitu apabila salah satu pihak melakukan pelanggaran terhadap isi perjanjian
atau wanprestasi, maka pihak lainnya dalam menuntut haknya harus melalui
prosedur yang berlaku, tidak boleh main hakim sendiri.

2. Asas Kebebasan Berkontrak


Adanya kebebasan para pihak untuk:
 Membuat atau tidak membuat perjanjian
 Memilih atau menentukan dengan pihak/siapa untuk membuat perjanjian
 Memilih atau menentukan causal dari perjanjian yang akan dibuat
 Menentukan objek perjanjian
 Menentukan bentuk suatu perjanjian
 Menerima/mengikuti atau menyimpangi ketentuan undang-undang yang
bersifat pilihan (optional)

3. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme artinya bahwa perikatan terjadi dan mempunyai akibat
hukum sejak terjadinya kata sepakat antara para pihak.

4. Asas Pacta Sunt Servanda


Asas ini menyatakan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi yang membuatnya (Pasal 1338 BW).

5. Asas itikad baik


Asas ini menyatakan bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik
(Pasal 1338 ayat (3) BW).

6. Asas Kepribadian
Asas ini menyatakan bahwa perjanjian yang dibuat berserta segala keuntungan
dan kerugiannya adalah untuk dirinya sendiri (Pasal 1340 BW).
F. Syarat Sah Kontrak

Syarat sah perjanjian diatur dalam Pasal 1320 BW, yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya


Dalam hal ini adalah sepakat yang tidak cacat kehendak, tidak ada paksaan,
kesesatan, penipuan dan penyalahgunaan keadaan. Adanya rasa ikhlas atau
saling memberi dan menerima atau sukarela di anatar pihak-pihak yang
membuat perjanjian tersebut.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan


Kecakapan di sini artinya para pihak yang membuat kontrak haruslah orang-
orang yang oleh hukum dinyatakan sebagai subjek hukum. Pengaturan cakap
hukum diatur dalam Pasal 1329 dan 1330 BW, yaitu mereka yang sudah
dewasa menurut hukum sebagaimana yang diatur dalam Pasal 330 BW, yaitu
yang telah genap berumur 21 tahun atau telah melakukan pernikahan, dan
mereka yang tidak berada atau ditaruh di bawah pengampuan.

3. Suatu hal tertentu


Objek tertentu yang dimaksud dalam Pasal 1333 BW, yaitu: barang yang dapat
diperdagangkan, barang yang tidak digunakan untuk kepentingan umum dan
jenisnya ditentukan serta barang yang akan datang.
Objek yang diatur dalam kontrak harus jelas dan dapat ditentukan, tidak boleh
samar-samar. Hal ini penting untuk memberikan jaminan atau kepastian kepada
pihak-pihak dan mencegah timbulnya kontrak fiktif.

4. Suatu sebab yang halal


Isi dari sebuah kontrak tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang ysang
bersifat memaksa, kepentingan umum, ketertiban umum dan kesusilaan. Isi dari
Kontrak yang dibuat harus mematuhi norma-norma tertentu.

G. Bentuk Perjanjian

Bentuk perjanjian ada 2, yaitu tertulis dan tidak tertulis. Perjanjian dalam bentuk
tertulis, yaitu kesepakatan yang tertuang dalam suatu tulisan dapat berupa akta, surat,
dokumen dan lainnya, dapat dibuat secara langsung oleh kedua pihak dan dapat juga
dibuat di hadapan instansi yang berwenang. Misalnya dalam akta Notaris dan Notaris
yang menjadi saksi dari isi perjanjian. Kesepakatan juga dapat berbentuk lisan atau
tidak tertulis, yang didasarkan pada kebisaaan.

Contoh bentuk perjanjian tidak tertulis, yaitu transaksi jual beli di pasar dan lain
sejenisnya.
Contoh-contoh bentuk perjanjian tertulis:
a. Perjanjian timbak balik dan Perjanjian Sepihak
Perjanjian timbal balik contohnya Jual Beli dan Sewa Menyewa.
Perjanjian sepihak contohnya Hibah dan Hadiah.

b. Perjanjian Cuma-Cuma dan Perjanjian Atas Beban


Perjanjian cuma-cuma contohnya Hibah.
Perjanjian atas beban contohnya perjanjian dimana X harus memenuhi prestasi
dan Y baru akan memberikan sesuatu.

c. Perjanjian Bernama dan Perjanjian Tidak Bernama


Perjanjian bernama adalah perjanjian yang mempunyai nama tersendiri yang
sudah diatur oleh undang-undang timbal balik, contohnya Jual Beli.
Perjanjian tidak bernama, contohnya Perjanjian Kerjasama.

d. Perjanjian Konsensual dan Perjanjian Rill


Perjanjian Konsensual yaitu perjanjian dimana ada persesuaian kehendak untuk
mengadakan perikatan, contohnya Perjanjian Perikatan Jual Beli.
Perjanjian Rill yaitu perjanjian dimana ada persesuaian kehendak dan ada bukti
nyata penyerahan barang, contohnya Perjanjian Penitipan, Perjanjian Pinjam
Pakai dan Jual Beli.

e. Perjanjian Publik
Perjanjian Publik yaitu perjanjian yang dikuasi oleh hukum publik, contohnya
Perjanjian Pengerjaan Jalan.

f. Perjanjian Campuran
Perjanjian Campuran yaitu perjanjian yang terdapat beberapa unsur perjanjian,
conthnya Perjanjian Sewa Kamar Hotel sudah termasuk Perjanjian Pelayanan di
dalamnya (Laundri, Food and Baverage, dll)

F. Prestasi dan Wanprestasi

Prestasi adalah segala hal-hal yang merupakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari
masing-masing pihak dalam suatu perjanjian.
Prestasi dalam kontrak adalah suatu pelaksanaan hal-hal yang tertulis dalam suatu
kontrak oleh pihak yang telah mengikatkan diri untuk tiu, pelaksanaan mana sesuai
dengan syarat dan ketentuan yang diperjanjikan.

Wanprestasi adalah keadaan dimana tidak dipenuhinya prestasi sebagaimana yang


telah ditentukan dalam perjanjian.
Wanprestasi dalam kontrak adalah tidak dilaksanakannya prestasi atau kewajiban
sebagaimana mestinya yang telah dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak
tertentu yang termuat dalam kontrak.
Wanprestasi disebabkan oleh 2 hal, yaitu: kesalahan dari salah satu pihak (sengaja
atau lalai) dan bukan kesalahan dari salah satu pihak (force majeure).

Keadaan wanprestasi ada 4, yaitu:


a. tidak melakukan kewajibannya sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan
b. melaksanakan, namun tidak sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan
c. melaksanakan apa yang telah diperjanjikan, tetapi tidak tepat pada waktunya
d. melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan berdasarkan perjanjian.

Akibat dari wanprestasi (Pasal 1243 BW) adalah:


a. pemenuhan perjanjian
b. pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi
c. ganti rugi saja
d. pembatalan perjanjian (Pasal 1266 BW)
e. pembatalan perjanjian disertai ganti rugi (Pasal 1267 BW)

G. Hapusnya Perikatan

Penghapusan suatu kontrak artinya perikatan atau perjanjian dan hak dan kewajiban
yang timbul dari kontrak tersebut tidak berlaku lagi dan tidak mengikat para pihak
lagi, yang dilakukan dengan cara pengakhiran/berakhirnya kontrak,
hapus/dihapuskannya perikatan atau batal/dibatalkannya perjanjian.

Hapusnya perikatan diatur dalam Pasal 1381 BW, yaitu:


a. karena pembayaran
b. karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan peyimpanan atau penitipan
c. karena pembaharuan hutang
d. karena perjumpaan hutang atau kompensasi
e. karena pencampuran hutang
f. karena pembebasan hutang
g. karena musnahnya barang yang terutang
h. karena batal atau pembatalan
i. karena berlakunya suatu syarat batal
j. karena lewatnya waktu
Referensi:

1. Widjaya, I.G. Rai, SH, MA. ”Merancang Suatu Kontrak (Contract Drafting)”,
Jakarta: Megapoin Divisi dari Kesaint Blanc, 2003.
2. Fuady, Munir, SH, MH, LLM. ”Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum
Bisnis)”, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2001.
3. Rahman, Hasanuddin, SH. Seri Keterampilan Merancang Kontrak Bisnis (Contract
Drafting)”, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003.
4. Ali Burhanudin SDB dan Nataniela Stg. ”60 Contoh perjanjian (Kontrak)”, Jakarta:
Hi-Fest Publishing, Cetakan 1, 2009.
5. Prof. Subekti, SH. ”Pokok-Pokok Hukum Perdata”, Jakarta: PT Intermasa, 2005.
6. Prof. Subekti, SH, dan R. Tjitrosudibio. ”Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”,
Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2005.

Anda mungkin juga menyukai