Anda di halaman 1dari 17

SOP PROSEDUR PENGKAJIAN ATAU TINDAKAN KEPERAWATAN

“Cairan dan Elektrolit”

Tugas KDP (Keperawatan Dasar Profesi)

Oleh :

Nama : Nurhamidah

NIM: 1941232

Pembimbing :

Ns. Awaluddin, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

TENGKU MAHARATU PEKANBARU

2020
SOP PROSEDUR PENGKAJIAN ATAU TINDAKAN KEPERAWATAN

KONSEP TEORI

A.Definisi

Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan,

elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui intravena. Tindakan

ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak,

dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan

pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa. Tindakan ini

merupakan metode efektif dan efisien dalam memberikan suplai cairan ke dalam

kompartemen intravaskuler. Terapi intravena dilakukan berdasarkan order dokter dan perawat

bertanggung jawab dalam pemeliharaan terapi yang dilakukan. Pemilihan pemasangan terapi

intravena didasarkan pada beberapa faktor, yaitu tujuan dan lamanya terapi, diagnosa pasien,

usia, riwayat kesehatan dan kondisi vena pasien. Apabila pemberian terapi intravena

dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, maka perawat harus mengidentifikasi larutan yang

benar, peralatan dan prosedur yang dibutuhkan serta mengatur dan mempertahankan sistem.

Tindakan Pemasangan Infus Sesuai Standart Operating Procedure Kemampuan

untuk mendapat akses ke sistem vena guna memberikan cairan dan obat merupakan

ketrampilan keperawatan yang diharapkan dalam berbagai lingkungan. Tanggung jawab ini

termasuk memilih tempat pungsi vena yang sesuai dan jenis kanula, dan mahir dalam teknik

penusukan vena. Sebelum melanjutkan dengan pungsi vena, penting artinya untuk memilih

tempat yang paling sesuai dan jenis kanula yang paling sesuai untuk pasien tertentu. Faktor-

faktor yang mempengaruhi pilihan-pilihan ini termasuk jenis larutan yang akan diberikan,

lamanya terapi intravena yang diharapkan, keadaan umum pasien, dan vena yang digunakan.
Ketrampilan orang yang melakukan pemasangan infus juga merupakan pertimbangan penting

(Smeltzer &Bare, 2002)

C.Tujuan

Tujuan terapi intravena adalah:

1.Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin,

protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral.

2.Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit

3.Memperbaiki keseimbangan asam basa

4.Memberikan tranfusi darah

5.Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena

6.Membantu pemberian nutrisi parenteral

Tujuan umum pungsi vena adalah untuk mendapatkan darah, memasukkan obat,

memulai infus intravena atau menyuntikkan bahan radiopaque untuk pemeriksaan sinar-x dari

bagian/sistem tubuh. (Perry &Potter, 2000)

Pemberian terapi intravena banyak dilakukan di rumah sakit, bahkan sekarang makin

berkembang dengan dilakukan pula dirumah untuk penggantian cairan, pemberian obat, dan

penyediaan nutrient jika tidak ada pemberian dengan cara lain (Smeltzer & Bare, 2002).

a. Pemilihan tempat

Banyak tempat dapat digunakan untuk terapi intravena, tetapi kemudahan akses dan

potensi berbeda di antara tempat-tempat ini. Vena di ekstremitas dipilih sebagai lokasi perifer

dan pada mulanya 5 merupakan tempat satu-satunya yang digunakan oleh perawat. Karena

vena ini relative aman dan mudah dimasuki, vena-vena diekstremitas atas paling sering

digunakan. Vena-vena kaki sebaiknya sangat jarang, kalaupun pernah digunakan karena

resiko tinggi terjadi tromboemboli; Vena ini merupakan cara terakhir dan dapat dilakukan

hanya sesuai dengan program medic dokter. Tempat-tempat tambahan untuk dihindari
termasuk vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya atau di bawah area yang flebitis; vena

yang sklerotik atau bertrombus; lengan dengan pirai arteriovena atau fistula; atau lengan yang

mengalami edema, infeksi, bekuan darah; atau kerusakan kulit. Selain itu, lengan pada sisi

yang mengalami mastektomi dihindari karena aliran balik vena yang terganggu (Smeltzer &

Bare, 2002) Vena sentral yang sering digunakan oleh dokter termasuk vena subklavikula dan

vena jugularis interna. Adalah memungkinkan untuk mengakses (atau mengkanulasi)

pembuluh darah yang lebih besar ini bahkan ketika vena perifer sudah kolaps, dan vena ini

memungkinkan pemberian larutan dengan osmolar tinggi. Meskipun demikian, bahayanya

jauh lebih besar dan mungkin termasuk penusukan yang kurang hati-hati masuk kedalam

arteri atau rongga pleura. Idealnya, kedua lengan dan tangan harus diinspeksi dengan cermat

sebelum tempat pungsi vena spesifik dipilih. Lokasi harus dipilih yang tidak mengganggu

mobilisasi. Untuk alasan ini, fosa antekubital dihindari, kecuali sebagai upaya terakhir.

Tempat yang paling distal dari lengan atau tangan umumnya digunakan pertama kali

sehingga intravena yang berikutnya dapat dilakukan ke arah yang atas. Hal-hal berikut

menjadi pertimbangan ketika memilih tempat penusukan vena:

1) Kondisi vena,

2) Jenis cairan atau obat yang akan diinfuskan,

3) Lamanya terapi, Usia dan ukuran pasien,

4) Riwayat kesehatan dan status kesehatan pasien sekarang,

5) Ketrampilan tenaga kesehatan

(Smeltzer & Bare, 2002)

Vena harus dikaji dengan palpasi dan inspeksi. Vena harus teraba kuat, elastis, besar,

dan bulat; tidak keras, datar, atau bergelombang. Karena arteri terletak dekat vena dalam fosa

antekubital, pembuluh darah harus dipalpasi terhadap pulsar arteri (bahkan dengan
terpasangnya tourniket) dan dihindari pemasangan kanul pada pembuluh darah yang

berpulsasi. Pedoman umum untuk memilih kanul termasuk :

1) Panjang kanul 1,8 – 3 cm,

2) Kateter dengan diameter yang kecil untuk memenuhi ruang minimal dalam vena,

3) Ukuran 20-22 untuk kebanyakan cairan IV; ukuran yang lebih besar untuk larutan yang

mengiritasi atau kental; ukuran 18 untuk pemberian darah.

Vena tangan adalah vena yang paling mudah dilakukan pemasangan kanula. Ujung kateter

seharusnya tidak berada di area fleksi, misal : pada fossa antekubital, karena hal ini akan

menghambat aliran intravena. (Smeltzer & Bare, 2002)

b. Perlengkapan pungsi vena

Jenis utama kanula yang tersedia termasuk jarum vena dengan lapis baja, kateter

plastik indwelling dimasukkan membungkus jarum baja. Scalp vein atau karum kupu-kupu

merupakan jarum baja pendek dengan pemegang berbentuk sayap dari plastik. Jarum ini

mudah dimasukkan, tetapi karena kecil dan tidak dapat dibengkokkan, mudah menyebabkan

infiltrasi. Penggunaan jarum-jarum ini seharusnya dibatasi untuk injeksi bolus atau infus yang

hanya berlangsung beberapa jam, karena jarum ini meningkatkan resiko cedera vena dan

infiltrasi. Pemasukan kateter over-the-needle membutuhkan langkah tambahan untuk

mendorong kateter ke dalam vena setelah pungsi vena. Karena kateter ini kurang

menyebabkan infiltrasi, peralatan ini sering dipilih dibandingkan dengan jarum scalp vein.

Kateter plastic 7 yang dimasukkan melalui jarum berongga biasanya disebut intrakateter.

Kateter ini tersedia dalam ukuran panjang dan sangat sesuai untuk penempatan di lokasi

sentral. Karena insersi memerlukan pemasukan kateter melalui vena untuk jarak yang cukup

jauh, kateter ini sulit ditempatkan. (Weinstein, 2001). Selain itu menurut Steven, Bordui, &

Weyde, (1999), untuk pemasangan infus kita perlu persiapkan alat-alat berikut ini, dan harus

berada dalam jangkauan tangan :


1) Cairan infus. Ini disajikan dalam bentuk botol kaca atau kantung plastik. Keuntungan dari

pemakaian kantung plastik adalah tidak diperlukan selang udara;

2) Standard infus yang dapat berjalan;

3) Sistem infuseyang berbentuk satu unit kesatuan (unit infus yang tergantung pada standard

infus). Ini akan sesuai dengan unit system hipo dan memiliki selang, ruang tetesan, dan

pengatur tetesan. Di dalam selang terdapat suatu bagian di tengah-tengah yang terbuat dari

karet yang memungkinkan kita untuk menyuntikkan obatobatan ke dalamnya.

4) Jarum infus. Ini dengan jelas bentuknya berbeda jika kita bandingkan dengan jarum hipo.

Saat ini disamping dipakai jarum infus orang juga memakai kanula intravena, suatu selang

sintetis dapat ditekuk yang akan dimasukkan ke pembuluh darah;

5) Kain penopang (penahan);

6) Desinfektan untuk kulit;

7) Gunting dan plester jahit dalam berbagai ukuran yang perlu untuk pemasangan jarum;

8) Kain kassa;

9) Baskom kecil;

10) Bidai (jika diperlukan);

11) Tabung untuk pembuangan darah (jika diperlukan);

12) Daftar infus

c. Mempersiapkan pasien Yang diartikan dengan mempersiapkan pasien adalah :

1) Memberi penjelasan yang baik pada pasien tentang apa yang akan terjadi dan mengapa itu

penting dilakukan;

2) Memberi kesempatan pada pasien untuk mengambil sikap tubuh yang nyaman di tempat

tidur;

3) Pasien memakai pakaian yang sesuai, dimana tangan yang nanti terlibat harus bebas;

4) Melepas cincin pada tangan yang terlibat, agar tidak terjadi kemungkinan terjepit/ligasi.
Infus biasanya dipasang pada pembuluh darah bagian atas lengan bawah. Jika ternyata infus

dimasukkan di tempat lekukan siku maka tangan tersebut harus diberi bidai. Dalam hal ini

sikap yang mudah dan baik sangat perlu diperhatikan. (Steven, Bordui, & Weyde,1999).

Pasien harus disiapkan sebelumnya untuk infus intravena, Kecuali pada situasi

kedaruratan. Uraian singkat tentang proses pungsi vena, informasi tentang lamanya infus

yang diperkirakan, dan pembatasan aktivitas merupakan topik-topik penting. Kesempatan

harus diberikan pada pasien yang mengungkapkan kekhawatirannya. Sebagai contoh,

beberapa pasien percaya bahwa mereka akan mati jika gelembung-gelembung kecil dalam

selang memasuki vena mereka. Setelah mengetahui ketakutan ini, perawat dapat menjelaskan

bahwa biasanya yang berbahaya hanya jumlah udara yang relatif besar yang diberikan dengan

cepat. (Smeltzer & Bare, 2002)

Pertimbangan pada anak-anak perlu dipasang restrain untuk membantu

mengimobilisasi ekstremitas dan mencegah gerakan yang tiba-tiba yang dapat mengakibatkan

cedera serius pada pembuluh darah. Sedangkan pertimbangan untuk lansia perawat harus

cermat mengkaji klien dikarenakan pembuluh darah lansia sudah rapuh sehingga dapat

menghindari penusukan berulang (Perry & Potter, 2000)

d. Persiapan letak infus

Karena infeksi dapat menjadi komplikasi utama dari terapi intravena, peralatan

intravena harus steril, juga wadah dan selang parenteral. Tempat insersi harus dibersihkan

dengan kapas povidoneiodine selama 2-3 menit, mulai dari tengah ke arah tepi. Tindakan ini

diikuti dengan alcohol 70%. (Hanya alcohol yang digunakan jika pasien alergi pada iodine).

Perawat harus menggunakan sarung tangan sekali pakai tidak steril selama prosedur pungsi

vena karena tingginya kemungkinan kontak dengan darah pasien (Asmadi, 2008).
e. Memasang infus intravena

1) Peralatan :

a) Seperangkat infus set steril

b) Cairan yang diperlukan

c) Kain kasa steril dalam tempatnya

d) Kapas alkohol dalam tempatnya

e) Plester

f) Gunting verband

g) Bengkok (neirbekken)

h) Infus set lengkap dengan gantungan botol (kolf)

i) Perlak kecil dan alas

j) Tali pembendung (tourniquet)

k) Spalk dalam keadaan siap pakai, bila perlu terutama pada anakanak. (Asmadi, 2008)

2) Persiapan :

a) Pastikan program medis untuk terapi intravena, periksa label larutan, dan identifikasi

pasien. Kesalahan yang serius dapat dihindari dengan pemeriksaan yang teliti.

b) Jelaskan prosedur pada pasien. Pengetahuan meningkatkan kenyamanan dan kerjasama

pasien.

c) Cuci tangan dan kenakan sarung tangan sekali pakai. Asepsis penting untuk mencegah

infeksi. Mencegah pajanan perawat terhadap darah pasien.

d) Pasang tourniket dan identifikasi vena yang sesuai. Tourniket akan melebarkan vena dan

membuatnya terlihat jelas.

e) Pilih letak insersi. Pemilihan tempat yang teliti akan meningkatkan kemungkinan pungsi

vena yang berhasil dan pemeliharaan vena.


f) Pilih kanula intravena. Panjang dan diameter kanula harus sesuai baik untuk letak maupun

tujuan infuse.

g) Hubungkan kantong infus dan selang, dan alirkan larutan sepanjang selang untuk

mengeluarkan udara, tutup ujung selang. Mencegah penundaan; peralatan harus dihubungkan

dengan segera setelah pungsi vena yang berhasil untuk mencegah pembekuan darah.

h) Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian kerja dan posisi pasien yang nyaman; alur

pencahayaan. Posisikan lengan pasien dibawah ketinggian jantung untuk meningkatkan

pengisian kapiler. Letakkan bantalan pelindung di atas tempat tidur di bawah lengan pasien.

Posisi yang sesuai akan meningkatkan kemungkinan keberhasilan dan memberikan

kenyamanan bagi pasien. (Smeltzer & Bare, 2002)

3) Prosedur

a) Tergantung pada kebijakan dan prosedur rumah sakit, lidokain 1% (tanpa epinefrin) 0,1-

0,2 cc mungkin disuntikkan secara local ke tempat intravena. (Menurunkan nyeri setempat

akibat prosedur).

b) Pasang tourniket baru untuk setiap pasien atau manset tekanan darah 15 sampai 20 cm (6-8

inci) di atas tempat penusukan. Palpasi nadi di distal tourniket. Minta pasien untuk membuka

dan menutup kepalan tangan beberapa kali atau menggantung lengan pasien untuk

melebarkan vena. (Tourniket melebarkan vena dan memudahkan pemasukan; tourniket tidak

boleh ketat sehingga menghambat aliran darah arteri. Jika nadi tidak teraba di sebelah distal

tourniket, maka tourniket tersebut terlalu ketat. Telapak tangan yang terkepal menyebabkan

vena menjadi bulat dan kencang).

c) Pastikan apakah pasien alergi terhadap yodium. Siapkan tempat dengan membersihkan

menggunakan tiga swab betadine selama 2-3 menit dalam gerakan memutar, bergerak keluar

dari tempat penusukan. Biarkan kering, kemudian bersihkan dengan alcohol 70% untuk

melihat dengan jelas vena profunda.


(1). Jika tempat yang dipilih sangat berambut, gunting rambut. (periksa kebijakan dan

prosedur lembaga tentang hal ini)

(2). Jika pasien alergi dengan povidone-yodium, maka dapat digunakan alcohol 70% saja.

(Asepsis ketat dan persiapan tempat yang teliti merupakan hal yang penting untuk mencegah

infeksi).

d) Dengan tangan yang tidak memegang peralatan akses vena, pegang tangan pasien dan

gunakan jari atau ibu jari untuk menegangkan kulit di atas pembuluh darah. (Menerapkan

traksi pada vena membantu vena untuk menstabilkannya).

e) Pegang jarum dengan bagian bevel keatas dan pada sudut 25- 45 derajat, tergantung pada

kedalaman vena, tusuk kulit tetapi tidak menusuk vena. (Posisi bevel ke atas biasanya

menyebabkan trauma yang lebih sedikit ke kulit atau vena). 12

f) Turunkan sudut jarum menjadi 10-20 derajat atau hamperejajar dengan kulit, kemudian

masuki vena baik langsung dari atas atau dari samping dengan satu gerakan cepat. (Prosedur

dua tahap menurunkan kemungkinan menembusnya jarum melalui dinding posterior vena

ketika kulit ditusuk).

g) Jika tampak aliran darah balik, luruskan sudut dan dorong jarum, langkah-langkah

tambahan untuk pemasangan kateter yang membungkus jarum.

(1). Dorong jarum 0,6 cm setelah pungsi vena yang berhasil.

(2). Tahan hub jarum, dan dorong kateter yang membungkus jarum ke dalam vena. Jangan

pernah memasukkan kembali jarum ke dalam kateter plastic atau menarik kateter kembali ke

jarum.

(3). Lepaskan jarum, sambil menekan perlahan kulit di atas ujung kateter; tahan hub kateter

di tempatnya. (Aliran balik mungkin tidak terjadi jika vena kecil; posisi ini menurukan

kemungkinan tembusnya dinding posterior vena).


h) Lepaskan tourniket dan sambungkan selang infus ; buka klem sehingga memungkinkan

tetesan. (Infus harus disambungkan dengan cepat untuk mencegah terjadinya bekuan darah

dalam kanula. Setelah 2 kali usaha untuk melakukan penusukan vena tidak berhasil

dianjurkan meminta bantuan dari perawat lain).

i) Sisipkan bantalan kasa steril berukuran 2x2 inchi dibawah ujung kateter. (Kasa berfungsi

sebagai bidang steril).

j) Rekatkan jarum dengan kuat di tempatnya dengan plester. (Jarum yang stabil lebih sedikit

kemungkinannya untuk terlepas atau mengiritasi vena).

k) Tempat penusukan kemudian ditutup dengan band-aid atau kasa steril; rekatkan dengan

plester nonalergenik tetapi jangan melingkari ekstremitas. (Plester yang melingkari

ekstremitas dapat berfungsi sebagai tourniket).

l) Plesterkan sedikit lengkungan selang intravena ke atas balutan. (Lengkungan selang

menurunkan kemungkinan pergeseran kanul yang tidak sengaja jika selang tertarik).

m)Tutup tempat penusukan dengan balutan sesuai dengan kebijakan dan prosedur rumah

sakit. Balutan kasa atau transparan mungkin digunakan. (Balutan yang transparan

memungkinkan pengkajian terhadap flebitis, infiltrasi, dan infeksi pada tempat penusukan

tanpa melepaskan balutan).

n) Beri label balutan dengan jenis dan panjang kanula, tanggal, dan inisial. (Pemasangan label

memfasilitasi pengkajian dan penghentian yang aman).

o) Hitung kecepatan infus dan atur aliran infus. (Infus harus diatur dengan cermat untuk

mencegah terjadinya infus yang berlebihan atau kekurangan).

p) Dokumentasikan tempat, jenis dan ukuran kanula, waktu, larutan, kecepatan intravena, dan

respons pasien terhadap prosedur. (Pendokumentasian penting untuk memfasilitasi perawatan

dan untuk tujuan legal).(Smeltzer & Bare, 2002).


f. Pemantauan terapi intravena

Mempertahankan suatu infus intravena yang sudah terpasang merupakan tanggung jawab

keperawatan yang menuntut pengetahuan tentang larutan yang sedang diberikan dan prinsip-

prinsip aliran tersebut. Selain itu, pasien harus dikaji dengan teliti baik terhadap komplikasi

local ataupun sistemik. (Weinstein, 2001) Tugas yang penting dari seseorang perawat adalah

untuk mengobservasi selama pemberian cairan infus. Pertama adalah reaksi pasien terhadap

bahan-bahan yang diberikan atau terhadap darah yang diberikan (pucat, keringat dingin,

denyut juantung lemah) hal-hal semacam ini harus dilaporkan pada dokter. (Steven, Bordui,

&Weyde, 1999)

g. Factor-faktor yang mempengaruhi aliran gravitasi intravena

Aliran dari infus intravena tunduk pada prinsip-prinsip yang sama yang mengatur

perpindahan cairan secara umum.

1) Aliran berbanding langsung dengan ketinggian bejana cairan. Menaikkan ketinggian

wadah infus dapat memperbaiki aliran yang tersendat-sendat.

2) Aliran berbanding langsung dengan diameter selang. Klem pada selang intravena mengatur

aliran dengan mengubah diameter selang. Selain itu, aliran akan lebih cepat melalui kanula

dengan diameter besar, berlawanan dengan kanul yang kecil.

3) Aliran berbanding terbalik dengan panjang selang. Menambah panjang selang pada jalur

intravena akan menurunkan aliran.

4) Aliran berbanding terbalik dengan viskositas cairan. Larutan intravena yang kental, seperti

darah, membutuhkan kanula yang lebih besar dibandingkan dengan air atau larutan salin.

(Smeltzer & Bare, 2002)

H .Prosedur Kerja Pungsi/Pemasangan Infus

1. Baca status dan data klien untuk memastikan program terapi IV

2. Cek alat-alat yang akan digunakan


3. Cuci tangan

4. Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya

5. Perkenalkan nama perawat

6. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien

7. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan

8. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya

9. Tanyakan keluhan klien saat ini

10. Jaga privasi klien

11. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien

12. Tinggikan tempat tidur sampai ketingian kerja yang nyaman

13.Letakkan klien dalam posisi semifowler atau supine jika tidak memungkinkan (buat klien

senyaman mungkin)

14. Buka kemasan steril dengan meanggunakan tehnik steril

15. Periksa larutan dengan menggunakan lima benar dalam pemberian obat

16. Buka set infus, pertahankan sterilitas kedua ujungnya

17. Letakkan klem yang dapat digeser tepat di bawah ruang drip dan gerakkan klem pada

posisi off

18. Lepaskan pembungkus lubang slang IV pada kantung larutan IV plastik tanpa menyentuh

ujung tempat masuknya alat set infuse

19. Tusukkan set infus ke dalam kantong atau botol cairan (untuk kantong, lepaskan penutup

protektor dari jarum insersi selang, jangan menyentuh jarumnya, dan tusukkan jarum ke

lubang kantong IV. Untuk botol, bersihkan stopper pada botol dengan menggunakan

antiseptik dan tusukkan jarum ke karet hitam stopper botol IV.

20. Gantungkan botol infus yang telah dihubungkan dengan set infus pada tempat yang telah

disediakan (pertahankan kesterilan set infus)


21. Isi selang infus dengan cairan, pastikan tidak ada udara dalam selang (terlebih dulu

lakukan pengisian pada ruang tetesan/the drip chamber). Setelah selang terisi, klem dioffkan

dan penutup ujung selang infus ditutup.

22. Beri label pada IV dengan nama pasien, obat tambahan, kecepatan pemberian.

23. Pasang perlak kecil/pengalas di bawah lengan/tangan yang akan diinsersi

24. Kenakan sarung tangan sekali pakai

25. Identifikasi aksesibilitas vena untuk pemasangan kateter IV atau jarum

26. Posisikan tangan yang akan diinsersi lebih rendah dari jantung, pasang torniket mengitari

lengan, di atas fossa antekubital atau 10-15 cm di atas tempat insersi yang dipilih (jangan

memasang torniket terlalu keras untuk menghindari adanya cidera atau memar pada kulit).

Pastikan torniket bisa menghambat aliran IV. Periksa nadi distal.

27. Pilih vena yang berdilatasi baik, dimulai dari bagian distal, minta klien untuk mengepal

dan membuka tangan (apabila belum menemukan vena yang cocok, lepaskan dulu torniket,

dan ulangi lagi setelah beberapa menit).

28. Bersihkan tempat insersi dengan kuat, terkonsentrasi, dengan gerakan sirkuler dari tempat

insersi ke daerah luar dengan larutan yodium—povidon, biarkan sampai kering. (klien yang

alergi terhadap yodium, gunakan alkohol 70 % selama 30 detik)

29. Lakukan pungsi vena, fiksasi vena dengan menempatkan ibu jari tangan yang tidak

memegang alat infus di atas vena dengan cara meregangkan kulit. Lakukan penusukan

dengan sudut 20-30°, tusuk perlahan dengan pasti

30. Jika tampak aliran darah balik, mengindikasikan jarum telah masuk vena.

31. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan tarik jarum sedikit lalu teruskan plastik IV

kateter ke dalam vena

32. Stabilkan kateter IV dengan satu tangan dan lepaskan torniket dengan tangan yang lain

33. Tekan dengan jari ujung plastik IV karteter, lalu tarik jarum infus keluar
34. Sambungkan plastic IV kateter dengan ujung selang infus dengan gerakan cepat, jangan

menyentuh titik masuk selang infus

35. Buka klem untuk memulai aliran infus sampai cairan mengalir lancar

36. Fiksasi sambungan kateter infus (apabila sekitar area insersi kotor, bersihkan terlebih

dulu)

37. Oleskan dengan salep betadin di atas area penusukan, kemudian tutup dengan kasa steril,

pasang plester

38. Atur tetesan infus sesuai ketentuan

39. Beri label pada temapt pungsi vena dengan tanggal, ukuran kateter, panjang kateter, dan

inisial perawat.

40. Buang sarung tangan dan persediaan yang digunakan

41. Cuci tangan

42. Berikan reinforcement positif

43. Buat kontrak pertemuan selanjutnya

44. Akhiri kegiatan dengan baik

45. Observasi klien setiap jam untuk menentukan respon terhadap terapi cairan (jumlah

cairan benar sesuai program yang ditetapkan, kecepatan aliran benar, kepatenan vena, tidak

terdapat infiltrasi, flebitis atau inflamasi)

46. Dokumentasikan di catatan perawatan (tipe cairan, tempat insersi, kecepatanaliran,

ukuran dan tipe kateter atau jarum, waktu infus dimulai, respon terhadap cairan IV, jumlah

yang diinfuskan, integritas serta kepatenan sistem IV.


I..Macam-Macam Infus

Continous Infusion (Infus berlanjut) mengunakan alat control Infus ini bisa diberikan secara

tradisional melalui cairan yang digantung, dengan atau tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus

melalui intravena, intra arteri dan intra techal (spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan

pompa khusus yang ditanam maupun eksternal.

Keuntungan:

1. Mampu untuk menginfus cairan dalam jumlah besar dan kecil dengan akurat

2. Adanya alarm menandakan adanya masalah seperti adanya udara di selang infus atau

adanya penyumbatan

3. Mengurangi waktu perawat untuk memastikan kecepatan aliran infus

Kerugian:

1. Memerlukan selang khusus

2. Biaya lebih mahal

3. Pompa infus akan dilanjutkan untuk menginfus kecuali ada infiltrasi

Syringe pump Infus pump

Intermittent Infusion (Infus sementara)Infus ini dapat diberikan melalui “heparin lock”,

“piggybag” untuk infus yang kontinyu, atau untuk terapi jangka panjang melalui perangkat

infus .

Keuntungan :

1. Inkompabilitas dihindari

2. Dosis obat yang lebih besar dapat diberikan dengan konsentrasi permililiter yang lebih

rendah daripada yang dipraktikkan dengan metode dorongan IV.


Kerugian :

1. Kecepatan pemberian tidak dikontrol dengan teliti kecuali infus dipantau secara elektronik

2. Volume yang ditambahkan 50-100 ml cairan IV dapat menyebabkan kelebihan cairan pada

beberapa pasien

Anda mungkin juga menyukai