Oleh :
Nama : Nurhamidah
NIM: 1941232
Pembimbing :
2020
SOP PROSEDUR PENGKAJIAN ATAU TINDAKAN KEPERAWATAN
KONSEP TEORI
A.Definisi
Terapi intravena adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan,
elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui intravena. Tindakan
ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak,
dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan
pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa. Tindakan ini
merupakan metode efektif dan efisien dalam memberikan suplai cairan ke dalam
kompartemen intravaskuler. Terapi intravena dilakukan berdasarkan order dokter dan perawat
bertanggung jawab dalam pemeliharaan terapi yang dilakukan. Pemilihan pemasangan terapi
intravena didasarkan pada beberapa faktor, yaitu tujuan dan lamanya terapi, diagnosa pasien,
usia, riwayat kesehatan dan kondisi vena pasien. Apabila pemberian terapi intravena
dibutuhkan dan diprogramkan oleh dokter, maka perawat harus mengidentifikasi larutan yang
benar, peralatan dan prosedur yang dibutuhkan serta mengatur dan mempertahankan sistem.
untuk mendapat akses ke sistem vena guna memberikan cairan dan obat merupakan
ketrampilan keperawatan yang diharapkan dalam berbagai lingkungan. Tanggung jawab ini
termasuk memilih tempat pungsi vena yang sesuai dan jenis kanula, dan mahir dalam teknik
penusukan vena. Sebelum melanjutkan dengan pungsi vena, penting artinya untuk memilih
tempat yang paling sesuai dan jenis kanula yang paling sesuai untuk pasien tertentu. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pilihan-pilihan ini termasuk jenis larutan yang akan diberikan,
lamanya terapi intravena yang diharapkan, keadaan umum pasien, dan vena yang digunakan.
Ketrampilan orang yang melakukan pemasangan infus juga merupakan pertimbangan penting
C.Tujuan
1.Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin,
protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral.
Tujuan umum pungsi vena adalah untuk mendapatkan darah, memasukkan obat,
memulai infus intravena atau menyuntikkan bahan radiopaque untuk pemeriksaan sinar-x dari
Pemberian terapi intravena banyak dilakukan di rumah sakit, bahkan sekarang makin
berkembang dengan dilakukan pula dirumah untuk penggantian cairan, pemberian obat, dan
penyediaan nutrient jika tidak ada pemberian dengan cara lain (Smeltzer & Bare, 2002).
a. Pemilihan tempat
Banyak tempat dapat digunakan untuk terapi intravena, tetapi kemudahan akses dan
potensi berbeda di antara tempat-tempat ini. Vena di ekstremitas dipilih sebagai lokasi perifer
dan pada mulanya 5 merupakan tempat satu-satunya yang digunakan oleh perawat. Karena
vena ini relative aman dan mudah dimasuki, vena-vena diekstremitas atas paling sering
digunakan. Vena-vena kaki sebaiknya sangat jarang, kalaupun pernah digunakan karena
resiko tinggi terjadi tromboemboli; Vena ini merupakan cara terakhir dan dapat dilakukan
hanya sesuai dengan program medic dokter. Tempat-tempat tambahan untuk dihindari
termasuk vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya atau di bawah area yang flebitis; vena
yang sklerotik atau bertrombus; lengan dengan pirai arteriovena atau fistula; atau lengan yang
mengalami edema, infeksi, bekuan darah; atau kerusakan kulit. Selain itu, lengan pada sisi
yang mengalami mastektomi dihindari karena aliran balik vena yang terganggu (Smeltzer &
Bare, 2002) Vena sentral yang sering digunakan oleh dokter termasuk vena subklavikula dan
pembuluh darah yang lebih besar ini bahkan ketika vena perifer sudah kolaps, dan vena ini
jauh lebih besar dan mungkin termasuk penusukan yang kurang hati-hati masuk kedalam
arteri atau rongga pleura. Idealnya, kedua lengan dan tangan harus diinspeksi dengan cermat
sebelum tempat pungsi vena spesifik dipilih. Lokasi harus dipilih yang tidak mengganggu
mobilisasi. Untuk alasan ini, fosa antekubital dihindari, kecuali sebagai upaya terakhir.
Tempat yang paling distal dari lengan atau tangan umumnya digunakan pertama kali
sehingga intravena yang berikutnya dapat dilakukan ke arah yang atas. Hal-hal berikut
1) Kondisi vena,
Vena harus dikaji dengan palpasi dan inspeksi. Vena harus teraba kuat, elastis, besar,
dan bulat; tidak keras, datar, atau bergelombang. Karena arteri terletak dekat vena dalam fosa
antekubital, pembuluh darah harus dipalpasi terhadap pulsar arteri (bahkan dengan
terpasangnya tourniket) dan dihindari pemasangan kanul pada pembuluh darah yang
2) Kateter dengan diameter yang kecil untuk memenuhi ruang minimal dalam vena,
3) Ukuran 20-22 untuk kebanyakan cairan IV; ukuran yang lebih besar untuk larutan yang
Vena tangan adalah vena yang paling mudah dilakukan pemasangan kanula. Ujung kateter
seharusnya tidak berada di area fleksi, misal : pada fossa antekubital, karena hal ini akan
Jenis utama kanula yang tersedia termasuk jarum vena dengan lapis baja, kateter
plastik indwelling dimasukkan membungkus jarum baja. Scalp vein atau karum kupu-kupu
merupakan jarum baja pendek dengan pemegang berbentuk sayap dari plastik. Jarum ini
mudah dimasukkan, tetapi karena kecil dan tidak dapat dibengkokkan, mudah menyebabkan
infiltrasi. Penggunaan jarum-jarum ini seharusnya dibatasi untuk injeksi bolus atau infus yang
hanya berlangsung beberapa jam, karena jarum ini meningkatkan resiko cedera vena dan
mendorong kateter ke dalam vena setelah pungsi vena. Karena kateter ini kurang
menyebabkan infiltrasi, peralatan ini sering dipilih dibandingkan dengan jarum scalp vein.
Kateter plastic 7 yang dimasukkan melalui jarum berongga biasanya disebut intrakateter.
Kateter ini tersedia dalam ukuran panjang dan sangat sesuai untuk penempatan di lokasi
sentral. Karena insersi memerlukan pemasukan kateter melalui vena untuk jarak yang cukup
jauh, kateter ini sulit ditempatkan. (Weinstein, 2001). Selain itu menurut Steven, Bordui, &
Weyde, (1999), untuk pemasangan infus kita perlu persiapkan alat-alat berikut ini, dan harus
3) Sistem infuseyang berbentuk satu unit kesatuan (unit infus yang tergantung pada standard
infus). Ini akan sesuai dengan unit system hipo dan memiliki selang, ruang tetesan, dan
pengatur tetesan. Di dalam selang terdapat suatu bagian di tengah-tengah yang terbuat dari
4) Jarum infus. Ini dengan jelas bentuknya berbeda jika kita bandingkan dengan jarum hipo.
Saat ini disamping dipakai jarum infus orang juga memakai kanula intravena, suatu selang
7) Gunting dan plester jahit dalam berbagai ukuran yang perlu untuk pemasangan jarum;
8) Kain kassa;
9) Baskom kecil;
1) Memberi penjelasan yang baik pada pasien tentang apa yang akan terjadi dan mengapa itu
penting dilakukan;
2) Memberi kesempatan pada pasien untuk mengambil sikap tubuh yang nyaman di tempat
tidur;
3) Pasien memakai pakaian yang sesuai, dimana tangan yang nanti terlibat harus bebas;
4) Melepas cincin pada tangan yang terlibat, agar tidak terjadi kemungkinan terjepit/ligasi.
Infus biasanya dipasang pada pembuluh darah bagian atas lengan bawah. Jika ternyata infus
dimasukkan di tempat lekukan siku maka tangan tersebut harus diberi bidai. Dalam hal ini
sikap yang mudah dan baik sangat perlu diperhatikan. (Steven, Bordui, & Weyde,1999).
Pasien harus disiapkan sebelumnya untuk infus intravena, Kecuali pada situasi
kedaruratan. Uraian singkat tentang proses pungsi vena, informasi tentang lamanya infus
beberapa pasien percaya bahwa mereka akan mati jika gelembung-gelembung kecil dalam
selang memasuki vena mereka. Setelah mengetahui ketakutan ini, perawat dapat menjelaskan
bahwa biasanya yang berbahaya hanya jumlah udara yang relatif besar yang diberikan dengan
mengimobilisasi ekstremitas dan mencegah gerakan yang tiba-tiba yang dapat mengakibatkan
cedera serius pada pembuluh darah. Sedangkan pertimbangan untuk lansia perawat harus
cermat mengkaji klien dikarenakan pembuluh darah lansia sudah rapuh sehingga dapat
Karena infeksi dapat menjadi komplikasi utama dari terapi intravena, peralatan
intravena harus steril, juga wadah dan selang parenteral. Tempat insersi harus dibersihkan
dengan kapas povidoneiodine selama 2-3 menit, mulai dari tengah ke arah tepi. Tindakan ini
diikuti dengan alcohol 70%. (Hanya alcohol yang digunakan jika pasien alergi pada iodine).
Perawat harus menggunakan sarung tangan sekali pakai tidak steril selama prosedur pungsi
vena karena tingginya kemungkinan kontak dengan darah pasien (Asmadi, 2008).
e. Memasang infus intravena
1) Peralatan :
e) Plester
f) Gunting verband
g) Bengkok (neirbekken)
k) Spalk dalam keadaan siap pakai, bila perlu terutama pada anakanak. (Asmadi, 2008)
2) Persiapan :
a) Pastikan program medis untuk terapi intravena, periksa label larutan, dan identifikasi
pasien. Kesalahan yang serius dapat dihindari dengan pemeriksaan yang teliti.
pasien.
c) Cuci tangan dan kenakan sarung tangan sekali pakai. Asepsis penting untuk mencegah
d) Pasang tourniket dan identifikasi vena yang sesuai. Tourniket akan melebarkan vena dan
e) Pilih letak insersi. Pemilihan tempat yang teliti akan meningkatkan kemungkinan pungsi
tujuan infuse.
g) Hubungkan kantong infus dan selang, dan alirkan larutan sepanjang selang untuk
mengeluarkan udara, tutup ujung selang. Mencegah penundaan; peralatan harus dihubungkan
dengan segera setelah pungsi vena yang berhasil untuk mencegah pembekuan darah.
h) Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian kerja dan posisi pasien yang nyaman; alur
pengisian kapiler. Letakkan bantalan pelindung di atas tempat tidur di bawah lengan pasien.
3) Prosedur
a) Tergantung pada kebijakan dan prosedur rumah sakit, lidokain 1% (tanpa epinefrin) 0,1-
0,2 cc mungkin disuntikkan secara local ke tempat intravena. (Menurunkan nyeri setempat
akibat prosedur).
b) Pasang tourniket baru untuk setiap pasien atau manset tekanan darah 15 sampai 20 cm (6-8
inci) di atas tempat penusukan. Palpasi nadi di distal tourniket. Minta pasien untuk membuka
dan menutup kepalan tangan beberapa kali atau menggantung lengan pasien untuk
melebarkan vena. (Tourniket melebarkan vena dan memudahkan pemasukan; tourniket tidak
boleh ketat sehingga menghambat aliran darah arteri. Jika nadi tidak teraba di sebelah distal
tourniket, maka tourniket tersebut terlalu ketat. Telapak tangan yang terkepal menyebabkan
c) Pastikan apakah pasien alergi terhadap yodium. Siapkan tempat dengan membersihkan
menggunakan tiga swab betadine selama 2-3 menit dalam gerakan memutar, bergerak keluar
dari tempat penusukan. Biarkan kering, kemudian bersihkan dengan alcohol 70% untuk
(2). Jika pasien alergi dengan povidone-yodium, maka dapat digunakan alcohol 70% saja.
(Asepsis ketat dan persiapan tempat yang teliti merupakan hal yang penting untuk mencegah
infeksi).
d) Dengan tangan yang tidak memegang peralatan akses vena, pegang tangan pasien dan
gunakan jari atau ibu jari untuk menegangkan kulit di atas pembuluh darah. (Menerapkan
e) Pegang jarum dengan bagian bevel keatas dan pada sudut 25- 45 derajat, tergantung pada
kedalaman vena, tusuk kulit tetapi tidak menusuk vena. (Posisi bevel ke atas biasanya
f) Turunkan sudut jarum menjadi 10-20 derajat atau hamperejajar dengan kulit, kemudian
masuki vena baik langsung dari atas atau dari samping dengan satu gerakan cepat. (Prosedur
dua tahap menurunkan kemungkinan menembusnya jarum melalui dinding posterior vena
g) Jika tampak aliran darah balik, luruskan sudut dan dorong jarum, langkah-langkah
(2). Tahan hub jarum, dan dorong kateter yang membungkus jarum ke dalam vena. Jangan
pernah memasukkan kembali jarum ke dalam kateter plastic atau menarik kateter kembali ke
jarum.
(3). Lepaskan jarum, sambil menekan perlahan kulit di atas ujung kateter; tahan hub kateter
di tempatnya. (Aliran balik mungkin tidak terjadi jika vena kecil; posisi ini menurukan
tetesan. (Infus harus disambungkan dengan cepat untuk mencegah terjadinya bekuan darah
dalam kanula. Setelah 2 kali usaha untuk melakukan penusukan vena tidak berhasil
i) Sisipkan bantalan kasa steril berukuran 2x2 inchi dibawah ujung kateter. (Kasa berfungsi
j) Rekatkan jarum dengan kuat di tempatnya dengan plester. (Jarum yang stabil lebih sedikit
k) Tempat penusukan kemudian ditutup dengan band-aid atau kasa steril; rekatkan dengan
menurunkan kemungkinan pergeseran kanul yang tidak sengaja jika selang tertarik).
m)Tutup tempat penusukan dengan balutan sesuai dengan kebijakan dan prosedur rumah
sakit. Balutan kasa atau transparan mungkin digunakan. (Balutan yang transparan
memungkinkan pengkajian terhadap flebitis, infiltrasi, dan infeksi pada tempat penusukan
n) Beri label balutan dengan jenis dan panjang kanula, tanggal, dan inisial. (Pemasangan label
o) Hitung kecepatan infus dan atur aliran infus. (Infus harus diatur dengan cermat untuk
p) Dokumentasikan tempat, jenis dan ukuran kanula, waktu, larutan, kecepatan intravena, dan
Mempertahankan suatu infus intravena yang sudah terpasang merupakan tanggung jawab
keperawatan yang menuntut pengetahuan tentang larutan yang sedang diberikan dan prinsip-
prinsip aliran tersebut. Selain itu, pasien harus dikaji dengan teliti baik terhadap komplikasi
local ataupun sistemik. (Weinstein, 2001) Tugas yang penting dari seseorang perawat adalah
untuk mengobservasi selama pemberian cairan infus. Pertama adalah reaksi pasien terhadap
bahan-bahan yang diberikan atau terhadap darah yang diberikan (pucat, keringat dingin,
denyut juantung lemah) hal-hal semacam ini harus dilaporkan pada dokter. (Steven, Bordui,
&Weyde, 1999)
Aliran dari infus intravena tunduk pada prinsip-prinsip yang sama yang mengatur
2) Aliran berbanding langsung dengan diameter selang. Klem pada selang intravena mengatur
aliran dengan mengubah diameter selang. Selain itu, aliran akan lebih cepat melalui kanula
3) Aliran berbanding terbalik dengan panjang selang. Menambah panjang selang pada jalur
4) Aliran berbanding terbalik dengan viskositas cairan. Larutan intravena yang kental, seperti
darah, membutuhkan kanula yang lebih besar dibandingkan dengan air atau larutan salin.
13.Letakkan klien dalam posisi semifowler atau supine jika tidak memungkinkan (buat klien
senyaman mungkin)
15. Periksa larutan dengan menggunakan lima benar dalam pemberian obat
17. Letakkan klem yang dapat digeser tepat di bawah ruang drip dan gerakkan klem pada
posisi off
18. Lepaskan pembungkus lubang slang IV pada kantung larutan IV plastik tanpa menyentuh
19. Tusukkan set infus ke dalam kantong atau botol cairan (untuk kantong, lepaskan penutup
protektor dari jarum insersi selang, jangan menyentuh jarumnya, dan tusukkan jarum ke
lubang kantong IV. Untuk botol, bersihkan stopper pada botol dengan menggunakan
20. Gantungkan botol infus yang telah dihubungkan dengan set infus pada tempat yang telah
lakukan pengisian pada ruang tetesan/the drip chamber). Setelah selang terisi, klem dioffkan
22. Beri label pada IV dengan nama pasien, obat tambahan, kecepatan pemberian.
26. Posisikan tangan yang akan diinsersi lebih rendah dari jantung, pasang torniket mengitari
lengan, di atas fossa antekubital atau 10-15 cm di atas tempat insersi yang dipilih (jangan
memasang torniket terlalu keras untuk menghindari adanya cidera atau memar pada kulit).
27. Pilih vena yang berdilatasi baik, dimulai dari bagian distal, minta klien untuk mengepal
dan membuka tangan (apabila belum menemukan vena yang cocok, lepaskan dulu torniket,
28. Bersihkan tempat insersi dengan kuat, terkonsentrasi, dengan gerakan sirkuler dari tempat
insersi ke daerah luar dengan larutan yodium—povidon, biarkan sampai kering. (klien yang
29. Lakukan pungsi vena, fiksasi vena dengan menempatkan ibu jari tangan yang tidak
memegang alat infus di atas vena dengan cara meregangkan kulit. Lakukan penusukan
30. Jika tampak aliran darah balik, mengindikasikan jarum telah masuk vena.
31. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan tarik jarum sedikit lalu teruskan plastik IV
32. Stabilkan kateter IV dengan satu tangan dan lepaskan torniket dengan tangan yang lain
33. Tekan dengan jari ujung plastik IV karteter, lalu tarik jarum infus keluar
34. Sambungkan plastic IV kateter dengan ujung selang infus dengan gerakan cepat, jangan
35. Buka klem untuk memulai aliran infus sampai cairan mengalir lancar
36. Fiksasi sambungan kateter infus (apabila sekitar area insersi kotor, bersihkan terlebih
dulu)
37. Oleskan dengan salep betadin di atas area penusukan, kemudian tutup dengan kasa steril,
pasang plester
39. Beri label pada temapt pungsi vena dengan tanggal, ukuran kateter, panjang kateter, dan
inisial perawat.
45. Observasi klien setiap jam untuk menentukan respon terhadap terapi cairan (jumlah
cairan benar sesuai program yang ditetapkan, kecepatan aliran benar, kepatenan vena, tidak
ukuran dan tipe kateter atau jarum, waktu infus dimulai, respon terhadap cairan IV, jumlah
Continous Infusion (Infus berlanjut) mengunakan alat control Infus ini bisa diberikan secara
tradisional melalui cairan yang digantung, dengan atau tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus
melalui intravena, intra arteri dan intra techal (spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan
Keuntungan:
1. Mampu untuk menginfus cairan dalam jumlah besar dan kecil dengan akurat
2. Adanya alarm menandakan adanya masalah seperti adanya udara di selang infus atau
adanya penyumbatan
Kerugian:
Intermittent Infusion (Infus sementara)Infus ini dapat diberikan melalui “heparin lock”,
“piggybag” untuk infus yang kontinyu, atau untuk terapi jangka panjang melalui perangkat
infus .
Keuntungan :
1. Inkompabilitas dihindari
2. Dosis obat yang lebih besar dapat diberikan dengan konsentrasi permililiter yang lebih
1. Kecepatan pemberian tidak dikontrol dengan teliti kecuali infus dipantau secara elektronik
2. Volume yang ditambahkan 50-100 ml cairan IV dapat menyebabkan kelebihan cairan pada
beberapa pasien