Anda di halaman 1dari 7

ISSN: 2186-8492, ISSN: 2186-8484 Print www.ajssh.leena-luna.co.

jp

Lansia Miskin: Demografi Sosial, Distribusi Pekerjaan,


Masalah Kesehatan & Perlindungan Sosial
Ichwan Muis1, Andi Agustang2, Arlin Adam3
1
Universitas Cokroaminoto Palopo, Indonesia
2
Universitas Negeri Makassar, Indonesia
3
Universitas Pejuang Republik Indonesia

Sumber asli: http://www.ajssh.leena-luna.co.jp/AJSSHPDFs/Vol.9(1)/AJSSH2020(9.1-05).pdf


Citation article: Muis, I., Agustang, A., & Adam, A. (2020). ELDERLY POVERTY: SOCIAL DEMOGRAPHIC, WORK
DISTRIBUTION, PROBLEM HEALTH & SOCIAL PROTECTION. Asian Journal of Social Sciences &
Humanities Vol, 9, 1.

ARTICLE INFO ABSTRAK


Kata Kunci: Studi ini membahas kompleksitas permasalahan hidup lansia miskin ditinjau dari
Elderly Poverty aspek pekerjaan dan kesehatan dalam aktivitas pemenuhan kebutuhan hidup sehari-
Social demographic hari. Lanjut usia miskin pada studi ini dianggap sebagai kelompok rentan yang seba-
Health problem gian besar hidupnya bergantung pada penduduk usia produktif dan kebijakan perlin-
Work distribution dungan sosial pemerintah. Penelitian ini dilakukan dengan studi literatur dengan
Social Protection metode pengkajian hasil survey (cross-sectional) terhadap 262 lanjut usia miskin. Hasil
penelitian berisi analisis aspek socio-demographic (usia, status pernikahan, pendidi-
kan), work distribution, problem health dan social protection (BPJS Kesehatan, Ban-
tuan Pangan Non Tunai (BPNT), Program Keluarga Harapan (PKH)) bagi lansia miskin.

PENDAHULUAN (52,80%) tinggal di perkotaan dan sebagian tinggal


Lanjut usia merupakan salah satu fase ke- di pedesaan (47,20%). Di Indonesia jumlah lansia
hidupan yang berisiko. Menurunnya kemampuan wanita lebih banyak 4,7% dibanding lansia pria
kerja akibat usia tua serta munculnya berbagai (52,35% berbanding 47,65%) (Badan Pusat Statistik,
gangguan kesehatan menyebakan kerentanan 2019).
ekonomi yang akan berujung pada kemiskinan. Di Di Kota Makassar jumlah lansia berada pada
Indonesia, angka kemiskinan tertinggi berada pada angka 4,10% (61.926 jiwa) dengan sebaran 46,35%
penduduk usia 65 tahun ke atas. Hal ini disebabkan lansia pria dan 53.65% lansia wanita. Lansia miskin
85% lansia Indonesia tidak memiliki jaminan berjumlah 30.307 jiwa (48,94% dari jumlah lansia
ekonomi/pendapatan (Stephen, Sri, & Dyah, 2017) kota Makassar). Penelitian menfokuskan kajian
serta 50% lansia diatas 60 tahun menderita masalah pada lansia miskin di Kelurahan Pattingalloang
kesehatan kronis dengan keparahan yang mening- dengan jumlah lansia sebanyak 262 jiwa.
kat seiring bertambahnya usia (Mooventhan & Lansia miskin mayoritas menggantungkan ke-
Nivethitha, 2017). hidupanya pada penduduk produktif (15-59 tahun).
Saat ini, terdapat 25,66 juta (9,60%) penduduk Permasalahan ini terjadi sebagai akibat perubahan
lansia dengan kategori 63,82% young-old (60-69 ta- fungsional, fisiologis dan biokimiawi yang mengu-
hun), 27,68% middle-aged old (70-79 tahun) dan rangi kemampuan lansia dalam melakukan aktivi-
8,50% old-old (80 tahun ke atas). Mayoritas lansia tasnya sehari-hari (Ramos Jimenez et al.,2009).

Muis, I., Agustang, A., & Adam, A. (2020). ELDERLY POVERTY: SOCIAL DEMOGRAPHIC, WORK DISTRIBUTION, PROBLEM HEALTH &
SOCIAL PROTECTION. Asian Journal of Social Sciences & Humanities Vol, 9, 1.
ISSN: 2186-8492, ISSN: 2186-8484 Print www.ajssh.leena-luna.co.jp

Kondisi penuaan juga dianggap sebagai faktor biolo- lansia miskin kelurahan Pattingalloang sebanyak
gis, psikologis dan sosial yang telah mempengaruhi 262 jiwa dengan rincian 161 lansia young old ((60-
satu sama lain (Aguiar & Macário, 2017) 69 tahun), 73 lansia middle age old (70-79 tahun)
Faktor psikologis mempengaruhi kemapuan dan 28 lansia the old old (80 tahun ke atas).
kognisi yang berujung pada keahlian dan daya ingat
lansia dalam beraktivitas termasuk dalam hal peker- HASIL
jaan. Faktor biologis dikaitkan dengan pesoalan Fenomena lanjut usia miskin Pattingalloang
kesehatan dan penyakit lansia sebagai akibat dari akan ini diuraikan kedalam empat aspek besar
fungsi adaptasi genetik (Aguiar, B & Macário, 2017). yakni: (1) socio-demographic yang terdiri dari: usia,
Faktor sosial di kaitkan dengan peranan sosial lansia status pernikahan, pendidikan lansia, (2) work dis-
yang disesuaikan dengan harapan masyarakat ter- tribution berisi tentang sebaran pekerjaan lansia
hadap lansia (Xavier, 2004). dan besaran jumlah lansia yang tidak bekerja, (3)
Kompleksitas permasalahan lansia Pattingal- problem health terdiri dari sebaran penyakit dan
loang memerlukan kehadiran pemerintah. jumlah lansia yang sehat serta (4) social protection
Pemerintah dianggap memiliki peran utama dalam menguraikan tentang jaminan kesehatan, jaminan
memberikan perlindungan bagi lansia miskin Pat- keuangan, dan jaminan kebutuhan pangan yang di
tingalloang. Perlindungan sosial merupakan salah berikan pemerintah terhadap lansia miskin Pat-
satu respon langsung dalam menyikapi kemiskinan tingalloang. Selanjutnya keempat aspek tersebut
(Sarah K.L, 2017). Jika dapat direncanakan dengan diuraikan sebagai berikut:
baik dan berkesinambungan dimungkinkan perlin-
dungan sosial ini dapat memberikan jaminan hidup DEMOGRAFI SOSIAL
yang layak bagi para lansia miskin Pattingalloang di-
Pada aspek demografis, lanjut usia dibagi
masa-masa yang akan datang.
kedalam kategori usia, status perkawinan, dan pen-
Penelitian ini selanjutnya akan diuraikan ke da-
didikan. Hasil penelitian terkait kategori ini tergam-
lam empat poin utama yang terdiri dari (1) socio-de-
barkan pada tabel 1.
mographic, (2) work distribution, (3) problem health
Tabel 1. Karakteristik Demografi Sosial
dan (4) social protection bagi lanjut usia miskin.
Male Female Total n=262
Usia (tahun)
METODE 60 – 69 72 (27,48) 89 (33,97) 161 (61,45)
70 - 79 30 (11,45) 43 (16,41) 73 (27,86)
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan 80+ 10 (3,82) 18 (6,87) 28 (10,69)
kualitatif dengan metode kajian literatur. Metode Status pernikahan
ini dilakukan dengan mencari ringksan tertulis Belum kawin 7 (2,67) 11 (4,20) 18 (6,87)
Kawin/nikah 92 (35,11) 41 (15,65) 133 (50,76)
jurnal, buku dan terkait lansia miskin Pattingal- Cerai hidup 1 (0,38) 4 (1,53) 5 (1,91)
loang. Cerai mati 12 (4,58) 94 (35,88) 106 (40,46)
Data yang digunakan terdiri dari data kuanti- Education
SD/SDLB 79 (30,15) 86 (32,82) 165 (62,98)
tatif yang diperoleh dari data survey basis data SMP/SMPLB 11 (4,20) 2 (0,76) 13 (4,96)
terpadu Dinas Sosial Kota Makassar periode Juni SMA/SMK/SMALB 5 (1,91) 0 (0,00) 5 (1,91)
2019 dan data kualitatif dari hasil wawancara, ob- Tidak Sekolah 17 (6,49) 62 (23,66) 79 (30,15)
Figures in parentheses are in percentages
servasi, dan focus group discussion di Kelurahan
Pattingalloang. Usia
Hasil data survey dilakukan dengan teknik
cross sectional terhadap warga miskin di Kota Ma- Lanjut usia atau dikenal dengan istilah de-
kassar. Hasil survey diolah dengan mengambil data wasa lanjut (late adulthood) dibagi kedalam tiga

Muis, I., Agustang, A., & Adam, A. (2020). ELDERLY POVERTY: SOCIAL DEMOGRAPHIC, WORK DISTRIBUTION, PROBLEM HEALTH &
SOCIAL PROTECTION. Asian Journal of Social Sciences & Humanities Vol, 9, 1.
ISSN: 2186-8492, ISSN: 2186-8484 Print www.ajssh.leena-luna.co.jp

rentan usia: young-old (60-69 years), the middle- Lansia Pattingalloang sebagian besar bekerja
aged old (70-79 years) dan the old-old (³ 80 years). di luar sektor pemerintahan sehingga pendidikan
Usia ini dianggap sebagai tahap akhir dari pengem- dianggap tidak menjadi syarat utama dalam men-
bangan rentang hidup dan di tandai dengan cari pekerjaan. Meskipun demikian dalam sosiologi,
penurunan yang terjadi dalam kaitannya dengan pendidikan seharusnya dapat membentuk sumber
penuaan terutama yang berhubungan dengan daya sosial-psikologis kunci, seperti rasa kontrol
aspek sensorik, ingatan, degenerasi fungsi fisik dan pribadi dan dukungan sosial. Pendidikan telah
sistem organ, serta perubahan sosial yang berkai- mempengaruhi psikologi lansia dan melindungi
tan dengan hubungan kekeluargaan, pekerjaan, dll kesehatan lansia terutama berkaitan manajemen
(Sofia & Isabel, 2014). pengurangan stress dan kecemasan serta
Pada tabel 1 terdapat 42,75% lansia pria dan mekanisme perilaku lansia Pattingalloang.
57,25% lansia wanita. Dimana terdapat 61,45%
young-old, 27,86% the middle-aged old dan 10,69% DISTRIBUSI PEKERJAAN
the old-old. Data tersebut menunjukkan bahwa di Tabel 2. Distribusi Pekerjaan
kelurahan Pattingalloang lansia wanita jauh lebih Job Male Female Total n=262
banyak dibanding lansia pria (150 jiwa berbanding Construction (building) 2 (0,7) 0 (0,00) 2 (3,44)
Trading 24 (9,16) 9 )(3,44) 33 (6,49)
112 jiwa). Transportation 6 (2,30) 0 (0,00) 6 (2,30)
Educational services 1 (0,38) 0 (0,00) 1 (1,53)
Status Pernikahan Scavengers 1 (0,38) 1 (0,38) 2 (1,53)
Catch fisheries 18 (6,87) 0 (0,00) 18 (6,87)
Status pernikahan lanjut usia Pattingalloang Processing industry 1 (0,38) 0 (0,00) 1 (0,38)
Other business 24 (9,16) 5 (1,91) 29 (11,06)
terdiri dari: 6,87% lansia belum menikah, 50,76% Individual Service 1 (0,38) 0 (0,00) 1 (0,38)
menikah, 1,91% cerai hidup, dan 40,46% cerai mati. Figures in parentheses are in percentages
Kategori ini dianggap sebagai salah satu aspek yang
Beberapa lansia miskin Pattingalloang dalam
dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia di masa
aktivitas pemenuhan kebutuhan hidupnya dil-
tua. Beberapa lansia yang cerai mati di Pattingal-
akukan dengan cara bekerja. Adapun sebaran
loang memiliki permasalahan sosial yang muncul
pekerjaan yang dilakukan oleh lansia Pattingalloang
akibat rasa kesepian yang berujung pada depresi.
diuraikan pada tabel 2.
Selain ditinggal mati, lansia yang belum pernah
Hasil yang diperoleh, terdapat 35,50% lansia
menikah seringkali merasa dirinya dikucilkan dan
yang masih bekerja dimasa tuanya dengan per-
mendapat cemoohan dari tetangga sekitar yang
bandingan lansia pria 29,77% dan wanita 5,73%.
juga berujung pada depresi hingga kematian.
Pekerjaan terbanyak lansia yakni berdagang 6,49%,
penangkap ikan (nelayan) 6,87%, serta bisnis lain
Pendidikan
(pengrajin kayu, batu bata, dll) 11,06%.
Tingkat pendidikan tertinggi lansia miskin Masih banyaknya lansia Pattingalloang yang
Pattingalloang terdiri dari SD 62,98%, SMP 4,96%, bekerja sebagian besar didasari atas tanggung ja-
SMA 1,91% dan tidak sekolah 30,15%. Angka terse- wab sebagai kepala keluarga (74.19%). Selain itu
but diperoleh dari kepemilikan ijazah tertinggi lan- terdapat alasan lain yang mendasari lansia masih
sia. Kondisi hidup lansia dimasa kini dianggap mem- bekerja diantaranya; secara fisik dan mental masih
iliki kerterkaitan dengan dampak pendidikan lansia mampu dan kuat bekerja, adanya desakan
di masa lalu. Pendidikan adalah salah satu faktor ekonomi, serta masih ingin mengaktualisasikan diri
yang telah mempengaruhi pekerjaan, sikap dan serta emosi. Meskipun demikian terdapat juga lan-
perilaku lanjut usia Pattingalloang dimasa lalu, sia Pattingalloang yang tidak bekerja dengan
masa kini dan masa yang akan datang.

Muis, I., Agustang, A., & Adam, A. (2020). ELDERLY POVERTY: SOCIAL DEMOGRAPHIC, WORK DISTRIBUTION, PROBLEM HEALTH &
SOCIAL PROTECTION. Asian Journal of Social Sciences & Humanities Vol, 9, 1.
ISSN: 2186-8492, ISSN: 2186-8484 Print www.ajssh.leena-luna.co.jp

persentase 64,50%. Diantara lansia yang tidak tujuan untuk mengurangi beban pengeluaran
bekerja, terdapat 49.70% berstatus sebagai kepala keluarga miskin dan rentan dalam memenuhi kebu-
keluarga. tuhan pangannya. Selanjutnya, 96,18% lansia ter-
catat sebagai penerima bantuan iuran jaminan
MASALAH KESEHATAN kesehatan (BPJS). Program BPJS merupakan ja-
Pada tabel 3 diuraikan berbagai macam pen- minan sosial di bidang kesehatan yang berfungsi se-
yakit yang dialami oleh beberapa lansia miskin di bagai penjamin pemeliharaan kesehatan lansia dan
Pattingalloang. perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan bagi para lansia miskin.
Tabel 3. Health Problem
Diseases Male Female Total n=262
Untuk program keluarga harapan (PKH)
Kronis 5 (1,91) 4 (1,53) 9 (3,44) hanya ada 4,58% lansia penerima. Program PKH
Hipertensi 3 (1,14) 14 (5,35) 17 (6,49) diberikan dalam rangka mengurangi angka kemiski-
Rematik 3 (1,14) 3 (1,14) 6 (2,30)
nan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
Jantung 2 (0,76) 2 (0,76) 4 (1,53)
Stroke 3 (1,14) 0 (0,00) 3 (1,14) serta mengubah perilaku yang kurang mendukung
Ginjal dan sejenisnya 2 (0,76) 2 (0,76) 4 (1,53) peningkatan kesejahteraan dari kelompok miskin.
Figures in parentheses are in percentages
Ketiga program di atas bertujuan untuk memenuhi
Lansia miskin Pattingalloang secara riwayat kebutuhan dasar hidup yang layak sebagai konsek-
penyakit menunjukkan bahwa mayoritas lansia be- uensi berkurangnya pendapatan lansia dikare-
rada pada kondisi sehat (83,59%). Sisanya (16,41%) nakan sakit, kehilangan pekerjaan (pensiun), dan
memiliki jenis penyakit yang terdiri dari: penyakit tidak adanya jaminan hari tua bagi para lansia
kronis 3,44%, hipertensi 6,49%, rematik 2,30%, jan- miskin di Pattingalloang.
tung 1,53%, stroke 1,14%, serta gangguan ginjal
dan sejenisnya 1,53%. DISCUSSION
Adapun beberapa faktor yang mempen- Secara umum menjadi tua merupakan suatu
grauhi kesehatan lansia Panttingalloang dian- keharusan yang tidak terelakkan bagi lansia Pat-
taranya: penurunan kondisi fisik, penurunan fungsi tingalloang. Negara-negara dengan populasi
dan potensi seksual, perubahan aspek psikososial, penduduk yang padat saat ini termasuk Indonesia
perubahan status dan kemampuan dalam bekerja, telah menghadapi peningkatan penduduk orang
perubahan dalam peran sosial dimasyarakat, dan tua (Paskaleva, D., & Tufkova, S.G. 2017). Hal ini
penurunan kondisi fisik lansia. berkaitan dengan tingkat harapan hidup yang se-
makin meningkat akibat perkembangan kehidupan
PERLINDUNGAN SOSIAL modern dan ilmu pengobatan (Balev. I, 2015).
Pada tabel 4 diuraikan jumlah lansia miskin di Pada aspek kesehatan, lansia pattingalloang
Pattingalloang yang mendapatkan perlindungan memiliki tingkat kesehatan yang baik (83,59%).
sosial dari pemerintah pusat maupun pemerintah Meskipun demikian masih terdapat 16,41% lansia
daerah. yang mempunyai penyakit tetap. Dalam pandangan
Tabel 4. Social Protection
biologis, kondisi kesehatan lansia miskin ini dikait-
Program Male Female Total n=262 kan dengan istilah stokastik dan non stokastik (MP
BPNT 2 (0,76) 20 (7,63) 22 (8,39) Mota et al., 2004). Secara stokastik lansia Pat-
BPJS Kesehatan 109 (41,60) 143 (54,58) 252 (96,18) tingalloang diperhadapkan pada proses penuaan
PKH 0 (0,00) 12 (4,58) 12 (4,58)
Figures in parentheses are in percentages yang mempengaruhi fungsi organ tubuh sehingga
melahirkan beberapa penyakit seperti: kronis,
Terdapat 8,39% lansia miskin mendapatkan
hipertensi, rematik, jantung, stroke, ginjal, dan lain-
program BPNT (bantuan pangan non tunai) dengan

Muis, I., Agustang, A., & Adam, A. (2020). ELDERLY POVERTY: SOCIAL DEMOGRAPHIC, WORK DISTRIBUTION, PROBLEM HEALTH &
SOCIAL PROTECTION. Asian Journal of Social Sciences & Humanities Vol, 9, 1.
ISSN: 2186-8492, ISSN: 2186-8484 Print www.ajssh.leena-luna.co.jp

lain. Sedangkan secara non stokastik kesehatan lan- mempertahankan jaringan sosial dan keterlibatan
sia Pattingalloang dipengaruhi oleh faktor ling- sosialnya dianggap dapat membantu lansia dalam
kungan. Lingkungan menjadi salah satu faktor la- pengayaan kognitif yang berujung kedampak posi-
hirnya depresi. Depresi dianggap sebagai akibat ku- tif pada tingkat efektivitas terutama terkait fungsi
rangnya keterlibatan lansia dalam kegiatan sosial, kognitif di usia tua (Abrizio, 2014). Kemampuan
pertemuan, dan diskusi situasi kepentingan poli- bekerja yang menurun sejalan dengan usia dan
tik/sosial, tidak adanya dukungan keluarga, tidak tingkat disabilitas yang meningkat tajam (Stephen,
ada jaringan kekeluargaan, gangguan medis kronis, Sri, & Dyah, 2017). 4 dari 10 lansia Indonesia usia di
serta permasalahan yang berkaitan dengan tidur atas 70 tahun ke atas mengalami satu jenis disabil-
(Lan Cong, Ping Dou & Lin Cai, 2015). itas yang berakibat pada pendapatan mandiri lansia
Lansia miskin Pattingalloang (96,17%) telah (Adioetomo, et al 2014).
mendapat perlindungan jaminan sosial berupa Fenomena di atas menunjukkan bahwa 65%
BPJS Kesehatan. Jaminan ini memastikan kebu- penduduk yang miliki usia 60 tahun ke atas mem-
tuhan dasar kesehatan bagi lansia maupun keluar- iliki tingkat ketergantungan yang tinggi pada anak-
ganya. BPJS di Indonesia mencakup asuransi anak mereka yang telah dewasa untuk membiayai
kesehatan, kecelakaan kerja, asuransi hari tua, kebutuhan mereka (Stephen, Sri, & Dyah, 2017).
pensiun dan tunjangan kematian (Djoni Rolin- Tingginya rasio ketergantungan dan kondisi
drawan, 2015). Jaminan yang diterima masyarakat ekonomi lansia beserta keluarga yang miskin, men-
sebagian besar hanya pada jaminan kesehatan. jadikan pemerintah menjadi pihak yang ber-
Meskipun demikian masih terdapat 4,58% lansia tanggung jawab terhadap permasalahan ini. Pro-
yang tidak memiliki jaminan sosial dikarenakan gram perlindungan sosial, ketika dirancang ditar-
perosalan administrasi. Lansia yang tidak getkan dengan tepat sehingga dapat membantu
mendapatkan perlindungan kesehatan masih mengisi kekurangan pendapatan dan konsumsi ru-
mendapat perhatian dari pemerintah dan pihak mah tangga miskin (Sarah K et al, 2017). Perlin-
pemerintah setempat masih bertanggung jawab dungan sosial yang pemerintah berikan disebut
meskipun dengan prosedur yang sedikit rumit. dengan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) (Junaidi,
Pada aspek pekerjaan, sekitar 64,50% lansia M, et al 2017). Bantuan bahan makanan ini hanya
tidak memiliki pekerjaan akibat permasalahan fisi- diperuntukkan bagi keluarga yang hidup dibawah
ologis. Penuaan fisiologis merupakan serangkaian garis kemiskinan (Siregar, et al, 2019).
perubahan dalam fungsi organ dan mental dalam Program BPNT telah diberikan kepada 8,39%
diri organisme yang berakibat pada berkurangnya lansia miskin Pattingalloang dan sisanya 91,61%
kapasitas untuk mempertahankan fungsi normal masih belum tersentuh. Program bertujuan men-
organ (Trevisan et al., 2019). Kondisi ini sebagian gurangi beban pengeluaran penerima bantuan me-
besar dihadapi oleh wanita (51,52%) dan selebi- lalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan dan
hnya adalah pria (12,98%). memberikan nutrisi yang seimbang (Junaidi, M, et
Lansia miskin Pattingalloang yang masih al 2017). Penyaluran bantuan program ini dilakukan
bekerja (35,50%) melakukan rutinitasnya dikare- dengan sistem direct cash transfer yang dapat
nakan alasan: secara fisik dan mental masih mempercepat proses penyaluran bantuan kepada
mampu dan kuat bekerja, adanya desakan lansia miskin Pattingalloang. Cara ini dilakukan un-
ekonomi, serta masih ingin mengaktualisasikan diri tuk melindungi dan mencegah individu/rumah
serta emosi (Affandi, 2009). Aktualisasi diri sangat tangga terkena dampak guncangan ekonomi,
penting bagi lansia bari dari aspek psikologi mau- meningkatkan, aset manusia, aset produktif dan
pun dari aspek kognitif. Lansia yang keuangan serta mengurangi tingkat kemiskinan

Muis, I., Agustang, A., & Adam, A. (2020). ELDERLY POVERTY: SOCIAL DEMOGRAPHIC, WORK DISTRIBUTION, PROBLEM HEALTH &
SOCIAL PROTECTION. Asian Journal of Social Sciences & Humanities Vol, 9, 1.
ISSN: 2186-8492, ISSN: 2186-8484 Print www.ajssh.leena-luna.co.jp

dan pengucilan sosial dan ekonomi (Armando Bar- http://dx.doi.org/10.24269/ijhs.v1i2.482


rientos, et al, 2014). Aries, M., Hardinsyah, H., & Tuhiman, H. (2012). Determi-
Selain BPNT, Pemerintah juga memberikan- nan Gizi Kurang Dan Stunting Anak Umur 0 – 36 Bu-
Program Keluarga Harapan (PKH) kepada lansia lan Berdasarkan Data Program Keluarga Harapan
miskin Pattingalloang (4,58%) dengan tujuan utama (Pkh) 2007. Jurnal Gizi Dan Pangan, 7(1), 20-27.
yakni mengurangi angka kemiskinan. Progam ini https://doi.org/10.25182/jgp.2012.7.1.20-27.
diberikan dalam bentuk transfer tunai yang dapat Armando Barrientos, Jasmina Byrne & Paola Peña, Juan
membantu penerima (lansia) untuk meningkatkan Miguel Villa, Social transfers and child protection
kehidupan mereka (konsumsi dan usaha mikro) in the South, Children and Youth Services Review,
(Kharisma, D., 2008). Selain untuk lansia, PKH juga Volume 47, Part 2, 2014,Pages 105-112, ISSN 0190-
diperuntukkan bagi komponen lain seperti: wanita 7409,
hamil, anak sekolah, dan disabilitas berat. Semua https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2014.07.011.
ini dilakukan pemerintah untuk mengurangi masa- A. Mooventhan, L. Nivethitha, Evidence based effects of
lah gizi pada bayi dan balita melalui program yang yoga practice on various health related problems of
terintegrasi dengan bidang kesehatan (Aries, M., et elderly people: A review, Journal of Bodywork and
al 2012). PKH menyentuh semua lapisan masyara- Movement Therapies, Volume 21, Issue 4, 2017,
kat dalam menyiapkan serta meningkatkan kualitas Pages 1028-1032, ISSN 1360-8592,
hidup generasi berikutnya agar dapat keluar dari https://doi.org/10.1016/j.jbmt.2017.01.004.
rantai kemiskinan (Kharisma, D., 2008). Djoni Rolindrawan, The Impact of BPJS Health Implemen-
tation for the Poor and Near Poor on the Use of
Health Facility, Procedia - Social and Behavioral Sci-
DAFTAR PUSTAKA ences, Volume 211, 2015, Pages 550-559, ISSN
1877-0428,
Abrizio Mazzonna, The lon g lasting effects of education
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.073.
on old age health: Evidence of gender differences,
Social Science & Medicine, Volume 101, 2014, Hardy, M., & Skirbekk, Balev I (2015) International Con-
Pages 129-138, ISSN 0277-9536, ference on Population and Development-Cairo-
https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2013.10.042. 1994 (20 years later) Statistics 4: 147-167.
Adioetomo SM, Mont D and Irwanto, (2014) Persons with Junaidi, M. S., Setiawan, B. M., & Prastiwi, W. D. (2017).
disabilities in Indonesia: Empirical facts and impli- The Satisfaction Comparison Of Bantuan Pangan
cations for social protection policies. Jakarta; Lem- Non Tunai Recipients and Rastra Recipients In
baga Demografi and TNP2K. Cakung District, East Jakarta. Jurnal Ilmiah
Econosains, 15(2), 274-288.
Affandi, M. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi
http://doi.org/10.21009/econosains.0152.08.
penduduk lanjut usia memilih untuk bekerja. Jour-
nal of Indonesian Applied Economics, 3(2). Kharisma, D. D. (2008). Case study of PKH (CCT Indonesia)
in Sumba Barat and Kediri. Asian Social Protection
Aguiar, B., & Macário, R. (2017). The need for an Elderly
in Comparative Perspective, Singapore, 7-9.
centred mobility policy, Transportation Research
Procedia, Volume 25, 2017, Pages 4355-4369, ISSN Hardy, M., & Skirbekk, V. (2013). Research opportunities
2352-1465, in the demography of aging. In New Directions in
https://doi.org/10.1016/j.trpro.2017.05.309. the Sociology of Aging. National Academies Press
(US). https://doi.org/10.17226/18508
Andayani, S., & Astuti, Y. (2017). Prediksi Kejadian Penya-
kit Tuberkulosis Paru Berdasarkan Usia Di Kabu- Lan Cong, Ping Dou, Daochun Chen, Lin Cai, Depression
paten Ponorogo Tahun 2016-2020. Indonesian and Associated Factors in the Elderly Cadres in Fu-
Journal for Health Sciences, 1(2), 29 - 33. doi: zhou, China: A Community-based Study,

Muis, I., Agustang, A., & Adam, A. (2020). ELDERLY POVERTY: SOCIAL DEMOGRAPHIC, WORK DISTRIBUTION, PROBLEM HEALTH &
SOCIAL PROTECTION. Asian Journal of Social Sciences & Humanities Vol, 9, 1.
ISSN: 2186-8492, ISSN: 2186-8484 Print www.ajssh.leena-luna.co.jp

International Journal of Gerontology, Volume 9, Is- systems,” Mechanisms of Ageing and Develop-
sue 1, 2015, Pages 29-33, ISSN 1873-9598, ment, vol. 122, no. 14, pp. 1591–1611, 2001.
https://doi.org/10.1016/j.ijge.2015.02.001.
Sarah K. Lowder, Raffaele Bertini, André Croppenstedt,
Moch. Affandi. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Poverty, social protection and agriculture: Levels
Penduduk Lanjut Usia Memilih Untuk Bekerja. Vol. and trends in data, Global Food Security, Volume
3 No.2 2009, page 99-110, ISSN 1907-7947 15, 2017, Pages 94-107, ISSN 2211-9124,
https://doi.org/10.1016/j.gfs.2017.06.001.
Mota, M. P., Figueiredo, P. A., & Duarte, J. A. (2004). Te-
orias biológicas do envelheci-mento. Revista portu- Siregar, A. A., Badaruddin, B., & Asmara, S. (2019). Imple-
guesa de ciências do desporto, 4(1), 81-110. mentation of Non-Cash Food Assistance (BPNT) in
Rantau Utara Region, Labuhanbatu. International
Paskaleva, D., & Tufkova, S.G. (2017). Social and Medical
Journal of Multicultural and Multireligious Under-
Problems of the Elderly. Journal of gerontology and
standing, 6(6), 328-336
geriatric research, 2017.
http://dx.doi.org/10.18415/ijmmu.v6i6.1282.
https://doi.org/10.4172/2167-7182.1000431
Stephen Kidd, Bjorn Gelders, dkk. (2017). Perlindungan
Ramos-Jimenez, A., Hernández-Torres, R. P., Wall-
Sosial bagi Penduduk Lanjut Usia di Indonesia. Ja-
Medrano, A., Muñoz-Daw, M. D., Torres-Durán, P.
karta: TNP2K.
V., & Juárez-Oropeza, M. A. (2009). Cardiovascular
Trevisan, K., Cristina-Pereira, R., Silva-Amaral, D., &
and metabolic effects of intensive Hatha Yoga
Aversi-Ferreira, T. A. (2019). Theories of Aging and
training in middle-aged and older women from
the Prevalence of Alzheimer’s Disease. BioMed re-
northern Mexico. International journal of
search international, 2019.
yoga, 2(2), 49.
https://doi.org/10.1155/2019/9171424
doi: 10.4103/0973-6131.60044
Xavier, P., 2004. Um olhar sobre o envelhecimento: Bem-
R. H. Straub, M. Cutolo, B. Zietz, and J. Schölmerich, “The
estar psicológico e autonomia funcional em idosos
process of aging changes the interplay of the im-
com apoio formal. Lisboa: ISPA.
mune, endocrine and nervous

Muis, I., Agustang, A., & Adam, A. (2020). ELDERLY POVERTY: SOCIAL DEMOGRAPHIC, WORK DISTRIBUTION, PROBLEM HEALTH &
SOCIAL PROTECTION. Asian Journal of Social Sciences & Humanities Vol, 9, 1.

Anda mungkin juga menyukai