Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Pokok Bahasan Gerak - Compress PDF
Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Pokok Bahasan Gerak - Compress PDF
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
OLEH:
ADE YUSMAN
105016300569
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Oleh:
Ade Yusman
105016300569
Di bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I
Drs. Hasian Pohan, M.Si
NIP.197603092005012002 .............. .....................
Penguji II
Kinkin Suartini, M.Pd
NIP. 197910292006041001 .............. .....................
Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
ABSTRAK
Semoga Allah akan membalas semua kebaikan dan budi baik mereka
dengan balasan yang setimpal. Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan
manfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir ..................................................................... 41
Gambar 4.1 Histogram Tes Hasil Belajar (Pretest) Kelas
Eksperimen dan Kontrol ...................................................... 56
Gambar 4.2 Histogram Tes Hasil Belajar (Pretest) Kelas
Eksperimen dan Kontrol ...................................................... 57
BAB I
PENDAHULUAN
1
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),
hal. 132
1
2
pengetahuan alam itu sendiri memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya
adalah ilmu fisika.
Ilmu fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam. Ilmu fisika
juga merupakan bagian ilmu pengetahuan yang bersinggungan dengan biologi dan
kimia. Oleh karena itulah ilmu fisika merupakan salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang penting untuk dipelajari. Akan tetapi sampai saat ini masih
banyak siswa yang beranggapan bahwa pelajaran fisika merupakan mata pelajaran
yang sulit untuk dipelajari. Salah satu konsep fisika yang dianggap sulit adalah
konsep gerak. Pada konsep gerak ini, banyak sekali konsep yang diajarkan, salah
satunya mereka agak kesulitan dalam menentukan gerak dan perpindahan,
kecepatan dan percepatan. Hal ini umumnya terjadi karena metode pengajaran
yang digunakan hanya metode ceramah, jarang sekali menggunakan metode yang
bervariasi.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika
siswa, hal tersebut terlihat berdasarkan indikator hasil belajar selama limat tahun
terakhir pada program studi IPA rata-rata siswa memperoleh nilai dibawah 4.00
(dalam skala 10) pada pelajaran fisika. Diantara faktor yang menyebabkan
rendahnya hasil belajar fisika siswa tersebut adalah proses pembelajaran fisika
yang ditemui secara umum lebih menekankan pada pencapaian tuntutan
kurikulum dan penyampaian materi semata daripada mengembangkan
kemampuan belajar dan membangun individu. Faktor lain yang menyebabkan
rendahnya hasil belajar fisika siswa adalah sebagian besar guru belum mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga
siswa kurang termotivasi dan merasa terbebani dalam belajar fisika. Selain itu,
siswa juga memiliki andil dalam menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika
misalnya ketidakmampuan siswa dalam memahami dan menarik kesimpulan dari
konsep yang disampaikan guru, sehingga siswa kurang mampu dalam
meyelesaikan soal-soal. Fenomena yang terjadi adalah siswa menjadi enggan
belajar fisika karena mereka menganggap bahwa fisika merupakan mata pelajaran
yang sulit.
3
pemahaman sains, produktif dalam berfikir kreatif, dan siswa menjadi terampil
dalam memperoleh informasi. 2
Model pembelajaran dengan model inkuiri ini cocok untuk diterapkan
dalam pembelajaran fisika. Hal ini karena metode inkuiri lebih menekankan pada
keaktifan siswa dalam belajar, siswa terlebih dahulu mengadakan kegiatan-
kegiatan di laboratorium yaitu proses mengamati, mencatat hasil pengamatan,
menganalisis dan menyimpulkan kegiatan praktikum yang telah dirancang oleh
guru. Hal itu akan lebih membuat belajar fisika menjadi menyenangkan dan lebih
berkesan, karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. fisika
merupakan generalisasi dari gejala alam yang tidak perlu dihapal tetapi perlu
dimengerti, dipahami dan diterapkan.
Dengan cara ini, siswa diharapkan dapat lebih mudah memahami konsep-
konsep fisika, khususnya pada konsep gerak. Pada konsep tersebut apabila siswa
hanya diberikan penjelasan mereka akan kebingungan untuk menentukan jarak
dan perpindahan, kecepatan dan percepatan, gerak vertikal, dan sebagainya.
Dengan model inkuiri diharapkan dapat memudahkan siswa dalam memahami
konsep gerak tersebut dan dapat merangsang kemampuan berpikir siswa serta
tercipta dialog antara siswa dengan guru sehingga proses pembelajaran lebih
bermakna.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Model pembelajaran Inkuiri Terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Pokok Bahasan Gerak.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, maka dapat
diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Adanya anggapan bahwa materi fisika merupakan materi yang sulit untuk
dipelajari.
2
Triatno, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik “Konsep,
Landasn Teoritis-Praktis dan Implementasinya”,(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), cet. 1, h. 136
5
C. Pembatasan Masalah
Mengacu pada masalah-masalah yang muncul diatas, maka demi
terarahnya penelitian ini penulis perlu membatasi masalah yang akan diteliti yakni
hanya pada masalah berikut:
1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar
fisika siswa pada pokok bahasan gerak yang diajarkan pada semester genap
kelas X, karena materi tentang gerak merupakan materi yang sering dialami
siswa setiap hari. Sehingga siswa akan lebih mudah memahaminya.
2. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil tes
kognitif saja. Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom yang
sudah direvisi oleh Rin W. Anderson dan David R. Krathwohl. 3 Ranah
kognitif yang akan diukur pada penelitian ini adalah mulai C1 sampai dengan
C4.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang dijadikan bahan analisis
dalam penelitian ini hanya dibatasi pada penerapan model inkuiri bebas yang
dimodifikasi. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar hanya
dijadikan sebagai acuan pengambilan kesimpulan saja.
3
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005), h.117 – 121.
6
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersbut ditas, maka
masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Pengaruh
Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan
Gerak ”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari
penelitian ini yaitu; Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan
penerapan inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa.
F. Manfaat Penelitian
A. Deskripsi Teoretis
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model adalah deskripsi atau representasi fisik yang meningkatkan
pemahaman tentang sesuatu yang tidak dapat secara langsung diamati. 1 Atau
penyerdehanaan dari sejumlah aspek dunia nyata. Model juga diartikan sebagai
pola yang mewakili dunia nyata secara benar dan tepat. Suatu model dapat
berbentuk tiruan mini dari dunia fisik yang nyata, atau juga hanya berbentuk suatu
diagram, suatu konsep, ataupun suatu persamaan matematis atau rumus.
Dalam pembelajaran, guru berperan sebagai orang yang mengajar siswa
mengenai bahan pelajaran. Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar,
meliputi mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa yang
dapat mendorong siswa dalam melakukan kegiatan belajar.. Kunci proses
mengajar terletak pada penataan dan perancangan lingkungan yang
memungkinkan siswa dapat berinteraktif. Siswa dapat berinteraktif aktif apabila
telah mencapai perkembangan dan kematangan psikologisnya yang merupakan
hasil dari kesadaran yang mereka lakukan atas kontak mereka dengan lingkungan
dunia fisik dan sosialnya.
Berdasarkan pengertian model dan mengajar, maka model mengajar
diartiakn sebagai suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas, sehingg memudahkan siswa dalam
memahami materi yang di ajarkan oleh guru. Menurut Weil Marsha, model
pembelajaran adalah pedoman untuk membentuk aktivitas pembelajaran dan
lingkungan. 2 sedangkan menurut Syah model pembelajaran dapat dinyatakan
sebagi blue print mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai
1
Alberta, Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry-based Learning.
(Alberta learning, Alberta, Canada. 2004) Chapter 2/7
2
Weil, Marsha. Personal Models of Teaching, (Prntice-Hall, inc., Englewood Cliffs, New
Jersey) h. 2
7
8
3
Muhaibin Syah, Psikologi Pendidikan , (Bandung:PT Remaja Rosdkarya, 1997) h.189
4
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek , (Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher, 2007), h.1
5
Trianto, Ibid, h.1
6
Bornok Sinaga.,Efektifitas Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBL) Pada Kelas 1
SMU Dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat, (Jurnal FMIPA UNIMED) , hal.124
9
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau suatu pola pendekatan yang
digunakan untuk mendesain pembelajaran. Dalam model mengajar terkandung
strategi mengajar, yaitu pola urutan kegiatan intruksional yang digunakan untuk
mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Didalam strategi mengajar guru
menerapkan sejumlah teknik- teknik mengajar seperti bagaimana menata kelas,
mengelompokan siswa, berinteraksi, dan menerapkan beraneka ragam
pendekatan.
Adapun Soekamto, dkk dalam Trianto mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengoganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar..7
Jadi model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.
Suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai
berikut 8 :
a) Sahih (valid).Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: (1) apakah
model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat; dan
(2) apakah terdapat konsintensi internal.
b) Praktis. Aspek kepraktisan hanya dipenuhi jika: (1) para ahli dan praktisi
menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; dan (2)
kenyataan menunjukan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat
diterapkan.
c) Efektif. Berkaitan dengan aspek efektivitas, Nieven memberikan parameter
sebagai berikut: (1) ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan
bahwa model tersebut efektif; dan (2) secara operasional model tersebut
memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
7
Trianto, Model- Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h..5
8
Trianto,Ibid. ,h.8
10
a. Pengertian Inkuiri
Inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang diambil dari konsep teori
kontruktivisme. 9 Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan
sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah
yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan
pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri
adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan
melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau
memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan
menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt, 2003) 10 .
Inkuiri adalah sebuah ide kompleks yang mengaitkan berbagai hal pada tiap
orang dalam berbagai kondisi. 11 Inkuiri adalah istilah dalam bahasa inggris, ini
merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar didepan
kelas. Adapun pelaksanaannya, guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke
kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok
mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari,
meneliti atau membahas tugasnya didalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka
9
Susilo, Inquiry in English For Young Learners Class: Enhancing Children’s Creativity
and Critical Thinking. (Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, ISSN 0215 9341, Februari 2004) h.
35
10
Herfis, ”Pembelajaran Inkuiri,” artikel diakses pada tanggal 22 Oktober 2009 dari
http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html.
11
Alif Noor Hidayati, Upaya Meminimalkan Kesalahan Konsep dalam Pola Interaksi
Organisme pada Siswa Kelas 1F MTsN 1 Semarang Melalui Metode Penemuan Bevisi sets (Widya
Tama Vol.1 No 4. Desember 2004)
11
16
siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. pada perinsipnya
proses inkuiri ini adalah identifikasi dan pernyataan masalah, pengembangan
hipotesis, pengumpulan data, pengujian hipotesis dan perumusan keterampilan. 17
b. Pembagian Inkuiri
16
I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi, Pengaruh Model pembelajaran dan Penalaran
Formal terhadap Penguasaan konsep Fisika dan Sikap Imiah siswa SMA Negeri 4 Singaraja
(Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan) h.19
17
Budi Eko Soetjipto, Penggunaan pengajaran Inkuiri di Sebuah Sekolah Dasar di
Victoria, Australia, (Jurnal Pendidikan MIPA, Vol 6 No 2 th 2005) hal. 107
18
E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005).
Cet. 3, h 108
14
19
Trianto, Op. Cit, h. 135
15
20
Trianto Op. Cit, h. 141
21
Herfis, op. cit.
16
22
Drs. Isjoni, M.Si, dkk. Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia Malaysia,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. I, h. 143-145
17
3) Kebebasan inkuiri
Setelah siswa mempelajari dan mengerti tentang bagaimana memecahkan
suatu problema dan memperoleh pengetahuan cukup tentang mata pelajaran
tertentu; serta telah melakukan ”modifikasi inkuiri”, maka siswa telah siap
untuk melakukan kegiatan kebebasan inkuiri. Dimana guru dapat mengundang
siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan ”kebebasan inkuiri”, dan siswa
dapat mengidentifikasi dan merumuskan macam-macam masalah yang akan
dipelajari.
4) Inkuiri pendekatan peranan
Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah, yang cara-caranya serupa
dengan cara-cara yang biasanya diikuti oleh para ”ilmiawan”. Suatu undangan
memberikan suatu masalah kepada siswa, dan dengan pertanyaan yang telah
direncanakan dengan teliti, mengundang siswa untuk melakukan beberapa
kegiatan seperti: merancang eksperimen, merumuskan hipotesa, menetapkan
pengawasan dan seterusnya.
5) Mengundang kedalam inkuiri
Merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim yang
masing-masing terdiri dari 4 anggota untuk memecahkan masalah, masing-
masing anggota diberi tugas suatu peranan yang berbeda-beda seperti:
koordinator tim, penasehat teknis, mereka data, proses penilaian. Anggota tim
menggambarkan peranan-peranan diatas, bekerjasama untuk memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan topik yang akan dipelajari.
6) Teka-teki bergambar
Adalah salah satu teknik untuk mengembangkan motivasi dan perhatian siswa
didalam diskusi kelompok kecil/besar. Gambar, peragaan atau situasi yang
sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan
kreatif siswa.
7) Synectics leson
Pendekatan ini untuk menstimulir bakat-bakat kreatif siswa. Misalnya science
dan ilmu-ilmu sastra lebih lanjut dikatakan bahwa emosi, efektif, dan
komponen-komponen arasional kreatif pada permulaannya adalah lebih
18
23
Herfis, op. cit.
24
Dra. Roestiyah N.K. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet. 7,
h. 76-77
19
c) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atau inisiatifnya sendiri, bersikap
objektif, jujur dan terbuka.
d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya
sendiri.
e) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
f) Situasi proses belajar menjadi merangsang.
g) Dapat mengembangakan bakat atau kecakapan individu.
h) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
i) Dapat menghindarkan siswa dari cara-cara belajar yang tradisional.
j) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Adapun kelemahan dari metode pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut
a) Metode inkuiri memerlukan waktu yang banyak sehingga tidak cocok
digunakan di sekolah dengan jadwal yang kaku.
b) Metode inkuiri tidak bisa digunakan pada semua bidang mata pelajaran.
c) Siswa lebih suka dengan metode tradisional.
d) Siswa tidak ingin terlibat dalam proses berpikir.
25
Hasibuan dan Moejiono, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya,
2004), h. 13
20
bahwa yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah
materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai. 26
Menurut Usman, metode ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian
bahan secara lisan oleh guru dimuka kelas. 27 metode ceramah merupakan teknik
penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim dipakai oleh guru disekolah.
Peran murid pada metode ceramah adalah sebagai penerima pesan,
mendengarkan, memperhatikan dan mencatat keterangan-keterangan guru bila
diperlukan.
Dari pendapat para ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan metode ceramah yaitu suatu teknik mengajar atau cara
penyampaian informasi yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi-
materi pelajaran kepada siswa secara lisan.
b. Langkah-langkah Penerapan Metode Ceramah
langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode
ceramah adalah sebagai berikut: 28
1. Langkah Persiapan
Persiapan yang dimaksud disini adalah menjelaskan kepada siswa tentang
tujuan pelajaran dan pokok-pokok masalah yang akan dibahas dalam pelajaran
tersebut. Disamping itu, guru memperbanyak bahan appersepsi untuk
membantu mereka memahami pelajaran yang akan disajikan.
2. Langkah Penyajian
Pada tahap ini guru menyajikan bahan yang berkenaan dengan pokok-pokok
masalah.
3. Langkah Generalisasi
Dalam hal ini unsur yang samadan berlainan dihimpun untuk mendapatkan
kesimpulan-kesimpulan mengenai pokok-pokok masalah.
26
Dr. Armai Arief, M.A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002) h. 135
27
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), h. 34
28
Dr. Armai Arief, M.A Op. Cit. h. 137-138
21
29
Basyiruddin Usman, Op. Cit. h. 34-35
30
Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008) h. 91
31
Hisyam Zaini dkk, Ibid, h. 93-94
22
32
Basyiruddin Usman, Op. Cit, h. 35
33
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan lingkungan, (jakarta: Kizi
Brother’s, 2006) h. 76
34
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2005) h.97
23
suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan)
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme
tersebut. Jadi menurut Hintzman perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh
pengalaman tersebut, baru dapat dikatakan belajar apabila dapat mempengaruhi
organisme. 35
Menurut Syah, belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Perubahan tingkah laku yang timbul
akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat
dipandang sebagai proses belajar. 36
Belajar merupakan proses aktif pelajar untuk mengkonstruksikan arti teks,
dialog, pengalaman fisis dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses
mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari
dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannnya
dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut:
1) Belajar membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang
mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi itu dipengaruhi oleh
pengertian yang telah dipunyai.
2) Konstruksi arti adalah proses secara terus-menerus. Setiap kali berhadapan
dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik
secara kuat maupun lemah.
3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan suatu
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar
bukanlah hasil perkembangan, melainkan perkembangan itu sendiri, suatu
perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran
seseorang.
4) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam
keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.
35
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), cet. Ke-9 h. 92
36
Muhibbin Syah, Ibid, h. 92
24
37
Iskandarwassid, Mpd. Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008) h. 5
38
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 1995),Cet. Ke-3, h. 2
25
dilaksanakan oleh siswa memiliki peranan penting, baik bagi guru ataupun bagi
siswa yang bersangkutan. Bagi guru, tes prestasi belajar dapat mencerminkan
sejauh mana materi pelajaran dalam proses belajar dapat diikuti dan diserap oleh
siswa sebagai tujuan instruksional. Bagi siswa tes prestasi belajar bermanfaat
untuk mengetahui sebagai mana kelemahan-kelemahannya dalam mengikuti
pelajaran.
Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti sesuatu
yang terjadi dalam diri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya
perubahan kognitif atau pengetahuan untuk kemudian berpengaruh pada prilaku.
Dan perilaku belajar seseorang didasarkan pada tingkat pengethuan terhadap suatu
yang dipelajari dapat diketahui melalui tes yang pada akhirnya memunculkan skor
atau nilai belajar dalam bentuk riil.
Dari berbagai pengertian yang ada dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah hasil yang dicapai oleh siswa, etelah mengalami proses belajar mengajar
dan ditandai dengan adanya perubahan kepandaian, kecakapan, dan tingkah laku
pada siswa itu sendiri.
Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom yang secara garis besar
membaginya ke dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotoris. 39
Ketiga ranah tersebut masing-masing memiliki beberapa tingkatan atau jenjang-
jenjang. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Kognitif
Hasil belajar penguasaan materi (kognitif) bertujuan untuk mengukur
penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan berupa materi-materi esensial
sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Ranah kognitif ini merupakan ranah
yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental/otak. 40 Pada tahun 2001 Rin W.
Anderson dan David R. Krathwohl merevisi taksonomi Bloom menjadi (1)
remember, (2) understand, (3) apply, (4) analyze, (5) evaluate, dan (6) create. 41
39
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2008), Cet. XI, hal. 22
40
Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 14.
41
Ahmad Sofyan, dkk., Ibid, h. 14.
26
Akan tetapi saat ini taksonomi Bloom yang belum direvisi ini masih banyak
digunakan oleh masyarakat pendidikan di negara kita.
Kemampuan-kemampuan yang termasuk ke dalam domain kognitif oleh
Bloom dkk yang belum direvisi ini, dikategorikan lebih terinci secara hierarkis ke
dalam enam jenjang kemampuan, mulai dari yang tingkat rendah sampai tinggi,
yakni: (1) pengetahuan/ingatan-knowledge, (2) pemahaman-comprehension, (3)
penerapan-aplication, (4) analisis-analysis, (5) sintesis-synthesis, dan (6) evaluasi-
evaluation.
Jenjang kemampuan yang lebih tinggi sifatnya lebih kompleks, dan
merupakan peningkatan dari jenjang kemampuan yang lebih rendah,
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Jenjang kemampuan ingatan/hafalan (recall)/C1
Jenjang ini didefinisikan sebagai proses mengingat materi yang telah
dipelajari sebelumnya, mencakup fakta, rumus, konsep, prinsip, dan prosedur
yang telah dipelajari. Pada jenjang ini, siswa dapat menggunakan kata kerja
khusus seperti mengemukakan arti atau definisi suatu konsep, menamakan
sesuatu, membuat daftar, memberi nama, mencocokan, menentukan lokasi,
mendeskripsikan suatu konsep, menceritakan apa yang terjadi, ataupun
menguraikan apa yang terjadi.
2) Jenjang kemapuan pemahaman (comprehention)/C2.
Pada jenjang ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari
materi yang dipelajarinya, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau
grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan matematis,
meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu (ekstrapolasi dan interpolasi)
menjelaskan informasi yang diterima dengan kata-kata sendiri.
3) Jenjang kemampuan penerapan/aplikasi (application)/C3.
Jenjang ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi,
prinsip, aturan, atau metode yang telah dipelajari dalam situasi konkrit yang
baru, seperti melakukan percobaan, membuat peta, membuat model,
menghitung kebutuhan, dan merancang strategi. Biasanya menggunakan kata
27
42
Ahmad Sofyan, dkk., Ibid, hal. 15
28
terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas,
kebiasaan belajar dan hubungan sosial.43 Meurut Moh. Uzer Usman, hasil belajar
afektif terbagi dalam lima kategori yaitu: 44
1) Penerimaan
Mengacu kepada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan dan
memberikan respons terhadap stimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan
tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
2) Pemberian respons
Satu tingkat diatas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi tersangkut
secara aktif, menjadi peserta, dan tertarik.
3) Penilaian
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek
atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau
tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi
sikap dan apresiasi.
4) Pengorganisasian
Mengacu kepada penyatuan nilai. Sikap-sikap yang berbeda yang membuat
lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk
suatu sistem nilai internal, mencakup tingkahlaku yang tercermin dalam
suatu filsafat hidup.
5) Karakterisasi
Mengacu lepada karakter dan gaya hidup seseorang. Nilai-nilai sangat
berkembang dengan teratur sehingga tingkahlaku menjadi lebih konsisten
dan lebimudadiperkirakan. Tujuan dalam kategori ini bisa ada hubungannya
dengan ketentuan pribadi, sosial, dan emosi siswa.
Untuk menilai aspek atau mengukur hasil belajar ini dapat digunakan
instrumen evaluasi yang bersifat nontes, misalnya: kuesioner dan observasi.
43
Nana Sudjana, Op. Cit, h. 30
44
Drs. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya).
Hal. 35-36
29
c. Psikomotor
Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar. Simpson dalam Sofyan, menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor
tampak dalam bentuk keterampilan bertindak individu. 45
Terdapat enam tingkatan keterampilan (skill) yaitu:
1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).
2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan
visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain.
4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan
ketepatan.
5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan yang sederhana
sampai pada keterampilan yang kompleks.
6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. 46
Selain itu Dave dalam Uzer Usman, mengklasifikasikan domain psikomotor
ke dalam lima kategori, yaitu: 47
1) Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa
dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot syaraf.
Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
2) Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan,
gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan.
Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak
hanya meniru tingkahlaku saja.
45
Ahmad Sofyan, dkk., Op. Cit, h. 23
46
Nana Sudjana, Op. Cit, h. 30-31
47
Drs. Moh. Uzer Usman, Op. Cit. h. 35-36
30
3) Ketetapan
Memerlukan kecermatan, proporsi, dan kepastian yang lebih tinggi dalam
penampilan. Respons-respons lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan
dibatasi sampai pada tingkat minimum.
4) Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan
yang tepatdan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal diantara
gerakan-gerakan yang berbeda.
5) Pengalamiahan
Menuntut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan
energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin.
Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain
psikomotorik.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini yang dimaksud hasil
belajar fisika siswa adalah pengetahuan yang dicapai siswa pada mata pelajaran
fisika setelah mengalami proses pengajaran disekolah dari hasil tes atau ujian
yang diberikan setelah melewati proses belajar pada akhir materi. Asumsinya
adalah pengetahuan yang diajarkan oleh guru pada mata pelajaran fisika dapat
diserap secara optimal oleh siswa sehingga hasil belajar siswa dapat
menggambarkan hasil pengajaran.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung
wajar. Kadang-kadang lancar dan kadang-kadang tidak, kadang-kadang cepat
menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal
semangat kadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk
mengadakan konsentrasi. Demikian diantara kenyataan yang sering kita jumpa
pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan
aktivitas belajar mengajar.
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor
yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar dari dalam diri orang yang belajar
dan ada pula dari luar dirinya. Zikri Neni dalam bukunya menjelaskan bahwa hasil
31
belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. 48 Hal
tersebut serupa dengan Ngalim Purwanto pun membagi faktor yang
mempengaruhi proses dan prestasi belajar menjadi dua, yaitu: 49
1) Fakor yang ada pada diri organizme itu sendiri yang kita sebut faktor
individual, dan
2) Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial.
Jadi, secara umum, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan
prestasi belajar terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini
penulis akan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan kedua faktor tersebut.
1) Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang dalam hal ini
dalam diri siswa. Faktor ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:50
a) Faktor Fisiologis
Faktor ini ditinjau berdasarkan keadaan jasmani. Kondisi umum jasmani dan
tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai
pusing- pusing kepala misalnya, dapat menurunkan ranah cipta kognitif sehingga
materi yang dipelajarinya kurang atau tidak berbekas.
Jadi orang yang sehat akan berbeda dengan pengaruhnya terhadap belajar
dibandingkan dengan jasmani yang kurang sehat. Kondisi fisiologi siswa terdiri
atas kondisi kesehatan dan kebugaran fisik serta kondisi panca inderanya,
terutama sekali indera penglihatan dan pendengaran.
Apabila seseorang siswa memiliki kondisi fisiologi yang kurang baik seperti
indera pendengaran dan penglihatannya kurang baik, maka hampir dapat
dipastikan siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam belajar, sebagaimana
telah disebutkan pada awal penulisan. Jika hal tersebut tidak segera di tindak
48
Zikri Neni Iska, Op. Cit, hal. 85
49
Nglim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bamdung: PT Remaja Rosdakarya, 1990),
Cet. 5, hal. 102
50
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. 1,
hal.131-138
32
lanjuti maka akan berpengaruh terhadap prestasi belajar yang akan diperoleh
siswa tersebut.
b) Faktor Psikologis
Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi belajar menyebutkan, yang
termasuk ke dalam faktor psikologis diantaranya adalah: motivasi, minat, dan
bakat. Apabila seseorang memiliki motivasi, minat, dan bakat maka ia akan
terpacu untuk terus belajar. Dengan kata lain ia memiliki semangat yang luar biasa
untuk terus belajar. Akan tetapi sebaliknya apabila keadaan individunya seperti
kurang sehat, gangguan pada inderanya, dan lain-lain, maka hal tersebut sedikit
banyak akan mempengaruhi kegiatan belajarnya.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ini
terdiri dari faktor-faktor lingkungan dan faktor-faktor Intsrumental. 51
a) Faktor-Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : 52
(1) Lingkungan Sosial
Faktor linkingan sosial juga bisa berwujud manusia dan reprentasinya
termasuk budayanya akan mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar siswa.
Lingungan sekolah seperti guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas
dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu
menunjukan sikap dan prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan
yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan
berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Selanjutnya juga yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat
dan tetangga serta teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa
tersebut. Kondisi masarakat dilingkungan kumuh yang serba kekurangan dan
anak-anak penganggur misalnya akan sangat mempengaruhi aktifitas belajar
siswa. Paling tidak siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan
51
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h. 59
52
Muhibbin Syah, op.cit, hal.138
33
teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat- alat belajar tertentu yang
kebetulan belum dimiliki.
(2) Lingkungan Non Sosial
Lingkungan non sosial yang dimaksud adalah hal-hal yang dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa yang tak terhitung jumlahnya
misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang atau malam),
gedung sekolah dan letaknya, alat-alat sekolah yang digunakan siswa untuk
belajar, tempat tinggal siswa dan letak tempat tinggal tersebut.53
b) Faktor-Faktor Instrumental
Faktor Instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat
pengajaran, guru, dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar
yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. 54 Banyak
psikolog beranggapan bahwa belajar merupakan suatu proses yang asosiatif, yaitu
asosiasi atau koneksi antara suatu rangsang tertentu.
5. Gerak Lurus
a. Jarak
Jarak merupakan panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu benda dalam
selang waktu tertentu. Jarak juga bisa menyatakan posisi suatu benda terhadap
titik acuan tertentu. Jarak termasuk besaran skalar, di mana tidak bergantung pada
arah dan nilainya selalu positif. Sebagai contoh. dari rumah, saya mengendarai
sepeda motor menuju utara sejauh 100 meter, lalu kembali ke selatan sejauh 50
meter menuju rumah teman. Jika dihitung maka jarak tempuh saya = 150 meter.
b. Perpindahan
Berbeda dengan jarak, perpindahan termasuk besaran vektor sehingga arah
juga berpengaruh. Contoh, dari rumah saya mengendarai sepeda motor menuju
utara sejauh 100 meter, lalu kembali ke selatan sejauh 50 meter menuju rumah
teman. Berapa perpindahan saya ? Jika dihitung maka perpindahan saya = 50
meter. alasannya karena kedudukan saya hanya sebesar 50 meter jika diukur dari
53
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2002), Cet.
11, h.232
54
Alisuf Sabri, op.cit., h. 59
34
titik acuan (rumah). Kalau saya terus bergerak menuju ke rumah, maka
perpindahan saya = 0, karena kedudukan saya tetap alias tidak berubah
(kedudukan awal = kedudukan akhir)
c. Kelajuan
Kelajuan merupakan salah satu besaran turunan yang tidak bergantung
pada arah, sehingga kelajuan termasuk skalar. Misalnya ketika saya mengatakan
”sepeda motor yang saya kendarai bergerak 60 km/jam”, maka yang saya
maksudkan di sini adalah kelajuan. Saya tidak perlu arah untuk menyatakan
kelajuan. Kelajuan merupakan besaran skalar, sehingga arah tidak berpengaruh.
Karena arah tidak berpengaruh maka kelajuan selalu bernilai positif.
d. Kecepatan
Kecepatan merupakan besaran vektor, di mana arah turut mempengaruhi
nilai kecepatan. Misalnya jika ditetapkan arah ke timur sebagai arah positif maka
nilai kecepatan gerak benda ke arah timur ditambahkan tanda + di depannya.
Apabila kearah barat, nilai kecepatan gerak benda ditambah tanda -. Sebagai
contoh, sebuah mobil bergerak 60 km/jam ke timur, maka dalam penulisannya
cukup ditulis 60 km/jam. Apabila mobil bergerak 60 km/jam ke arah barat,
kecepatan mobil tersebut cukup ditulis -60 km/jam.
e. Kecepatan Rata-rata
Kecepatan rata-rata merupakan total perubahan kedudukan suatu benda
selama selang waktu tertentu. Jika dinyatakan secara matematis, kecepatan rata-
rata suatu benda yang bergerak didefinisikan sebagai perpindahan yang ditempuh
benda dibagi waktu tempuh. Secara matematis ditulis :
perpindahan
kecepa tan rata − rata =
waktutempuh
Δs
v=
Δt
v = kecepatan, s = perpindahan dan t = waktu tempuh
f. Percepatan
Misalnya sebuah mobil sedang dalam keadaan diam. Ketika mobil yang
pada mulanya diam mulai bergerak dengan kecepatan tertentu, maka mobil tadi
35
3. Gerak Vertikal
a. Gerak Vertikal ke Atas
Gerak Benda dilempar vertikal keatas (GVA) merupakan GLBB yang
mengalami perlambatan dimana gesekan udara diabaikan dan percepatan benda a
= -g, g = percepatan gravitasi bumi. Ketika benda mencapai titik puncak,
kecepatan benda sama dengan nol atau Vt = 0 , waktu untuk mencapai titik
puncak ( tp ) dapat ditentukan dengan persamaan kecepatan
37
S = vo t + ½ at2 vt = vo + at
2
h = vo t - ½ g t v t = vo - g t
waktu untuk mencapai titik puncak
vt = vo - g t
0 = vo - g tp
t p = vo / g
vt2 = vo2 - 2gh
b. Gerak Vertikal ke Bawah
Gerak vertikal ke bawah (GVB) merupakan GLBB dimana benda dilempar ke
bawah dengan kecepatan awal tertentu dan gesekan udara diabaikan atau
ditiadakan sebagai berikut :
S = vo t + 1/2 a t2 vt = vo + at
h = vo t + ½ g t2 vt = vo + g t
h = ½ g t2
v t = kecepatan akhir
vt2 = vo2 + 2gh
vt2 = vo2 + 2gh
c. Gerak Jatuh Bebas
Gerak Jatuh bebas merupakan gerak vertikal ke bawah tanpa kecepatan
awal (v0 = 0 ) dan gesekan di udara diabaikan atau ditiadakan. Gerak jatuh bebas
merupakan GLBB dipercepat dengan a = + g. Gerak Benda A jauh bebas dari
ketinggian h dan jatuh di tanah pada titik B dapat
dirumuskan sebagai berikut :
S = vo t + ½ at2 vt = vo + at
2
h=0+½gt vt = 0 + g t
v0= 0
h = ½ g t2 vt = gt
vt = kecepatan akhir
vt2 = vo2 + 2gh
vt2= 02 + 2gh = 2gh
38
C. Kerangka Pikir
Metode inkuiri merupakan suatu cara dalam proses belajar mengajar dalam
menyampaikan materi dengan cara mengajak siswa untuk mencari, menyelidiki
jawaban relevan mengenai materi yang telah diajarkan. Dengan cara tersebut
menjadikan siswa berpikir kritis analisis-argumentatif, dan mandiri. Karena siswa
tidak selalu dijejali materi dar guru, melainkan siswa mencari kekurangan dari
sumber lain maupun dari pengalaman-pengalaman yang didapatinya.
55
Ade Nofi Lastari, Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil Belajar
Biologi Siswa. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah jakarta, 2006. h.44
56
Widyawati, Pengeruh pembelajaran kontekstual berbasis inkuiri terhadap hasil belajar
fisika siswa. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah jakarta, 2005. h.40
39
Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah proses yang dijalani siswa maupun
pihak lain yang secara sadar dan disengaja membrikan kemungkinan tercapainya
perubahan diri, baik perubahan intelektual maupun perubahan mental.dalam
peroses belajar mengajar fisika, harus mengacu pada hakekat fisika, yakni bersifat
eksperimentasi.
Masalah penelitian:
1. Adanya anggapan bahwa materi fisika
merupakan materi yang sulit untuk dipelajari.
2. Guru sulit dalam memilih model mengajar yang
tepat.
3. proses pembelajaran fisika lebih menekankan
pada pencapaian tuntutan kurikulum.
4. guru belum mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan
Terdapat kesesuaian
antara kajian teori dan
hasil penelitian
Ya
Tidak
Kesimpulan:
1. Hasil penelitian sesuai teori
2. Keputusan tentang model Analisis lebih lanjut terhadap
pembelajaran inkuiri sangat kemungkinan kesalahan prosedur
efektif penelitian atau kemungkinan
lainnya
Selesai
Kesimpulan:
1. Hasil tidak sesuai
2. hasil analisis lebih lanjut
terhadap kemungkinan
ketidaksesuaian
D. Perumusan Hipotesis
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode quasi eksperimen
atau eksperimen semu yaitu penelitian yang mendekati eksperimen sungguhan
dimana tidak mungkin mengadakan kontrol atau memanipulasikan semua variabel
yang relevan. 1 Jadi, penelitian harus dilakukan secara kondisional dengan tetap
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian
berupa pretest-posttest nonequivalent control group design dengan pola :
Tabel . Desain Penelitian
Group Pretest Treatment Posttest
E 01 XE 01
K 02 XK 02
Keterangan:
E = Kelompok Eksperimen
K = Kelompok Kontrol
01 = Pencapaian Kelompok Eksperimen
1
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan
Penguasaan Metodologi Penelitian (Malang: UIN Malang Press, 2008), cet. 1, h. 165.
38
39
E. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, digunakan dua variabel untuk mencari pengaruh model
pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa, yaitu:
1. Variabel Bebas (Independent Variable) adalah model pembelajaran inkuiri dan
metode konvensional
a. Definisi Konseptual
Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu cara yang digunakan melalui
pertanyaan atau pemeriksaan dan penyelidikan. Metode inkuiri juga merupakan
cara belajar atau penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara keritis, analisis-
argumentatif dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2002), Cet. Ke-12 h 130
3
Suharsimi Arikunto, Ibid, h. 131
4
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta: Jurusan
Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 22 – 23.
40
kesimpulan yang meyakinkan, karena didukung data, fakta atau argumentasi yang
cukup valid.
b. Definisi Oprasional
Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu bentuk proses belajar
mengajar yang membentuk siswa menjadi mandiri dan kreatif dalam
menyelesaikan suatu permasalahan sehingga siswa dituntut aktif dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Dan merupakan suatu inovasi pembelajaran yang
dirancng untuk membantu siswa dalam memahami teori secara mendalam melalui
pengalaman belajar peraktik-empirik.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable) adalah hasil belajar fisika
a. Definisi Konseptual
Hasil belajar adalah terjadinya perubahan perilaku, kepandaian, atau
kemampuan seseorang dimana proses kepandaian itu terjadi tahap demi tahap.
Hasil belajar fisika adalah terjadinya perubahan perilaku, kepandaian atau
kemampuan seseorang pada mata pelajaran fisika.
b. Definisi Oprasional
Hasil belajar adalah sekor yang diperoleh oleh siswa melalui tes pilihan
ganda setelah mengalami proses belajar mengajar. Sehingga hasil belajar fisika
merupakan hasil yang dicapai siswa pada mata pelajaran fisika setelah mengalami
proses mengajar dan ditandai dengan adanya perubahan-perubahan.
pembelajaran. Terdapat dua buah data pada penelitian ini. Data utama adalah hasil
belajar fisika yang diperoleh dari pelaksanaan pretest dan posttest. Data
penunjang penelitian adalah data hasil observasi yang dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung. Data hasil belajar diperoleh dengan menggunakan
instrumen tes berupa tes objektif sedangkan data hasil observasi diperoleh dengan
menggunakan instrumen nontes berupa lembar observasi.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
berupa soal pilihan ganda. Disamping itu, untuk mendapatkan data penunjang
kesimpulan yang diharapkan di akhir penelitian ini, digunakan instrumen nontes
berupa lembar observasi sebagai panduan observasi selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
1. Instrumen Tes Hasil Belajar
Instrumen tes ini harus memiliki empat kriteria, yaitu validitas, reliabilitas,
taraf kesukaran, dan daya pembeda. Untuk mengetahui pemenuhan keempat
kriteria tersebut, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus
melalui pengujian dan perhitungan sebagai berikut.
a. Uji Validitas
Uji validitas ini dilakukan untuk menunjukan keshahihan atau ketepatan
suatu instrumen. Setiap instrumen penelitian harus valid atau sahih. Validitas ini
berhubungan dengan isi dan kegunaan instrumen Suatu instrumen dikatakan valid
apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Oleh karena itu, validitas instrumen dalam penelitian ini adalah validitas
setiap butir soal tes. Perhitungan validitas tiap butir soal dapat dihitung dengan
menggunakan teknik analisis point biserial yang dinyatakan secara matematis
sebagai berikut. 5
5
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan Cet. Ke-10 (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2000), h. 258.
42
Mp − Mt p
r pbi =
SD t q
⎛ k ⎞⎛⎜ St − ∑ pq ⎞⎟
2
r11 = ⎜ ⎟
⎝ k − 1 ⎠⎜⎝ St 2 ⎟
⎠
6
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009) h. 186
43
dimana:
r11 : nilai koefisien reliabilitas instrumen KR-20
k : jumlah testee
p : proporsi jumlah testee yang menjawab betul
q : proporsi jumlah testee yang menjawab salah
SD : nilai deviasi standar
c. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal itu
apakah sukar, sedang, atau mudah. Soal dikatakan mudah jika untuk
menyelesaikannya hanya langsung menggunakan data yang ada. Soal dikatakan
sedang, jika untuk menyelesaikannya tidak langsung menggunakan data yang ada
dan untuk mencarinya cukup menggunakan satu konsep saja. Soal dikatakan
sulit/sukar, jika untuk menyelesaikannya tidak menggunakan data/informasi yang
ada, tetapi untuk mencarinya dengan beberapa konsep.
Tes yang baik adalah tes yang mempunyai taraf kesukaran tertentu, sesuai
dengan karakteristik peserta tes. Taraf kesukaran suatu tes dapat dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut. 7
W L + WH
DK = × 100 %
nL + nH
Maksud dari setiap simbol pada persamaan tersebut adalah sebagai berikut.
DK = derajat kesukaran (degrees of difficulty)
WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau
menjawab salah pada item tertentu
WH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau
menjawab salah pada item tertentu
nL = jumlah kelompok bawah
nH = jumlah kelompok atas
7
Ign. Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, (Yogyakarta:
Kanisius, 1995), hal. 189
44
Berikut ini adalah cara yang dapat digunakan dalam penentuan kelompok
atas dan kelompok bawah
a. Menyusun lembar jawaban tes sesuai dengan urutan nilai dari yang terbesar
(disimpan paling atas) sampai yang terkecil (disimpan paling bawah).
b. Mengambil 27 % dari atas susunan lembar jawaban, jumlah ini akan menjadi
kelompok atas.
c. Mengambil 27 % dari bawah susunan lembar jawaban, jumlah ini akan
menjadi kelompok bawah.
d. Sisanya yakni bagian yang 46 % disisihkan, karena tidak perlu diikutkan
dalam analisis.
Menurut ketentuan yang sering diikuti, taraf kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kategori Derajat Kesukaran
Rentang Nilai DK Kategori
0,00 ≤ DB < 0,30 Sukar
0,30 ≤ DB < 0,70 Sedang
0,70 ≤ DB ≤ 1,00 Mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda digunakan untuk mengetahui kemampuan soal dalam
membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa
yang tergolong kurang mampu (rendah prestasinya). Untuk menentukan daya
pembeda digunakan rumus: 8
WL − WH
DB =
n
dimana:
DB = Daya Beda (discriminating power, DP)
8
Ign. Masidjo, Ibid, h. 198
45
2. Instrumen Nontes
Penggunaan instrumen nontes ini bertujuan agar kesimpulan yang dapat
diperoleh dari penelitian ini lebih valid dibandingkan jika hanya menggunakan
satu instrumen tes saja. Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar observasi. Sebagaimana instrumen tes, instrumen nontes juga harus
46
memenuhi kriteria kelayakan. Hanya saja kriteria yang harus dipenuhi oleh
instrumen nontes berbeda dengan instrumen tes. Berbeda dengan instrumen tes
yang pengujiannya menggunakan perhitungan-perhitungan statistik, instrumen
nontes lembar observasi ini pengujian kelayakannya cukup dengan pertimbangan
ahli saja. 9 Pertimbangan para ahli ini berhubungan dengan validitas isi yang
berkaitan dengan butir-butir pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada
siswa.
Uji kelayakan ini dilakukan oleh dosen pembimbing dengan pertimbangan
kajian teoretis yang dilakukan penulis. Setelah diajukan kepada dosen
pembimbing dan beberapa perbaikan, akhirnya instrumen nontes lembar observasi
ini dianggap layak untuk digunakan. Pengembangan indikator observasi ini
terdapat pada Lampiran 2D bersama dengan pengembangan indikator instrumen
tes.
9
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), h. 123.
47
Nilai
Kelas
No f Tengah X12 f X1 f X12
Interval
(X1)
Jumlah ∑f= - - ∑f X 1 = ∑ fX 1
2
=
n
g) Mencari simpangan baku (Standard Deviasi)
⎛ ∑ fX 1
2
⎞
∑ fX 1 − ⎜⎜ ⎟
2
⎟
S = ⎝ n ⎠
(n − 1)
h) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
48
1) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval pertama
dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor – skor kanan kelas interval
ditambah 0,5.
2) Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus:
−
Batas Kelas − X
Z=
S
3) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z dengan
menggunakan angka-angka untuk batas kelas.
4) Mencari luas setiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka
0 – Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua
dikurangi angka baris ketiga dan begitu pula seterusnya, kecuali untuk
angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan angka pada
baris berikutnya.
5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas
setiap interval dengan jumlah responden.
i) Mencari Chi – Kuadrat hitung (χ2)
(Oi − E1 )2
X =∑
2
Ei
j) Membandingkan χ2 hitung dengan χ2 tabel untuk α = 0,05 dengan derajat
kebebasan (dk) = n – 1, dengan kriteria:
Jika χ2 hitung ≥ χ2 tabel, artinya distribusi data tidak normal dan
Jika χ2 hitung ≤ χ2 tabel, artinya data distribusi normal
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan
atau populasi. Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan
populasi. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Fisher,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Hipotesis
b) Bagi data menjadi dua kelompok
c) Cari masing-masing kelompok nilai simpangan bakunya
d) Tentukan F hitung dengan rumus:
49
2
S1 var ians terbesar
F= 2
=
S2 var ians terkecil
n∑ X 1 −
2
(∑ X ) 2
=
2 1
Dimana S
n (n − 1 )
e) Tentukan kriteria pengujian:
Jika F hitung ≤ F tabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi
homogen.
Jika F hitung ≥ F tabel maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua populasi
tidak homogen.
b. Uji Analisis
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh model
pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa. Uji hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan rumus “t” test.
Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis ini adalah sebagai
berikut:
a) Rumusan hipotesis
Ho : μ 1 = μ 2
Ha : μ 1 > μ 2
b) Tentukan uji statistik
− −
X1− X 2
t=
1 1
S dg +
n1 n 2
Dengan:
Keterangan:
−
X1 = rata-rata skor kelompok eksperimen
−
X2 = rata-rata skor kelompok kontrol
Sg = varians gabungan (kelompok eksperimen dan kontrol)
50
12
10
8
Jumlah Siswa
Kelas Eksperimen
6 Kelas Kontrol
0
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44
Gambar 4.1 Histogram Tes Hasil Belajar (Pretest) Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Dari histogram di atas terlihat bahwa pada kelas eksperimen tidak terdapat
siswa yang mendapatkan nilai pada interval 15-19, sedangkan pada kelas kontrol
sebanyak 3 siswa yang mendapatkan nilai pada interval tersebut. Pada kelas
eksperimen sebanyak 4 orang mendapatkan nilai pada interval 20-24, pada kelas
kontrol sebanyak 6 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 9 orang mendapat
nilai pada interval 25-29 pada kelas kontrol sebanyak 7 orang. Pada kelas
eksperimen sebanyak 8 orang mendapatkan nilai pada interval 30-34, pada kelas
kontrol sebanyak 10 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 8 orang mendapatkan
nilai pada interval 35-39, pada kelas kontrol sebanyak 1 orang. Pada kelas
eksperimen sebanyak 3 orang mendapatkan nilai pada interval 40-44, pada kelas
51
52
kontrol sebanyak 4 orang. Dari uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa nilai
terendah pada kelas eksperimen adalah 20, sedangkan pada kelas kontrol 15. Nilai
tertinggi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu 40. Nilai rata-rata
yang diperoleh oleh kelas eksperimen sebesar 42,6, siswa yang mendapat nilai
diatas rata-rata sebanyak 55%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata
sebanyak 45%. Pada kelas kontrol nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 42,7,
siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 47,5%, siswa yang mendapat
nilai dibawah rata-rata sebanyak 52,5%.
18
16
14
Jumlah Siswa
12
Kelas Eksperimen
10
Kelas Kontrol
8
6
4
2
0
35-41 42-48 49-55 56-62 63-69 70-76
Gambar 4.2 Histogram Tes Hasil Belajar (Posttest) Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
eksperimen sebanyak 5 orang mendapatkan nilai pada interval 56-62, pada kelas
kontrol sebanyak 6 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 4 orang mendapatkan
nilai pada interval 63-69, pada kelas kontrol sebanyak 1 orang. Pada kelas
eksperimen sebanyak 7 orang mendapatkan nilai pada interval 70-75, pada kelas
kontrol sebanyak 2 orang. Dari uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa nilai
terendah pada kelas eksperimen adalah 40, sedangkan pada kelas kontrol 35. Nilai
tertinggi pada kelas eksperimen 75 dan pada kelas kontrol 70. Nilai rata-rata yang
diperoleh oleh kelas eksperimen sebesar 59, siswa yang mendapat nilai diatas
rata-rata sebanyak 50%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak
50%. Pada kelas kontrol nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 53,7, siswa yang
mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 45,16%, siswa yang mendapat nilai
dibawah rata-rata sebanyak 54,84%.
Gambar 4.1 dan 4.2 diatas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kedua
kelas mengalami peningkatan. Tetapi kelas eksperimen mengalami peningkatan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
C. Rekapitulasi
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama penelitian.
Tabel 4. 1
Rekapitulasi Data Hasil Penelitian
Pretest Posttest
Data
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Skor Max 40 40 75 70
Skor Min 20 15 40 35
Rata-rata 29,53 28,93 59 53,37
Median 30 29,25 57,5 51,75
Modus 25 30,75 54,83 49,7
SD 5,56 7,27 9,76 7,83
54
Nilai X2tabel diambil berdasarkan nilai pada tabel konsultasi kai kuadrat pada
taraf signifikansi 95%. Kolom keputusan dibuat berdasarkan pengujian hipotesis
normalitas yaitu jika X2hitung ≤ X2tabel maka dinyatakan data berdistribusi normal.
Sebaliknya jika X2hitung > X2tabel maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal.
Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada nilai X2hitung kedua data lebih kecil dari
nilai X2tabel. Sehingga dinyatakan bahwa kedua data berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Sama halnya yang dilakukan pada uji normalitas, setelah kedua kelompok
sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal, uji homogenitas juga
diperlukan sebagai uji prasarat analisis statistik terhapada kedua data nilai
posttest. Pengujian homogenitas terhadap kedua data menggunakan Uji F. Kriteria
pengujian yang digunaka yaitu: kedua kelompok dinyatakan homogen apabila
55
Fhitung ≤ Ftabel di ukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.
Perhitungan Uji F ini disajikan pada Lampiran 11. Berikut ini adalah hasilnya.
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Nilai Nilai Nilai
No Data Keputusan
Varians Fhitung Ftabel
1 Nilai Posttest
Kelas X MM 1 95,2576
(Kelompok A) Kedua data
1,5537 1,8004
2 Nilai Posttest homogen
Kelas X MM 2 61,3089
(Kelompok B)
E. Hasil Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan observasi untuk
mengetahui tingkat ketercapaian proses pembelajaran. Oleh karena itu, semua
indikator yang diobservasi dalam penelitian ini dikembangkan dari setiap tahap
pembelajaran, dan terdapat lima tahap pembelajaran. Berdasarkan lima tahap
pembelajaran ini dikembangkanlah menjadi 16 indikator yang akan diobservasi.
Pengembangan indikator ini terdapat pada Lampiran 2 sedangkan data hasil
obsevasinya terdapat pada Lampiran 13. Pengembangan indikator dari setiap
pembelajaran tidak selalu sama jumlahnya, melainkan bergantung pada peranan
tahap pembelajaran terhadap keseluruhan proses pembelajaran.
Tabel 4.4 Data Hasil Observasi
Jumlah Jumlah
Indikator Indikator
No Tahap Pembelajaran
yang yang Tidak
Tercapai Tercapai
Inkuiri
1 Orientasi siswa pada masalah 9 3
2 Mengorganisasikan siswa untuk 6 2
belajar
3 Membimbing penyelidikan individu 14 6
maupun kelompok
4 Mengembangkan dan menyajikan 7 5
hasil karya
5 Menganalisis dan mengevaluasi proses 9 3
pemecahan masalah
45 19
Jumlah
(70,31%) (29,69%)
Jika disajikan dalam setiap pertemuan, maka data hasil observasi tentang
ketercapaian proses pembelajaran berdasarkan ketercapaian setiap indikatornya
ditampilkan pada Tabel 4.5 berikut ini. Nilai persentase diperoleh dari
perbandingan jumlah indikator yang tercapai dengan jumlah indikator seluruhnya.
57
9 10 13 13 45
Inkuiri
56,25 % 62,5 % 81,25 % 81,25 % 70,31 %
1
I Kade suardana, Penilaian Portopolio dalam Pembelajaran Fisika Berbasis Inquairi
Terbimbing di SMP Negeri 2 Singaraja. (Jurnal penelitian dan pengembangan pendidikan,
desember 2007)
58
Temuan yang diperoleh selama penelitian, bahwa hasil belajar siswa pada
kelas eksperimen dinyatakan kurang berhasil, walaupun hasil uji hipotesis
menunjukan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri
terhadap hasil belajar siswa. Indikasi ini ditunjukkan oleh rata-rata nilai posttest
yang tidak terlalu tinggi yaitu sekitar 59. Hal ini memberikan informasi bahwa
inkuiri sebagai model pembelajaran memiliki keunggulan dan juga kelemahan.
Diduga hal ini menjadi salah satu penyebab hasil belajar siswa kurang berhasil.
Faktor tersebut disebabkan oleh keterbatasan waktu sehingga pembelajaran
kurang maksimal, karakter siswa yang cenderung terbiasa dengan penggunaan
model pembelajaran sederhana dan sebagainya. Model inkuiri menuntut siswa
untuk melibatkan dirinya secara aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu,
sebaiknya sebelum diberikan perlakuan, pada kelas yang akan diterapkan inkuiri,
dibiasakan menggunakan inkuiri selama beberapa waktu sebelum dilakukan
penelitian sampai mereka terbiasa dengan karakter inkuiri.
Perlunya pembiasaan ini dapat dianalogikan dengan hukum latihan (The
Law of Exercise) yang dikemukkaan oleh Edward Lee Thorndike, salah satu
konsep yang mendasari teori belajar behaviorisme. Menurutnya, semakin sering
sebuah tingkah laku diulang, dilatih, atau digunakan, maka asosiasi-asosiasi yang
mendasari tingkah laku tersebut semakin kuat. Sebaliknya, jika semakin jarang
digunakan, maka asosiasi tersebut semakin lemah. Berdasarkan analogi ini, maka
dapat dikatakan jika sebuah model pembelajaran baru terus dibiasakan maka
siswa juga pada akhirnya terbiasa dan merasa nyaman dengan model tersebut.2
Karena pembiasaan ini akan memperkuat asosiasi-asosiasi yang mendasari
perilaku siswa untuk mengikuti proses pembelajaran, dari model yang baru
tersebut dengan cara memberikan respons yang sesuai dengan yang diharapkan.
Inkuiri merupakan pembelajaran yang berlandaskan pada teori belajar
kontruktivisme, yang pada prinsipnya siswa akan membentuk atau membangun
pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Inkuiri
merupakan suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta
2
Artikel diakses pada tanggal 2 Desember dari http://wangmuba.com/2009/02/21/teori-
psikologi-belajar-dan-aplikasinya-dalam-pendidikan/
59
baik, hal tersebut dapat dilihat dari persentase pencapaian indikator pada setiap
pertemuan. Pencapaian indikator pada pertemuan kedua yaitu sebesar 56,25%.
Banyaknya indikator yang tercapai pada pertemuan kedua yaitu sebanyak 9
indikator dan indikator yang tidak tercapai sebanyak 7. Pada pertemuan kedua ini
dapat dikatakan pembelajaran yang telah dilakukan kurang begitu baik karena
pencapaian indikator baru mencapai 56,25%. Hal tersebut diduga karena siswa
belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan, sehingga kegiatan
pembelajaran kurang begitu baik.
Pada pertemuan ketiga, persentase pencapaian yaitu sebesar 62,25%. Pada
pertemuan ini mengalami peningkatan sekitar 6% dari pertemuan sebelumnya.
Banyaknya indikator yang tercapai pada pertemuan ketiga yaitu sebanyak 10
indikator, indikator yang tidak tercapai sebanyak 6. Pada pertemuan kedua ini
dapat dikatakan pembelajaran yang telah dilakukan berlangsung baik karena
pencapaian indikator mencapai 62,25%. Hal ini dikarenakan siswa sudah sedikit
terbiasa dengan model pmbelajaran yang diterapkan.
Pada pertemuan keempat, persentase pencapaian yaitu sebesar 81,25%. Pada
pertemuan ini mengalami kenaikan lagi dari pada pertemuan sebelunya sebanyak
19%. Banyaknya indikator yang tercapai pada pertemuan keempat yaitu sebanyak
13 indikator dan indikator yang tidak tercapai sebanyak 3 indikator. Pada
pertemuan keempat ini dapat dikatakan pembelajaran yang telah dilakukan
berlangsung baik karena pencapaian indikator mencapai 81,25%. Hal ini
dikarenakan siswa sudah benar-benar terbiasa dan sudah memahami kegiatan-
kegiatan apa yang harus mereka lakukan selama pembelajaran.
Pada pertemuan kelima, Persentase pencapaian yaitu sebesar 81,25%.
Banyaknya indikator yang tercapai pada pertemuan kelima sama seperti pada
pertemuan keempat yaitu sebanyak 13 indikator dan indikator yang tidak tercapai
sebanyak 3 indikator. Pada pertemuan kelima ini dapat dikatakan pembelajaran
yang telah dilakukan berlangsung baik karena pencapaian indikator mencapai
81,25%. Hal ini dikarenakan siswa sudah menikmati dan tidak lagi kaku dengan
model pembelajaran yang diterapkan.
61
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran inkuiri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal tersebut dilihat
dari hasil posttest pada kelas eksperimen yang meningkat dan hasil uji analisis
yang menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol. Hasil observasi juga menun jukan pelaksanaan
pembelajaran dikelas yang menggunakan inkuiri berlangsung baik, karena
persentase pencapaian indikator dari keseluruhan total pertemuan sebesar 70,31%.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan selama penelitian, penulis mengajukan
beberapa saran sebagai perbaikan dimasa mendatang.
1. penerapan model inkuiri dapat digunakn sebagai salah satu alternatif model
pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Untuk
itu, untuk penelitian selanjutnya, disaranka untuk mencoba menerapkan model
inkuiri pada pokok bahasan lain, misalnya pada pokok bahasan listrik dan
optik.
2. untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, sebaiknya sebelum
melakukan penelitian, pada kelas yang akan menggunakan model inkuiri
dilakukan pembiasaan penerapan inkuiri terlebih dahulu. Misalnya, dalam
beberapa pertemuan sebelum penelitian, pada kelas tersebut diterapkan inkuiri
sehingga pada waktu penelitian mereka sudah terbiasa dan tidak kesulitan
mengikuti proses pembelajaran.
62
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Armai Arief, M.A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h. 135
Dra. Roestiyah N.K. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),
Cet. 7, h. 75
63
64
Hasibuan dan Moejiono, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Remaja Rosda
Karya, 2004), h. 13
Herfis, ”Pembelajaran Inkuiri,” artikel diakses pada tanggal 22 Oktober 2009 dari
http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html.
I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi, Pengaruh Model pembelajaran dan Penalaran
Formal terhadap Penguasaan konsep Fisika dan Sikap Imiah siswa SMA
Negeri 4 Singaraja (Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan)
h.19
Jeni Wilson and kath Murdoch, artikel diakses dari http:// ss.uno.edu//SS/
TeachDevel/ Teachmethods/Inquirymethod. Html
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet.
1, hal.131-138
65
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan lingkungan, (jakarta:
Kizi Brother’s, 2006) h. 76
66
Lampiran 1
a. 2 s c. 3,5 s e. 9 s
b. 3 s d. 4,5 s
Menganalisis grafik 12. Pada grafik di bawah berapakah besar kecepatan rata- A (C4)
hubungan antara rata benda-benda?
kecepatan dan waktu
bumi
c. mempunyai percepatan yang sama ketika
mencapai bumi
d. mempunyai percepatan yang berbeda ketika
mencapai bumi
e. tidak ada jawaban yang benar
Menjelaskan gerak 31. dibawah ini rumus yang berlaku untuk gerak vertikal C (C2)
vertikal keatas dalam keatas adalah ....
bentuk matematis a. h = ½ gt2 c. h = vot + ½ gt2 e. h = vot – gt2
b. v2 = 2gh d. v = vo + gt
Memahami gerak 32. dibawah ini adalah rumus yang berlaku untuk gerak D (C2)
vertikal kebawah dalam vertikal kebawah, kecuali ...
bentuk matematis a. h = vot + ½ gt2 c. v = vo + gt e. v2 = vo2 + 2gh
b. h = ½ (vo + v) t d. v = vo – gt
Menentukan waktu yang 33. suatu roda jatuh dari pesawat terbang yang sedang D (C3)
dibutuhkan benda saat terbang horizontal pada ketinggian 490 m. Roda
menyentuh tanah pada mencapai bumi dalam waktu .... (g = 9,8 m/s2)
gerak jatuh bebas a. 10 s c. 60 s e. 100 s
b. 50 s d. 80 s
Menentukan waktu pada 34. sebuah bola yang dilempar vertikal ke atas dengan D (C3)
gerak vertikal keatas. kecepatan awal 80 m/s akan mengalami gerak naik
sekitar .... (g = 9,8 m/s2)
a. 2,5 s c. 6 s e. 10 s
b. 5 s d. 7,5 s
Menentukan ketinggian 35. Sebuah benda dijatuhkan dari ujung sebuah menara D (C3)
sebuah tempat dengan tanpa kecepatan awal, setelah 2 detik benda sampai di
mengetahui kecepatan tanah (g = 10 ms) tinggi menara tersebut adalah ….
awal dan waktunya. a. 40 m c. 20 m e. 10 m
b. 25 m d. 15 m
Menentukan ketinggian 36. Sebuah batu dilempar vertical keatas dengan kecepatan A (C3)
maksimum pada gerak 10 m/s. ketinggian maksimum yang dicapai batu
vertikal keatas. adalah …
a. 1 m c. 10 m e. 100 m
74
b. 5 m d. 20 m
Menganalisis waktu dan 37. sebuah batu dijatuhkan dari menara setinggi 30 m, A (C4)
kecepatan sebuah benda berapa waktu yang diperlukan untuk mencapai bumi
pada gerak jatuh bebas dan pada kecepatan berapa .... (g = 9,8 m/s2)
a. 5,3 s dan 51,9 m/s
b. 6,1 s dan 59,8 m/s
c. 7,5 s dan 73,5 m/s
d. 8 s dan 78,4 m/s
e. 9,6 s dan 94 m/s
.Menganalisis kecepatan 38. Sebuah benda bermassa 4 kg jatuh bebas dari D (C4)
benda ketika mencapai ketinggian 62,5 m. jika percepatan gravitasi bumi g =
tanah pada gerak jatuh 9,8 m/s. ketika menumbuk tanah, kecepatan benda
bebas. sama dengan ….
a. 14 m/s c. 25 m/s e. 55 m/s
b. 20 m/s d. 35 m/s
Menganalisis 39. dua bola dilempar vertikal ke atas, bola pertama D (C4)
perbandingan kecepatan dengan kecepatan awal dua kali kecepatan awal bola
dua buah benda yang kedua. Bola yang kecepatan awalnya lebih besar akan
bergerak vertikal keatas. mencapai ketinggian ..... kali ketinggian bola yang
lain.
a. √2 kali c. 3 kali e. 8 kali
b. 2 kali d. 4 kali
Menganalisis besar laju 40. Seorang anak melempar sebuah bola vertikal keatas C (C4)
sebuah benda yang dari atas gedung yang tingginya 12 m dengan kelajuan
dilempar vertikal keatas. awal 6 m/s. Untuk gerak mulai dari tangan hingga
ketanah, tentukan kelajuan bola saat akan menyentuh
tanah. (g = 9,8 m/s2)
a. 12,5 m/s c. 14,5 m/s e. 16,5 m/s
b. 13,5 m/s d. 15,5 m/s
75
Lampiran 2
Kisi-kisi Instrumen Nontes
Lembar Observasi Inkuiri
Tahap-tahap Skor
No Indikator
pembelajaran < 50 % ≥ 50%
1 Tahap 1 1. Siswa memahami tujuan pembelajaran
Orientasi siswa 2. Siswa menunjukkan minat dan motivasi terhadap masalah yang disajikan.
belajar kelompoknya.
Membimbing masalah.
proses pemecahan masalah yang diinformasikan guru atau pemecahan masalah yang dilakukan
Keterangan:
< 50 % = jumlah siswa melakukannya kurang dari setengah dari jumlah yang diharapkan.
> 50 % = jumlah siswa melakukannya lebih dari atau sama dengan setengah dari jumlah yang diharapkan.
77
Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Kelas Eksperimen)
A. Standar Kompetensi :
Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda
titik
B. Kompetensi Dasar :
Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan
konstan
C. Materi / Konsep :
Besaran-besaran Pada Gerak Lurus
D. Indikator :
• Mampu mendefinisikan pengertian gerak
• mendeskipsikan hubungan antara kelajuan dan kecepatan
• mendeskripsikan hubungan antara percepatan dan perlajuan
E. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu:
Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan pengertian gerak.
2. Memformulasikan perumusan persamaan gerak.
3. Siswa dapat merumuskan persamaan gerak yang dilakukan oleh suatu benda.
4. Menerapkan prinsip GLB pada masalah fisika sehari- hari.
5. Menjelaskan dan memformulasikan GLB.
6. Menganalisis grafik gerak lurus dengan kecepatan konstan.
7. Menjelaskan hubungan antara perpindahan kecepatan dan waktu serta
memformulasikan persamaannya.
78
I. Sumber Pembelajaran
Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka gama,
2006.
J. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
K. Penilaian
Tes uraian.
1. Sebuah mobil bergerak 60 km ke arah timur, kemudian berbalik menempuh
jarak 20 km ke arah barat. Tentukan:
a. Jarak total yang ditempuh mobil,
b. Perpindahan mobil dari kedudukan semula.
Penyelesaian:
O B A
40 20
a. Jarak total yang ditempuh mobil adalah keseluruhan lintasan baik dari O ke
A maupun dari A ke B.
SOB = SOA + SAB = 60 km + 20 km = 80 km
b. Perpindahan lebih menitikberatkan pada kedudukan awal dan akhir dari suatu
gerakan. Dalam hal ini kedudukan awal mobil ada di titik O dan kedudukan
akhir berada di titik B. maka perpindahan mobil adalah panjang ruas garis OB
arah ke kanan.
SOB = SOA – SAB = 60 km + (-20 km) = 40 km ke arah timur
80
A. Standar Kompetensi :
Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda
titik
B. Kompetensi Dasar :
Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan
konstan
C. Materi / Konsep :
Besaran-besaran Pada Gerak Lurus
D. Indikator :
• menganalisis hubungan antara perpindahan, kecepatan dan waktu
• menganalisis hubungan antara perpindahan percepatan dan waktu
E. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu:
Peserta didik dapat:
1. Memformulasikan persamaan GLBB.
2. Menentukan GLBB pada masalah fisika sehari- hari.
3. menganalisis grafik gerak lurus dengan percepatan konstan.
4. Menyimpulkan karakteristik gerak lurus berubah beraturan melalui percobaan
dan pengukuran besaran-besaran terkait.
F. Alokasi Waktu :
12 jam pelajaran (12 × 45 menit)
6 pertemuan
G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran
Inkuiri
82
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-3
No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan Memulai pembelajaran dengan mengucapkan Menjawab salam dan absensi.
salam dan melakukan absensi siswa.
Bertanya tentang materi sebelumnya yaitu Menjawab pertanyaan guru
Gerak Lurus secara singkat dengan cara berkaitan dengan materi yang
mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. ditanyakan yaitu tentang
Misalnya dengan menanyakan “apa yang gerak lurus beraturan.
dimaksud dengan gerak lurus beraturan?”
Memeriksa pekerjaan rumah siswa yang Mengumpulkan pe-kerjaan
diberikan pada pertemuan sebelumnya. rumahnya dan menjawab
Memeriksa perkembangan penyelidikan pertanyaan guru berkaitan
masalah yang diberikan pada per-temuan dengan hal itu.
pertama Melaporkan perkembangan
penyelidikannya dan
menanyakan kesulitan yang
ditemukan.
2 Mengajukan Memimpin pembagian siswa dalam kelompok Berkumpul bersama dan
pertanyaan Menyajikan permasalahan yang akan dijadikan memilih ketua kelompoknya
atau masalah bahan pengamatan selama pembelajaran yaitu Menyimak dan mencatat.
tentang Gerak Lurus Berubah Beraturan.
Membagikan lembar kerja siswa kepada setiap Memahami langkah-langkah
kelompok kerja LKS.
3 Membuat Memberikan kesempatan kepada siswa untuk Berdiskusi untuk membuat
hipotesis brtukar pendapat dalam membentuk hipotesis. hipotesis.
Membimbing siswa dalam menentukan
hipotesis yang releven dengan permasalahan
dan memprioritaskan hipotesis mana yang
menjadi prioritas penyelidikan.
4 Merancang Memberikan kesempatan pada siswa untuk Menyimak penjelasan guru
percobaan menentukan langkah-langkah yang sesuai tentang cara pemecahan
dengan hipotesis yang akan dilakukan. masalah yang disarankan dan
Membimbing siswa mengurutkan langkah- membandingkannya dengan
langkah percobaan. pemecahan masalah yang
dilakukan kelompoknya.
5 Melakukan Membimbing siswa mendapatkan informasi Melakukan percobaan untuk
percobaan melalui percobaan. memecahkan masalah.
untuk
memperolah
informasi
6 Mengumpul Memberikan kesempatan pada setiap kelompok Mempresentasikan hasil
kan dan untuk menyampaikan hasil pengolahan data pemecahan masalah yang
menganalisis yang terkumpul. dilakukan kelompoknya di
data depan kelas.
salam.
Menjawab salam.
I. Sumber Pembelajaran
Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka gama,
2006.
J. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
K. Penilaian
Tes uraian
1. Sebuah mobil memiliki kecepatan awal 20 m/s dan mengalami percepatan -1
m/s. tentukan kecepatan mobil setelah 10 s dan 50 s.
Penyelesaian:
V (t = 10) = vo + at = 20 m/s + (-1 m/s2)(10 s) = 20 m/s – 10 m/s = 10 m/s
V (t = 50) = vo + at = 20 m/s + (-1 m/s2)(50 s) = 20 m/s – 50 m/s = - 30 m/s
2. Pada saat kereta api bergerak dengan kelajuan 30 m/s, masinisnya melakukan
pengereman karena menerima sinyal informasi. Dalam waktu 75 s kemudian,
masinis menerima sinyal kedua. Jarak tempuh ketika masinis menerima sinyal
pertama dan kedua adalah 1,5 km. tentukan kelajuan kereta pada saat menerima
sinyal kedua.
Penyelesaian:
Kelajuan awal, vo = 30 m/s
Jarak tempuh, s = 1,5 km = 1500 m
Waktu tempuh, t = 75 s
Jawab
S = (vo + v /2) t
2S = (vo + v) t
2s/t = vo + v
Maka kelajuan akhir,
V = 2s/t – vo = 2(1500 m)/ 75 s – 30 m/s
= 40 m/s – 30 m/s
= 10 m/s
84
A. Standar Kompetensi :
Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda
titik
B. Kompetensi Dasar :
Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan
konstan
C. Materi / Konsep :
Besaran-besaran Pada Gerak Lurus
D. Indikator :
• Mampu mendefinisikan pengertian gerak vertikal
• menunjukan gerak vertikal keatas
• menunjukan gerak vertikal kebawah
E. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu:
Peserta didik dapat:
1. Memformulasikan persamaan gerak vertikal.
2. Mengetahui gerak apa saja yang termasuk gerak vertikal pada kehidupan sehari-
hari.
3. Menentukan gerak vertikal dan aplikasinya pada kejadian dalam kehidupan
sehari-hari.
F. Alokasi Waktu :
12 jam pelajaran (12 × 45 menit)
6 pertemuan
G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran
85
Inkuiri
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-4
No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan Memulai pembelajaran dengan mengucapkan Menjawab salam dan absensi.
salam dan melakukan absensi siswa.
Bertanya tentang materi sebelumnya tentang Menjawab pertanyaan guru
Gerak Lurus Berubah Beraturan secara singkat berkaitan dengan materi yang
dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan ditanyakan yaitu tentang gerak
kepada siswa. Misalnya dengan mengatakan lurus berubah beraturan.
“apa yang dimaksud dengan gerak lurus
berubah beraturan?”
Memeriksa pekerjaan rumah siswa yang Mengumpulkan pe-kerjaan
diberikan pada pertemuan sebelumnya. rumahnya dan menjawab
Memeriksa perkembangan penyelidikan pertanyaan guru berkaitan
masalah yang diberikan pada pertemuan dengan hal itu.
pertama. Melaporkan perkembangan
penyelidikannya dan
menanyakan kesulitan yang
ditemukan.
2 Mengajukan Memimpin pembagian siswa dalam kelompok Berkumpul bersama dan
pertanyaan Menyajikan permasalahan yang akan dijadikan memilih ketua kelompoknya
atau masalah bahan pengamatan selama pembelajaran yaitu Menyimak dan mencatat.
tentang Gerak Vertikal.
Membagikan lembar kerja siswa kepada setiap Memahami langkah-langkah
kelompok kerja LKS.
3 Membuat Memberikan kesempatan kepada siswa untuk Berdiskusi untuk membuat
hipotesis brtukar pendapat dalam membentuk hipotesis. hipotesis.
Membimbing siswa dalam menentukan
hipotesis yang releven dengan permasalahan
dan memprioritaskan hipotesis mana yang
menjadi prioritas penyelidikan.
4 Merancang Memberikan kesempatan pada siswa untuk Menyimak penjelasan guru
percobaan menentukan langkah-langkah yang sesuai tentang cara pemecahan
dengan hipotesis yang akan dilakukan. masalah yang disarankan dan
Membimbing siswa mengurutkan langkah- membandingkannya dengan
langkah percobaan. pemecahan masalah yang
dilakukan kelompoknya.
5 Melakukan Membimbing siswa mendapatkan informasi Melakukan percobaan untuk
percobaan melalui percobaan. memecahkan masalah.
untuk
memperolah
informasi
6 Mengumpulk Memberikan kesempatan pada setiap Mempresentasikan hasil
an dan kelompok untuk menyampaikan hasil pemecahan masalah yang
menganalisis pengolahan data yang terkumpul. dilakukan kelompoknya di
data depan kelas.
Pertemuan Ke-5
Diskusi kelas dengan presentasi setiap kelompok tentang hasil percobaan dan
pemecahan masalah yang telah dilakukan.
Review secara keseluruhan tentang Gerak Lurus.
Pertemuan Ke-6
Posttest.
I. Sumber Pembelajaran
Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka gama,
2006.
J. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
K. Penilaian
Tes uraian
1. Sebuah batu dijatuhkan dari puncak gedung setinggi 20 m. Berapa waktu yang
diperlukan untuk mencapa tanah dan pada kecepatan berapa? (g = 10 m/s2)
Penyelesaian:
Ketinggian gedung, h = 20 m.
Percepatan gravitasi, g = 10 m/s2
h = ½ gt2
t = akar 2h/g = akar 2 (20 m)/ 10 m/s2 = 2s
kecepatan akhir, v = gt = (10 m/s2)(2s) = 20 m/s
2. Seorang atlet peloncat indah akan melakukan loncatan setinggi 8 m dari
permukaan air kolam renang. Jika pada saat ia lepas dari papan tumpuan
kelajuan ke bawahnya sebesar 6 m/s, tentukan kelajuan saat akan menyentuh air.
(g = 10 m/s2)
Penyelesaian
Kelajuan awal, vo = 6 m/s Ketinggian, h = 8 m
Kelajuan saat akan menyentuh air,
V2 = vo2 + 2gh
= (6 m/s)2 + 2 (10 m/s2)(8 m) = 36 m2/s2 + 160 m2/s2 = 196 m2/s2
V = akar 196 m2/s2 = 14 m/s
87
Permasalahan
PENGERTIAN GERAK
Alat dan bahan : tiga buah benda yang diberi nama A, B, dan C.
Cara kerja :
4. letakan ketiga benda A, B, dan C pada jarak yang sama, yaitu = 20 cm.
5. hubungkan benda A dan B dengan tali, ukur jarak A-B, B-C, dan A-C.
Jarak A-B = . . . . . . . cm, Jarak B-C = . . . . . . . cm, Jarak A-C = . . . . . . . cm.
6. tariklah benda A ke kanan, kemudian ukur kembali jarak A-B, B-C, dan A-C.
Jarak A-B = . . . . . . . cm, Jarak B-C = . . . . . . . cm, Jarak A-C = . . . . . . . cm.
7. berubahkah kedudukan A terhadap B, kedudukan B terhadap C, dan kedudukan A terhadap
C?
8. kedudukan A terhadap B : . . . . . . . . . . .
kedudukan B terhadap C : . . . . . . . . . . .
kedudukan A terhadap C : . . . . . . . . . . .
A B C
9. berdasarkan definisi gerak, manakah benda yang dikatakan bergerak? Mengapa demikian?
Tugas
Permasalahan
Tugas
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Kelas Kontrol)
A. Standar Kompetensi
Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda
titik.
B. Kompetensi Dasar
Menganalisis hubungan antara usaha, perubahan energi dengan hukum
kekekalan energi mekanik.
C. Materi Pembelajaran.
Besaran-besaran Pada Gerak Lurus
D. Indikator
• Mampu mendefinisikan pengertian gerak
• mendeskipsikan hubungan antara kelajuan dan kecepatan
E. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian gerak.
2. Memformulasikan perumusan persamaan gerak.
3. Siswa dapat merumuskan persamaan gerak yang dilakukan oleh suatu
benda.
4. Menentukan gerak pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari.
F. Metode Pembelajaran
Konvensional
89
a. Jarak total yang ditempuh mobil adalah keseluruhan lintasan baik dari
O ke A maupun dari A ke B.
SOB = SOA + SAB = 60 km + 20 km = 80 km
b. Perpindahan lebih menitikberatkan pada kedudukan awal dan akhir dari
suatu gerakan. Dalam hal ini kedudukan awal mobil ada di titik O dan
kedudukan akhir berada di titik B. maka perpindahan mobil adalah
panjang ruas garis OB arah ke kanan.
SOB = SOA – SAB = 60 km + (-20 km) = 40 km ke arah timur
91
B. Standar Kompetensi :
Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda
titik
C. Kompetensi Dasar :
Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan
konstan
D. Materi / Konsep :
Besaran-besaran Pada Gerak Lurus
E. Indikator :
• Mampu mendefinisikan pengertian gerak lurus beraturan
• mendeskipsikan hubungan antara kelajuan dan kecepatan
• mendeskripsikan hubungan antara percepatan dan perlajuan
F. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu:
Peserta didik dapat:
1. Menerapkan prinsip GLB pada masalah kehidupan sehari- hari.
2. Menjelaskan dan memformulasikan GLB.
3. Menganalisis grafik gerak lurus dengan kecepatan konstan.
4. Menjelaskan hubungan antara perpindahan kecepatan dan waktu serta
memformulasikan persamaannya.
5. Menyimpulkan karakteristik gerak lurus beraturan melalui percobaan dan
pengukuran besaran-besaran terkait.
92
G. Alokasi Waktu :
12 jam pelajaran (12 × 45 menit)
6 pertemuan
H. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran
Konvensional
I. Langkah-langkah Pembelajaran
PERTEMUAN KETIGA
a. Kegiatan Pendahuluan
• Guru membuka pelajaran dan mengawalinya dengan memberikan
tanya jawab tentang GLB.
b. Kegiatan inti
• Guru menjelaskan pengertian mengenai GLB.
• Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai perumusan
persamaan GLB.
• Guru menjelaskan mengenai penerapan GLB dalam kehidupan
sehari- hari.
• Guru memberikan contoh soal mengenai GLB.
• Guru memberikan soal mengenai GLB untuk dikerjakan oleh
peserta didik.
• Guru bersama siswa membahas soal secara bersama- sama.
c. Kegiatan Penutup (10 menit)
• Guru mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan dan memberi
penekanan pada materi GLB yang diteruskan dengan pemberian
tugas mandiri.
J. Sumber Pembelajaran
Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka
gama, 2006.
K. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
L. Penilaian
Tes uraian
93
A. Standar Kompetensi :
Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda
titik
B. Kompetensi Dasar :
Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan
konstan
C. Materi / Konsep :
Besaran-besaran Pada Gerak Lurus
D. Indikator :
• terkait. menganalisis hubungan antara perpindahan, kecepatan dan waktu
• menganalisis hubungan antara perpindahan percepatan dan waktu
E. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu:
Peserta didik dapat:
1. Memformulasikan persamaan GLBB.
2. Menentukan GLBB pada masalah fisika sehari- hari.
3. menganalisis grafik gerak lurus dengan percepatan konstan.
4. Menyimpulkan karakteristik gerak lurus berubah beraturan melalui
percobaan dan pengukuran besaran-besaran terkait
F. Alokasi Waktu :
12 jam pelajaran (12 × 45 menit)
6 pertemuan
95
G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran
Konvensional
H. Langkah-langkah Pembelajaran
PERTEMUAN KEEMPAT
a. Kegiatan Pendahuluan
• Guru membuka pelajaran dan mengawalinya dengan memberikan
tanya jawab tentang GLBB.
b. Kegiatan inti
• Guru menjelaskan pengertian mengenai GLBB.
• Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai perumusan
persamaan yang berkaitan GLBB.
• Guru menjelaskan mengenai penerapan GLBB dalam kehidupan
sehari- hari.
• Guru memberikan contoh soal mengenai GLBB
• Guru memberikan soal mengenai GLBB untuk dikerjakan oleh
peserta didik.
• Guru bersama siswa membahas soal secara bersama- sama.
c. Kegiatan Penutup (10 menit)
• Guru mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan dan memberi
penekanan pada materi GLBB yang diteruskan dengan pemberian
tugas mandiri.
I. Sumber Pembelajaran
Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka
gama, 2006.
J. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
K. Penilaian
Tes uraian
1. Sebuah mobil memiliki kecepatan awal 20 m/s dan mengalami percepatan
-1 m/s. tentukan kecepatan mobil setelah 10 s dan 50 s.
Penyelesaian:
96
A. Standar Kompetensi :
Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda
titik
B. Kompetensi Dasar :
Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan
konstan
C. Materi / Konsep :
Besaran-besaran Pada Gerak Lurus
D. Indikator :
• Mampu mendefinisikan pengertian gerak vertikal
• menunjukan gerak vertikal keatas
• menunjukan gerak vertikal kebawah
E. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu:
1. Memformulasikan persamaan gerak vertikal.
2. Mengetahui gerak apa saja yang termasuk gerak vertikal pada kehidupan
sehari- hari.
3. Menentukan gerak vertikal dan aplikasinya pada kejadian dalam
kehidupan sehari-hari.
F. Alokasi Waktu :
12 jam pelajaran (12 × 45 menit)
6 pertemuan
98
G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran
Konvensional
H. Langkah-langkah Pembelajaran
PERTEMUAN KELIMA
a. Kegiatan Pendahuluan
a. Guru membuka pelajaran dan mengawalinya dengan memberikan
tanya jawab tentang gerak vertikal.
b. Kegiatan inti
a. Guru menjelaskan pengertian mengenai gerak vertikal.
b. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai perumusan
persamaan gerak vertikal.
c. Guru menjelaskan mengenai penerapan gerak vertikal dalam
kehidupan sehari- hari.
d. Guru memberikan contoh soal mengenai gerak vertikal keatas dan
gerak vertikal kebawah.
e. Guru memberikan soal mengenai gerak vertikal untuk dikerjakan
oleh peserta didik.
f. Guru bersama siswa membahas soal secara bersama- sama.
c. Kegiatan Penutup
a. Guru mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan dan memberi
penekanan pada materi gerak vertikal yang diteruskan dengan
pemberian tugas mandiri.
PERTEMUAN KEENAM
Posttest
I. Sumber Pembelajaran
Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka
gama, 2006.
J. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
K. Penilaian
Tes uraian
99
Lampiran 5
Uji Validitas
Dimana:
rpbi = indeks point biserial
Mp = Mean (rata-rata) skor yang dijawab betul oleh testee (peserta tes) pada
butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara
keseluruhan.
Mt = Mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee (peserta tes) pada
butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara
keseluruhan.
SDt = Deviasi standar skor total.
p = proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang
diuji validitasnya.
q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal yang sedang
diuji validitasnya
Untuk keperluan perhitungan nilai point biserial tersebut maka dibuatlah tabel
bantu perhitungan uji validitas. Berikut ini adalah ringkasan tabel perhitungan
untuk menguji validitas instrumen.
97
Mt
rpbi
SD
AF
Uji
AE
Mp
AC
AB
AH
AG
AD
rtabel
Hipotesis
1
1
1
0
1
1
0
0
25
Valid 19.83 0.26 0.74
0.71
0.34
7.84
16.5
0
0
0
1
1
1
1
1
28
Valid 19.89 0.18 0.82
0.93
1
1
1
0
1
0
0
0
22
Valid 20.35 0.35 0.65
0.66
1
0
1
0
1
1
0
1
13
0.13
0
1
1
0
0
1
1
1
13
0.10
0
0
0
1
1
1
1
1
22
0.51
1
1
0
1
1
0
0
0
24
0.85
1
1
0
1
1
0
0
0
22
0.79
1
0
0
1
0
1
0
1
17
0
1
1
0
0
0
10
0
0
0
1
1
1
27
0
1
0
1
0
0
21
1
0
1
1
0
0
24
0
1
1
0
1
1
13
1
1
1
1
1
0
25
0
1
1
0
1
0
10
0
0
0
1
0
0
20
0
0
1
1
1
1
28
0
1
1
1
0
0
24
0
0
0
1
0
0
22
9
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
28
A 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 19 361
B 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 19 361
C 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 19 361
D 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 12 144
E 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 11 121
F 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 18 324
G 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 26 676
H 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 23 529
I 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 15 225
J 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 23 529
K 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 18 324
L 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 21 441
M 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 17 289
N 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 19 361
O 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 19 361
P 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 21 441
R 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 15 225
S 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 25 625
T 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 23 529
U 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 27 729
V 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 22 484
W 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 15 225
X 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 22 484
Y 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 16 256
Z 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 22 484
AA 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 21 441
Uji
q
p
Σ
Hipotesis
AI
Mt
rpbi
SD
AF
AE
Mp
AC
AB
AH
AG
AD
rtabel
0
0
1
1
7
0
0
1
0
0.10
0.34
7.84
16.5
0
1
0
1
0
0
1
1
10
Valid 20.78 0.71 0.29
0.35
1
0
0
1
1
1
1
0
23
Valid 20.35 0.32 0.68
0.71
0
1
1
0
9
0
1
0
0
0.23
0
0
1
0
9
0
1
1
0
0.15
0
1
1
0
7
0
0
0
0
0.36
1
1
0
0
6
0
0
1
0
0.28
0
0
1
1
0
0
1
0
10
0.33
0
1
0
1
8
0
0
0
1
0
0
1
25
1
1
1
11
0
1
1
14
0
1
1
11
7
0
1
0
0
1
0
0
0
11
0
1
1
10
0
0
0
19
0
0
0
16
660
144
256
529
324
441
676
361
289
13350
100
101
Perhitungan Realibitas
Untuk keperluan perhitungan realibitas instrumen tes ini, digunakan rumus Spearman-Brown
berikut ini.
N ⋅ r 12
rn=
1 + (N − 1) ⋅ r 12
Simbol-simbol yang terdapat pada persamaan tersebut dijelaskan pada keterangan berikut ini.
rn = koefisien korelasi seluruh tes
N = perbandingan antara panjang tes secara keseluruhan dengan panjang tes yang
dikorelasikan
r½ = koefisien korelasi antara sebagian tes dengan bagian tes lainnya
Tabel berikut ini adalah ringkasan perhitungan realibilitas ini.
Σ
25
22
13
24
17
27
24
25
20
24
23
11
11
11
19
335
9
8
102
Σ
28
13
22
22
10
21
13
10
28
22
28
10
10
25
14
10
16
325
9
7
103
Subjek X Y XY X2 Y2 Dimana:
A 10 9 90 100 81 X : skor total subjek pada item
B 10 9 90 100 81 bernomor ganjil
C 10 9 90 100 81 Y : skor total subjek pada item
D 7 5 35 49 25 bernomor genap
E 4 7 28 16 49
F 11 7 77 121 49
G 13 13 169 169 169
Dari perhitungan tersebut diperoleh
H 11 12 132 121 144 bahwa nilai reliabilitas instrumen ini
I 7 8 56 49 64 adalah 0,6188. Nilai ini termasuk
J 13 10 130 169 100 kategori cukup.
K 10 8 80 100 64
L 11 10 110 121 100
M 8 9 72 64 81
N 10 9 90 100 81
O 10 9 90 100 81
P 7 14 98 49 196
R 7 8 56 49 64
S 14 11 154 196 121
T 11 12 132 121 144
U 14 13 182 196 169
V 11 11 121 121 121
W 8 7 56 64 49
X 12 10 120 144 100
Y 5 11 55 25 121
Z 11 11 121 121 121
AA 12 9 108 144 81
AB 7 10 70 49 100
AC 9 10 90 81 100
AD 12 14 168 144 196
AE 11 10 110 121 100
AF 9 9 81 81 81
AG 14 9 126 196 81
AH 9 7 63 81 49
AI 7 5 35 49 25
Σ 335 325 3285 3511 3269
L 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
M 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
N 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
O 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
P 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1
R 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
S 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
T 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
U 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
V 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
W 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
X 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
Y 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
Z 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
AA 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
AB 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0
AC 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1
AD 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
AE 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
AF 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0
AG 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
AH 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
AI 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1
Σ 25 28 22 13 13 22 24 22 17 10 27 21 24 13 25 10 20 28 24 22 9 28
TK 0.74 0.82 0.65 0.38 0.38 0.65 0.71 0.65 0.50 0.29 0.79 0.62 0.71 0.38 0.74 0.29 0.59 0.82 0.71 0.65 0.26 0.82
Keputus Mdh Mdh Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Skr Mdh Sdg Sdg Sdg Mdh Skr Sdg Mdh Sdg Sdg Skr Mdh
an
106
AA 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 21
AB 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 17
AC 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 19
AD 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 26
AE 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 21
AF 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 18
AG 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 23
AH 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 16
AI 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 12
Σ 7 10 23 9 9 7 6 10 8 25 11 14 11 7 11 10 19 16 660
TK 0.21 0.29 0.68 0.26 0.26 0.21 0.18 0.29 0.24 0.74 0.32 0.41 0.32 0.21 0.32 0.29 0.56 0.47
Keputusan Skr Skr Sdg Skr Skr Skr Skr Skr Skr Mdh Sdg Sdg Sdg Skr Sdg Skr Sdg Sdg
Daya Beda
Untuk menghitung daya beda setiap soal digunakan rumus berikut ini.
W − WH
DB = L
n
Maksud dari setiap simbol dari persamaan di atas adalah sebagai berikut.
DB = Daya Beda (discriminating power, DP)
WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
WH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
n = jumlah kelompok atas atau kelompok bawah
3 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
4 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0
5 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0
6 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
7 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1
8 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
9 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1
dalam perhitungan
Tidak dimasukkan
10 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0
11 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0
12 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
13 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0
14 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
15 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
109
16 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
17 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0
18 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
19 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
20 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
21 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
22 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
23 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
24 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0
25 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
26 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
27 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
Kelompok Bawah
28 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1
29 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
30 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
31 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0
32 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
33 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
34 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
WH 6 6 4 6 4 5 4 4 4 4 5 4 5 2 5 2 2 4 5 5
WL 8 8 7 2 2 7 8 8 5 2 7 7 8 3 8 3 7 9 9 8
-0.44
-0.22
-0.22
Daya
0.22
0.22
0.33
0.22
0.44
0.44
0.11
0.22
0.33
0.33
0.11
0.33
0.11
0.56
0.56
0.44
0.33
Beda
Keputusan
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
buruk
buruk
buruk
drop
drop
drop
baik
baik
baik
baik
baik
110
3 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 12
4 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 15
5 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 16
6 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 15
7 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 15
8 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 18
9 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 17
10 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 17
11 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 16
12 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 19
Tidak dimasukkan dalam perhitungan
13 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 19
14 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 18
15 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 19
16 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 18
17 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 19
18 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 21
19 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 21
20 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 19
21 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 19
22 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 22
23 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 23
24 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 21
25 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 26
111
26 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 21
27 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 23
Kelompok Bawah
28 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 23
29 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 22
30 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 22
31 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 23
32 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 27
33 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 26
34 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 25
WH 2 5 3 1 5 2 3 0 1 3 1 4 2 2 2 2 1 2 3 1
WL 3 9 1 5 8 2 2 2 2 4 4 8 3 4 5 2 6 2 8 6
-0.22
-0.11
0.11
0.44
0.44
0.33
0.00
0.22
0.11
0.11
0.33
0.44
0.11
0.22
0.33
0.00
0.56
0.00
0.56
0.56
Daya Beda
Keputusan
cukup
cukup
cukup
cukup
cukup
buruk
buruk
buruk
buruk
buruk
buruk
buruk
drop
drop
baik
baik
baik
baik
baik
baik
Kategorisasi untuk menentukan daya beda didasarkan ketentuan berikut ini.
Drop : TK < 0
Buruk : 0 ≤ TK < 0,20
Cukup : 0,20 ≤ TK < 0,40
Baik : 0,40 ≤ TK < 0,70
Baik Sekali : 0,70 ≤ TK < 1,00
112
.Lampiran 6
Hasil Pretest Kelas X MM 1
Hasil pretest dari kelas X MM 1 adalah sebagai berikut.
30 35 30 25 30 25 25
40 25 30 35 25 30 20
20 25 25 30 30 30
35 40 35 25 35 40
20 25 35 20 35 35
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 50 dan nilai minimum
(Xmin) adalah 30. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi
setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan
panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.
a. Rentang (R)
R = X mx − X min
= 40 − 20
= 20
b. Banyaknya Kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 32
= 1 + 3,3 × 1,50
= 1 + 4,97
= 5,97
≈6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
c. Panjang Kelas (P)
R
P =
K
20
=
6
= 3,33
≈4
Sehingga panjang kelasnya adalah 4.
114
Nilai Frekuensi
Kelas Batas Kelas fi . xi fi . xi2
Tengah (xi) (fi)
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-
rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai pretest ini.
Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )
X =
∑ f ⋅x
i i
∑f i
944
=
32
= 29,5
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
⎛1 ⎞
⎜ n−F ⎟
Me = b + P⎜ 2 ⎟
⎜ f ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 23,5
P = panjang kelas = 4
n = banyaknya data = 32
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 4
f = nilai frekuensi kelas median = 9
115
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
⎛1 ⎞
⎜ .32 − 4 ⎟
Me = 23,5 + 4⎜ 2 ⎟
⎜ 9 ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
= 23,5 + (4 × 1,33)
= 23,5 + 5,33
= 28,83
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
⎛ b1 ⎞
Mo = b + P⎜⎜ ⎟⎟
⎝ b1 + b2 ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 23,5
P = panjang kelas = 4
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 9–4=5
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 9–8=1
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
⎛ 5 ⎞
Mo = 23,5 + 4⎜ ⎟
⎝ 5 +1⎠
= 23,5 + (4 × 0,83)
= 23,5 + 3,33
= 26,83
116
( f .x )
∑ f .x − ∑ f
2
2 i i
∑
i ii
=
i
S
∑ f −1 i
28808 −
(944)2
= 32
32 − 1
891136
28808 −
= 32
31
28808 − 27848
=
31
960
=
31
= 30,97
= 5,56
117
Lampiran 7
Hasil Pretest Kelas X MM 2
Hasil pretest dari kelas X MM 2 adalah sebagai berikut.
30 40 25 20 40 15 30
25 20 30 25 25 20
25 35 30 30 30 15
20 25 25 40 15 30
20 30 30 40 20 30
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 40 dan nilai minimum
(Xmin) adalah 15. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi
setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan
panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.
a. Rentang (R)
R = X mx − X min
= 40 − 15
= 25
b. Banyaknya Kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 31
= 1 + 3,3 × 1,49
= 1 + 4,92
= 5,92
≈6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
c. Panjang Kelas (P)
R
P =
K
25
=
6
= 4,16
≈5
Sehingga panjang kelasnya adalah 5.
118
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-
rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai pretest ini.
Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )
X =
∑ f ⋅x
i i
∑f i
897
=
31
= 28,93
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
⎛1 ⎞
⎜ n−F ⎟
Me = b + P⎜ 2 ⎟
⎜ f ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 29,5
P = panjang kelas = 5
n = banyaknya data = 31
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 3 + 6 + 7 = 16
f = nilai frekuensi kelas median = 10
119
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
⎛1 ⎞
⎜ .31 − 16 ⎟
Me = 29,5 + 5⎜ 2 ⎟
⎜ 10 ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
= 29,5 + (5 × (−0,05) )
= 29,5 − 0,25
= 29,25
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
⎛ b1 ⎞
Mo = b + P⎜⎜ ⎟⎟
⎝ b1 + b2 ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 29,5
P = panjang kelas = 5
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 10 – 7 = 3
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 10 – 1 = 9
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
⎛ 3 ⎞
Mo = 29,5 + 5⎜ ⎟
⎝3+9⎠
= 29,5 + (5 × 0,25)
= 29,5 + 1,25
= 30,75
120
( f .x )
∑ f .x − ∑ f
2
2 i i
∑
i ii
=
i
S
∑ f −1 i
27539 −
(897 )2
= 31
31 − 1
804609
27539 −
= 31
30
27539 − 25955,13
=
30
1583,87
=
30
= 52,79
= 7,27
121
Lampiran 8
Hasil Posttest Kelas X MM 1
Hasil posttest dari kelas X MM 1 adalah sebagai berikut.
45 50 60 55 40 65 70
70 55 55 55 60 50 60
40 55 70 50 60 70
70 70 65 55 60 75
55 55 50 65 55 65
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 75 dan nilai minimum
(Xmin) adalah 40. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi
setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan
panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.
a. Rentang (R)
R = X mx − X min
= 75 − 40
= 35
b. Banyaknya Kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 32
= 1 + 3,3 × 1,50
= 1 + 4,97
= 5,97
≈6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
c. Panjang Kelas (P)
R
P =
K
35
=
6
= 5,83
≈6
Sehingga panjang kelasnya adalah 6.
122
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-
rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai posttest ini.
Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )
X =
∑ f ⋅x
i i
∑f i
1888
=
32
= 59
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
⎛1 ⎞
⎜ n−F ⎟
Me = b + P⎜ 2 ⎟
⎜ f ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 51,5
P = panjang kelas = 6
n = banyaknya data = 32
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 4 + 3 = 7
f = nilai frekuensi kelas median = 9
123
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
posttest ini adalah sebagai berikut.
⎛1 ⎞
⎜ .32 − 7 ⎟
Me = 51,5 + 6⎜ 2 ⎟
⎜ 9 ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
= 51,5 + (6 × 1)
= 51,5 + 6
= 57,5
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
⎛ b1 ⎞
Mo = b + P⎜⎜ ⎟⎟
⎝ b1 + b2 ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 51,5
P = panjang kelas = 6
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 9–4=5
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 9–5=4
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
posttest ini adalah sebagai berikut.
⎛ 5 ⎞
Mo = 51,5 + 6⎜ ⎟
⎝5+ 4⎠
= 51,5 + (6 × 0,56)
= 51,5 + 3,33
= 54,83
124
( f .x )
∑ f .x − ∑ f
2
2 i i
∑
i ii
=
i
S
∑ f −1 i
114344 −
(1888)2
= 32
32 − 1
3564544
114344 −
= 32
31
114344 − 111392
=
31
2952
=
31
= 95,22
=`9,76
125
Lampiran 9
Hasil Posttest Kelas X MM 2
Hasil posttest dari kelas X MM 2 adalah sebagai berikut.
55 45 70 55 50 50 50
50 50 60 60 45 60
35 60 50 60 45 60
55 50 55 70 45 65
50 50 55 50 50 50
Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 70 dan nilai minimum
(Xmin) adalah 35. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi
setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan
panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.
a. Rentang (R)
R = X mx − X min
= 70 − 35
= 35
b. Banyaknya Kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 31
= 1 + 3,3 × 1,49
= 1 + 4,92
= 5,92
≈6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
c. Panjang Kelas (P)
R
P =
K
35
=
6
= 5,83
≈6
Sehingga panjang kelasnya adalah 6.
126
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-
rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai posttest ini.
Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )
X =
∑ f ⋅x
i i
∑f i
1654,50
=
31
= 53,37
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
⎛1 ⎞
⎜ n−F ⎟
Me = b + P⎜ 2 ⎟
⎜ f ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 46.5
P = panjang kelas = 6
n = banyaknya data = 31
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 1 + 4 = 5
f = nilai frekuensi kelas median = 12
127
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
posttest ini adalah sebagai berikut.
⎛1 ⎞
⎜ .31 − 5 ⎟
Me = 46,5 + 6⎜ 2 ⎟
⎜ 12 ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
= 46,5 + (6 × 0,87 )
= 46,5 + 5,25
= 51,75
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
⎛ b1 ⎞
Mo = b + P⎜⎜ ⎟⎟
⎝ b1 + b2 ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 46,5
P = panjang kelas = 6
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 12 – 4 = 8
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 12 – 5 = 7
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
posttest ini adalah sebagai berikut.
⎛ 8 ⎞
Mo = 46,5 + 6⎜ ⎟
⎝8+ 7⎠
= 46,5 + (6 × 0,53)
= 46,5 + 3,2
= 49,7
128
( f .x )
∑ f .x − ∑ f
2
2 i i
∑
i ii
=
i
S
∑ f −1 i
90141,75 −
(1654,50)2
= 31
31 − 1
2737370,25
90141,75 −
= 31
30
90141,75 − 88302,27
=
30
1839,48
=
30
= 61,32
=`7,83
129
Lampiran 10
Uji Normalitas
Data yang diperoleh dari posttest kedua kelas
Kelas X MM1
45 50 60 55 40 65 70
70 55 55 55 60 50 60
40 55 70 50 60 70
70 70 65 55 60 75
55 55 50 65 55 65
Kelas X MM 2
55 45 70 55 50 50 50
50 50 60 60 45 60
35 60 50 60 45 60
55 50 55 70 45 65
50 50 55 50 50 50
(Oi − E1 )2
X2 =∑
Ei
Berdasarkan data yang diperoleh dari posttest maka dapat dibuat tabel bantu untuk
menentukan nilai kai kuadrat seperti pada tabel berikut ini.
Kelas X MM 1
Z
batas luas Z (Oi –
Kelas fi.xi xi fi. xi2 batas Ei Oi
kelas tabel Ei)^2/Ei
kelas
39.5 -2.00
40 - 45 127.5 42.5 5418.75 0.061 1.9520 3 0.5627
45.5 -1.38
46 - 51 194 48.5 9409 0.1368 4.3776 4 0.0326
51.5 -0.77
52 - 57 490.5 54.5 26732.25 0.2198 7.0336 9 0.5498
57.5 -0.15
58 - 63 302.5 60.5 18301.25 0.2368 7.5776 5 0.8768
63.5 0.46
64 - 69 266 66.5 17689 0.1827 5.8464 4 0.5831
69.5 1.08
70 - 75 507.5 72.5 36793.75 0.0946 3.0272 7 5.2138
75.5 1.69
Jumlah 1888 345 114344 X2 7.8187
5. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas berdasarkan rumus berikut ini.
(Oi − Ei )2
X =
2
Ei
6. Menentukan jumlah kai kuadrat dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-
tiap kelas. Nilai ini adalah nilai kai kuadrat hitung (X2hitung) yang selanjutnya
akan dibandingkan dengan nilai X2tabel.
7. Menguji hipotesis normalitas.
Nilai X2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Untuk menguji
normalitas data dibandingkan X2hitung dengan X2tabel . Didapat bahwa X2hitung <
X2tabel . Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak (data berdistribusi normal).
132
Kelas X MM 2
Z
batas luas Z (Oi –
Kelas fi.xI xi fi. xi2 batas Ei Oi
kelas tabel Ei)^2/Ei
kelas
34.5 -2.41
35 - 40 37.5 37.5 1406.25 0.0425 1.3175 1 0.0765
40.5 -1.64
41 - 46 174 43.5 7569 0.1389 4.3059 4 0.0217
46.5 -0.88
47 - 52 594 49.5 29403 0.2668 8.2708 12 1.6814
52.5 -0.11
53 - 58 277.5 55.5 15401.25 0.2892 8.9652 5 1.7538
58.5 0.66
59 - 64 369 61.5 22693.5 0.1768 5.4808 6 0.0492
64.5 1.42
65 - 70 202.5 67.5 13668.75 0.0635 1.9685 3 0.5405
70.5 2.19
Jumlah 1654.5 315 90141.75 X2 4.1231
1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran IV, V, VI, dan VII.
2. Menentukan z batas kelas dengan rumus berikut ini.
Batas Kelas - X
z=
S
Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah deviasi standar.
3. Menentukan luas z tabel.
z batas kelas 2,41 1,64 0,88 0,11 0,66 1,42 2,19
Luas z tabel 0,4920 0,4495 0,3106 0,0438 0,2454 0,4222 0,4857
Masing-masing luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut.
a. Kelas 35 – 40
z = 0,4920 – 0,4495 = 0,0425
b. Kelas 41 – 46
z = 0,4495 – 0,3106 = 0,1389
c. Kelas 47 – 52
z = 0,3106 – 0,0438 = 0,2668
133
d. Kelas 53 – 58
z = 0,0438 + 0,2454 = 0,2892
e. Kelas 70 – 79
z = 0,4222 – 0,2454 = 0,1768
f. Kelas 80 – 89
z = 0,4857 – 0,4222 = 0,0635
4. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus
berikut ini.
E i = ∑ f i × luas z tabel
5. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas berdasarkan rumus berikut ini.
(Oi − Ei )2
X =
2
Ei
6. Menentukan jumlah kai kuadrat dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-
tiap kelas. Nilai ini adalah nilai kai kuadrat hitung (X2hitung) yang selanjutnya
akan dibandingkan dengan nilai X2tabel.
7. Menguji hipotesis normalitas.
Nilai X2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Untuk menguji
normalitas data dibandingkan X2hitung dengan X2tabel . Didapat bahwa X2hitung <
X2tabel . Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak (data berdistribusi normal).
134
Lampiran 11
Uji Homogenitas
Untuk menguji homogenitas varians kedua data hasil posttest digunakan uji F
berdasarkan rumus berikut ini.
V1
F=
V2
keterangan:
V1 = varians besar atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang
mempunyai deviasi standar terbesar.
V2 = varians kecil atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang
mempuyai deviasi standar terkecil.
( f .x )
∑ f .x − ∑ f
2
2 i i
∑
i ii
S = i
∑ f −1 i
114344 −
(1888)
2
= 32
32 − 1
3564544
114344 −
= 32
31
114344 − 111392
=
31
2952
=
31
= 95,22
=`9,76
136
Kelompok B ( X MM 2)
( f .x )
∑ f .x − ∑ f
2
2 i i
∑
i ii
S = i
∑ f −1 i
90141,75 −
(1654,50)
2
= 31
31 − 1
2737370,25
90141,75 −
= 31
30
90141,75 − 88302,27
=
30
1839,48
=
30
= 61,32
=`7,83
137
Fhitung = 1 = 1 2
V 2 (S 2 )
9,76 2
=
7,83 2
95,2576
=
61,3089
= 1,5537
Didapat bahwa derajat kebebasannya adalah (30;31), sehingga nilai Ftabel = 1,835.
Terlihat bahwa Fhitung < Ftabel, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak (kedua data
Lampiran 12
Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji prasyarat statistik berupa uji normalitas dan uji
homogentias, maka untuk keperluan uji hipotesis digunakan uji t untuk data
normal. Hal ini sesuai dengan hasil kedua uji prasyarat tersebut yang menyatakan
bahwa kedua data yang akan dicari perbedaanya bersifat normal dan homogen.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t yang ditentukan dengan
rumus berikut ini.
X1 − X 2
t=
1 1
dsg +
n1 n 2
keterangan:
X1 = rata-rata data kelompok A
X 2 = rata-rata data kelompok B
dsg = nilai deviasi standar gabungan data kelompok A dan kelompok B
n1 = jumlah data kelompok A
n2 = jumlah data kelompok B
X 2 = 53,37
V1 = SD12 = (9,76)2 = 95,257
V2 = SD22 = (7,83)2 = 61,308
139
2. Menentukan nilai deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus berikut ini.
(n1 − 1)V1 + (n 2 − 1)V2
dsg =
n1 + n 2 − 2
=
(32 − 1)95,257 + (31 − 1)61,308
32 + 31 − 2
2953,06 + 1839,3
=
61
4792,36
=
61
= 78,56
= 8,86
3. Menentukan nilai thitung berdasarkan rumus data-data yang telah diperoleh.
X1 −X 2
t hitung =
1 1
dsg +
n1 n 2
59 − 53,37
=
1 1
8,86 +
32 31
5,63
=
8,86 0,03125 + 0,03226
5,63
=
8,86 × 0,252
5,63
=
2,233
= 2,5213
4. Menentukan nilai ttabel
Derajat kebebasan untuk mencari nilai ttabel adalah:
dk = n1 + n2 – 2 = 32 + 31 – 2 = 61
pada taraf signifikansi 5% nilai ttabel diperoleh dengan interpolasi.
t(0,95)(60) = 2,000
t(0,95)(120) = 1,980
dengan interpolasi diperoleh nilai ttabel untuk dk=61 sebagai berikut.
140
1
t (0,95 )(61) = 2,000 −(2,00 − 1,980)
60
= 2,000 − 0,00032
= 1,99968
Dengan cara interpolasi yang sama, maka nilai ttabel pada taraf signifikansi 1%
adalah:
t(0,99)(60) = 2,660
t(0,99)(120) = 2,617
jadi nilai ttabel dengan dk = 61 diperoleh
1
t (0,95 )(61) = 2,660 −(2,660 − 2,617)
60
= 2,660 − 0,0007
= 2,659
5. Menguji Hipotesis
Pada taraf signifikansi 1% nilai thitung < ttabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Namun pada taraf signifikansi 5% nilai thitung > ttabel , maka Ha diterima dan Ho
ditolak
6. Memberikan interpretasi
Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, pada taraf kepercayaan 95% terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model
Inkuiri dengan yang menggunakan metode konvensional. Namun pada taraf
kepercayaan 99%, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar
siswa yang menggunakan model Inkuiri dengan yang menggunakan
Konvensional. Sehingga dapat dikatakan bahwa model Inkuiri dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa hanya pada taraf kepercayaan 95% saja,
tidak pada taraf kepercayan 99%.
141
Lampiran 13
DATA HASILOBSERVASI
INKUIRI PADA KELAS X MM 1 (KELOMPOK EKSPERIMEN)
Keterangan:
Penskoran dilakukan berdasarkan ketentuan berikut ini.
1. Frekuensi kurang dari 50% dari frekuensi yang diharapkan diberi skor 0
2. Frekuensi lebih dari atau sama dengan 50% frekuensi yang diharapkan diberik skor 1
3. Skor total setiap pertemuan adalah 16.
4. Skor total setiap indikator 4.
5. Skor total keseluruhan adalah, 16 indikator dikali 4 pertemuan, adalah 64.
143