Anda di halaman 1dari 166

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA POKOK


BAHASAN GERAK

(Penelitian Kuasi Eksperimen di SMK Bakti Idhata Cilandak Jakarta Selatan)

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta

OLEH:
ADE YUSMAN
105016300569

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI


TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

(Penelitian di SMK Bakti Idhata Cilandak jakarta Selatan)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan
pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta

Oleh:
Ade Yusman
105016300569

Di bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

DR. Sujiyo Miranto, M.Pd Erina Hertanti, M.si


NIP: 1050 299 933 NIP: 150 293 228

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil


Belajar Fisika Siswa”, disusun oleh Ade Yusman, NIM: 105016300569, diajukan
kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 26 Juli 2010 di hadapan dewan penguji.
Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) pada Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Program Studi Pendidikan Fisika.
Jakarta , 26 Juli 2010

Panitia Ujian Munaqasyah


Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan IPA)
Baiq Hana Susanti, M.Sc
NIP. 197002092000032001 .............. .....................

Sekertaris (Sekertaris Jurusan Pendidikan IPA)


Ningsih Juanengsih, M.Pd
NIP. 197905102006042001 ............. .....................

Penguji I
Drs. Hasian Pohan, M.Si
NIP.197603092005012002 .............. .....................

Penguji II
Kinkin Suartini, M.Pd
NIP. 197910292006041001 .............. .....................

Mengetahui:
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A


NIP. 195710051987031003
iv

ABSTRAK

Ade Yusman, Perogram Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Ilmu


Pengetahuan Alam, Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa. Eksperimen di SMK Bakti Idhata.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model
inkuiri terhadap hasil belajar fisika. Metode yang digunakan adalah metode quasi
eksperimen dengan Pretest-posttest Equivalent Group design. Penelitian
dilaksanakan di SMK Bakti Idhata dngan teknik pengambilan sampel secara
cluster sampling dan pemilihan kelas dilakukan secara random, didapatkan siswa
kelas X MM1 sebagai kelas eksperimen, dan kelas X MM2 sebagai kelas kontrol.
Instrumen hasil belajar berupa test berbentuk pilihan ganda yang telah diuji
validitas dan reliabilitasnya. Hipotesis yang diajukan adalah hasil belajar fisika
yang diajarkan dengan menggunakan model inkuiri lebih tinggi dari hasil belajar
fisika yang diajarkan dengan metode konvensional. Analisis data menggunakan
uji-t pada taraf signifikansi 5% dan dk= 61, dengan hji prasyarat normalitas dan
homogenitas. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t, dari hasil perhitungan
statistik didapatkan harga thitung sebesar 2,52 dan ttabel pada taraf signifikansi 5%
dan dk = 61 adalah 1,99. maka pada penelitian ini didapatkan hasil thitung > ttabel, hal
ini menunjukan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis penelitian (Ha)
diterima. Dari penelitian ini dapat disimpullan bahwa hasil belajar fisika siswa
yang diajarkan dengan model inkuiri lebih tinggi daripada hasil belajar fisika
siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional.

Kata kunci: Model inkuiri, fisika, dan hasil belajar


ABSTRACT

Ade Yusman, Physic Study Program, Majoring of Natural Sciences


Education (IPA), Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences State Islamic
University (UIN), Syarif Hidayatullah Jakarta, Title: The Influence of Model of
Inquiry for the Result of Learning Physich Subject: This Eksperimen in the SMK
Bakti Idhata.
This research aims to know the influence of model of inquiry for the result
of learning physich subject. Quasi eksperimen method are used in this resesrch
with Preetest-posttest Equivalent Group Design, this research has been executed
SMK Bakti Idhata with sample technic. The ways of sample technic are cluster
sampling and choosing of the class with random way. And get the student of the
class (X MMI) as the exsperiment class and of the class (X MM2) as control class.
The multiple choise is the instrument of this theysis to get the result. The multiple
choise have been tested with validation and reliabitation ways. Hipotesis in this
research are used result learning of physich subject with inquiry model more
higher than the result learning of physich subject with convensional method.
Analist of data usung t-test. In the significant level 5% at dk = 61, with normalitas
and homogenitas pre requirement test, with the calculate statistic result, it gets thit
2,52 value and ttab in the 5% significant level and dk = 61 is 1,99 value. So this
research gets thit more bigger than ttab, its showed that 0 hypothesys (H0) are
rejected and hypothesys of research (Ha) are accepted. The conclusion of this
research are the result learning of physich subject for SMK Bakti Idhata student
with inquiry model more higer than convensional method.

Key word : Inquiry Model, Physich,Result Learning.


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena


atas segala rahmat, hidayah dan ridho-Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa (Penelitian di SMK Bakti Idhata Cilandak Jakarta Selatan)”.
Sholawat serta salam penulis haturkan kepada baginda Rasulullah
Muhammad SAW karena tuntunan dan petunjuknya kita dapat memeluk indahnya
Islam dan meneguhkan kesempurnaan agama yang penuh rahmat dan barokah.
Skripsi ini tidak akan mampu penulis selesaikan tanpa bantuan dan dukungan
yang berarti dari Allah SWT yang tercurah melalui pihak-pihak yang selalu
memberikan bantuan, arahan, dan dorongan serta semangat kepada penulis,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd., sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Erina Hertanti, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku pembimbing II yang senantiasa
meluangkan waktunya dan senantiasa memberikan arahan, motivasi dan
bimbingan kepada penulis dengan penuh kesabaran sehingga mampu
menyelesaikan skripsi ini .
5. Bapak DR. Sujiyo Miranto M.Pd., selaku pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktunya dan senantiasa memberikan arahan, motivasi dan
ii

bimbingan kepada penulis dengan penuh kesabaran sehingga mampu


menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Dra. Isnani Sumarni, selaku Kepala SMK Bakti Idhata Cilandak Jakarta
Selatan beserta dewan guru dan staf yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
7. Bapak Sis Dharma W. S.Pd. selaku guru pengajar fisika kelas X di SMK
Bakti Idhata Cilandak Jakarta Selatan yang telah memberi kesempatan dan
bersedia bekerja sama serta memberikan arahan dalam pelaksanaan
penelitian ini.
8. Teman-teman Mahasiswa PPKT angkatan 2009 di SMPN 66 Jakarta Selatan
yang selalu memberikan semangat serta bantuan dalam menyelesaikan
penelitian ini.
9. Ayah dan Ibu tercinta, bapak Tatang Sopandi dan ibu Iis yang senantiasa
mencurahkan cinta, kasih dan sayangnya dikala sehat maupun sakit, dikala
susah maupun senang, dikala mudah ataupun sulit, serta membantu penulis
dengan segenap kemampuan dan doa-doanya dalam setiap sholatnya, serta
tak henti-hentinya mengingatkan dan memberi semangat sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini.
10. Adik-adikku tersayang Topik Ismail, Nurmi Ulfah Sa’adah dan Siti Nur
Azijah yang selalu menemani, memberi semangat, mendoakan serta
membantuku selama penulisan skripsi ini.
11. Seseorang yang selalu meluangkan waktunya, memberikan motivasi,
dukungannya dan mendoakan serta membantuku selama penulisan skripsi
ini.
12. Samsul, Khaerul, Arif, Nurudin, Apik, Ferdi, Sule, Amar, Ato, dan sahabat-
sahabat terbaikku yang lain yang selalu memberikan semangat dan bantuan
serta tempat berkeluh kesah.
13. Teman-teman Fisika angkatan 2005 yang tidak mungkin disebutkan satu
persatu yang juga selalu memberikan semangat bantuan dan doanya.
14. Teman-teman angkatan 2005 yang tidak mungkin disebutkan satu persatu
yang juga selalu memberikan semangat dan doanya.
iii

Semoga Allah akan membalas semua kebaikan dan budi baik mereka
dengan balasan yang setimpal. Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan
manfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Jakarta, 26 Juli 2010

Penulis
iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... ii


ABSTRAKS .............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ......................................................... 5
D. Perumusan Masalah ........................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian ............................................................. 6

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN


HIPOTESIS ........................................................................... 7
A. Deskripsi Teoritis .............................................................. 7
1. Pengertian Model Pembelajaran .................................. 7
2. Model Pembelajaran Inkuiri ........................................ 10
a. Pengertian Inkuiri ................................................. 10
b. Pembagian Inkuiri ................................................ 13
c. Langkah-langkah Pelaksanaan Inkuiri ................... 14
d. Keunggulan dan Kelemahan Inkuiri .................... 18
3. Metode Pembelajaran konvensional ............................ 19
a. Pengertian ............................................................ 19
b. Langkah-langkah Penerapan Metode Ceramah .... 20
4. Hasil Belajar Fisika ...................................................... 22
v

a. Pengertian Belajar ................................................ 22


b. Pengertian Hasil Belajar Fisika ............................ 24
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar .. 30
5. Gerak Lurus .................................................................. 33
a. Gerak Lurus Beraturan ......................................... 35
b. Gerak Lurus Berubah Beraturan .......................... 35
c. Gerak Vertikal ...................................................... 36
B. Penelitian yang Relevan ..................................................... 38
C. Kerangka Pikir ................................................................... 39
D. Perumusan Hipotesis ......................................................... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................... 43


A. Metode Penelitian ............................................................. 43
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................... 43
C. Desain Penelitian .............................................................. 43
D. Populasi dan Sampel........................................................... 44
E. Variabel Penelitian ............................................................ 44
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 45
G. Instrumen Penelitian ........................................................... 46
1. Instrumen Tes Hasil Belajar ......................................... 46
a. Uji Validitas ......................................................... 46
b. Perhitungan Reliabilitas ....................................... 47
c. Taraf Kesukaran ................................................... 48
d. Daya Pembeda ...................................................... 49
2. Instrumen Nontes ........................................................ 50
H. Teknik Analisa Data .......................................................... 51
1. Teknik Analisis Data Tes Hasil Belajar ........................ 51
a. Uji Normalitas ...................................................... 52
b. Uji Homogenitas .................................................. 53
c. Uji Analisis ........................................................... 54
2. Teknik Analisis Data Hasil Observasi ......................... 55
vi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 56


A. Hasil Pretest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ......... 56
B. Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ......... 57
C. Rekapitulasi ........................................................................ 58
D. Pengujian Persaratan Analisis Data .................................... 59
1. Uji Normalitas .............................................................. 59
2. Uji Homogenitas .......................................................... 59
3. Uji Analisis ................................................................... 60
E. Hasil Observasi .................................................................. 61
F. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................. 62

BAB V PENUTUP .............................................................................. 67


A. Kesimpulan ........................................................................ 67
B. Saran .................................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 68


vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ............................................ 71


Lampiran 2 Instrumen Nontes ................................................................ 75
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas
Eksperimen........................................................................... 80
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas
Kontrol ................................................................................. 93
Lampiran 5 Validitas Instrumen .............................................................. 105
Lampiran 6 Data Pretes Kelas Eksperimen ............................................ 122
Lampiran 7 Data Pretes Kelas Kontrol .................................................. 126
Lampiran 8 Data Postes Kelas Eksperimen ........................................... 130
Lampiran 9 Data Postes kelas Kontrol ................................................... 134
Lampiran 10 Perhitungan Uji Normalitas ................................................ 138
Lampiran 11 Perhitungan Uji Homogenitas ............................................ 143
Lampiran 12 Perhitungan Uji Hipotesis ................................................... 147
Lampiran 13 Data Hasil Observasi .......................................................... 150
viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri .............................. 15


Tabel 3.1 Desain Penelitian ................................................................... 43
Tabel 3.2 Kategori Derajat Kesukaran .................................................. 49
Tabel 3.4 Kategori Daya Beda .............................................................. 50
Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ........................................ 58
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kai Kuadrat ................... 59
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ..................................... 60
Tabel 4.4 Ddata Hasil Observasi .......................................................... 61
Tabel 4.5 Ketercapaian Poses pembelajaran ....................................... 62
ix

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir ..................................................................... 41
Gambar 4.1 Histogram Tes Hasil Belajar (Pretest) Kelas
Eksperimen dan Kontrol ...................................................... 56
Gambar 4.2 Histogram Tes Hasil Belajar (Pretest) Kelas
Eksperimen dan Kontrol ...................................................... 57
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bidang pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam
kehidupan karena pendidikan merupakan suatu wahana yang digunakan untuk
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkompeten di
bidangnya. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan
pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna
mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Dengan pendidikan manusia
berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan
yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh
karena itu masalah pendidikan perlu mendapat perhatian dan penanganan yang
lebih baik yang menyangkut berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan
kualitas maupun kuantitasnya.
Dalam proses pendidikan di sekolah menengah atas, banyak mata
pelajaran yang diajarkan, salah satunya adalah ilmu pengetahuan alam (IPA). IPA
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. 1 IPA juga merupakan
bagian dari pendidikan yang memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu
pendidikan seperti penyempurnaan kurikulum, menyediakan sarana dan prasarana,
serta meningkatkan kualitas pengajaran di kelas dengan berbagai pendekatan dan
metode, sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas dan
berkompeten dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Ilmu

1
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),
hal. 132

1
2

pengetahuan alam itu sendiri memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya
adalah ilmu fisika.
Ilmu fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam. Ilmu fisika
juga merupakan bagian ilmu pengetahuan yang bersinggungan dengan biologi dan
kimia. Oleh karena itulah ilmu fisika merupakan salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang penting untuk dipelajari. Akan tetapi sampai saat ini masih
banyak siswa yang beranggapan bahwa pelajaran fisika merupakan mata pelajaran
yang sulit untuk dipelajari. Salah satu konsep fisika yang dianggap sulit adalah
konsep gerak. Pada konsep gerak ini, banyak sekali konsep yang diajarkan, salah
satunya mereka agak kesulitan dalam menentukan gerak dan perpindahan,
kecepatan dan percepatan. Hal ini umumnya terjadi karena metode pengajaran
yang digunakan hanya metode ceramah, jarang sekali menggunakan metode yang
bervariasi.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika
siswa, hal tersebut terlihat berdasarkan indikator hasil belajar selama limat tahun
terakhir pada program studi IPA rata-rata siswa memperoleh nilai dibawah 4.00
(dalam skala 10) pada pelajaran fisika. Diantara faktor yang menyebabkan
rendahnya hasil belajar fisika siswa tersebut adalah proses pembelajaran fisika
yang ditemui secara umum lebih menekankan pada pencapaian tuntutan
kurikulum dan penyampaian materi semata daripada mengembangkan
kemampuan belajar dan membangun individu. Faktor lain yang menyebabkan
rendahnya hasil belajar fisika siswa adalah sebagian besar guru belum mampu
menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga
siswa kurang termotivasi dan merasa terbebani dalam belajar fisika. Selain itu,
siswa juga memiliki andil dalam menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika
misalnya ketidakmampuan siswa dalam memahami dan menarik kesimpulan dari
konsep yang disampaikan guru, sehingga siswa kurang mampu dalam
meyelesaikan soal-soal. Fenomena yang terjadi adalah siswa menjadi enggan
belajar fisika karena mereka menganggap bahwa fisika merupakan mata pelajaran
yang sulit.
3

Berdasarkan permasalahan di atas, maka untuk mengatasinya diperlukan


adanya suatu model yang dapat menarik minat siswa untuk mempelajari ilmu
fisika. Model yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran serta jenis
materi yang diajarkan. Kurang tepatnya menggunakan model pembelajaran, dapat
menimbulkan kebosanan, monoton, atau bahkan siswa kesulitan dalam memahami
konsep yang diajarkan.
Untuk membantu siswa memahami konsep-konsep fisika khususnya pada
konsep gerak ini, diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat
memberikan kontribusi positif terhadap proses belajar siswa. Model pembelajaran
tersebut mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiataan belajar mengajar.
Saat ini banyak sekali model-model pembelajaran yang bermunculan.
Model-model tersebut mengharuskan adanya suatu perubahan lingkungan belajar.
Suatu variasi dimana siswa belajar, bekerja, dan berinteraksi di dalam kelompok-
kelompok kecil sehingga siswa dapat saling bekerja sama, saling membantu
berdiskusi dalam memahami materi pelajaran maupun mengerjakan tugas
kelompok. salah satunya adalah pembelajaran dengan model inkuiri. Model
inkuiri adalah merupakan cara pembelajaran yang mengajarkan kepada siswa
untuk menjadi kritis, analisis argumentatif dalam mencari jawaban-jawaban
berbagai permasalahan yang ada dialam, melalui pengalaman-pengalaman dan
sumber lainnya.
Pada dasarnya inkuiri adalah suatu perluasan proses diskoveri (penemuan)
dalam cara yang lebih dewasa, sebagai tambahan pada proses diskoveri, inkuiri
mengandung proses-proes mental yang lebih tinggi tingkatannya. Dalam
pelaksanaannya metode inkuiri itu menghadapkan siswa kepada situasi bertanya-
tanya.
Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung
kedalam proses ilmiah dalam waktu yang singkat. Hasil penelitian Schlenker,
dalam Joyce dan Weil, menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan
4

pemahaman sains, produktif dalam berfikir kreatif, dan siswa menjadi terampil
dalam memperoleh informasi. 2
Model pembelajaran dengan model inkuiri ini cocok untuk diterapkan
dalam pembelajaran fisika. Hal ini karena metode inkuiri lebih menekankan pada
keaktifan siswa dalam belajar, siswa terlebih dahulu mengadakan kegiatan-
kegiatan di laboratorium yaitu proses mengamati, mencatat hasil pengamatan,
menganalisis dan menyimpulkan kegiatan praktikum yang telah dirancang oleh
guru. Hal itu akan lebih membuat belajar fisika menjadi menyenangkan dan lebih
berkesan, karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. fisika
merupakan generalisasi dari gejala alam yang tidak perlu dihapal tetapi perlu
dimengerti, dipahami dan diterapkan.
Dengan cara ini, siswa diharapkan dapat lebih mudah memahami konsep-
konsep fisika, khususnya pada konsep gerak. Pada konsep tersebut apabila siswa
hanya diberikan penjelasan mereka akan kebingungan untuk menentukan jarak
dan perpindahan, kecepatan dan percepatan, gerak vertikal, dan sebagainya.
Dengan model inkuiri diharapkan dapat memudahkan siswa dalam memahami
konsep gerak tersebut dan dapat merangsang kemampuan berpikir siswa serta
tercipta dialog antara siswa dengan guru sehingga proses pembelajaran lebih
bermakna.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Model pembelajaran Inkuiri Terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Pokok Bahasan Gerak.”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, maka dapat
diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Adanya anggapan bahwa materi fisika merupakan materi yang sulit untuk
dipelajari.

2
Triatno, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik “Konsep,
Landasn Teoritis-Praktis dan Implementasinya”,(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), cet. 1, h. 136
5

2. Model pengajaran yang digunakan guru umumnya hanya ceramah, jarang


sekali menggunakan model yang bervariasi.
3. Guru sulit dalam memilih model mengajar yang tepat dan sesuai dengan
tujuan, jenis dan sifat materi yang diajarkan.
4. Proses pembelajaran fisika lebih menekankan pada pencapaian tuntutan
kurikulum dan penyampaian materi semata, sehingga menyebabkan
rendahnya hasil belajar fisika siswa.
5. Sebagian besar guru belum mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
menarik dan menyenangkan, sehingga siswa kurang termotivasi dan merasa
bosan dalam belajar fisika.

C. Pembatasan Masalah
Mengacu pada masalah-masalah yang muncul diatas, maka demi
terarahnya penelitian ini penulis perlu membatasi masalah yang akan diteliti yakni
hanya pada masalah berikut:
1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar
fisika siswa pada pokok bahasan gerak yang diajarkan pada semester genap
kelas X, karena materi tentang gerak merupakan materi yang sering dialami
siswa setiap hari. Sehingga siswa akan lebih mudah memahaminya.
2. Hasil belajar fisika yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil tes
kognitif saja. Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom yang
sudah direvisi oleh Rin W. Anderson dan David R. Krathwohl. 3 Ranah
kognitif yang akan diukur pada penelitian ini adalah mulai C1 sampai dengan
C4.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang dijadikan bahan analisis
dalam penelitian ini hanya dibatasi pada penerapan model inkuiri bebas yang
dimodifikasi. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar hanya
dijadikan sebagai acuan pengambilan kesimpulan saja.

3
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi (Jakarta: Bumi
Aksara, 2005), h.117 – 121.
6

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersbut ditas, maka
masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Pengaruh
Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan
Gerak ”

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari
penelitian ini yaitu; Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan
penerapan inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:


1. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah agar menjadi dasar dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian diharapkan pihak sekolah menyarankan
kepada para guru agar dapat menggunakan model dan metode yang bervariasi
dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Bagi guru, dapat memberikan masukan alternatif dalam mengajarkan
pelajaran fisika melalui metode inkuiri. Dan para guru diharapkan dapat
menyusun rencana pengajaran sehingga dapat mengembangkan kemampuan
berpikir siswa dalam menunjang frestasinya.
3. Bagi siswa, dapat membantu dalam belajar fisika dan diharapkan dapat
meningkatkan pemahamannya terhadap materi fisika. Sehingga hasil belajar
fisika siswa akan meningkat.
4. Bagi peneliti, dapat memberikan informasi tentang pengaruh penerapan
model inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa.
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretis
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model adalah deskripsi atau representasi fisik yang meningkatkan
pemahaman tentang sesuatu yang tidak dapat secara langsung diamati. 1 Atau
penyerdehanaan dari sejumlah aspek dunia nyata. Model juga diartikan sebagai
pola yang mewakili dunia nyata secara benar dan tepat. Suatu model dapat
berbentuk tiruan mini dari dunia fisik yang nyata, atau juga hanya berbentuk suatu
diagram, suatu konsep, ataupun suatu persamaan matematis atau rumus.
Dalam pembelajaran, guru berperan sebagai orang yang mengajar siswa
mengenai bahan pelajaran. Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar,
meliputi mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa yang
dapat mendorong siswa dalam melakukan kegiatan belajar.. Kunci proses
mengajar terletak pada penataan dan perancangan lingkungan yang
memungkinkan siswa dapat berinteraktif. Siswa dapat berinteraktif aktif apabila
telah mencapai perkembangan dan kematangan psikologisnya yang merupakan
hasil dari kesadaran yang mereka lakukan atas kontak mereka dengan lingkungan
dunia fisik dan sosialnya.
Berdasarkan pengertian model dan mengajar, maka model mengajar
diartiakn sebagai suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas, sehingg memudahkan siswa dalam
memahami materi yang di ajarkan oleh guru. Menurut Weil Marsha, model
pembelajaran adalah pedoman untuk membentuk aktivitas pembelajaran dan
lingkungan. 2 sedangkan menurut Syah model pembelajaran dapat dinyatakan
sebagi blue print mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai

1
Alberta, Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry-based Learning.
(Alberta learning, Alberta, Canada. 2004) Chapter 2/7
2
Weil, Marsha. Personal Models of Teaching, (Prntice-Hall, inc., Englewood Cliffs, New
Jersey) h. 2

7
8

tujuan- tujuan pengajaran dan dijadikan pedoman perencanaan dan pelaksanaan


pengajaran serta evaluasi belajar. 3
Trianto menyatakan model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. 4 Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-
tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Joice dan Weil dalam Trianro menyatakan
bahwa: ”Models of teaching are really models of learning. As we help student
acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of expressing
themselves, we are also teaching them how to learn”. 5 Hal ini berarti bahwa
model belajar merupakan model belajar dengan model tersebut guru dapat
membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide,
keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide sendiri. Selain itu mereka
juga mengajarkan bagaimana mereka belajar.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk didalamnya buku- buku, film, komputer, kurikulum, dan
lain- lain. Selanjutnya mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik
sedemikian sehingga tujuan pembelajaran tercapai 6 . Model pembelajaran
merupakan desain pembelajaran yang didalamnya terdapat proses perancangan
metode pembelajaran yang paling optimal untuk menghasilkan perubahan
perilaku yang diinginkan dalam menjalankan proses pembelajaran berdasarkan
tujuan yang ingin dicapai, materi yang disajikan, siswa yang belajar, dan situasi
pembelajaran yang diciptakan

3
Muhaibin Syah, Psikologi Pendidikan , (Bandung:PT Remaja Rosdkarya, 1997) h.189
4
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek , (Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher, 2007), h.1
5
Trianto, Ibid, h.1
6
Bornok Sinaga.,Efektifitas Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBL) Pada Kelas 1
SMU Dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat, (Jurnal FMIPA UNIMED) , hal.124
9

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau suatu pola pendekatan yang
digunakan untuk mendesain pembelajaran. Dalam model mengajar terkandung
strategi mengajar, yaitu pola urutan kegiatan intruksional yang digunakan untuk
mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Didalam strategi mengajar guru
menerapkan sejumlah teknik- teknik mengajar seperti bagaimana menata kelas,
mengelompokan siswa, berinteraksi, dan menerapkan beraneka ragam
pendekatan.
Adapun Soekamto, dkk dalam Trianto mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengoganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar..7
Jadi model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.
Suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai
berikut 8 :
a) Sahih (valid).Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: (1) apakah
model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat; dan
(2) apakah terdapat konsintensi internal.
b) Praktis. Aspek kepraktisan hanya dipenuhi jika: (1) para ahli dan praktisi
menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; dan (2)
kenyataan menunjukan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat
diterapkan.
c) Efektif. Berkaitan dengan aspek efektivitas, Nieven memberikan parameter
sebagai berikut: (1) ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan
bahwa model tersebut efektif; dan (2) secara operasional model tersebut
memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
7
Trianto, Model- Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2007), h..5
8
Trianto,Ibid. ,h.8
10

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran


adalah suatu rencana atau pola pendekatan yang mempunyai ciri- ciri khusus yang
direkayasa sedemikian rupa dalam mendesain pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang isinya mencangkup perencanaan/perancangan,
pelaksanaan, serta evaluasi pembelajaran.

2. Model Pembelajaran Inkuiri

a. Pengertian Inkuiri

Inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang diambil dari konsep teori
kontruktivisme. 9 Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan
sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah
yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan
pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri
adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan
melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau
memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan
menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt, 2003) 10 .
Inkuiri adalah sebuah ide kompleks yang mengaitkan berbagai hal pada tiap
orang dalam berbagai kondisi. 11 Inkuiri adalah istilah dalam bahasa inggris, ini
merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar didepan
kelas. Adapun pelaksanaannya, guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke
kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok
mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari,
meneliti atau membahas tugasnya didalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka

9
Susilo, Inquiry in English For Young Learners Class: Enhancing Children’s Creativity
and Critical Thinking. (Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, ISSN 0215 9341, Februari 2004) h.
35
10
Herfis, ”Pembelajaran Inkuiri,” artikel diakses pada tanggal 22 Oktober 2009 dari
http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html.
11
Alif Noor Hidayati, Upaya Meminimalkan Kesalahan Konsep dalam Pola Interaksi
Organisme pada Siswa Kelas 1F MTsN 1 Semarang Melalui Metode Penemuan Bevisi sets (Widya
Tama Vol.1 No 4. Desember 2004)
11

dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan


baik 12 .
Inkuiri adalah keyakinan dasar bahwa siswa harus belajar penuh dan aktif
dalam proses penyelidikan, pemerosesan, mengumpulkan, memadukan, meyaring
dan menyampaikan pengetahuan mereka pada sebuah topik. 13 Alberta
mendefinisikan inkuiri sebagai suatu proses dimana siswa terlibat dalam
pembelajaran mereka, merumuskan pertanyaan, menyelidiki secara luas dan
kemudian membangun pemahaman baru, makna dan pengetahuan yang baru bagi
siswa dan dapat digunakan untk menjawab pertanyaan, untuk mengembangkan
solusi atau untuk mendukung suatu posisi atau sudut pandang. 14

National Science Education Standards menggunakan istilah inkuiri dalam


dua hal berbeda. Pertama, inkuiri menunjukan pada kemampuan siswa
mengembangkan kemampuan merancang dan melakukan investigasi ilmiah serta
pemahaman siswa akan hakikat penemuan ilmiah. Kedua, inkuiri menunjukkan
pada strategi belajar mengajar yang memungkinkan konsep ilmiah dikuasai
melalui investigasi. 15 Inkuiri adalah aktivitas beraneka segi yang meliputi
observasi, membuat pertanyaan, memeriksa buku-buku atau sumber informasi lain
untuk melihat apa yang telah diketahui, merencanakan investigasi, memeriksa
kembali apa yang telah diketahui menurut bukti eksperimen, menggunakan alat
untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menginterpretasi data, mengajukan
jawaban, penjelasan dan prediksi, serta mengkomunikasikan hasil. Inkuiri
memerlukan identifikasi asumsi, berpikir kritis dan logis, dan pertimbangan
keterangan atau penjelasan alternatif.
Inkuiri menyediakan siswa beraneka ragam pengalaman konkrit dan
pembelajaran aktif yang mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada
siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembang keterampilan pemecahan
12
Dra. Roestiyah N.K. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet. 7,
h. 75
13
Jeni Wilson and kath Murdoch, artikel diakses dari http:// ss.uno.edu//SS/ TeachDevel/
Teachmethods/Inquirymethod. html
14
Alberta, Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry-based
Learning. (Alberta learning, Alberta, Canada. 2004) Chapter 1/1
15
Diane Jass Ketelhut, Inquiry Learning in Multi-User Virtual Environments, (Harvard
Graduate school of Education) h.1
12

masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian sehingga memungkinkan mereka


menjadi pebelajar sepanjang hayat. Dengan kata lain inkuiri adalah suatu proses
untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan
atau eksperimen untuk mencari jawaban dan memecahkan masalah terhadap
pertanyaan atau rumusan masalah dengan kemampuan berfikir logis dan kritis..
Inkuiri melibatkan komunikasi yang berarti tersedia suatu ruang, peluang,
dan tenaga bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan dan pandangan yang logis,
obyektif, dan bermakna, dan untuk melaporkan hasil-hasil kerja mereka.
Inkuiri memungkinkan guru belajar tentang siapakah siswa mereka, apa yang
siswa ketahui, dan bagaimana pikiran siswa mereka bekerja, sehingga guru dapat
menjadi fasilitator yang lebih efektif berkat adanya pemahaman guru mengenai
siswa mereka.
Kegiatan pembelajaran selama menggunakan model inkuiri ditentukan oleh
keseluruhan aspek pengajaran di kelas, proses keterbukaan dan peran siswa aktif.
Pada prinsipnya, keseluruhan proses pembelajaran membantu siswa menjadi
mandiri, percaya diri dan yakin pada kemampuan intelektualnya sendiri untuk
terlibat secara aktif. Peran guru bukan hanya membagikan pengetahuan dan
kebenaran, namun juga berperan sebagai penuntun dan pemandu
Peran guru adalah menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran. Bukan
memberikan informasi atau ceramah kepada siswa. Guru juga harus memfokuskan
pada tujuan pembelajaran, yaitu mengembangkan tingkat berpikir yang lebih
tinggi dan keterampilan berpikir kritis siswa. Setiap pertanyaan yang diajukan
siswa sebaiknya tidak langsung dijawab oleh guru, namun siswa diarahkan untuk
berpikir tentang jawaban dari pertanyaan tersebut.
Trowbridge dan Bybee dalam I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi menyatakan
bahwa, dalam inkuiri pembelajaran menjadi lebih berpusat pada anak, proses
belajar melalui inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri pada
diri siswa, tingkat pengharapan bertambah, pendekatan inkuiri dapat
mengembangkan bakat pendekatan inkuiri, dapat menghindari siswa dari cara-
cara belajar dengan menghafal, dan pendekatan inkuiri memberikan waktu pada
13

16
siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. pada perinsipnya
proses inkuiri ini adalah identifikasi dan pernyataan masalah, pengembangan
hipotesis, pengumpulan data, pengujian hipotesis dan perumusan keterampilan. 17

b. Pembagian Inkuiri

Sunand dan Trownbridge (1973) dalam E. Mulyasa, mengemukakan bahwa


Pelaksanaan model inkuiri ini mempunyai tiga macam cara, yaitu:
1) Inkuiri terpimpin (guide inquiry); yaitu peserta didik memperoleh pedoman
sesuai yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa
pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Dalam pelaksanaannya, sebagian
besar perencanaan dibuat oleh guru, peserta didik tidak merumuskan
permasalahan. Petunjuk mengenai cara penyusunan dan mencatat data dibuat
oleh guru.
2) Inkuiri bebas (free inquiry); Dalam hal ini peserta didik melakukan penelitian
bebas sebagaimana seorang ilmuan, metodenya adalah setiap peserta didik
dilibatkan dalam kelompok tertentu, setiap kelompok mempunyai tugas yang
sesuai. Misalnya ada koordinator kelompok, pembimbing tekhnis, pencatat
dan pengevaluasi data.
3) Inkuiri bebas yang dimodipikasi (modified free inquiry); pada inkuiry jenis ini
guru hanya sebagai pemberi masalah atau peroblem, kemudian peserta
didikdiminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan,
eksplorasi, dan prosedur penelitian. 18

16
I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi, Pengaruh Model pembelajaran dan Penalaran
Formal terhadap Penguasaan konsep Fisika dan Sikap Imiah siswa SMA Negeri 4 Singaraja
(Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan) h.19
17
Budi Eko Soetjipto, Penggunaan pengajaran Inkuiri di Sebuah Sekolah Dasar di
Victoria, Australia, (Jurnal Pendidikan MIPA, Vol 6 No 2 th 2005) hal. 107
18
E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005).
Cet. 3, h 108
14

c. Langkah-Langkah Pelaksanaan Inkuiri

Menurut Gulo sebagai mana yang dikutip Trianto menyatakan bahwa


kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiry adalah
sebagai berikut 19 .
a) Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan.
Kegiatan inkuiri dilaksanakan ketika pertanyaan atau permaslahan
diajukan. Untuk meyakinkan pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut
dituliskan dipapan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan
hipotesis.
b) Merumuskan hipotesis.
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi
permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahakan proses ini,
guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin.
Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan
permasalahan yang diberikan.
c) Mengumpulkan Data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data
yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik.
d) Analisis Data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan
dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji
hipotesis adalah pemikiran ‘benar’ atau ‘salah’. Setelah memperoleh
kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah
dirumuskan.Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat
menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
e) Membuat Kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiry adalah membuat
kesimpulan sementara berdasarkan data yang dieroleh siswa.

19
Trianto, Op. Cit, h. 135
15

Tahapan-tahapan yang harus dilakukan pada model inkuiri ditunjukkan


pada Tabel 2.1 berikut ini. 20
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah,
Menyajikan pertanyaan dan masalah dituliskan di papan tulis. Guru
atau masalah membagi siswa dalam kelompok
Tahap 2 Guru memberikan kesempatan pada siswauntuk
Membuat hipotesis curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru
membimbing siswa dalam menentukan hipotesis
yang relevan dengan permasalahan dan
memperioritaskan hipotesis mana yang menjadi
prioritas penyelidikan
Tahap 3 Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
Merancang percobaan menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan
hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing
siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.
Tahap 4 Guru membimbing siswa mendapatkan informasi
Melakukan percobaan melalui percobaan.
untuk memperoleh
informasi
Tahap 5 Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok
Mengumpulkan dan untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang
menganalisis data terkumpul.
Tahap 6 Guru membimbing siswa dalam membuat
Membuat kesimpulan kesimpulan
Agar penerapan strategi inkuiri dapat berhasil dengan baik, maka guru perlu
memahami beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam merancang
inkuiri seperti disarankan oleh Keffer (2000) sebagaimna yang dikutif herfis
antara lain sebagai berikut: 21
1) Siswa harus dihadapkan dengan masalah-masalah yang dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan dan sumbernya bisa dari siswa sendiri maupun dari guru.
Pada tahap awal, masalah yang akan dipecahkan sebaiknya terstruktur, tidak
open-ended (ujung terbuka) dan jawabannya tidak bias.

20
Trianto Op. Cit, h. 141
21
Herfis, op. cit.
16

2) Siswa harus diberi keyakinan bahwa mereka dapat menyelesaikan masa-


lahnya. Dalam hal ini guru harus dapat menjadi fasilitator dan motivator bagi
siswa. Siswa mungkin akan merasa kesulitan dan berputus asa pada saat
mengalami hambatan jika tidak dibantu oleh guru.
3) Siswa harus memiliki informasi awal tentang masalah yang dihadapinya. Oleh
karena itu, guru harus berperan dalam memberikan informasi pendukung baik
dengan cara melibatkan siswa bekerja bersama guru atau diberikan saran
tentang sumber-sumber dan wujud informasi yang dibutuhkan dan dapat
dicari dan diperolehnya sendiri.
4) Siswa harus diberikan kesempatan melakukan sendiri dan mengevaluasi hasil
kegiatannya. Guru memonitor kegiatan siswa dan memberi bantuan jika siswa
betul-betul sudah tidak mampu memecahkan masalahnya.
5) Siswa diberikan waktu cukup untuk bekerja berdasarkan pendekatan baru
secara individual maupun berkelompok dan perlu diberikan contoh yang tepat
dan agar dapat membedakan contoh salah yang berkaitan dengan masalah.
Untuk meningkatkan teknik inkuiri dapat ditimbulkan dengan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut 22 :
1) Membimbing kegiatan laboratorium.
Guru menyediakan petunjuk yang cukup luas kepada siswa, dan sebagian
besar perencanaannya dibuat oleh guru. Dimana siswa melakukan kegiatan
percobaan/ penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep atau perinsip-
prinsip yang telah ditetapkan guru.
2) Modifikasi inkuiri
Dalam hal ini guru hanya menyediakan masalah-masalah, dan menyediakan
bahan / alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah secara perseorangan
atau kelompok. Bantuan yang diberikan harus berupa pertanyaan-pertanyaan,
yang memungkinkan siswa dapat berpikir dan menemukan cara-cara
penelitian yang tepat.

22
Drs. Isjoni, M.Si, dkk. Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia Malaysia,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. I, h. 143-145
17

3) Kebebasan inkuiri
Setelah siswa mempelajari dan mengerti tentang bagaimana memecahkan
suatu problema dan memperoleh pengetahuan cukup tentang mata pelajaran
tertentu; serta telah melakukan ”modifikasi inkuiri”, maka siswa telah siap
untuk melakukan kegiatan kebebasan inkuiri. Dimana guru dapat mengundang
siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan ”kebebasan inkuiri”, dan siswa
dapat mengidentifikasi dan merumuskan macam-macam masalah yang akan
dipelajari.
4) Inkuiri pendekatan peranan
Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah, yang cara-caranya serupa
dengan cara-cara yang biasanya diikuti oleh para ”ilmiawan”. Suatu undangan
memberikan suatu masalah kepada siswa, dan dengan pertanyaan yang telah
direncanakan dengan teliti, mengundang siswa untuk melakukan beberapa
kegiatan seperti: merancang eksperimen, merumuskan hipotesa, menetapkan
pengawasan dan seterusnya.
5) Mengundang kedalam inkuiri
Merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim yang
masing-masing terdiri dari 4 anggota untuk memecahkan masalah, masing-
masing anggota diberi tugas suatu peranan yang berbeda-beda seperti:
koordinator tim, penasehat teknis, mereka data, proses penilaian. Anggota tim
menggambarkan peranan-peranan diatas, bekerjasama untuk memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan topik yang akan dipelajari.
6) Teka-teki bergambar
Adalah salah satu teknik untuk mengembangkan motivasi dan perhatian siswa
didalam diskusi kelompok kecil/besar. Gambar, peragaan atau situasi yang
sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan
kreatif siswa.
7) Synectics leson
Pendekatan ini untuk menstimulir bakat-bakat kreatif siswa. Misalnya science
dan ilmu-ilmu sastra lebih lanjut dikatakan bahwa emosi, efektif, dan
komponen-komponen arasional kreatif pada permulaannya adalah lebih
18

penting dibandingkan dengan pikiran-pikiran rasional. Pada dasarnya


”synectics” memusatkan pada keterlibatan siswa untuk membuat berbagai
macam bentuk kiasan agar supaya dapat membukainteligensinya dan
mengembangkan daya kreativitasnya. Hal ini dapat dilaksanakan karena
”kiasan” dapat membantu dalam melepaskan ”ikatan struktur mental” yang
melekat kuat dalam memandang suatu masalah sehingga dapat menunjang
timbulnya ide-ide kreatif.
8) Kejelasan nilai-nilai
Perlu diadakan evaluasi lebih lanjur tentang keuntungan-keuntungan
pendekatan ini, terutama yang menyangkut sikap, nilai-nilai dan pembentukan
”self-concept” siswa. Ternyata dengan teknik inkuiri siswa melakukan tugas-
tugas kognitif lebih baik.

d. Keunggulan dan Kelemahan Inkuiri

Menurut Amin (1987) sebagaimana yang dikutip Herfis, inkuiri sebagai


model pembelajaran memiliki beberapa keuntungan seperti: 23
(a) mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
(b) menciptakan suasana akademik yang mendukung berlang-sungnya
pembelajaran yang berpusat pada siswa,
(c) membantu siswa mengembangkan konsep diri yang positif,
(d) meningkatkan pengharapan sehingga siswa mengembangkan ide untuk
menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri,
(e) mengembangkan bakat individual secara optimal,
(f) menghindarikan siswa dari cara belajar menghafal.
Model pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan sebagai berikut24 :
a) Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang seru.

23
Herfis, op. cit.
24
Dra. Roestiyah N.K. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet. 7,
h. 76-77
19

c) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atau inisiatifnya sendiri, bersikap
objektif, jujur dan terbuka.
d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya
sendiri.
e) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
f) Situasi proses belajar menjadi merangsang.
g) Dapat mengembangakan bakat atau kecakapan individu.
h) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
i) Dapat menghindarkan siswa dari cara-cara belajar yang tradisional.
j) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Adapun kelemahan dari metode pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut
a) Metode inkuiri memerlukan waktu yang banyak sehingga tidak cocok
digunakan di sekolah dengan jadwal yang kaku.
b) Metode inkuiri tidak bisa digunakan pada semua bidang mata pelajaran.
c) Siswa lebih suka dengan metode tradisional.
d) Siswa tidak ingin terlibat dalam proses berpikir.

3. Metode Pembelajaran Konvensional


a. Pengertian
Metode konvensional yang digunakan sebagai kontrol dalam penelitian ini
adalah metode ceramah, yang diselingi tanya jawab antara guru dengan siswa atau
sebaliknya. Metode ceramah merupakan salah satu metode yang konvensional
yang masihdipergunakan dalam strategi belajar mengajar. Dan untuk
menmgoptimalkan penggunaan metode ini sebagai kontrol perlu dipelajari
karakteristik, kelebihan dan kelemahannya.
Hasibun dan moejiono mengemukakan bahwa metode ceramah adalah cara
penyampaian bahan dengan komunikasi lisan serta ekonomis dan efektif untuk
keperluan penyempaian indormasi dan pengertian. 25 Armai Arief mengemukakan

25
Hasibuan dan Moejiono, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya,
2004), h. 13
20

bahwa yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah
materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai. 26
Menurut Usman, metode ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian
bahan secara lisan oleh guru dimuka kelas. 27 metode ceramah merupakan teknik
penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim dipakai oleh guru disekolah.
Peran murid pada metode ceramah adalah sebagai penerima pesan,
mendengarkan, memperhatikan dan mencatat keterangan-keterangan guru bila
diperlukan.
Dari pendapat para ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan metode ceramah yaitu suatu teknik mengajar atau cara
penyampaian informasi yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi-
materi pelajaran kepada siswa secara lisan.
b. Langkah-langkah Penerapan Metode Ceramah
langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode
ceramah adalah sebagai berikut: 28
1. Langkah Persiapan
Persiapan yang dimaksud disini adalah menjelaskan kepada siswa tentang
tujuan pelajaran dan pokok-pokok masalah yang akan dibahas dalam pelajaran
tersebut. Disamping itu, guru memperbanyak bahan appersepsi untuk
membantu mereka memahami pelajaran yang akan disajikan.
2. Langkah Penyajian
Pada tahap ini guru menyajikan bahan yang berkenaan dengan pokok-pokok
masalah.
3. Langkah Generalisasi
Dalam hal ini unsur yang samadan berlainan dihimpun untuk mendapatkan
kesimpulan-kesimpulan mengenai pokok-pokok masalah.

26
Dr. Armai Arief, M.A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002) h. 135
27
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,
2002), h. 34
28
Dr. Armai Arief, M.A Op. Cit. h. 137-138
21

4. Langkah Aplikasi Penggunaan


Pada langkah ini kesimpulan atau konklusi yang diperoleh digunakan dalam
berbagai situasi sehingga nyata makna kesimpulan itu.
Ceramah sebagai metode pengajaran memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari metode ceramah antara lain: 29
1) Penggunaan waktu yang efisien.
2) Organisasi kelas lebih sederhana.
3) Dapat memberikan motivasi dan dorongan terhadap siswa dalam belajar;
4) Apabila penceramahan berhasil baik,dapat menimbulkan semangat, kreasi
yang konstuktif, dan merangsang;
5) Fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan
Menurut Hisyam Zaini dkk, menyebutkan kelebihan dari metode ceramah
sebagai berikut: 30
1) Praktis dari sisi persiapan dan media yang digunakan
2) Efisien dari segi waktu dan biaya.
3) Dapat menyampaikan materi yang banyak.
4) Mendorong dosen menguasai materi.
5) Lebih mudah mengontrol kelas. Peserta didik tidak perlu persiapan.
6) Peserta didik dapat langsung menerima ilmu pengetahuan
Kelemahan metode ceramah sebagai berikut: 31
1) membosankan
2) peserta didik tidak aktif.
3) Informasi hanya satu arah.
4) Feed back relatif rendah.
5) Menggurui dan melelahkan
6) Kurang melekat pada ingatan peserta didik.
7) Kurang terkendali, baik waktu maupun materi
8) Menonton.

29
Basyiruddin Usman, Op. Cit. h. 34-35
30
Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2008) h. 91
31
Hisyam Zaini dkk, Ibid, h. 93-94
22

9) Tidak mengembangkan kreativitas peserta didik.


10) Menjadikan peserta didik hanya sebagai ojek didik.
11) Tidak merangsang peserta didik untuk membaca.
Kelemahan metode ceramah menurut Basyirudin Usman adalah: 32
2) guru seringkali mengalami kesulitan dalam mengukur kemampuan siswa
sampai sejauh mana pemahaman mereka tentang materi yang diceramahkan;
3) siswa cenderung pasif dan sering keliru dalam menyimpulkan penjelasan
guru;
4) bilamana guru menyampaikan bahan sebanyak-banyaknya dalam tempo
terbatas, menimbulkan kesan pemaksaan terhadap kemampuan siswa;
5) Cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang, karena guru kurang
memperhatikan faktor-faktor psikologis siswa, sehingga bahan yang
dijelaskan menjadi kabur.

4. Hasil Belajar Fisika


a. Pengertian Belajar
Belajar atau juga yang disebut dengan learning, adalah perubahan yang
secara relatif berlangsung lama pada prilaku yang diperoleh dari pengalaman-
pengalaman. 33 Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan,
keterampilan, dan sikap 34 . Jadi belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah
laku di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,
tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses kegiatan dan
bukan suatu hasil atau tujuan.
Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory seperti
yang dikutif oleh Syah, berpendapat bahwa Learning is a change in organism due
to experience which can affect the organism’s behavior. Artinya, belajar adalah

32
Basyiruddin Usman, Op. Cit, h. 35
33
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan lingkungan, (jakarta: Kizi
Brother’s, 2006) h. 76
34
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2005) h.97
23

suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan)
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme
tersebut. Jadi menurut Hintzman perubahan tingkah laku yang ditimbulkan oleh
pengalaman tersebut, baru dapat dikatakan belajar apabila dapat mempengaruhi
organisme. 35
Menurut Syah, belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Perubahan tingkah laku yang timbul
akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat
dipandang sebagai proses belajar. 36
Belajar merupakan proses aktif pelajar untuk mengkonstruksikan arti teks,
dialog, pengalaman fisis dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses
mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari
dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannnya
dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut:
1) Belajar membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang
mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi itu dipengaruhi oleh
pengertian yang telah dipunyai.
2) Konstruksi arti adalah proses secara terus-menerus. Setiap kali berhadapan
dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik
secara kuat maupun lemah.
3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan suatu
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar
bukanlah hasil perkembangan, melainkan perkembangan itu sendiri, suatu
perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran
seseorang.
4) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam
keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.

35
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), cet. Ke-9 h. 92
36
Muhibbin Syah, Ibid, h. 92
24

Belajar menurut Iskandarwassid bahwa belajar merupakan suatu proses


perubahan tingkah laku pada peserta didik akibat adanya interaksi antara individu
dan lingkungannya melalui pengalaman dan latihan. 37 . Disini terlihat bahwa orang
yang belajar adalah orang yang mengalami sendiri proses belajar.
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Slameto yang
menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 38
Dalam pengertian yang umum atau populer, belajar adalah mengumpulkan
sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih
tahu atau yang sekarang ini dikenal dengan guru. Perubahan-perubahan tingkah
laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau
pengaruh obat-obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya
untuk mengadakan perubahan fisik, mental juga tingkah laku yang harus
didukung oleh lingkungannya.
Oleh karenanya belajar merupakan kegiatan manusia yang terpenting dan
harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan
dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup. Dengan kata lain,
melalui belajar dapat memperbaiki nasib dan mencapai cita-cita yang
didambakan.
b. Pengertian Hasil Belajar Fisika
Hasil belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil
keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan. Hasil
belajar siswa dapat meliputi aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan
psikomotorik (tingkah laku). Salah satu tes yang dapat melihat pencapaian hasil
belajar sisiwa adalah dengan melakukan tes prestasi belajar. Tes hasil belajar yang

37
Iskandarwassid, Mpd. Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008) h. 5
38
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 1995),Cet. Ke-3, h. 2
25

dilaksanakan oleh siswa memiliki peranan penting, baik bagi guru ataupun bagi
siswa yang bersangkutan. Bagi guru, tes prestasi belajar dapat mencerminkan
sejauh mana materi pelajaran dalam proses belajar dapat diikuti dan diserap oleh
siswa sebagai tujuan instruksional. Bagi siswa tes prestasi belajar bermanfaat
untuk mengetahui sebagai mana kelemahan-kelemahannya dalam mengikuti
pelajaran.
Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti sesuatu
yang terjadi dalam diri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya
perubahan kognitif atau pengetahuan untuk kemudian berpengaruh pada prilaku.
Dan perilaku belajar seseorang didasarkan pada tingkat pengethuan terhadap suatu
yang dipelajari dapat diketahui melalui tes yang pada akhirnya memunculkan skor
atau nilai belajar dalam bentuk riil.
Dari berbagai pengertian yang ada dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah hasil yang dicapai oleh siswa, etelah mengalami proses belajar mengajar
dan ditandai dengan adanya perubahan kepandaian, kecakapan, dan tingkah laku
pada siswa itu sendiri.
Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom yang secara garis besar
membaginya ke dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotoris. 39
Ketiga ranah tersebut masing-masing memiliki beberapa tingkatan atau jenjang-
jenjang. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Kognitif
Hasil belajar penguasaan materi (kognitif) bertujuan untuk mengukur
penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan berupa materi-materi esensial
sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Ranah kognitif ini merupakan ranah
yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental/otak. 40 Pada tahun 2001 Rin W.
Anderson dan David R. Krathwohl merevisi taksonomi Bloom menjadi (1)
remember, (2) understand, (3) apply, (4) analyze, (5) evaluate, dan (6) create. 41

39
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2008), Cet. XI, hal. 22
40
Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 14.
41
Ahmad Sofyan, dkk., Ibid, h. 14.
26

Akan tetapi saat ini taksonomi Bloom yang belum direvisi ini masih banyak
digunakan oleh masyarakat pendidikan di negara kita.
Kemampuan-kemampuan yang termasuk ke dalam domain kognitif oleh
Bloom dkk yang belum direvisi ini, dikategorikan lebih terinci secara hierarkis ke
dalam enam jenjang kemampuan, mulai dari yang tingkat rendah sampai tinggi,
yakni: (1) pengetahuan/ingatan-knowledge, (2) pemahaman-comprehension, (3)
penerapan-aplication, (4) analisis-analysis, (5) sintesis-synthesis, dan (6) evaluasi-
evaluation.
Jenjang kemampuan yang lebih tinggi sifatnya lebih kompleks, dan
merupakan peningkatan dari jenjang kemampuan yang lebih rendah,
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Jenjang kemampuan ingatan/hafalan (recall)/C1
Jenjang ini didefinisikan sebagai proses mengingat materi yang telah
dipelajari sebelumnya, mencakup fakta, rumus, konsep, prinsip, dan prosedur
yang telah dipelajari. Pada jenjang ini, siswa dapat menggunakan kata kerja
khusus seperti mengemukakan arti atau definisi suatu konsep, menamakan
sesuatu, membuat daftar, memberi nama, mencocokan, menentukan lokasi,
mendeskripsikan suatu konsep, menceritakan apa yang terjadi, ataupun
menguraikan apa yang terjadi.
2) Jenjang kemapuan pemahaman (comprehention)/C2.
Pada jenjang ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari
materi yang dipelajarinya, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau
grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan matematis,
meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu (ekstrapolasi dan interpolasi)
menjelaskan informasi yang diterima dengan kata-kata sendiri.
3) Jenjang kemampuan penerapan/aplikasi (application)/C3.
Jenjang ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi,
prinsip, aturan, atau metode yang telah dipelajari dalam situasi konkrit yang
baru, seperti melakukan percobaan, membuat peta, membuat model,
menghitung kebutuhan, dan merancang strategi. Biasanya menggunakan kata
27

kerja khusus seperti mengubah, menghitung, mendemonstrasikan,


memecahkan masalah, meramalkan dan sebagainya.
4) Jenjang kemampuan analisis (analysis)/C4.
Jenjang ini didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan suatu
materi ke dalam bagian-bagiannya, atau menguraikan suatu informasi yang
dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta
hubungan antara komponen informasi tersebut menjadi jelas. Misalnya siswa
dapat menggunakan kata kerja khusus seperti menguraikan, menarik
kesimpulan, mengkaji ulang, mengidentifikasi, membuat diagram,
menghubungkan, dll.
5) Jenjang kemampuan sintesis (synthesis)/C5.
Jenjang ini merupakan kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian
yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Termasuk ke
dalamnya kemampuan merencanakan eksperimen, menyusun karangan,
menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan objek-objek, peristiwa, dan
informasi lainnya. Kata kerja khusus yang digunakan seperti menggolong-
golongkan, menggabungkan, menyususun, mencipta (memikirkan suatu
rencana), menceritakan dan sebagainya.
6) Jenjang kemampuan evaluasi (evaluation)/C6.
Jenjang ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempertimbangkan nilai
suatu materi (pernyataan, uraian, pekerjaan) berdasarkan kriteria tertentu yang
ditetapkan. Pada jenjang ini, kata kerja khusus yang digunakan umumnya
seperti memberi nilai, memperbandingkan, menyimpulkan, mengkritik,
mempertentangkan, mempertimbangkan kebenaran dan sebagainya.
Untuk menilai atau mengukur aspek penguasaan materi (kognitif) ini
digunakan bentuk tes, yang dapat mengukur keenam tingkatan tersebut. 42
b. Afektif
Hasil belajar proses yang berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada
penguasaan dan pemilihan kecakapan proses atau metode. Tipe hasil belajar
afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatian

42
Ahmad Sofyan, dkk., Ibid, hal. 15
28

terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas,
kebiasaan belajar dan hubungan sosial.43 Meurut Moh. Uzer Usman, hasil belajar
afektif terbagi dalam lima kategori yaitu: 44
1) Penerimaan
Mengacu kepada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan dan
memberikan respons terhadap stimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan
tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
2) Pemberian respons
Satu tingkat diatas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi tersangkut
secara aktif, menjadi peserta, dan tertarik.
3) Penilaian
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek
atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau
tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi
sikap dan apresiasi.
4) Pengorganisasian
Mengacu kepada penyatuan nilai. Sikap-sikap yang berbeda yang membuat
lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk
suatu sistem nilai internal, mencakup tingkahlaku yang tercermin dalam
suatu filsafat hidup.
5) Karakterisasi
Mengacu lepada karakter dan gaya hidup seseorang. Nilai-nilai sangat
berkembang dengan teratur sehingga tingkahlaku menjadi lebih konsisten
dan lebimudadiperkirakan. Tujuan dalam kategori ini bisa ada hubungannya
dengan ketentuan pribadi, sosial, dan emosi siswa.
Untuk menilai aspek atau mengukur hasil belajar ini dapat digunakan
instrumen evaluasi yang bersifat nontes, misalnya: kuesioner dan observasi.

43
Nana Sudjana, Op. Cit, h. 30
44
Drs. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya).
Hal. 35-36
29

c. Psikomotor
Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar. Simpson dalam Sofyan, menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor
tampak dalam bentuk keterampilan bertindak individu. 45
Terdapat enam tingkatan keterampilan (skill) yaitu:
1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).
2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan
visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain.
4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan
ketepatan.
5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan yang sederhana
sampai pada keterampilan yang kompleks.
6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif. 46
Selain itu Dave dalam Uzer Usman, mengklasifikasikan domain psikomotor
ke dalam lima kategori, yaitu: 47
1) Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa
dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot syaraf.
Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
2) Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan,
gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan.
Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak
hanya meniru tingkahlaku saja.

45
Ahmad Sofyan, dkk., Op. Cit, h. 23
46
Nana Sudjana, Op. Cit, h. 30-31
47
Drs. Moh. Uzer Usman, Op. Cit. h. 35-36
30

3) Ketetapan
Memerlukan kecermatan, proporsi, dan kepastian yang lebih tinggi dalam
penampilan. Respons-respons lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan
dibatasi sampai pada tingkat minimum.
4) Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan
yang tepatdan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal diantara
gerakan-gerakan yang berbeda.
5) Pengalamiahan
Menuntut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan
energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin.
Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain
psikomotorik.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini yang dimaksud hasil
belajar fisika siswa adalah pengetahuan yang dicapai siswa pada mata pelajaran
fisika setelah mengalami proses pengajaran disekolah dari hasil tes atau ujian
yang diberikan setelah melewati proses belajar pada akhir materi. Asumsinya
adalah pengetahuan yang diajarkan oleh guru pada mata pelajaran fisika dapat
diserap secara optimal oleh siswa sehingga hasil belajar siswa dapat
menggambarkan hasil pengajaran.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung
wajar. Kadang-kadang lancar dan kadang-kadang tidak, kadang-kadang cepat
menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal
semangat kadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk
mengadakan konsentrasi. Demikian diantara kenyataan yang sering kita jumpa
pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan
aktivitas belajar mengajar.
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor
yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar dari dalam diri orang yang belajar
dan ada pula dari luar dirinya. Zikri Neni dalam bukunya menjelaskan bahwa hasil
31

belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. 48 Hal
tersebut serupa dengan Ngalim Purwanto pun membagi faktor yang
mempengaruhi proses dan prestasi belajar menjadi dua, yaitu: 49
1) Fakor yang ada pada diri organizme itu sendiri yang kita sebut faktor
individual, dan
2) Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial.
Jadi, secara umum, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan
prestasi belajar terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini
penulis akan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan kedua faktor tersebut.
1) Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang dalam hal ini
dalam diri siswa. Faktor ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:50
a) Faktor Fisiologis
Faktor ini ditinjau berdasarkan keadaan jasmani. Kondisi umum jasmani dan
tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai
pusing- pusing kepala misalnya, dapat menurunkan ranah cipta kognitif sehingga
materi yang dipelajarinya kurang atau tidak berbekas.
Jadi orang yang sehat akan berbeda dengan pengaruhnya terhadap belajar
dibandingkan dengan jasmani yang kurang sehat. Kondisi fisiologi siswa terdiri
atas kondisi kesehatan dan kebugaran fisik serta kondisi panca inderanya,
terutama sekali indera penglihatan dan pendengaran.
Apabila seseorang siswa memiliki kondisi fisiologi yang kurang baik seperti
indera pendengaran dan penglihatannya kurang baik, maka hampir dapat
dipastikan siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam belajar, sebagaimana
telah disebutkan pada awal penulisan. Jika hal tersebut tidak segera di tindak

48
Zikri Neni Iska, Op. Cit, hal. 85
49
Nglim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bamdung: PT Remaja Rosdakarya, 1990),
Cet. 5, hal. 102
50
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. 1,
hal.131-138
32

lanjuti maka akan berpengaruh terhadap prestasi belajar yang akan diperoleh
siswa tersebut.
b) Faktor Psikologis
Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi belajar menyebutkan, yang
termasuk ke dalam faktor psikologis diantaranya adalah: motivasi, minat, dan
bakat. Apabila seseorang memiliki motivasi, minat, dan bakat maka ia akan
terpacu untuk terus belajar. Dengan kata lain ia memiliki semangat yang luar biasa
untuk terus belajar. Akan tetapi sebaliknya apabila keadaan individunya seperti
kurang sehat, gangguan pada inderanya, dan lain-lain, maka hal tersebut sedikit
banyak akan mempengaruhi kegiatan belajarnya.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ini
terdiri dari faktor-faktor lingkungan dan faktor-faktor Intsrumental. 51
a) Faktor-Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : 52
(1) Lingkungan Sosial
Faktor linkingan sosial juga bisa berwujud manusia dan reprentasinya
termasuk budayanya akan mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar siswa.
Lingungan sekolah seperti guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas
dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu
menunjukan sikap dan prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan
yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan
berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Selanjutnya juga yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat
dan tetangga serta teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa
tersebut. Kondisi masarakat dilingkungan kumuh yang serba kekurangan dan
anak-anak penganggur misalnya akan sangat mempengaruhi aktifitas belajar
siswa. Paling tidak siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan

51
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h. 59
52
Muhibbin Syah, op.cit, hal.138
33

teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat- alat belajar tertentu yang
kebetulan belum dimiliki.
(2) Lingkungan Non Sosial
Lingkungan non sosial yang dimaksud adalah hal-hal yang dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa yang tak terhitung jumlahnya
misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang atau malam),
gedung sekolah dan letaknya, alat-alat sekolah yang digunakan siswa untuk
belajar, tempat tinggal siswa dan letak tempat tinggal tersebut.53
b) Faktor-Faktor Instrumental
Faktor Instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat
pengajaran, guru, dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar
yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. 54 Banyak
psikolog beranggapan bahwa belajar merupakan suatu proses yang asosiatif, yaitu
asosiasi atau koneksi antara suatu rangsang tertentu.

5. Gerak Lurus
a. Jarak
Jarak merupakan panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu benda dalam
selang waktu tertentu. Jarak juga bisa menyatakan posisi suatu benda terhadap
titik acuan tertentu. Jarak termasuk besaran skalar, di mana tidak bergantung pada
arah dan nilainya selalu positif. Sebagai contoh. dari rumah, saya mengendarai
sepeda motor menuju utara sejauh 100 meter, lalu kembali ke selatan sejauh 50
meter menuju rumah teman. Jika dihitung maka jarak tempuh saya = 150 meter.
b. Perpindahan
Berbeda dengan jarak, perpindahan termasuk besaran vektor sehingga arah
juga berpengaruh. Contoh, dari rumah saya mengendarai sepeda motor menuju
utara sejauh 100 meter, lalu kembali ke selatan sejauh 50 meter menuju rumah
teman. Berapa perpindahan saya ? Jika dihitung maka perpindahan saya = 50
meter. alasannya karena kedudukan saya hanya sebesar 50 meter jika diukur dari
53
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2002), Cet.
11, h.232
54
Alisuf Sabri, op.cit., h. 59
34

titik acuan (rumah). Kalau saya terus bergerak menuju ke rumah, maka
perpindahan saya = 0, karena kedudukan saya tetap alias tidak berubah
(kedudukan awal = kedudukan akhir)
c. Kelajuan
Kelajuan merupakan salah satu besaran turunan yang tidak bergantung
pada arah, sehingga kelajuan termasuk skalar. Misalnya ketika saya mengatakan
”sepeda motor yang saya kendarai bergerak 60 km/jam”, maka yang saya
maksudkan di sini adalah kelajuan. Saya tidak perlu arah untuk menyatakan
kelajuan. Kelajuan merupakan besaran skalar, sehingga arah tidak berpengaruh.
Karena arah tidak berpengaruh maka kelajuan selalu bernilai positif.
d. Kecepatan
Kecepatan merupakan besaran vektor, di mana arah turut mempengaruhi
nilai kecepatan. Misalnya jika ditetapkan arah ke timur sebagai arah positif maka
nilai kecepatan gerak benda ke arah timur ditambahkan tanda + di depannya.
Apabila kearah barat, nilai kecepatan gerak benda ditambah tanda -. Sebagai
contoh, sebuah mobil bergerak 60 km/jam ke timur, maka dalam penulisannya
cukup ditulis 60 km/jam. Apabila mobil bergerak 60 km/jam ke arah barat,
kecepatan mobil tersebut cukup ditulis -60 km/jam.
e. Kecepatan Rata-rata
Kecepatan rata-rata merupakan total perubahan kedudukan suatu benda
selama selang waktu tertentu. Jika dinyatakan secara matematis, kecepatan rata-
rata suatu benda yang bergerak didefinisikan sebagai perpindahan yang ditempuh
benda dibagi waktu tempuh. Secara matematis ditulis :
perpindahan
kecepa tan rata − rata =
waktutempuh
Δs
v=
Δt
v = kecepatan, s = perpindahan dan t = waktu tempuh
f. Percepatan
Misalnya sebuah mobil sedang dalam keadaan diam. Ketika mobil yang
pada mulanya diam mulai bergerak dengan kecepatan tertentu, maka mobil tadi
35

dikatakan mengalami percepatan. Percepatan = perubahan kecepatan. Ketika


masih diam, kecepatan mobil = 0. Ketika bergerak, mobil memiliki kecepatan
tertentu. Karena kecepatan mobil berubah dari diam (kecepatan = 0) menjadi
bergerak (mobil memiliki kecepatan), maka mobil tersebut dikatakan mengalami
percepatan. Apabila kecepatan mobil ditambah (kecepatan bertambah), maka
mobil tersebut juga mengalami percepatan. Percepatan bernilai positif jika
kecepatan mobil bertambah.

1. Gerak Lurus Beraturan (GLB)


Gerak lurus = gerakan pada lintasan lurus. Tapi jika ditambahkan kata
“Beraturan”, maka maknanya sudah berbeda. Kalian mungkin bisa
mengartikannya sebagai gerak pada lintasan lurus yang terjadi secara teratur.
Ingat bahwa ketika sebuah benda bergerak, benda tersebut pasti memiliki
kelajuan atau kecepatan. Ketika sebuah benda bergerak lurus dengan laju atau
kecepatan tetap, maka benda tersebut dikatakan melakukan Gerak Lurus
Beraturan. Jadi yang dimaksudkan oleh kata “beraturan” adalah kecepatan atau
kelajuan gerak benda. Yang teratur adalah kecepatannya. Karena pada Gerak
Lurus Beraturan (GLB) kecepatan gerak benda tetap, maka kecepatan rata-rata
sama dengan kecepatan atau kelajuan sesaat. Pada GLB hanya ada rumus
kecepatan.
perpindahan
kecepa tan =
waktutempuh
s
v= v = kecepatan, s = jarak dan t = waktu tempuh
t

2. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)


Setiap benda yang bergerak pasti memiliki kecepatan. Apabila kecepatan
sebuah benda berubah secara teratur ketika bergerak pada lintasan lurus, maka
benda tersebut dikatakan melakukan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB).
Jadi yang berubah secara teratur di sini adalah kecepatan benda tersebut.
Contohnya sebuah mobil pada mulanya diam. Setelah satu menit, mobil tersebut
36

bergerak dengan kecepatan 10 km/jam. Setelah 2 menit, mobil bergerak dengan


kecepatan 20 km/jam. Setelah 3 menit, mobil bergerak dengan kecepatan 30
km/jam. Kecepatan mobil menjadi 40 km/jam setelah 4 menit. Lalu 50 km/jam
setelah 5 menit. Ingat bahwa setiap menit kecepatan mobil bertambah 10 km/jam.
Jadi kecepatan mobil tersebut meningkat secara teratur. Dengan kata lain, mobil
mengalami perubahan kecepatan secara teratur.
Persamaan GLBB
Persamaan 1 :
Hubungan antara kecepatan awal (vt) dengan kecepatan awal (vo), percepatan (a)
dan waktu (t).
vt = vo + at
Persamaan 2 :
Hubungan antara jarak tempuh dengan kecepatan awal (vo), waktu (t) dan
percepatan (a)
s = vot + ½ at2
Persamaan 3 :
Hubungan antara kecepatan akhir (vt) dengan kecepatan awal (vo), percepatan (a)
dan jarak (t).
vt2 = vo2 + 2as
Keterangan : vt = kecepatan akhir,
vo = kecepatan awal,
a = percepatan,
s = jarak

3. Gerak Vertikal
a. Gerak Vertikal ke Atas
Gerak Benda dilempar vertikal keatas (GVA) merupakan GLBB yang
mengalami perlambatan dimana gesekan udara diabaikan dan percepatan benda a
= -g, g = percepatan gravitasi bumi. Ketika benda mencapai titik puncak,
kecepatan benda sama dengan nol atau Vt = 0 , waktu untuk mencapai titik
puncak ( tp ) dapat ditentukan dengan persamaan kecepatan
37

S = vo t + ½ at2 vt = vo + at
2
h = vo t - ½ g t v t = vo - g t
waktu untuk mencapai titik puncak
vt = vo - g t
0 = vo - g tp
t p = vo / g
vt2 = vo2 - 2gh
b. Gerak Vertikal ke Bawah
Gerak vertikal ke bawah (GVB) merupakan GLBB dimana benda dilempar ke
bawah dengan kecepatan awal tertentu dan gesekan udara diabaikan atau
ditiadakan sebagai berikut :
S = vo t + 1/2 a t2 vt = vo + at
h = vo t + ½ g t2 vt = vo + g t
h = ½ g t2
v t = kecepatan akhir
vt2 = vo2 + 2gh
vt2 = vo2 + 2gh
c. Gerak Jatuh Bebas
Gerak Jatuh bebas merupakan gerak vertikal ke bawah tanpa kecepatan
awal (v0 = 0 ) dan gesekan di udara diabaikan atau ditiadakan. Gerak jatuh bebas
merupakan GLBB dipercepat dengan a = + g. Gerak Benda A jauh bebas dari
ketinggian h dan jatuh di tanah pada titik B dapat
dirumuskan sebagai berikut :
S = vo t + ½ at2 vt = vo + at
2
h=0+½gt vt = 0 + g t
v0= 0
h = ½ g t2 vt = gt
vt = kecepatan akhir
vt2 = vo2 + 2gh
vt2= 02 + 2gh = 2gh
38

B. Penelitian yang Relevan

Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai inkuiri dalam rangka


meningkatkan hasil belajar siswa, dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa
adanya peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model inkuiri. Diantara
penelitian yang pernah dilakukan adalah:

1. Ade Nofi Lastari, dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Metode


Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa, mengatakan
bahwa terdapat pengaruh penerapan inkuiri terhadap hasil belajar biologi
siswa. Hal tersebut terlihat dari hasil postes kelas eksperimen yang sangat
meningkat dibandingkan dengan kelas kontrol. 55

2. widyawati, dalam penelitiannya yang berjudul Pengeruh Pembelajaran


Kontekstual Berbasis Inkuiri terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa, mengatakan
bahwa dengan adanya pemberian pembelajaran berbasis inkuiri memberikan
pengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa berupa peningkatan nilai hasil
belajar fisika siswa. 56

C. Kerangka Pikir

Metode inkuiri merupakan suatu cara dalam proses belajar mengajar dalam
menyampaikan materi dengan cara mengajak siswa untuk mencari, menyelidiki
jawaban relevan mengenai materi yang telah diajarkan. Dengan cara tersebut
menjadikan siswa berpikir kritis analisis-argumentatif, dan mandiri. Karena siswa
tidak selalu dijejali materi dar guru, melainkan siswa mencari kekurangan dari
sumber lain maupun dari pengalaman-pengalaman yang didapatinya.

Dalam melaksanakan metode belajar inkuiri, siswa disamping memperoleh


pengalaman fisik terhadap objek dalam pembelajaran, siswa juga memperoleh
pengalaman atau terlibat secara mental. Pengalaman fisik dalam artian

55
Ade Nofi Lastari, Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil Belajar
Biologi Siswa. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah jakarta, 2006. h.44
56
Widyawati, Pengeruh pembelajaran kontekstual berbasis inkuiri terhadap hasil belajar
fisika siswa. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah jakarta, 2005. h.40
39

mempertemukan siswa dengan objek pembelajaran. Dan pengalaman mental


dalam artian siswa diberikan kebebasan untuk menyusun dan merekonstruksi
sendiri informasi-informasi yang telah diperoleh. Selain itu dalam pelaksanaannya
metode inkuiri juga akan menuntut siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan proses
belajar mengajar, karena siswa akan mengalami banyak tahapan dalam
pembelajaran inkuiri mulai tahap persiapan, melakukan percobaan, dan membuat
kesimpulan dalam bentuk laporan atau penyajian. Dengan banyaknya aktivitas
dan kegiatan siswa disekolah maupun diluar sekolah demikian akan didapatkan
hasil belajar yang lebih baik karena siswa terlibat langsung dalam proses
pembelajaran.

Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah proses yang dijalani siswa maupun
pihak lain yang secara sadar dan disengaja membrikan kemungkinan tercapainya
perubahan diri, baik perubahan intelektual maupun perubahan mental.dalam
peroses belajar mengajar fisika, harus mengacu pada hakekat fisika, yakni bersifat
eksperimentasi.

Penerapan suatu strategi, model atau metode dalam pembelajaran fisika,


merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa
secara konstruktif dan mengarah kepada penguasaan materi, karena itu dalam
proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi dan metode pembelajaran
yang tepat, efisien, efektif dan mengena pada tujuan yang diharapkan.
Salahsatunya dapat melibatkan siswa mengembangkan motivasi siswa secara
aktif, menarik minat dan perhatian siswa, mengembangkan motifasi siswa,
sehingga tentunya dapat meningkatkan prestasi siswa. Salah satunya adalah
dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri.
Metode inkuiri bertujuan untuk mengebangkan kemampuan memecahkan
masalah-masalah sosial dengan cara berpikir logis dan penemuan akademik.
Penggunaan metode pembelajaran inkuiri berpusat pada siswa, sehingga
diharapkan membuat para siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti
segala kegiatan belajar, sehingga diharapkan siswa mendapatkan prestasi yang
optimal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan krangka pikir dibawah ini.
40

Bagan Kerangka Pikir

Masalah penelitian:
1. Adanya anggapan bahwa materi fisika
merupakan materi yang sulit untuk dipelajari.
2. Guru sulit dalam memilih model mengajar yang
tepat.
3. proses pembelajaran fisika lebih menekankan
pada pencapaian tuntutan kurikulum.
4. guru belum mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan

Penerapan model inkuiri

Terdapat kesesuaian
antara kajian teori dan
hasil penelitian

Ya
Tidak

Kesimpulan:
1. Hasil penelitian sesuai teori
2. Keputusan tentang model Analisis lebih lanjut terhadap
pembelajaran inkuiri sangat kemungkinan kesalahan prosedur
efektif penelitian atau kemungkinan
lainnya

Selesai
Kesimpulan:
1. Hasil tidak sesuai
2. hasil analisis lebih lanjut
terhadap kemungkinan
ketidaksesuaian

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir


41

D. Perumusan Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap permasalahan yang penulis


angkat dalam penelitian ini sampai terbukti kebenarannya melalui data yang telah
terkumpul dan telah diuji.
Terdapat 2 hipotesis yang akan diujikan kebenarannya pada penelitian ini,
yaitu:
a. Hipotesis Nihil (Ho)
Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap hasil
belajar fisika siswa pada materi pokok gerak. Artinya bahwa hasil belajar
fisika siswa yang diajar dengan model inkuiri sama dengan yang diajar
dengan metode konfensional
b. Hipotesis Alternatif (Ha)
Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terhadap
hasil belajar fisika siswa pada materi pokok gerak. Artinya bahwa hasil belajar
fisika siswa yang diajar dengan model inkuiri lebih besar dari pada yang diajar
dengan metode konfensional.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode quasi eksperimen
atau eksperimen semu yaitu penelitian yang mendekati eksperimen sungguhan
dimana tidak mungkin mengadakan kontrol atau memanipulasikan semua variabel
yang relevan. 1 Jadi, penelitian harus dilakukan secara kondisional dengan tetap
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Ajaran 2009/2010.
Tepatnya penelitian ini dimulai pada tanggal 27 Oktober sampai dengan 26
November 2009. Adapun tempat penelitiannya adalah di SMK Bakti Idhata
Cilandak Jakarta Selatan.

C. Desain Penelitian
Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian
berupa pretest-posttest nonequivalent control group design dengan pola :
Tabel . Desain Penelitian
Group Pretest Treatment Posttest
E 01 XE 01

K 02 XK 02

Keterangan:
E = Kelompok Eksperimen
K = Kelompok Kontrol
01 = Pencapaian Kelompok Eksperimen

1
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan
Penguasaan Metodologi Penelitian (Malang: UIN Malang Press, 2008), cet. 1, h. 165.

38
39

02 = Pencapaian Kelompok kontrol


XE = Pemberian materi dengan model inkuiri.
XK = Pemberian materi dengan model tradisional

D. Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. 2 Populasi dari penelitian ini
adalah seluruh siswa SMK Bakti Idhata Cilandak Jakarta Selatan dengan populasi
sasarannya adalah seluruh siswa kelas X di sekolah yang sama . Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti.3 Untuk pengambilan sampel
penelitian ini ditentukan dengan teknik purpossive sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian. 4 Berdasarkan teknik sampling
tersebut, maka sampel penelitian ini adalah Kelas X MM 1 dan Kelas X MM 2 .
Kelas X MM 1 ditetapkan sebagai kelompok eksperimen yang akan diajar dengan
menggunakan model inkuiri sedangkan Kelas X MM 2 ditetapkan sebagai
kelompok kontrol yang akan diajar dengan menggunakan konvensional.

E. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, digunakan dua variabel untuk mencari pengaruh model
pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa, yaitu:
1. Variabel Bebas (Independent Variable) adalah model pembelajaran inkuiri dan
metode konvensional
a. Definisi Konseptual
Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu cara yang digunakan melalui
pertanyaan atau pemeriksaan dan penyelidikan. Metode inkuiri juga merupakan
cara belajar atau penelaahan sesuatu yang bersifat mencari secara keritis, analisis-
argumentatif dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu

2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2002), Cet. Ke-12 h 130
3
Suharsimi Arikunto, Ibid, h. 131
4
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta: Jurusan
Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 22 – 23.
40

kesimpulan yang meyakinkan, karena didukung data, fakta atau argumentasi yang
cukup valid.
b. Definisi Oprasional
Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu bentuk proses belajar
mengajar yang membentuk siswa menjadi mandiri dan kreatif dalam
menyelesaikan suatu permasalahan sehingga siswa dituntut aktif dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Dan merupakan suatu inovasi pembelajaran yang
dirancng untuk membantu siswa dalam memahami teori secara mendalam melalui
pengalaman belajar peraktik-empirik.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable) adalah hasil belajar fisika
a. Definisi Konseptual
Hasil belajar adalah terjadinya perubahan perilaku, kepandaian, atau
kemampuan seseorang dimana proses kepandaian itu terjadi tahap demi tahap.
Hasil belajar fisika adalah terjadinya perubahan perilaku, kepandaian atau
kemampuan seseorang pada mata pelajaran fisika.
b. Definisi Oprasional
Hasil belajar adalah sekor yang diperoleh oleh siswa melalui tes pilihan
ganda setelah mengalami proses belajar mengajar. Sehingga hasil belajar fisika
merupakan hasil yang dicapai siswa pada mata pelajaran fisika setelah mengalami
proses mengajar dan ditandai dengan adanya perubahan-perubahan.

F. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah cara memperoleh data atau disebut juga
metode pengumpulan data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode yang terdiri dari pretest dan posttest. Metode tes yang terdiri dari pretest
yaitu tes yang disusun atau dirancang untuk mengukur kemampuan awal siswa
sebelum program pembelajaran dilakukan. Posttest adalah tes yang dimaksudkan
untuk mengetahui seberapa jauh kompetensi dasar atau indikator yang
disampaikan pada program pembelajaran telah dikuasai oleh peserta didik.
Posttest juga dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara tes
yang dilakukan pada awal pembelajaran dengan tes yang dilakukan setelah
41

pembelajaran. Terdapat dua buah data pada penelitian ini. Data utama adalah hasil
belajar fisika yang diperoleh dari pelaksanaan pretest dan posttest. Data
penunjang penelitian adalah data hasil observasi yang dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung. Data hasil belajar diperoleh dengan menggunakan
instrumen tes berupa tes objektif sedangkan data hasil observasi diperoleh dengan
menggunakan instrumen nontes berupa lembar observasi.

G. Instrumen Penelitian
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
berupa soal pilihan ganda. Disamping itu, untuk mendapatkan data penunjang
kesimpulan yang diharapkan di akhir penelitian ini, digunakan instrumen nontes
berupa lembar observasi sebagai panduan observasi selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
1. Instrumen Tes Hasil Belajar
Instrumen tes ini harus memiliki empat kriteria, yaitu validitas, reliabilitas,
taraf kesukaran, dan daya pembeda. Untuk mengetahui pemenuhan keempat
kriteria tersebut, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus
melalui pengujian dan perhitungan sebagai berikut.
a. Uji Validitas
Uji validitas ini dilakukan untuk menunjukan keshahihan atau ketepatan
suatu instrumen. Setiap instrumen penelitian harus valid atau sahih. Validitas ini
berhubungan dengan isi dan kegunaan instrumen Suatu instrumen dikatakan valid
apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Oleh karena itu, validitas instrumen dalam penelitian ini adalah validitas
setiap butir soal tes. Perhitungan validitas tiap butir soal dapat dihitung dengan
menggunakan teknik analisis point biserial yang dinyatakan secara matematis
sebagai berikut. 5

5
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan Cet. Ke-10 (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2000), h. 258.
42

Mp − Mt p
r pbi =
SD t q

Keterangan simbol yang terdapat pada persamaan tersebut adalah sebagai


berikut.
rpbi = Indeks point biserial
Mp = Mean (rata-rata) skor yang dijawab betul oleh testee (peserta tes)
pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara
keseluruhan.
Mt = Mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee (peserta tes)
pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara
keseluruhan.
SDt = Deviasi standar skor total.
p = Proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang
sedang diuji validitasnya.
q = Proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal yang
sedang diuji validitasnya.
b. Perhitungan Reliabilitas
Perhitungan reliabilitas ini dilakukan untuk menunjukan apakah instrumen
tes yang akan diujikan reliabel atau tidak, suatu tes dapat dikatakan reliabel jika
tes tersebut menunjukkan hasil-hasil yang mantap. Suatu instrumen tes dapat
dikatakan mantap apabila instrumen tes tersebut digunakan berulangkali, dengan
syarat saat pengukuran tidak berubah, instrumen tes tersebut memberikan hasil
yang sama.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menunjukkan reliabilitas suatu
instrumen tes adalah rumus KR-20 yang ditunjukkan dengan rumus berikut ini.6

⎛ k ⎞⎛⎜ St − ∑ pq ⎞⎟
2

r11 = ⎜ ⎟
⎝ k − 1 ⎠⎜⎝ St 2 ⎟

6
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009) h. 186
43

dimana:
r11 : nilai koefisien reliabilitas instrumen KR-20
k : jumlah testee
p : proporsi jumlah testee yang menjawab betul
q : proporsi jumlah testee yang menjawab salah
SD : nilai deviasi standar
c. Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal itu
apakah sukar, sedang, atau mudah. Soal dikatakan mudah jika untuk
menyelesaikannya hanya langsung menggunakan data yang ada. Soal dikatakan
sedang, jika untuk menyelesaikannya tidak langsung menggunakan data yang ada
dan untuk mencarinya cukup menggunakan satu konsep saja. Soal dikatakan
sulit/sukar, jika untuk menyelesaikannya tidak menggunakan data/informasi yang
ada, tetapi untuk mencarinya dengan beberapa konsep.
Tes yang baik adalah tes yang mempunyai taraf kesukaran tertentu, sesuai
dengan karakteristik peserta tes. Taraf kesukaran suatu tes dapat dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut. 7
W L + WH
DK = × 100 %
nL + nH

Maksud dari setiap simbol pada persamaan tersebut adalah sebagai berikut.
DK = derajat kesukaran (degrees of difficulty)
WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau
menjawab salah pada item tertentu
WH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau
menjawab salah pada item tertentu
nL = jumlah kelompok bawah
nH = jumlah kelompok atas

7
Ign. Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, (Yogyakarta:
Kanisius, 1995), hal. 189
44

Berikut ini adalah cara yang dapat digunakan dalam penentuan kelompok
atas dan kelompok bawah
a. Menyusun lembar jawaban tes sesuai dengan urutan nilai dari yang terbesar
(disimpan paling atas) sampai yang terkecil (disimpan paling bawah).
b. Mengambil 27 % dari atas susunan lembar jawaban, jumlah ini akan menjadi
kelompok atas.
c. Mengambil 27 % dari bawah susunan lembar jawaban, jumlah ini akan
menjadi kelompok bawah.
d. Sisanya yakni bagian yang 46 % disisihkan, karena tidak perlu diikutkan
dalam analisis.
Menurut ketentuan yang sering diikuti, taraf kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kategori Derajat Kesukaran
Rentang Nilai DK Kategori
0,00 ≤ DB < 0,30 Sukar
0,30 ≤ DB < 0,70 Sedang
0,70 ≤ DB ≤ 1,00 Mudah

d. Daya Pembeda
Daya pembeda digunakan untuk mengetahui kemampuan soal dalam
membedakan siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa
yang tergolong kurang mampu (rendah prestasinya). Untuk menentukan daya
pembeda digunakan rumus: 8
WL − WH
DB =
n
dimana:
DB = Daya Beda (discriminating power, DP)

8
Ign. Masidjo, Ibid, h. 198
45

WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau


menjawab salah pada item tertentu
WH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau
menjawab salah pada item tertentu
n = jumlah kelompok atas atau kelompok bawah
Berikut ini adalah cara yang dapat digunakan dalam penentuan kelompok
atas (WH) dan kelompok bawah (WL).
e. Menyusun lembar jawaban tes sesuai dengan urutan nilai dari yang terbesar
(disimpan paling atas) sampai yang terkecil (disimpan paling bawah).
f. Mengambil 27 % dari atas susunan lembar jawaban, jumlah ini akan menjadi
kelompok atas.
g. Mengambil 27 % dari bawah susunan lembar jawaban, jumlah ini akan
menjadi kelompok bawah.
h. Sisanya yakni bagian yang 46 % disisihkan, karena tidak perlu diikutkan
dalam analisis.
Penentuan kriteria daya beda soal didasarkan pada ketentuan berikut ini.
Tabel 3.3 Kategori Daya Beda
Rentang Nilai DB Kategori
< 0,00 drop
0,00 ≤ DB < 0,20 Buruk
0,20 ≤ DB < 0,40 Cukup
0,40 ≤ DB < 0,70 Baik
0,70 ≤ DB ≤ 1,00 baik sekali

2. Instrumen Nontes
Penggunaan instrumen nontes ini bertujuan agar kesimpulan yang dapat
diperoleh dari penelitian ini lebih valid dibandingkan jika hanya menggunakan
satu instrumen tes saja. Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar observasi. Sebagaimana instrumen tes, instrumen nontes juga harus
46

memenuhi kriteria kelayakan. Hanya saja kriteria yang harus dipenuhi oleh
instrumen nontes berbeda dengan instrumen tes. Berbeda dengan instrumen tes
yang pengujiannya menggunakan perhitungan-perhitungan statistik, instrumen
nontes lembar observasi ini pengujian kelayakannya cukup dengan pertimbangan
ahli saja. 9 Pertimbangan para ahli ini berhubungan dengan validitas isi yang
berkaitan dengan butir-butir pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada
siswa.
Uji kelayakan ini dilakukan oleh dosen pembimbing dengan pertimbangan
kajian teoretis yang dilakukan penulis. Setelah diajukan kepada dosen
pembimbing dan beberapa perbaikan, akhirnya instrumen nontes lembar observasi
ini dianggap layak untuk digunakan. Pengembangan indikator observasi ini
terdapat pada Lampiran 2D bersama dengan pengembangan indikator instrumen
tes.

H. Teknik Analisis Data


Karena terdapat dua buah data yang berbeda yaitu data yang diperoleh dari
instrumen tes dan data dari instrumen nontes, maka terdapat pula dua buah teknik
analisis data. Data yang dihasilkan dari instrumen tes akan dianalisis untuk
mengukur peningkatan hasil belajar dan menguji hipotesis. Data yang dihasilkan
dari hasil observasi akan dianalisis untuk mengukur kualitas pembelajaran selama
diberi perlakuan berupa penerapan model pembelajaran inkuiri pada kelompok
eksperimen.
1. Teknik Analisis Data Tes Hasil Belajar

Sebelum melakukan teknik analisis statistik yang akan digunakan, terlebih


dahulu memeriksa keabsahan sampel yaitu dengan menggunakan uji normalitas
dan uji homogenitas. Taraf signifikansi yang digunakan dalam statistik uji “t”
adalah α = 0,05.

9
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), h. 123.
47

a. Uji Prasyarat Analisis


1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang
digunakan adalah uji Chi-Kuadrat, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Mencari skor terbesar dan terkecil
b) Mencari nilai rentangan (R)
R = skor terbesar – skor terkecil
c) Mencari banyaknya kelas (BK)
BK = 1 + 3,3 log N (Rumus Sturgess)

d) Mencari nilai panjang kelas (i)


R
i=
BK
e) Membuat tabulasi dengan tabel penolong

Nilai
Kelas
No f Tengah X12 f X1 f X12
Interval
(X1)

Jumlah ∑f= - - ∑f X 1 = ∑ fX 1
2
=

f) Mencari nilai rata-rata (mean)



X =
∑f X 1

n
g) Mencari simpangan baku (Standard Deviasi)

⎛ ∑ fX 1
2

∑ fX 1 − ⎜⎜ ⎟
2

S = ⎝ n ⎠
(n − 1)
h) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
48

1) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval pertama
dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor – skor kanan kelas interval
ditambah 0,5.
2) Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus:

Batas Kelas − X
Z=
S
3) Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z dengan
menggunakan angka-angka untuk batas kelas.
4) Mencari luas setiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka
0 – Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua
dikurangi angka baris ketiga dan begitu pula seterusnya, kecuali untuk
angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan angka pada
baris berikutnya.
5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas
setiap interval dengan jumlah responden.
i) Mencari Chi – Kuadrat hitung (χ2)
(Oi − E1 )2
X =∑
2

Ei
j) Membandingkan χ2 hitung dengan χ2 tabel untuk α = 0,05 dengan derajat
kebebasan (dk) = n – 1, dengan kriteria:
Jika χ2 hitung ≥ χ2 tabel, artinya distribusi data tidak normal dan
Jika χ2 hitung ≤ χ2 tabel, artinya data distribusi normal
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan
atau populasi. Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan
populasi. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Fisher,
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Hipotesis
b) Bagi data menjadi dua kelompok
c) Cari masing-masing kelompok nilai simpangan bakunya
d) Tentukan F hitung dengan rumus:
49

2
S1 var ians terbesar
F= 2
=
S2 var ians terkecil

n∑ X 1 −
2
(∑ X ) 2

=
2 1
Dimana S
n (n − 1 )
e) Tentukan kriteria pengujian:
Jika F hitung ≤ F tabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi
homogen.
Jika F hitung ≥ F tabel maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua populasi
tidak homogen.
b. Uji Analisis
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh model
pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa. Uji hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan rumus “t” test.
Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis ini adalah sebagai
berikut:
a) Rumusan hipotesis
Ho : μ 1 = μ 2
Ha : μ 1 > μ 2
b) Tentukan uji statistik
− −
X1− X 2
t=
1 1
S dg +
n1 n 2

Dengan:

(n1 − 1)S1 2 + (n2 − 1)S 2 2


S dg =
n1 + n 2 − 2

Keterangan:

X1 = rata-rata skor kelompok eksperimen

X2 = rata-rata skor kelompok kontrol
Sg = varians gabungan (kelompok eksperimen dan kontrol)
50

S12 = varians kelompok eksperimen


2
S2 = varians kelompok kontrol
n1 = jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
n2 = jumlah anggota sampel kelompok kontrol
c) Tentukan kriteria pengujian
Untuk menentukan kriteria pengujian pada pengolahan data dilakukan
dengan operasi perhitungan, pengujiannya dengan melihat perbandingan
anatara t hitung dengan t tabel
d) Melakukan pengambilan kesimpulan
Jika operasi perhitungan pada langkah sebelumnya ternyata:
1) t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak
2) t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima

2. Teknik Analisis Data Hasil Observasi


Data hasil observasi akan dianalisis secara kualitatif deskriptif. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang pelaksanaan
pembelajaran di kelas selama diberi perlakukan berupa penerapan model
pembelajaran inkuiri.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


Berdasarkan hasil analisis data pretest diperoleh histogram seperti gambar
4.1.

12

10

8
Jumlah Siswa

Kelas Eksperimen
6 Kelas Kontrol

0
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44

Interval Nilai Siswa

Gambar 4.1 Histogram Tes Hasil Belajar (Pretest) Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol

Dari histogram di atas terlihat bahwa pada kelas eksperimen tidak terdapat
siswa yang mendapatkan nilai pada interval 15-19, sedangkan pada kelas kontrol
sebanyak 3 siswa yang mendapatkan nilai pada interval tersebut. Pada kelas
eksperimen sebanyak 4 orang mendapatkan nilai pada interval 20-24, pada kelas
kontrol sebanyak 6 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 9 orang mendapat
nilai pada interval 25-29 pada kelas kontrol sebanyak 7 orang. Pada kelas
eksperimen sebanyak 8 orang mendapatkan nilai pada interval 30-34, pada kelas
kontrol sebanyak 10 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 8 orang mendapatkan
nilai pada interval 35-39, pada kelas kontrol sebanyak 1 orang. Pada kelas
eksperimen sebanyak 3 orang mendapatkan nilai pada interval 40-44, pada kelas

51
  52

kontrol sebanyak 4 orang. Dari uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa nilai
terendah pada kelas eksperimen adalah 20, sedangkan pada kelas kontrol 15. Nilai
tertinggi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu 40. Nilai rata-rata
yang diperoleh oleh kelas eksperimen sebesar 42,6, siswa yang mendapat nilai
diatas rata-rata sebanyak 55%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata
sebanyak 45%. Pada kelas kontrol nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 42,7,
siswa yang mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 47,5%, siswa yang mendapat
nilai dibawah rata-rata sebanyak 52,5%.

B. Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol


Berdasarkan hasil analisis data posttest diperoleh histogram seperti gambar
4.2.

18
16
14
Jumlah Siswa

12
Kelas Eksperimen
10
Kelas Kontrol
8
6
4
2
0
35-41 42-48 49-55 56-62 63-69 70-76

Interval Nilai Siswa

Gambar 4.2 Histogram Tes Hasil Belajar (Posttest) Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol

Dari histogram di atas terlihat bahwa pada kelas eksperimen sebanyak 2


orang yang mendapatkan nilai pada interval 35-41, sedangkan pada kelas kontrol
sebanyak 1 orang yang mendapatkan nilai pada interval tersebut. Pada kelas
eksperimen sebanyak 1 orang mendapatkan nilai pada interval 42-48, pada kelas
kontrol sebanyak 4 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 13 orang mendapat
nilai pada interval 49-55, pada kelas kontrol sebanyak 17 orang. Pada kelas
  53

eksperimen sebanyak 5 orang mendapatkan nilai pada interval 56-62, pada kelas
kontrol sebanyak 6 orang. Pada kelas eksperimen sebanyak 4 orang mendapatkan
nilai pada interval 63-69, pada kelas kontrol sebanyak 1 orang. Pada kelas
eksperimen sebanyak 7 orang mendapatkan nilai pada interval 70-75, pada kelas
kontrol sebanyak 2 orang. Dari uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa nilai
terendah pada kelas eksperimen adalah 40, sedangkan pada kelas kontrol 35. Nilai
tertinggi pada kelas eksperimen 75 dan pada kelas kontrol 70. Nilai rata-rata yang
diperoleh oleh kelas eksperimen sebesar 59, siswa yang mendapat nilai diatas
rata-rata sebanyak 50%, siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak
50%. Pada kelas kontrol nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 53,7, siswa yang
mendapat nilai diatas rata-rata sebanyak 45,16%, siswa yang mendapat nilai
dibawah rata-rata sebanyak 54,84%.
Gambar 4.1 dan 4.2 diatas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kedua
kelas mengalami peningkatan. Tetapi kelas eksperimen mengalami peningkatan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

C. Rekapitulasi
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama penelitian.
Tabel 4. 1
Rekapitulasi Data Hasil Penelitian
Pretest Posttest
Data
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
Skor Max 40 40 75 70
Skor Min 20 15 40 35
Rata-rata 29,53 28,93 59 53,37
Median 30 29,25 57,5 51,75
Modus 25 30,75 54,83 49,7
SD 5,56 7,27 9,76 7,83
  54

D. Pengujian Persyaratan Analisis Data


Sebelum dilakukan uji analisis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat
analisis sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Pengujian uji normalitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu data nilai
posttest Kelas X MM1 sebagai kelompok eksperimen dan data nilai posttest Kelas
X MM 2 sebagai kelompok kontrol. Untuk menguji normalitas kedua data
digunakan rumus Uji Kai Kuadrat (chi square test). Perhitungan uji normalitas ini
disajikan pada Lampiran 10. Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari
perhitungan tersebut.
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kai Kuadrat
Nilai Nilai
No Data 2
Keputusan
X hitung X2tabel
1 Nilai Posttest Kelas X 7,8187 11,34 Data berdistribusi
MM 1 (Kelompok A) normal
2 Nilai Posttest Kelas X 4,1231 11,34 Data berdistribusi
MM 2 (Kelompok B) normal

Nilai X2tabel diambil berdasarkan nilai pada tabel konsultasi kai kuadrat pada
taraf signifikansi 95%. Kolom keputusan dibuat berdasarkan pengujian hipotesis
normalitas yaitu jika X2hitung ≤ X2tabel maka dinyatakan data berdistribusi normal.
Sebaliknya jika X2hitung > X2tabel maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal.
Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada nilai X2hitung kedua data lebih kecil dari
nilai X2tabel. Sehingga dinyatakan bahwa kedua data berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Sama halnya yang dilakukan pada uji normalitas, setelah kedua kelompok
sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal, uji homogenitas juga
diperlukan sebagai uji prasarat analisis statistik terhapada kedua data nilai
posttest. Pengujian homogenitas terhadap kedua data menggunakan Uji F. Kriteria
pengujian yang digunaka yaitu: kedua kelompok dinyatakan homogen apabila
  55

Fhitung ≤ Ftabel di ukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.
Perhitungan Uji F ini disajikan pada Lampiran 11. Berikut ini adalah hasilnya.
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Nilai Nilai Nilai
No Data Keputusan
Varians Fhitung Ftabel
1 Nilai Posttest
Kelas X MM 1 95,2576
(Kelompok A) Kedua data
1,5537 1,8004
2 Nilai Posttest homogen

Kelas X MM 2 61,3089
(Kelompok B)

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95 % (α = 0,05) dengan derajat


kebebasan (dk) = 1 untuk kedua kelompok penelitian. Pada tabel tersebut terlihat
bahwa pada nilai Fhitung kedua data lebih kecil dari nilai Ftabel. Sehingga
dinyatakan bahwa kedua data homogen.
3. Uji Analisis
Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh bahwa kedua data
berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, pengujian analisis atau
pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Uji t.
Perhitungan untuk menentukan nilai thitung disajikan pada Lampiran X.
Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh bahwa nilai thitung adalah 2,5213.
Nilai ttabel pada taraf signifikansi 95% (α =0,05) nilai ttabel adalah 1,99986. Hasil
pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa thitung berada di daerah penerimaan
Ha, yaitu thitung > ttabel. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini
menunjukan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terhadap
hasil belajar fisika siswa.
  56

E. Hasil Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan observasi untuk
mengetahui tingkat ketercapaian proses pembelajaran. Oleh karena itu, semua
indikator yang diobservasi dalam penelitian ini dikembangkan dari setiap tahap
pembelajaran, dan terdapat lima tahap pembelajaran. Berdasarkan lima tahap
pembelajaran ini dikembangkanlah menjadi 16 indikator yang akan diobservasi.
Pengembangan indikator ini terdapat pada Lampiran 2 sedangkan data hasil
obsevasinya terdapat pada Lampiran 13. Pengembangan indikator dari setiap
pembelajaran tidak selalu sama jumlahnya, melainkan bergantung pada peranan
tahap pembelajaran terhadap keseluruhan proses pembelajaran.
Tabel 4.4 Data Hasil Observasi
Jumlah Jumlah
Indikator Indikator
No Tahap Pembelajaran
yang yang Tidak
Tercapai Tercapai
Inkuiri
1 Orientasi siswa pada masalah 9 3
2 Mengorganisasikan siswa untuk 6 2
belajar
3 Membimbing penyelidikan individu 14 6
maupun kelompok
4 Mengembangkan dan menyajikan 7 5
hasil karya
5 Menganalisis dan mengevaluasi proses 9 3
pemecahan masalah
45 19
Jumlah
(70,31%) (29,69%)

Jika disajikan dalam setiap pertemuan, maka data hasil observasi tentang
ketercapaian proses pembelajaran berdasarkan ketercapaian setiap indikatornya
ditampilkan pada Tabel 4.5 berikut ini. Nilai persentase diperoleh dari
perbandingan jumlah indikator yang tercapai dengan jumlah indikator seluruhnya.
  57

Tabel 4.5 Ketercapaian Proses Pembelajaran pada Setiap Pertemuan

Model Pertemuan Ke-


Jumlah
Pembelajaran 2 3 4 5

9 10 13 13 45
Inkuiri
56,25 % 62,5 % 81,25 % 81,25 % 70,31 %

F. Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarkan uji kesamaan dua rata-rata pretest diketahui bahwa hasil belajar
fisika siswa kedua kelompok menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan.
Hal ini menunjukan bahwa siswa pada kedua kelompok penelitian memiliki
pengetahuan yang sama tentang materi pokok gerak.
Berdasarkan uji kesamaan dua rata-rata posttest diketahui bahwa hasil
belajar fisika siswa kedua kelompok menunjukkan ada perbedaan yang signifikan.
Hal ini dibuktikan dari hasil nilai rata-rata kelas eksperimen lebih besar
dibandingkan rata-rata kelas kontrol. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 59
dan kelas kontrol sebesar 53. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji-t
diperoleh thitung > ttabel, yaitu nilai thitung adalah 2,52. Nilai ttabel pada taraf
signifikansi 95% (α =0,05) adalah 1,98. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh penerapan pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar fisika siswa.
Keadaan ini menggambarkan bahwa hasil belajar siswa pada konsep gerak
lebih baik dengan menerapkan pembelajaran ikuiri, karena menunjukkan
peningkatan dibandingkan dengan yang tidak menerapkan pembelajaran ikuiri
(konvensional). Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh I Kade Suardana, dalam penelitiannya yang berjudul penilaian portopolio
dalam pembelajaran fisika berbasis inquairi terbimbing di smp negeri 2 singaraja,
diketahui model inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada pokok
bahasan gerak dan gaya. 1

                                                            
1
I Kade suardana, Penilaian Portopolio dalam Pembelajaran Fisika Berbasis Inquairi
Terbimbing di SMP Negeri 2 Singaraja. (Jurnal penelitian dan pengembangan pendidikan,
desember 2007) 
  58

Temuan yang diperoleh selama penelitian, bahwa hasil belajar siswa pada
kelas eksperimen dinyatakan kurang berhasil, walaupun hasil uji hipotesis
menunjukan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri
terhadap hasil belajar siswa. Indikasi ini ditunjukkan oleh rata-rata nilai posttest
yang tidak terlalu tinggi yaitu sekitar 59. Hal ini memberikan informasi bahwa
inkuiri sebagai model pembelajaran memiliki keunggulan dan juga kelemahan.
Diduga hal ini menjadi salah satu penyebab hasil belajar siswa kurang berhasil.
Faktor tersebut disebabkan oleh keterbatasan waktu sehingga pembelajaran
kurang maksimal, karakter siswa yang cenderung terbiasa dengan penggunaan
model pembelajaran sederhana dan sebagainya. Model inkuiri menuntut siswa
untuk melibatkan dirinya secara aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu,
sebaiknya sebelum diberikan perlakuan, pada kelas yang akan diterapkan inkuiri,
dibiasakan menggunakan inkuiri selama beberapa waktu sebelum dilakukan
penelitian sampai mereka terbiasa dengan karakter inkuiri.
Perlunya pembiasaan ini dapat dianalogikan dengan hukum latihan (The
Law of Exercise) yang dikemukkaan oleh Edward Lee Thorndike, salah satu
konsep yang mendasari teori belajar behaviorisme. Menurutnya, semakin sering
sebuah tingkah laku diulang, dilatih, atau digunakan, maka asosiasi-asosiasi yang
mendasari tingkah laku tersebut semakin kuat. Sebaliknya, jika semakin jarang
digunakan, maka asosiasi tersebut semakin lemah. Berdasarkan analogi ini, maka
dapat dikatakan jika sebuah model pembelajaran baru terus dibiasakan maka
siswa juga pada akhirnya terbiasa dan merasa nyaman dengan model tersebut.2
Karena pembiasaan ini akan memperkuat asosiasi-asosiasi yang mendasari
perilaku siswa untuk mengikuti proses pembelajaran, dari model yang baru
tersebut dengan cara memberikan respons yang sesuai dengan yang diharapkan.
Inkuiri merupakan pembelajaran yang berlandaskan pada teori belajar
kontruktivisme, yang pada prinsipnya siswa akan membentuk atau membangun
pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Inkuiri
merupakan suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta
                                                            
2
Artikel diakses pada tanggal 2 Desember dari http://wangmuba.com/2009/02/21/teori-
psikologi-belajar-dan-aplikasinya-dalam-pendidikan/  
  59

didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik


empirik. Dalam model pembelajaran inkuiri, siswa dihadapkan pada satu
persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang timbul
dalam proses belajar mengajar. Awalnya guru memberikan sebuah konsep
permasalahan yang nantinya akan ditemukan penyelesaiannya oleh siswa melalui
model pembelajaran tersebut, setiap kelompok merumuskan masalah,
mengembangkan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menarik
kesimpulan.
Perlu diperhatikan juga bahwa model pembelajaran inkuiri mempunyai
beberapa indikator keberhasilan, diantaranya adalah mengembangkan kemampuan
siswa melihat perkiraan, proses berpikir dalam memecahkan masalah sebuah
permasalahan, mengemukakan pendapat, melontarkan pertanyaan, memberikan
kesempatan kepada anggota lainnya untuk berargumen, dan kerjasama siswa
dalam proses belajar. Jika peneliti melihat bahwa siswa telah memenuhi indikator
tersebut, dengan demikian dapat dikategorikan metode pembelajaran tersebut
berhasil diterapkan.
Model pembelajaran inkuiri juga memiliki beberapa kelebihan buat siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar diantaranya yakni mendorong adanya
komunikasi dan hubungan antara guru dan siswa, meningkatkan dan
mengembangkan wawasan siswa mengenai masalah-masalah kemasyarakatan
atau lingkungannya, mendidik siswa memiliki kemampuan merepleksi
pengalaman belajarnya sehingga pengalaman belajar yang tersimpan dalam
memorinya akan tertahan lebih lama karena telah melakukan serangkaian proses
belajar dari mengetahui, memahami diri sendiri, melakukan dan belajar
bekerjasama dengan teman-temannya dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini
akan membuat siswa memiliki hasil belajar yang lebih baik setelah siswa
mengalami proses pembelajaran dengan model inkuiri.
Keterlaksanaan pembelajaran inkuiri dapat dilihat juga dari hasil observasi.
Nilai observasi adalah nilai keterlaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan
apakah terlaksana dengan baik atau tidak . Berdasarkan hasil observasi,
pelaksanaan pembelajaran di kelas yang menggunakan model inkuiri berlangsung
  60

baik, hal tersebut dapat dilihat dari persentase pencapaian indikator pada setiap
pertemuan. Pencapaian indikator pada pertemuan kedua yaitu sebesar 56,25%.
Banyaknya indikator yang tercapai pada pertemuan kedua yaitu sebanyak 9
indikator dan indikator yang tidak tercapai sebanyak 7. Pada pertemuan kedua ini
dapat dikatakan pembelajaran yang telah dilakukan kurang begitu baik karena
pencapaian indikator baru mencapai 56,25%. Hal tersebut diduga karena siswa
belum terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan, sehingga kegiatan
pembelajaran kurang begitu baik.
Pada pertemuan ketiga, persentase pencapaian yaitu sebesar 62,25%. Pada
pertemuan ini mengalami peningkatan sekitar 6% dari pertemuan sebelumnya.
Banyaknya indikator yang tercapai pada pertemuan ketiga yaitu sebanyak 10
indikator, indikator yang tidak tercapai sebanyak 6. Pada pertemuan kedua ini
dapat dikatakan pembelajaran yang telah dilakukan berlangsung baik karena
pencapaian indikator mencapai 62,25%. Hal ini dikarenakan siswa sudah sedikit
terbiasa dengan model pmbelajaran yang diterapkan.
Pada pertemuan keempat, persentase pencapaian yaitu sebesar 81,25%. Pada
pertemuan ini mengalami kenaikan lagi dari pada pertemuan sebelunya sebanyak
19%. Banyaknya indikator yang tercapai pada pertemuan keempat yaitu sebanyak
13 indikator dan indikator yang tidak tercapai sebanyak 3 indikator. Pada
pertemuan keempat ini dapat dikatakan pembelajaran yang telah dilakukan
berlangsung baik karena pencapaian indikator mencapai 81,25%. Hal ini
dikarenakan siswa sudah benar-benar terbiasa dan sudah memahami kegiatan-
kegiatan apa yang harus mereka lakukan selama pembelajaran.
Pada pertemuan kelima, Persentase pencapaian yaitu sebesar 81,25%.
Banyaknya indikator yang tercapai pada pertemuan kelima sama seperti pada
pertemuan keempat yaitu sebanyak 13 indikator dan indikator yang tidak tercapai
sebanyak 3 indikator. Pada pertemuan kelima ini dapat dikatakan pembelajaran
yang telah dilakukan berlangsung baik karena pencapaian indikator mencapai
81,25%. Hal ini dikarenakan siswa sudah menikmati dan tidak lagi kaku dengan
model pembelajaran yang diterapkan.
  61

Dari kelima pertemuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pencapaian


indikator berlangsung stabil dan meningkat. Hal itu dapat terlihat dari persentase
ketercapaian indikator dari angka 56,25% pada pertemuan kedua meningkat
menjadi 81,25% pada pertemuan kelima. Walaupun demikian ada beberapa hal
yang menjadi evaluasi dari pelaksanaan pembelajaran inkuiri tersebut, yaitu:
alokasi waktu jam pelajaran yang sangat singkat menyebabkan
kekurangoptimalan dalam melakukan penelitian dan belum terbiasanya siswa
dengan pembelajaran inkuiri, dan walaupun metode yang digunakan sebagian
besar adalah eksperimen namun tetap saja peran guru sebagai pemberi informasi
masih dominan.
Berdasarkan data di atas, dapat disimplkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan penerapan pembelajaran ikuiri terhadap hasil belajar fisika siswa pada
konsep gerak di SMK Bakti Idhata Cilandak, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar
siswa yang mengalami peningkatan antara kelas kontrol yang diberi perlakuan
metode konvensional dengan kelas eksperimen yang diberi perlakuan
pembelajaran inkuiri, dan juga dari hasil observasi yang dilakukan peneliti. 
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran inkuiri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal tersebut dilihat
dari hasil posttest pada kelas eksperimen yang meningkat dan hasil uji analisis
yang menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol. Hasil observasi juga menun jukan pelaksanaan
pembelajaran dikelas yang menggunakan inkuiri berlangsung baik, karena
persentase pencapaian indikator dari keseluruhan total pertemuan sebesar 70,31%.

B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan selama penelitian, penulis mengajukan
beberapa saran sebagai perbaikan dimasa mendatang.
1. penerapan model inkuiri dapat digunakn sebagai salah satu alternatif model
pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Untuk
itu, untuk penelitian selanjutnya, disaranka untuk mencoba menerapkan model
inkuiri pada pokok bahasan lain, misalnya pada pokok bahasan listrik dan
optik.
2. untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, sebaiknya sebelum
melakukan penelitian, pada kelas yang akan menggunakan model inkuiri
dilakukan pembiasaan penerapan inkuiri terlebih dahulu. Misalnya, dalam
beberapa pertemuan sebelum penelitian, pada kelas tersebut diterapkan inkuiri
sehingga pada waktu penelitian mereka sudah terbiasa dan tidak kesulitan
mengikuti proses pembelajaran.

62
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta:


UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 14.

Alberta, Focus on Inquiry: A Teacher’s Guide to Implementing Inquiry-based


Learning. (Alberta learning, Alberta, Canada. 2004)

Alif Noor Hidayati, Upaya Meminimalkan Kesalahan Konsep dalam Pola


Interaksi Organisme pada Siswa Kelas 1F MTsN 1 Semarang Melalui
Metode Penemuan Bevisi sets (Widya Tama Vol.1 No 4. Desember 2004)

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:


Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h. 59

Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan Cet. Ke-10 (Jakarta: Raja


Grafindo Persada, 2000), h. 258.

Artikel diakses pada tanggal 2 Desember dari


http://wangmuba.com/2009/02/21/teori-psikologi-belajar-dan-aplikasinya-
dalam-pendidikan/

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat


Pres, 2002), h. 34

Bornok Sinaga.,Efektifitas Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBL) Pada


Kelas 1 SMU Dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat, (Jurnal FMIPA
UNIMED) , hal.124

Budi Eko Soetjipto, Penggunaan pengajaran Inkuiri di Sebuah Sekolah Dasar di


Victoria, Australia, (Jurnal Pendidikan MIPA, Vol 6 No 2 th 2005) hal.
107

Diane Jass Ketelhut, Inquiry Learning in Multi-User Virtual Environments,


(Harvard Graduate school of Education) h.1

Dr. Armai Arief, M.A. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h. 135

Dra. Roestiyah N.K. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),
Cet. 7, h. 75

Drs. Isjoni, M.Si, dkk. Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia Malaysia,


(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. I, h. 143-145

63
64

Drs. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,(Bandung: PT Remaja


Rosdakarya). Hal. 35-36

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2006), hal. 132

E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2005). Cet. 3, h 108

Hasibuan dan Moejiono, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Remaja Rosda
Karya, 2004), h. 13

Herfis, ”Pembelajaran Inkuiri,” artikel diakses pada tanggal 22 Oktober 2009 dari
http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html.

Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan


Madani, 2008) h. 91

I Kade suardana, Penilaian Portopolio dalam Pembelajaran Fisika Berbasis


Inquairi Terbimbing di SMP Negeri 2 Singaraja. (Jurnal penelitian dan
pengembangan pendidikan, desember 2007)

I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi, Pengaruh Model pembelajaran dan Penalaran
Formal terhadap Penguasaan konsep Fisika dan Sikap Imiah siswa SMA
Negeri 4 Singaraja (Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan)
h.19

Ign. Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, (Yogyakarta:


Kanisius, 1995), hal. 189

Iskandarwassid, Mpd. Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2008) h. 5

Jeni Wilson and kath Murdoch, artikel diakses dari http:// ss.uno.edu//SS/
TeachDevel/ Teachmethods/Inquirymethod. Html

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung


Persada Press, 2005) h.97

Muhaibin Syah, Psikologi Pendidikan , (Bandung:PT Remaja Rosdkarya, 1997)


h.189

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet.
1, hal.131-138
65

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-9 h. 92
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2008), Cet. XI, hal. 22

Nglim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bamdung: PT Remaja Rosdakarya,


1990), Cet. 5, hal. 102

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : PT.


Rineka Cipta, 1995),Cet. Ke-3

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009) h. 186

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi (Jakarta:


Bumi Aksara, 2005), h.117 – 121.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.


Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-12 h 130

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta:


Bumi Aksara, 2003), h. 123.

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2002),


Cet. 11, h.232

Susilo, Inquiry in English For Young Learners Class: Enhancing Children’s


Creativity and Critical Thinking. (Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran,
ISSN 0215 9341, Februari 2004) h. 35

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek , (Jakarta:


Prestasi Pustaka Publisher, 2007)

Triatno, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik


“Konsep, Landasn Teoritis-Praktis dan Implementasinya”,(Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), cet. 1, h. 136

Weil, Marsha. Personal Models of Teaching, (Prntice-Hall, inc., Englewood


Cliffs, New Jersey) h. 2

Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta:


Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.
22 – 23.

Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan lingkungan, (jakarta:
Kizi Brother’s, 2006) h. 76
66

Lampiran 1

Kisi-kisi Instrumen Tes

Pokok Kompetensi Indikator Aspek yang diukur Jumlah


bahasan dasar C1 C2 C3 C4 soal
Gerak Lurus 1. mendeskipsikan hubungan antara 1 2,3 4,5 6 6
Beraturan kelajuan dan kecepatan

Menganalisis 2. mendeskripsikan hubungan antara 7 8 9,10 11,12 6


besaran fisika percepatan dan perlajuan
pada gerak
Gerak Lurus 1. menganalisis hubungan antara 13,14 15, 16 17 18,19 7
dengan perpindahan, kecepatan dan waktu
Berubah kecepatan dan
Beraturan percepatan 2. menganalisis hubungan antara 20,21 22 23,24 25,26 6
konstan perpindahan percepatan dan waktu

Gerak Jatuh 1. menunjukan gerak vertikal keatas 27,28 29 30,31 32,33 7


Bebas
2. menunjukan gerak vertikal kebawah 34 35,36 37,38 39, 40 7
Jumlah soal 9 9 11 11 40
67

Sekolah : SMK Bakti Idhata


Mata Pelajaran : Fisika
Jumlah Soal : 40 Butir
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik
Aspek yang
Sub Konsep Indikator Butir Soal Jawaban
diukur
GLB Menjelaskan pengertian 1. Sebuah mobil bergerak dengan lintasan menurut garis E (C1)
gerak lurus beraturann lurus dengan kecepatan konstan gerak yang dilakukan
mobil itu adalah….
a. Vertical c. lurus dipercepat e. lurus beraturan
b. jatuh bebas d. melingkar
Menjelaskan pengertian 2. Jika suatu benda yang kecepatannya bertambah atau B (C1)
berkurang, atau arahnya berubah maka benda tersebut
percepatan
dikatakan mengalami ....
a. perlajuan c. Kecepatan e. perpindahan
b. percepatan d. kelajuan
Menjelaskan persamaan 3. Persamaan yang menghubungkan antara jarak, B (C2)
yang menghubungkan kecepatan dan waktu adalah….
antara jarak kecepatan a. v = ½ (vo + v) c. s = vot + ½ at2
dan waktu. b. s = ½ (vo + v) t d. v = vo + at
e. v2 = vo2 + 2 s
Menjelaskan persamaan 4. Jika kecepatan awal benda vo dan berubah menjadi v D (C2)
percepatan dalam bentuk selama interval waktu t, maka percepatannya ...
matematis. v v
a. s = vt c. a = − 0 e. v = v 0 + at
t1 t 0
s −s v − v0
b. v = 2 1 d. a =
t 2 − t1 t
Menjelaskan gerak lurus 5. Jika benda bergerak lurus beraturan, maka …. D (C2)
beraturan a. Kecepatan dan percepatan berubah
b. Kecepatannya tetap, tetapi percepatannya berubah
68

c. Kecepatannya nol dan percepatannya tetap


d. Kecepatannya tetap dan percepatannya nol
e. Tidak punya kecepatan
Menentukan jarak 6. Sebuah mobil bergerak dengan kelajuan tetap sebesar B (C3)
dengan kelajuan tetap. 80 km/jam. Jarak yang ditempuh mobil dalam waktu 5
menit adalah….
a. 34 km c. 2,4 km e. 1,4 km
b. 6,67 km d. 24 km
Menentukan kelajuan 7. kelajuan rata-rata sebuah sepeda yang menempuh jarak D (C3)
rata-rata sebuah benda. 12 km dalam waktu 40 menit adalah ....
a. 0,3 km/jam c. 10 km/jam e. 48 km/jam
b. 8 km/jam d. 18 km/jam
Menentukan percepatan 8. Tentukanlah percepatan yang dialami kreta api bila Belum (C3)
sebuah benda. kecepatannya berubah sebesar 108 km/jam dalam
selang waktu 2 menit …
a. 0,5 m/s c. 0,25 m/s e. 0,1 m/s
b. 0,35 m/s d. 0,2 m/s
Menentukan jarak yang 9. sebuah mobil mengalami gerak dengan percepatan 6 A (C3)
ditempuh benda dengan m/s2 dari keadaan diam. Jarak yang ditempuh dalam 1
percepatan tertentu. s pertama adalah ....
a. 3 m c. 18 m e. 72 m
b. 6 m d. 36 m
Menganalisis besar 10. Sebuah mobil bergerak sepanjang lintasan lurus, mula- B (C4)
kelajuan rata-rata mula dengan kelajuan 4 m/s selama 10 s lalu berubah
sebuah benda yang menjadi 8 m/s selama 5 s dan berubah lagi menjadi 10
bergerak berubh-ubah m/s selama 5 s pula. Berapakah kelajuan rata-rata
mobil itu selama 20 s pertama?
a. 6,0 ms-1 c. 7,3 ms-1 e. 22 ms-1
b. 6,5 ms-1 d. 5,5 ms-1
Menganalisis waktu 11. sebuah balok meluncur dari keadaan diam menuruni C (C4)
yang dibutuhkan benda bidang miring licin yang panjangnya 24,5 m dengan
yang bergerak dengan percepatan konstan 4 m/s2. berapa lama balok itu akan
percepatan konstan sampai didasar bidang miring?
69

a. 2 s c. 3,5 s e. 9 s
b. 3 s d. 4,5 s
Menganalisis grafik 12. Pada grafik di bawah berapakah besar kecepatan rata- A (C4)
hubungan antara rata benda-benda?
kecepatan dan waktu

a. 5 ms-1 c. 15 ms-1 e. 2 ms-1


b. 10 ms-1 d. 20 ms-1
GLBB Menjelaskan definisi 13. gerak suatu benda pada lintasan garis lurus dengan B (C1)
gerak lurus berubah percepatan tetap adalah definisi dari ....
beraturan a. gerak lurus beraturan
b. gerak lurus berubah beraturan
c. gerak vertikal keatas
d. gerak vertikal kebawah
e. gerak jatuh bebas
Menjelaskan grafik 14. pada grafik antara kecepatan dan waktu, gerak suatu B (C1)
antara kecepatan dan mobil yang bergerak dengan percepatan konstan
waktu sebesar 2 m/s2 akan tampak sebagai ....
a. garis lurus horizontal
b. garis lurus miring ke kanan atas
c. garis lurus miring ke kanan bawah
d. garis lengkung
e. garis vertikal.
Menjelaskan grafik 15. pada grafik antara jarak dan waktu, suatu garis lurus A (C1)
antara jarak dan waktu horizontal berkaitan dengan gerak pada....
a. kelajuan nol c. kelajuan naik e. kelajuan berubah
b. kelajuan konstan d. kelajuan turun
70

Menjelaskan definisi 16. Perpindahan didefinisikan sebagai … C (C1)


perpindahan a. panjang lintasan yang ditempuh benda pada waktu
tertentu
b. perubahan posisi dengan adanya perubahan waktu
c. jarak antara dua benda
d. perubahan letak benda
e. hasil kali laju dengan waktu
Merumuskan hubungan 17. Rumus yang melibatkan hubungan antara perpindahan, D (C2)
antara perpindahan, percepatan dan waktu adalah ….
percepatan dan waktu . a. s = ½ (vo + v) t c. v = vo + at e. v = vo - gt
2
b. s = vot + ½ at d. a = (v – vo)/ t
Merumuskan hubungan 18. Rumus yang melibatkan perpindahan, kecepatan dan E (C2)
antara perpindahan, waktu adalah …
kecepatan dan waktu. a. s = ½ (vo + v) t c. v = vo + at e. v = vo - gt
2
b. s = vot + ½ at d. a = (v – vo)/ t
Memahami perbedaan 19. Sebuah benda mula-mula diam di titik P, lalu bergerak E (C2)
jarak dan perpindahan ke titik R melalui Q seperti pada gambar di bawah.
benda. Setelah sampai di R benda kembali ke Q dan berhenti
di sana.

Tentukan yang manakah yang merupakan jarak


tempuh benda dan yang mana pula yang merupakan
perpindahan benda!
a. PR dan PQR c. PRQ dan PQ e. PQ dan RQ
b. PQR dan PQ d. PR dan PRQ
Menentukan percepatan 20. Seorang bersepeda di jalan raya dengan kecepatan 8 C (C3)
sbeuah benda yang m/s, orang tersebut kemudian berhenti mengayuh
diperlambat. sepedanya 24 detik kemudian sepeda berhenti,
tentukanlah percepatan orang tersebut!
a. -0,33 m/s c. -0,25 m/s e. 0,66 m/s
b. 0,33 m/s d. 0,50 m/s
Menentukan waktu 21. waktu yang diperlukan oleh sebuah mobil yang C (C3)
untuk merubah bergerak dengan percepatan 2 m/s2 untuk mengubah
71

kecepatan kecepatannya dari 10 m/s menjadi 30 m/s adalah ....


a. 10 s c. 40 s e. 600 s
b. 20 s d. 400 s
Menentukan jarak 22. Speda motor bergerak dengan percepatan konstan B (C3)
sebuah benda dengan sebesar 4 m/s. berapa jarak tempuh setelah bergerak 6
percepatn konstan. sekon bila kecepatan awal sepeda motor tersebut
adalah 4 m/s
a. 60 m c. 80 m e. 96 m
b. 72 m d. 90 m
Menganalisis kecpatan 23. Bis berangkat darti kota A pada jam 19.00 dan sampai C (C4)
rata-rata sebuah benda. di kota B jam 04.00 keesokan harinya. Dalam
perjalanan bis tersebut istirahat selama 1 jam.
Berapakah kecepatan rata-rata mobil tersebut bila jarak
kota A dan B adalah 360 km?
a. 30 km/jam c. 40 km/jam e. 50 km/jam
b. 35 km/jam d. 45 km/jam
Menganalisis kecepatan 24. Pada sebuah garis lurus, sebuah benda mula-mula A (C4)
rata-rata sbuah benda berada di A lalu bergerak ke kanan menuju C seperti
dalam waktu yang pada gambar di bawah
ditentukan.

Bila setelah sampai di C benda kembali ke B dan


berhenti di sana, serta waktu yang diperlukan benda
untuk menjalani keseluruhan proses tersebut selama 20
s. Hitung besar kecepatan rata-rata benda itu!
a. 1 ms-1 c. 2 ms-1 e. 0,25 ms-1
b. 1,5 ms-1 d. 0,75 ms-1
Menganalisis besar jarak 25. sebuah mobil bergerak dengan kecepatan awal 50 m/s A (C4)
tempuh benda yang dan percepatan 4 m/s2. dalam 10 detik pertama, mobil
mengalami percepatan menempuh jarak ....
pada selang waktu a. 200 m c. 700 m e. 1200 m
tertentu. b. 500 m d. 900 m
72

Menganalisis besar 26. seorang pengendara sepeda melajukan sepedanya E (C4)


percepatan rata-rata kearah timur dengan kecepatan 24 m/s selama 8 s, dan
benda pada selang kemudian belok ke selatan dengan kecepatan 10 m/s
waktu tertentu selama 5 s. Percepatan rata-rata pengendara sepeda
selama perjalanannya adalah ....
a. 1 m/s2 c. 4,7 m/s2 e. 8,7 m/s2
2 2
b. 2 m/s d. 6,3 m/s
Gerak Jatuh Menjelaskan percepatan 27. percepatan sebuah batu yang dilempar keatas adalah ... A (C1)
sebuah batu yang a. lebih besar dibandingkan bila dilempar ke bawah
Bebas
bergerak ke atas b. sama dengan bila dilempar kebawah
c. lebih kecil dibandingkan bila dilempar kebawah
d. nol hingga mencapai titik trtinggi
e. berubah-ubah
Menjelaskan contoh 28. Diantara gerak benda berikut, manakah yang dianggap B (C1)
gerak vertikal keatas. sebagai gerak lurus diperlambat?
a. batu dilempar ke atas
b. menuruni lereng yang miring
c. terjun bebas
d. batu dilempr ke bawah
e. meteor jatuh ke bumi
Menjelaskan gerak 29. Benda dijatuhkan dari atas sebuah menara, maka D (C1)
vertikal kebawah. benda tersebut akan melakukan ….
a. gerak lurus beraturan
b. gerak dipercepat
c. gerak diperlambat
d. gerak dengan kecepatan tetap
e. gerak parabola
Membandingkan gerak 30. sebuah batu dilempar kebawah dengan kecepatan awal E (C2)
jatuh dua buah benda v dari suatu atap. Pada waktu yang sama batu lain
dengan kecepatan yang identik dijatuhkan dari tempat yang sama. Maka
tertentu . kedua batu tersebut ...
a. mencapai bumi pada waktu yang sama
b. mempunyai kecepatan yang sama ketika mencapai
73

bumi
c. mempunyai percepatan yang sama ketika
mencapai bumi
d. mempunyai percepatan yang berbeda ketika
mencapai bumi
e. tidak ada jawaban yang benar
Menjelaskan gerak 31. dibawah ini rumus yang berlaku untuk gerak vertikal C (C2)
vertikal keatas dalam keatas adalah ....
bentuk matematis a. h = ½ gt2 c. h = vot + ½ gt2 e. h = vot – gt2
b. v2 = 2gh d. v = vo + gt
Memahami gerak 32. dibawah ini adalah rumus yang berlaku untuk gerak D (C2)
vertikal kebawah dalam vertikal kebawah, kecuali ...
bentuk matematis a. h = vot + ½ gt2 c. v = vo + gt e. v2 = vo2 + 2gh
b. h = ½ (vo + v) t d. v = vo – gt
Menentukan waktu yang 33. suatu roda jatuh dari pesawat terbang yang sedang D (C3)
dibutuhkan benda saat terbang horizontal pada ketinggian 490 m. Roda
menyentuh tanah pada mencapai bumi dalam waktu .... (g = 9,8 m/s2)
gerak jatuh bebas a. 10 s c. 60 s e. 100 s
b. 50 s d. 80 s
Menentukan waktu pada 34. sebuah bola yang dilempar vertikal ke atas dengan D (C3)
gerak vertikal keatas. kecepatan awal 80 m/s akan mengalami gerak naik
sekitar .... (g = 9,8 m/s2)
a. 2,5 s c. 6 s e. 10 s
b. 5 s d. 7,5 s
Menentukan ketinggian 35. Sebuah benda dijatuhkan dari ujung sebuah menara D (C3)
sebuah tempat dengan tanpa kecepatan awal, setelah 2 detik benda sampai di
mengetahui kecepatan tanah (g = 10 ms) tinggi menara tersebut adalah ….
awal dan waktunya. a. 40 m c. 20 m e. 10 m
b. 25 m d. 15 m
Menentukan ketinggian 36. Sebuah batu dilempar vertical keatas dengan kecepatan A (C3)
maksimum pada gerak 10 m/s. ketinggian maksimum yang dicapai batu
vertikal keatas. adalah …
a. 1 m c. 10 m e. 100 m
74

b. 5 m d. 20 m
Menganalisis waktu dan 37. sebuah batu dijatuhkan dari menara setinggi 30 m, A (C4)
kecepatan sebuah benda berapa waktu yang diperlukan untuk mencapai bumi
pada gerak jatuh bebas dan pada kecepatan berapa .... (g = 9,8 m/s2)
a. 5,3 s dan 51,9 m/s
b. 6,1 s dan 59,8 m/s
c. 7,5 s dan 73,5 m/s
d. 8 s dan 78,4 m/s
e. 9,6 s dan 94 m/s

.Menganalisis kecepatan 38. Sebuah benda bermassa 4 kg jatuh bebas dari D (C4)
benda ketika mencapai ketinggian 62,5 m. jika percepatan gravitasi bumi g =
tanah pada gerak jatuh 9,8 m/s. ketika menumbuk tanah, kecepatan benda
bebas. sama dengan ….
a. 14 m/s c. 25 m/s e. 55 m/s
b. 20 m/s d. 35 m/s
Menganalisis 39. dua bola dilempar vertikal ke atas, bola pertama D (C4)
perbandingan kecepatan dengan kecepatan awal dua kali kecepatan awal bola
dua buah benda yang kedua. Bola yang kecepatan awalnya lebih besar akan
bergerak vertikal keatas. mencapai ketinggian ..... kali ketinggian bola yang
lain.
a. √2 kali c. 3 kali e. 8 kali
b. 2 kali d. 4 kali
Menganalisis besar laju 40. Seorang anak melempar sebuah bola vertikal keatas C (C4)
sebuah benda yang dari atas gedung yang tingginya 12 m dengan kelajuan
dilempar vertikal keatas. awal 6 m/s. Untuk gerak mulai dari tangan hingga
ketanah, tentukan kelajuan bola saat akan menyentuh
tanah. (g = 9,8 m/s2)
a. 12,5 m/s c. 14,5 m/s e. 16,5 m/s
b. 13,5 m/s d. 15,5 m/s
75

Lampiran 2
Kisi-kisi Instrumen Nontes
Lembar Observasi Inkuiri
Tahap-tahap Skor
No Indikator
pembelajaran < 50 % ≥ 50%
1 Tahap 1 1. Siswa memahami tujuan pembelajaran

Orientasi siswa 2. Siswa menunjukkan minat dan motivasi terhadap masalah yang disajikan.

pada masalah 3. Siswa memahami masalah yang disajikan

2 Tahap 2 1. Mendefinisikan tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah-masalah

Mengorganisasikan yang disajikan.

siswa untuk 2. Mulai merencacakan pemecahan masalah secara bersama-sama dalam

belajar kelompoknya.

3 Tahap 3 1. Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber sebagai persiapan pemecahan

Membimbing masalah.

penyelidikan 2. Melakukan penyelidikan dalam upaya pemecahan masalah.

individu maupun 3. Saling bertukar informasi dengan teman dalam kelompoknya.

kelompok 4. Tidak merasa bosan dengan pelatihan yang diberikan


5. Mengumpulkan tugas (laporan penyelidikan) dengan baik dan tepat waktu
76

4 Tahap 4 1. Menunjukkan pemahaman terhadap materi pelajaran dengan merespons

Memeriksa pertanyaan guru dengan benar


pemahaman siswa 2. Menerima umpan balik yang diberikan guru.
dan memberikan 3. Lebih memusatkan perhatiannya pada proses bukan pada hasil.
umpan balik
5 Tahap 5 1. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap hasil kerja kelompoknya dalam

Menganalisis dan pemecahan masalah.

mengevaluasi 2. Membandingkan hasil kerja pemecahan masalahnya dengan pemecahan

proses pemecahan masalah yang diinformasikan guru atau pemecahan masalah yang dilakukan

masalah kelompok lain.


3. Menyimpulkan hasil pembelajaran berdasarkan pada hasil penyelidikan yang
dilakukan oleh semua kelompok.

Keterangan:
< 50 % = jumlah siswa melakukannya kurang dari setengah dari jumlah yang diharapkan.
> 50 % = jumlah siswa melakukannya lebih dari atau sama dengan setengah dari jumlah yang diharapkan.
77

Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Kelas Eksperimen)

Nama Sekolah : SMK BAKTI IDHATA


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/1
Materi Pokok : Kinematika Gerak Lurus

A. Standar Kompetensi :
Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda
titik
B. Kompetensi Dasar :
Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan
konstan
C. Materi / Konsep :
Besaran-besaran Pada Gerak Lurus
D. Indikator :
• Mampu mendefinisikan pengertian gerak
• mendeskipsikan hubungan antara kelajuan dan kecepatan
• mendeskripsikan hubungan antara percepatan dan perlajuan
E. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu:
Peserta didik dapat:
1. Menjelaskan pengertian gerak.
2. Memformulasikan perumusan persamaan gerak.
3. Siswa dapat merumuskan persamaan gerak yang dilakukan oleh suatu benda.
4. Menerapkan prinsip GLB pada masalah fisika sehari- hari.
5. Menjelaskan dan memformulasikan GLB.
6. Menganalisis grafik gerak lurus dengan kecepatan konstan.
7. Menjelaskan hubungan antara perpindahan kecepatan dan waktu serta
memformulasikan persamaannya.
78

8. Menyimpulkan karakteristik gerak lurus beraturan melalui percobaan dan


pengukuran besaran-besaran terkait.
9. Menentukan gerak pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari.
F. Alokasi Waktu :
12 jam pelajaran (12 × 45 menit)
6 pertemuan
G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran
Inkuiri
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
Pengantar pembelajaran
Pretest
Pertemuan Ke-2
No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan Memulai pembelajaran dengan mengucapkan Menjawab salam dan absensi.
salam dan melakukan absensi siswa.
Bertanya tentang Gerak secara singkat dengan Menjawab pertanyaan guru
cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada berkaitan dengan materi yang
siswa. Misalnya dengan mengatakan “apa ditanyakan yaitu tentang gerak.
yang dimaksud dengan gerak?”
Menjelaskan peta konsep. Menyimak dan mencatat.
Menjelaskan materi tentang pengertian gerak Menyimak dan mencatat.
dan kedudukan.
2 Mengajukan Memimpin pembagian siswa dalam kelompok Berkumpul bersama dan
pertanyaan Menyajikan permasalahan yang akan dijadikan memilih ketua kelompoknya
atau masalah bahan pengamatan selama pembelajaran yaitu Menyimak dan mencatat.
tentang Gerak Lurus Beraturan.
Membagikan lembar kerja siswa kepada setiap Memahami langkah-langkah
kelompok kerja LKS.
3 Membuat Memberikan kesempatan kepada siswa untuk Berdiskusi untuk membuat
hipotesis brtukar pendapat dalam membentuk hipotesis. hipotesis.
Membimbing siswa dalam menentukan
hipotesis yang releven dengan permasalahan
dan memprioritaskan hipotesis mana yang
menjadi prioritas penyelidikan.
4 Merancang Memberikan kesempatan pada siswa untuk Menyimak penjelasan guru
percobaan menentukan langkah-langkah yang sesuai tentang cara pemecahan
dengan hipotesis yang akan dilakukan. masalah yang disarankan dan
Membimbing siswa mengurutkan langkah- membandingkannya dengan
langkah percobaan. pemecahan masalah yang
dilakukan kelompoknya.
5 Melakukan Membimbing siswa mendapatkan informasi Melakukan percobaan untuk
percobaan melalui percobaan. memecahkan masalah.
untuk
memperolah
informasi
6 Mengumpul Memberikan kesempatan pada setiap Mempresentasikan hasil
79

kan dan kelompok untuk menyampaikan hasil pemecahan masalah yang


menganalisis pengolahan data yang terkumpul. dilakukan kelompoknya di
data depan kelas.

7 Membuat Membimbing siswa dalam membuat Menyimpulkan hasil percobaan


kesimpulan kesimpulan
8 Penutupan Menyimpulkan materi pembelajaran dan Menyimak dan mencatat yang
memberikan stimulus kepada siswa untuk diperlukan.
mengerjakan tugas penyelidikannya.
Memberikan pekerjaan rumah yang berkaitan
dengan materi berikutnya. Mencatat dan merencanakan
Menutup pembelajaran dengan mengucapkan pengerjaan PR tersebut.
salam.
Menjawab salam.

I. Sumber Pembelajaran
Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka gama,
2006.
J. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
K. Penilaian
Tes uraian.
1. Sebuah mobil bergerak 60 km ke arah timur, kemudian berbalik menempuh
jarak 20 km ke arah barat. Tentukan:
a. Jarak total yang ditempuh mobil,
b. Perpindahan mobil dari kedudukan semula.
Penyelesaian:
O B A
40 20
a. Jarak total yang ditempuh mobil adalah keseluruhan lintasan baik dari O ke
A maupun dari A ke B.
SOB = SOA + SAB = 60 km + 20 km = 80 km
b. Perpindahan lebih menitikberatkan pada kedudukan awal dan akhir dari suatu
gerakan. Dalam hal ini kedudukan awal mobil ada di titik O dan kedudukan
akhir berada di titik B. maka perpindahan mobil adalah panjang ruas garis OB
arah ke kanan.
SOB = SOA – SAB = 60 km + (-20 km) = 40 km ke arah timur
80

2. Apabila batas kelajuan maksimum jalan raya ditingkatkan dari 80 km/jam


menjadi 100 km/jam, berapa perbedaan waktu yang diperlukan utuk menempuh
jarak 100 km?
Penyelesaian:
Pada v1 = 80 km/jam, waktu yang diperlukan adalah t1 = x/v1
pada v2 = 100 km/jam, waktu yang diperlukan adalah t2 = x/v2
Δt = t1 – t2 = x/v1 – x/v2 = 100 km/jam / 80km/jam – 100 km/jam / 100 km/jam
= 0,25 jam
Jadi perbedaan waktu yang diperlukan dalam stuan menit adalah
Δt = (0,25 jam)(60 menit) = 15 menit
81

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


(Kelas Eksperimen)

Nama Sekolah : SMK BAKTI IDHATA


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/1
Materi Pokok : Kinematika Gerak Lurus

A. Standar Kompetensi :
Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda
titik
B. Kompetensi Dasar :
Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan
konstan
C. Materi / Konsep :
Besaran-besaran Pada Gerak Lurus
D. Indikator :
• menganalisis hubungan antara perpindahan, kecepatan dan waktu
• menganalisis hubungan antara perpindahan percepatan dan waktu
E. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu:
Peserta didik dapat:
1. Memformulasikan persamaan GLBB.
2. Menentukan GLBB pada masalah fisika sehari- hari.
3. menganalisis grafik gerak lurus dengan percepatan konstan.
4. Menyimpulkan karakteristik gerak lurus berubah beraturan melalui percobaan
dan pengukuran besaran-besaran terkait.
F. Alokasi Waktu :
12 jam pelajaran (12 × 45 menit)
6 pertemuan
G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran
Inkuiri
82

H. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan Ke-3
No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan Memulai pembelajaran dengan mengucapkan Menjawab salam dan absensi.
salam dan melakukan absensi siswa.
Bertanya tentang materi sebelumnya yaitu Menjawab pertanyaan guru
Gerak Lurus secara singkat dengan cara berkaitan dengan materi yang
mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. ditanyakan yaitu tentang
Misalnya dengan menanyakan “apa yang gerak lurus beraturan.
dimaksud dengan gerak lurus beraturan?”
Memeriksa pekerjaan rumah siswa yang Mengumpulkan pe-kerjaan
diberikan pada pertemuan sebelumnya. rumahnya dan menjawab
Memeriksa perkembangan penyelidikan pertanyaan guru berkaitan
masalah yang diberikan pada per-temuan dengan hal itu.
pertama Melaporkan perkembangan
penyelidikannya dan
menanyakan kesulitan yang
ditemukan.
2 Mengajukan Memimpin pembagian siswa dalam kelompok Berkumpul bersama dan
pertanyaan Menyajikan permasalahan yang akan dijadikan memilih ketua kelompoknya
atau masalah bahan pengamatan selama pembelajaran yaitu Menyimak dan mencatat.
tentang Gerak Lurus Berubah Beraturan.
Membagikan lembar kerja siswa kepada setiap Memahami langkah-langkah
kelompok kerja LKS.
3 Membuat Memberikan kesempatan kepada siswa untuk Berdiskusi untuk membuat
hipotesis brtukar pendapat dalam membentuk hipotesis. hipotesis.
Membimbing siswa dalam menentukan
hipotesis yang releven dengan permasalahan
dan memprioritaskan hipotesis mana yang
menjadi prioritas penyelidikan.
4 Merancang Memberikan kesempatan pada siswa untuk Menyimak penjelasan guru
percobaan menentukan langkah-langkah yang sesuai tentang cara pemecahan
dengan hipotesis yang akan dilakukan. masalah yang disarankan dan
Membimbing siswa mengurutkan langkah- membandingkannya dengan
langkah percobaan. pemecahan masalah yang
dilakukan kelompoknya.
5 Melakukan Membimbing siswa mendapatkan informasi Melakukan percobaan untuk
percobaan melalui percobaan. memecahkan masalah.
untuk
memperolah
informasi
6 Mengumpul Memberikan kesempatan pada setiap kelompok Mempresentasikan hasil
kan dan untuk menyampaikan hasil pengolahan data pemecahan masalah yang
menganalisis yang terkumpul. dilakukan kelompoknya di
data depan kelas.

7 Membuat Membimbing siswa dalam membuat kesimpulan Menyimpulkan hasil


kesimpulan percobaan
8 Penutupan Menyimpulkan materi pembelajaran dan Menyimak dan mencatat yang
memberikan stimulus kepada siswa untuk diperlukan.
mengerjakan tugas penyelidikannya.
Memberikan pekerjaan rumah yang berkaitan
dengan materi berikutnya. Mencatat dan merencanakan
Menutup pembelajaran dengan mengucapkan pengerjaan PR tersebut.
83

salam.
Menjawab salam.

I. Sumber Pembelajaran
Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka gama,
2006.
J. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
K. Penilaian
Tes uraian
1. Sebuah mobil memiliki kecepatan awal 20 m/s dan mengalami percepatan -1
m/s. tentukan kecepatan mobil setelah 10 s dan 50 s.
Penyelesaian:
V (t = 10) = vo + at = 20 m/s + (-1 m/s2)(10 s) = 20 m/s – 10 m/s = 10 m/s
V (t = 50) = vo + at = 20 m/s + (-1 m/s2)(50 s) = 20 m/s – 50 m/s = - 30 m/s

2. Pada saat kereta api bergerak dengan kelajuan 30 m/s, masinisnya melakukan
pengereman karena menerima sinyal informasi. Dalam waktu 75 s kemudian,
masinis menerima sinyal kedua. Jarak tempuh ketika masinis menerima sinyal
pertama dan kedua adalah 1,5 km. tentukan kelajuan kereta pada saat menerima
sinyal kedua.
Penyelesaian:
Kelajuan awal, vo = 30 m/s
Jarak tempuh, s = 1,5 km = 1500 m
Waktu tempuh, t = 75 s
Jawab
S = (vo + v /2) t
2S = (vo + v) t
2s/t = vo + v
Maka kelajuan akhir,
V = 2s/t – vo = 2(1500 m)/ 75 s – 30 m/s
= 40 m/s – 30 m/s
= 10 m/s
84

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


(Kelas Eksperimen)

Nama Sekolah : SMK BAKTI IDHATA


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/1
Materi Pokok : Kinematika Gerak Lurus

A. Standar Kompetensi :
Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda
titik
B. Kompetensi Dasar :
Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan
konstan
C. Materi / Konsep :
Besaran-besaran Pada Gerak Lurus
D. Indikator :
• Mampu mendefinisikan pengertian gerak vertikal
• menunjukan gerak vertikal keatas
• menunjukan gerak vertikal kebawah
E. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu:
Peserta didik dapat:
1. Memformulasikan persamaan gerak vertikal.
2. Mengetahui gerak apa saja yang termasuk gerak vertikal pada kehidupan sehari-
hari.
3. Menentukan gerak vertikal dan aplikasinya pada kejadian dalam kehidupan
sehari-hari.
F. Alokasi Waktu :
12 jam pelajaran (12 × 45 menit)
6 pertemuan
G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran
85

Inkuiri
H. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan ke-4
No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan Memulai pembelajaran dengan mengucapkan Menjawab salam dan absensi.
salam dan melakukan absensi siswa.
Bertanya tentang materi sebelumnya tentang Menjawab pertanyaan guru
Gerak Lurus Berubah Beraturan secara singkat berkaitan dengan materi yang
dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan ditanyakan yaitu tentang gerak
kepada siswa. Misalnya dengan mengatakan lurus berubah beraturan.
“apa yang dimaksud dengan gerak lurus
berubah beraturan?”
Memeriksa pekerjaan rumah siswa yang Mengumpulkan pe-kerjaan
diberikan pada pertemuan sebelumnya. rumahnya dan menjawab
Memeriksa perkembangan penyelidikan pertanyaan guru berkaitan
masalah yang diberikan pada pertemuan dengan hal itu.
pertama. Melaporkan perkembangan
penyelidikannya dan
menanyakan kesulitan yang
ditemukan.
2 Mengajukan Memimpin pembagian siswa dalam kelompok Berkumpul bersama dan
pertanyaan Menyajikan permasalahan yang akan dijadikan memilih ketua kelompoknya
atau masalah bahan pengamatan selama pembelajaran yaitu Menyimak dan mencatat.
tentang Gerak Vertikal.
Membagikan lembar kerja siswa kepada setiap Memahami langkah-langkah
kelompok kerja LKS.
3 Membuat Memberikan kesempatan kepada siswa untuk Berdiskusi untuk membuat
hipotesis brtukar pendapat dalam membentuk hipotesis. hipotesis.
Membimbing siswa dalam menentukan
hipotesis yang releven dengan permasalahan
dan memprioritaskan hipotesis mana yang
menjadi prioritas penyelidikan.
4 Merancang Memberikan kesempatan pada siswa untuk Menyimak penjelasan guru
percobaan menentukan langkah-langkah yang sesuai tentang cara pemecahan
dengan hipotesis yang akan dilakukan. masalah yang disarankan dan
Membimbing siswa mengurutkan langkah- membandingkannya dengan
langkah percobaan. pemecahan masalah yang
dilakukan kelompoknya.
5 Melakukan Membimbing siswa mendapatkan informasi Melakukan percobaan untuk
percobaan melalui percobaan. memecahkan masalah.
untuk
memperolah
informasi
6 Mengumpulk Memberikan kesempatan pada setiap Mempresentasikan hasil
an dan kelompok untuk menyampaikan hasil pemecahan masalah yang
menganalisis pengolahan data yang terkumpul. dilakukan kelompoknya di
data depan kelas.

7 Membuat Membimbing siswa dalam membuat Menyimpulkan hasil


kesimpulan kesimpulan percobaan
8 Penutupan Menyimpulkan materi pembelajaran dan Menyimak dan mencatat yang
memberikan stimulus kepada siswa untuk diperlukan.
mengerjakan tugas penyelidikannya.
86

Memberikan pekerjaan rumah yang berkaitan Mencatat dan merencanakan


dengan materi berikutnya. pengerjaan PR tersebut.
Menutup pembelajaran dengan mengucapkan
salam. Menjawab salam.

Pertemuan Ke-5
Diskusi kelas dengan presentasi setiap kelompok tentang hasil percobaan dan
pemecahan masalah yang telah dilakukan.
Review secara keseluruhan tentang Gerak Lurus.
Pertemuan Ke-6
Posttest.
I. Sumber Pembelajaran
Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka gama,
2006.
J. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
K. Penilaian
Tes uraian
1. Sebuah batu dijatuhkan dari puncak gedung setinggi 20 m. Berapa waktu yang
diperlukan untuk mencapa tanah dan pada kecepatan berapa? (g = 10 m/s2)
Penyelesaian:
Ketinggian gedung, h = 20 m.
Percepatan gravitasi, g = 10 m/s2
h = ½ gt2
t = akar 2h/g = akar 2 (20 m)/ 10 m/s2 = 2s
kecepatan akhir, v = gt = (10 m/s2)(2s) = 20 m/s
2. Seorang atlet peloncat indah akan melakukan loncatan setinggi 8 m dari
permukaan air kolam renang. Jika pada saat ia lepas dari papan tumpuan
kelajuan ke bawahnya sebesar 6 m/s, tentukan kelajuan saat akan menyentuh air.
(g = 10 m/s2)
Penyelesaian
Kelajuan awal, vo = 6 m/s Ketinggian, h = 8 m
Kelajuan saat akan menyentuh air,
V2 = vo2 + 2gh
= (6 m/s)2 + 2 (10 m/s2)(8 m) = 36 m2/s2 + 160 m2/s2 = 196 m2/s2
V = akar 196 m2/s2 = 14 m/s
87

LEMBAR KERJA SISWA


(Inkuiri 01)
Tujuan
mengetahui pengertian gerak pada benda

Permasalahan
PENGERTIAN GERAK
Alat dan bahan : tiga buah benda yang diberi nama A, B, dan C.
Cara kerja :
4. letakan ketiga benda A, B, dan C pada jarak yang sama, yaitu = 20 cm.
5. hubungkan benda A dan B dengan tali, ukur jarak A-B, B-C, dan A-C.
Jarak A-B = . . . . . . . cm, Jarak B-C = . . . . . . . cm, Jarak A-C = . . . . . . . cm.
6. tariklah benda A ke kanan, kemudian ukur kembali jarak A-B, B-C, dan A-C.
Jarak A-B = . . . . . . . cm, Jarak B-C = . . . . . . . cm, Jarak A-C = . . . . . . . cm.
7. berubahkah kedudukan A terhadap B, kedudukan B terhadap C, dan kedudukan A terhadap
C?
8. kedudukan A terhadap B : . . . . . . . . . . .
kedudukan B terhadap C : . . . . . . . . . . .
kedudukan A terhadap C : . . . . . . . . . . .

A B C

9. berdasarkan definisi gerak, manakah benda yang dikatakan bergerak? Mengapa demikian?
Tugas

Kesimpulan apa yang dapat kamu ambil dari kegiatan di atas?


88

LEMBAR KERJA SISWA


(Inkuiri 02)
Tujuan
Menentukan kelajuan rata-rata

Permasalahan

Menentukan kelajuan rata-rata


Alat dan Bahan : meteran dan stopwatch
Cara Kerja :
1. ukurlah lebar kelasmu dengan meteran.
2. berjalanlah menyusuri lebar kelas yang telah kamu ukur. Kemudian, ukurlah lama
perjalananmu dengan stopwatch.
3. ulangilah langkah 2, tapi sekarang kamu berlari. Dengan menggunakan stopwtch,
ukurlah lama perjalananmu dengan berlari.
4. catat hasil pengamatanmu dalam tabel! Kemudian hitung kelajuan rata-rata ketika kamu
berjalan dengan ketika kamu berlari.
5. bandingkan kelajuan rata-rata kamu berjalan dengan berlari.

Tugas

Buatlah kesimpulan dari percobaan tersebut.


88

Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Kelas Kontrol)

Sekolah : SMK Bakti Idhata


Kelas/ Semester : X (Sepuluh) / Semester I
Mata Pelajaran : FISIKA
Alokasi Waktu : 3 X 45 menit

A. Standar Kompetensi
Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda
titik.
B. Kompetensi Dasar
Menganalisis hubungan antara usaha, perubahan energi dengan hukum
kekekalan energi mekanik.
C. Materi Pembelajaran.
Besaran-besaran Pada Gerak Lurus
D. Indikator
• Mampu mendefinisikan pengertian gerak
• mendeskipsikan hubungan antara kelajuan dan kecepatan
E. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian gerak.
2. Memformulasikan perumusan persamaan gerak.
3. Siswa dapat merumuskan persamaan gerak yang dilakukan oleh suatu
benda.
4. Menentukan gerak pada kejadian dalam kehidupan sehari-hari.
F. Metode Pembelajaran
Konvensional
89

G. Langkah- langkah Kegiatan


PERTEMUAN PERTAMA
Pengantar pembelajaran
Preetest
PERTEMUAN KEDUA
a. Kegiatan Pendahuluan
• Guru membuka pelajaran dan mengawalinya dengan memberikan
tanya jawab tentang gerak.
b. Kegiatan inti
• Guru memberikan ceramah disertai dengan tanya jawab untuk
mengungkap kembali pengetahuan tentang gerak.
• Salah satu siswa diminta untuk melakukan peragaan yang disertai
dengan tanya jawab untuk menjelaskan pengertian gerak.
• Siswa merumuskan gerak yang dilakukan oleh suatu benda yang
dipandu oleh guru.
• Siswa membentuk kelompok belajar untuk melakukan diskusi
kelompok memecahkan persoalan yang berkaitan dengan gerak.
c. Kegiatan Penutup
• Guru mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan dan memberi
penekanan pada materi gerak yang diteruskan dengan pemberian
tugas mandiri.
H. Sumber Pembelajaran
Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka
gama, 2006.
I. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
J. Penilaian
Tes uraian.
1. Sebuah mobil bergerak 60 km ke arah timur, kemudian berbalik
menempuh jarak 20 km ke arah barat. Tentukan:
a. Jarak total yang ditempuh mobil,
90

b. Perpindahan mobil dari kedudukan semula.


Penyelesaian:
O B A

a. Jarak total yang ditempuh mobil adalah keseluruhan lintasan baik dari
O ke A maupun dari A ke B.
SOB = SOA + SAB = 60 km + 20 km = 80 km
b. Perpindahan lebih menitikberatkan pada kedudukan awal dan akhir dari
suatu gerakan. Dalam hal ini kedudukan awal mobil ada di titik O dan
kedudukan akhir berada di titik B. maka perpindahan mobil adalah
panjang ruas garis OB arah ke kanan.
SOB = SOA – SAB = 60 km + (-20 km) = 40 km ke arah timur
91

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


(Kelas Kontrol)

Nama Sekolah : SMK BAKTI IDHATA


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/1
Materi Pokok : Kinematika Gerak Lurus

B. Standar Kompetensi :
Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda
titik
C. Kompetensi Dasar :
Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan
konstan
D. Materi / Konsep :
Besaran-besaran Pada Gerak Lurus
E. Indikator :
• Mampu mendefinisikan pengertian gerak lurus beraturan
• mendeskipsikan hubungan antara kelajuan dan kecepatan
• mendeskripsikan hubungan antara percepatan dan perlajuan
F. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu:
Peserta didik dapat:
1. Menerapkan prinsip GLB pada masalah kehidupan sehari- hari.
2. Menjelaskan dan memformulasikan GLB.
3. Menganalisis grafik gerak lurus dengan kecepatan konstan.
4. Menjelaskan hubungan antara perpindahan kecepatan dan waktu serta
memformulasikan persamaannya.
5. Menyimpulkan karakteristik gerak lurus beraturan melalui percobaan dan
pengukuran besaran-besaran terkait.
92

G. Alokasi Waktu :
12 jam pelajaran (12 × 45 menit)
6 pertemuan
H. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran
Konvensional
I. Langkah-langkah Pembelajaran
PERTEMUAN KETIGA
a. Kegiatan Pendahuluan
• Guru membuka pelajaran dan mengawalinya dengan memberikan
tanya jawab tentang GLB.
b. Kegiatan inti
• Guru menjelaskan pengertian mengenai GLB.
• Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai perumusan
persamaan GLB.
• Guru menjelaskan mengenai penerapan GLB dalam kehidupan
sehari- hari.
• Guru memberikan contoh soal mengenai GLB.
• Guru memberikan soal mengenai GLB untuk dikerjakan oleh
peserta didik.
• Guru bersama siswa membahas soal secara bersama- sama.
c. Kegiatan Penutup (10 menit)
• Guru mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan dan memberi
penekanan pada materi GLB yang diteruskan dengan pemberian
tugas mandiri.
J. Sumber Pembelajaran
Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka
gama, 2006.
K. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
L. Penilaian
Tes uraian
93

1. Apabila batas kelajuan maksimum jalan raya ditingkatkan dari 80 km/jam


menjadi 100 km/jam, berapa perbedaan waktu yang diperlukan utuk
menempuh jarak 100 km?
Penyelesaian:
Pada v1 = 80 km/jam, waktu yang diperlukan adalah t1 = x/v1
pada v2 = 100 km/jam, waktu yang diperlukan adalah t2 = x/v2
Δt = t1 – t2 = x/v1 – x/v2 = 100 km/jam / 80km/jam – 100 km/jam / 100
km/jam = 0,25 jam
Jadi perbedaan waktu yang diperlukan dalam stuan menit adalah
Δt = (0,25 jam)(60 menit) = 15 menit
94

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


(Kelas kontrol)

Nama Sekolah : SMK BAKTI IDHATA


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/1
Materi Pokok : Kinematika Gerak Lurus

A. Standar Kompetensi :
Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda
titik
B. Kompetensi Dasar :
Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan
konstan
C. Materi / Konsep :
Besaran-besaran Pada Gerak Lurus
D. Indikator :
• terkait. menganalisis hubungan antara perpindahan, kecepatan dan waktu
• menganalisis hubungan antara perpindahan percepatan dan waktu
E. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu:
Peserta didik dapat:
1. Memformulasikan persamaan GLBB.
2. Menentukan GLBB pada masalah fisika sehari- hari.
3. menganalisis grafik gerak lurus dengan percepatan konstan.
4. Menyimpulkan karakteristik gerak lurus berubah beraturan melalui
percobaan dan pengukuran besaran-besaran terkait
F. Alokasi Waktu :
12 jam pelajaran (12 × 45 menit)
6 pertemuan
95

G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran
Konvensional
H. Langkah-langkah Pembelajaran
PERTEMUAN KEEMPAT
a. Kegiatan Pendahuluan
• Guru membuka pelajaran dan mengawalinya dengan memberikan
tanya jawab tentang GLBB.
b. Kegiatan inti
• Guru menjelaskan pengertian mengenai GLBB.
• Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai perumusan
persamaan yang berkaitan GLBB.
• Guru menjelaskan mengenai penerapan GLBB dalam kehidupan
sehari- hari.
• Guru memberikan contoh soal mengenai GLBB
• Guru memberikan soal mengenai GLBB untuk dikerjakan oleh
peserta didik.
• Guru bersama siswa membahas soal secara bersama- sama.
c. Kegiatan Penutup (10 menit)
• Guru mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan dan memberi
penekanan pada materi GLBB yang diteruskan dengan pemberian
tugas mandiri.
I. Sumber Pembelajaran
Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka
gama, 2006.
J. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
K. Penilaian
Tes uraian
1. Sebuah mobil memiliki kecepatan awal 20 m/s dan mengalami percepatan
-1 m/s. tentukan kecepatan mobil setelah 10 s dan 50 s.
Penyelesaian:
96

V (t = 10) = vo + at = 20 m/s + (-1 m/s2)(10 s) = 20 m/s – 10 m/s = 10 m/s


V (t = 50) = vo + at = 20 m/s + (-1 m/s2)(50 s) = 20 m/s – 50 m/s = - 30 m/s

2. Pada saat kereta api bergerak dengan kelajuan 30 m/s, masinisnya


melakukan pengereman karena menerima sinyal informasi. Dalam waktu
75 s kemudian, masinis menerima sinyal kedua. Jarak tempuh ketika
masinis menerima sinyal pertama dan kedua adalah 1,5 km. tentukan
kelajuan kereta pada saat menerima sinyal kedua.
Penyelesaian:
Kelajuan awal, vo = 30 m/s
Jarak tempuh, s = 1,5 km = 1500 m
Waktu tempuh, t = 75 s
Jawab
S = (vo + v /2) t
2S = (vo + v) t
2s/t = vo + v
Maka kelajuan akhir,
V = 2s/t – vo = 2(1500 m)/ 75 s – 30 m/s
= 40 m/s – 30 m/s
= 10 m/s
97

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


(Kelas kontrol)

Nama Sekolah : SMK BAKTI IDHATA


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/1
Materi Pokok : Kinematika Gerak Lurus

A. Standar Kompetensi :
Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda
titik
B. Kompetensi Dasar :
Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan
konstan
C. Materi / Konsep :
Besaran-besaran Pada Gerak Lurus
D. Indikator :
• Mampu mendefinisikan pengertian gerak vertikal
• menunjukan gerak vertikal keatas
• menunjukan gerak vertikal kebawah
E. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu:
1. Memformulasikan persamaan gerak vertikal.
2. Mengetahui gerak apa saja yang termasuk gerak vertikal pada kehidupan
sehari- hari.
3. Menentukan gerak vertikal dan aplikasinya pada kejadian dalam
kehidupan sehari-hari.
F. Alokasi Waktu :
12 jam pelajaran (12 × 45 menit)
6 pertemuan
98

G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran
Konvensional
H. Langkah-langkah Pembelajaran
PERTEMUAN KELIMA
a. Kegiatan Pendahuluan
a. Guru membuka pelajaran dan mengawalinya dengan memberikan
tanya jawab tentang gerak vertikal.
b. Kegiatan inti
a. Guru menjelaskan pengertian mengenai gerak vertikal.
b. Peserta didik memperhatikan penjelasan guru mengenai perumusan
persamaan gerak vertikal.
c. Guru menjelaskan mengenai penerapan gerak vertikal dalam
kehidupan sehari- hari.
d. Guru memberikan contoh soal mengenai gerak vertikal keatas dan
gerak vertikal kebawah.
e. Guru memberikan soal mengenai gerak vertikal untuk dikerjakan
oleh peserta didik.
f. Guru bersama siswa membahas soal secara bersama- sama.
c. Kegiatan Penutup
a. Guru mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan dan memberi
penekanan pada materi gerak vertikal yang diteruskan dengan
pemberian tugas mandiri.
PERTEMUAN KEENAM
Posttest
I. Sumber Pembelajaran
Supiyanto,. Fisika Untuk SMA Kelas X A. Jakarta: Penerbit PT. phibeta aneka
gama, 2006.
J. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
K. Penilaian
Tes uraian
99

1. Sebuah batu dijatuhkan dari puncak gedung setinggi 20 m. Berapa waktu


yang diperlukan untuk mencapa tanah dan pada kecepatan berapa? (g = 10
m/s2)
Penyelesaian:
Ketinggian gedung, h = 20 m.
Percepatan gravitasi, g = 10 m/s2
h = ½ gt2
t = akar 2h/g = akar 2 (20 m)/ 10 m/s2 = 2s
kecepatan akhir, v = gt = (10 m/s2)(2s) = 20 m/s
2. Seorang atlet peloncat indah akan melakukan loncatan setinggi 8 m dari
permukaan air kolam renang. Jika pada saat ia lepas dari papan tumpuan
kelajuan ke bawahnya sebesar 6 m/s, tentukan kelajuan saat akan
menyentuh air. (g = 10 m/s2)
Penyelesaian
Kelajuan awal, vo = 6 m/s
Ketinggian, h = 8 m

Kelajuan saat akan menyentuh air,


V2 = vo2 + 2gh
= (6 m/s)2 + 2 (10 m/s2)(8 m)
= 36 m2/s2 + 160 m2/s2 = 196 m2/s2
V = akar 196 m2/s2 = 14 m/s
96

Lampiran 5

Uji Validitas

Perhitungan uji validitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasional point


biserial berdasarkan rumus berikut ini.
Mp − Mt p
r pbi =
SD t q

Dimana:
rpbi = indeks point biserial
Mp = Mean (rata-rata) skor yang dijawab betul oleh testee (peserta tes) pada
butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara
keseluruhan.
Mt = Mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee (peserta tes) pada
butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara
keseluruhan.
SDt = Deviasi standar skor total.
p = proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang
diuji validitasnya.
q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal yang sedang
diuji validitasnya
Untuk keperluan perhitungan nilai point biserial tersebut maka dibuatlah tabel
bantu perhitungan uji validitas. Berikut ini adalah ringkasan tabel perhitungan
untuk menguji validitas instrumen.
97

Tabel Perhitungan Uji Validitas

No Skor untuk item no


Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
A 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
B 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1
C 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1
D 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
E 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0
F 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
G 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
H 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1
I 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1
J 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
K 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
L 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
M 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
N 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
O 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
P 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1
R 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
S 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
T 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
U 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
V 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
W 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
X 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
Y 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
Z 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
AA 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
q
p
Σ
AI

Mt

rpbi
SD
AF

Uji
AE

Mp
AC
AB

AH
AG
AD

rtabel

Hipotesis
1
1
1
0
1

1
0
0

25
Valid 19.83 0.26 0.74

0.71
0.34
7.84
16.5
0
0
0
1
1

1
1
1

28
Valid 19.89 0.18 0.82

0.93
1
1
1
0
1

0
0
0

22
Valid 20.35 0.35 0.65

0.66
1
0
1
0
1

1
0
1

13

Tidak Valid 17.75 0.62 0.38

0.13
0
1
1
0
0

1
1
1

13

Tidak Valid 17.55 0.62 0.38

0.10
0

0
0
1
1

1
1
1

22

Valid 19.45 0.35 0.65

0.51
1

1
0
1
1

0
0
0

24

Valid 20.83 0.29 0.71

0.85
1

1
0
1
1

0
0
0

22

Valid 21.10 0.35 0.65

0.79
1

0
0
1
0
1
0
1

17

Valid 0.45 20.07 0.50 0.50


0
0

0
1
1
0
0
0

10

Tidak Valid 17.67 0.71 0.29


0.10
0
1

0
0
0
1
1
1

27

Valid 19.96 0.21 0.79


0.87
0
1

0
1
0
1
0
0

21

Valid 20.90 0.38 0.62


0.71
0
1

1
0
1
1
0
0

24

Valid 20.22 0.29 0.71


0.73
1
0

0
1
1
0
1
1

13

Valid 20.00 0.62 0.38


0.35
0
1

1
1
1
1
1
0

25

Valid 20.38 0.26 0.74


0.82
1
1

0
1
1
0
1
0

10

Tidak Valid 19.88 0.71 0.29


0.28
0
1

0
0
0
1
0
0

20

Valid 21.35 0.41 0.59


0.74
0
1

0
0
1
1
1
1

28

Valid 20.48 0.18 0.82


0.97
0
1

0
1
1
1
0
0

24

Valid 20.48 0.29 0.71


0.79
0
1

0
0
0
1
0
0

22

Valid 20.45 0.35 0.65


0.68
1
0

9
0
0
1
0
0
1

Tidak Valid 19.86 0.74 0.26


0.26
0
1

1
0
1
1
1
0

28

Valid 20.30 0.18 0.82


0.95
98
99

Tabel Perhitungan Uji Validitas (lanjutan)

No Skor untuk item no Skor total


(Xt)2
Subjek 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 (Xt)

A 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 19 361
B 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 19 361
C 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 19 361
D 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 12 144
E 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 11 121
F 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 18 324
G 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 26 676
H 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 23 529
I 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 15 225
J 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 23 529
K 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 18 324
L 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 21 441
M 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 17 289
N 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 19 361
O 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 19 361
P 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 21 441
R 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 15 225
S 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 25 625
T 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 23 529
U 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 27 729
V 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 22 484
W 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 15 225
X 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 22 484
Y 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 16 256
Z 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 22 484
AA 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 21 441
Uji

q
p
Σ
Hipotesis

AI

Mt

rpbi
SD
AF
AE

Mp
AC
AB

AH
AG
AD

rtabel
0
0
1
1

7
0

0
1
0

Tidak Valid 18.00 0.79 0.21

0.10
0.34
7.84
16.5
0
1
0
1
0

0
1
1

10
Valid 20.78 0.71 0.29

0.35
1
0
0
1
1

1
1
0

23
Valid 20.35 0.32 0.68

0.71
0
1
1
0

9
0

1
0
0

Tidak Valid 19.57 0.74 0.26

0.23
0
0
1
0

9
0

1
1
0

Tidak Valid 18.50 0.74 0.26

0.15
0
1
1
0

7
0

0
0
0

Valid 22.00 0.79 0.21

0.36
1
1
0
0

6
0

0
1
0

Tidak Valid 21.20 0.82 0.18

0.28
0
0
1
1
0

0
1
0

10

Tidak Valid 20.56 0.71 0.29

0.33
0
1
0
1

8
0

0
0
1

Tidak Valid 0.30 20.71 0.76 0.24


0
0
0
1
1

0
0
1

25

Valid 20.52 0.26 0.74


0.85
0
1
0
1
0

1
1
1

11

Tidak Valid 19.30 0.68 0.32


0.25
0
0
1
0
1

0
1
1

14

Valid 20.08 0.59 0.41


0.38
1
1
0
0
0

0
1
1

11

Tidak Valid 19.90 0.68 0.32


0.30
1
0
1

7
0
1

0
0
1

Tidak Valid 19.50 0.79 0.21


0.19
1
1
1
0
1

0
0
0

11

Valid 21.56 0.68 0.32


0.45
0
1
0
0
0

0
1
1

10

Tidak Valid 18.56 0.71 0.29


0.17
0
1
0
1
1

0
0
0

19

Valid 21.39 0.44 0.56


0.70
0
0
0
1
1

0
0
0

16

Valid 21.19 0.53 0.47


0.56
12
16
23
18
21
26
19
17

660
144
256
529
324
441
676
361
289

13350
100
101

Perhitungan Realibitas
Untuk keperluan perhitungan realibitas instrumen tes ini, digunakan rumus Spearman-Brown
berikut ini.
N ⋅ r 12
rn=
1 + (N − 1) ⋅ r 12
Simbol-simbol yang terdapat pada persamaan tersebut dijelaskan pada keterangan berikut ini.
rn = koefisien korelasi seluruh tes
N = perbandingan antara panjang tes secara keseluruhan dengan panjang tes yang
dikorelasikan
r½ = koefisien korelasi antara sebagian tes dengan bagian tes lainnya
Tabel berikut ini adalah ringkasan perhitungan realibilitas ini.

Tabel Perhitungan Reliabilitas Meode Ganjil-Genap


No Skor untuk item no Ganjil Jumla
subje
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 h
k
A 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 10
B 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 10
C 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 10
D 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 7
E 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
F 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 11
G 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 13
H 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 11
I 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 7
J 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 13
K 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 10
L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 11
M 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 8
N 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 10
O 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 10
P 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 7
R 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 7
S 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 14
T 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 11
U 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 14
V 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 11
W 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 8
X 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 12
Y 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 5
Z 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 11
AA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 12
AB 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 7
AC 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 9
AD 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 12
AE 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 11
AF 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 9
AG 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 14
AH 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 9
AI 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 7

Σ
25

22

13

24

17

27

24

25

20

24

23

11

11

11

19

335
9

8
102

Tabel Perhitungan Reliabilitas Meode Ganjil-Genap (lanjutan


No Skor untuk item no Genap jumla
subj
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 h
ek
A 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 9
B 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 9
C 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 9
D 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 5
E 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 7
F 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 7
G 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 13
H 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 12
I 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 8
J 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 10
K 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 8
L 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 10
M 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 9
N 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 9
O 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 9
P 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 14
R 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 8
S 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 11
T 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 12
U 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 13
V 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 11
W 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 7
X 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 10
Y 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 11
Z 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 11
AA 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 9
AB 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 10
AC 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 10
AD 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 14
AE 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 10
AF 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 9
AG 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 9
AH 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 7
AI 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 5

Σ
28

13

22

22

10

21

13

10

28

22

28

10

10

25

14

10

16

325
9

7
103

Perhitungan Reliabilitas Metode Ganjil-Genap (lanjutan)

Subjek X Y XY X2 Y2 Dimana:
A 10 9 90 100 81 X : skor total subjek pada item
B 10 9 90 100 81 bernomor ganjil
C 10 9 90 100 81 Y : skor total subjek pada item
D 7 5 35 49 25 bernomor genap
E 4 7 28 16 49
F 11 7 77 121 49
G 13 13 169 169 169
Dari perhitungan tersebut diperoleh
H 11 12 132 121 144 bahwa nilai reliabilitas instrumen ini
I 7 8 56 49 64 adalah 0,6188. Nilai ini termasuk
J 13 10 130 169 100 kategori cukup.
K 10 8 80 100 64
L 11 10 110 121 100
M 8 9 72 64 81
N 10 9 90 100 81
O 10 9 90 100 81
P 7 14 98 49 196
R 7 8 56 49 64
S 14 11 154 196 121
T 11 12 132 121 144
U 14 13 182 196 169
V 11 11 121 121 121
W 8 7 56 64 49
X 12 10 120 144 100
Y 5 11 55 25 121
Z 11 11 121 121 121
AA 12 9 108 144 81
AB 7 10 70 49 100
AC 9 10 90 81 100
AD 12 14 168 144 196
AE 11 10 110 121 100
AF 9 9 81 81 81
AG 14 9 126 196 81
AH 9 7 63 81 49
AI 7 5 35 49 25
Σ 335 325 3285 3511 3269

r1/2 1/2 0.45


rn 0.61885229
104

Perhitungan Derajat Kesukaran


Untuk menghitung derajat kesukaran digunakan rumus berikut ini.
W + WH
DK = L × 100 %
nL + nH
Maksud dari setiap simbol pada persamaan tersebut adalah sebagai berikut.
DK = derajat kesukaran (degrees of difficulty)
WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
WH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
nL = jumlah kelompok bawah
nH = jumlah kelompok atas

Tabel Perhitungan Derajat Kesukaran

No Skor untuk item no


Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
A 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
B 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1
C 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1
D 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
E 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0
F 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
G 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
H 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1
I 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1
J 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
K 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
105

L 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
M 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
N 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
O 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
P 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1
R 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
S 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
T 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
U 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
V 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
W 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
X 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
Y 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
Z 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
AA 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
AB 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0
AC 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1
AD 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
AE 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
AF 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0
AG 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
AH 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0
AI 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1
Σ 25 28 22 13 13 22 24 22 17 10 27 21 24 13 25 10 20 28 24 22 9 28

TK 0.74 0.82 0.65 0.38 0.38 0.65 0.71 0.65 0.50 0.29 0.79 0.62 0.71 0.38 0.74 0.29 0.59 0.82 0.71 0.65 0.26 0.82
Keputus Mdh Mdh Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Sdg Skr Mdh Sdg Sdg Sdg Mdh Skr Sdg Mdh Sdg Sdg Skr Mdh
an
106

Tabel Perhitungan Derajat Kesukaran (lanjutan)

No Skor untuk item no


Subjek 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 (Xt)
A 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 19
B 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 19
C 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 19
D 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 12
E 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 11
F 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 18
G 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 26
H 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 23
I 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 15
J 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 23
K 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 18
L 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 21
M 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 17
N 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 19
O 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 19
P 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 21
R 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 15
S 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 25
T 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 23
U 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 27
V 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 22
W 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 15
X 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 22
Y 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 16
Z 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 22
107

AA 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 21
AB 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 17
AC 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 19
AD 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 26
AE 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 21
AF 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 18
AG 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 23
AH 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 16
AI 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 12
Σ 7 10 23 9 9 7 6 10 8 25 11 14 11 7 11 10 19 16 660

TK 0.21 0.29 0.68 0.26 0.26 0.21 0.18 0.29 0.24 0.74 0.32 0.41 0.32 0.21 0.32 0.29 0.56 0.47
Keputusan Skr Skr Sdg Skr Skr Skr Skr Skr Skr Mdh Sdg Sdg Sdg Skr Sdg Skr Sdg Sdg

Kategorisasi derajat kesukaran tersebut berdasarkan ketentuan berikut ini.


Mudah : DK ≥ 0,70
Sedang : 0,30 < DK < 0,70
Sukar : DK ≤ 0,30
108

Daya Beda
Untuk menghitung daya beda setiap soal digunakan rumus berikut ini.
W − WH
DB = L
n
Maksud dari setiap simbol dari persamaan di atas adalah sebagai berikut.
DB = Daya Beda (discriminating power, DP)
WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
WH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
n = jumlah kelompok atas atau kelompok bawah

Tabel Perhitungan Daya Beda


ubjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1
2 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
Kelompok Atas

3 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
4 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0
5 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0
6 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
7 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1
8 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
9 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1
dalam perhitungan
Tidak dimasukkan

10 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0
11 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0
12 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
13 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0
14 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0
15 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
109

16 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
17 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0
18 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
19 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
20 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
21 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
22 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
23 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
24 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0
25 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
26 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
27 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
Kelompok Bawah

28 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1
29 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
30 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
31 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0
32 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
33 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
34 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1

WH 6 6 4 6 4 5 4 4 4 4 5 4 5 2 5 2 2 4 5 5
WL 8 8 7 2 2 7 8 8 5 2 7 7 8 3 8 3 7 9 9 8
-0.44

-0.22

-0.22
Daya
0.22

0.22

0.33

0.22

0.44

0.44

0.11

0.22

0.33

0.33

0.11

0.33

0.11

0.56

0.56

0.44

0.33
Beda
Keputusan

cukup

cukup

cukup

cukup

cukup

cukup

cukup

cukup

cukup
buruk

buruk

buruk
drop

drop

drop
baik

baik

baik

baik

baik
110

Tabel Perhitungan Daya Pembeda (lanjutan)

No Skor untuk item no


Subjek Σ
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 11
2 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 12
Kelompok Atas

3 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 12
4 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 15
5 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 16
6 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 15
7 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 15
8 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 18
9 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 17
10 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 17
11 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 16
12 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 19
Tidak dimasukkan dalam perhitungan

13 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 19
14 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 18
15 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 19
16 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 18
17 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 19
18 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 21
19 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 21
20 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 19
21 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 19
22 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 22
23 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 23
24 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 21
25 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 26
111

26 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 21
27 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 23
Kelompok Bawah

28 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 23
29 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 22
30 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 22
31 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 23
32 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 27
33 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 26
34 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 25

WH 2 5 3 1 5 2 3 0 1 3 1 4 2 2 2 2 1 2 3 1
WL 3 9 1 5 8 2 2 2 2 4 4 8 3 4 5 2 6 2 8 6
-0.22

-0.11
0.11

0.44

0.44

0.33

0.00

0.22

0.11

0.11

0.33

0.44

0.11

0.22

0.33

0.00

0.56

0.00

0.56

0.56
Daya Beda
Keputusan

cukup

cukup

cukup

cukup

cukup
buruk

buruk

buruk

buruk

buruk

buruk

buruk
drop

drop
baik

baik

baik

baik

baik

baik
Kategorisasi untuk menentukan daya beda didasarkan ketentuan berikut ini.
Drop : TK < 0
Buruk : 0 ≤ TK < 0,20
Cukup : 0,20 ≤ TK < 0,40
Baik : 0,40 ≤ TK < 0,70
Baik Sekali : 0,70 ≤ TK < 1,00
112

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes


Taraf
Item No Validitas Daya Pembeda Keputusan
Kesukaran
1 Valid Mdh cukup Digunakan
2 Valid Mdh cukup Digunakan
3 Valid Sdg cukup Digunakan
4 Tidak Valid Sdg drop Tidak digunakan
5 Tidak Valid Sdg drop Tidak digunakan
6 Valid Sdg cukup Tidak digunakan
7 Valid Sdg baik Digunakan
8 Valid Sdg baik Digunakan
9 Valid Sdg buruk Digunakan
10 Tidak Valid Skr drop Tidak digunakan
11 Valid Mdh cukup Digunakan
12 Valid Sdg cukup Digunakan
13 Valid Sdg cukup Digunakan
14 Valid Sdg buruk Tidak digunakan
15 Valid Mdh cukup Tidak digunakan
16 Tidak Valid Skr buruk Tidak digunakan
17 Valid Sdg baik Digunakan
18 Valid Mdh baik Digunakan
19 Valid Sdg baik Digunakan
20 Valid Sdg cukup Tidak digunakan
21 Tidak Valid Skr buruk Tidak digunakan
22 Valid Mdh baik Digunakan
23 Tidak Valid Skr drop Tidak digunakan
24 Valid Skr baik Digunakan
25 Valid Sdg cukup Digunakan
26 Tidak Valid Skr buruk Tidak digunakan
27 Tidak Valid Skr drop Tidak digunakan
28 Valid Skr cukup Tidak digunakan
29 Tidak Valid Skr buruk Tidak digunakan
30 Tidak Valid Skr buruk Tidak digunakan
31 Valid Skr cukup Digunakan
32 Valid Mdh baik Digunakan
33 Tidak Valid Sdg buruk Tidak digunakan
34 Valid Sdg cukup Digunakan
35 Tidak Valid Sdg cukup Tidak digunakan
36 Tidak Valid Skr buruk Tidak digunakan
37 Valid Sdg baik Digunakan
38 Tidak Valid Skr buruk Tidak digunakan
39 Valid Sdg baik Tidak digunakan
40 Valid Sdg baik Digunakan
Penetapan keputusan disamping didasarkan pada kriteria-kriteria tersebut juga
didasarkan pada keterpenuhan indikator. Artinya, setiap indikator diwakili oleh
satu atau lebih soal.
113

.Lampiran 6
Hasil Pretest Kelas X MM 1
Hasil pretest dari kelas X MM 1 adalah sebagai berikut.
30 35 30 25 30 25 25
40 25 30 35 25 30 20
20 25 25 30 30 30
35 40 35 25 35 40
20 25 35 20 35 35

Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 50 dan nilai minimum
(Xmin) adalah 30. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi
setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan
panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.
a. Rentang (R)
R = X mx − X min
= 40 − 20
= 20
b. Banyaknya Kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 32
= 1 + 3,3 × 1,50
= 1 + 4,97
= 5,97
≈6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
c. Panjang Kelas (P)
R
P =
K
20
=
6
= 3,33
≈4
Sehingga panjang kelasnya adalah 4.
114

Tabel distribusinya adalah sebagai berikut.

Nilai Frekuensi
Kelas Batas Kelas fi . xi fi . xi2
Tengah (xi) (fi)

20 - 23 19.5 21.5 4 86 1849


24 - 27 23.5 25.5 9 229.5 5852.25
28 - 31 27.5 29.5 8 236 6962
32 - 35 31.5 33.5 8 268 8978
36 - 39 35.5 37.5 0 0 0
40 - 43 39.5 41.5 3 124.5 5166.75
Jumlah (∑) 177 189 32 944 28808

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-
rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai pretest ini.
Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )

X =
∑ f ⋅x
i i

∑f i

944
=
32
= 29,5
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
⎛1 ⎞
⎜ n−F ⎟
Me = b + P⎜ 2 ⎟
⎜ f ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 23,5
P = panjang kelas = 4
n = banyaknya data = 32
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 4
f = nilai frekuensi kelas median = 9
115

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
⎛1 ⎞
⎜ .32 − 4 ⎟
Me = 23,5 + 4⎜ 2 ⎟
⎜ 9 ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
= 23,5 + (4 × 1,33)
= 23,5 + 5,33
= 28,83
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
⎛ b1 ⎞
Mo = b + P⎜⎜ ⎟⎟
⎝ b1 + b2 ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 23,5
P = panjang kelas = 4
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 9–4=5
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 9–8=1
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
⎛ 5 ⎞
Mo = 23,5 + 4⎜ ⎟
⎝ 5 +1⎠
= 23,5 + (4 × 0,83)
= 23,5 + 3,33
= 26,83
116

d. Deviasi Standar (S)


Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.

( f .x )
∑ f .x − ∑ f
2
2 i i


i ii

=
i
S
∑ f −1 i

28808 −
(944)2
= 32
32 − 1
891136
28808 −
= 32
31
28808 − 27848
=
31
960
=
31
= 30,97
= 5,56
117

Lampiran 7
Hasil Pretest Kelas X MM 2
Hasil pretest dari kelas X MM 2 adalah sebagai berikut.
30 40 25 20 40 15 30
25 20 30 25 25 20  
25 35 30 30 30 15  
20 25 25 40 15 30  
20 30 30 40 20 30  

Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 40 dan nilai minimum
(Xmin) adalah 15. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi
setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan
panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.
a. Rentang (R)
R = X mx − X min
= 40 − 15
= 25
b. Banyaknya Kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 31
= 1 + 3,3 × 1,49
= 1 + 4,92
= 5,92
≈6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
c. Panjang Kelas (P)
R
P =
K
25
=
6
= 4,16
≈5
Sehingga panjang kelasnya adalah 5.
118

Tabel distribusinya adalah sebagai berikut.


Batas Nilai Frekuensi
Kelas fi . xi fi . xi2
Kelas Tengah (xi) (fi)
15 - 19 14.5 17 3 51 867
20 - 24 19.5 22 6 132 2904
25 - 29 24.5 27 7 189 5103
30 - 34 29.5 32 10 320 10240
35 - 39 34.5 37 1 37 1369
40 - 44 39.5 42 4 168 7056
Jumlah (∑) 162 177 31 897 27539

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-
rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai pretest ini.
Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )

X =
∑ f ⋅x
i i

∑f i

897
=
31
= 28,93
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
⎛1 ⎞
⎜ n−F ⎟
Me = b + P⎜ 2 ⎟
⎜ f ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 29,5
P = panjang kelas = 5
n = banyaknya data = 31
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 3 + 6 + 7 = 16
f = nilai frekuensi kelas median = 10
119

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
⎛1 ⎞
⎜ .31 − 16 ⎟
Me = 29,5 + 5⎜ 2 ⎟
⎜ 10 ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
= 29,5 + (5 × (−0,05) )
= 29,5 − 0,25
= 29,25
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
⎛ b1 ⎞
Mo = b + P⎜⎜ ⎟⎟
⎝ b1 + b2 ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 29,5
P = panjang kelas = 5
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 10 – 7 = 3
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 10 – 1 = 9
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
⎛ 3 ⎞
Mo = 29,5 + 5⎜ ⎟
⎝3+9⎠
= 29,5 + (5 × 0,25)
= 29,5 + 1,25
= 30,75
120

d. Deviasi Standar (S)


Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.

( f .x )
∑ f .x − ∑ f
2
2 i i


i ii

=
i
S
∑ f −1 i

27539 −
(897 )2
= 31
31 − 1
804609
27539 −
= 31
30
27539 − 25955,13
=
30
1583,87
=
30
= 52,79
= 7,27
121

Lampiran 8
Hasil Posttest Kelas X MM 1
Hasil posttest dari kelas X MM 1 adalah sebagai berikut.
45 50 60 55 40 65 70
70 55 55 55 60 50 60
40 55 70 50 60 70
70 70 65 55 60 75
55 55 50 65 55 65

Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 75 dan nilai minimum
(Xmin) adalah 40. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi
setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan
panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.
a. Rentang (R)
R = X mx − X min
= 75 − 40
= 35
b. Banyaknya Kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 32
= 1 + 3,3 × 1,50
= 1 + 4,97
= 5,97
≈6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
c. Panjang Kelas (P)
R
P =
K
35
=
6
= 5,83
≈6
Sehingga panjang kelasnya adalah 6.
122

Tabel distribusinya adalah sebagai berikut.

Batas Nilai Tengah Frekuensi


Kelas fi . xi fi . xi2
Kelas (xi) (fi)

40 - 45 39.5 42.5 3 127.5 5418.75


46 - 51 45.5 48.5 4 194 9409
52 - 57 51.5 54.5 9 490.5 26732.3
58 - 63 57.5 60.5 5 302.5 18301.3
64 - 69 63.5 66.5 4 266 17689
70 - 75 69.5 72.5 7 507.5 36793.8
Jumlah (∑) 327 345 32 1888 114344

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-
rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai posttest ini.
Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )

X =
∑ f ⋅x
i i

∑f i

1888
=
32
= 59
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
⎛1 ⎞
⎜ n−F ⎟
Me = b + P⎜ 2 ⎟
⎜ f ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 51,5
P = panjang kelas = 6
n = banyaknya data = 32
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 4 + 3 = 7
f = nilai frekuensi kelas median = 9
123

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
posttest ini adalah sebagai berikut.
⎛1 ⎞
⎜ .32 − 7 ⎟
Me = 51,5 + 6⎜ 2 ⎟
⎜ 9 ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
= 51,5 + (6 × 1)
= 51,5 + 6
= 57,5
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
⎛ b1 ⎞
Mo = b + P⎜⎜ ⎟⎟
⎝ b1 + b2 ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 51,5
P = panjang kelas = 6
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 9–4=5
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 9–5=4
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
posttest ini adalah sebagai berikut.
⎛ 5 ⎞
Mo = 51,5 + 6⎜ ⎟
⎝5+ 4⎠
= 51,5 + (6 × 0,56)
= 51,5 + 3,33
= 54,83
124

d. Deviasi Standar (S)


Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.

( f .x )
∑ f .x − ∑ f
2
2 i i


i ii

=
i
S
∑ f −1 i

114344 −
(1888)2
= 32
32 − 1
3564544
114344 −
= 32
31
114344 − 111392
=
31
2952
=
31
= 95,22
=`9,76
125

Lampiran 9
Hasil Posttest Kelas X MM 2
Hasil posttest dari kelas X MM 2 adalah sebagai berikut.
55 45 70 55 50 50 50
50 50 60 60 45 60  
35 60 50 60 45 60  
55 50 55 70 45 65  
50 50 55 50 50 50  

Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (Xmaz)) adalah 70 dan nilai minimum
(Xmin) adalah 35. Sehingga dapatlah dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi
setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan
panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.
a. Rentang (R)
R = X mx − X min
= 70 − 35
= 35
b. Banyaknya Kelas (K)
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 31
= 1 + 3,3 × 1,49
= 1 + 4,92
= 5,92
≈6
Sehingga banyaknya kelas adalah 6
c. Panjang Kelas (P)
R
P =
K
35
=
6
= 5,83
≈6
Sehingga panjang kelasnya adalah 6.
126

Tabel distribusinya adalah sebagai berikut.


Batas Nilai Frekuensi
Kelas fi . xi fi . xi2
Kelas Tengah (xi) (fi)
35 - 40 34.5 37.5 1 37.50 1406.25
41 - 46 40.5 43.5 4 174.00 7569.00
47 - 52 46.5 49.5 12 594.00 29403.00
53 - 58 52.5 55.5 5 277.50 15401.25
59 - 64 58.5 61.5 6 369.00 22693.50
65 - 70 64.5 67.5 3 202.50 13668.75
Jumlah (∑) 297 315 31 1654.50 90141.75

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata-
rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan standar deviasi (S) nilai posttest ini.
Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.
a. Rata-rata ( X )

X =
∑ f ⋅x
i i

∑f i

1654,50
=
31
= 53,37
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
⎛1 ⎞
⎜ n−F ⎟
Me = b + P⎜ 2 ⎟
⎜ f ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 46.5
P = panjang kelas = 6
n = banyaknya data = 31
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 1 + 4 = 5
f = nilai frekuensi kelas median = 12
127

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
posttest ini adalah sebagai berikut.
⎛1 ⎞
⎜ .31 − 5 ⎟
Me = 46,5 + 6⎜ 2 ⎟
⎜ 12 ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
= 46,5 + (6 × 0,87 )
= 46,5 + 5,25
= 51,75
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
⎛ b1 ⎞
Mo = b + P⎜⎜ ⎟⎟
⎝ b1 + b2 ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 46,5
P = panjang kelas = 6
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 12 – 4 = 8
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 12 – 5 = 7
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
posttest ini adalah sebagai berikut.
⎛ 8 ⎞
Mo = 46,5 + 6⎜ ⎟
⎝8+ 7⎠
= 46,5 + (6 × 0,53)
= 46,5 + 3,2
= 49,7
128

d. Deviasi Standar (S)


Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.

( f .x )
∑ f .x − ∑ f
2
2 i i


i ii

=
i
S
∑ f −1 i

90141,75 −
(1654,50)2
= 31
31 − 1
2737370,25
90141,75 −
= 31
30
90141,75 − 88302,27
=
30
1839,48
=
30
= 61,32
=`7,83
129

Lampiran 10
Uji Normalitas
Data yang diperoleh dari posttest kedua kelas
Kelas X MM1
45 50 60 55 40 65 70
70 55 55 55 60 50 60
40 55 70 50 60 70
70 70 65 55 60 75
55 55 50 65 55 65

Kelas X MM 2
55 45 70 55 50 50 50
50 50 60 60 45 60  
35 60 50 60 45 60  
55 50 55 70 45 65  
50 50 55 50 50 50  

Uji normalitas menggunakan rumus kai kuadrat (chi square), yaitu:

(Oi − E1 )2
X2 =∑
Ei

keterangan: Oi = frekuensi observasi


Ei = frekuensi ekspektasi (harapan)
Kriteria pengujian nilai kai kuadrat adalah:
- jika X2hitung < X2tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (Data berdistribusi
normal)
- jika X2hitung > X2tabel,, maka Hoditerima dan Ha ditolak (data tidak berdistribusi
normal)
130

Berdasarkan data yang diperoleh dari posttest maka dapat dibuat tabel bantu untuk
menentukan nilai kai kuadrat seperti pada tabel berikut ini.
Kelas X MM 1
Z
batas luas Z (Oi –
Kelas fi.xi xi fi. xi2 batas Ei Oi
kelas tabel Ei)^2/Ei
kelas
39.5 -2.00
40 - 45 127.5 42.5 5418.75 0.061 1.9520 3 0.5627
45.5 -1.38
46 - 51 194 48.5 9409 0.1368 4.3776 4 0.0326
51.5 -0.77
52 - 57 490.5 54.5 26732.25 0.2198 7.0336 9 0.5498
57.5 -0.15
58 - 63 302.5 60.5 18301.25 0.2368 7.5776 5 0.8768
63.5 0.46
64 - 69 266 66.5 17689 0.1827 5.8464 4 0.5831
69.5 1.08
70 - 75 507.5 72.5 36793.75 0.0946 3.0272 7 5.2138
75.5 1.69
Jumlah 1888 345 114344 X2 7.8187

Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah


sebagai berikut.
1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran IV, V, VI, dan VII.
2. Menentukan z batas kelas dengan rumus berikut ini.
Batas Kelas - X
z=
S
Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah deviasi standar.
3. Menentukan luas z tabel.
z batas kelas 2,00 1,38 0,77 0,15 0,46 1,08 1,69
Luas z tabel 0,4772 0,4162 0,2794 0,0596 0,1772 0,3599 0,4545
Masing-masing luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut.
a. Kelas 40 – 45
z = 0,4772 − 0,4162 = 0,061
b. Kelas 46 – 51
z = 0,4162 – 0,2794 = 0,1368
c. Kelas 52 – 57
131

z = 0,2794 – 0,0596 = 0,2198


d. Kelas 58 – 63
z = 0,0596 + 0,1772 = 0,2368
e. Kelas 64 – 69
z = 0,3599 – 0,1772 = 0,1827
f. Kelas 70 – 75
z = 0,4545 – 0,3599 = 0,0946
4. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus
berikut ini.
E i = ∑ f i × luas z tabel

5. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas berdasarkan rumus berikut ini.
(Oi − Ei )2
X =
2

Ei
6. Menentukan jumlah kai kuadrat dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-
tiap kelas. Nilai ini adalah nilai kai kuadrat hitung (X2hitung) yang selanjutnya
akan dibandingkan dengan nilai X2tabel.
7. Menguji hipotesis normalitas.
Nilai X2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Untuk menguji
normalitas data dibandingkan X2hitung dengan X2tabel . Didapat bahwa X2hitung <
X2tabel . Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak (data berdistribusi normal).
132

Kelas X MM 2
Z
batas luas Z (Oi –
Kelas fi.xI xi fi. xi2 batas Ei Oi
kelas tabel Ei)^2/Ei
kelas
34.5 -2.41
35 - 40 37.5 37.5 1406.25 0.0425 1.3175 1 0.0765
40.5 -1.64
41 - 46 174 43.5 7569 0.1389 4.3059 4 0.0217
46.5 -0.88
47 - 52 594 49.5 29403 0.2668 8.2708 12 1.6814
52.5 -0.11
53 - 58 277.5 55.5 15401.25 0.2892 8.9652 5 1.7538
58.5 0.66
59 - 64 369 61.5 22693.5 0.1768 5.4808 6 0.0492
64.5 1.42
65 - 70 202.5 67.5 13668.75 0.0635 1.9685 3 0.5405
70.5 2.19
Jumlah 1654.5 315 90141.75 X2 4.1231

1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran IV, V, VI, dan VII.
2. Menentukan z batas kelas dengan rumus berikut ini.
Batas Kelas - X
z=
S
Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah deviasi standar.
3. Menentukan luas z tabel.
z batas kelas 2,41 1,64 0,88 0,11 0,66 1,42 2,19
Luas z tabel 0,4920 0,4495 0,3106 0,0438 0,2454 0,4222 0,4857
Masing-masing luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut.
a. Kelas 35 – 40
z = 0,4920 – 0,4495 = 0,0425
b. Kelas 41 – 46
z = 0,4495 – 0,3106 = 0,1389
c. Kelas 47 – 52
z = 0,3106 – 0,0438 = 0,2668
133

d. Kelas 53 – 58
z = 0,0438 + 0,2454 = 0,2892
e. Kelas 70 – 79
z = 0,4222 – 0,2454 = 0,1768
f. Kelas 80 – 89
z = 0,4857 – 0,4222 = 0,0635
4. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus
berikut ini.
E i = ∑ f i × luas z tabel

5. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas berdasarkan rumus berikut ini.
(Oi − Ei )2
X =
2

Ei
6. Menentukan jumlah kai kuadrat dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-
tiap kelas. Nilai ini adalah nilai kai kuadrat hitung (X2hitung) yang selanjutnya
akan dibandingkan dengan nilai X2tabel.
7. Menguji hipotesis normalitas.
Nilai X2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Untuk menguji
normalitas data dibandingkan X2hitung dengan X2tabel . Didapat bahwa X2hitung <
X2tabel . Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak (data berdistribusi normal).
134

Lampiran 11
Uji Homogenitas

Untuk menguji homogenitas varians kedua data hasil posttest digunakan uji F
berdasarkan rumus berikut ini.
V1
F=
V2

keterangan:
V1 = varians besar atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang
mempunyai deviasi standar terbesar.
V2 = varians kecil atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang
mempuyai deviasi standar terkecil.

Kriteria pengujian uji F adalah sebagai berikut:


- jika Fhitung < Ftabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (data memiliki varians
yang homogen)
- jika Fhitung > Ftabel,, maka Hoditerima dan Ha ditolak (data memiliki varians
yang tidak homogen).
Untuk menentukan varians kedua data, maka dibuat tabel bantu berikut ini.
Kelompok A (Kelas X MM 1)

Batas Nilai Tengah Frekuensi


Kelas fi . xi fi . xi2
Kelas (xi) (fi)
40 - 45 39.5 42.5 3 127.5 5418.75
46 - 51 45.5 48.5 4 194 9409
52 - 57 51.5 54.5 9 490.5 26732.3
58 - 63 57.5 60.5 5 302.5 18301.3
64 - 69 63.5 66.5 4 266 17689
70 - 75 69.5 72.5 7 507.5 36793.8
Jumlah (∑) 327 345 32 1888 114344
135

( f .x )
∑ f .x − ∑ f
2
2 i i


i ii

S = i

∑ f −1 i

114344 −
(1888)
2

= 32
32 − 1
3564544
114344 −
= 32
31
114344 − 111392
=
31
2952
=
31
= 95,22
=`9,76
136

Kelompok B ( X MM 2)

Batas Nilai Frekuensi


Kelas fi . xi fi . xi2
Kelas Tengah (xi) (fi)
35 - 40 34.5 37.5 1 37.50 1406.25
41 - 46 40.5 43.5 4 174.00 7569.00
47 - 52 46.5 49.5 12 594.00 29403.00
53 - 58 52.5 55.5 5 277.50 15401.25
59 - 64 58.5 61.5 6 369.00 22693.50
65 - 70 64.5 67.5 3 202.50 13668.75
Jumlah (∑) 297 315 31 1654.50 90141.75

Deviasi standar kelompok B ini ditentukan dengan rumus berikut ini.

( f .x )
∑ f .x − ∑ f
2
2 i i


i ii

S = i

∑ f −1 i

90141,75 −
(1654,50)
2

= 31
31 − 1
2737370,25
90141,75 −
= 31
30
90141,75 − 88302,27
=
30
1839,48
=
30
= 61,32
=`7,83
137

Sehingga didapat nilai Fhitung


V (S ) 2

Fhitung = 1 = 1 2
V 2 (S 2 )
9,76 2
=
7,83 2
95,2576
=
61,3089
= 1,5537

Untuk menguji homogenitas, maka harus membandingkan Fhitung dengan Ftabel.

Didapat bahwa derajat kebebasannya adalah (30;31), sehingga nilai Ftabel = 1,835.

Terlihat bahwa Fhitung < Ftabel, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak (kedua data

memiliki varians yang homogen).


138

Lampiran 12
Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji prasyarat statistik berupa uji normalitas dan uji
homogentias, maka untuk keperluan uji hipotesis digunakan uji t untuk data
normal. Hal ini sesuai dengan hasil kedua uji prasyarat tersebut yang menyatakan
bahwa kedua data yang akan dicari perbedaanya bersifat normal dan homogen.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t yang ditentukan dengan
rumus berikut ini.

X1 − X 2
t=
1 1
dsg +
n1 n 2

keterangan:
X1 = rata-rata data kelompok A
X 2 = rata-rata data kelompok B
dsg = nilai deviasi standar gabungan data kelompok A dan kelompok B
n1 = jumlah data kelompok A
n2 = jumlah data kelompok B

Kriteria pengujian uji t adalah:


- jika thitung > ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak
- jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Langkah-langkah menentukan nilai thitung adalah sebagai berikut.


1. Menentukan nilai-nilai yang telah diketahui.
Dari nilai posttest diperoleh:
X 1 = 59

X 2 = 53,37
V1 = SD12 = (9,76)2 = 95,257
V2 = SD22 = (7,83)2 = 61,308
139

2. Menentukan nilai deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus berikut ini.
(n1 − 1)V1 + (n 2 − 1)V2
dsg =
n1 + n 2 − 2

=
(32 − 1)95,257 + (31 − 1)61,308
32 + 31 − 2
2953,06 + 1839,3
=
61
4792,36
=
61
= 78,56
= 8,86
3. Menentukan nilai thitung berdasarkan rumus data-data yang telah diperoleh.
X1 −X 2
t hitung =
1 1
dsg +
n1 n 2
59 − 53,37
=
1 1
8,86 +
32 31
5,63
=
8,86 0,03125 + 0,03226
5,63
=
8,86 × 0,252
5,63
=
2,233
= 2,5213
4. Menentukan nilai ttabel
Derajat kebebasan untuk mencari nilai ttabel adalah:
dk = n1 + n2 – 2 = 32 + 31 – 2 = 61
pada taraf signifikansi 5% nilai ttabel diperoleh dengan interpolasi.
t(0,95)(60) = 2,000
t(0,95)(120) = 1,980
dengan interpolasi diperoleh nilai ttabel untuk dk=61 sebagai berikut.
140

1
t (0,95 )(61) = 2,000 −(2,00 − 1,980)
60
= 2,000 − 0,00032
= 1,99968
Dengan cara interpolasi yang sama, maka nilai ttabel pada taraf signifikansi 1%
adalah:
t(0,99)(60) = 2,660
t(0,99)(120) = 2,617
jadi nilai ttabel dengan dk = 61 diperoleh
1
t (0,95 )(61) = 2,660 −(2,660 − 2,617)
60
= 2,660 − 0,0007
= 2,659
5. Menguji Hipotesis
Pada taraf signifikansi 1% nilai thitung < ttabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Namun pada taraf signifikansi 5% nilai thitung > ttabel , maka Ha diterima dan Ho
ditolak
6. Memberikan interpretasi
Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, pada taraf kepercayaan 95% terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model
Inkuiri dengan yang menggunakan metode konvensional. Namun pada taraf
kepercayaan 99%, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar
siswa yang menggunakan model Inkuiri dengan yang menggunakan
Konvensional. Sehingga dapat dikatakan bahwa model Inkuiri dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa hanya pada taraf kepercayaan 95% saja,
tidak pada taraf kepercayan 99%.
141

Lampiran 13
DATA HASILOBSERVASI
INKUIRI PADA KELAS X MM 1 (KELOMPOK EKSPERIMEN)

Skor Pertemuan ke-


No Tahapan Pembelajaran Jumlah Persentse
2 3 4 5
1 Siswa memahami tujuan pembelajaran 1 1 1 1 4 100 %
2 Siswa menunjukkan minat dan motivasi terhadap masalah yang
disajikan. 0 1 1 1 3 75 %
3 Siswa memahami masalah yang disajikan 0 0 1 1 2 50 %
4 Mendefinisikan tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan
0 1 1 1 3 75 %
masalah-masalah yang disajikan.
5 Mulai merencanakan pemecahan masalah secara bersama-sama
dalam kelompoknya. 1 0 1 1 3 75 %
6 Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber sebagai
persiapan pemecahan masalah. 1 1 0 1 3 75 %
7 Melakukan penyelidikan dalam upaya pemecahan masalah. 1 1 1 1 4 100 %
8 Saling bertukar informasi dengan teman dalam kelompoknya. 0 1 0 1 2 50 %
9 Tidak merasa bosan dengan pelatihan yang diberikan 0 1 1 0 2 50 %
10 Mengumpulkan tugas (laporan penyelidikan) dengan baik dan
1 0 1 1 3 75 %
tepat waktu
11 Menunjukkan pemahaman terhadap materi pelajaran dengan
merespons pertanyaan guru dengan benar 0 1 1 0 2 50 %
12 Menerima umpan balik yang diberikan guru. 1 0 0 1 2 50 %
13 Lebih memusatkan perhatiannya pada proses bukan pada hasil. 1 1 1 0 3 75 %
14 Melakukan analisis dan evaluasi terhadap hasil kerja 0 0 1 1 2 50 %
142

kelompoknya dalam pemecahan masalah.


15 Membandingkan hasil kerja pemecahan masalahnya dengan
pemecahan masalah yang diinformasikan guru atau pemecahan 1 1 1 1 4 100 %
masalah yang dilakukan kelompok lain.
16 Menyimpulkan hasil pembelajaran berdasarkan pada hasil
1 0 1 1 3 75 %
penyelidikan yang dilakukan oleh semua kelompok.
Jumlah 9 10 13 13 45 70,31 %
Persentase (%) 56,25 62,5 81,25 81,25 70,31

Keterangan:
Penskoran dilakukan berdasarkan ketentuan berikut ini.
1. Frekuensi kurang dari 50% dari frekuensi yang diharapkan diberi skor 0
2. Frekuensi lebih dari atau sama dengan 50% frekuensi yang diharapkan diberik skor 1
3. Skor total setiap pertemuan adalah 16.
4. Skor total setiap indikator 4.
5. Skor total keseluruhan adalah, 16 indikator dikali 4 pertemuan, adalah 64.
143

REKAPITULASI DATA HASIL OBSERVASI


Pertemuan Ke-
Model Pembelajaran Jumlah
2 3 4 5
12 13 12 11 48
Inkuiri
75 % 81,25 % 75 % 68,75 % 75 %

Anda mungkin juga menyukai