Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TINGKAT INSOMNIA PADA

LANSIA DI GRIYA USIA LANJUT ST. YOSEF SURABAYA


Wijar Prasetyo1, Pandeirot M. Nancye2, Rismauli Pusparini Sitorus3
STIKes William Booth Surabaya
wijar85@gmail.com

ABSTRAK
Gangguan pemenuhan kebutuhan tidur sering dijumpai pada lansia adalah ketidakmampuan tidur
pada saat seseorang seharusnya tidur, baik dalam hal lama maupun dalamnya tidur. Keluhan yang
kerap kali dirasakan oleh lansia adalah kesukaran untuk memulai tidur, sering terbangun selama
tidur, tidur cepat tetapi terlalu cepat bangun dan tidak dapat tidur kembali. Beberapa lansia yang
menderita insomnia mengatasi masalah tidurnya dengan mengkonsumsi obat dimana obat dapat
menyebabkan ketergantungan. Teknik non farmakologi untuk mengatasi insomnia salah satunya
dengan cara relaksasi Benson. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh teknik relaksasi
Benson terhadap tingkat insomnia. Desain penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimental
(one grup pre post design). Populasi berjumlah 21 responden dengan sampel 20 yang dipilih
dengan teknik simple random sampling. Tingkat insomnia sebelum dilakukan relaksasi Benson
didapatkan sebagian besar insomnia kategori keparahan moderat sebanyak 13 orang (65%). Setelah
dilakukan relaksasi Benson didapatkan sebagian besar dalam kategori subthreshold insomnia
sebanyak 12 orang (60%). Hasil uji Wilcoxon sign rank test dengan tingkat kemaknaan 𝑎= 0.05
diperoleh nilai ρ= 0.000 (ρ< 𝑎) yang berarti H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
relaksasi Benson terhadap tingkat insomnia. Relaksasi Benson dapat menenangkan pikiran dan
emosi, mengurangi ketegangan otot dan otak, sehingga tubuh menjadi relaks dan dapat tidur
dengan nyaman dan rileks.

Kata kunci: Lansia, Insomnia, Relaksasi Benson

ABSTRACT
Disorder of meeting the sleep needs often found in the elderly is the inability to sleep when a
person is supposed to sleep, both in terms of length and depth of sleep. Complaints that are often
felt by the elderly are the difficulty to start sleep, often wake up during sleep, sleep fast but wake
up too quickly and cannot sleep again. Some elderly people who suffer insomnia overcome their
sleep problems by taking drugs which can cause dependence. Non-pharmacological techniques to
overcome insomnia one of them by Benson relaxation. This study aims to determine the effect of
Benson's relaxation techniques on insomnia levels. The research design used pre-experimental (one
group pre post design). The population used 21 respondents with a sample of 20 selected by simple
random sampling technique. The level of insomnia prior to Benson's relaxation was found in most
insomnia moderate severity categories of 13 people (65%). After Benson's relaxation, it was found
that most of the people in the subthreshold insomnia category were 12 people (60%). Wilcoxon
sign rank test results with significance level a = 0.05 obtained value ρ = 0.000 (ρ <a) which means
H1 is accepted. It can be concluded that there is a Benson relaxation effect on insomnia levels.
Benson's Relaxation can calm the mind and emotions, reduce muscle and brain tension, so that the
body relaxes and can sleep comfortably and relaxed.

Keywords: Elderly, Insomnia, Benson’s relaxation

34
PENDAHULUAN Terapi farmakologi seperti pemberian
Menua atau menjadi tua suatu proses zolpidem, estazolam, nitrazepam,
yang tidak dapat dihindari. Proses penuaan nitrazepam, triazolam, premotazim dan lain
terjadi secara alamiah. Hal ini dapat sebagainya. Selain harga obat yang
menimbulkan masalah fisik, mental, social, cenderung mahal. Dampak penggunaan
ekonomi, psikologis. Menurut Effendi dan obat dalam jangka waktu yang panjang
Makfudli (2009) yang menjelaskan bahwa dapat membuat lansia menjadi
lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang ketergantungan.
usianya 65 tahun ke atas, sedangkan Beberapa lansia di Griya Usia Lanjut
menurut Maryam (2008) lansia adalah St. Yosef Surabaya ada yang
seseorang yang telah mencapai usia 60 mengkonsumsi obat–obatan insomnia,
tahun ke atas. Dengan bertambahnya usia, sebagian lagi ada yang menganggap
secara umum akan menimbulkan perubahan insomnia adalah hal sepele dan tidak perlu
pada lansia. Perubahan-perubahan pada penanganan lebih lanjut. Sedangkan terapi
lansia meliputi perubahan sistem panca non farmakologi diantaranya dengan
indera, sistem integumen, sistem menciptakan lingkungan kamar yang
muskuloskeletal, sistem neurologis, sistem nyaman, olahraga teratur, menggunakan
kardiovaskuler, sistem pulmonal, sistem wewangian aromatherapy di kamar,
endokrin, sistem renal dan urinaria, mendengarkan musik sebelum tidur,
perubahan psikologis, perubahan sistem menerapkan teknik relaksasi Benson
tubuh pada lansia bisa mempengaruhi sebelum tidur. Relaksasi Benson adalah
kebutuhan tidur. Selain itu pengaruh proses teknik relaksasi yang diciptakan oleh
penuaan juga menimbulkan berbagai Herbert Benson. Relaksasi Benson
masalah baik secara fisik, psikologis, merupakan relaksasi yang menggabungkan
maupun sosial ekonomi. Kemunduran antara teknik respon relaksasi dan sistem
psikologis yang sering dijumpai pada lansia keyakinan individu/ faith factor
antara lain insomnia, stres, depresi, (difokuskan pada ungkapan tertentu berupa
ansietas, dimensia, dan delirium (Wayan, nama–nama Tuhan, yang diucapkan
2006). berulang–ulang dengan ritme teratur
Insomnia merupakan gangguan tidur disertai sikap pasrah (Benson & Proctor,
yang banyak terjadi pada lansia. Sekitar 2000 dalam Tetti & Cecep, 2015).
40% penderita insomnia adalah seseorang Menurut World Health Organization
yang berusia lebih dari 60 tahun (Linden, (WHO), Indonesia dengan jumlah lansianya
2008). Gangguan pemenuhan kebutuhan menduduki urutan ke-18. Berdasarkan data
tidur yang sering dijumpai pada lansia di Amerika kasus insomnia mencapai 25-
adalah ketidakmampuan tidur pada saat 35% dari populasi untuk insomnia jenis
seseorang seharusnya tidur, baik dalam hal tersier (sementara), sedangkan untuk
lama maupun dalamnya tidur. Keluhan insomnia kronis mencapai 10%-15%
yang kerapkali disampaikan mereka adalah (detik.com oleh Nurjanah, 2014).
kesukaran untuk memulai tidur, atau sering Sementara sumber lain (Depkes RI, 2010)
terbangun selama tidur atau tidur cepat dan memperkirakan prevalensi gangguan tidur
dalam, tapi terlalu cepat bangun pada dini pada lansia cukup tinggi yaitu 50% pada
hari kemudian tidak dapat tidur kembali tahun 2009. Selain itu diperkirakan tiap
(Anies, 2005). Beberapa lansia yang tahun 20%-40% orang dewasa dan lansia
menderita insomnia mengatasi masalah mengalami kesukaran tidur dan 17%
tidurnya dengan mengkonsumsi obat. diantaranya mengalami masalah serius
Lansia memilih jalan pintas untuk langsung (Yuda, 2007). Di propinsi Jawa Timur 3%
meminum obat tidur tanpa melihat dampak diantaranya mengalami gangguan yang
dari obat tersebut. Setelah meminum obat serius (Yunita, 2009). Berdasarkan hasil
tidur, tidur akan menjadi pulas, tetapi ketika studi pendahuluan di Griya Usia Lanjut St.
bangun badan akan terasa lemas dan lesu. Yosef Surabaya, didapatkan lansia yang
Terapi insomnia dapat dilakukan dengan tinggal di panti 147 orang, 21 diantaranya
cara farmakologi dan non farmakologi. mengalami gangguan kesulitan tidur

35
(insomnia) data tersebut didapatkan dari berkosentrasi, kehilangan motivasi, efek
pengurus panti. Peneliti juga melakukan fisik/ somatik, dapat berupa kelelahan,
observasi 3 lansia dimana lansia itu terlihat nyeri otot, tidak rileks, hipertensi, efek
matanya merah, sering menguap. Hasil sosial kurang bisa bersosialisasi dengan
wawancara, lansia mengatakan badan terasa orang disekitarnya. Hal ini perlu
pegal, tidak segar, bahkan 1 dari 3 lansia penanganan untuk mengatasi masalah
tersebut tidak mengikuti senam karena insomnia di mana salah satunya dapat
badannya lemas. Kemampuan fisik dilakukan dengan relaksasi Benson.
menurun karena kemampuan organ dalam Relaksasi akan bisa mengaktifkan dari
tubuh yang menurun, seperti jantung, paru– syaraf parasimpatis yang menstimulasi
paru, dan ginjal. Penurunan kemampuan turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh
organ mengakibatkan daya tahan tubuh dan syaraf simpatis, dan menstimulasi naiknya
kekebalan tubuh turut terpengaruh semua fungsi yang diturunkan oleh syaraf
(Prasadja, 2009). Kemampuan fisik lansia simpatis. Masing–masing syaraf
yang semakin menurun menjadi faktor parasimpatis dan syaraf simpatis saling
penyebab lansia mengalami gangguan berpengaruh maka dengan bertambahnya
kesulitan tidur (insomnia). Selain factor salah satu aktivitas sistem yang satu akan
usia dan kemampuan fisik yang menurun, menghambat atau menekan fungsi yang
penyebab gangguan sulit tidur atau lain. Ketika seseorang mengalami gangguan
insomnia diantaranya adalah stress, tidur maka ada ketegangan pada otak dan
kecemasan, depresi. Beberapa lansia dari otot sehingga dengan mengaktifkan syaraf
jumlah penderita insomnia mengatasi parasimpatis dengan teknik relaksasi maka
masalah tidurnya dengan mengkonsumsi secara otomatis ketegangan berkurang
obat. Ketergantungan pada obat tidur sehingga seseorang akan mudah untuk
menyebabkan berkurangnya kewaspadaan, masuk ke kondisi tidur (Utami, 1993).
disertai pembicaraan yang melantur, Melihat akibat dari gangguan tidur
gangguan ingatan, gangguan koordinasi pada lansia diatas diperlukan penanganan
sehingga dapat menimbulkan jatuh, atau sikap yang tepat untuk mengatasinya.
kebingungan, gangguan pernafasan dan Berbagai cara dapat dilakukan untuk
memperberat kerja ginjal. menurunkan insomnia pada lansia,
Dalam kaitan antara manfaat istirahat sebenarnya keadaan susah tidur dapat
dan tidur terhadap kesehatan fisik pada diatasi dengan cara yang lebih aman. Cara
lansia seringkali dispelekan atau diabaikan. menyembuhkan insomnia pada lanjut usia
Istirahat dan tidur menjalankan sebuah adalah dengan terapi non farmakologi
fungsi pemulihan baik secara fisiologis diantaranya adalah dengan
maupun psikologis. Secara fisiologis tidur mempertahankan suhu yang nyaman
mengistirahatkan organ tubuh seseorang, dikamar tidur. Suara gaduh, cahaya dan
menyimpan energi, menjaga irama biologis, temperatur dapat mengganggu tidur. Lansia
dan memperbaiki keadaan mental. sangat sensitive terhadap stimulus
Sedangkan secara psikologis, tidur dapat lingkungannya, menjalankan pola hidup
mengurangi ketegangan dan meningkatkan yang sehat yaitu dengan menghindari atau
perasaan sejahtera. Fungsi pemeliharaan ini meminimalkan minum kopi, teh, soda dan
sangat penting bagi lansia yang alkohol. Selain itu terapi non farmakologi
memerlukan banyak waktu untuk juga dapat dilakukan dengan olahraga
menyesuaikan diri terhadap perubahan teratur, senam pada pagi hari, menggunakan
(Jaime, 2007). aromatherapi dalam kamar, mendengarkan
Menurut (Turana, 2007) dampak musik sebelum tidur, dan penerapan
yang terjadi apabila seseorang tidak mampu relaksasi Benson sebelum tidur. Benson
mencukupi kebutuhan tidurnya, maka akan memperkenalkan teknik relaksasi yaitu suat
menimbulkan banyak perubahan teknik pengobatan untuk menghilangkan
diantaranya efek fisiologis yaitu stres, efek nyeri dan dapat mengurangi ketegangan
psikologis dapat berupa gangguan memori, yang berhubungan dengan fisiologis tubuh.
rasa capai meningkat, gangguan Menurut penelitian Aemilianus Mau (2010)

36
mengatakan bahwa ada pengaruh yang Tabel 1 Tingkat Insomnia Sebelum
signifikan penerapan relaksasi Benson Dilakukan Relaksasi Benson
terhadap insomnia pada lansia, responden Terhadap Insomnia Pada
yang tertangani sebanyak 90 % relaksasi Lansia
merupakan kebebasan mental dan fisik dari
ketegangan stres. Seseorang akan tertidur No Kategori Jumlah Presentas
jika ia merasa nyaman dan rileks. Teknik e
ini merupakan upaya untuk membantu 1 Tidak 0 0%
tubuh segar kembali. Teknik relaksasi signifikan
benson dapat dilakukan 2 kali sehari selama insomnia
5-10 menit (Tetti Solehati, 2015). Relaksasi 2 Subthreshol 5 25 %
Benson dipilih oleh peneliti karena d insomnia
merupakan relaksasi yang menggabungkan 3 Keparahan 13 65 %
antara teknik respons relaksasi dan sistem moderat
keyakinan individu/ Faicth factor 4 Parah 2 10 %
(difokuskan pada ungkapan tertentu berupa Total 20 100
nama–nama Tuhan, atau kata yang
memiliki makna yang menenangkan bagi Berdasarkan Tabel didapatkan bahwa
individu tersebut). Untuk itu peneliti sebagian besar responden sebelum
tertarik sejauh mana “Pengaruh relaksasi dilakukan terapi relaksasi Benson memiliki
Benson terhadap tingkat insomnia pada kriteria yaitu keparahan moderat sebanyak
lansia di Griya Usia Lanjut St. Yosef 13 orang (65%).
Surabaya
Tingkat insomnia sesudah dilakukan
METODE relaksasi Benson.
Desain penelitian merupakan rencana Tabel 2 Tingkat Insomnia Sesudah
penelitian yang disusun sedemikian rupa Dilakukan Relaksasi Benson
sehingga peneliti dapat memperoleh Terhadap Insomnia Pada
jawaban terhadap pertanyaan penelitian Lansia
(Setiadi, 2007). Rancangan penelitian yang No Kategori Jumlah Presentase
digunakan dalam penelitian ini adalah 1 Tidak 4 20 %
bersifat pra experimental (one grup pre- signifikan
post design) dengan variabel independent insomnia
relaksasi Benson dan variable dependent 2 Subthreshol 12 60 %
insomnia pada lansia. d insomnia
Populasi dalam penelitian adalah 3 Keparahan 4 20 %
seluruh lansia di Griya Lanjut Usia St. moderat
Yosef Surabaya yang mengalami insomnia 4 Parah 0 0%
sebanyak 21 orang dengan besar sampel Total 20 100
yang digunakan sebanyak 20 lansia yag
dipilih dengan teknik pengambilan sampel Berdasarkan Tabel didapatkan data
simple random sampling. sebagian besar responden setelah dilakukan
Instrument yang digunakan dalam relaksasi Benson memiliki kriteria
pengambilan data penelitian menggunakan subthreshold insomnia sebanyak 12 orang
kuisioner checklist ISI (Insomnia Severity (60%).
Index) dan setelah data dikumpulkan
dilakukan uji Wilcoxon untuk mengetahui Pengaruh Relaksasi Benson
pengaruh relaksasi Benson terhadap tingkat Tabel 3 Tabulasi Silang Frekuensi Data
insomnia pada lansia. Distribusi Pengaruh Relaksasi
Benson Terhadap Tingkat
HASIL Insomnia Pada Lansia.
Tingkat Insomnia Sebelum
Dilakukan Relaksasi Benson.

37
Relaksasi moderat sebanyak 13 orang (65%).
Benson Sebelum Sesudah Insomnia merupakan gangguan tidur yang
muncul pada kondisi dan situasi dimana
Tingkat seharusnya ada kesempatan untuk tidur.
Insomnia Gangguan tidur yang dimaksud dapat
berupa kesulitan untuk memulai tidur, tidak
Tidak 0 (0%) 4(20%) bisa tidur dengan nyenyak, atau bangun
Signifikan terlalu awal, Ellyana Linden, dkk (2008).
Insomnia Pemenuhan kebutuhan tidur setiap orang
Subthreshold 5 (25%) 12 (60%) berbeda-beda, terutama pada usia lanjut
insomnia yang lebih sering mengalami gangguan
istirahat tidur. Menurut Perry Potter (2009)
Keparahan 13(65%) 4 (20%)
beberapa faktor yang mempengaruhi
moderat
istirahat tidur yaitu faktor eksternal meliputi
Parah 2 (10%) 0 (0%) lingkungan, respon terhadap penyakit, gaya
hidup, depresi, stress, pengaruh makanan
Hasil Uji Wilcoxon: p = .000 dan obat-obatan, status perkawinan,
sedangkan faktor internal meliputi jenis
Berdasarkan tabel dapat diketahui kelamin, usia, pendidikan. Berdasarkan
bahwa hasil penelitian di Griya Usia Lanjut teori diatas dapat diketahui bahwa ada
St. Yosef Surabaya responden yang banyak faktor yang saling berhubungan
mengalami insomnia dengan kategori parah sehingga dapat menyebabkan insomnia
sebelum dilakukan relaksasi Benson pada lansia.
sebanyak 2 orang (10%), insomnia dengan Berdasarkan hasil penelitian yang
kategori keparahan moderat sebanyak 13 terdapat pada diagram memberikan
orang (65%), insomnia dengan kategori gambaran bahwa 20 responden yang
subthresold insomnia sebanyak 5 orang mengalami insomnia sebagian besar yaitu
(25%), dan tidak ada yang termasuk daam 13 orang (65%) berumur >75 tahun. Hasil
kategori tidak signifikan insomnia. penelitian ini didukung oleh teori Darmojo
Kemudian setelah dilakukan relaksasi (2005), umur merupakan salah satu faktor
Benson ditemukan tidak ada responden yang apat mempengaruhi kesehatan
yang masuk dalam insomnia kategori parah, seseorang. Pola tidur yang normal mulai
sedangkan pada insomnia kategori berubah sesuai bertambahnya usia, akibat
keparahan moderat mengalami penurunan reduksi saraf yang mempengaruhi
menjadi 4 orang responden (20%), gelombang tidur atau oleh karena defisit
subthresold insomnia mengalami sistem saraf pusat yang menyebabkan
peningkatan menjadi 12 orang (65%), dan berkurangnya reaksi terhadap alarm
kategori tidak signifikan insomnia ekstrinsik dan disfungsi “biorhythm” serta
mengalami peningkatan sebanyak 4 orang berkurangnya pengeluaran substansi
(20%). Hasil analisa dari uji wilcoxon melatonia. Hal ini sesuai dengan kondisi
diketahui bahwa nilai p< 0,05 sehingga lansia yang semakin bertambahnya umur
dapat dikatakan bahwa ada pengaruh membuat lansia mengalami penurunan
relaksasi Benson terhadap tingkat insomnia fungsi organ, salah satunya penurunan sel
pada lansia. saraf otak yang menyebabkan reduksi kerja
saraf yang berpengaruh pada penurunan
PEMBAHASAN perasaan yang merangsang untuk tidur. Hal
Tingkat Insomnia Sebelum Dilakukan ini secara fisiologis dapat menyebabkan
Relaksasi Benson kualitas dan kuantitas tidur lansia menurun
Pada hasil penelitian yang bahkan dapat menyebabkan gangguan
berdasarkan tabel 1 tentang distribusi data pemenuhan tidur seperti insomnia.
tingkat insomnia sebelum dilakukan Apabila dihubungkan dengan
relaksasi Benson, sebagian besar responden distribusi responden berdasarkan jenis
mengalami insomnia kategori keparahan kelamin pada diagram 5.2 yang

38
menunjukkan bahwa dari 20 responden menopause kadar estrogen berfluktuasi,
yang mengalami insomnia adalah sehingga hal inilah yang menyebabkan
perempuan sebanyak 15 orang (75%). Hasil wanita lebih banyak menderita insomnia
penelitian ini sejalan dengan teori Nugroho dibandingkan laki-laki.
(2010) prevalensi insomnia lebih tinggi Berdasarkan data demografi
pada wanita dibandingkan pria. Wanita diketahui bahwa dari 20 responden yang
lebih memiliki kemungkinan untuk mengalami insomnia, terdapat sebanyak 10
mengalami mimpi buruk, kesulitan tidur, orang (53%) yang tamat SD. Menurut teori
dan sering terbangun dibandingkan pria. Darmojo (2005) tingkat pendidikan,
Perempuan secara psikologis memiliki merupakan salah satu faktor sosiokultural
mekanisme koping yang lebih rendah yang bisa mempengaruhi insomnia. Tingkat
dibandingkan dengan laki-laki dalam pendidikan yang tinggi bisa memungkinkan
mengatasi suatu masalah, dengan adanya individu untuk mengakses dan memahami
gangguan secara fisik maupun secara informasi tentang kesehatan sehingga
psikologis tersebut maka wanita akan pasien memiliki pengetahuan untuk
mengalami suatu kecemasan, jika memilih strategi dalam mengatasi insomnia.
kecemasan itu berlanjut maka akan Hal ini menunjukkan kesesuaian antara
mengakibatkan seseorang lansia lebih fakta dan teori, semakin tinggi tingkat
sering mengalami kejadian insomnia pendidikan akan membuat seseorang
dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini semakin mudah berfikir rasional.
menunjukkan kesesuaian antara fakta dan Sebaliknya semakin rendah tingkat
teori dimana perempuan lebih cenderung pendidikan maka akan semakin sulit bagi
mengalami insomnia. Hal ini disebabkan seseorang untuk mendapatkan pikiran yang
karena perempuan sering mengalami rasional dan logis. Oleh sebab itu dalam
depresi atau stres dibanding laki-laki. pelaksanaan relaksasi Benson, peneliti
Secara psikososial perempuan lebih banyak menggunakan kalimat yang semudah
mengalami tekanan daripada laki-laki. mungkin dapat dimengerti oleh responden
Banyak faktor yang membuat lansia cemas, sehingga responden dapat mengetahui,
diantaranya yaitu munculnya rasa tersisih, memahami, dan mengaplikasikan relaksasi
tidak dibutuhkan lagi, ketidak iklhasan Benson.
menerima kenyataan, kematian pasangan Berdasarkan data status responden
merupakan sebagian kecil dari keseluruhan terdapat sebanyak 11 orang (55%) berstatus
perasaan yang tidak enak yang harus janda. Hasil penelitian yang menunjukkan
dihadapi lansia. Kecemasan yang dialami responden yang mengalami insomnia
ini dapat menyebabkan lansia mengalami dengan kategori keparahan moderat
gangguan tidur. sebagian besar lansia yang berstatus janda.
Selanjutnya menurut Petti Lubis Hal ini didukung oleh teori Darmojo (2005)
(2009) prevalensi insomnia lebih banyak keberadaan pasangan hidup akan
terjadi pada wanita daripada laki-laki hal ini mengurangi tingkat kecemasan yang
dipengaruhi oleh hormon. Hormon yang dialami lansia, karena pasangan hidup dapat
dimaksud adalah estrogen. Dimana pada menjadi sumber koping yang adekuat dalam
wanita hormon estrogen berperan untuk menghadapi stressor. Hal ini menunjukkan
mengatur siklus menstruasi dan kehamilan. kesesuaian fakta dengan teori, kehilangan
Hormon ini dapat mempengaruhi zat kimia pasangan lebih sering terjadi pada populasi
di otak yang berkaitan dengan stres dan perempuan daripada laki-laki. Kesepian
pola tidur. Dimana kadar hormon estrogen yang dialami lansia yang berstatus janda
yang tinggi dapat membantu pola tidur dapat menyebabkan insomnia, mereka
yang baik, sedangkan kadar hormon merasa kehilangan seseorang ketika harus
estrogen yang rendah dapat memperburuk tidur sendiri setelah sekian tahun menikah.
pola tidur yang dialami. Dari hal di atas Hal ini dapat menyebabkan lansia
diketahui bahwa semua responden yang mengalami ketidaknyamanan saat tidur.
mengalami insomnia adalah wanita yang
tegolong menopause. Dimana pada saat

39
Tingkat Insomnia Setelah Dilakukan gambaran dalam suatu hasil
Relaksasi Benson penelitian,berdasarkan tabulasi silang tabel
Berdasarkan tabel 2 responden yang 3 dapat diketahui bahwa responden yang
mengalami insomnia sebagian besar adalah mengalami insomnia sebelum dilakukan
subthreshold insomnia sebanyak 12 orang relaksasi Benson didapatkan insomnia
(60%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa kategori parah sebanyak 2 orang (10%),
terjadi penurunan tingkat insomnia setelah keparahan moderat 13 orang (65%),
dilakukan relaksasi Benson. Menurut subthreshold insomnia 5 orang (25%), tidak
Benson dan Proctor (2000) dalam Tetti signifikan insomnia 0 orang (0%), dan
Solehati (2015), relaksasi Benson setelah dilakukan relaksasi Benson
merupakan relaksasi yang menggabungkan didapatkan responden yang mengalami
antara teknik respons relaksasi dan sistem insomnia parah 0 (0%), keparahan moderat
keyakinan individu/ faith factor 4 orang (20%), subthreshold insomnia 12
(difokuskan pada ungkapan tertentu berupa orang (60%), tidak signifikan insomnia 4
nama-nama Tuhan, atau kata yang memiliki orang (20%). Berdasarkan hasil uji statistic
makna menenangkan bagi pasien itu Wilcoxon Pengaruh Relaksasi Benson
sendiri) yang diucapkan berulang-ulang Terhadap Tingkat Insomnia Pada Lansia di
dengan ritme teratur disertai sikap pasrah. Griya Usia Lanjut St. Yosef Surabaya
Relaksasi ini bertujuan untuk mengatasi diketahui bahwa nilai p= 0.000 yaitu
atau mengurangi kecemasan, menurunkan p<0.05 dengan demikian H0 ditolak H1
ketegangan otot dan tulang, serta secara diterima yang memiliki arti ada pengaruh
tidak langsung dapat mengurangi nyeri dan terapi relaksasi Benson terhadap tingkat
menurunkan ketegangan yang berhubungan insomnia pada lansia di Griya Usia Lanjut
dengan fisiologis tubuh (Kozier& Olivieri, St. Yosef Surabaya.
1996 dalam Tetti Solehati, 2015). Hasil penelitian ini sejalan dengan
Berdasarkan hasil penelitian dan Potter dan Perry (2005) bahwa seseorang
dikaitkan dengan teori di atas menunjukkan akan tertidur jika dirinya merasa nyaman
bahwa ada pengaruh yang signifikan dan rileks. Hal ini dapat dicapai melalui
penerapan relaksasi Benson terhadap latihan teknik relaksasi. Relaksasi
insomnia pada lansia di Griya Usia Lanjut merupakan kebebasan mental dan fisik dari
St. Yosef, responden yang mengalami ketegangan dan stres. Teknik relaksasi
penurunan tingkat insomnia sebanyak 15 memberikan kesempatan kepada individu
orang. Hal ini disebabkan karena relaksasi untuk dapat kontrol diri dan lingkungan.
Benson melatih responden agar dapat teknik ini merupakan upaya pencegahan
mengondisikan dirinya untuk mencapai untuk membantu tubuh segar kembali dan
suatu keadaan rileks. Juga pelaksanaan bergenerasi setiap hari. Klien yang
relaksasi Benson selama 2 minggu menggunakan relaksasi ini dengan berhasil
dilakukan selama 10 mnit, dan diterapkan 2 mengalami beberapa perubahan baik
kali sehari dengan benar dan tepat dapat fisiologis maupun perilaku.
membuat rileks responden. Namun Pikiran relaksasi merupakan
keberhasilan relaksasi Benson yang penulis pengaktifan dari syaraf parasimpatis yang
lakukan pada responden tidak lepas dari menstimulais turunnya semua fungsi yang
kepatuhan responden dimana responden dinaikkan oleh sistem syaraf simpatis, dan
harus benar-benar percaya bahwa tindakan menstimulasi naiknya semua fungsi yang
ini dapat membantu proses penurunan diturunkan oleh syaraf simpatis. Masing-
insomnia yang dialami. masing parasimpatis dan simpatis saling
berpengaruh maka dengan bertambahnya
Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap salah satu aktivitas sistem yang satu, akan
Tingkat Insomnia menghambat atau menekan fungsi yang
Hasil pengumpulan data mengenai lain. Ketika seseorang mengalami gangguan
perbandingan atau perbedaan antara data tidur maka ada ketegangan pada otak dan
pre dan post serta hubungan dari kedua data otot sehingga dengan mengaktifkan syaaf
yang mana secara khusus memberikan parasimpatis dengan tenkik relaksasi

40
Benson maka secara otomatis ketegangan Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia Dan
berkurang sehingga seseorang akan mudah Keperawatan Gerontik. Yokyakarta:
untuk masuk ke kondisi tidur. Pada saat Nuha Medika.
tubuh dan pikiran rileks, secara otomatis
ketegangan yang seringkali membuat otot- Charles, M. Morin. 2003. Insomnia Saverity
otot mengencang akan diabaikan (Utami, Index Arthritis Care and Resevartif
1993). Volume 49. Jakarta: Salemba
Penerapan relaksasi Benson ini Medika.
cukup efektif untuk memperpendek waktu
dari mulai merebahkan hingga tertidur. Saat Darmojo. 2005. Proses Menua dan
seseorang mengalami kecemasan, saraf Implikasi Kliniknya. Buku Ajar
yang bekerja adalah sistem saraf simpatis. Penyakit Ilmu Dalam Jilid 1 (Edisi
Sedangkan pada saat relaksasi, yang 5). Fakultas Kedokteran UI: Jakarta.
bekerja adalah sistem saraf parasimpatis,
sehingga relaksasi dapat menekan rasa Depkes RI. 2010. Klarifikasi Lansia.
cemas dengan cara berbalasan. Hal ini Jakarta: Dinas Kesehatan Republik
dapat mengurangi rasa cemas yang dialami Indonesia.
seseorang. Relaksasi Benson dapat
menenangkan pikiran dan fisik seseorang, Effendi & Makfudli. 2009. Proses Menua.
mengurangi tekanan mental, fisik, dan juga Jakarat: EKG.
emosi, sehingga lansia tidak merasa cemas
dan tegang. Hal ini membuktikan bahwa Jaime. 2007. Lansia Masa Kini dan
relaksasi Benson yang dilakukan dapat Mendatang. Jakarta: EGC.
membuat lebih relaks sehingga kesulitan
tidur dapat diatasi dengan relakasasi ini. Linden Ellyana, dkk. 2008. Serba – serbi
Apabila seseorang mudah tertidur juga Gangguan Kesehatan pada Lanjut
dapat mengurangi stress tentang kebiasaan Usia. Surabaya: Pusat informasi Obat
sulit mengawali tidur. dan Layanan Kefarmasian (PIOLK)
Universitas Surabaya.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat Maryam, Siti dkk. 2008. Mengenal Usia
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta:
relaksasi Benson terhadap insomnia pada Salemba Medika.
lansia di Griya Usia Lanjut St. Yosef
Surabaya setelah dilakukan Uji Wilcoxon Mau, Aemilianus. 2012. Pengaruh
didapatkan hasil p=0.000. Penerapan Teknik Relaksasi Benson
Berdasarkan kesimpulan di atas, Terhadap Gangguan Tidur
diharapkan penelitian ini menjadi dasar (Insomnia) Pada Lansia di UPT
bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan Panti Sosial Penyantunan Lanjut
penelitian yang serupa dengan Usia Budi Agung Kupang.
mengkombinasikan musik atau dengan http://jrpatrick.stikskpg.ac.id/dspace/
aromatherapy untuk mengatasi insomnia keperawanan/123456789/289/2/MA
lansia pada lansia. U%20AEMILIANUS-FPS.PDF.
Diakses Senin, 23 November 2015.
DAFTAR PUSTAKA Jam 09.00 WIB.
Anies, A. 2005. Insomnia Gangguan Sulit
Tidur. Jakarta: Kanisius. Nugroho. 2010. Keperawatan Gerontik dan
Geriatrik. Jakarta: Penerbit Buku
Alimul, Aziz. 2007. Metode Penelitian Dan Kedokteran: EGC.
Teknik Dasar Manusia.
Jakarta:Salemba Medika

41
Olivia, Donna. 2010. Hubungan Antara Turana. 2007. Mengenal Insomnia dan
Integrity Dengan Psychological Terapi Insomnia. Jakarta: Salemba
Well- Being lanjut Usia. Jakarta: Medika.
Universitas Indonesia
http://repostory.uinjkt.ac.id/dspace/di Utami, M. S. 1993. Prosedur Relaksasi.
tstream/123456789/3791/1/DONNA Fakultas psikologi UGM:
%20OLIVIA-FTP.PDF. Diakses Yogyakarta.
Jumat, 13 Januari 2016. Jam 17.00
WIB. Wayan, S. A. 2006. Depresi dan Tingkat
Psikologi. Jakarta: PT RINEKA-
Perry & Potter. 2009. Buku Ajar CIPTA.
Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan dan Praktik. Jakarta: Yuda. A, P. 2007. Prevalensi Data-Data
EGC. Yang Mengalami Insomnia Indonesia
http//lib.ugm.ac.id/data/pubdata/relak
Petty, Lubis. 2009. Insomnia dan sasi.html. Diakses Selasa, 24
Penyebabnya. Bandung: Sinar Baru November 2016. Pukul 10.00 WIB.
Algesindo.
Yunita, A. 2009. Data-data Insomnia
R. Siti Maryam, dkk. 2011. Terapi Lansia. Jakarta: Universitas
Modalitas Keperawatan pada Klien Indonesia.
Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba http://koranbogor.com/sosial-
Medika. budaya/12/12/2011/lanjut-usia-
insomnia-prevalensi.html. Diakses
Prasadja. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Selasa, 24 November 2016. Pukul
Dalam. Jakarta: EKG. 11.00 WIB.

Tetti Solehati & Cecep Eli Kosasih. 2015.


Konsep & Aplikasi Relaksasi Dalam
Keperawatan Maternitas. Bandung:
PT. Refika Aditama.

42

Anda mungkin juga menyukai