Anda di halaman 1dari 9

Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 1 (2) (2015): 124-132

ANTHROPOS:
Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya
Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/anthropos

Pertolongan Persalinan Ma’blien pada Masyarakat Desa Sawang


Kecamatan Samudera Aceh Utara
Puspitawati dan Rinanda Rahayu Batubara *

Program Studi Pendidikan Antropologi


Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan

Diterima Agustus 2015; Disetujui Oktober 2015; Dipublikasikan Desember 2015

Abstrak
Pertolongan persalinan oleh ma’blien merupakan pemberian jasa pertolongan kepada ibu yang melahirkan dengan tindakan yang
dilakukan dari awal masa kehamilan, saat proses persalinan, sampai pada proses persalinan selesai. Hal ini menjadi pilihan ibu
yang melahirkan dan keluarganya, sebagai dan rasa kepercayaan kepada ma’blien yang berperan dalam pertolongan persalinan.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang menjadi prosedur pemecahan masalah penelitian dengan
menggambarkan keadaan subyek penelitian dengan tujuan untuk mengetahui proses pertolongan persalinan oleh ma’blien di desa
Sawang Kecamatan Samudera, Aceh Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Sawang, sampel penelitian yakni
purposive sampling, dalam teknik ini pengambilan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian. Sebagai sampel dalam penelitian
ini adalah ma’blien, ibu hamil, juga kepada orang terdekat yang terdiri dari suami atau orang tua/mertua. Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa masih adanya rasa kepercayaan masyarakat desa Sawang kepada ma’blien dalam pertolongan persalinan,
faktor kepercayaan masyarakat bukan merupakan satu-satunya alasan masyarakat menggunakan ma’blien. Rasa kepercayaan
masyarakat karena pertolongan persalinan yang dilakukan oleh ma’blien merupakan tradisi secara turun-temurun oleh keluarga
mereka. Masyarakat desa Sawang menganggap ma’blien adalah orang yang diberikan kemampuan untuk membantu proses
persalinan yang cukup berpengalaman. Terdapat beberapa faktor lain yakni faktor ekonomi, geografis, dan pendidikan.

Kata Kunci: Pertolongan; Persalinan; Ma’blien; Masyarakat

Abstract
Deliveries by ma'blien is the provision of services help to mothers who gave birth to the actions performed from the beginning of
pregnancy, during delivery, to the delivery process is complete. It is an option that gave birth mother and her family, as and
confidence to ma'blien role in aid delivery. The method used is descriptive qualitative research into problem-solving procedures by
describing the state of the research subject in order to determine the process of aid delivery by ma'blien in the village of Ocean
Sawang subdistrict, North Aceh. The population in this study is a rural community of gaps, the study sample that is purposive
sampling, the sampling technique is adapted to the purpose of research. The sample in this study is ma'blien, pregnant women, as
well as to the nearest consisting of a husband or parents / in-laws. It can be concluded that there is still a sense of confidence to
ma'blien Sawang village community in aid delivery, public trust factor is not the only reason people use ma'blien. Sense of public
confidence in the aid delivery is done by ma'blien is a tradition for generations by their families. Sawang village community considers
ma'blien are given the ability to help the delivery process is quite experienced. There are several other factors that economics,
geography, and education.

Keywords: Relief; Labor; Ma'blien; community

How to Cite: Puspitawati dan Rinanda, R.B., (2015). Pertolongan Persalinan Ma’blien pada Masyarakat Desa Sawang
Kecamatan Samudera Aceh Utara, Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 1 (2): 124-132.

*Corresponding author: p-ISSN 2460-4585


E-mail: rahayurinanda@gmail.com e-ISSN 2460-4593

124
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 1 (2) (2015): 124-132

PENDAHULUAN diciptakan untuk membatasi makanan yang


Desa Sawang, Kecamatan Samudera layak dan tidak layak selama masa kehamilan
Kabupaten Aceh Utara termasuk salah satu desa hingga persalinan berlangsung. Sistem
yang telah mendapatkan sentuhan pengetahuan tersebut dipercayai dan wajib
pembangunan di berbagai sektor, salah satunya diturunkan kepada generasi berikutnya yang
adalah bantuan layanan kesehatan. Hal ini sedang menjalani proses kehamilan hingga
dapat dilihat dari adanya pembangunan sarana persalinan.
dan prasarana kesehatan, berupa PUSTU Pantangan tersebut ternyata tidak
(Puskesmas Pembantu), Bidan dan lain-lain. terlepas dari kehadiran seorang aktor yang
Puskesmas tersebut juga telah ditempatkan berperan dalam proses persalinan. Masyarakat
beberapa tenaga medis yang melayani keluhan desa Sawang menyebutnya dengan Ma’blien.
penyakit masyarakat, termasuk dalam layanan Peran Ma’blien, tidak jauh berbeda dengan
persalinan. peran dukun bayi di daerah lainnya, karena
Pemerintah bertanggung jawab Ma’blien juga membantu proses persalinan.
menyelenggarakan pelayanan kesehatan demi Bahkan tidak hanya dalam membantu proses
terwujudnya masyarakat yang sehat. persalinan saja, tetapi mulai dari memberikan
Tersedianya layanan kesehatan di masyarakat pantangan yang wajib dipatuhi tidak hanya oleh
dikarenakan untuk dapat mempermudah dan ibu hamil tetapi juga oleh suami dan orang-
membantu masyarakat. Namun ditemukan satu orang terdekat.
fenomena yang muncul di tengah-tengah Berdasarkan latar belakang dan
masyarakat adalah masyarakat masih banyak fenomena di atas, maka peneliti sangat tertarik
yang menggunakan pengobatan tradisional, untuk meneliti tentang “Pertolongan Persalinan
salah satunya adalah penggunaan jasa dukun Oleh Ma’blien di Masyarakat Desa Sawang,
bayi dalam persalinan. Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara”.
Seperti diketahui pengetahuan yang Yang mayoritas masyarakat di desa tersebut
bersumber dari kesehatan modern berupa lebih memilih menggunakan jasa seorang
konsultasi atau anjuran dari dokter dan bidan, dukun bayi daripada memilih pelayanan
tidak sepenuhnya dapat diterima serta kesehatan.
dipahami oleh masyarakat, sebagai bentuk Berbicara tentang kesehatan, banyak
antisipasi selama masa kehamilan. Hal ini sekali peneliti dan ahli-ahli Antropologi
karena berbagai pertimbangan baik dari segi meningkatkan perhatian mereka pada studi
biaya ataupun pengetahuan sosial budaya lintas budaya mengenai sistem kesehatan, juga
masyarakat. pada faktor-faktor sosial budaya yang
Faktor inilah yang menyebabkan masih berpengaruh terhadap kesehatan serta
banyak masyarakat berorientasi pada timbulnya penyakit. Perkembangan perhatian
pertolongan persalinan oleh dukun dengan Antropologi terhadap masalah-masalah
segala keterbatasannya. Pelayanan dukun yang kesehatan dan penyakit sebagian bermotivasi
dirasa lebih baik membuat masyarakat desa teoretis, karena kepercayaan dan praktek-
Sawang cenderung meminta pertolongan pada praktek pengobatan merupakan kategori utama
dukun bayi. dalam semua kebudayaan.
Pengetahuan budaya yang berkembang Dapat dilihat dari konsep di atas, bahwa
di masyarakat selama ini juga mempengaruhi masyarakat memiliki kebudayaan masing-
masa kehamilan hingga persalinan cukup masing, baik itu dari nilai dan norma, adat
banyak seperti pantangan untuk melindungi ibu istiadat maupun tradisi yang di wariskan secara
hamil yang ternyata dibuat oleh dukun bayi turun-temurun kepada generasi berikutnya.
maupun kerabat ibu hamil tersebut. Analisis Adanya tradisi masyarakat yang terdapat di
pantangan tidak hanya dalam batasan untuk suatu tempat misalnya tradisi dalam mengatasi
melakukan sesuatu tetapi juga pantangan yang penyakit.
125
Puspitawati dan Rinanda Rahayu Batubara, Pertolongan Persalinan Ma’blien pada Masyarakat Desa

Penelitian ini akan membahas bahkan hampir seluruh penduduknya beragama


bagaimana sistem pertolongan persalinan oleh muslim tetap mempercayai pantangan-
dukun bayi (ma’blien). Dimana kesehatan pantangan ataupun mitos-mitos yang di berikan
merupakan hal yang sangat penting dukun bayi tersebut kepada Ibu hamil.
diperhatikan dalam proses persalinan, agar Populasi dalam penelitian ini adalah
tidak terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan seluruh masyarakat Desa Sawang dengan
kepada seorang ibu hamil dan si bayi. jumlah masyarakat desa Sawang 287 KK. Dan
Seperti dugaan peneliti lebih Sampel dalam penelitian ini memakai purposive
berperannya seorang dukun bayi daripada sampling, Dalam teknik ini pengambilan
seorang bidan desa yang ada di desa tersebut, informan di sesuaikan dengan tujuan penelitian.
bukan hanya karena faktor biaya masyarakat Sebagai informan dalam penelitian ini peneliti
setempat yang kurang mampu untuk memilih 20 informan. Untuk mendukung
melakukan persalinan dengan tenaga medis berjalannya penelitian ini, yang menjadi
yang ada. Melainkan masih terdapatnya faktor- informan adalah seorang Geucik desa Sawang,
faktor lain yang menyebabkan peran seorang Ma’blien, ibu hamil, para suami dan juga kepada
dukun bayi lebih tinggi, misalnya faktor orang terdekat yang terdiri dari suami atau
kepercayaan, tradisi turun-temurun keluarga orang tua/mertua.
yang memakai seorang dukun, faktor Untuk mendapatkan data empiris, maka
pendidikan dan lainnya. diperlukan beberapa metode pengumpulan
data data dalam penelitian ini adalah observasi,
METODE PENELITIAN yang peneliti lakukan mengamati bagaimana
Data yang di susun diperoleh dari data tradisi masyarakat desa Sawang. Selain itu
Studi Lapangan (Field research). Metode dengan metode ini peneliti membuktikan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bahwa peran seorang dukun bayi (ma’blien)
adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. lebih dominan dibandingkan dengan bidan desa
Hadari Nawawi (1991:63) “Metode deskriptif yang ada di desa Sawang. Observasi yang akan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang peneliti lakukan yakni mengamati bagimana
diselidiki dengan menggambarkan keadaan hubungan antara ma’blien dengan masyarakat
subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, desa Sawang, melihat alat-alat yang digunakan
masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang oleh ma’blien pada proses persalinan, dan
berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau mengamati pantangan-pantangan apa saja yang
seadanya”. di anjurkan oleh ma’blien kepada ibu hamil.
Selain itu juga dilakukan Studi Pustaka Peneliti harus memenuhi tujuan umum
(Library research), penelusuran literatur yang dan tujuan khusus dari penelitian ini, Tujuan
berhubungan dengan persalinan yang umum merupakan tujuan keseluruhan yang
menggunakan dukun bayi, serta teori-teori yang ingin dicapai dari penelitian yakni Pertolongan
digunakan. Literatur tersebut dapat berupa Persalinan Oleh Ma’blien Pada Masyarakat Desa
buku-buku, artikel, dan tulisan ilmiah lainnya Sawang, Tujuan khusus yakni siapa yang
serta internet. disebut dengan ma’blien, faktor yang
Lokasi penelitian ini adalah di Kabupaten mempengaruhi masyarakat percaya kepada
Aceh Utara, Kecamatan Samudera tepatnya di ma’blien, peran seorang ma’blien selama proses
Desa Sawang, dengan kriteria pola pencarian dan sesudah persalinan, pantangan-pantangan
pertolongan persalinan oleh Ma’blien (dukun yang diberikan ma’blien, dan hubungan tenaga
bayi). Alasan peneliti memilih lokasi penelitian kesehatan dengan masyarakat desa Sawang.
di Desa Sawang karena lebih berperannya Observasi juga dilakukan secara cermat
seorang dukun bayi yang disebut dengan dan kritis agar tidak satupun gejala yang lepas
ma’blien daripada seorang bidan yang ada di dari pengamatan. Peneliti harus bersikap
desa Sawang. Desa Sawang yang mayoritas cermat dan kritis mengamati suatu gejala yang

126
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 1 (2) (2015): 124-132

ada di desa Sawang yakni bagaimana peran wawancara tidak terstruktur yang peneliti
seorang ma’blien, hubungan seorang ma’blien tanyakan adalah menanyakan jumlah anak
dengan masyarakat desa Sawang dan kepada warga desa Sawang, bagaimana
tanggapan masyarakat desa Sawang tentang keadaan mereka, alasan mereka untuk tinggal
pelayanan yang diberikan oleh ma’blien pada di desa Sawang dan lain sebagainya.
saat proses persalinan hingga pasca persalinan. Untuk memudahkan peneliti dalam
Wawancara yang digunakan dalam pengumpulan data, peneliti dapat
penelitian ini adalah wawancara terstruktur menggunakan kamera digital, telepon genggam
dan tidak terstruktur. J. Moleong (2005:190) sebagai perekam, dan alat tulis untuk catatan
“Wawancara terstruktur bertujuan mencari lapangan
jawaban terhadap hipotesis kerja. Dan Selain itu juga dilakukan Studi Pustaka
wawancara tidak terstruktur pertanyaan yang (Library Research), penelusuran literatur yang
digunakan biasanya tidak disusun terlebih berhubungan dengan persalinan yang
dahulu, wawancara mengalir dalam menggunakan dukun bayi, serta teori-teori yang
percakapan. Peneliti menyadari situasi digunakan. Literatur tersebut dapat berupa
sehingga dapat meluruskan kembali buku-buku, artikel, dan tulisan ilmiah lainnya
pembicaraan dan tujuan wawancara. serta internet.
Dengan wawancara, peneliti berupaya Analisis data yang telah diperoleh,
mendapatkan informasi dengan bertatap muka dilakukan secara deskriptif kualitatif, sesuai
secara fisik dan bertanya-jawab dengan dengan jenis penelitian yang dilakukan. Selain
informan. Selama wawancara, peneliti juga itu analisis data berlanjut kepada
mencermati perilaku gestural informan dalam pengelompokkan data-data yang diperoleh di
menjawab pertanyaan. Dimana perilaku lapangan. Sehingga dapat mempermudah
gestural menunjukkan gerakan sebagian peneliti dalam menyajikan data-data berupa
anggota badan seperti mata dan tangan untuk informasi yang terpaparkan secara rinci dan
mengkomunikasi berbagai makna. Agar tidak mendalam. Seluruh data disusun sesuai dengan
terjadinya kekakuan suasana, wawancara kategori tertentu, untuk menganalisa data maka
dalam penelitian ini juga dilakukan secara dilakukan beberapa tahap yaitu a)
spontan, yakni tidak melalui suatu perjanjian Mengelompokka data yaitu mengelompokkan
waktu dan tempat terlebih dahulu dengan hasil penelitian yang diproleh dengan cara
informan. Dengan ini peneliti selalu berupaya observasi, wawancara dan studi pustaka yang
memanfaatkan kesempatan dan tempat-tempat berhubungan dengan penelitian. b)
yang paling tepat untuk melakukan wawancara. menganalisa data yaitu Kegiatan menganalisa
Pada penelitian ini, peneliti melakukan data setelah data dikelompokkan. c)
wawancara struktur dan wawancara tidak menginterpretasikan data yaitu memilah-milah
terstruktur yang ditujukan kepada informan atau membandingkan data yang diperoleh.
kunci dan kepada informan lainnya. Adapun d)membuat kesimpulan yaitu hasil data
wawancara struktur yakni peneliti penelitian dimasukkan ke dalam bab
menggunakan pedoman wawancara kepada pembahasan.
informan. Wawancara struktur yang di
tanyakan peneliti kepada informan yakni : siapa HASIL DAN PEMBAHASAN
yang disebut dengan ma’blien, bagaimana peran Kabupaten Aceh Utara adalah sebuah
ma’blien di dalam masyarakat baik itu selama kabupaten yang terletak di provinsi Aceh.
proses dan sesudah persalinan, pantangan- Ibukota kabupaten ini dipindahkan dari
pantangan apa saja yang diberikan oleh Lhokseumawe ke Lhoksukon, menyusul
ma’blien. Sedangkan wawancara tidak dijadikannya Lhokseumawe sebagai kota
terstruktur yakni wawancara yang tidak otonom.
menggunakan pedoman wawancara,
127
Puspitawati dan Rinanda Rahayu Batubara, Pertolongan Persalinan Ma’blien pada Masyarakat Desa

Kabupaten Aceh Utara secara geografis di desa Sawang, guru ngaji yang ada di desa di
terletak pada posisi 96.52.00o - 97.31.00o Bujur panggil dengan istilah “Teungku” yang artinya
Timur dan 04.46.00o - 05.00.40o Lintang Utara guru mengaji. Ibu Hasnah sudah tidak aktif lagi
dengan dibatas-batas wilayah sebagai berikut : dalam proses persalinan, tetapi ibu Hasnah
Kabupaten ini terdiri dari 22 Kecamatan, Masih bisa membantu mengurut bayi, karena
850 Desa, 2 Kelurahan dan 56 Kemukiman. umur ibu Hasnah yang sudah cukup tua ibu
Kabupaten ini tergolong sebagai kawasan Hasnah tidak mempunyai tenaga yang cukup
industri terbesar di provinsi inidan juga di luar kuat apabila ia dipanggil ke rumah ibu bersalin
pulau Jawa. Pada sektor pertanian daerah ini yang membutuhkannya, ibu Hasnah membantu
mempunyai unggulan reputasi sendiri sebagai mengurut bayi tetangga si sekitar rumahnya
penghasil beras yang sangat penting. Secara saja.
keseluruhan kabupaten Aceh Utara merupakan Ibu Khairiah, (62 tahun) memulai
daerah yang paling potensial di provinsi. pekerjaannya sejak berusia di bawah 30 tahun,
Sumber:http://www.acehprov.go.id/images/st ibu Khairiah mewarisi keturunan ibunya yang
ories/file/23%20Kab_Kota/PDF/ACEH%20UT dulunya juga merupakan seorang ma’blien di
ARA.pdf desa Sawang, keahlian ibu Khairiah dalam
Desa Sawang merupakan salah satu pertolongan persalinan di dapatkan dari ibunya
gampong yang ada di Kecamatan Samudera, yang merupakan keahlian turun temurun.
Kabupaten Aceh Utara, Nanggroe Aceh Hanya terdapat dua orang ma’blien yang
Darusalam. Desa Sawang biasa disebut dengan masih aktif di desa Sawang, sebagian besar
gampong Sawang, gampong adalah wilayah dikarenakan rendahnya sekarang minat
yang ditempati oleh sejumlah penduduk generasi penerus untuk melanjutkan pekerjaan
sebagai kesatuan masyarakat di satu wilayah. tersebut. Disamping biaya yang relatif rendah di
Secara geografis Sawang terbagi menjadi tiga, dapatkan, juga terdapat faktor lain yaitu adanya
yaitu berbatasan dengan: Sawang timur beberapa ma’blien yang pindah ke desa lainnya.
berbatasan dengan gampong Blangnibong, Tidak adanya keinginan generasi penerus
Sawang tengah, Sawang barat berbatasan seperti anak, ataupun cucu-cucu dari ma’blien
dengan gampong Puuk. untuk meneruskan pekerjaan tersebut.
Jumlah penduduk di desa Sawang Sebagian besar dari generasi penerus ma’blien
sebanyak 287 KK (Kepala Keluarga), jumlah sekarang sudah lebih memilih untuk bekerja
penduduk laki-laki yaitu ± 717 jiwa dan sebagai guru mengaji, berjualan ataupun
penduduk perempuan yaitu ± 918 jiwa. Data di menjadi kuli tani membantu suaminya.
dapat dari sensus penduduk tahun 2010 dan Dari hasil wawancara dengan ibu
sejak saat itu belum dilakukan pendataan ulang Hasnah yang merupakan salah satu ma’blien
di desa Sawang. yang ada di desa Sawang, tanggal 26 Mei 2012
Ma’blien merupakan sebutan yang berkata :“Dulu memang banyak ma’blien di sini
digunakan masyarakat Aceh Utara untuk tapi sekarang udah sikit lah karena gak ada lagi
menyebut dukun bayi, ma’blien merupakan anak-anak yang mau nerusin, ya anak-anak
penduduk asli yang sudah sejak lama tinggal di sekarang lebih mau jadi guru ngaji atau bantu-
daerah Aceh dan bertugas sebagai penolong bantu suaminya aja”.
persalinan bayi, dalam penelitian khususnya di Karena sedikitnya ma’blien yang ada di
desa Sawang ini ditemukan 3 orang ma’blien. desa Sawang, dari hasil penelitian dengan
Ibu Maryam, (64 tahun) memulai masyarakat desa, apabila terjadi lebih dari dua
pekerjaannya sejak berusia di bawah 35 tahun. orang ibu yang harus melakukan persalinan di
Ibu Hasnah, (70 tahun) memulai pekerjaannya hari yang sama, jalan satu-satunya bukanlah
sejak berusia di bawah 30 tahun. Ibu Hasnah harus menunggu ma’blien yang hanya ada di
biasa di panggil dengan Ma’Tengkudun karena desa Sawang. Misalnya keluarga dari ibu
anak dari Ibu Hasnah adalah seorang guru ngaji bersalin tersebut bisa memanggil ma’blien yang

128
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 1 (2) (2015): 124-132

ada di desa lainnya, yang juga merupakan ma’blien berpengalaman menolong persalinan
keluarga atau kerabat dari ibu bersalin dan mempunyai hubungan baik dengan
tersebut. Apabila dari keluarga ibu bersalin masyarakat desa Sawang. Alasan masyarakat
tersebut juga tidak mempunyai keluarga atupun desa Sawang menyatakan bahwa faktor
kerabat yang berprofesi sebagai ma’blien, kepercayaan dan tradisi masyarakat
keluarga dari ibu bersalin tersebut mempunyai merupakan salah satu faktor masyarakat desa
pilihan sendiri. Apakah ia mau menggunakan Sawang menggunakan ma’blien. Walaupun
ma’blien yang ada di desa lain atau tidak, ini dalam penelitian, peneliti juga menemukan
merupakan hasil kesepakan dari keluarga ibu beberapa informan yang tidak menggunakan
bersalin tersebut. jalan lainnya yaitu keluarga jasa ma’blien dalam proses persalinan tetapi
dari ibu bersalin tersebut dapat tetap mematuhi dan menjalankan pantangan-
memberitahukan kepada bidan desa yang ada pantangan yang diberikan ma’blien pada saat
di PUSTU untuk membantu proses persalinan. mulai mengandung hingga ia melahirkan.
Dari hasil wawancara peneliti kepada Masyarakat desa Sawang menganggap
masyarakat desa Sawang, masih banyak ma’blien sebagai orang yang diberikan
masyarakat yang percaya kepada dukun bayi kemampuan untuk membantu masa kehamilan
(ma’blien) karena pengaruh ma’blien dalam hingga proses persalinan, ma’blien mempunyai
masyarakat cukup besar. Masyarakat desa hubungan baik dengan masyarakat desa
Sawang menganggap ma’blien sosok yang Sawang. Berdasarkan hasil penelitian juga
bersahaja, karena ma’blien tidak hanya ditemukan beberapa faktor-faktor lain yang
memberikan pertolongan persalinan tetapi juga menjelaskan masyarakat lebih menggunakan
pada proses kehamilan. Ma’blien juga di percaya jasa ma’blien diantaranya adalah ekonomi,
oleh masyarakat desa Sawang karena tradisi geografi, pendidikan, dan sarana pertolongan
keluarga yang secara turun-temurun persalinan di Desa Sawang.
menggunakan jasa ma’blien. Dari hasil penelitian penerapan
Dari hasil wawancara peneliti dengan pantangan-pantangan sangat bervariasi.
informan yani ibu Mursyidah dan suaminya Pantangan-pantangan tidak hanya dilakukan
Bapak Amiruddin, tanggal 7 Juni 2012 berkata : dan ditaati oleh calon ibu, melainkan juga oleh
“kami percaya sama ma’blien, ma’blien kan suami maupun keluarganya. Pantangan-
orang desa sini yang udah lama kami kenal, pantangan ini dapat dikategorikan atas dua hal
sama keluarganya juga udah kenal lama, ya yakni (1) pantangan-pantangan atas jenis
kaya’ saudara la sama kami. Anak kami yang makanan, (2) pantangan-pantangan dalam
pertama sama yang ke dua juga sama ma’blien berprilaku, berpikir dan bertindak
yang ke tiga ini insyallah juga sama ma’blien aja. Adapun pantangan-pantangannya yakni :
Insyallah kalau memang sehat-sehat aja gak ada pantang memakan nenas, apalagi nenas muda,
masalah sama ma’blien lagi gak usah ke bidan”. hal ini dianggap dapat menyebabkan
Didukung dari hasil wawancara dengan mengalami keguguran. Calon ibu juga dilarang
Ibu Mursyidah dan suaminya Bapak Amiruddin, menyantap jenis ikan laut tertentu, seperti
dengan hasil wawancara yang oleh ibu sotong, gurita atau jenis ikan lain yang aneh
Masyitah, tanggal 7 Juni 2012 berkata: ”iya la bentuknya. Jenis-jenis sayuran itu adalah
saya percaya dari jaman orang tua saya, trus terong, buah nangka dan sayur-sayuran yang
saya sampai anak saya juga pakai ma’blien, bergetah.
sama ma’blien lebih nyaman, apalagi kami orang Pantangan dalam berprilaku yakni: 1)
susah kalau belum punya duet kan bisa cicil dulu Calon ibu tidak boleh menertawakan, menunjuk
sama ma’blien. Kalau anak kami sakit-sakit juga atau memperhatikan perilaku-perilaku aneh
panggil ma’blien”. hewan. 2) Begitu pula halnya kalau melihat
Adanya anggapan masyarakat desa orang cacat atau mengalami kelainan fisik. 3)
Sawang yang baik terhadap ma’blien, karena Calon ibu dan suami juga tidak boleh memukul
129
Puspitawati dan Rinanda Rahayu Batubara, Pertolongan Persalinan Ma’blien pada Masyarakat Desa

hewan atau sampai menyakiti hewan. 4) Dalam dipergunakan oleh ma’blien, ma’blien membawa
soal berbusana, calon ibu pantang melilitkan alat-alat tersebut hanya untuk diperlihatkan
atau menyimpulkan apapun dengan cara kepada warga. Karena di dalam benak ma’blien
mengikatnya kebelakang. 5) Calon ibu pantang ia tidak kalah hebat dengan tenaga kesehatan
duduk di anak tangga bak ulee reunyeun. 6) yang menggunakan berbagai macam alat. Alat
Calon ibu pantang melangkahi daun pinang. 7) yang digunakan ma’blien hanyalah pisau lipat
Menyembelih hewan berdarah atau untuk memotong tali pusat si bayi nantinya.
membersihkan (menyiangi ikan) pada malam Mengurut bayi juga dilakukan oleh
hari merupakan pantangan bagi suami dan ma’blien setelah pasca persalinan, ma’blien
calon ibu. 8) Suami pantang pulang malam tidak menggunkan alat khusus untuk mengurut,
(keluar dengan urusan yang tidak begitu tetapi hanya dengan menggunakan minyak
penting). 9)Calon ibu diharuskan bangun saat kelapa untuk mempermudah mengurut si bayi.
masih subuh, mandi sebelum matahari terbit di Selain mengurut, ma’blien juga memandikan
pagi hari dan sebelum matahari terbenam di bayi dan membantu ibu yang baru melahirkan.
sore hari. 10)Calon ibu pantang keluar rumah Baik itu membersihkan rumah, mencuci
pada malam hari, jika keadaan memaksa, calon pakaian kotor si bayi. Tetapi tidak semua
ibu harus ditemani suami atau keluarga agar masyarakat yang mau menerima pertolongan
tidak di ganggu oleh makhluk halus. ma’blien seperti membersihkan rumah dan
Pantangan-pantangan yang ada mencuci pakaian kotor si bayi, karena mereka
digunakan untuk menjaga si calon ibu dari hal- tidak tega melihat ma’blien yang sudah tua
hal yang tidak diinginkan. Mitos dan pantangan membersihkan rumah dan mencuci pakaian
tersebut ternyata tidak hanya ditujukan kepada kotor si bayi.
ibu semata tetapi juga kepada suami, orang tua Ma’blien juga menyerankan kepada
dan orang-orang terdekat yang tinggal bersama. keluarga ibu bersalin, agar ibu bersalin
Berdasarkan hasil penelitian, tidak ada meminum jamu agar segera dapat memulihkan
tempat khusus yang digunakan oleh ma’blien kondisi si ibu. Ma’blien hanya memberitahukan
dalam melakukan pertolongan persalinan, bahan-bahan apa saja yang diperlukan dalam
bahkan terkadang ma’blien langsung dipanggil membuat jamu selebihnya jamu tersebut di
ke rumah warga untuk melakukan pertolongan racik dan di buat oleh keluarga ibu bersalin
persalinan. Jika ingin melahirkan dirumahnya tersebut. Adapun bahan-bahan yang disarankan
maka akan dilakukan di ruangan yang juga oleh ma’blien adalah : Kunyet (kunyit), Halia
merupakan bagian dari tempat tinggal ma’blien (jahe), Boh cuko (kencur), Gula tipek (gula
dan persalinan dilakukan di atas tempat tidur merah), dan Boh halia (asam jawa).
sederhana beralaskan tikar. Cara membuatnya: kunyet, halia, dan boh
Dari hasil penelitian diketahui sebelum cuko diparut sampai halus lalu diperas dan
calon ibu melahirkan keluarga menjalankan ditambahkan dengan gula tipek dan boh halia
tradisi turun temurun yaitu tradisi kenduri lalu direbuskan. Setelah mendidih didiamkan
bumpet, yakni tradisi kenduri dengan memasak sampai hangat ataupun dingin lalu diminumkan
makanan lokal yaitu pulut yang dimakan kepada ibu yang telah melakukan proses
dengan santan dan rasanya manis. Kenduri ini persalinan tersebut. Adapun manfaat dari jamu
dianjurkan untuk dilaksanakan agar bayi yang ini yaitu untuk membersihkan darah ibu yang
dilahirkan kelak dalam keadaan sehat wal’afiat, telah melakukan proses persalinan dan jamu ini
tidak kekurangan satu apapun pada dirinya juga merupakan obat masuk angin yang
ketika lahir ke dunia. bermanfaat bagi ibu bersalin tersebut.
Ma’blien memiliki alat-alat sendiri yang Sejak didirikannya PUSTU (Puskesmas
telah dipersiapkan dari rumah, contohnya Pembantu) dan ditempatkannya bidan di
gunting, jarum, sarung tangan dan pisau lipat. Puskesmas, diharapkan dapat memberikan arti
Walaupun alat-alat tersebut tidak semuanya yang sangat penting bagi masyarakat terutama

130
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya 1 (2) (2015): 124-132

bagi peningkatan pelayanan kesehatan ibu proses yang harus dilakukan pada persalinan.
hamil dan pertolongan persalinan. Tetapi Ma’blien tidak berpendidikan formal, ilmu yang
harapan tersebut tidak dapat berjalan dengan mereka dapatkan adalah ilmu turun temurun
lancar, tidak terjalinnya hubungan yang baik yang diberikan dari orang tua sebelumnya.
dan intensif antara bidan yang ada di desa Ma’blien yang ada di desa Sawang hanya
dengan masyarakat gampong Sawang. mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD),
Hasil penelitian menunjukkan adapun yang dulunya disebut dengan Sekolah Rakyat
cara atau tradisi masyarakat desa Sawang (SR). Metode persalinan yang mereka gunakan
dalam mencegah dan mengatasi angka juga masih ada yang menggunakan alat-alat
kelahiran yaitu dengan cara suami dan isteri tradisional sebagai bahan untuk melakukan
berpisah rumah untuk sementara waktu, pertolongan persalinan.
misalnya apabila isteri baru melahirkan selang Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
beberapa minggu kemudian mereka dipisahkan. bahwa adanya rasa kepercayaan masyarakat
Begitu juga apabila seorang steri sedang masa desa Sawang kepada ma’blien baik dalam masa
subur, biasanya isteri tinggal di rumah orang kehamilan hingga proses persalinan, rasa
tuanya ataupun di rumah mertuanya sedangkan kepercayaan masyarakat desa Sawang
suami tinggal di rumah mereka mereka merupakan salah satu faktor masyarakat
dipisahkan untuk sementara waktu. Dengan menggunakan ma’blien. Tidak hanya karena
cara inilah usaha masyarakat untuk mencegah faktor kepercayaan dan tradisi masyarakat desa
angka kelahiran, walupun semua itu tidak Sawang, tetapi juga terdapat faktor-faktor lain
menjamin. Karena masyarakat beranggapan yakni: faktor ekonomi, geografi, dan
kelahiran anak merupakan rezki yang diberikan pendidikan.
Allah SWT kepada umatnya.
Dari hasil penelitian juga ditemukan DAFTAR PUSTAKA
bahwa bidan yang bertugas di desa Sawang Alwisol dan Sianipar,T dan Yusuf Munawir. 1899.
Dukun, Mantra, dan Kepercayaan Masyarakat.
berasal dari luar daerah desa Sawang. Sehingga
Jakarta: PT Pustakakarya Grafikatama.
hubungan masyarakat dengan bidan desa tidak
Anderson dan Foster. 2008. Antropologi Kesehatan.
begitu baik, dan sebagian masyarakat juga tidak Universitas Indonesia.
begitu yakin terhadap pertolongan persalinan Fukuyama, Francis. 2002. TRUST: Kebajikan Sosial
yang diberikan, di samping usia bidan yang dan Penciptaan Kemakmuran. Yogyakarta:
masih muda, dan tidak semua bidan tinggal di Penerbit Qalam.
desa. Serta kurangnya kesabaran dalam Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang
melayani ibu bersalin juga menjadi faktor yang Sosial. Yogyakarta: University Pers.
turut mempengaruhi rendahnya keyakinan Royston, Erica, dkk. 1989. Pencegahan Kematian Ibu
Hamil. Jakarta: Organisasi Kesehatan Sedunia.
masyarakat terhadap bidan desa.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi
ketiga). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
KESIMPULAN Ekonomi Universitas Indonesia.
Ma’blien merupakan sebutan yang Suyono, Aryono. 1985. Kamus Antropologi. Jakarta:
digunakan masyarakat Aceh Utara untuk Akademika Residu.
menyebut dukun bayi, ma’blien merupakan Swasono, Meutia. 1998. Kehamilan, Kelahiran,
penduduk asli yang sudah sejak lama tinggal di Perawatan Ibu dan Bayi Dalam Konteks
daerah Aceh dan bertugas sebagai penolong Budaya. Jakarta: Penerbit Universitas
persalinan bayi. Indonesia.
Aceh Utara.
Ma’blien yang ada di desa Sawang sudah
http://www.acehutara.go.id/?pilih=hal&id=3
memulai pekerjaannya sebagai dukun bayi
Cendika,Graha. “Pengetahuan Sikap Ibu dengan
setelah mereka berkeluarga. Karena setelah Dukun Bersalin”.
berkeluargalah ma’blien mengetahui dan http://grahacendikia.wordpress.com/2011/0
merasakan setidaknya bagaimana cara ataupun 7/05/hubungan-tingkat-pengetahuan-
131
Puspitawati dan Rinanda Rahayu Batubara, Pertolongan Persalinan Ma’blien pada Masyarakat Desa

dengan-sikap-ibu-bersalin-ke-dukun-bayi-di- http://id.wikipedia.org/wiki/Bidan
dusun-xx/ http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan
Nurdianti,Rini. “Persalinan Oleh Dukun Bayi”. http://www.scribd.com/doc/27313625/6/Definisi-
http://rini- Mitos
nurdianti.blogspot.com/2011/02/persalinan- http://www.acehprov.go.id/images/stories/file/23
oleh-dukun-bayi.html %20Kab_Kota/PDF/ACEH%20UTARA.pdf
http://kti-akbid-
bidan.blogspot.com/2011/10/definisi-
dukun-bayi.html

132

Anda mungkin juga menyukai