Abstrak
Lima hingga enam persen pasien epilepsi lama tidak terkontrol memiliki gangguan psikotik dan berisiko 8 kali mengalami
skizofrenia, terutama pada epilepsi lobus temporal. Meskipun mekanisme tersebut masih belum jelas namun adanya riwayat
keluarga, onset epilepsi dini dan tipe bangkitan merupakan prediktor terjadinya gangguan psikotik pada epilepsi. Pasien laki-laki
usia 29 tahun dirawat setelah mengamuk dan merusak rumah tetangga. Pasien memiliki riwayat epilepsi tidak terkontrol selama
10 tahun dan gejala psikosis timbul 1 tahun setelah episode pertama. Pada status psikiatri didapatkan perawatan diri kotor dan
tidak rapi, kooperatif, mood dismorfik, afek datar, adanya halusinasi audiotorik, visual, dan taktil, waham paranoid, kognitif
kurang, dan tilikan derajat 1. Diagnosis multiaksial didapatkan aksis I: gangguan mental lain yang ditetapkan akibat kerusakan
difungsi otak dan penyakit fisik, aksis II: belum ada diagnosis, aksis III: epilepsi umum idiopatik dan sindrom epilepsi, aksis IV:
masalah ekonomi, keluarga, dan lingkungan sosial, dan aksis V: general assessment of function (GAF) 60-51. Pasien diterapi
dengan haloperidol oral 2x1,5 mg, triheksifenidil oral 2x2mg, klorpromazin oral 1x50 mg, fenitoin oral 1x100 mg, dan Depakote
oral 1x250 mg. Pasien dipulangkan setelah perawatan hari ke-21 tanpa halusinasi audiotorik, visual, dan taktil.
Korespondensi: Osy Lu’lu Alfarossi, alamat Jl. Bumi Manti II Kampus Hijau Residence Bandar Lampung, HP 082123666716, e-mail
osylulu.3596@gmail.com
Gejala psikotik pada pasien dengan epilepsi saat bekerja dan sholat serta sering menyentuh
dibagi menjadi tiga, yaitu psikotik peri iktal, para- kedua kaki pasien. Namun sosok tersebut tidak
iktal dan psikotik inter-iktal. Psikotik peri iktal terlihat oleh keluarga. Pasien mengatakan sering
adalah timbulnya gejala psikotik sebelum, saat, mendengar bisikan bahwa ada yang ingin
atau mengikuti episode epilepsi.3,4,7 Psikotik para- mengambil uangnya.
iktal atau psikotik alternatif adalah gejala yang Selama perawatan di RSJ, pasien terlihat
timbul saat kejang menurun (EEG normal) diam, hilang minat untuk beraktivitas, dan sering
dengan eksaserbasi gejala psikotik akibat obat menunduk. Sebelumnya pasien pernah dirawat di
anti-epilepsi dan berlangsung minggu hingga RSJ 5 tahun lalu selama 53 hari dengan keluhan
bulan.7,11 Sedangkan psikotik inter-iktal adalah yang sama. Pasien dipulangkan setelah kondisi
timbulnya gejala psikotik yang terpisah dari membaik. Pasien mengatakan bahwa dirinya
episode epilepsi dan timbul beberapa tahun sering minum obat tapi tidak sakit. Namun
setelah episode epilepsi.3,4,7 keluarga mengatakan bahwa pasien menolak
Psikotik peri iktal dibagi menjadi tiga, yaitu untuk minum obat walaupun rutin kontrol.
pre-iktal, iktal, dan post-iktal. Psikotik pre-iktal Dua minggu lalu pasien mengalami kejang
berlangsung jam hingga hari sebelum terjadinya kelojotan seluruh tubuh, tidak sadar, dan
kejang. Gejala ini hilang bersamaan dengan berlangsung kurang lebih 5 menit. Kejang
kejang dan tidak terdeteksi adanya perubahan tersebut bukan pertama kali. Kejang pertama
pada elektroensefalogram (EEG).3 Psikotik iktal pada 10 tahun lalu setelah pasien melayat
biasanya disertai kejang partial kompleks dan tetangga. Kejang kelojotan seluruh tubuh, mata
berlangsung jam hingga hari. Psikotik ini ditandai mendelik keatas, dan keluar busa dari mulut,
dengan penurunan kesadaran.11,12 Pada psikotik durasi >30 menit, tidak sadar, dan setelah kejang
post-iktal gejala timbul setelah 3 hari-1 minggu pasien bingung. Pasien sempat dirawat di RSUD
setelah bangkitan dan sering terjadi (25%). Abdul Muluk terkait kejangnya namun tidak
Psikotik ini ditemukan pada pasien dengan onset pernah kontrol. Kejang sering kambuh setiap
epilesi pada usia lanjut (32-35 tahun) dan bulan dengan frekuensi 1-3 kali dan durasi 5-10
merupakan komplikasi dari epilepsi kronis.7 menit. Satu tahun setelah kejang pasien sering
Adanya interval lucid selama 1-6 hari dari onset, bicara sendiri, mudah marah, dan mengganggu
yakni episode diantara kejang hingga timbulnya orang sekitar. Selain itu pada usia 1 tahun, kepala
gejala psikotik. Gejala psikotik yang timbul pasien dipukul oleh nenek dengan gayung atau
berupa abnormalitas mood (manik maupun ember ketika pasien menangis. Pasien
depresi) dan waham paranoid dengan pasien merupakan perokok aktif sebanyak setengah
sadar penuh. Gejala psikotik akan hilang spontan bungkus setiap hari atau jika ada yang memberi
berhari-hari hingga berminggu-minggu.9,11 dan pernah mengkonsumsi minuman keras
karena ditawarkan oleh tetangga sekitar.
Kasus Riwayat prenatal dan perinatal pasien tidak
Pasien laki-laki Tn. S usia 29 tahun diantar diketahui oleh keluarga angkat. Pasien
ke Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Jiwa merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang
(RSJ) Provinsi Lampung oleh kakak dan ibu angkat keduanya sudah diadopsi sejak usia pasien 1
karena mengamuk dan merusak rumah tetangga tahun. Pasien memiliki cacat fisik dari lahir.
sejak 4 hari. Pasien sadar namun tidaK tahu Menurut keluarga perkembangan pasien berjalan
alasannya dibawa ke RSJ. Menurut keluarga sesuai umur, cenderung menyendiri, dan tidak
keluhan tersebut terjadi setelah kejang 2 minggu bergaul dengan orang-orang sekitar kecuali
lalu dan tidak terpenuhi keinginannya. Selain itu keluarga. Riwayat masa dewasa pasien sering
pasien merasa sulit tidur, gelisah dan mudah marah dan mengamuk. Pasien tidak sekolah
kesal. Menurut keluarga pasien sering berjalan karena keterbatasan ekonomi dan fisik. Pasien
mondar-mandir hingga keluyuran di malam hari tidak pernah menikah. Pasien beragama Islam
tanpa tujuan. Pasien terlihat diam dan hilang dan sholat pada waktu tertentu di Masjid dan
minat untuk beraktivitas sehari-hari. kadang harus diperintah. Pasien sehari-hari pergi
Pasien merasa terganggu oleh orang ke bank untuk menjadi tukang parkir walaupun
suruhan istri temannya yang memarahi pasien menurut keluarga pasien hanya duduk diam saat
bekerja. Hubungan sosial pasien dengan anggota sel/mm3; leukosit 10.300 sel/mm3; trombosit
keluarga baik. Menurut keluarga perlakuan 248.000 sel/mm3; hematokrit 38%; hitung jenis
tetangga sekitar ke pasien baik. Pasien tidak leukosit: basofil 0%, eosinofil 0%, batang 0%,
memiliki riwayat ditangkap oleh pihak berwajib. segmen 78%, limfosit 15%, monosit 7%; dan
Pasien tinggal serumah dengan kedua orang tua fungsi hati SGOT 40 U/I dan SGPT 21 U/I.
dan 4 saudara angkat. Kakak kandung pasien Diagnosis pada pasien ini adalah diagnosis
telah menikah dan pisah rumah. Riwayat kejang multiaksial dengan aksis I: gangguan mental lain
dan gangguan jiwa pada keluarga disangkal. yang di tentukan akibat kerusakan disfungsi otak
Pada pemeriksaan fisik didapatkan dan penyakit fisik (F06.8), aksis II: tidak ada
keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, diagnosis, aksi III: epilepsi umum idiopatik dan
tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi nadi sindrom epileptik (G40.3), aksis IV: masalah
82x/menit, frekuensi napas 22x/menit, dan suhu berkaitan dengan ekonomi, keluarga dan
37oC, status generalis didapatkan deformitas lingkungan sosial, aksis V: Global Assessment of
pada tangan dan kaki sebelah kanan, status Functional (GAF) 60-51 yaitu disabilitas sedang.
neurologis dalam batas normal. Pasien diterapi dengan psikofarmaka
Status psikiatri didapatkan seorang laki- berupa haloperidol oral 2x1,5 mg, triheksipenidil
laki, perawakan sedang dengan penampilan oral 2x2 mg, klorpromazin oral 1x50 mg, fenitoin
sesuai usia, perawatan diri kurang rapih dan oral 1x100 mg, dan depakote oral 1x250 mg.
kurang bersih, kulit cokelat, kering, kotor, dan Pada hari pertama perawatan pasien
terdapat banyak koreng di kaki, serta kuku-kuku mengatakan sudah bisa tidur walaupun masih
panjang dan kotor. Sikap terhadap pemeriksa ada bisikan dan sosok yang mengganggu.
kooperatif namun kontak mata tidak ada. Halusinasi auditorik mulai menurun saat
Selama wawancara pasien duduk tenang, sedikit perawatan hari ke-5. Pada perawatan hari ke-10
tidak nyaman, aktivitas hipoaktif, dan sering pasien mengatakan sudah tidak mendengar
menunduk dengan tatapan kosong. Pembicaraan bisikan dan tidak ada sosok yang mengganggu
spontan, lancar, artikulasi jelas, intonasi datar, namun orientasi tempat masih buruk. Pasien
volume kurang, kualitas buruk, dan kuantitas diperbolehkan pulang setelah perawatan 21 hari
cukup. Mood disforik dengan afek datar dan dengan kondisi tidak terdapat halusinasi
serasi antara mood dengan afek. Gangguan auditorik, visual, dan taktil.
persepsi yang ditemukan yaitu halusinasi
auditorik adanya bisikan seseorang yang ingin Pembahasan
mengambil uang pasien, halusinasi visual berupa Pada pasien didapatkan sindrom atau pola
sosok suruhan istri temannya, dan halusinasi perilaku yang menimbulkan distress
taktil bahwa sosok tersebut menyentuh kedua (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam
kaki. Ilusi, derealisasi, dan depersonalisasi tidak pekerjaan dan kehidupan sosial pasien.
ditemukan. Proses pikir didapatkan bentuk pikir Berdasarkan Pedoman dan Diagnosis Gangguan
non realistis. Arus pikir dengan produktivitas Jiwa (PPDGJ-III) dapat disimpulkan bahwa pasien
kurang dan koheren. Adanya preokupasi bahwa mengidap gangguan jiwa.
ada yang mengganggu dan waham kejar. Pada pasien didapatkan kerusakan dan
Penilaian kognisi berupa pengetahuan umum disfungsi otak berupa epilepsi selama 10 tahun.
buruk, kurang konsentrasi, orientasi tempat Setelah 1 tahun dari bangkitan pertama, pasien
buruk, daya ingat jangka panjang dan sedang mengalami gejala psikotik berupa halusinasi
buruk, serta pikiran abstrak, visuospasial, auditorik-visual, waham kejar, serta penurunan
membaca menulis, intelegensi dan kemampuan kognitif. Hal tersebut memenuhi kriteria
informasi, dan kemampuan menolong diri diagnosis gangguan mental organik (F00-F09).13
sendiri yang buruk. Selama wawancara pasien Terdapat hubungan antara kerusakan dan
dapat mengendalikan impuls dan emosi. Daya disfungsi otak (epilepsi) dengan sindrom mental
nilai dan norma sosial buruk. Tilikan derajat satu sehingga didiagnosa sebagai gangguan mental
dengan taraf dapat dipercaya. lain yang ditentukan akibat kerusakan disfungsi
Hasil pemeriksaan laboratorium yaitu otak dan penyakit fisik (F06.8). Hal ini harus
hemoglobin 13,3 g/dl; eritrosit 4.540.000 dibedakan dengan halusinasi organik (F06.0) dan
gangguan waham organik (lir-skizofrenia) (F06.2). psikotik menyebabkan gangguan perilaku dan
Berdasarkan PPGJ-III kriteria diagnosis halusinasi mengganggu fungsi psikososial secara signifikan.
organik yaitu:13 Pada pasien ini didapatkan inter-iktal
1. Kriteria umum tersebut diatas (F06); psikotik setelah 1 tahun dari bangkitan kejang
2. Adanya halusinasi dalam segala bentuk pertama. Pasien terganggu aktivitas sehari-hari
(biasanya visual atau auditorik), yang menetap dan fungsi psikososial akibat gejala psikotik
atau berulang; sehingga dikategorikan sebagai inter-iktal
3. Kesadaran yang jernih (tidak berkabut); psikotik derajat sedang.
4. Tidak ada penurunan fungsi intelek yang Pasien ditatalaksana dengan antipsikotik
bermakna; berupa haloperidol oral 2x1,5 mg dan
5. Tidak ada gangguan afektif yang menonjol; klorpromazin oral 1x50 mg untuk menekan gejala
6. Tidak jelas adanya waham (seringkali “insight” psikotik. Antipsikotik bekerja untuk mengontrol
utuh). gejala psikotik berupa halusinasi, waham, dan
Sedangkan untuk kriteria diagnosis perubahan pola pikir. Penatalaksanaan psikotik
gangguan waham organik, yaitu:13 pada pasien epilepsi umumnya sama dengan
1. Kriteria umum tersebut diatas (F06); pasien psikotik tanpa epilepsi dengan beberapa
2. Disertai: waham yang menetap atau berulang catatan. Hal tersebut disesuaikan dengan jenis
(waham kejar, tubuh yang berubah, cemburu, psikotik yaitu iktal, post-iktal atau inter-iktal.
penyakit, atau kematian dirinya atau orang Tatalaksana psikotik inter-iktal dengan obat
lain); antipsikotik tipikal maupun atipikal dan dosis
3. Halusinasi, gangguan proses pikir, atau disetarakan dengan dosis klorpromazine. Lama
fenomena katatonik tersendiri, mungkin ada; penggunaan obat adalah selama 6 bulan setelah
4. Kesadaran dan daya ingat tidak terganggu. mencapai remisi, sedangkan pada episode kronik
Berdasarkan keterangan tersebut bahwa dan berulang disarankan untuk pengobatan
diagnosis halusinasi organik ditetapkan bila jangka panjang (2-5 tahun) dan seumur hidup jika
sindrom mental yang menonjol berupa halusinasi pasien memiliki riwayat suicide attempt, agresif,
visual atau auditorik dan tidak ada penurunan dan relaps berulang.3,9 Beberapa studi
kognitif. Sedangkan diagnosis gangguan waham menyatakan bahwa risperidone memiliki efek
organik ditetapkan bila disertai waham yang samping yang lebih baik bila dibandingkan
menonjol serta tidak ada gangguan kesadaran dengan obat antipsikotik lain.3,9,14 Namun
dan daya ingat. Pada pasien ini didapatkan pemberian haloperidol merupakan drug of choice
halusinasi visual dan auditorik, waham kejar yang jangka panjang karena hanya menghambat
menetap, dan adanya penurunan kognitif. reseptor dopamin dan efek sedasi lebih ringan
Psikotik inter-iktal adalah riwayat epilepsi dibanding klorpromazine.9
disertai gejala psikotik pada kesadaran penuh Pemberian triheksipenidil tablet 2x2 mg
dan gejala psikotik tidak timbul selama atau untuk mengatasi efek samping ekstrapiramidal
segera setelah kejang, disebut juga akibat penggunaan obat antipsikotik. Antipsikotik
schizophrenia-like psychosis of epilepsy (SLPE).4 golongan pertama memiliki efek samping
Walaupun gejala psikotik yang muncul hampir ekstrapiramidal paling sering dibandingkan
mirip dengan skizofrenia (halusinasi auditorik, antipsikotik generasi kedua. Selain itu obat
waham paranoid, gejala afektif, atau waham antiepilepsi yang diberikan adalah fenitoin tablet
menetap), namun pada SLPE relatif tidak 1x100 mg dan depakote tabet 1x250 mg.
ditemukan gejala negatif, katatonik dan fungsi Pemberian antilepsi pada pasien psikotik harus
sosial yang masih baik.3,4,7,9,12 Menurut Adachi diperhatikan interaksi obat dengan obat
dkk psikotik inter-iktal diklasifikasikan menjadi antipsikotik. Obat antiepilepsi (fenitoin,
tiga derajat, yaitu derajat ringan, sedang, dan karbamazepin, barbiturate) mengurangi kadar
berat. Derajat ringan bila gejala psikotik tidak obat antipsikotik dalam darah.3,9
mengganggu aktivitas dan fungsi psikososial.
Derajat sedang bila gejala psikotik mengganggu Simpulan
aktivitas sehari-hari dan mulai mengganggu Kejadian psikotik dapat menjadi
fungsi psikososial. Derajat berat bila gejala pertimbangan pada pasien dengan epilepsi,
terutama epilepsi lama tidak terkontrol dan Med Res. 2017; 1(1):96–102.
epilepsi lobus temporal. Pengobatan psikotik 8. American Psychiatric Association. Diagnostic
pada epilepsi sama dengan gangguan psikotik and Statistical Manual of Mental Disorder
tanpa epilepsi. Pemilihan terapi bergantung (DSM-5). 5 ed. Washington DC: American
dengan jenis psikotik dan harus memperhatikan Psychiatric Association; 2013.
interaksi obat antipsikotik dengan antiepilepsi. 9. Adachi N, Kanemoto K, De Toffol B,
Akanuma N, Oshima T, Mohan A, et al. Basic
Daftar Pustaka treatment principles for psychotic disorders
1. Mahadewi N, Marita A, Ariani NP. Gangguan in patients with epilepsy. Epilepsia. 2013;
mental organik pada epilepsi. Medicina. 54(SUPPL. 1):19–33.
2018; 49(2):217–21. 10. Foong J. Psychiatric disorders in epilepsy: an
2. Sadock B, Sadock V, Ruiz P. Kaplan & Sadoc’s update. Vertex. 2013;24(110):259–71.
synopsis of psychiatry: behavioral 11. Beletsky V, Mirsattari SM. Epilepsy, Mental
sciences/clinical psychiatry. 11 ed. Health Disorder, or Both? Epilepsy Res Treat.
Philadelphia: Wolters Kluwer; 2015. 2012; 2012:1–13.
3. Niruj A, Mula M. Treatment of psychoses in 12. Verhoeven WMA, Egger J, Gunning WB,
patients with epilepsy: an update. Ther Adv Bevers, de Pont BJHB. Recurrent
Psychopharmacol. 2019; 9:1–10. schizophrenia-like psychosis as first
4. Wang Q, Teng P, Luan G. Schizophrenia-Like manifestation of epilepsy: a diagnostic
Psychosis of Epilepsy: From Clinical challenge in neuropsychiatry.
Characters to Underlying Mechanisms. Neuropsychiatr Dis Treat. 2010; 6:227–31.
Neuropsychiatry. 2017; S1:10–5. 13. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan
5. Hüfner K, Frajo-Apor B, Hofer A. Neurology Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta:
Issues in Schizophrenia. Curr Psychiatry Rep. PT Nuh Jaya; 2013.
2015; 17(5):31–40. 14. Kerr MP, Mensah S, Besag F, De Toffol B,
6. Salpekar JA, Mula M. Common psychiatric Ettinger A, Kanemoto K, et al. International
comorbidities in epilepsy: How big of a consensus clinical practice statements for
problem is it? Epilepsy & Behav. 2018; 98:1– the treatment of neuropsychiatric conditions
5. associated with epilepsy. Epilepsia. 2011;
7. Kusumawati S, Zakiyah R. Post ictal psikosis 52(11):2133–8.
berulang pada penderita epilepsi. J Islam